Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ANALISIS

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL


KEPERAWATAN MANAGEMENT
DI RUANG ICU/HCU RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF.DR.
R.SOEHARSO SURAKARTA

OLEH :

Aris Prayitno , S.Kep J 230 15R 043


Heru susanto , S.Kep J 230 15R 029
Krimayawati, S.Kep J 230 15R 025
Naim Setyobudi, S.Kep J 230 15R 044
Nurhayati, S.Kep J 230 15R 024
Rustam Prasetyo W, S.Kep J 230 15R 027
Sriyono, S.Kep J 230 15R 021
Sunarto, S.Kep J 230 15R 002
Suroso, S.Kep J 230 15R 005
Sutarman, S.Kep J 230 15R 042
Tri Widoyo, S.Kep J 230 15R 046

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan di
mana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin (H. Weihrich dan H. Koontz cit Suarli dan
Bahtiar Y, 2009).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia
dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya
guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan
perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal
tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi (Nursalam, 2012).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan
memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Rumah sakit merupakan organisasi
yang sangat kompleks dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan
keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun
keluarganya (Depkes, 2001).
Perkembangan praktek keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat harus mempunyai pengetahuan, teori yang benar
yang mendasari ketrampilan manajerial. Terkait dengan pentingnya pemberian asuhan
keperawatan yang professional dengan pendekatan manajerial yang benar, perawat harus
menunjukkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan yang berkembang terus–menerus.
Berdasarkan uraian diatas, maka teori dan ketrampilan manajerial sangat mutlak
dibutuhkan bagi pengembangan ilmu keperawatan di masa datang. Program Studi Ilmu

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page2
Keperawatan FIK UMS sebagai salah satu pelopor lahirnya perawat profesional menuntut
peserta didiknya untuk dapat mengaplikasikan teori–teori manajerial di lapangan. Salah
satu bentuk pengaplikasiannya adalah praktek stase manajemen keperawatan di Ruang
ICU/HCU RSO Prof Dr.R. Soeharso Surakarta. Ruang ICU/HCU RSO merupakan tempat
praktik klinik manajemen mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Surakarta
tahun akademik 2015/2016 untuk dapat mengaplikasikan konsep teori yang diperoleh
dalam pendidikan formal.
Melalui praktek klinik tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu
yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. Tujuan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan


1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu menerapkan kepemimpinan dan manajemen keperawatan sesuai
dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik profesi pada stase manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan masalah pelayanan
keperawatan di ruangan yang berhubungan dengan fungsi asuhan, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
b. Menentukan prioritas masalah berdasarkan hasil identifikasi.
c. Menentukan penyebab masalah berdasarkan masalah yang timbul.
d. Menyusun Planning Of Action (POA) berdasarkan hasil kajian/analisa
e. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan prioritas serta POA yang telah
dirumuskan.
f. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
g. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan perawat di ruang
rawat inap.
h. Kelompok melaksanakan penerapan MPKP dengan melaksanakan evaluasi setelah
pelaksanaan MPKP.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page3
C. MANFAAT
1. Bagi Institusi RS
Dapat memberikan masukan dalam pelayanan bagi pasien melalui manajemen
keperawatan khususnya di ruang ICU/HCU RSO.
2. Bagi Perawat ICU/HCU
a. Melalui praktek ptofesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di ruang ICU/HCU
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, serta perawat dengan pasien dan keluarga pasien.
c. Tercapainya peningkatan kepuasan kerja
3. Bagi Mahasiswa
Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page4
BAB II
ANALISIS SITUASI

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT


Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang selanjutnya disebut RSO
adalah rumah sakit khusus yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Tugas pokok RSO sesuai Pasal (2) Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 839/Menkes/Per/VII/2007 tanggal 20 Juli 2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja RSO Prof. dr. R. Soeharso Surakarta adalah melaksanakan upaya kesehatan
paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik.
1. Tugas Pokok
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka RSO menyelenggarakan fungsi sesuai yang
tercantum dalam Pasal (3) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :
839/Menkes/Per/VII/2007 tanggal 20 Juli 2007 adalah :
a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan paripurna di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik
tingkat sekunder dan tersier;
b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan
kesehatan di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medik;
c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan di bidang ortopedi
traumatologi dan rehabilitasi medik;
d. Pelaksanaan administrasi rumah sakit.
2. Visi, Misi dan Motto
a. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Ortopedi Unggulan Dengan Pelayanan Prima di ASEAN”
b. Misi
1) Mewujudkan pelayanan sub spesialistik ortopedi traumatologi terintegrasi
pendidikan dan penelitian secara paripurna.
2) Mewujudkan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat,
efektif,efisien dan akuntabel.
3) Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, inovatif dan kreatif.
4) Mewujudkan jejaring pelayanan yang berkelanjutan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page5
c. Motto
CEKATAN (Cepat, Akurat, Aman, Nyaman)

3. Tujuan
a. Tujuan RSO
Dalam rangka mencapai visi dan misi RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta
seperti yang dikemukakan, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke
dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusanan tujuan
strategis (strategic goals) organisasi.
Adapun tujuan strategis sebagai berikut:
1) Tersedianya infrastruktur yang mendukung aktifitas pelayanan rumah sakit
2) Terwujudnya sumber daya manusia rumah sakit yang kompeten, inovatif dan
kreatif
3) Terwujudnya budaya kerja yang terbuka dan saling melayani
4) Terwujudnya proses bisnis pelayanan, penelitian dan pengembangan
ortopedi traumatologi & rehabilitasi medik yang bermutu dan paripurna
5) Terwujudnya kepuasan pelanggan rumah sakit yang ultima
6) Mewujudkan tata kelola keuangan rumah sakit yang efisien dan akuntabel
b. Tujuan Bidang Pelayanan Keperawatan
1) Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima dan profesional dengan
mengutamakan keselamatan pasien dan kasih sayang
2) Tujuan Khusus
a) Terwujudnya pelayanan keperawatan sub spesialistik ortopedi
traumatologi terintegrasi pendidikan dan penelitian secara paripurna;
b) Menyelenggarakan praktik asuhan keperawatan yang berasaskan
perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan profesionalitas, manfaat,
keadilan, perlindungan, dan kesehatan dan keselamatan klien
c) Mewujudkan manajemen keperawatan yang profesional
d) Mewujudkan Sumber Daya Manusia Keperawatan yang profesional,
inovatif dan kreatif

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page6
B. GAMBARAN UMUM RUANGAN

Ruang ICU/HCU merupakan salah satu unit pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Ortopedi
yang melayani pasien setara kelas 1. Ruang ICU dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ICU dan
HCU yang merupakan ruang untuk pelayanan intensif yang berdasarkan observasi tanggal
14 s/d 17 maret 2016, didapatkan gambaran umum ruang ICU/HCU sebagai berikut:

Tabel 1. Kapasitas tempat Tidur Ruang ICU/HCU Tahun 2016

Ruang Kelas Jumlah kamar Kapasitas TT Kapasitas TT


Pelayanan
ICU Kelas I 3 3 3

Jumlah TT kelas I
HCU Kelas I 4 4 4
Jumlah TT kelas I

Kapasitas Total TT 7

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page7
Sebagai gambaran lebih jelas, berikut ini adalah gambar denah ruang ICU/HCU RSO.

Gambar 1. Denah Ruang ICU/HCU


Keterangan:
1.Ruang transit
2 .Ruang ganti perawat
3. Ners Station
4. Ruang isolasi
5. Ruang linen
6. Ruang Pasien 1
7. Ruang pasien 2
8. Ruang Pasien 3
9. Ruang pasien 4
10, Ruang pasien 5
11. Ruang pasien 6
12. Ruang Pasien 7
14. Ruang pantri
15 .Rak obat
16. Ruang dokter

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page8
17. Ruang Perawat
18. Ruang tunggu pasien

1. MAN
a. Ketenagaan Ruang ICU/HCU
Ketenagaan ruang ICU/HCU dibagi dalam dua kategori, yaitu tenaga
keperawatan dan non keperawatan dengan keterangan sebagai berikut:

Tabel 2. Ketenagaan Ruang ICU/HCU


No Jenis tenaga Vol
Perawat
1 S1. Ners 1
2 S1. Keperawatan 10
3 DIII Keperawatan 3
Jumlah Perawat 14
Non Keperawatan
1 Office Boy 1
2 Cleaning Service 2
Jumlah Non Keperawatan
TOTAL 3

1 (0,8%)

3 (21%)
S1 Ners
S1 Keperawatan
10 (71%)
D3 Keperawatn

Gambar 2 Jumlah Tenaga Keperawatan Ruang ICU/HCU Berdasar Pendidikan

Sumber: Daftar Dinas Ruang ICU/HCU

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page9
b. Kebutuhan Tenaga Perawat
1) Kajian teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat perencanaan
untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria apa pada suatu ruangan
berapa tenaga dibutuhkan untuk tiap shiftnya. Untuk keperluan itu para ahli
telah mengembangkan beberapa formula.Formula tersebut juga dapat
digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang tersedia
saat ini cukup, kurang atau berlebih.
Salah satu cara perhitungan tenaga yang sering menjadi rujukan adalah
penghitungan tenaga keperawatan menurut Douglas.
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan Menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift pasien dan hasil
keseluruhan ditambah sepertiga (1/3). Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
klasifikasi tingkat ketergantungan untuk tiap shift jaga seperti pada tabel
berikut:
Tabel.3 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan
Pasien

Jumlah Klasifikasi Pasien


Pasien Total care
Pagi Siang Malam
1 0,38 0,30 0,20
2 0,72 0,60 0,40
3 1,08 0,90 0,60
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan
Menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria:
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page10
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley catheter/intake output dicatat.
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam
dengan kriteria:
- Segalanya diberikan/dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
- Pemakaian suction
- Gelisah/disorientasi
2) Penghitungan Kebutuhan
Menurut Douglas (1997) jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Ruang
ICU/ HCU adalah seperti tergambar pada tabel berikut:
Tabel.4 Kebutuhan Tenaga Keperawatan Ruang ICU / HCU Berdasarkan
Formula Douglas
Waktu/ Klasifikasi Tanggal 14-17Maret 2016
P S M
Minimal 1x 0,17 1 x 0,14 1 x 0,07
Intermediet 3x 0,27 3x 0,15 3 x 0,10
Maksimal 3x0,36 3x 0,30 3x 0,20
Jumlah 2,59 1,49 0,97

Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang dibutuhkan adalah di


Ruang ICU/HCU adalah:

 Pagi : 2,66
 Siang : 2,10
 Malam : 1,40
Jumlah perawat yang dibutuhkan = 2,66+2,10+1,40 = 6,16 dibulatkan
menjadi 7 orang ditambah 1/3 jumlah keseluruhan( 2 )= 9. Penghitungan ini
belum termasuk kepala ruang dan perawat yang libur turun jaga malam. Bila
dihitung secara keseluruhan, maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
9 perawat + 1 karu + 4 perawat libur =14 orang.
Bila dibandingkan dengan kondisi yang ada sekarang, maka ruang ICU /
HCU dapat dikatakan cukup orang untuk tenaga perawat.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page11
c. Kebutuhan Pengembangan Tenaga keperawatan (Pendidikan dan pelatihan)
1) Kajian Teori
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan salah satu
indikatornya ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan sumber daya
yang sesuai dengan kualitas dan profesionalitas perawat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktek professional yang merupakan
ciri profesi yang harus tetap dipelihara dan di tingkatkan dalam rangka
mempertahankan akuntabilitas dan standar kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang disebut
Human Resource Development mempunyai tiga program yaitu :
1. Trainning, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini
2. Education, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan yang akan datang.
3. Development, yaitu aktifitas di mana proses belajar tidak diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.

2) Kebutuhan Pengembangan Perawat Ruang ICU / HCU


Dari hasil wawancara dengan kepala ruang ICU / HCU, serta data dari
Rencana Kinerja Tahunan Instalasi Rawat Inap RSO, maka didapatkan data
bahwa kebutuhan untuk pengembangan perawat ICU/HCU adalah sebagai
berikut:
Tabel.5 Daftar Kebutuhan Pengembangan Perawat ICU
Tahun 2016
No Nama Pelatihan Vol
1 Peningkatan kualitas SDM dengan pendidikan lanjut 3

2 Mengikuti short course / magang ICU 2


3 Mengikuti seminar/IHT 14
Sumber : RKT Instalasi Rawat Inap Tahun 2016

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page12
2. METHOD
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
1) Perencanaan (Planning)
a) Kajian Teori
Perencanaan pelayanan keperawatan disusun berdasarkan hasil
pengumpulan dan analisis data, hasil kegiatan pelayanan perawatan dan
sumber daya ( manusia, fasilitas, peralatan, dan dana) yang tepat dan
memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
Rasional:
Perencanaan pelayanan keperawatan merupakan fungsi utama pengelolaan
dan landasan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pelayanan
keperawatan.
Kriteria Struktur :
(1) Adanya kebijakan manajemen pelayanan keperawatan sebagai
pendukung penyusun perencanaan.
(2) Adanya visi, misi sarana pelayanan kesehatan
(3) Adanya falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan yang mengacu
pada visi, misi
(4) Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan
secara tepat dan memadai
(5) Adanya standar antara lain standar ketenagakerjaan, standar fasilitasi
dan peralatan pelayanan keperawatan dan kebidanan
(6) Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk pelayanan
keperawatan
(7) Adanya mekanisme perencanaan pelayanan keperawatan
Kreteria Proses:
(1) Melaksanakan koordinasi dengan unit pelayanan terkait
(2) Melibatkan unsur pengelolaan dan staf sesuai tingkat manajerial
(3) Melaksanakan perencanaan secara “ bottom up”
Kriteria Hasil:
(1) Adanya dokumen yang menunjukan perencanaan keperawatan
meliputi: aspek ketenagaan , fasilitas dan peralatan serta upaya
pengendalian mutu pelayanan
(2) Perencanaan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana induk perencanaan sarana kesehatan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page13
b) Perencanaan di Ruang ICU / HCU
(1) Visi, Misi, dan Tujuan
Visi Ruang ICU / HCU
Hasil wawancara dengan Kepala Ruang ICU / HCU didapat hasil
sebelumnya Ruang ICU / HCU mempunyai visi sendiri tetapi pada
tahun 2012 sesuai dengan kebijakan rumah sakit visi Ruang ICU/HCU
tidak diberlakukan sehingga sekarang visi Ruang ICU/HCU mengacu
pada visi Rumah Sakit.
Hasil observasi : hasil pengamatan diruang perawatan terlihat visi
rumah sakit yang ditempel di dinding ruangan yang dapat terbaca
dengan mudah oleh semua orang yang melewatinya.
Misi Ruang ICU / HCU
Hasil wawancara dengan kepala Ruang ICU / HCU mengacu misi
Rumah Sakit.
Hasil observasi : hasil pengamatan diruang perawatan terlihat misi
yang ditempel di dinding ruangan yang dapat terbaca dengan mudah
oleh semua orang yang melewatinya.
Tujuan Ruang ICU / HCU
Hasil wawancara dengan Kepala Ruang ICU / HCU didapat hasil
tujuan Ruang ICU / HCU mengacu tujuan dari Rumah Sakit, yang di
breakdown dalam tujuan Bidang Pelayanan Keperawatan yaitu
terselenggaranya pelayanan keperawatan prima dan profesional
dengan mengutamakan keselamatan pasien dan kasih sayang.
Hasil observasi : hasil pengamatan diruang perawatan terlihat tujuan
rumah sakit ditempel di dinding ruangan yang dapat terbaca dengan
mudah oleh semua orang yang melewatinya. Tujuan ruang ICU/HCU
mengacu pada tujuan Bidang Pelayanan Keperawatan yang tertuang
dalam program kerja Bidang Pelayanan Keperawatan RSO Prof. Dr.
R. Soeharso Surakarta.
(2) Rencana harian, mingguan, bulanan dan tahunan
 Rencana harian
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang ICU/ HCU
pada tanggal 14 Maret 2016, didapat hasil bahwa kepala ruang
sudah mempunyai rencana harian, seperti melaksanakan operan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page14
jaga, pre conference dan post conference, tapi belum rutin
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil observasi didapat hasil semua kegiatan harian
tidak terjadwal secara tertulis. Tetapi sudah terlaksanakan secara
rutin.
 Rencana mingguan
Hasil wawancara dengan Kepala Ruang ICU/HCU di dapat hasil
bahwa di Ruangan ICU/HCU tidak mempunyai rencana
mingguan rutin yang terjadwal. Biasanya dilakukan ronde
keperawatan apabila ada insiden saja. Dan penyelesaiannya
dilakukan secara terintegrasi dengan tenaga kesehatan lain.
 Rencana bulanan
Hasil wawancara dengan Kepala Ruang ICU/HCU didapat hasil
bahwa di Ruangan ICU/HCU pada setiap bulannya ada kegiatan
seperti rapat rutin Ruangan ICU / HCU.
 Rencana tahunan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang ICU / HCU
pada tanggal 16 Maret 2016 didapat hasil bahwa rencana tahunan
di Ruang ICU / HCU sudah ada, mengacu pada Rencana Kerja
Tahunan ICU/HCU, yang meliputi Cakupan Pelayanan, Mutu
Pelayanan, Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana.
 Perencanaan Keuangan
Ruang perawatan secara keseluruhan termasuk ruang ICU/HCU
merupakan ruangan yang tidak mengelola keuangan. Untuk
rencana kegiatan baik yang terkait dengan pengembangan SDM
keperawatan maupun sarana prasarana yang membutuhkan
anggaran biaya diajukan ke rumah sakit dengan mengajukan
proposal/ kerangka acuan kegiatan.
 Perencanaan Ketenagaan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang, perencanaan
ketenagaan di Ruang ICU/HCU meliputi kuantitas yaitu
penghitungan kebutuhan tenaga perawat dan kualitas yaitu
kebutuhan pelatihan/pengembangan SDM Keperawatan.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page15
2) Pengorganisasian
a) Kajian teori
(1) Pengaturan sumber daya (manusia, fasilitas, peralatan dan dana) melalui
integrasi dan koordinasi untuk mencapai tujuan pelayanan
Rasional:
Pengaturan sumber daya manusia berkesinambungan pelayanan
keperawatan secara efektif dan efesien
(2) Kreteria Struktur:
 Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan
sebagai pendukung pengorganisasian.
 Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan
fungsional pelayanan keperawatan di sarana pelayanaan kesehatan.
 Adanya uraian tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas dan
tertulis bagi tiap tenaga keperawatan.
 Adanya tenaga keperawatan yang ditunjuk untuk menduduki
jabatan tertentu.
 adanya dokumen kualifikasi/persyaratan jabatan bagi pimpinan
keperawatan.
(3) Kriteria Proses :
 Memahami uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang bagi tiap
tenaga keperawatan.
 Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab
dan wewenang.
 Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan.

(4) Kriteria hasil :


 Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan, sesuai
dengan persyaratan.
 Pelayanan keperawatan bagian integral di dalam struktur organisasi
sarana kesehatan.
 Adanya dokumen pengaturan pendayagunaan sumber daya
keperawatan meliputi : ketenagaan, fasilitas, peralatan.
 Adanya dokumen pelaksanaan rapat koordinasi

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page16
b) Pengorganisasian Di Ruang ICU/HCU
(1) Ada tenaga keperawatan yang menduduki jabatan, sesuai dengan
persyaratan, yaitu Kepala Ruang Perawatan, dan perawat pelaksana.
(2) Pelayanan keperawatan di ruang ICU/HCU merupakan bagian integral
di dalam struktur organisasi di RSO.
(3) Ada dokumen pengaturan pendayagunaan sumber daya keperawatan
meliputi : ketenagaan, fasilitas, peralatan. Dokumen yang ada adalah
Uraian Tugas, inventaris sarana dan prasarana ruang.
(4) Ada dokumen pelaksanaan rapat koordinasi, tetapi pelaksanaan rapat
koordinasi belum terselenggara secara rutin dan belum terencana.
3) Pengarahan
a) Kajian Teori
(1) Pernyataan :
Pengarahan yang terstruktur untuk mencapai pelayanan keperawatan
bermutu sesuai tujuan organisasi sarana kesehatan.
(2) Rasional :
Iklim kerja yang kondusif diciptakan melalui kemampuan
interpersonal manajer pelayanan keperawatan dalam memotivasi dan
membimbing staf sehingga meningkatkan kinerja staf meningkat.
(3) Kriteria struktur :
 Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan
yang mendukung fungsi pengarahan.
 Adanya tenaga keperawatan yang memiliki kemampuan, dan
keterampilan manajerial.
 Adanya mekanisme pembinaan tenaga keperawatan.
 Adanya fasilitas yang mendukung lingkungan kerja yang
kondusif untuk pembinaan.
(4) Kriteria proses :
 Melaksanakan pembinaan tenga keperawatan berdasarkan hasil
evaluasi kerja.
 Memberikan umpan balik.
 Melaksanakan tindak lanjut hasil program pembinaan antara lain
pemberian penghargaan dan sanksi.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page17
(5) Kriteria hasil :
 Adanya dokumen pelaksana program pembinaan.
 Adanya peningkatan kemampuan tenaga keperawatan yang
dibina.
 Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan
pembinaan antara lain pemberian penghargaan dan sanksi.
b) Pengarahan Di Ruang ICU/HCU
(1) Motivasi
 Strategi memotivasi individu maupun kelompok
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang di
RuangICU/HCU. Kepala ruang memiliki salah satu srategi
memotivasi individu maupun kelompok yaitu dengan
membangun saling percaya antar perawat dan bersikap adil dan
konsisten terhadap semua perawat.
 Sistem reward dan punisment
Berdasarkan wawancara kepada kepala ruang ICU/HCU setiap
pegawai mendapatkan reward dari rumah sakit setiap tahun.
Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap kinerja perawat
yang ada di Ruang ICU/HCU. Jika tersebut dapat berlanjut
dengan baik kepala ruang dapat mengajukan perawat yang
berprestasi ke seksi perawatan untuk memberikan reward yang
diberikan bidang keperawatan dapat berupa kenaikan jabatan,
beasiswa (dari darmawanita atau dari pusat), atau pelatihan
keperawatan, tugas belajar, pemilihan pegawai berintegrasi dan
berkomitmen setiap bulan. Untuk kinerja perawat yang kurang
baik, kepala ruang melakukan pendekatan dan teguran secara
lisan, serta memberi sanksi yang bersangkutan, misalnya kurang
disiplin dalam absensi akan dipotong gaji.
(2) Komunikasi
Strategi komunikasi
Strategi komunikasi yang dilaksanakan ruang ICU/HCU merupakan
komunikasi 2 arah yaitu semua perawat berhak mengelurkan ide atau
gagasannya yang kemudian didiskusikan untuk menarik sebuah
kesepakatan. Keputusan tetap dipegang oleh kepala ruang. Stategi
komunikasi tersebut mencakup 3 komponen yaitu struktur, budaya

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page18
dan teknologi. Pada struktur bertujuan untuk mencapai status praktik
komunikasi yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok
kerja meliputi pelaksanaan prinsip-prinsip asuhan keperawatan kepada
pasien, ketrampilan yang baik dan dapat membantu pelaksanaan
dalam penyelesaian masalah suatu organisasi

Model komunikasi
Model komunikasi yang digunakan oleh kepala ruang di bangsal
ICU/HCU menggunakan komunikasi dua arah baik dalam
menyampaikan dan menerima informasi perawat pelaksana dan tim
kesehatan lain. Semua disesuaikan dengan kepentingan, situasi dan
kondisi yang kemudian didiskusikan bersama-sama.

(3) Gaya kepemimpinan


Pada saat wawancara pada tanggal 14 Maret 2016 kepala ruang
ICU/HCU menyebutkan gaya kepemimpinan di ruang ICU/HCU
menggunakan gaya kepemimpinan demokratis. Dimana kepala ruang
dalam pengambilan sebuah keputusan dilakukan dengan musyawarah
mufakat. Gaya kepemimpinan ini mengansumsikan bahwa anak buah
menganggap bekerja sebagai suatu permainan sehingga terasa
menyenangkan, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri dan
mengawasi diri sendiri, mampu berimajinasi dan kreatif.
(4) Pendelegasian
Berdasarkan wawancara dari kepala ruang diperoleh pendelegasian
kepala ruang bila berhalangan hadir maka salah satu perawat
pelaksana mengambil alih tugas dari kepala ruang dan dalam
pelimpahan tugas dan wewenang sudah menggunakan surat atau
format pendelegasian.

(5)Manajemen konflikICU/HCU

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang, dalam menyelesaikan


konflik kepala ruang bertindak sebagai penengah, apabila konflik itu
terjadi diantara perawat, maka kepala ruang melakukan pendekatan
kepada perawat yang tengah mengalami konflik. Selang beberapa
waktu setelah suasana konflik agak reda, perawat yang mengalami
konflik dipertemukan untuk menyelesaikan masalah dan dicari jalan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page19
keluarnya. Sedangkan apabila konfik terjadi antara perawat dengan
pasien diselesaikan secara intern. Yaitu apabila perawat melakukan
kesalahan, maka perawat berani meminta maaf.
(5) Kolaborasi dan koordinasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang ICU/HCU ,
didapatkan bahwa kolaborasi dan koordinasi sudah baik dengan
Tenaga Medis yang lain, sehingga apabila ada masalah yang dihadapi
dapat diungkapkan secara terbuka untuk menyelesaikan masalahnya.
(6) Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang ICU/HCU.
Supervisi dilakukan bersifat tidak langsung sesuai dengan keadaan
ruangan dan tidak ada penjadwalan yang rutin tentang kegiatan
supervisi sehingga tidak ada pendokumentasian kegiatan yang sudah
di supervisi.

4) Pengawasan
a) Metode pengawasan
Yang digunakan diruang ICU/HCU berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala ruang, bahwa metode pengawasan yang digunakan yaitu metode
eksternal dan internal yaitu metode yang dilakukan dari luar dan dari
dalam oleh kepala ruang seperti penilaian kinerja, supervisi, dan
manajemen mutu pelayanan yang digunakan diruang ICU/HCU,
dilakukan oleh kepala ruang setiap hari dengan observasi dan di evaluasi
setiap hari. Metode pengawasan dari luar seperti: PPI dilakukan setiap
hari oleh IPCLN yang ada diruang ICU/HCU
b) Pengendalian Mutu
Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruang
didapatkan hasil bahwa ada 3 perawat yang melanjutkan profesi NERS.
Selain itu untuk meningkatkan mutu SDM kepala ruang telah
mengajukan progam pelatihan kepada perawat secara bergantian,
sehingga seluruh perawat diruang ICU/HCU bisa mendapatkan pelatihan
setiap tahun.
Program pencegahan pengendalian infeksi (PPI) dapat ditingkatkan
dengan cara cuci tangan yang benar, selalu menjaga kebersihan ruangan.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page20
Pengendalian infeksi dari rumah sakit dapat dilakukan dengan cara :
Memisahkan antara sampah medis dan sampai non medis, memasang
hand scrub, melepas handscoon, mengajarkan pasien dan keluarga cara
mencuci tangan. Peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit,
berpengaruh lamanya pasien dirawat dirumah sakit, berkurangnya resiko
terjadinya dekubitus, serta pemahaman pasien memahami pemakaian
gelang kuning (gelang resiko jatuh).
b) Indikator Mutu Ruangan
Indikator mutu ruang ICU/HCU meliputi BOR, AvLOS, TOI dan BTO
selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel.6 Indikator Mutu Ruang ICU/HCU Tahun 2016


INDIKATO Target Standar REALISASI REALISASI
R th JANUARI FEBRUARI
2016
ICU HCU ICU HCU
BOR 75,00 75-85 81,72 19,35 133,4 9,45
AvLOS 2,00 7-10 1,68 1 2,189 1
TOI 1,00 1-3 2,06 5,88 0,55 9,55
BTO 10,00 4-45 15,3 5,88 17,67 2,75
Sumber: LAKIP Rawat ICU tahun 2016

(1) BOR ( Bed Occupancy Rate)


BOR adalah angka penggunaan tempat tidur. Hal ini menunjukan
sampai seberapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia di RS
dan jangka waktu tertentu standar BOR dalam satu tahun adalah 75-
85%. Dari data yang didapatkan dari Laporan bulanan Tahun 2016
didapatkan BOR di ruang ICU / HCU selama dua bulan terakhir
January dan pebruary 2016 adalah untuk ICU bulan January 81.72
dan bulan pebruary 133.4 untuk HCU bulan January 19.35 dan bulan
pebruary 9.45.
(2) LOS (Length Of Stay)
LOS adalah rata-rata lama hari rawat, hal ini menunjukan lama
waktu perawatan setiap pasien. Lama waktu rawat yang baik
maksimum 2 hari, standar LOS 7-10 hari. Dari data yang didapatkan
dari Laporan bulanan tahun 2016 di dapatkan di ruang ICU untuk

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page21
bulan January 1.68 bulan pebruary 2.189 untuk HCU bulan January
1 dan bulan pebruary 1 selama kurun waktu dua bulan terakhir.
(3) TOI (Turn Over Interval)
TOI adalah selang waktu antara pemakaian tempat tidur. Hal ini
menunjukan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu
antara 1 tempat tidur digantikan oleh pasien sampai dengan diisi
lagi. Standar TOI yaitu 1-3 hari. Dari data yang didapatkan dari
Laporan bulanan ICU / HCU Tahun 2016 capaian TOI ruang ICU
bulan January 2.06 dan bulan pebruary 0.55 dan HCU bulan January
5.88 dan bulan pebruary 9.55 .
(4) BTO (Bed Turn Over)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur, hal ini menunjukan
frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit satu kesatuan waktu
tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat
tidur. Standar BTO yaitu 4-45, sedangkan yang baik lebih dari 40
kali. Dari data yang didapatkan dari Laporan bulanan tahun 2016 di
ruang ICU pada bulan January 15.3 dan bulan pebruary 17.67 dan
untuk ruang HCU 5.88 dan bulan pebruary 2.75

c) Indikator Mutu Pelayanan


1)Angka kejadian Decubitus
Angka kejadian dekubitus di ruang ICU berdasarkan data yang
diperoleh dari IPCLN terhadap 194 pasien pada Bulan Desember 2015 -
Pebruari 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 7 Distribusi Kejadian Decubitus di Ruang RS Orthopedi Prof
Dr. R Soeharso
Kejadian decubitus Jumlah
Decubitus 0
Tidak decubitus 194
Jumlah 194

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑐𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠


𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑐𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠
x100%
0
= 𝑥 100 %
194

= 0

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page22
2)Angka kejadian pasien jatuh
Angka kejadian pasien beresiko jatuh di ruang ICU berdasarkan hasil
pengkajian terhadap 17 pasien pada tanggal 14 – 17 maret 2016
adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Distribusi Kejadian Pasien Jatuh di Ruang ICU RS


Orthopedi Prof Dr. R Soeharso
Kejadian pasien jatuh Jumlah
pasien jatuh -
beresiko 17
tidak beresiko -
jumlah 17
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ
𝑥100%
0
= 17 𝑥 100 %

= 0
5) Pengendalian Mutu Keperawatan
a) Audit Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Hasil audit terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
ICU/HCU tanggal 14 sampai dengan 17 maret 2016 adalah sebagai
berikut:

90
80
70
60
Pengkajian
50
40 Diagnosa keperawatan
30 Perencanaan
20
10 Implementasi
0 Evaluasi
dokumentasi

Gambar.3 Hasil Observasi Pendokumentasian Asuhan keperawatan


Ruang ICU / HCU

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page23
Keterangan:
Askep yang Hasil Keterangan
dinilai
Format pengkajian yang dievaluasi adalah Pengkajian
Keperawatan Rawat Inap.
Secara Kuantitas, format pengkajian yang ada sudah
semuanya ditulis dan diisi oleh perawat.
Secara kualitas, ada item yang belum sesuai:
Pengkajian 80%
1. Pengkajian belum dilakukan setiap hari dan data yang
diperoleh belum lengkap meliputi data subjektif dan
data objektif.
2. Data yang dikaji belum sepenuhnya dikelompokan dan
di catat sesuai format yang ada.
Diagnosa ada yang sudah dirumuskan berdasarkan masalah
yang muncul pada pasien. Diagnosa keperawatan sudah
mencerminkan PE ( problem etiologi).
Diagnosa
70% Ada rekam medis yang tidak diisi diagnosa
Keperawatan
keperawatannya.
Diagnosa keperawatan semuanya belum disusun
berdasarkan prioritas masalah keperawatan.
Secara kuantitas, perawat sudah menyusun rencana
keperawatan, tetapi ada beberapa item yang belum sesuai:
Intervensi
1. Tidak semua rencana tindakan mengacu pada diagnosa
perencanaan 80%
keperawatan
keperawatan
2. Penetapan rencana tindakan tindakan belum
menggambarkan keterlibatan pasien dan keluarga
Secara kuantitas semua perawat sudah menulis
implementasi keperawatan, tetapi ada 70% yang tidak
sesuai:
Implementasi
85% Tindakan keperawatan yang dilakukan tidak mengacu pada
keperawatan
rencana tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan belum diobservasi serta di
dokumentasikan oleh perawat.
Tidak semua hasil evaluasi kepada pasien dicatat dengan
Evaluasi jelas.
80%
keperawatan Hasil evaluasi 70% belum mengacu pada tujuan yang sudah
ditetapkan.
Penulisan asuhan keperawatan sudah di tulis pada format
yang baku
Dokumentasi
90% Pencatatan ditulis dengan jelas dan ringkas
keperawatan
Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page24
Hal yang belum sesuai:
Penulisan nama perawat, tanggal dan jam tindakan belum
konsisten.

b) Survey Kepuasan Pelayanan keperawatan


Penilaian kepuasaan pelayanan keperawatan dikategorikan sebagai :
- 0 sampai dengan ≤ 45 : Kurang puas
- 46 sampai dengan 75 : cukup puas
- 76 sampai dengan 100 : Puas
Dari kuesioner yang dibagikan kepada 10 responden diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel. 9 Hasil Observasi Kepuasan Pasien
Kepuasan
Jumlah Presentase
pasien/keluarga
Puas 10 100%
Tidak puas 0 0
Jumlah 10 100%

Berdasar tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 10 responden semuanya


dalam kategori puas dengan score rata-rata 97.3%. Dari 10 item dalam
kuesioner ada beberapa item yang dijawab tidak yaitu peralatan yang
dipakai tidak lengkap, prosedur menerima pasien kurang cepat dan
berbelit, perawat kurang ramah, cepat dan benar,biaya perawatan kurang
terjangkau, dokter dan perawat tidak menenangkan ketika cemas/ depresi
pasien.
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
1) Kajian Teori
Proses pengorganisasian mencakup usaha membagi-bagi pekerjaan (untuk
mencapai tujuan) kedalam departemen-departemen dan jabatan-jabatan tertentu,
dan kemudian mengadakan koordinasi yang perlu untuk menjamin bahwa
departemen dan jabatan tersebut sudah sesuai. Tujuan organisasi pada dasarnya
adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing
orang dan menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir (Basu Swasta, 2002).
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan.Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan
staf sehubungan dengan keterampilan personil, jumlah perawat dan beban kerja
(Swansburg, 2000).

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page25
Ada beberapa teori mengenai model-model praktik keperawatan profesional
antara lain Menurut teori Gillies (1999):
a) Metode kasus (Total Care Method)
Disebut juga Total patient care, perawat mempunyai otonomi dan tanggung
jawab terhadap perawatan pasien selama shift kerja (± 8jam). Pasien
menerima asuhan keperawatan yang diberikan secara total dan tidak
terfragmentasi atau terpecah-pecah. Metode ini lebih mudah dikerjakan karena
satu orang perawat hanya bertanggung jawab pada satu atau dua orang pasien
dan maksimal tiga, tergantung dari tingkat kebutuhan pasien dan model ini
membutuhkan koordinasi diantara perawat-perawat yang melakukan asuhan
keperawatan. Kerugian dari metode ini, yaitu:
(1) Membutuhkan dana yang cukup tinggi (Costly), karena pada
pelaksanaannya memerlukan perawat pelaksana yang mempunyai
kemahiran, keterampilan dan profesionalisme tinggi sehingga reward
juga harus tinggi.
(2) Memerlukan supervisi yang adekuat dari kepala ruang (charge nurse)
(3) Memerlukan kepala ruang (charge nurse) yang mampu memberikan
training yang baik kepada perawat pelaksana
b) Metode fungsional (functional nursing)
Perawat pelaksana hanya bertugas berdasarkan tugas tertentu (task oriented).
Keuntungan dari metode ini, yaitu:
(1) Lebih efisien
(2) Tugas dapat segera diselesaikan
(3) Sedikit kebingungan karena tugasnya hanya satu
(4) Kebutuhan akan perawat profesional (register nurse) sedikit sehingga
dana yang dibutuhkan juga minimal.
Kerugian dari metode ini, yaitu:
(1) Asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi
(2) Kepuasan kerja rendah
(3) Tidak ada tantangan dalam melakukan tugas
(4) Lebih banyak membutuhkan koordinasi, terutama supervisi dari kepala
ruang untuk menghindari kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan
(5) keseluruhan asuhan keperawatan tidak diperhatikan karena tanggung
jawab hanya pada tugas yang dilakukan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page26
c) Metode tim (team nursing)
Metode ini menggunakan prinsip bahwa ada sekelompok perawat pelaksana
yang dipimpin oleh Ketua Tim dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada sekelompok pasien.Ketua Tim bertanggung jawab kepada Kepala
Ruang.
Keuntungan dari metode ini, yaitu:
(1) meningkatkan metode kolaborasi
(2) kebingungan akses ke pasien berkurang
Kerugian dari metode tim, yaitu:
(1) Saat pelaksanaan rencana keperawatan yang dibuat oleh Ketua Tim,
kemungkin terjadi pelaksanaan yang tidak sesuai standar asuhan
keperawatan
(2) Membutuhkan perencanaan dan komunikasi diantara anggota tim,
sehingga metode ini menjadi tidak efektif karena membutuhkan banyak
waktu
(3) Jalur tanggung jawab menjadi tidak jelas
(4) Asuhan keperawatan terfragmentasi dan dapat terjadi
overlapping/nursing error
d) Metode primer (primary nursing)
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
organisasi atau kelompok kerja dengan semua staf keperawatan yang
profesional. Pada pelaksanaannya hampir sama dengan metode case method
nursing atau total patient care. Kebutuhan akan Register Nurse sangat tinggi.
Pada metode ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Penanggung jawab adalah perawat primer (PN). PN harus mempunyai
kemampuan membina komunikasi antara pasien, dokter, AN dan anggota tim
kesehatan lain. Setiap PN merawat 4-6 pasien dan bertanggung jawab
terhadap pasien selama 24 jam dari pasien masuk sampai pasien pulang. Ada
kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu tim PN mempunyai beberapa perawat
pelaksana (associate nurse/AN) dan bila PN tidak ada, perawatan dilanjutkan
oleh AN.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page27
Keuntungan dari metode primer, yaitu:
(1) Tingkat kepuasan yang tinggi
(2) Tingkat tanggung jawab dan otomi jelas
(3) Perawat tertantang dalam menyelesaikan masalah dan diberi penghargaan
Kerugian dalam metode ini, yaitu:
(1) Costly
(2) Kesulitan dalam menentukan standar RN. Hal ini disebabkan untuk
mencapai standar, semua PN harus RN, dan hal ini menjadi sulit karena
kendala ekonomi sehingga RS tidak mampu memberi reward yang cukup
dan terjadi keterbatasan tenaga.
e) Metode Modifikasi Tim Primer
Pada metode ini menggunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan
sistem metode primer modifikasi ini didasarkan pada beberapa alasan:
(1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau yang setara
(2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
(3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada PN.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam menentukan model yang akan
dipakai, yaitu:
(1) Ketersediaan jenjang pendidikan ketenagaan
(2) Kasus yang dihadapi
(3) Ketersediaan fasilitas dan sarana
(4) Ketersediaan dana

2) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang ICU/HCU


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan tanggal 14-17 maret 2016
melalui observasi secara langsung diperoleh hasil bahwa, ruang ICU/HCU
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan metode kasus di ruang
ICU/HCU .
Dalam pelaksanaannya, metode kasus dijalankan pada shift pagi, shift sore
,shift malam ,dimana pasien menerima asuhan keperawatan secara total dan
tidak terfragmentasi atau terpecah-pecah. Metode ini lebih mudah dikerjakan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page28
karena satu orang perawat hanya bertanggungjawab pada satu atau dua orang
pasien dan maksimal tiga pasien, tergantung dari tingkat kebutuhan pasien .
Model ini membutuhkan diantara perawat-perawat yang melakukan asuhan
keperawatan.

Tabel 10. Hasil Observasi pelaksanaan overan, ronde keperawatan, dan


conference di ruang ICU / HCU
No Kegiatan Pelaksanaan
1 Overan - Perawat pemberi overan belum lengkap jumlahnya
- Perawat yang menerima overan belum lengkap
jumlahnya
- Pemimpin overan dilakukan oleh katim
- Pemimpin overan menyampaikan kondisi umum
pasien dan kondisi khusus pasien
- Overan dilakukan di kantor perawat
- Overan dilakukan keliling ruang rawat
- Laporan kondisi pasien sudah ditulis pada laporan
perkembangan, tetapi belum lengkap. Sampai saat ini
masih menggunakan buku bantu berupa buku
laporan.
- Overan sudah dilakukan secara kontinu; pagi ke sore,
sore ke malam, malam ke pagi dst
- Waktu overan dilakukan di akhir kegiatan shift

2 Pre Selama observasi, belum ada kegiatan pre conference


conference
3 Post Selama observasi, belum ada kegiatan post conference
Conference
4 Ronde Selama observasi, belum ada kegiatan ronde
Keperawatan keperawatan.
Hasil wawancara dengan kepala ruang, untuk
pembahasan kasus pasien yang unik dilakukan antar
tim kesehatan, yang akan dipandu oleh Case Manajer
Rawat Intensif care

Hasil observasi peran masing-masing perawat dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan di Ruang ICU/HCU adalah sebagai berikut:
a) Penilaian Tugas Kepala Ruang
Tabel 11. Hasil Penilaian Tugas Kepala Ruang
No Tugas Kepala Ruang YA TIDAK
1 Mengumpulkan data tentang kondisi ruang (personil V
dan alat)
2 Merancang tujuan pelayanan keperawatan tingkat V
ruang rawat

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page29
3 Menyusun rencana kerja kegiatan tahunan ruang V
rawat
4 Koordinasi seluruh kegiatan pelayanan V
5 Mendesain struktur organisasi ruang rawat V
6 Merancang tugas pokok dan fungsi katim dan V
perawat asosiet
7 Mengembangkan instrumen penilaian kinerja V
perawat
8 Menetapkan kebutuhan jumlah tenaga perawat yang V
dibutuhkan
9 Merancang dan membuat kriteria kebutuhan jumlah V
tenaga perawat
10 Membuat program orientasi perawat baru, V
membimbing dan supervisi
11 Membuat jadwal dinas jaga perawat V
12 Menilai tingkat kedisiplinan, etika dan kejujuran V
perawat
13 Mendesai rencana perkembangan karir perawat V
14 Mengadakan pertemuan berkala dalam rangka V
komunikasi, informasi dan edukasi
15 Memberikan motivasi dan dorongan agar perawat V
memiliki semangat kerja
16 Menyelesaikan konflik internal dengan prinsip win- V
win solution
17 Memecahkan maslah dan membuat keputusan yang V
tepat
18 Membangun komunikasi antar/inter perawat dan V
profesi kesehatan
19 Menetapkan punishment yang sesuai dan reward V
yang logis
20 Membangun gugus kendali mutu asuhan V
keperawatan
21 Melakukan audit pasien mingguan dan bulanan V
22 Melakukan monitoring pendokumentasian askep V
23 Menilai kinerja katim dan perawat asosiet V
Jumlah 18 5

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page30
Gambaran pelaksanaan tugas kepala ruang adalah sebagai berikut:

78,3%
80

60
Tugas Dilakukan
40 21,7%
Tugas Tidak Dilakukan
20

0
Tugas Dilakukan Tugas Tidak
Dilakukan

Gambar 4. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang


b) Penilaian tugas perawat asosiet

80.00%
70.58% 70.58% 70.58% 70.58% 70.58% 70.58% 70.58%
70.00% 64.70% 64.70%
58.82%
60.00%

50.00%
41.18%
40.00% 35.30% 35.30%
29.42% 29.42% 29.42% 29.42% 29.42% 29.42% 29.42%
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
PA 1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10

Ya Tidak

Gambar 5. Penilaian Tugas perawat Asosiet


Dari 10 responden menunjukkan pencapaian perawat associate ruang
ICU/HCU didapat nilai rata-rata sebesar 68,23 %. Dari 17 item yang
dinilai, rata-rata capaian tugas yang dilakukan adalah sebesar 82,35%.
Ada 3 item yang belum dilaksanakan secara optimal yaitu tidak
menyiapkan pasien tertentu yang akan dibahas dalam ronde keperawatan,
ada yang tidak mengikuti serah timbang terima jaga, tidak mengikuti
kegiatan pre dan postconfrence, mengikuti ronde keperawatan, dan
mengikuti peer review dan case conference karena memang tidak
dilakukan.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page31
3. MATERIAL
a) Peralatan Medis
Berdasar observasi tanggal 14 maret 2016, didapatkan hasil untuk daftar alat
medis di ruang ICU / HCU sebagai berikut:
Tabel 12. Daftar Peralatan Medis
Kondisi
No Nama Barang Jumlah Kurang
Baik Rusak
Baik
1 Bed Side Monitor 7 7
2 Animec 4 4
3 EKG 2 2
4 Kasur Dekubitus 7 7
5 Flow Meter Central 7 7
6 Suction Pump 9 9
7 Syringe Pump 11 11
8 Sthetoscope 3 3
9 Tensimeter Roda 1 1
10 Tensimeter Air Raksa 2 2
11 Thermometer 3 3
12 X-ray Viewer 1 1
13 Kursi Roda - -
14 Trolly Emergency 1 1
15 Ventilator 3 3
16 Devribilator 1 1
17 Infus Fam 4 4
18 Jaction rees 2 2
19 Ambu bag 1 1

Keterangan:
Secara umum, alat medis di ruang ICU / HCU sudah standar secara kualitas,
tetapi dalam segi kuantitas ada beberapa yang perlu mendapat perhatian karena
berdampak pada mutu pelayanan. Hasil wawancara dengan salah satu perawat
dan juga kepala ruang, serta hasil observasi, peralatan medis yang masih belum
memenuhi standar secara kuantitas (volume) adalah:
(1) Instrumen untuk rawat luka
untuk pengelolaan instrumen memang disentralkan di CSSD, perawat di
ruangan setiap hari menulis permintaan set rawat luka dke CSSD.
Kurangnya jumlah set rawat luka ini memang brpengaruh terhadap kualitas
pelayanan kepada pasien. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perawat di
ruang ICU / HCU mengatur pamakaian instrumen sedemikian rupa sehingga

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page32
tindakan rawat luka yang dilakukan tidak meninggalkan prinsip-prinsip
steril.
Meskipun pengelolaan instrumen ada di CSSD, tetapi kepala ruang juga
mempunyai tugas untuk melakukan perencanaan sesuai kebutuhan ruangan.

b) Peralatan Non Medis


Tabel 13. Daftar Peralatan Non Medis
NO NAMA ALAT VOL KONDISI
1 TEMPAT TIDUR 7 KONDISI BAIK
2 KURSI 10 KONDISI BAIK
3 KASUR 7 KONDISI BAIK
4 ALMARI PASIEN 7 KONDISI BAIK
5 WASTAFEL 1
6 KACA RIAS 1
7 KIPAS ANGIN 1
8 AC+REMOTE 7
9 EMBER+ GAYUNG 1 BAIK
10 LAMPU 24 BAIK
11 JAM DINDING 2 BAIK
12 MEJA MAKAN 7 BAIK
13 JEMURAN 1
14 APAR 2 BAIK
15 TELEVISI + REMOT 2 Baik+ 2 Buah
Remote
16 KAMAR MANDI & KONDISINYA 3 Baik
17 KURSI RUANG PERAWAT 5 BAIK
18 SOFA 1 Baik
19 KURSI penunggu 4 BAIK
20 KOMPUTER 2 BAIK
21 SENTER 1 BAIK
22 LEMARI BUSANA 1 BAIK

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page33
c) Linen
Tabel 14. Daftar Linen Ruang ICU/HCU
KONDISI
NO NAMA BARANG
BAIK RUSAK SISA
1 SPREI 20 - 20
2 STEAK LAKEN 15 - 15
3 SARUNG BANTAL 15 - 15
4 GULING - -
5 BAJU PASIEN 18 18
6 SELIMUT 18 18
7 PERLAK 10 10
8 JAS MEDIKASI 5 5
9 TAPLAK MEJA - -
10 CELANA PANJANG 20 20
11 BAJU PASIEN 20 20
12 GORDEN - -
13 BANTAL 40 - 40
14 KASUR 7 - 7
Untuk pengelolaan linen di RSO dipusatkan di Instalasi Loundry dan Binatu.
Ofice boy menulis permintaan (bon) untuk kebutuhan linen di ruang ICU/HCU.
d) Bahan Habis Pakai
dalam pengelolaan Bahan Habis Pakai baik medis maupun non medis menjadi
tanggung jawab kepala ruang. Kepala ruang akan menyusun perencanaan
kebutuhan dalam satu tahun, dan untuk realisasinya dilakukan perbulan. Kepala
ruang membuat laporan pemakaian bulan yang lalu untuk dijadikan djadikan
dasar permohonan bulan ini. Ini adalah salah satu cara untuk efisiensi.
Selain alat medis, non medis dan linen, dari unsur material juga dilakukan penilaian
sebagai berikut:
a) Pengelolaan Sampah Medis, Non Medis, dan Sampah Tajam
Dari hasil pengamatan, penyediaan tempat sampah sudah sesuai dengan standar
akreditasi yaitu dikelompokkan dalam tempat sampah medis, tempat sampah non
medis/non infeksius, serta tempat sampah untuk benda tajam (safety box).
Dari hasil pengamatan, budaya untuk “membuang sampah dengan benar” belum
baik, sampah belum semuanya dibuang dalam tempat yang sesuai. Untuk sampah
non medis masih ada yang di buang ditempat sampah medis, dan sebaliknya
sampah medis dibuang pada tempat sampah non medis. Untuk sampah benda
tajam seperti spuit dan ampul sudah dibuang pada safetybox.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page34
b) Kamar Mandi Pasien
Kamar mandi pasien tidak ada ,kamar mandi untuk penunggu pasien ada di luar
.untuk kamar mandi perawat ada di dalam ruangan disetiap kamar , tampak
bersih dan rapi, hanya kadang berbau karena kurangnya kesadaran keluarga
pasien dalam memelihara kebersihan kamar mandi. Sarana prasarana di kamar
mandi penunggu pasien sudah mencerminkan keselamatan pasien (patient safety),
seperti adanya pegangan/rel side, closet duduk, pintu kamar mandi membuka
keluar, ada bel dalam kamar mandi dan lantai kamar mandi tidak licin.
. Kamar Mandi Perawat dan Washtafel
Fasilitas untuk perawat diantaranya kamar mandi sejumlah 1 kamar mandi,
tampak bersih dan tidak licin serta tidak berbau, washtafel berfungsi dengan baik,
terdapat sabun, tidak terdapat poster langkah mencuci tangan dan 5 moment, serta
terdapat tempat tissu.
c) Ruang Perawat
Letak Nurse Station strategis, yaitu berada ditengah-tengah antara ruangan
ICU/HCU Untuk menjaga kerahasiaan Rekam Medis Pasien, sudah disediakan
almari status tetapi belum di fungsikan secara maksimal dengan kunci pengaman,
tetapi dalam pelaksanaannya status/rekam medis pasien masih sering di tata di
meja counter perawat terbuka yang memungkinkan siapapun yang duduk di
tempat tersebut bisa membuka dengan mudah data pasien yang bersifat rahasia.
Penempatan status pasien dan hasil Rontgen belum tertata rapi. .
d) Almari Penyimpanan Obat
Belum memilki lemari khusus untuk penyimpanan obat pasien.sesuai dengan
standart, sementara ini terdapat box plastic untuk penyimpanan obat dengan
identitas no urut bed diluar. Selain itu ada lemari l penyimpanan bahan habis
pakai medis untuk penyimpanan handscrub, betadine, hand wash, alcohol dll.
Dari hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 14 – 17 2016 didapat hasil
penataan ruang obat dengan box belum tertata dengan rapi. Sudah ada labelisasi
disetiap kotak obat yang meliputi nama pasien tetapi sebagian belum tertera
nomor RM. Pemberian labelisasi belum terstruktur dengan jelas ada yang dalam
menggunakan kertas yang ditulis dengan bolpoint .
Perawat sudah melakukan pergantian labelisasi untuk setiap pasien baru. Hasil
observasi didapat labelisasi diberikan hanya dengan nama saja sejumlah 100% .

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page35
e) Kamar Pasien
Kamar di ruang ICU /HCU merupakan ruangan khusus untuk observasi pasien
,bentuk ruangan kamar memiliki pintu dan jendela yang tertutup dengan baik,
disetiap ruanganya terdapat 1 bed side monitor ,syring pump 1, meja pasien 1, set
panel gas 1(vacuum,air, O2). Penataan barang diruang ICU sudah tampak rapi,
tetapi masih terdapat beberapa barang milik keluarga pasien.
f) Lain-lain
Tersedia ruang penyimpanan linen bersih, tertutup dan tertata rapi. Pengelolaan
linen diruang ICU dengan stok yang ada di ICU, Setiap hari petugas ofice boy
menyetorkan linen kotor dan mengambil linen bersih di Binatu. Penempatan linen
kotor sudah baik, linen kotor infeksius dan non infeksius sudah dibedakan, untuk
linen infeksius dimasukkan dalam plastik berwarna kuning sedangkan non
infeksius ditempatkan dalam plastik berwarna hitam.Tersedia ruang penyimpanan
alat medis dan non medis.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page36
BAB III
PEMECAHAN MASALAH

A. Menentukan Prioritas Masalah


Berdasarkan data yang telah terkumpul dari hasil observasi tanggal 14-17 Maret 2016 di
Ruang ICU/HCU RSO, maka untuk analisa di gunakan SWOT dengan hasil sebagai berikut
1. Sumber Daya Manusia (Man)
Strength Weakness
a. Adanya sistem pengembangan staf Jumlah tenaga keperawatan saat ini adalah
keperawatan berupa pelatihan dan 14 orang, hasil penghitungan dengan
pendidikan formal dari 14 perawat rata-rata formula Douglass kebutuhan tenaga di
mempunyai sertifikat pelatihan dasar seperti ICU/HCU adalah 18 orang.
ICU, BCLS, PPGD dll
b. Jenis ketenagaan Perawat:
S1 Ners : 1 orang
S1 Kep : 8 orang
D3 Kep : 5 orang
Office Boy : 1 orang
CS : 2 orang
Opportunity Treathened
a. Perawat diberikan kesempatan untuk Kerjasama tim perawat kurang optimal karena
menempuh pendidikan ke jenjang yang pembagian tim belum optimal
lebih tinggi.
b. Adanya kesempatan bagi perawat untuk
mengikuti program pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan perawat
c. Adanya kerjasama dengan institusi
pendidikan yang memungkinkan adanya
penambahan ilmu pengetahuan terbaru
d. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat
cukup baik, dibuktikan dengan angket
kepuasan pasien yang menunjukkan
pasien cukup puas dengan kinerja petugas.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page37
2. Pengorganisasian (Method)

Strength Weakness
Memungkinkan komunikasi antar perawat a. Tugas pokok perawat masih dalam
sehingga konflik mudah di atasi dan menangani pasien masih dikerjakan
memberi kepuasan kepada anggota perawat bersama-sama.
b. Pendokumentasi asuhan keperawatan
belum optimal
c. Timbang terima jaga belum optimal,
tidak semua perawat terlibat
d. Belum melakukan ronde keperawatan
e. Belum melakukan post confrence
secara optimal
f. Kualitas pendokumentasian asuhan
keperawatan belum optimal

Opportunity Trathened
Memungkinkan untuk penerapan metode Dengan masih diterapkannya metode
tim modifikasi fungsional, dikhawatirkan perawat tidak akan
berkembang karena sudah berada pada zona
nyaman, dan pelayanan keperawatan secara
profesional semakin sulit untuk diterapkan.

3. Sarana Prasarana (Material)


Strength Weakness
Secara kualitas, sarana prasarana yang ada 1. Karena pengelolaan instrumen di CSSD,
sangat baik kualitasnya dari ruangan kurang optimal dalam
membuat perencanaan kebutuhan instrumen
(set rawat luka).
2. Sistem monitoring belum berjalan optimal
sehingga keberadaan alat-alat tidak
terkontrol
Opportunity Trathened
Satuan kerja diberi kewenangan penuh 1. Kurangnya volume set perawatan luka
untuk menyusun perencanaan peralatan berdampak pada kualitas pelayanan
baik medis maupun non medis. terutama pada tindakan rawat luka.
2. Tidak terkontrolnya sejumlah alat akan
berdampak pada ketidaksiapan melakukan
tindakan pasien

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page38
B. Perumusan Masalah
No Kelomp\\ok Permasalahan
1 Man a. Jumlah tenaga keperawatan saat ini adalah 14 orang, hasil penghitungan
dengan formula Douglass kebutuhan tenaga di ICU adalah 18 orang
b. Tugas pokok dan fungsi P K belum dilaksanakan sesuai dengan
peran masing-masing.
2 Method a. Pendokumentasi asuhan keperawatan belum optimal
b. Timbang terima jaga belum optimal, tidak semua perawat terlibat
c. Belum melakukan ronde keperawatan
d. Belum melakukan post confrence secara optimal
3 Material a. Karena pengelolaan instrumen di CSSD, dari ruangan kurang optimal
dalam membuat perencanaan kebutuhan instrumen (set rawat luka).
b. Sistem monitoring belum berjalan optimal sehingga keberadaan alat-alat
tidak terkontrol

C. Prioritas Masalah
N
Masalah U S G Total Prioritas
o
1 Jumlah tenaga keperawatan saat ini adalah 14 2 3 3 8
orang, hasil penghitungan dengan formula
Douglass kebutuhan tenaga di ICU/HCU adalah
18 orang

2 Tugas pokok dan fungsi (job description) 3 3 3 9


PP/ ketua tim, PA belum dilaksanakan
sesuai dengan peran masing-masing. Masih
menggunakan metode Tim dan Fungsional
3 Pendokumentasi asuhan keperawatan 3 3 3 9
belum optimal

4 Timbang terima jaga belum optimal, tidak 3 3 3 9


semua perawat terlibat

Belum melakukan ronde keperawatan

Belum melakukan post confrence secara


optimal
5 Karena pengelolaan instrumen di CSSD, dari 2 2 3 7
ruangan kurang optimal dalam membuat
perencanaan kebutuhan instrumen (set rawat
luka).

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page39
Sistem monitoring belum berjalan optimal
sehingga keberadaan alat-alat tidak terkontrol

Keterangan:
U = Urgency
S = Seriousness
G = Growth

Berdasarkan skala prioritas dalam tabel di atas, maka kelompok menentukan 3 masalah sesuai
urutan prioritas sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pelaksanaan metode pemberian asuhan keperawatan (metode tim)
2. Belum optimalnya pelaksanan kendali asuhan keperawatan seperti pre, post, ronde dan case
confren.
3. Belum optimalnya sistem pendokumentasian asuhan keperawatan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page40
D. Plan Of Action

Masalah Tujuan Uraian kegiatan


Target Penanggung Sasaran Peralatan Metode
waktu jawab
1. Belum  Mengoptimalk  Aplikasi metode  21 Mar -  Team  Bidang yan  Materi  Implementasi
optimalnya an Primary Nursing 31 Maret Manajemen Keperawatan, , sosialisasi
pelaksanaan pelaksanaan di ruang ICU (role 2016 Keperawatan  Kepala ruang  kelengkapan
metode metode
play) ICU, . untuk
pemberian pemberian
asuhan asuhan  Simulasi  perawat pelaksanaan
keperawatan keperawatan Pelaksana role play
(metode dengan
kasus) menerapkan
metode
modifikasi tim
primer

2. Belum  Meningkatkan  Meningkatkan  21- 31  Team  KaRu, Perawat  Status  Implementasi


optimalnya pelaksanaan fungsi masing Maret Manajemen assosiate pasien/reka
pelaksanan pre, post, masing peran 2016 Keperawatan m medic
kendali
ronde dan fungsi perawat
asuhan
keperawatan case confren.
seperti pre,
post, ronde
dan case
confren.

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page41
3. Belum  Mengoptimalk  Peningkatan  21 - 31  Team  KaRu, Perawat  Rekam  Bimtek
optimalnya an peran fungsi Maret Manajemen assosiate Medis  Diskusi
pelaksanaan Perawat Primary 2016 Keperawatan Pasien  Implementasi
sistem
pendokument dan perawat  pedoman
pendokument asian asuhan Asosiet pendokume
asian asuhan keperawatan ntasian

keperawatan

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page42
DAFTAR PUSTAKA

Aditaina, I. Y. 2005. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: UI Press

Basu Swastha, 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Salemba

Depkes RI, 2001. Administrasi dan Manajemen Rumah Sakit.

Djoyodibroto. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Pustaka Poltekes

Gillies, DA, 1999. Manajemen Keperawatan : Suatu Pendekatan Sistem, Edisi Ketiga.
Piladhelphia : W.B Saunders.

Hasibuan, H. M. 2007. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika

Sitorus Ratna dan Yulia.2006. Modul Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
Jakarta: EGC

Suarli & Yayan Bahtiar, 2009. Manajemen Keperawatan. Surabaya : Erlangga.

Swansburg, C Russel, 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk


Perawat Klinis. Jakarta : EGC

SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page43
SemenKepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Kelompok 3 / Ners Angkatan 15 UMS Page44

Anda mungkin juga menyukai