Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

Disusun Oleh :

NELI PUJI ASTUTI

1811040103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

POKOK BAHASAN : Penatalaksanaan keluarga

SUB POKOK BAHASAN : Scabies ( gatal-gatal )

WAKTU : 1 x 30 menit

HARI/TANGGAL : Kamis, 29 Desember 2016

TEMPAT : di rumah Bapak R RT 24/07 Babakan

PENYULUH : Neli Puji Astuti

1) TUJUAN PENYULUHAN UMUM :


Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan/atau
keluarga mampu memahami tentang scabies ( gatal-gatal )

2) TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS :


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan keluarga
dapat menerapkannya di rumah.

3) ANALISA SITUASI/ KASUS

Keluarga Bapak R mengatakan satu rumah terkena gatal-gatal ( scabies )

4) MATERI PENKES : (Materi Terlampir)


5) KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

KEGIATAN
NO WAKTU
PENYULUH PESERTA

1 3 Menit Pembukaan
a. Salam pembuka - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan

5 Menit - Memperhatikan dan


Kegiatan inti penyuluhan
mencatat penjelasan
a. Menjelaskan dan
penyuluh dengan
menguraikan materi
cermat
tentang rumah sehat.
b. Memberikan
- Menanyakan hal-hal
kesempatan kepada
yang belum jelas
peserta penyuluhan
untuk bertanya
- Memperhatikan
c. Menjawab pertanyaan
jawaban dari penyuluh
peserta penyuluhan yang
berkaitan dengan materi
- Memperhatikan apa
yang belum jelas
yang dijelaskan oleh
penyuluh

Penutup
2 Menit - Melaksanakan ulangan
I. Menyimpulkan materi
sesuai dengan yang di
yang telah di sampaikan
sajikan oleh penyuluh
II. Melakukan evaluasi
dan demontrasi
penyuluhan dengan
pertanyaan secara lisan
III. Mengakhiri kegiatan - Memperhatikan
penyuluhan keterangan kesimpulan
dari materi penyuluhan
yang telah disampaikan

- Menjawab pertanyaan
yang telah di ajukan
oleh penyuluh

- Menjawab salam

6) METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

7) MEDIA DAN ALAT


a. Leaflet
b. Lembar balik

8) EVALUASI PROSES PENKES


o Diharapkan klien dan/atau keluarga mampu memahami tentang scabies.
o Diharapkan keluarga dapat memelihara rumah dengan baik.

9) LAMPIRAN
SCABIES

1. Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitasi dari tungau
(mite) Sarcoptes scabei var hominis dan produknya, yang termasuk dalam kelas
Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop
atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu badan, di Jawa sering
disebut gudik sedangkan orang sunda menyebutnya budug. (Ratnasari et al., 2014)
Sarcoptes scabei menyerang bagian kulit yang tipis dan lembab seperti pada bayi yang
seluruh kulitnya masih tipis sehingga seluruh tubuhnya dapat terserang, sedangkan
dikarenakan kulit orang dewasa sudah mengalami perubahan menjadi hanya bagian
tertentu saja yang tipis sehingga predileksi terserangnya hanya di tempat tertentu saja
seperti diantara jari-jari tangan, pada alat genitalia serta bokong. (Boediardja et al., 2015)

2. Penyebab / etiologi
a. Klasifikasi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai
akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes Scabies terbentuk
Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo Akrarima, super famili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes Scabies Var Hominis. (Djuanda, 2010)
b. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan
lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan
daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki,
muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut (Boediardja et al., 2015).
c. Transmisi
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
adapun cara penularannya adalah:
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual
merupakan hal tersering, sedangkan pada anak - anak penularan didapat dari orang tua
atau temannya.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda)


Misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan
mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir
menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies
dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut. (Djuanda, 2010).
3. Tanda dan gejala
a. Pruritus nocturnal ( gatal di malam hari )
b. Menyerang secara kelompok
c. Terdapat terowongan
d. Menemukan tungau
Diagnosis scabies jika 2 dari 4 tanda dan gejala itu positif
4. Cara pencegahan
a. Lakukan edukasi pada pasien tentang penyakit scabies, perjalananya, penularanya, cara
eradikasi tungau scabies, menjaga hygiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat.
(Boediardja et al., 2015)
b. Orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan
skabisid topical.(Tan, 2017)
c. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya
mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat
parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit
kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu
kehidupan sehari - hari. Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak
menjaminterbebas dari infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika
panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
d. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab. (Depkes, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediardja, Siti Aisah. dan Handoko, Ronny P. (2015) Skabies. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2. Djuanda, A. (2010) “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin”. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
3. Ratnasari, A. F. dan Sungkar, S. (2014) “Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang
Berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur,” eJKI. doi: 10.23886/ejki.2.3177.
4. Salavastru, C. M., Chosidow, O., Boffa, M. J., Janier, M. dan Tiplica, G. S. (2017)
“European guideline for the management of scabies,” Journal of the European
Academy of Dermatology and Venereology, 31(8), hal. 1248–1253. doi:
10.1111/jdv.14351.
5. Tan, S. T. (2017) “Scabies: Terapi Berdasarkan Siklus Hidup,” Cdk-245, 44(7), hal.
507–10. Tersedia pada: http://www.kalbemed.com/Portals/6/19_254CME-Scabies-
Terapi Berdasarkan Siklus Hidup.pdf.

”;
Mengetahui Purbalingga, 23 November 2018

Pembimbing klinik Praktikan

................................. ......................................

Anda mungkin juga menyukai