Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM PADA NYA.

H
DI RUANG DEWI SARTIKA RS MUHAMMADIYAH
BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase AKSM


Dosen pengampu :
Inggriane Puspita Dewi, S.Kep.,Ners.,M.Kep

RIZWAN DWI JULIANA

RAYATI

HEVTIN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunianya
kepada kita semua, sehingga atas ijin, anugrah, kekuatan lahir dan batin kelompok
dapat menyelesaikan tugas laporan kasus asuhan keperawatan spirirual muslim yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim Pada Ny.H Di Ruang Dewi
Sartika Rs Muhammadiyah Bandung”, tepat pada waktunya.Penulisan laporan
kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam stase Asuhan
Keperawatan Spiritual Muslim dalam program studi keperawatan profesi ners STIKes
„Aisyiyah Bandung.
Kelompok menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih memilki
banyak kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan
yang dimilki penulis.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi terciptanya laporan yang lebih baik.Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
arahan baik secara moril maupun material dari berbagai pihak.Semoga amal kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala Allah SWT.Demikan laporan
ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi dunia keperawatan.

Bandung, Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................................ 7

BAB II TINJAUN PUSTAKA...................................................................................... 2

A. Konsep Aspek Spiritual dalam Keperawatan ..................................................... 2

B. Terapi Murottal Al-Quran ................................................................................ 17

C. Konsep Cemas.................................................................................................. 20

BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 72

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami

peningkatanyang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di

tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya

stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),

penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan

hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat

menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit

lainnya (Syahriniet al., 2012).

Angka kejadian hipertensi di dunia telah mencapai 26,4% populasi dunia

dengan perbandingan 26,6% pada pria dan 26,1 % pada wanita, sedangkan di

Indonesia pada pria sebesar 22,8% dan pada wanita sebesar 28,8%.19 Prevalensi

hipertensidi Negara timur tengah cukup tinggi, negara Irak merupakan Negara

timur tengah dengan angka prevalensi tertinggi yaitu 40,4%. Diikuti dengan

negara Mesir sebesar 33,4%. Negara timur tengah dengan prevalensi terendah

adalah negara Sudan sebesar 23,6%, sedangkan di wilayah ASEAN yaitu Thailand

sebesar 17%, Philippina 22%, Malaysia 29,9%. Angka kejadian hipertensi di

1
2

Indonesia sebesar 65.048.110 jiwa atau 25,8% dari total populasi. Terdapat 5

provinsi di Indonesia

Dengan angka persentase yang melebihi angka persentase normal nasional,

yaitu Provinsi Bangka Belitung dengan angka kejadian tertinggi sebesar

426.655 jiwa atau 30,9%, diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan dengan

1.025.483 jiwa atau 30,8%, Provinsi Kalimantan Timur dengan 1.218.259

jiwa atau 29,5%, dan Provinsi Gorontalo dengan 33.542 jiwa atau 29,4%.

Angka kejadian hipertensi di Provinsi Jawa Barat sebesar 13.612.359 jiwa

atau 29,4% sehingga Provinsi Jawa Barat berada dibawah Provinsi

Kalimantan Timur, Provinsi Papua dengan 585.720 jiwa atau 16,8%, Provinsi

Bali dengan 840.851 jiwa atau 19,9%, Provinsi DKI Jakarta dengan

2.027.006 jiwa atau 20,0%, Provinsi Papua Barat dengan 179.874 jiwa atau

20,5%, dan Provinsi Riau dengan 1.328.954 jiwa atau 20,9%.

Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun (pernah

didiagnosis nakes) adalah 10,5% (Nasional 9,5 %). Sedangkan prevalensi

hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 29,4

persen. Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada

laki-laki. Pada tahun 2016 di Jawa Barat ditemukan 790.382orang kasus

hipertensi (2,46% terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun ),dengan jumlah kasus

yang diperiksa sebanyak 8.029.245 orang,tersebar di Kabupaten/Kota, dan

hanya 1 Kabupaten/Kota (Kab.Bandung Barat), tidak melaporkan kasus

Hipertensi, Penemuan kasus tertinggi di Kota Cirebon (17,18%) dan terendah


3

di Kab Pangandaran (0,05%), sedangkan Kabupaten Cianjur dan Kota Bandung

mencatat jumlah yang diperiksatetapi tidak mencatat hasil kasus hipertensi,

sebaliknya Kab Ciamis Tidak Mencatat jumlah yang diperiksa tetapi ditemukan

kasus Hipertensi.

Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola

makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan

seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan.

Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal

hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita

hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap

ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika

dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak

gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika

telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner,

fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya

mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini menjadi muara

beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi

selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada

mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para

penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan

kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak

mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka


4

hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan

kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja

jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan

pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan

mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Motivasi yang

kuat yang berasal dari diri pasien hipertensi untuk sembuh akan memberikan

pelajaran yang berharga. Proses untuk menjaga tekanan darah pasien

hipertensi tidak hanya dengan perawatan non farmakologi seperti olah raga,

namun juga dilakukan dengan cara pengobatan farmakologi. Pengobatan

farmakologi diperoleh salah satunya dengan cara melakukan kontrol ke

puskesmas. Pengobatan pasien hipertensi lansia di puskesmas yang rutin

sesuai jadwal kunjungan, akan mempercepat kondisi tekanan darah pasien

hipertensi lansia tetap terjaga dengan normal.

Golongan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

(enam puluh) tahun keatas. Keadaan fisiologis lansia, yaitu proses menjadi

tua merupakan proses alami secara fisiologis dan biologis yang terjadi pada

seluruh organ dan sel tubuh, berkurangnya kemampuan sensitivitas indera

penciuman dan perasa pada lansia mengakibatkan selera makan menurun. Hal itu

sering menyebabkan kurangnya asupan atau penggunaan bumbu, seperti kecap

atau garam. Pada lansia cenderung berlebihan dalam penggunaannya dan hal
5

ini akan berdampak pada menurunnya kesehatan lansia, dan kekuatan,

ketahanan dan kelenturan otot rangka berkurang, mengakibatkan kepala dan

leher terfleksi ke depan, ruas tulang belakang mengalami kifosis, panggul dan

lutut juga terfleksi sedikit. Keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh

terganggu. Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lansia

adalah gangguan pembuluh darah yaitu hipertensi. Hipertensi menjadi masalah

pada lanjut usia karena sering ditemukan menjadi faktor utama pernyakit jantung

dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun

disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.

Pengobatan pada lansia memerlukan perhatian khusus baik saat

pemeriksaan tekanan darah maupun saat pengobatan dengan menggunakan

obat ataupun tidak menggunakan obat. Aspek pengobatan dengan tidak

menggunakan obat yaitu dengan merubah pola hidup menjadi yang lebih baik.

Pengobatan dengan menggunakan obat yaitu dengan memperhatikan dosis awal

terlebih dahulu dan memperhatikan penyakit penyerta lain sehingga dapat

mempertimbangkan dan dapat melakukan pemilihan obat antihipertensi pada

lanjut usia. Pemberian obat antihipertensi standar pada dewasa dan lanjut usia

dilakukan pemberian secara berbeda.

Pada saat ini pemberian obat antihipertensi standar menggunakan

golongan obat antihipertensi, yaitu golongan Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACE Inhibitor) yang mekanisme kerja golongan obat

ini yaitu menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi perifer


6

vascular tanpa meningkatkan curah jantung, denyut jantung, maupun

kontraktilitas jantung. Obat ini menghambat enzim konversi angiotensin yang

membantu angiotensin I dalam pembentukan angiotensin II yang

merupakan vasokontriktor.

Efek samping jenis obat golongan ini mengakibatkan hipotensi berat

pada penderita hipovolemik karena diuretika, pembatasan garam, atau

kehilangan cairan gastrointestinal dan efek samping lainnya berupa

hiperkalemia, angioderma, batuk kering, gangguan pengecap dan alergi

kulit (rash), sedangkan pada lanjut usia dilakukan pemberian obat

antihipertensi berbeda yaitu dengan golongan antagonis kalsium.

Selain pengobatan famakologis, terapi non farmakologis juga sangat

membantu dalam membuat kondisi pasien dengan hipertensi. Salah datu terapi

non farmakologis yaitu terapi murottal quran. Al-Qur‟an merupakan salah

satu metode pengobatan yang memiliki semua jenis program dan data yang

diperlukan untuk mengobati berbagai macam gangguan pada sel tubuh.

Murottal (mendengarkan bacaan Al-Qur‟an adalah salah satu metode

penyembuhan dengan menggunakan Al-Qur‟an. Mendengarkan murottal Al-

Qur‟an dapat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosional, (EQ)

kecerdasan intelektual (IQ), serta kecerdasan spiritual (SQ) seseorang.

Mendengarkan murottal akan menimbulkan efek tenang dan rileks pada diri

seseorang, sehingga akan turut memberikan kontribusi dalam penurunan

tekanan darah (Kartini et al., 2017). Perasaan rileks dari mendengarkan


7

murottal juga dapat mempengaruhi kecemasan, seperti laporan dari salah satu

hasil penelitian bahwa, ada perbedaan rerata skor kecemasan sebelum dan

sesudah mendengarkan murottal (Handayani et al., 2014)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan spiritual pada pasien.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan spiritual

b. Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan spiritual

c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan spiritual

d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan spiritual dan

mengaplikasikan asuhan keperawatan berdasarkan EBN

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan spiritual

3. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini, penulis membuat sistematika penulisan sebagai

berikut:

a. Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan baik secara umum

maupun khusus, dan sistematika pembahasan.

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Terdiri dari landasan teori tentang asuhan keperawatan spiritual,Murottal Al-

quran , dan kecemasan.


8

c. Bab III Tinjauan Kasus

Pada bab ini, penulis mengemukakan proses asuhan keperawatan pada pasien

mulai dari pengkajian, penentuan diagnose, penentuan intervensi, pelaksanaan

implementasi, dan evaluasi serta analisa jurnal.

d. Bab IV Pembahasan

Pada bab ini akan menguraikan kesenjangan antara teori dan data-data yang

telah diperoleh dari kasus serta analisa jurnal untuk menguraikan analisis dan

pembahasan hasil laporan.

e. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menguraikan kesimpulan dari seluruh laporan yang telah

dilakukan.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Konsep Aspek Spiritual dalam Keperawatan

1. Pengertian Spiritual

Kamus besar Bahasa Indonesia mengartikan kata spiritual adalah sesuatu yang

berhubungan dengan kejiwaan, rohani dan batin.Spiritual berhubungan dengan hati,

jiwa, semangat, kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitar

berdasarkan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa (Yusuf,2016).

Mahmoodishan (2010) dan Vlasblom (2012) mendefenisikan spiritualitas

merupakan konsep yang luas, sangat subjektif dan individualis, diartikan dengan

cara yang berbeda pada setiap orang.

Spiritual dalam pandangan islam memiliki makna yang sama dengan ruh. Ruh

merupakan hal tidak dapat diketahui keberadaannya (gaib). Ruh selalu hubungan

dengan Ketuhanan, ia mampu mengenal dirinya sendiri dan penciptanya, ia juga

mampu melihal yang dapat masuk akal. Ruh merupakan esensi dari hidup manusia,

ia diciptakan langsung dan berhubungan dengan realitas yang lebih tinggi yaitu

penciptanya. Ruh memiliki hasrat dan kinginan untuk kembali ke Tuhan pada waktu

masih barada dan menyatu dengan tubuh manusia. Ruh yang baik adalah ruh yang

tidak melupakan penciptanya dan Selalu merindukan realitas yang lebih tinggi. Ini

9
10

dapat terlihat dari perbuatan individu apakah ia ingkar dan suka maksiat atau suka

dan selalu berbuat kebaikan. Pemahaman tentang ruh ini tidak dapat dipisahkan dari

firman Allah dalam QS: Al-Isra‟: 85 (Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-

nuansa Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Press. 2001), hal 329-330).

2. Spritual Care

Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut

sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirik (polytheist),

kufur (atheist), nifaq atau munafik ,(hypocrite), dan fusuq (melanggar hukum). Kondisi

spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya ikhlas (ridha dan senang menerima

pengaturan Illahi), tauhid (meng-Esa-kan Allah), tawakal (berserah diri sepenuhnya

kepada Allah). Spiritualitas adalah pandangan pribadi dan perilaku yang

mengekspresikan rasa keterkaitan ke dimensi transcendental atau untuk sesuatu yang lebih besar

dari diri (Asy‟arie, 2012).

Spiritual care berfokus pada menghormati pasien, interaksi yang ramahdan

simpatik, mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan kekuatan pada

pasien dalam menghadapi penyakitnya (Mahmoodishan, 2010).

3. Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk

mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa

percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan
11

tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk

memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2008 dalam Qur‟ana, 2009).

Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun

menjelang ajal (Potter & Perry, 2009)

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk

mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa

percaya dengan Tuhan. (Asmadi, 2008). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kebutuhan spiritual antara lain :

a. Perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual,

karena setiap tahap perkembangan memeliki cara meyakini kepercayaan terhadap

Tuhan.

b. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan

spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ras/suku

Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses

pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
12

d. Agama yang dianut

Keyakina pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan

arti pentingnya kebutuhan spiritual.

e. Kegiatan keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya

dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya (Asmadi, 2008:

254-257)

4. Hubungan antara Spiritualitas, Kesehatan,dan Sakit

Sakit merupakan suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan

sakit sangat relatif dipersepsikan oleh individu.

Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) bergantung pada latar

belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat sakit,

misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.

(Nursalam,2008) .Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

oleh setiap manusia, apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka berhubungan

dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit

menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkan nyadari

kesembuhan, kecuali Sang Pencipta (Hidayat,2008), karena ketika penyakit,

kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu

seseorang ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian

spiritual. Selama penyakit atau kehilangan, individu sering menjadi kurang mampu
13

untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan

dan dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang

mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat

mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari oranglain. Individu

mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang

jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup (Perry dan

Potter,2005) .Untuk itu didalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas

kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual.

Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien sakit,

kritis atau menjelang aja.

5. Peran Perawat Dalam Spiritual Care

Perawat merupakan orang yang selalu hadir ketika seseorang sakit, kelahiran,

dan kematian. Pada peristiwa kehidupan tersebut kebutuhan spiritual sering

menonjol, dalam hal ini perawat berperan untuk memberikan spiritual care

(Cavendish, 2003).

Menurut Undang undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat adalah

mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan

keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan

atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan institusi

keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan

penelitian dibidang keperawatan (Gaffar,1999 dalam Qur‟ana,2012).


14

Dalam virginia hunderson international nursing library, 2008 dalam Qur‟ana

(2012) peran perawat dalam asuhan spiritual dilakukan melalui peran pendampingan

(accompanying), pemberibantuan (helping), kehadiran (presencing), penghargaan

(valuing), dan peran sebagai perantara (intercessoryroles). Peterson, 2007 dalam

Qur‟ana (2012) ,menyatakan bahwa pendampingan, membantu dalam berdoa,

memberikan / menyediakan artikel keagamaan bagi pasien merupakan bagian dari

peran pemberian intervensi keperawatan dalam asuhan spiritual.

a. Pengkajian Kebutuhan Spiritual Pasien

Hamid (2008) mengatakan bahwa pada dasarnya informasi awal yang perlu

dikaji secara umum adalah sebagai berikut :

1) Afiliasi Agama : Partisipasi pasien dalam kegiatan agama apakah dilakukakn

secara aktif atau tidak, jenis pastisipasi dalam kegiatan agama

2) Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi : praktek kesehtan yaitu diet,

mencari dan meneriama terapi, ritual atau upacara agama, persepsi penyakit yaitu

hukuman, cobaan terhadap keyakinan dan startegi koping.

3) Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi : tujuan dan arti hidup, tujuan dan arti

kematian, kesehatan dan pemeliharaannnya, hubungan dengan Tuhan ,diri sendiri

dan orang lain.

Pengkajian aspek spiritual pasien menurut Stoll dalam Spiritual care, meliputi

empat area pengkajian meliputi :

1) Konsep pasien tentang Tuhan

2) Sumber kekuatan atau harapan pasien


15

3) Sumber kekuatan pasien untuk membantu mengatasai masalah yang dihadapi,

menajdi suatu sumber kekuatan pasien.

4) Praktek religius , hubungan antara keyakinan spiritual dengan status kesehatan

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat

mengindentiikasi dan memberikan informasi secara pasti untuk menjaga,

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien.

Dalam NANDA 2014 terdapat 35 diagnosa yang terkait dalam masalah

spiritualita seperti, kurang pengetahuan tentang praktik ibadah, gangguan praktik

ibadah, kesiapan untuk peningkatan praktik ibadah, risiko gangguan praktik ibadah,

distress spiritual, risiko distress spiritual, kesiapan untuk peningkatan kesejahteraan

spiritual, risiko bunh diri, cemas akan kematian, harga diri kronis, harga diri rendah,

berduka.

c. Rencana keperawatan

Dalam rencana keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa tentang spiritual

terdapat beberapa rencana yang dapat ditetapkan untuk keberhasilan intervensi

keperawatan, di antaranya dapat meningkatkan pengetahuan tentang praktik ibadah

pada orang sakit, membantu pealaksanaan ibadah praktik dirumah sakit, stabilitas

emosi, meningkatkan harapan hidup, mencapai kematian yang husnul khotimah,

memiliki hidup yang berkualitas.


16

d. Implementasi

Perawat dapat menggunakan empat alat/instrumen spiritual untuk membantu

perawat dalam melaksanakan spiritual care yaitu perawat perlu mendengarkan

pasien, perawat perlu hadir setiap saat untuk pasien, kemampuan perawat untuk

menerima apa yang disampaikan pasien, dan menyikapi dengan bijaksana

keterbukaan pasien pada perawat. Perawat perlu menyadari bahwa memberikan

spiritual care bukan hanya tugas dari pemuka agama, oleh karena itu perawat juga

harus mengenali keterbatasan pada diri sendiri dan harus bekerjasama dengan

disiplin ilmu lain seperti pembimbing rohani yang ada dirumah sakit, sehingga

dapat berperan penting dalam memberikan dukungan terhadap kebutuhan spiritual

pasien (Govier, 2000).

Membantu berdoa atau mendoakan pasien juga merupakan salah satu tindakan

keperawatan terkait spiritual pasien. Berdoa melibatkan rasa cinta dan

keterhubungan. Pasien dapat memilih untuk berpartisipasi secara pribadi atau secara

kelompok dengan keluarga, teman atau pemuka agama. Pada situasi ini peran

perawat adalah memastikan ketenangan lingkungan dan privasi pasien terjaga.

e. Evaluasi

Untuk melengkapi siklus proses keperawatan spiritual pasien, perawat harus

melakukan evaluasi yaitu dengan menentukan apakah tujuan telah tercapai. Hal ini

sulit dilakukan karena dimensi spiritual yang bersifat subjektif dan lebih kompleks.

Membahas hasil dengan pasien dari implementasi yang telah dilakukan tampaknya

menjadicara yang baik untuk mengevaluasi spiritual care pasien (Govier, 2000).
17

B. Terapi Murottal Al-Quran

1. Pengertian Murottal Al-Quran

Menurut Ad-Dihami (2005), bacaan Al-Quran merupakan obat yangkomplet

untuk segala jenis penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit fisik,baik penyakit

dunia maupun penyakit akhirat. Sedangkan menurut Yani (2002) menyatakan

bahwa Al-Quran bermanfaat untuk menjadi obat, penawar dan penyembuh dari

berbagai persoalan hidup manusia (Indrajati, 2013).

Defenisi Al-Murottal berasal dari kataRatlu As-syaghiri (tumbuhanyang bagus

dengan masaknya dan mereka) sedangkan menurut istilah adalahbacaan yang

tenang, keluarnya huruf dari makhroj sesuai dengan semestinyayang disertai dengan

renungan makna. Jadi Al-Murottal yaitu pelestarian Al-Qur‟an dengan cara

merekam dalam pita suara dengan memperhatikan hukum-hukum bacaan, menjaga

keluarnya huruf-huruf serta memperhatikan waqaf-waqaf (tanda berhenti) (Anwar.

2008).

Pada masa sekarang, media dan alat perekam suara telah ditemukansehingga

media tersebut bisa di manfaatkan untuk merekam baca‟an Al-Qur‟an dan rekaman

baca‟an tersebut bisa di ulang kembali.Hal ini juga sangat berguna dalam rangka

menyebarkan Al-Qur‟an dan mengembangkannya di dunia islam terutama di negeri-

negeri yang kekurangan pakar (Awad,2010).


18

2. Manfaat Murottal Al-Quran

Berikut ini adalah manfaat dari murottal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci

Al-Qur‟an menurut Siswantinah (2011)dalam Indrajati (2013)antara lain :

a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan tartil akan mendapatkan

ketenangan jiwa.Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-A‟raf :203-

204

‫م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫م‬

‫ى‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫م‬ ﴿٢٠٣﴾

﴿٢٠٤

﴾Terjemahan :“dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al-Qur’an kepada

mereka,mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?”

Katakanlah:“Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari

Tuhanku kepadaku. Al-Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu,

petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.“dan apabila dibacakan Al

Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar

kamu mendapat rahmat”. Ayat tersebut di atas memerintahkan untuk

mendengarkan dan memperhatikan bacaan Al-Qur‟an dan berdzikir mengingat

Allah SWT terus menerus, Selanjutnya Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad

SAW agar menjelaskan bahwa Al-Quran itu wahyu yang diturunkan kepadanya

untuk disampaikan kepada umatnya. Al-Quran mempunyai tiga fungsi, yaitu

sebagai bukti yang nyata, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
19

b. Lantunan Al-Qur‟an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara

manusia merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang

paling mudah dijangkau. Dengan tempo yang lambat serta harmonis lantunan Al-

Qur‟an dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon

endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari

rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,

denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam

atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,

pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. Terapi bacaan Al-

Qur‟an dapat berpengaruh terhadap perubahan aruslistrik di otot, perubahan

sirkulasi darah, dan perubahan detak jantung. Perubahan tersebut menunjukkan

adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang

mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi, diiringi dengan

penurunan frekuensi detak jantung. Terapi murottal bekerja pada otak, dimana

ketika didorong oleh rangsangan dariluar (terapi Al-Qur‟an), maka otak

memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini menguatkan

kedalam reseptor-reseptor yang adadi dalam tubuh dan akan memberikan umpan

balik berupa kenikmatan atau kenyamanan(Indrajati, 2013). Penelitian yang

dilakukan oleh Uprianingsih (2013) membuktikan adanya pengaruh terapi audio

murottal Al-Qur‟an terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia dengan

memperdengarkan rekaman surah Al-Baqarah.


20

C. Konsep Cemas

1. Pengertian Cemas

Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA)

masih baik, keperibadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian

/Splitting of Personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas

normal (Murdiningsih & Ghofur,2013).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cemas

Menurut Kaplan dalam Murdiningsih (2013), faktor yang mempengaruhi

kecemasan antara lain :

a. Faktorintrinsik

1) Usia

Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering padausia

dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur

21-45 tahun.

2) Pengalaman menjalani pengobatan

Pengalaman awal dalam pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang

sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan

datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan

bagi kondisi mental individu di kemudian hari. Apabila pengalaman individu


21

tentang kemoterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan

saat menghadapi tindakan kemoterapi

3) Konsep diri dan peran

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui

individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu berhubungan dengan orang

lain.

Menurut Stuart & Sundeen (2007) peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan

yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.

b. Faktor Ekstrinsik

1) Kondisi medis (diagnosis penyakit)

Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering

ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi

medis. Misalnya, pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa

pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya pada

pasien yang dengan diagnose baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan.

2) Tingkat pendidikan

Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada

umumnya berguna dalam mengubah pola piker, pola bertingkah laku dan pola

pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih muda dalam

mengidentifikasi stressor dalam diri sendirimaupun dariluar dirinya. Tingkat

pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus.


22

3) Akses informasi

Akses informasi adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar seseorang

membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya.Informasi adalah

segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan kemoterapi

terdiri dari tujuan kemoterapi, proses kemoterapi, resiko dan komplikasi serta

alternatif tindakan yangtersedia, serta proses administrasi

4) Proses adaptasi

Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang

dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses

adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-

sumber di lingkungan dimana berada. Perawat merupakan sumber daya yang

tersedia di lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan

untuk membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan diri dalam

menghadapi lingkungan yang baru.

5) Tingkat sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik. Masyarakat

kelas sosial ekonomi rendah prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan

ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan

kecemasan pada klien yang menghadapi tindakan kemoterapi.

6) Jenis tindakan kemoterapi

Klasifikasi tindakan terapi medis yang dapat mendatangkan kecemasan karena

terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang. Semakin mengetahui
23

tentang tindakan kemoterapi akan mempengaruh itingkat kecemasan pasien

kemoterapi.

7) Komunikasi terapeutik

Komunikasi sangat dibutuhkan baik bagi perawat maupun pasien. Terlebih bagi

pasien yang akan menjalani proses kemoterapi. Pasien sangat membutuhkan

penjelasan yang baik dari perawat.

3. Tingkat Kecemasan

Stuart (2007) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkatan antara lain :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang

persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas. 16 Respon fisiologis ditandai dengan sesekali nafas

pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut,

bibir bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi luas, mampu menerima

ransangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara

efektif. Respon perilaku dan emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada tangan, dan suara kadang-kadang meningkat.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan padahal yang

penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seorang mengalami perhatian

yang selektif. Namun, dapat melakukan sesuatu yang terarah.


24

Respon fisiologis ditandai dengan sering bernafas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, mulut kering, diare,dan gelisah. Respon kognitif, lapang persepsi

menyempit, ransangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi

perhatiannya. Respon perilakudan emosi ditandai meremas tangan, bicara banyak

dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

c. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang terhadap sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan

untuk menghentikan ketegangan individu dengan kecemasan berat memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pikiran pada suatu area lain.

Respon fisiologis ditandai dengan nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, berkeringat, ketegangan dan sakit kepala. Respon kognitif yaitu lapang

persepsi, tidak mampu menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi,

perasaan ancaman meningkat.

4. Cara Mengukur Kecemasan

Menurut Hawari (2007)alat ukur Hamilaton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

terdiri dari empat belas kelompok drinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih

spesific. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4,

yang artinya adalah :

Nilai 0 : Tidak ada gejala (keluhan), 1 :1 dari gejala yang ada , 2 : Separuh dari

gejala yang ada, 3 : Lebih dari separuh gejala yang ada, 4: Semua gejala ada

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai 14 dengan
25

ketentuan sebagai berikut : Skor kurang dari 14=Tidak ada kecemasan Skor 14

sampai 20= Kecemasan ringan Skor 21 sampai 27= Kecemasan sedang Skor 28

sampai 41= Kecemasan berat ,Skor 42 sampai 56 = Kecemasan berat sekali/panik.

5. Penatalaksanaan Cemas

Sebagian besar penelitian hasil pengobatan menunjukkan bahwa pengobatan

aktif lebih baik daripada pendekatan tidak langsung, dan secara keseluruhan lebih

utama daripada tanpa pengobatan; namun sebagian besar penelitian tersebut gagal

menunjukkan angka diferensial kefektifan di antara pengobatan aktif. Penelitian

terbaru menunjukkan bahwa terapi perilaku-kognitif (yang mengombinasikan

latihan relaksasi dan terapi kognitif), yang bertujuan mengendalikan proses

kekhawatiran adalah terapi yang paling efektif. Benzodiazepin mengurangi gejala

ansietas dan kekhawatiran pada gangguan ansietas umum. Buspiron tampak

sebanding dengan benzodiazepin dalam mengurangi gejala gangguan ansietas

umum. Anti depresan trisiklik menunjukkan manfaatnya dalam pengobatan

gangguan ansietas umum (Hawari, 2008).


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Biodata Pasien

Nama Pasien : Ny H

Usia : 59 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : purwakarta IV no 53

Diagnosa Medis : Hypertensi ,Jantung dan gastritis

Tanggal Masuk RS : 23 / 07/ 2019

Tanggal Pengkajian : 23/ 07/ 2019

26
27

B. Riwayat Kesehatan Dahulu Dan Sekarang

1. Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien tidak pernah mengalami

penyakit seperti ini hanya pasien mempunyai riwayat Hipertensi, dan penyakit

jantung terakhir di rawat di muhammadiyah pada bulan juni kemarin

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

3 hari sebelum RS Pasien mengeluh Bab cair lebih dari 10x dan muntah-

muntah tiap kali di isi,badan terasa lemes sampai kaki dan tangan pun terasa baal

pusing dan dada terasa berdebar-debar dan nyeri pada uluhati 8 dengan skala

nyeri ( 1-10 ) padahal selama ini sudah menjaga pola makannya,jam 14,00

Tanggal 23/7/2019 pasien oleh anak nya di bawa ke ugd rs muhammadiyah

bandung dan pasien harus menjalani perawatan.

Pada saat di lakukan pengkajian pasien mengatakan pusing masih ada, BAB

2-3 Kali nyeri di uluhati sudah berkurang 3 dengan skala (1-10 ) dan muntah-

muntah sudah tidak ada ,pasien merasa cemas dengan penyakitnya.didapatkan

hasil : TD : 150/110 MMHG , Nadi 88x/ menit, Resoirasi 19x/menit, Suhu 36,8.
28

C. Pengkajian Spiritual

1. Hubungan Kesehatan dengan Spiritual

Pada saat di kaji Pasien bertanya kenapa ini bisa terjadi pada diri saya dan

merasa cemas dengan penyakit yang di deritanaya karena pasien sering bolak

balik ke rs ,dan pasien pun mengatakan rasa cemas dan penyakitnya datang saat

pasien mengingat akan masa lalunya pasien merasakan marah yang terpendam

selama hampir 12 tahun sekarang di bulan September dan merasa sangat sesak ke

dadanya bila ingat kejadian dimana suaminya bermain hati dengan perempuan

lain tapi pasien mengatakan berusaha untuk ikhlas atas semua yang ada karena

semua penyakit yang datangnya dari allah swt dan allah swt pulalah yang akan

menyembuhnkanya,pasien mengatakan akan terus berusaha untuk sembuh

karena teringat masih punya anak yang belum menikah di usia 31 tahun ini,wajah

pasien tampak cemas dan menitikan air mata.

Pasien mengatakan bahwa sakit adalah ujian dalam hidup nya dan dengan

sakit ini pasien lebih mendekatkan diri dengan tuhan.sedangkan sehat menurut

pasieb adalah kondisi yang paling berharga dan sangat mahal ,dan kita harus

selalu bersyukur dengan sehat ini. Pada saat dilakukam pengkajian scoring

kecemasan menggunakan Hars adalah : 2 ( rentang scor 0 : tidak ada jecemasan ,

skors 2 : sedang, skor 3 Berat,skor 4,sangat berat.


29

2. Kebiasaan praktik ibadah di rumah

Pasien mengatakan biasa melakukan ibadah shalat 5 waktu tanpa terlewat

meskipun terkadang kurang tepat waktu,kadang mengikuti pengajian rutin yang

ada di sekitar rumah tiap hari jumat ,mengaji alquran biasa dilkukan di dalam

rumah,puasa wajibpun pasien masih menjalaninya hanya kemarin pada hari 29

puasa nya harus batal di karenakan pasien harus di rawat dan masuk RS,Untuk

puasa sunah pasien kadang-kadang menjalaninya hanya belum rutin untuk

melaksankan puasa sunahnya.

3. Praktik ibadah ketika sakit

Pasien mengatakan masih pusing dan belum melaksanakan shalat asyar ,

merasa sulit kekamr mandi terpasang infuse dan oksigen, pasien paham tentang

tatacara tayamum pengganti wudhu dan tatacara shalat untuk orang yang sakit

akan tetapi pasien masih butuh bimbingan untuk tatacara tayamum yang baik

dan benar,pasien juga merasakarena sering buang air kecil di pampers dan

menganggap walaupun sudah di bersihkan masih merasa belum

sempurna,pasien mengatakan merasa tenang dan senang setiap kali di doakan

ketika perawat datang dan mendengarkan murotal dari pengeras suara dirumah

sakit,ketika merasa cemas dan sakit pasien berdoa di dalam hatinya sembari

menutup matanya,pasien mendatakan doanya sebisanya saja seperti alfatihah,

alikhlas, doa sapujagat sembari memohon kepada Allah SWT.


30

4. Konsep Ketuhanan

Pasien mengatakam bahwa sakit yang dirasakannya sebagai bentuk ujian dari

Allah SWT ,dengan sakitnya ini menjadikanya harus senantiasa bersyukur dan

semangat untuk sembuh dan tidak merasa sendiri ,karena apayang terjadi dalam

hidupnya sudah takdir tuhan untuk dirinya, setiap kali merasa sakit dan cemas

pasien senantiasa berdoa kepada allah dengan memperbanyak silaturahmi dan

ikut pengajian bersama ibu –ibu di kompleknya

Pasien mengatakan bahwa hidup harus terus di jalani ,dengan kondisi sakit ini

tidak seharusnya bersedih dan merasa sendiri ,karena masih banyak di luar sana

yang sakit dan punya masalah seperti saya tetapi tidak setegar dan sekuat saya

,hidup harus selalu di syukuri dan yakinlah bahwa allah selalu memberikan

terbaik untuk saya.

5. Suport sistem dan dukungan

Pasien mengatakan selama sakit selama di rumah sakit yang selalu

menunggunya anaknya dan bergantian dengan adiknya dan keponakannya,pasien

mengatakan merasa tenang saat di temani oleh anak dan saudara2nya sekalipun

hatinya kecilnya selalu berkata bahwa harusnya ada suaminya yg selalu

mendipinginya tapi allah berkehendak lai n,dan mengirimkan anak dan

saudara2nya yg selalu ada dan yang di rumah di bantu oleh keluarga yang

lainnya,tetangga dan teman baiknyapun ada yang datang menengok.


31

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
KEPERAWATAN

- Pasien mengatakan -Posisi pasien semi - Kesiapan

masih pusing dan fowler peningkatan

belum melaksanakan - Terpasang infuse RL religiusitas b/d

shalat asyar , merasa dan oksigen kondisi sakit

sulit kekamr mandi - Skala nyeri 3 penyakit

terpasang infuse dan dari (1-10 ) Pada

oksigen, pasien paham saat di lakukan

tentang tatacara pengkajian

tayamum pengganti didapatkan hasil :

wudhu dan tatacara TD : 150/110

shalat untuk orang MMHG , Nadi

yang sakit akan tetapi 88x/ menit,

pasien masih butuh Resoirasi

bimbingan untuk 19x/menit, Suhu

tatacara tayamum yang 36,8.

baik dan benar,pasien

juga merasakarena

sering buang air kecil


32

di pampers dan

menganggap

walaupun sudah di

bersihkan masih

merasa belum

sempurna,

- pasien mengatakan

merasa tenang dan

senang setiap kali di

doakan ketika perawat

datang dan

mendengarkan murotal

dari pengeras suara

dirumah sakit,ketika

merasa cemas dan

sakit pasien berdoa di

dalam hatinya sembari

menutup

matanya,pasien

mendatakan doanya

sebisanya saja seperti


33

alfatihah,alikhlas, doa

sapujagat sembari

memohon kepada allah

swt.

- Pasien bertanya Pasien tampak Anxietas (sedang)

kenapa ini bisa terjadi cemas dan berhubungan dengan

pada diri saya dan sampai perubahan status

merasa cemas dengan meneteskan air kesehatan

penyakit yang di matanya: TD :

deritanaya karena 150/110 MMHG ,

pasien sering bolak Nadi 88x/ menit,

balik ke rs Resoirasi

- Pasien pun 19x/menit, Suhu

mengatakan rasa 36,8.

cemas dan

penyakitnya datang

saat paien mengingat

akan masalalunya

pasien merasakan

marah yang terpendam

selama mau 12 tahun


34

sekarang di bulan

September ini dan

merasa sangat sesak ke

dadanya bila ingat

kejadian dimana

suaminya bermain hati

dengan perempuan

lain - pasien

mengatakan berusaha

untuk ikhlas atas

semua yang ada

karena semua penyakit

yang datangnya dari

allah swt dan allah swt

yang akan

menyembuhnkanya,pa

sien mengatakan akan

terus berusaha untuk

sembuh karena

teringat masih punya

anak yang belum


35

menikah di usia 31

tahun ini,
36

E. INTERVENSI KEPERAWATAN SPIRITUAL

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Kesiapan peningkatan Meningkatnya tentang praktik Identifikasi keinginan klienklien terhadap

religiusitas bd kondisi ibadah pada orang sakitdengan ekspresi keagamaan

sakit/penyakit kriteria :
1. Koordinasikan dan sediakan pelayanan

1. Kualitas Beribadah (5) doa

2. Kemampuan Berdoa (5) 2. Fasilitasi untuk pelaksanaan ibadah

3. Kemampuan Beribadah (5) 3. Jelaskan tentang religiusitas penyakit,

kesehatan, dan pengobatan dalam Islam


4. Kepuasan Spiritual (5)

4. Ingatkan pasien akan waktu sholat


Keterangan :

5. Ciptakan lingkungan yang menunjang


1. Sangat Terganggu
untuk beribadah: bersih
37

2. Banyak Terganggu 6. Ajarkan pasien tata cara tayamum sesuai

dengan kondisi sakitnya


3. Cukup Terganggu

7. Bantu dan ajarkan pasien tata cara sholat


4. Sedikit Terganggu
sesuai dengan kondisi sakitnya
5. Tidak Terganggu
8. Informasikan jenis kegiatan ibadah selain

sholat wajib yang dapat dilakukan dalam

keaadaan sakit seperti membaca dan

mendengarkan Al Qur‟an dan buku

Islami (biblioterapi)

9. Libatkan keluarga dalam membantu

pasien dalam hal praktik ibadah


38

2 Anxietas (sedang) berhubungan Pasien dapat mengontrol perasaan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan

dengan perubahan status cemas, tegang atau gelisah dari meyakinkan

kesehatan sumber yang tidak dapat


2. Jelaskan semua prosedur termasuk
diidentifikasi dengan karakteristik :
sensasi yang akan dialami klien selama

- Menggunakan strategi prosedur

koping yang efektif (5)


3. Berikan informasi faktual terkait

- Mengendalikan respon diagnosa perawatan dan diagnosis

kecemasan (5)
4. Dorong keluarga untuk mendampingi

- Skor kecemasan 0 (tidak ada klien dengan cara yang tepat

kecemasan)
5. Dengarkan klien

Keterangan :
6. Dukung penggunaan mekanisme koping

1. Sangat terganggu yang tepat dengan cara melakukan


39

2. Banyak terganggu murotal surat arrahman

3. Cukup terganggu

4. Sedikit terganggu

5. Tidak terganggu
40

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN SPIRITUAL

Tanggal No DX Implementasi dan Catatan Perkembangan Paraf

24 Juli 19 1 Jam 16.00 WIB Raya

Mengobservasi Tanda-Tanda Vital

Hasil :

Tensi : 140/80 MmHg, Nadi : 84 x/Menit, S : 36 oC. RR : 20 X/Menit

Jam 16.15

1 Mengkaji kebutuhan spiritual pasien

Hasil : pasien mengatakan belum melaksanakan sholat asar dengan

nantisaja melaksanakan sholatnya bisa sendiri.

Jam 18.30

Mengobservasi dan mengidentifikasi praktik ibadah pasien (sholat)

1 Hasil: pasien mengatakan belum sholat

Jam 19.00
41

Memberikan motifasi pada klien agar tetap optimis akan kesembuhannya

24 Juli 19 1 Jam 16.00 WIB

Mengobservasi Tanda-Tanda Vital

Hasil :

Tensi : 130/60 MmHg, Nadi : 84 x/Menit, S : 36 oC. RR : 18 X/Menit

Jam 16.15 WIB

1 Memfasilitasi pasien untuk mendengarkan murotal Ar Rahman

Hasil :pasien mengatakan tenang ketika mendengar Al Qur‟an,skala cemas

menurun awal 2 setelah di lakukan murotal skala turun menjadi 2

Jam 16.30 WIB

1 Mengulang kembaliuntuk mendengarkan murotal Ar Rahman

Hasil: klien mengatakan skala cemas menurun, skala awal 1 turun menjadi

0 sembari memegang tangan perawat


42

G. EVALUASI

Diagnosa
Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan

25 Juli 2019 Kesiapan DX 1


peningkatan
S:
religiusitas bd
kondisi - Klien mengatakan hatinya tenang saat selesai ibadah
sakit/penyakit
- Klien mampu melakukan secara mandiri dan mengatakan ibadah
jadi terjaga

- Klien mengatakan tenang ketika mendengar Al Qur‟an

O:

- Tensi : 130/70 MmHg, Nadi 76 X/Menit, S : 36.3 oC. RR : 18


X/Menit

- Wajah pasien tampak tenang ,pasien mau berdoa bersama-sama


dengan perawat.Pasien tampak segar dan bersih

- Klien dapat mengikuti bimbingan perawat.

A : Kebutuhan spiritual klien terpenuhi kriteria :


43

1. Kualitas ibadah (5)

2. Kemampuan berdoa (5)

3. Perasaan kedamaian (5)

4. Kualitas keyakinan (5)

Keterangan :

Kebutuhan spiritual pasien tidak terganggu

Anxietas (sedang) P: Intervensi dipertahankan


berhubungan
dengan perubahan DX 2
status kesehatan S:

- Klien mengatakan hatinya tenang saat selesai ibadah

- Klien mengatakan sudah mulai mengerti tentang penyakitmya

O:

- Tensi : 130/70 MmHg, Nadi 76 X/Menit, S : 36.3 oC. RR : 18


X/Menit

- Keadaan umum tampak tenang


44

- Klien dapat mengikuti bimbingan perawat.

A : Ansietas teratasi di tandai dengan :

- Pasien dapat mengontrol perasaan takut ,tegang atau gelisah dari


sumber yang tidak dapat di identifikasi dengan karakteristi :

1. .Menggunakan strategi koping yang efektif (4 )

2. .Mempertahankan hubungan social (4)

3. Mengendalikan respon kecemasan (4 )

Keterangan :

Semua karakteristik untuk mengontrol kecemasan sering di lakukan oleh


pasien

P: Intervensi dipertahankan
45

ANALISA JURNAL

P : Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya yang menimpa

hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya.

I : Terapi Murottal Al Quran

C : Terapi Musik

O : Penurunan Tingkat Kecemasan

Pertanyaan : manakah yang lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan di

antara terapi murottal Al-quran dan terapi musik ?

Kata Kunci : Kecemasan, Terapi Murottal Al-Quran, Terapi Musik


46

No JUDUL VALIDITY IMPORTANT APPLICABILITY

1 Pengaruh Murottal Al- 1. Validitas Seleksi Terapi Murottal Setelah menganalisis

Qur’an Terhadap Kriteria inklusi : memberikan dampak jurnal ini penelitian ini

Tingkat Kecemasan 1) Pasien pria dan wanita, psikologis kearah positif, dapat dilakukan di dunia

Pada Pasien Jantung 2) Pasien beragama Islam, karena apa yang keperawatan sebagai

3) Pasien berusia diatas 18 tahun, didengarkan akan salah satu terapi non

Author : 4) Pasien dengan keadaan sadar, disampaikan keotak untuk farmakologis yang

Saleh, Muhammad 5) Pasien yang baru pertama kali dipersepsikan sehingga membantu kesembuhan

Chairil Ibnu, Agustina, didiagnosa penyakit jantung, dengan terapi Murottal ini pasien dari segi

Dwi Martha, Hakim, 6) Mampu berkomunikasi dengan baik dan kualitas kesadaran spiritual.

Lukmanul 7) Bersedia menjadi responden. terhadap Tuhan akan

Publikasi : Sedangkan kriteria Ekslusi adalah meningkat dan

Vol 3 No 2 (2018): Jurnal 1) Pasien mengalami gangguan jiwa dan menyebabkan totalitas

Keperawatan Suaka Insan 2)Pasien mengalami gangguan kepasrahan kepada Allah


47

(JKSI) pendengaran atau tuli. SWT. Dengan keadaan

2. Validitas Informasi tersebut menurut Mac

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Gregor (2001) gelombang

Alamanda RSUD Ulin Banjarmasin pada otak akan berada pada

tanggal 05 Maret 2018 – 27 April 2018, frekuensi 7-14 Hz, dimana

dengan durasi 15 – 20 menit setiap keadaan ini merupakan

perlakuan yang dilakukan 3 hari berturut- keadaan energy otak yang

turut pada setiap responden. optimal dan dapat

Instrumen yang digunakan dalam menyingkirkan stress dan

penelitian ini adalah kuesioner Hospital Menurunkan kecemasan

Anxiety & Depression Scale (HADS). (Zahrofi,2013).

HADS merupakan suatu skala terstruktur Dari hasil penelitian di atas

yang terdiri dari 14 item pernyataan yang secara umum dapat ditarik

dibagi menjadi 2 interpretasi pernyataan kesimpulan bahwa terapi


48

untuk tingkat kecemasan dan depresi. Murottal Al‟Qur-an sangat

Instrument yang digunakan dalam efektif digunakan dalam

penelitian ini adalah 7 item pernyataan menurunkan angka

untuk mengukur tingkat kecemasan kecemasan pada pasien

dengan skor hasil 16 – 21 = kecemasan dengan penyakit

berat, 12 – 15 = kecemasan sedang, 8 – 11 kardiovaskular. Terapi

kecemasan ringan, dan <7 = tidak ada Murottal Al‟Qur-an tidak

kecemasan. hanya untuk menurunkan

3. Validitas Pengontrolan Perancu angka kecemasan, tetapi

Pada penelitian ini tidak dijelaskan diharapkan secara tidak

mengenai pengontrolan perancu langsung juga mampu

4. Validitas Analisis meningkatkan nilai

Desain penelitian ini menggunakan analisa spiritual pasien dalam

univariat dan bivariat. Analisa univariat mendekatkan diri


49

menggunakan tabel distribusi frekuensi. kepada Tuhan Yang Maha

Analisa bivariat menggunakan uji Esa.

Wilcoxon Signed Rank Test untuk Terapi ini juga tidak

mengetahui adanya perubahan skor tingkat memberi dampak yang

kecemasan pre-test dan post-test. negative atau merugikan

5. Validitas Eksterna bagi pasien. Oleh sebab

Sampel yang digunakan oleh peneliti pada itu, harapan peneliti terapi

penelitian ini berjumlah 15 orang dengan Murottal Al‟Quran dapat

penyakit jantung. Teknik yang digunakan direncanakan dan

untuk memilik responden adalah purposive diterapkan oleh perawat

sampling terkait pemberian terapi

non farmakologis dalam

menurunkan tingkat

kecemasan pasien.
50

2 Intervensi Terapi Audio 1. Validitas Seleksi Terapi murottal lebih Setelah menganalisis

Dengan Murottal Surah Penelitian ini membandingkan dua efektif dibandingkan jurnal ini penelitian ini

Al-Fatihah Terhadap kelompok dengan DM tipe II yaitu dengan mendengarkan dapat dilakukan di dunia

Penurunan Stres Pada kelompok intervensi (kelompok diberikan musik dalam menurunkan keperawatan sebagai

Diabetes Mellitus Tipe terapi murrotal) dan kelompok kontrol stres, bahkan terapi ini salah satu terapi non

II (kelompok tidak diberikan terapi memiliki pengaruh dalam farmakologis yang

Author : murrotal). stabilitas tanda-tanda vital. membantu kesembuhan

Dyah Restuning Prihati, Tahap pemilihan sampel berdasarkan Total Sara S, 2013). pasien dari segi spiritual

Maulidta Karunianingtyas sampling dengan kriteria inklusi yaitu Hasil penellitian ini yang

Wirawati bersedia menjadi subjek penelitian, klien pertama terjadi penurunan

Publikasi : Prosiding DM tipe II, kesadaran kompos mentis, tingkat stress pada

Seminar Nasional belum pernah dilakukan terapi audio kelompok intervensi

Unimus murrottal sebelumnya. Untuk kriteria pasien DM Tipe II

(Volume 1, 2018) Eksklusi yaitu klien non muslim dan klien sebelum dan sesudah
51

yang didiagnosa memiliki gangguan diberikan terapi audio

pendengaran. dengan murrotal surah Al-

2. Validitas Informasi Fatihah dan kedua Tidak

Tahap pelaksanaan penelitian dimana terdapat perbedaan tingkat

responden diminta mengisi pre test yaitu stress pada kelompok

pengkajian stres dengan instrumen kontrol pasien DM Tipe II

Depression Anxiety Stress Scale (DASS). sebelum

Kemudian peneliti melakukan intervensi dan sesudah diberikan

terapi murottal surah Al-Fatihah kepada terapi audio dengan

responden. murrotal surah Al-Fatihah

Kelompok kontrol tidak mendapatkan

intervensi murottal.

Setelah dilakukan tindakan mendengarkan

murrottal selanjutnya peneliti melakukan


52

posttest kepada kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi.

3. Validitas Pengontrolan Perancu

Pada penelitian ini tidak dijelaskan

mengenai pengontrolan perancu

4. Validitas Analisis

Setelah data terkumpulkan kemudian

dilakukan analisa data secara univariat

untuk menghitung distribusi frekuensi

sehingga dapat diketahui gambaran

karakteristik responden seperti umur, jenis

kelamin dan lama menderita DM. Analisa

bivariat menggunakan uji non parametrik,

Wilcoxon test untuk mengetahui


53

perbedaan tingkat stress sebelum dan

sesudah diberikan terapi murotal baik pada

kelompokintervensi maupun kelompok

kontrol.

5. Validitas Eksterna

Populasi dalam penelitian ini adalah semua

pasien DM type II yang menjalani rawat

inap.

Tempat penelitian di ruang penyakit dalam

di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro

Semarang. Waktu penelitian bulan maret

sampai juli 2018.


54

3 Pengaruh Terapi Murottal 1. Validitas seleksi Hasil penelitian ini Terapi murottal al-

Al Qur‟an Terhadap Penelitian ini berada dilakukan di unit mengidentifikasi qur‟an ini dapat

Kualitas Tidur Lansia Di Rehabilitasi Sosial Dewanata karakteristik usia dilakukan diruangan

Unit Rehabilitasi Sosial Cilacap pada lansia yang berusia 60-80 responden kelompok perawatan, terapi ini

Dewanata Cilacap tahun intervensi dan kontrol tidak membutuhkan alat

Author : Sasongko Priyo 2. Validitas informasi homogeny, yaitu berusia yang sulit untuk

Dwi Oktora, Iwan Data dikumpulkan melalui Pittsburg Sleep 60 - 74 tahun dan 75 - 90 ditemukan, terapi ini

Purnawan, Deny Quality Index (PSQI) yang masing-masing tahun. Jenis kelamin juga dapat dilakukan

Achiriyati berjumlah 7 komponen penilaian dan responden kelompok oleh tenaga medis

Publikasi : Jurnal memiliki skor dari 0 - 21. Variabel yang intervensi dan kontrol juga namun penelitian ini

Keperawatan Soedirman akan diteliti meliputi variabel bebas tarapi homogen. Selain itu, rata – sebaiknya dilakukan

(The Soedirman Journal murottal Al-Qur‟an dan variabel terikat rata kualitas tidur awal secara bijak dengan

of Nursing), Volume 11, kualitas tidur lansia Terapi murottal Al- responden kelompok mempertimbangkan

No.3, November 2016) Qur‟an diberikan menggunakan speaker kontrol lebih baik kepercayaan dan budaya
55

simbadda dengan kekuatan 60 db selama dibandingkan kelompok pasien

15 menit dalam 3 hari berturut – turut intervensi.

3. Validitas pengontrol perancu Penelitian ini dapat

Dalam penelitian ini tidak dijelaskan ada menjadi sumber perawat

analisis untuk mengendalikan pengontrolan diruangan untuk

perancu. melakukan tindakan

4. Validitas analisis mandiri bagi pasien yang

Analisis data dilakukan menggunakan mengalami gangguan tidur.

bantuan program statistik. Data univariat

dianalisis untuk menyajikan masing-

masing variabel dan karakteristik

responden melalui distribusi frekuensi, dan

tendensi sentral. Data bivariat dianalisis

untuk mengetahui hubungan variabel bebas


56

dengan variabel terikat menggunakan uji t

berpasangan dan t tidak berpasangan yang

dibuktikan dengan p value.

5. Validitas eksterna

Responden penelitian ini adalah lansia

yang berusia 60-80 tahun. Responden

penelitian sebanyak 40 orang yaitu 20

responden diberikan terapi murottal Al

Qur‟an sebagai kelompok intervensi dan

20 responden dilakukan pengamatan

sebagai kelompok kontrol.


57

No JUDUL V (VALIDITY) I (IMPORTANT) A (APPLICABILITY)

1 Pemberian Terapi Musik 1. Validitas seleksi Pemberian terapi musik Terapi musik ini dapat

Intrumental Menurunkan Subyek penelitian ini menggunakan instrumental dapat dilakukan diruangan

Tingkat Kecemasan Pada Ibu purposive sampling. Subjek dalam menurunkan tingkat perawatan, terapi ini tidak

Bersalin Kala 1 Fase Laten penelitian ini adalah ibu bersalin kala I fase kecemasan pada ibu membutuhkan alat yang

Author : Maria Ulfa laten yang mengalami cemas. penelitian ini bersalin fase laten sulit untuk ditemukan,

Publikasi : JuKe Vol. 1 No. 2, menggunakan desain pre eksperimental Penelitian ini dapat terapi ini juga dapat

Juli - Desember 2017 design dengan posttest only control group menjadi sumber perawat dilakukan oleh tenaga

design. diruangan untuk medis namun penelitian

2. Validitas informasi melakukan tindakan ini sebaiknya dilakukan

Dalam penelitian ini, instrument yang mandiri bagi pasien yang secara bijak dengan

dipakai untuk kecemasan adalah kuesioner, mengalami kecemasan. mempertimbangkan

sedangkan pemberian terapi musik adalah kepercayaan dan budaya

digital speaker dan flasdisk yang berisi pasien


58

lagu klasik melalui observasi langsung.

3. Validitas pengontrol perancu

Dalam penelitian ini tidak dijelaskan ada

analisis untuk mengendalikan pengontrolan

perancu.

4. Validitas analisis

Analisa data dalam penelitian ini

menggunakan uji Fisher Exact Probability

Test.

5. Validitas eksterna

Responden dalam penelitian ini sebanyak

14 ibu bersalin dengan 7 responden sebagai

kelompok perlakuan dan 7 responden

sebagai kelopmpok kontrol.


59

2 Pengaruh Teknik Relaksasi 1. Validitas seleksi Dari hasil penelitian di Penelitian ini diharapkan

Musik Instrumental Terhadap Subyek penelitian ini adalah ibu hamil dapatkan ada pengaruh dapat dijadikan salah satu

Penurunan Tingkat dengan usia kehamilan ≥ 28 minggu teknik relaksasi musik terapi nonfarmakologis

Kecemasan Ibu Hamil sebanyak 27 ibu hamil trimester III di instrumental terhadap yang diberikan oleh

Trimester III Puskesmas Perawatan Simpang Empat penurunan tingkat tenaga kesehatan pada

Author : periode April-Mei 2018 kecemasan ibu hamil pasien untuk mengurangi

Tuti Meihartati, Aries Abiyoga, 2. Validitas informasi trimester III Di Puskesmas kecemasan pada saat

Lidia Widia Teknik pengambilan data dengan Perawatan Simpang Empat melakukan pelayanan

Publish : Jurnal Darul Azhar menggunakan data primer dan data Kecamatan Simpang kesehatan.

Vol 6, No.1 Agustus 2018 – sekunder di Puskesmas Perawatan Empat Kabupaten Tanah

Januari 2019, Hal : 76 – 84 Simpang Empat Tanah Bumbu Bumbu Tahun 2018.

3. Validitas pengontrol perancu

Dalam penelitian ini tidak dijelaskan ada

analisis untuk mengendalikan pengontrolan


60

perancu.

4. Validitas analisis

(Analisis penelitian menggunakan uji

Wilcoxon dengan p value <0,05).

5. Validitas eksterna

Sampel dalam penelitian ini dipilih secara

totalsampling (sampel jenuh).Namun, pada

saat penelitian, ditemukan responden yang

tidak mengikuti posttest, sehingga

sebagian kecil responden masuk ke dalam

kriteria ekslusi. Berdasarkan hal tersebut

total responden berjumlah 27 ibu hamil

trimester
61

Musik Suara Alam 1. Validitas seleksi Hasil bahwa terdapat Terapi musik suara alam

Terhadap Penurunan Kriteria inklusi responden meliputi perbedaan yang bermakna sebagai salah satu

Kecemasan Pada Pasien bersedia menjadi dan mendengarkan musik antara kelompok kontrol intervensi keperawatan

Kritis suara alam, berusia diatas 18 tahun, dan kelompok intervensi dan standart operasional

Author : dirawat di ICU ≥ 48 jam, GCS 13-15, dengan nilai p < 0,005. prosedur dan

Kurnia Wijayanti ,Andrew kecemasan ringan-sedang, tidak memiliki mengimplementasikan

Johan, Nana Rochana, gangguan pendengaran, menyetujui dan dalam perawatan pasien

Anggorowati, Shofa Chasanih bersedia mendengar musik suara alam. kritis.

Publish : 2. Validitas informasi

Nurscope. Jurnal Cara yang di gunakan adalaha Musik suara

Keperawatan dan alam yang digunakan adalah suara burung

Pemikiran Ilmiah. 2 (3). 1- dengan kombinasi diberikan 2x30 menit

10 yaitu pada pagi hari (jm08.00-tengah hari),

dan malam hari (20.00-22.00) selama 3


62

hari

3. Validitas pengontrol perancu

Tujuan dari penelitian ini mendiskripsikan

perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan

setelah pemberian intervensi musik suara

alam kelompok intervensi dan kontrol, dan

mendeskripsikan perbedaan kecemasan

antara kelompok intervensi dan kontrol.

4. Validitas analisis

(Analisa univariat menggambarkan

karakteristik responden berdasarkan usia

jenis kelamis, jenis penyakit dari

responden, dan gambaran tingkat

kecemasan. Analisa bivariat terlebih


63

dahulu dilakukan uji normalitas

mengggunakan uji shapiro wilk

dikarenakan jumlah sampel yang sedikit.

Pada penelitian ini menggunakan uji

nonparametrik wilcoxon karena distribusi

data tidak normal. Uji ini untuk

mengetahui perbedaan tingkat kecemasan

sebelum dan sesudah pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan

tingkat kecemasan antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

menggunakan uji Mann Whitney.


64

5. Validitas eksterna

Pengambilan sampel consecutive sampling

dengan randomized allocation. Responden

berjumlah 38 orang, 20 orang untuk

kelompok intervensi dan 18 orang

kelompok kontrol

Kesimpulan : berdasarkan hasil telaah jurnal kelompok mengambil terapi yang dilakukan pada pasien adalah terapi qur’anic

healing, hal ini berdasarkan telaah jurnal yang telah dilakukan menunnjukkan bahwa terapi qur’anic healing lebih efektif dari pada

terapi mendengarkan musik berhubungan dengan kepercayaan pasien yang mempercayai al-qur‟an adalah firman tuhan.

Berdasarkan terapi Murottal memberikan dampak psikologis kearah positif, karena apa yang didengarkan akan disampaikan keotak

untuk dipersepsikan sehingga dengan terapi Murottal ini kualitas kesadaran terhadap Tuhan akan meningkat dan menyebabkan

totalitas kepasrahan kepada Allah SWT. Keputuasan klinis :Qur’anic Healing


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Berdasarkan hasil tinjauan kasus didapatkan data bahwa selama sakit

klien merasa lebih dekat dengan Allah Subhanahuwata‟ala dan klien

menyatakan ikhlas terhadap ujian yang diterimanya melalui sakit, hal ini

sesuai dengan teori yang diterangkan bahwa kesehatan merupakan aspek

yang paling penting dari kehidupannya dan jelas bahwa penyakit akan

memberi dampak terhadap kondisi spiritual klien.

Pada saat di kaji Pasien bertanya kenapa ini bisa terjadi pada diri saya

dan merasa cemas dengan penyakit yang di deritanaya karena pasien sering

bolak balik ke rs ,dan pasien pun mengatakan rasa cemas dan penyakitnya

datang saat pasien mengingat akan masa lalunya pasien merasakan marah

yang terpendam selama hampir 12 tahun sekarang di bulan September.

Menurut Stuart & Sundeen (2007) cemas dapat dipengaruhi oleh proses

tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal

yang dihadapi individu dalam proses kehidupan. Dari pengertian tersebut

maka sesuai dengan data yang diperoleh bahwa pasien belum bisa

beradaptasi dengan apa yang dialaminya saat ini sehingga menimbulkan

efek cemas kepada diri pasien.

65
66

B. Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan aspek spiritualitas

terdiri dari beberapa diagnosa seperti Distres spiritual, hambatan

religiositas, koping individu tidak efektif , ansietas , gangguan harga diri,

keputusasaan, kesiapan peningkatan religiusitas.

Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada Ny. E sesuai dengan hasil

pengkajian adalah :

1. Kesiapan peningkatan religiusitas b/d kondisi sakit/penyakit, ditunjang

dengan data subyektif yaitu :

Pasien mengatakan masih pusing dan belum melaksanakan shalat asyar ,

merasa sulit kekamr mandi terpasang infuse dan oksigen, pasien paham

tentang tatacara tayamum pengganti wudhu dan tatacara shalat untuk orang

yang sakit akan tetapi pasien masih butuh bimbingan untuk tatacara

tayamum yang baik dan benar,pasien juga merasakarena sering buang air

kecil di pampers dan menganggap walaupun sudah di bersihkan masih

merasa belum sempurna.

2. Anxietas (sedang) berhubungan dengan perubahan status kesehatan,


ditunjang dengan data subjektif yaitu:

Pasien bertanya kenapa ini bisa terjadi pada diri saya dan merasa cemas

dengan penyakit yang di deritanaya karena pasien sering bolak balik ke rs.

Pasien bertanya kenapa ini bisa terjadi pada diri saya dan merasa cemas

dengan penyakit yang di deritanaya karena pasien sering bolak balik ke rs

,dan pasien pun mengatakan rasa cemas dan penyakitnya datang saat pasien
67

mengingat akan masa lalunya pasien merasakan marah yang terpendam

selama hampir 12 tahun sekarang di bulan September.

Diagnosa ini diambil berdasarkan karakteristik yang didapat pada klien

Ny. H yaitu pasien memiliki ketergantungan untuk meningkatkan religiusitas

terutama tata cara beribadah ketika sakit, bimbingan untuk tatacara tayamum

yang baik dan benar dan membutuhkan bimbingan dari perawat. Diagnosa

kedua yang muncul, yaitu ansietas karena pasien mencemaskan kesehatannya

akan kondisi sakitnya. Diagnosa ini telah sesuai dengan diagnosa

keperawatan spiritual yang dikembangkan dalam teori.

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, penulis membuat perencanaan asuhan

keperawatan yang berorientasi pada masalah yang muncul pada saat

pengkajian dan analisa data yang didasarkan pada teori yang didapat penulis

yaitu dari buku NOC dan NIC. Tujuan utama dari perencanaan yang dibuat

adalah meningkatnya tentang praktik ibadah pada orang sakit dengan kriteria dan

tuuan kedua pasien dapat mengontrol perasaan cemas, tegang atau gelisah dari sumber

yang tidak dapat diidentifikasi.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan trust adalah

dengan mendengarkan klien, memperlakukan individu dengan hormat dan

bermartabat, memberikan kesempatan pada klien untuk berdiskusi serta

menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Intervensi yang diberikan oleh penulis pada kedua diagnosa, antara lain:

- Koordinasikan dan sediakan pelayanan doa


68

- Fasilitasi untuk pelaksanaan ibadah

- Jelaskan tentang religiusitas penyakit, kesehatan, dan pengobatan dalam

Islam

- Ingatkan pasien akan waktu sholat

- Ciptakan lingkungan yang menunjang untuk beribadah: bersih

- Ajarkan pasien tata cara tayamum sesuai dengan kondisi sakitnya

- Bantu dan ajarkan pasien tata cara sholat sesuai dengan kondisi sakitnya

- Informasikan jenis kegiatan ibadah selain sholat wajib yang dapat

dilakukan dalam keaadaan sakit seperti membaca dan mendengarkan Al

Qur‟an dan buku Islami (biblioterapi)

- Libatkan keluarga dalam membantu pasien dalam hal praktik ibadah

- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

- Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dialami klien selama

prosedur

- Berikan informasi faktual terkait diagnosa perawatan dan diagnosis

- Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat

- Dukung penggunaan mekanisme koping yang tepat dengan cara

melakukan murotal surat Ar Rahman.

4. Implementasi

Berdasarkan intervensi NOC dan NIC 2017, implementasi yang

dikembangkan dalam keperawaan spiritual adalah: memberikan informasi

tentang kebutuhan spiritual pasien, memberikan fasilitas pada pasien untuk

melakukan ibadah, mendukung penggunaan mekanisme koping yang tepat


69

dengan mendengarkan murottal al-qur‟an. Penulis menyimpulkan bahwa

implementasi yang diberikan pada klien Ny. H sebagian besar telah sesuai

dengan teori yang dikembangkan melalui kegiatan membina trust dan

memfasilitasi ritual keagamaan melalui terapi qur’anic healing dan

membimbing klien berdoa, melibatkan keluarga dalam berpasrtisipasi

meningkatkan kebutuhan ibadah klien.

Spiritual dalam pandangan islam memiliki makna yang sama dengan ruh.

Ruh merupakan hal tidak dapat diketahui keberadaannya (gaib). Ruh selalu

hubungan dengan Ketuhanan, ia mampu mengenal dirinya sendiri dan

penciptanya, ia juga mampu melihal yang dapat masuk akal. Ruh merupakan

esensi dari hidup manusia, ia diciptakan langsung dan berhubungan dengan

realitas yang lebih tinggi yaitu penciptanya. Ruh memiliki hasrat dan

kinginan untuk kembali ke Tuhan pada waktu masih barada dan menyatu

dengan tubuh manusia. Ruh yang baik adalah ruh yang tidak melupakan

penciptanya dan Selalu merindukan realitas yang lebih tinggi. Ini dapat

terlihat dari perbuatan individu apakah ia ingkar dan suka maksiat atau suka

dan selalu berbuat kebaikan. Pemahaman tentang ruh ini tidak dapat

dipisahkan dari firman Allah dalam QS: Al-Isra‟: 85 (Abdul Mujib, dan Jusuf

Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Press. 2001),

hal 329-330).

Gangguan emosi seperti depresi, stres ataupun kecemasan dapat

melepaskan adrenocortocotropic hormon atau ACTH dalam waktu yang

cepat. ACTH lebih tinggi dikeluarkan saat kondisi stres, sehingga


70

mengaktifkan korteks adrenal untuk mensekresi gormon glukokortikoid yaitu

kortisol. Kortisol mempunyai peran mensistesis protein termasuk menekan

imunoglobulin , menurunkan jumlah eosinofil, basofil, limfosit, dan makrofag

dalam darah tepi. Dosis kortisol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan

atropi jaringan limfosit dalam tymus, limfa dan kelenjar limfe sehingga daya

tahan tubuh akan menurun dan rentang untuk terkena penyakit (Guyton,

2014)

Pada saat implementasi penulis memilih intervensi yang tepat dilakukan

pada pasien adalah terapi qur’anic healing karena pasien mengatakan saat

mendengarkan lantunan ayat suci al-qu‟an merasa tenang dan berdasarkan

telaah jurnal didapatkan kesimpulan bahwa terapi qur‟anic healing lebih

efektif dilakukan pada pasien dengan skala cemas ringan.

Intervensi adalah proses mempengaruhi kondisi batin (mental dan

kejiwaan) serta kepribadian pasien sehingga dapat terjadi perubahan (Arifin,

2009; 61).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,

perencanaan dan implememtasi. Klien merupakan fokus evaluasi dengan

menganalisis respon klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi

terhadap keberhasilandan kegagalan dan perencanaan untuk asuhan di masa

depan (Rosdahl, 2014).

Berdasarkan implementasi yang telah penulis lakukan pada Ny. H tingkat

kecemasan yang dirasakan oleh pasien menurun dan melalui pengamatan


71

yang penulis lakukan pasien tampak tenang dan mengatakan dapat tertidur

dengan nyaman.

Berdasarkan teori evaluasi yang dikembangkan pengembangan hubungan

perawat-klien yang saling mengasihi adalah inti dari pemberian perawatan

spiritual. Melalui hubungan yang saling mengasihi ini akan sangat membantu

perawat untuk memberikan perawatan dengan cara yang sensitive, kreatif dan

sesuai. Sedangkan bagi klien dapat membantu klien berorientasi pada masa

depan dan mampu berupaya kearah penyembuhan dan pemulihan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang memiliki-bio,psiko-sosio dan kultural

yang berespon secara holistik .Kebutuhan spiritual penting bagi pasien karena

menjadi suatu kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan

maaf.

Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan

spiritual klien karena kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat klien

untuk sembuh. Pada kasus Ny.H dapat dilihat bahwa asuhan yang diberikan

oleh perawat telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu terpenuhinya

kebutuhan spiritual klien.

B. Saran

1. Bagi perawaT

Perawat memiliki peran yang penting dala memenuhi kebutuhan pasien

ketika dirawat termasuk juga kebutuhan spiritual pasien. Oleh karena itu

perawat dituntut untuk senantiasa untuk membantu pemenuhan spitiualitas

pasien dan meningkatkan pengetahuannya dalam pemberian asuhan

keperawatan spiritual.

72
73

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan institusi pendidikan lebih banyak melakukan sosialisasi terkait

asuhan keperawatan spiritual muslim terutama bagi mahasiswa baru atau

pemberi asuhan yang berada di pelayanan kesehatan yang belum pernah

mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan spiritual muslim.

3. Bagi Instansi / Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit dapat meningkatan pelayanan keperawatan

spiritual dengan memberikan pelatihan Spiritual Care kepada perawat dan

meningkatkan sarana prasarana yang menunjang pemberian asuhan

keperawatan spiritual, misalnya dengan menyediakan leaflet untuk tata cara

tayamum, shalat ketika keadaan sakit dan bimbingan rohani yang rutin setiap

shitnya
DAFTAR PUSTAKA

Asy‟arie, M., 2012, Spiritualitas dan Keberagamaan; Tahap Faith, ought dan Discovery,
disampaikan pada Seminar Pemantapan Ekspresi Kecerdasan Spiritual melalui
Pendekatan Agama dari Filsafat dan Pendidikan, Komisi Imtak Graha Masyarakat Ilmiah
Kedokteran & FMI, Fakultas Kedokteran Unair

Asuhan Keperawatan Edisi Asli. Jakarta: Mitra Wacana Medika.

Hadi. 2010. The power of sound ofqur‟an. http://www.soundislamic.com

HidayatA,A.(2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.1. Aplikasi Konsep


Dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Kozier,Barbara,(2004). Fundamental of Nursing,Calofornia :Copyright by.Addist
Asley Publishing Company
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Thesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Nirwana. 2019. Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur‟an Terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes Melitu Sdi Rsud Labuang Baji
Makassar. Skripsi
Potter, A. and Anne Griffin Perry. 2010. Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan praktik, Edisi 4, EGC, Jakarta
Yusuf,A dkk.2016.Kebutuhan Spiritual: Konsep dan Aplikasi dalam
Stuart, Gail W. 2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai