Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ STOP PASUNG ”

DISUSUN OLEH:

1. LABIBAH MAHMUDA (PO.71.20.4.16.017)

2. LENNY ALFIANI (PO.71.20.4.16.018)

3. RHEVIANI ATRISHA (PO.71.20.4.16.027)

4. TRI WULANDARI (PO.71.20.4.16.036)

PEMBIMBING AKADEMIK:
Dr. Ira Kusumawaty, SKp, M.Kep, MPH

Sri Endriyani, S.Kep., Ns., M.Kep

PENANGGUNG JAWAB PENYULUHAN

Iwan Andhyantoro, AMF., SKM., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG


PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN PALEMBANG
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. KEGIATAN
Nama Kegiatan : Penyuluhan Pasung
Pokok Bahasan : Pasung
Sasaran : Pengunjung Poliklinik Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar
Waktu : 60 menit
Hari/tanggal : Jumat, 17 Mei 2019
Jam : 09.30 WIB
Tempat : Poliklinik Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pemasungan diharapkan sasaran dapat
memahami tentang masalah pemasungan yang ada di masyarakat.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah selesai mengikuti penyuluhan sasaran diharapakan mampu
1. Memahami dan menjelaskan kembali pengertian dari pemasungan
2. Memahami dan menyebutkan kembali penyebab dari pemasungan
3. Memahami dan menjelaskan kembali alasan keluarga melakukan pemasungan
4. Memahami dan menjelaskan kembali akibat dari tindakan pemasungan
5. Memahami dan menjelaskan kembali undang-undang tentang pemasungan
6. Memahami dan menjelaskan pencegahan tindakan pemasungan
7. Memahami dan menjelaskan pengobatan dan rehabilitasi pemasungan
8. Memahami dan menjelaskan terapi dilaksanakan pada penderita ODGJ

D. SUBPOKOK BAHASAN
1. Pengertian pemasungan
2. Penyebab pemasungan\
3. Alasan keluarga melakukan pemasungan
4. Akibat dari tindakan pemasungan
5. Undang-undang tentang pemasungan
6. Pencegahan tindakan pemasungan
7. Pengobatan dan rehabilitasi pemasungan.
8. Terapi yang dilakukan pada penderita ODGJ

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab dan diskusi
3. Quiz
F. MEDIA
1. Flipchart
2. Leaflet

G. MATERI
Terlampir

H. PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu


1 Pembukaan
5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan kontrak waktu dan  Mendengarkan
tujuan

2 Pelaksanaan
30 menit
 Mengkaji pengetahuan sasaran  Mengungkapkan pendapat
mengenai pemasungan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tentang pengertian memperhatikan
pemasungan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan penyebab dari memperhatikan
pemasungan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tentang alasan memperhatikan
keluaraga melakukan pemasungan
 Menjelaskan tentang akibat dari  Mendengarkan dan
pemasungan memperhatikan
 Menjelaskan undang-undang
tentang pemasungan
 Menjelaskan pencegahan tindakan
pemasungan
 Menjelaskan pengobatan dan
rehabilitasi pada penderita ODGJ
 Menjelaskan terapi yang dapat
dilakukan untuk penderita ODGJ
3 Penutup
 Melakukan evaluasi  Mendengarkan 15 menit
 Menyimpulkan materi yang  Menyimpulkan bersama-
disampaikan sama
 Menutup penyuluhan  Mendengarkan
 Memberikan salam  Menjawab salam
I. PENGORGANISASIAN
Pembimbing Klinik : Iwan Andhyanto, AMF., SKM., M.Kes

Pembimbing Akademik : Dr. Ira Kusumawaty, SKp, M.Kep, MPH

Sri Endriyani, S.Kep., Ns., M.Kep

Moderator : Lenny Alfiani

Penyaji : Labibah Mahmuda & Rheviani Atrisha

Fasilitator : Tri Wulandari

J. EVALUASI
1. Evaluasi struktur:

 Penyelenggaraan penyuluhan dlaksanakan di poliklinik RS Ernaldi Bahar Provinsi


Sumatera Selatan

 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses

 Peserta penyuluhan memperhatikan terhadap materi penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
 Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang
pemasungan
MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN PEMASUNGAN
Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan
kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung
merupakan salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk
mendapat perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka
sebagai manusia
Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan
terhadap pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak
kekerasan yang dianggap berbahaya. Pengekangan fisik terhadap individu dengan
gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan. Pemasungan termasuk
penelantaran dan tidak boleh terhadi karena bertentangan dengan rasa kemanusiaan dan
merupakan pelanggaran berat terhadap HAM penderita.

B. PENYEBAB
a. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
b. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang
(Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi
biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat, jasa
konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit
dan biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).

C. ALASAN KELUARGA MELAKUKAN PEMASUNGAN


Alasan keluarga melakukan pemasungan diantaranya
a. Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang dianggap membahayakan terhadap
dirinya atau orang lain
b. Mencegah klien meninggalkan rumah dan mengganggu orang lain
c. Mencegah klien menyakiti diri seperti bunuh diri
d. Ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga menangani klien apabila sedang
kambuh.
e. Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab
pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung.

D. AKIBAT DARI PEMASUNGAN


1. Fisik
 Sendi menjadi kaku
 Menimbulkan luka
 Penyakit akan semakin parah
 Proses penyembuhan akan semakin lama bahkan penyakitnya tidak sembuh
 Atropi atau pengecilan/ penyusutan jaringan otot dan jaringan syaraf pada tubuh
 Kaki menjadi lumpuh
2. Psikis
 Menarik diri dari masyarakat
 Pelanggaran HAM
 Harga diri rendah
 Halusinasi
 Waham
 Kebersihan diri tidak terawat sehingga menyimbulkan penyakit (defisit perawatan
diri)
 Menyebabkan resiko perilaku kekerasan

E. UNDANG-UNDANG
Tindakan pemasungan terhadap orang dengan gangguan jiwa adalah perbuatan yang dilarang
dan diancam pidana.
Pasal 28I ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa; adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalma keadaan apapun
Undang-undang No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa pasal 86 menyatakan “ setiap
orang yang dengan senagaj melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan, dan atau
menyuruh orang lain melakukan pemasungan, penelantaran, dan atau kekerasan terhadap
orang dengan ganggua jiwa atau tindakan lainnya yang melanggar hukum akan dipidana
sesuai dengan peraturan perundnag-undnagan”.

F. PENCEGAHAN
1. Kurasi (penyembuhan) dan rehabilitasi yang lebih baik.
2. Memanfaatkan sumber dana BPJS, JAMSOSKES, Kartu Indonesia Sehat (KIS)
3. Penciptaan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan
4. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan dari keluarga dan masyarakat mengenai
gangguan jiwa tentang cara penanganan yang manusiawi terhadap pasien.

G. PENGOBATAN DAN REHABILITASI


Pengobatan awal dapat dilakukan di puskesmas kemudian pengibatan lanjutan dapat
dilakukan dengan rawat inap di RSU atau RS Jiwa.
Rawat inap akan dilakukan sampai kondisi kejiwaan menjadi stabil, mampu minum obat
secara teratur, dan tidak ada keinginan untuk melakukan tindakan yang membahayakan diri
sendiri, orang lain dan lingkuhan.
Rehabilitasi bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan atau upaya untuk membantu
mencapai kualitas hidup yang optimal, membantu proses penyembuhan, dan kembalinya
kepercayaan diri mereka.
H. TERAPI
Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan jiwa:
 Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian dilanjutkan dengan rawat
jalan.
 Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi di masyarakat perlu
adanya kesadaran dari keluarga yang dapat diintervensi dengan melakukan terapi
keluarga. Salah satu terapi keluarga yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi keluarga
(Family Psychoeducation Therapy.).
Terapi keluarga ini dapat memberikan support kepada anggota keluarga. Keluarga dapat
mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan, sosial dan psikologis
dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota keluarganya.
Family psychoeducation terapy adalah salah satu bentuk terapi perawatan kesehatan
jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan
pragmatis. Carson (2000) menyatakan bahwa psikoedukasi merupakan suatu alat terapi
keluarga yang makin populer sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor–faktor
resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala–gejala perilaku.

Tujuan umum dari Family Psyhcoeducation


Menurunkan intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan yang rendah
sehingga dapat meningkatkan pencapaian pengetahuan keluarga tentang penyakit dan
mengajarkan keluarga tentang upaya membantu mereka melindungi keluarganya dengan
mengetahui gejala-gejala perilaku serta mendukung kekuatan keluarga (Stuart & Laraia,
2005).

Manfaat Family Psyhcoeducation


Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit, mengajarkan tehnik yang dapat
membantu keluarga untuk mengetahui gejala–gejala penyimpangan perilaku, serta
peningkatan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri. Indikasi dari terapi
psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan aspek psikososial dan gangguan
jiwa.
Family psychoeduction dapat dilakukan di rumah sakit baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit jiwa dengan syarat ruangan harus kondusif. Dapat juga dilakukan di rumah
keluarga sendiri. Selain terapi keluarga, dapat juga dilakukan terapi individu, terapi
kelompok dan terapi komunitas. Intervensi tersebut diupayakan melalui penerapan
program kesehatan jiwa komunitas/masyarakat yang efektif yang dalam hal ini
dilakukan melalui penerapan Community Mental Health Nursing (CMHN). Pelayanan
CMHN tersebut diwujudkan melalui beberapa kegiatan, diantaranya kunjungan rumah
oleh perawat CMHN dan Kader Kesehatan Jiwa (KKJ), pendidikan kesehatan,
pelayanan dari Puskesmas (termasuk pemberian psikofarmaka), Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) dan Terapi Rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, L.D.N. (2007). Hubungan Pelayanan Community Mental Health Nursing (CMHN)
dengan Tingkat Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa di Kabupaten Bireuen Aceh.Diakses
pada tanggal 8 Mei 2019.

Keliat, B.A., (2003). Pemberdayaan Klien dan Keluarga dalam Perawatan Klien
Skizofrenia dengan Perilaku Kekerasan di RSJP Bogor. Disertasi. Jakarta. FKM UI.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2019.

Ikhsanbeck.2014. Masalah Psikososial Pasung Pada Pasien.


Http://ikhsanbeck.blogspot.co.id/2014/12/masalah-psikososial-pasung-pada-pasien.html.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai