K DENGAN
Disusun Oleh :
Kethleen.Riupassa 1853064
FAKULTAS KEPRAWATAN
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karuniaNya pada kita semua sehinga kita masih di berikan nadas hidup, kesehatan dan kekuaatan
pada kita semua terlebih khusus pada kami penulis sehingga Ddapat menyelesaikan masalah
penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami Masta
Haro, S.Kep,Ners.,M.H.Kes atas bimbingan yang sudah diberikan pada saya sehingga saya
dapat meneyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa juga kami mengucapkan terimah kasih
kepada Puskesmas Lembang serta Ibu Tanti karena telah mengayomi saya.
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya ada banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam penyusunan maupun segi penulisan, untuk itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami perlukan untuk perbaikan di masa akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. ..........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………….
1.4 Manfaat ................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...........................................................................................
2.1 Lanjut Usia…………………………………………………………………………
2.1.1 Pengertian Lanjut……………………………………………………………
2.1.2 Batas Lansia ………………………………………………………………...
2.1.3 Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia……………………………
2.2 Hipertensi………………………………………………………………………….
2.2.1 Pengertian Hipertensi……………………………………………………….
2.2.2 klasifikasi Hipertensi………………………………………………………..
2.2.3 Jenis Hipertensi……………………………………………………………..
2.2.4 Gejala Hipertensi……………………………………………………………
2.2.5 Patofisiologi Hipertensi…………………………………………………….
2.2.6 Pathway Hipertensi…………………………………………………………
2.2.7 Komplikasi Hipertensi………………………………………………………
2.2.8 Cara Pecegahan Hipertensi……………………………………………….....
2.2.9 Pemeriksaan penunjang……………………………………………………..
2.2.10 Penatalaksanaan…………………………………………………………...
BAB III ISI…………………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………...........
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal
ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai
faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan
yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi
ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit
infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut
sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang hipertensi sering tidak menampakkan gejala.
Institute Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Misalnya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder),
seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ,
Hipertensi merupakan risiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai
dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Laporan Joint Nationale Committee on
Detection Evaluation and Treatment of High Blood Presure (1993) yang kelima mengeluarkan
panduan baru mengenai deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi. Komite ini juga
memberikan klasifikasi tekanan darah pada individu berumur 18 tahun ke atas, yang akan sangat
berguna sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan berdasarkan pemahaman bahwa diagnosis
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang biasa dialami
lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh menurun dan mengalami menopause.
Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan
akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Di
samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lansia
sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong
aktif biasanya tidak berbeda dengan orang dewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh
Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari estimasi
tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi
menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan
52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik). Sekitar 69% pasien
serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita
hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada 45%
penderita penyakit jantung dan 51% kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008
(WHO, 2013).
menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, tingkat prevalensi beberapa penyakit tidak
menular di Jawa Barat mendekati bahkan lebih tinggi dibandingkan prevalensi PTM
nasional.Penyakit tersebut antara lain hipertensi 29,4 persen dibandingkan nasional 25,8 persen,
diabetes melitus 2,0 persen dibandingkan nasional 2,3 persen, penyakit jantung koroner 1,6
persen dibandingkan nasional 1,5 persen, gagal ginjal kronis 0,3 persen dibandingkan nasional
0,2 persen, stroke 12,0 persen dibandingkan nasional 12,1 persen, dan obesitas 15,2
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat kami ambil, yaitu:
1. Apa penyebab, patofisiologi etiologi dan tanda serta gejala dari hipertensi?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
b. mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami risiko jatuh.
1.4 MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
2. Dapat menjelaskan cara mengatasi penyebab kekambuhan hipertensi seperti kualitas
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan informasi bagi
4. Bagi lansia
Dapat meningkatkan kualitas tidur sebagai upaya untuk melakukan kontrol untuk
TINJAUAN TEORI
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang
dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).
berikut:
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia. d.
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ
dan integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel
yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan
rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis atau
botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
1) Temperatur tubuh
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
2) Sistem muskular
akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
fibrosis.
4) Sistem perkemiha
flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun, kemampuan
5) Sistem pernafasan
6) Sistem gastrointestinal
7) Rangka tubuh
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya
warna yaitu menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala
9) Sistem pendengaran
parathormon.
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus,
berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak
untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
rumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sadar akan
dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan
e. Perubahan kognitif
f. Perubahan spiritual
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
2.2 Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert Benson,dkk,2012). Hipertensi
atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat
desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan
meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik,
sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah memerah,
telinga berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya
akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara
masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta
penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi
otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya
jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun tampak
sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.
otak
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf
c. Olahraga
a. Pemeriksaan laboratorium
anemia.
DM.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama : Ny. K
b. Umur : 77 Tahun
d. Pendidikan : SD
g. Suku : Jawa
h. Agama : Islam
c. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
d. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat siang hari.
f. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
a. Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. K tidak pernah dirawat di rumah sakit dan jika sakit
panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua pasien mengalami tekanan darah tinggi
b. Alergi : Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang seluruh badannya
c. Kebiasaan : Ny. K tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum alcohol.
hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu.
5. Tinjauan sistem
Pulse : 85 x/mnt
Respirasi : 21 x/mnt
Suhu : 36,5 0C
keputihan.
Anemis.
g. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang tanggal tersisa
mukosa kering.
l. Sistem gastrointestinal : klien susah makan , terdengar suara bising usus, makan
BAB 1x
sehari.
m. Sistem perkemihan : BAK lancar 6x lebih sehari, tidak ada inkontinensia urin.
a. Psikososial
Kemampuan bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol dengan keluarga maupun
tetangga
b. Masalah emosional
Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak banyak pikiran.
c. Spiritual
Klien beragama islam dan melakukan sholat lima waktu sehari dirumah.
d. Pola aktivitas
Warna
Bau 4 x / hari
Kuning jernih
b. B A K Sendiri
Frekuensi
Warna
Cara
3. Personal Higiene
Mandi 1 x / hari
Gosok gigi 2 x / hari
Ganti pakaian 1 x / hari
4. Pola istirahat tidur
Tidur siang Tidak pernah
Tidur malam 6-8 jam / hari
Keluhan Tidak ada keluhan, kadang suka susah tidur.
B. ANALISA DATA
tengkuknya.
aktivitasnya.
Do :
nyeri.
2. TD : 180/90
5. Temperature : 36,5
Data Fokus Etiologi Problem
Do:
kamar.
DS : Proses gangguan
DO : gastrointesti
- Mukosa kering
Tidak nafsu
makan
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak nafsu
makan
Tanggal
St. keth-
P:
tingkatkan
intervensi
St. keth-
3 Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1.Berikan At. 09 :30 At. 01:30
keperawatan selama 1x 3 jam penyuluhan 1.diberikan
10/04/19 berhubungan dengan diharapkan tidak mengalami tentang apa saja penyuluhan S: “ saya
jatuh, dengan kriteria: bahaya tentang apa saja
kesulitan berjalan. 1. Mampu mengidentifikasi lingkungan bahaya sudah
bahaya lingkungan yang yang ada lingkungan
Ds: dapat meningkatkan cedera disekitar wisma yang ada paham
2. Mampu menggunakan alat yang dapat disekitar wisma
“ kadang kakinya bantu untuk menghindari menyebabkan yang dapat sus”
cidera resiko jatuh menyebabkan
gemetaran sus” Mampu mempraktekan gerakan resiko jatuh 0 : klien
2.Anjurkan
Do: latihan keseimbangan untuk memakai 2.dianjurkan mengerti
alat bantu jalan untuk memakai
1.Klien tampak (jika alat bantu jalan tentang
membutuhkan) (jika
gemetar saat membutuhkan) penyuluha
3.Ajarkan
memegang gelas 3.diajarkan nnya
gerakan latihan
berisi susu yang mau gerakan latihan A:
keseimbangan
dipindahkan ke keseimbangan Masalah
kamar. Teratasi
klien hanya
melakukan sebentar
PENUTUP
A. Kesimpulan
insonsomnia dan risiko jatuh di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur selama 3 x
1. Nyeri kronis pada Ny. K di Wisma A BPSTW Kasongan Yogyakarta masalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala 2.
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan masih terbangun di malam hari karena
pipis.
3. Resiko jatuh pada Ny. K di wisma A BPSTW Kasongan Yogyakarta masalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan belum perlu menggunakan alat bantu
untuk berjalan.
B. Saran
hipertensi untuk menerapkan terapi relakasi otot progresif untuk dilakukan sehari-
hari.
resiko jatuh
b. Bagi lansia
1) Bagi lansia relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi mandiri
Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur Pada Asuhan
Keperawatan Ny.U dengan Stroke Non Haemorogik di Ruang Anggrek II RSUD dr.
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta : EGC
PPNPSIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2012. Buku Evaluasi Mahasiswa KeperawatanGerontik. Yogy
Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil