Anda di halaman 1dari 192

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI


RUANG ANGGREK RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Manajemen


Dosen Pembimbing; Retno Yuli Hastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep Jiwa

Oleh:

1. Bagas Wahyu Tri Setyawan,S.Kep (P2105035)


2. Elin Agenesa Oktavia,S.Kep (P2105009)
3. Moh Yuda Pratama,S.Kep (P2105021)
4. Rahma Putri Nur Aini,S.Kep (P2105025)
5. Triyawan Prasetyo Herlambang,S.Kep (P2105035)
6. Yanuario Burnama Putra,S.Kep (P2105036)

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI


RUANG ANGGREK RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Kelompok Praktik Profesi Ners Stase
Manajemen Keperawatan

Wonosari, 3 Juni 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik I

Retno Yuli Hastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep Jiwa Zainal Arifin, S.ST.Ns.


NPP.129 114 NIP. 19780215 200604 1 012

Mengetahui;
Ketua Prodi Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Klaten

Setianingsih, S.Kep., Ns., MPH


NPP. 129.113
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktik Klinik Manajemen
Keperawatan di Ruang Anggrek RSUD Wonosari ini dapat terselesaikan dengan baik.
Proposal ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas kelompok program
profesi Ners di stase Manajemen Keperawatan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada:
a) Ibu Setianingsih, S.Kep, Ns, MPH selaku Ka Prodi Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Klaten
b) Ibu Retno Yuli Hastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep Jiwa selaku pembimbing akademik
stase Manajemen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Klaten
c) Ibu Zainal Arifin, S.ST.Ns selaku pembimbing klinik I di RSUD Wonosari
d) Teman-teman kelompok stase Manajemen Keperawatan yang telah berjuang dan
berusaha bersama-sama dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
namun penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat terhadap pembaca.
Klaten, 9 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurnayang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009.
Rumah sakit juga merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat indonesia. Rumah skait sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan
senantiasa memberikan pelayanan yang memuasakan kepada klien maupun
keluargannya (Depkes, 2012) dan supaya tujuan tersebut dapat tercapai maka
diperlukan suatu cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-
prinsip manajemen.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berkontribusi sangat besar dalam menentukan mutu pelayanan rumah sakit (RS),
sehingga setiap upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan RS harus
disertai dengan upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Sudah
seharusnya evaluasi kinerja perawat menjadi suatu variabel penting bagi efektifitas
organisasi. keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab
untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang
dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain.
Oleh karena itu pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional demi
peningkatan mutu pelayanan yang merupakan salah satu indicator manajemen
pelayanan keperawatan di rumah sakit. (Silaban, 2021).
Sistem manajeman keperawatan sesuai dengan pendekatan system terbuka
dimana setiap komponen saling berhubungan dan berinterksi serta dipengaruhi oleh
lingkungan. Proses manajemen keperawatan merupakan suatu system yang terdiri
dari lima elemen yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan anatara lain informasi, personel, peralatan
dan fasilitas. Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin atau manajer organisasi
pelayanan kesehatan meliputi kemampuan menentukan arah organisasi (visi dan
misi), menentukan tujuan organisasi (goal setting), bekerja berdasarkan (planning),
menggunakan waktu secara efektif (time schedule), memberdayakan kemampuan
staff, kemampuan memotivasi, komunikasi efektif, pengawasan dan indepensi
(kuntoro, 2010 dalam meirawati, 2019).
Kegiatan manajemen pelayanan tidak dapat terlepas dari alur pelayanan atau
flow of care dimana melalui alaur ini mengatur pergerakan pasien dalam memenuhi
kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan. Didalam alur ini akan melibatkan pelayanan
medis, pelayanan keperawatan, sumber daya fisik, dan system internal yang
diperlukan dari mulai pasien masuk sampai pasien keluar dengan mempertahankan
kualitas dan kepuasan pasien.
Berdasarkan uraian di atas, salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan
manajemen keperawatan, keterampilan manajerial sangat mutlak diperlukan bagi
pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan sekarang dan masa mendatang.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Klaten dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di lapangan dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun
pembimbing pendidikan yang intensif.
Sebagai wujud pengembangan dalam meningkatkan kemampuan serta
ketrampilan menejerial mahasiswa, mahasiswa Profesi Nurse Universitas
Muhammadiyah Klaten melakukan pembelajaran menejerial di RSUD Wonosari
Gunung Kidul sebagai lahan praktik untuk stase manajemen ini ditempatkan di ruang
Anggrek. Diharapkan mahasiswa dapat mengamati, menganalisis,
mengimplementasikan dan mengevaluasi proses manajemen keperawatan yang
berjalan di ruang Anggrek, selain itu mahasiswa juga diharapkan agar dapat
memberikan evaluasi serta sasaran yang membangun dalam proses pelaksanaan
manajemen keperawatan yang berlangsung di ruang Anggrek.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik stase manajemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang Rawat Inap
Anggrek RSUD Wonosari, berlangsung mulai 9 Mei 2022 sampai dengan 3 Juni 2022.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan praktik manajemen keperawataan ini,
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan ilmu manajemen
keperawatan dan mengelola sarana maupun kegiatan keperawatan sesuai
dengan konsep dan ketrampilan manajemen keperawatan dan ruangannya di
Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Wonosari.
2. Tujuan Khusus:
Setelah mahasiswa selesai mengikuti praktik profesi pada stase manajemen
keperawatan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di Ruang Rawat Inap
Anggrek di RSUD Wonosari.
b. Menganalisa data dan memahami masalah-masalah dalam pengorganisasian
asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Anggrek di RSUD Wonosari.
c. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan masalah pelayanan
keperawatan di ruangan yang berhubungan dengan fungsi asuhan,perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
d. Memprioritaskan masalah yang sudah diidentifikasi.
e. Mahasiswa mampu membuat perencanaan untuk penanganan masalah yang ada
pada Ruang Rawat Inap Anggrek di RSUD Wonosari.
f. Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang disepakati oleh
kepala ruangan.
g. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai.
h. Melaksanakan role play sebagai Primary Nurse dan Associate Nurse secara
bergantian selama satu hari.
i. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah
disusun.

D. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data di Ruang Rawat Inap Anggrek dalam rangka identifikasi
masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi fisik, keadaan inventaris
ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang berlangsung di Ruang
Rawat Inap Anggrek.
2. Wawancara
Dilakukan dengan Kepala Ruang, primary nurse, associate nurse, staf perawatan
lain untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan manajemen ruangan, proses
pelayanan dan asuhan keperawatan.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenangan pasien, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan,
prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.
4. Kuesioner / Angket
Digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi maupun
wawancara mendalam. Dalam melakukan pengumpulan data juga menggunakan
instrumen yang digunakan pada praktek manajemen keperawatan dalam
pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

E. Kategori Penilaian
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan
adalah menggunakan instrument A,B,dan C. Kriteria penilaian dengan menggunakan
acuan dari Arikunto (2013),dengan retang sebagai berikut :
1. Kriteria baik : (76-100%)
2. Kriteria cukup : (56-75,99%)
3. Kriteria kurang : (45-55,99%)
4. Tidak baik : (<45 % )
Arikunto (2013).
F. Peserta Praktik
Mahasiswa tahap Profesi Nurse angkatan XVIII Universitas Muhammadiyah
Klaten di lahan praktik RSUD Wonosari Gunung Kidul kelompok IV-VI dengan
anggota :
1. Bagas Wahyu Tri Setyawan (P2105035)
2. Elin Agenesa Oktavia (P2105009)
3. Moh Yuda Pratama (P2105021)
4. Rahma Putri Nur Aini (P2105025)
5. Triyawan Prasetyo Herlambang (P2105035)
6. Yanuario Burnama Putra (P2105036)
BAB II
HASIL KAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum RSUD Wonosari


1. Profil Sejarah Singkat RSUD Wonosari
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari terletak di Kabupaten Gunung Kidul.
Kabupaten Gunung Kidul masuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Wonogiri dan Pacitan, sebelah utara berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Klaten dan Sleman, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul
dan sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten
Gunung Kidul secara keseluruhan mencapai 1.485,36 km2 sekitar 46,43% dari
keseluruhan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rumah Sakit Umum Wonosari terletak di Dusun Jeruksari, Kelurahan
Wonesari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul. Berada di jantung kota
Wonosari Kabupaten Gunung Kidul atau sebelah utara kantor Bupati Gunung Kidul
yang beralamat di Jalan Taman Bhakti nomor 06 Wonosari, Gunung Kidul,
Yogyakarta Kode Pos 55812.
Sejarah RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul tak terlepas dari sejarah
Rumah Sakit Petronella Zaman Hindia Belanda. Dipelopori oleh rumah sakit
Petronella sebagai rumah sakit yg tertua dan terbesar, maka pada kuadran pertama
abad XX mulai dirintis dan dikembangkan beberapa rumah sakit zending Petronella
di berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, termasuk di Wonosari Gunung
Kidul.
Kondisi saat itu yang penuh dengan tantangan dan keterbatasan sarana
prasarana menyebabkan rumah sakit Petronella dan Zending Petronella menghadapi
tugas yg sangat berat karena keterbatasan dokter, perawat, peralatan, ruang rawat
inap, obat, transportasi, komunikasi dan pendanaan. Zending Petronella di Gunung
Kidul menghadapi banyak kendala sehingga dokter dan staf terus bekerja dengan
penuh perjuangan dan siap melayani, terlebih pada saat Gunung Kidul mengalami
wabah Pathek , Pes, Kwasiorkor (kurang Protein), HO, Marasmus (kurang Kalori)
dan Penyakit Kulit. Pelayanan kesehatan terus dilakukan dengan cara merawat dan
memberikan obat-obatan secara insidentil.
Balai Pengobatan Zending Petronela berupaya memperkenalkan cara
pengobatan model negara barat kepada penduduk pribumi Gunung Kidul yang
jumlahnya besar. Keterbatasan dokter, peralatanmedis,ruang perawatan, perawat
yang berpengalaman dan terdidik menjadi kendala saat itu. Kemudian dimulai
penyelidikan dengan mikroskop yang dapat menentukan penyakit yang umum terjadi
di masyarakat seperti malaria, desentri dan penyakit lainnya. Ketersediaan obat yang
terbatas juga menjadi kendala saat itu. Obat diibaratkan seperti "setetes air" bagi
penduduk pribumi yang jumlahnya ratusan ribu orang.
Selanjutnya Zending Petronella Wonosari melakukan pendidikan "juru rawat?
bagi penduduk pribumi. Walaupun yang dilatih berasaldari lingkungan desa dan
hanya lulus Sekolah Rakyat tetapi justru memiliki sisi komunikasi yang efektif.
Artinya justru mereka mampu melakukan komunikasi efektif dengan masyarakat
pribumi. Mereka dididik dan dilatih menggunakana mikroskop untuk mendeteksi
adanya bakteri, sehingga secara perlahan dapat mengerti dan menguasai cara
pengobatan barat. Adanya juru rawat pribumi ini berpengaruh pada peningkatan
kepercayaan rakyat terhadap Zending Petronella Wonosari.
Semakin tingginya kepercayaan rakyat pada Zending Petronella Wonosari,
sehingga Rumah Sakit Petronella Pusat di Kota Yogyakarta mempunya keinginan
untuk meningkatkan Zending Petronella menjadi semacam Balai Pengobatan.
Setelah dilakukan evaluasi saat itu, dapat disimpulkan bahwa yang dibutuhkan
adalah balai pengobatan yang baik dan dikelola dengan bekerjasama dengan rumah
sakit induk/pusat di Kota Yogyakarta. Bekerjanya sistem pelayanan kesehatan ini
seperti saringan, dalam arti penyakit-penyakit ringan ditangani di Zending Petronella
sedangkan yang lebih berat dirawat di rumah sakit pembantu.
Sedangkan penderita berat yang tidak mampu ditangani, dikirim ke rumah sakit
induk. Sehubungan dengan ide sistem pelayanan kesehatan ini maka berkembang
pemikiran untuk memiliki kendaraan angkut pasien (ambulance).
Menghadapi situasi kesehatan masyarakat pribumi saat itu, dr. H.S. Pruys
(pimpinan Petronella Pusat / Induk di Kota Yogyakarta) berupaya mendirikan rumah
sakit pembantu dengan mengadakan kerjasama bersama Pemerintah Kesultanan
Yogyakarta pada tahun 1912. Upaya yang ditempuh oleh dr.H.S. Pruys ternyata tidak
semuanya disetujui oleh pemerintah kolonial belanda saat itu. Alasan tidak
disetujuinya itu karena "kondisi rentan" artinya penanganan penyembuhan terhadap
masyarakat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak mempunyai wewenang
sepenuhnya (profesional). Selain itu keadaan ekonomi rakyat dan kekurangan tenaga
kesehatan akan berpengaruh pada pelayanan medis yang "tidak optimal? kepada
rakyat. Tantangan tersebut justru memotivasi dr.H.S. Pruys untuk mewujudkan cita-
citanya.
Prof. Snijders, guru besar ilmu pengobatan tropik dari Universitas Amsterdam
setelah mengadakan kunjungan kepada rumah sakit Zending di Pulau Jawa membuat
analisa bahwa keberadaan rumah sakit dan balai pengobatan zending makin menarik
dan mantap. Hal ini disebabkan karena Zending inilah yang paling dekat
berhubungan dengan rakyat pribumi (rakyat jajahan Kolonialisme Belanda). Pada
akhirnya para dokter di Semua Zending Petronella di Jawa berusaha dengan
sungguhsungguh menjalani panggilan hidup mereka.
Mereka membaur dan bersatu dengan kaum pribumi, hidup bersama rakyat
dengan tata lingkungan hidup rakyat pribumi. Selain itu suasana rumah sakit zending
disesuaikan dengan tata hidup lingkungan rakyat sehingga tidak menimbulkan
gangguan ketertiban.
Pada perkembangannya organisasi rumah sakit zending di sekitar Yogyakarta
dan khususnya Wonosari mampu memberikan pemeliharaan kesehatan rakyat.
Sebagai rumah sakit pusat adalah rumah sakit Petronella (Saat ini Bethesda) dengan
peralatan yang lengkap, mempunyai tenaga perawat Eropa dan pribumi yang banyak.
Sedangkan balai pengobatan Zending Petronella dijadikan sebagai rumah sakit
pembantu dan dipimpin oleh seorang perawat yang berpengalaman. Mereka
didukung dengan alat komunikasi telepon dengan rumah sakit pusat serta memiliki
mobil poliklinik yang secara teratur membuat jadwal perjalanan keliling bagi
masyarakat.
Balai Pengobatan Zending Petronella Wonosari akhirnya pada jaman akhir
pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan Repubiik Indonesia dipindahkan ke Balai
Pengobatan di Dusun Jeruksari Wonosari. Pemindahan tersebut berdasarkan data
arsip tertulis yang diperoleh dari kantor Arsip Nasional Republik Indonesia yang
diperoleh keterangan bahwa Balai Pengobatan Klinik Wonosari ditutup sejak tanggal
I Desember 1948. Penutupan itu diikuti dengan pemindahan Balai Pengobatan
Zending Petronella Wonosari ke Jeruksari saat ini.
Bersadarkan kesepakatan dan pertimbangan khusus maka hari Lahir RSUD
Wonosari ditetapkan pada tanggal 24 Desember 1948. Sejak awal berdirinya sampai
sekarang, RSUD Wonosari telah mengalami beberapa peningkatan baik mengenai
fisik bangunan, sarana dan prasarana rumah sakit hingga peningkatan jumlah sumber
daya manusianya. Selain itu juga mengalami peningkatan status rumah sakit, dari
type D menjadi type C pada tahun 1993 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 201/MENKES/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993.
a. Visi dan Misi RSUD Wonosari
1) Visi
Rumah Sakit pilihan masyarakat, mandiri, berbudaya, bermutu dalam
pelayanan dan pendidikan.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, mengutanakan
keselamatan pasien dan terjangkau.
b) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian berkualitas yang
bersinergidengan pelayanan
c) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia professional, inovatif,
berkarakter dan berbudaya.
d) Mengoptimalkan sarana dan prasarana pelayanan yang terstandar.
b. Motto RSUD Wonosari
Motto di RSUD Wonosari yaitu "CBS": Cepat, Bersih, Simpatik.
c. Budaya Layanan RSUD Wonosari
Budaya yang diterapkan di rumah sakit yaitu 5 S : Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun.
d. Budaya Kerja RSUD Wonosari
Budaya kerja di rsud wonosari yaitu Kerja keras, Cerdas, Tuntas, Ikhlas.
e. Fungsi Pelayanan RSUD Wonosari
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari merupakan milik Pemerintah
Kabupaten Gunung Kidul dengan tugas menyelenggarakan urusan rumah
tangga Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang pelayanan
kesehatan kepada masyarakat serta mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan umum di bidang pengelolaan
pelayanan kesehatan
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
4) Pengelola tata usaha Rumah sakit Umum Daerah.
Dengan kata lain Rumah sakit Daerah Umum Wonosari merupakan
lembaga yang bersifat pelayanan publik dibidang pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya pelayanan kesehatan perorangan (UKP) di wilayah
Kabupaten Gunung Kidul. Sebagai rumah saki pemerintah RSUD Wonosari
juga berfungsi sebagai rumah sakit rujukan di wilayah kabupaten Gunung
Kidul, sehingga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai clengan standar yang telah ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh
lapisan Inasyarakat.
Sebagai unit kerja yang melibatkan berbagai profesi dengan multi
disiplin ilrnu yang beraneka ragam, tentu saja pengelolaan Rumah Sakit
menjadi demikian kornpleks, belum lagi Rumah Sakit juga merupakan mata
rantai pelayanan kesehatan yang berfungsi utama sebagai unit kerja
penyembuhan dan pemulihan.

2. Gambaran Umum Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Wonosari


Ruang rawat inap Anggrek merupakan ruang rawat untuk pasien bedah
umum rawat inap VIP B, Ruang Utama, kelas 1 dan kelas 2. Kapasitas ruang
Anggrek ada 28 tempat tidur. Ruang Anggrek terdiri dari 4 ruangan yaitu ruangan
VIP B yang terdiri dari 4 ruang, yang berisi 1 tempat tidur pasien, 1 sofa tidur
penunggu dan 1 kamar mandi di setiap ruangan. Ruang utama yang bertempat
didepan VIP ada 4 ruangan berisi 1 tempat tidur, 1 sofa tidur penunggu dan 1
kamar mandi di ruangan. Kelas 1 yang terdiri dari 2 ruangan yang berisi 4 tempat
tidur, dan 1 kamar mandi di setiap ruangan, kelas 2 terdiri dari 8 ruangan dengan 2
tempat tidur, dan 1 kamar mandi di dalam tiap ruangan. Fasilitas dari masing-
masing ruangan yaitu :
a. Ruang VIP B : kapasitas ruangan untuk 1 orang pasien berisi 1 bed pasien, 2
almari pasien, 1 set meja dan 1 kursi, kulkas pasien, sofa , televisi, 1 wastafel,
dispenser dan galon, AC, O2 central, suction sentral, 1 tempat sampah, 1
handrub, 1 handsoap, kamar mandi yang dilengkapi dengan shower, kran untuk
air panas dan air dingin, dan nurse call, rak sepatu, tiang infus.
b. Kelas Utama : kapasitas ruangan untuk 1 orang pasien, berisi 1 bed pasien, 1
almari pasien, 1 set meja dan 1 kursi, sofa, televisi, AC, O2 central, suction
sentral, nurse call, kamar mandi yang dilengkapi dengan shower namun tidak
dilengkapi dengan kran untuk air panas, 1 handrub, 1 handsoap dan tempat
sampah, rak sepatu, 1wastafel, tempat tisu, 1 pispot, ember besar 1, tiang
infus .
c. Ruang kelas 1 : kapasitas ruangan untuk 2 pasien, 1 ruangan berisi 2 bed
pasien, almari pasien, kursi penunggu, O2 central, kamar mandi di dalam
ruangan ada 1, 1 AC, 1 TV dan handscrub diluar ruangan.
d. Ruang kelas 2 : kapasitas ruangan untuk 2 pasien, 1 ruangan berisi 2 bed
pasien, almari pasien, kursi penunggu, O2 central, kamar mandi di dalam
ruangan ada 1, 1 AC,dan handrub diluar ruangan.
Ruang Anggrek memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang dipimpin
seorang Penanggung Jawab Ruang, 2 orang Primary Nurse, 12 orang Assosiate
Nurse dan 1 orang tenaga administrasi serta 1 pramuhusada.
Hak dan Kewajiban Pasien/Keluarga di Ruang Rawat Anggrek:
a. Hak Pasien
Berdasarkan undang-undang No. 44 Pasal 32 Tahun 2009 tentang Rumah
sakit :
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan kesehatan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskrimasi.
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar rofesi
dan standar profesi dan standar prosedur operasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah sakit.
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang diderita kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah
sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
10) Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, alternitas tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya.
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17) Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit di duga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana, dan
18) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai denga ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Kewajiban Pasien
Berdasarkan Permenkes No. 4 Pasal 26 Tahun 2018:
1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah sakit
2) Menggunakan fasilitas Rumah sakit secara bertanggung jawab.
3) Menghormati hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatan.
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimiliknya.
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang di rekomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/ atau
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga kesehatan untuk
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya, dan
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
3. Struktur Organisasi
a. Kajian Teori Organisasi
Pengertian organisasi menurut Hasibuan (2013:24) adalah “suatu sistem
perserikatan formal, berstruktur dan terkooordinasi dari kelompok orang yang
bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu”. Menurut Waldo dalam bukunya
Silalahi (2011:124), menyebutkan : “Organisasi adalah struktur hubungan-hubungan
diantara orang-orang berdasarkan wewenang dan bersifat tetapdalam suatu sistem
administrasi”. Pengertian organisasi juga disebutkan Weber dikutip oleh Silalahi
(2011:124), menyebutkan: “Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dimana
setiap individu yang melakukan kerjasama melakukan proses interaksi dengan
individu lainnya”. Berdasarkan definisi-definisi yang disebutkan oleh para pakar
dapat ditarik kesimpulan, bahwa organisasi merupakan kolektivitas kelompok orang
yang melakukan interaksi berdasarkan hubungan kerja serta pembagian kerja 16 dan
aktivitas yang tersusun secara hirarki dalam suatu struktur untuk mecapai tujuan
organisasi.
b. Kajian Data dan Analisa Data
Ruang Anggrek dipimpin oleh seorang kepala ruangan, 2 orang Primary Nurse,
12 orang Assosiate Nurse. Diruang Anggrek sudah mempunyai papan bagan struktur
organisasi.
STRUKTUR ORGANISASI RUANG ANGGREK
RSUD WONOSARI

KEPALA RUANG ANGGREK

Zainal Arifin, S.ST.,Ns


NIP. 19780215 200604 1 012

Primary Nurse 1 Primary Nurse 2


2
Etty Prihatiningsih, S.Tr.Keb Ana Puji Lestari, A.Md.Kep
NIP. 19690423 198903 2 004 NIP. 19800730 200604 2 021

ASOSIATE NURSE ASOSIATE NURSE


Dwi Novita S, A.Md.Keb Alfian Layli P, A.Md.Keb
NIPK. 20170101 02 15 NIPK. 220170101 02 03

Riza Rahmawati, A.Md.Keb Kasmi Kusumawati, AMK


NIPK. 20210101 02 37 NIP. 19770727 200604 2 004

Febrika Agri A, S.Kep.,Ns Afif Wahyu Eko P, A.Md.Kep


NIP. 19850228 201902 1 001 NIPK. 20170101 01 01

Dwi Pawit A, A.Md.Kep Nosia I, A.Md.Kep


NIPK. 20170101 02 16 NIPK. 20170101 02 26

Brian Nurcahyo P, A.Md.Kep Herlina, A.Md.Kep


NIPK. 20180101 01 04 NIPK. 20140807 02 06

Shindy Nurlitasari, A.Md.Kep Aura Nailul Muna, A.Md.Kep


NIP. 19940719 201902 2 003 NIPK. 20220301 02 05
ADMINISTRASI TRANSPOTER

Meyfa Lutfi Nurdita Dhanu Dwi Santoso


Gambar 2.1
Bagan Organisasi Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Analisa Struktur Organisasi:
Bagan organisasi ruang Anggrek sudah ada dan sudah sesuai SOTK dengan
dilengkapi foto perawat. Pembuatan bagan organisasi sudah dibuat draf nama maupun
foto dan dipasang sehingga akan lebih efektif dan efisien. Sudah dilakukan pembaruan
nama SDM perawat di ruang Anggrek.
4. Denah Ruangan Anggrek
Gambar. 2.2
Denah Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Wonosari

1. VIP B 1 12. Kamar Kelas 1


2. VIP B 2 13. Kamar Kelas 2
3. VIP B 3 14. Kamar Kelas 2
4. VIP B 4 15. Kamar Kelas 2
5. Kamar Utama 1 16. Kamar Kelas 2
6. Kamar Utama 2 17. Kamar Kelas 2
7. Kamar Utama 3 18. Kamar Kelas 2
8. Kamar Utama 4 19. Kamar Kelas 2
9. Kamar kelas 1 20. Kamar Kelas 2
10. Kamar kelas 1 21. Kamar Kelas 2
11. Kamar Kelas 1 22. Kamar Kelas 2
23. Kamar Kelas 2
24. Kamar Kelas 2
25. Kamar Kelas 2
26. Kamar Kelas 2
27. Kamar Kelas 2
28. Kamar Kelas 2
B. Unsur Input
1. Man (Manusia)
a. Pasien
1) Kajian Teori
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis, kata
pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris, patient
diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata
kerja pati yang artinya "menderita", orang sakit(yang dirawat dokter dan perawat),
penderita (sakit).
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang membutuhkan
pelayanan medis/keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani
maupun rohani (WHO). Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul
merupakan Rumah Sakit tipe C yang merupakan rujukan bagi masyarakat di wilayah
Wonosari dan sekitarnya yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif, rehabilitative, preventif maupun promotif.
Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap yang melayani perawatan pada
pasien dari berbagai jenis diagnosa penyakit bedah, dengan 18 ruangan kapasitas 28
tempat tidur yang terdiri kelas VIP ada 4 kamar 4 tempat tidur, kelas utama ada 4
kamar 4 tempat tidur, kelas I ada 1 kamar 2 tempat tidur, kelas II ada 9 kamar 18
tempat tidur.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Menurut Ali (2017) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di
mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah)
diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Menurut A
Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi
oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta
dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan
merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
2) Kajian Data
Tabel 2.1
Jumlah Pasien di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Februari 2022 – April 2022

No Bulan Jumlah Pasien


1 Februari 47
2 Maret 90
3 April 58
Jumlah 195
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Februari 2022 – April 2022
Jumlah pasien yang dirawat di ruang Anggrek selama bulan Februari 2022 –
April 2022 adalah 195 pasien. Dari jumlah pasien yang dirawat di ruang Anggrek
selama Februari 2022 sampai dengan April 2022, ada 10 besar penyakit yang dirawat
di ruang Anggrek adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
10 Besar Kasus Di Ruang Anggrek
RSUD Wonosari Periode Februari – April 2022
N Nama Jumlah pasien
o Penyakit Persentase %
FEBRUARI MARET APRIL TOTAL
1 Post SC 16 23 20 59 18,43
2 Fraktur 17 23 18 58 18,12
3 CKR 19 26 10 55 17,18
4 Post partum 11 19 14 44 13,75
spontan
5 APP 9 9 10 28 8,75
6 Post CWL 9 10 6 25 7,81
7 Post Turp 7 5 4 16 5
8 Hemoroid 4 5 4 13 4,06
9 Abses 2 6 3 11 3,43
punggung
10 Tumor 4 5 2 11 3,43
mamae
TOTAL 320
Sumber : Buku Keluar Masuk Pasien Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Wonosari Tahun
2022

10 besar penyakit terbanyak yang dirawat di ruang Anggrek adalah kasus


dengan diagnose Post SC sebanyak 59 pasien (18,43 %) dan paling sedikit adalah
Tumor mamae yaitu sebanyak 11 pasien (3,43 %). Angka Post SC cukup tinggi
karena RSUD Wonosari sebagai RS kelas C dan rujukan berjenjang. Khususnya
ruang Anggrek merupakan ruang bedah simpatik yang sebagaian besar kasus yang
masuk obsygn. Selama pandemi Covid-19 protocol kesehatan 5 M sehingga perlu
diusulkan penambahan ruangan untuk menjaga social distancing.
Tabel 2.3
Indikator Ruang Anggrek RSUD Wonosari periode Februari-April 2022
No Bulan Indikator
BOR ALOS TOI BTO
1 Februari 33,67% 3,63 11,02 2,53
2 Maret 42,62% 3,75 5,53 3,50
3 April 32,97% 3,87 9,77 2,50
Rata-rata 36,42% 3,75 8,73 2,84
Standar 60-80% 6-9 hari 1-3 hari 40-50x /tahun
Sumber : observasi mahasiswa

Rata- rata BOR selama bulan Februari- April 2022 adalah 36,42 % dimana
BOR Anggrek dibawah standar, hal ini disebabkan karena kondisi perekonomian
masyarakat dan kebijakan penggunaan BPJS hanya dapat naik satu tingkatan.
b. Mahasiswa Praktek

Nama Mahasiswa Asal Institusi


Valencia Talapessy Universitas Respati Yogyakarta
Ni Wayan Darmini Universitas Respati Yogyakarta
Kristina Nopala Indika Universitas Respati Yogyakarta
Nurul Febrina Syahidah Universitas Respati Yogyakarta
Mar Atus Solihah Universitas Respati Yogyakarta
Ika Suryanti Universitas Respati Yogyakarta
Angel Nada Puspita Universitas Respati Yogyakarta
Diah Eka Juniarti Universitas Respati Yogyakarta
Wilibrodus Gloria Rahamitu Universitas Respati Yogyakarta
Meidy Tri kusumawati Universitas Respati Yogyakarta
Selviana Mita Alldila Unisa
Cindy Aurel Unisa
Bagas Wahyu Tri Setyawan Universitas Muhammadiyah Klaten
Elin Agenesa Oktavia Universitas Muhammadiyah Klaten
Moh Yuda Pratama Universitas Muhammadiyah Klaten
Rahma Putri Nur Aini Universitas Muhammadiyah Klaten
Triyawan Prasetyo Herlambang Universitas Muhammadiyah Klaten
Yanuario Burnama Putra Universitas Muhammadiyah Klaten
1) Kajian Teori
Peserta didik merupakan input dalam organisasi sekolah dan bahan
mentah yang harus diolah oleh sekolah untuk menjadi input yang berkualitas
pada jenjang pendidikan berikutnya. Pengertian peserta didik menurut UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2016 adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Potensi peserta didik diolah melalui
proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar), dimana melalui kegiatan
belajar itu peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan
mampu menemukan pengetahuan, mampu bekerja sama, berkomunikasi,
memiliki jiwa toleransi dan saling pengertian, serta memiliki kemampuan
untuk berkompetisi. Untuk menghasilkan lulusan peserta didik yang
berkualitas terutama pendidikan keperawatan perlu adanya pengelolaan
bimbingan PKK (Praktik Klinik Keperawatan) yang baik, bermutu tinggi,
serasi dan selaras dengan perkembangan IPTEK.
RSUD Wonosari merupakan rumah sakit tipe C yang mempunyai fungsi
pelayanan, pendidikan dan penelitian yang selama ini dipergunakan sebagai
lahan praktik bagi tenaga dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain, dari
perguruan tinggi swasta. Pendidikan dan praktik keperawatwan profesional
merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon
perawat secara komprehensif dalam hal pengetahuan.
Dari segi kualitas, masih banyak rumah sakit yang memiliki pembimbing
klinik belum terlatih atau bersertifikat sebagai pembimbing klinik, tetapi
kebanyakan hanya berdasarkan senioritas, pengalaman bekerja, sehingga tidak
jarang mahasiswa S1 Keperawatan mendapat bimbingan oleh perawat senior
yang berlatar belakang D3 keperawatan tetapi dengan tahun lulusan yang
berpaut jauh, sementara perkembangan ilmu senantiasa berkembang pesat,
sehingga tidak jarang pembimbing klinik senior membimbing hanya
berdasarkan pengalaman, bukan keilmuan yang terbaru.
Kesenjangan yang lain adalah pembimbing akademik yang
berpendidikan tinggi tersebut masih sangat sedikit yang memiliki pengalaman
bekerja di RS, kebanyakan dari mereka mengetahui dunia kerja RS hanya saat
menjalani pendidikan atau saat pendidikan profesi. Sehingga pengetahuan dan
ketrampilan kurang seimbang dengan keilmuan yang dimiliki.
Kesenjangan antara pembimbing klinik masih terlihat dalam beberapa
hal. Kesenjangan yang bisa kita lihat adalah dari segi pendidikan, dimana para
pembimbing akademik secara jenjang pendidikan melaju pesat dan seakan tak
terbendung, sehingga tidak heran kebanyakan perawat dengan gelar S2,
ataupun S3 berasal dari pendidik. Pembimbing klinik di Ruang Anggrek
dengan lulusan Sarjana Terapan Keperawatan Profesi Ners dan mendapatkan
sertifikat sebagai pembimbing klinik.
Akibatnya tidak mengherankan muncul anggapan “ Teori sepenuhnya
milik institusi pendidikan (dosen/pembimbing akademik) sedangkan skill
prosedur adalah milik institusi pelayanan (pembimbing klinik). Sehingga
mahasiswa sering mengalami kebingungan saat praktek, harus mengikuti, teori
di akademik atau prosedur tindakan yang ada di RS, karena terdapat
kesenjangan antara teori yang di dapat di akademik dengan praktek yang
didapat di RS.

c. Ketenagaan
Dilihat secara kuantitas
1) Kajian Teori
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan alokasi SDM di ruangan agar pelayanan dan
proses managerial berjalan efektif dan efisien. Beberapa ahli telah
mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut.
Rumus yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
a) Menurut Gillies (1999)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut :
Tenaga Perawat = A x B x 365
(365-C) x jam kerja/hari
Ket : A : Jam Perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)
C : Jumlah hari libur (92 hari)
365: Jumlah hari selama 1 tahun
b) Menurut Douglas (1984)
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya sebagai
berikut :
Tabel 2.4
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien Menurut
Formula Douglas
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber : data primer
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap
keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
(1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam, dengan
kriteria:
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
(c) Ambulasi dengan pengawasan.
(d) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.
(e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(2) Intermediate memerlukan waktu 3- 4 jam/24 jam, dengan kriteria:
(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
(b) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam.
(c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
(d) Folley kateter, intake – output dicatat.
(e) Pasien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
(3) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 3- 4 jam/24 jam,
dengan kriteria:
(a) Segala diberikan atau dibantu.
(b) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.
(c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.
(d) Pemakaian suction.
(e) Gelisah/disorientasi
c) Menurut Depkes (2011)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:
(1) Asuhan Keperawatan Minimal:
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
(c) Ambulasi dengan pengawasan.
(d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
(e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(2) Asuhan Keperawatan Sedang:
(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
(b) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap empat jam.
(c) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
(3) Asuhan Keperawatan Agak Berat:
(a) Sebagian besar aktivitas dibantu.
(b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
(c) Terpasang folley kateter, intake-output dicatat.
(d) Terpasang infus.
(e) Pengobatan lebih dari sekali.
(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(4) Asuhan Keperawatan Maksimal:
(a) Segala aktivitas dibantu perawat.
(b) Posisi diatur.
(c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
(d) Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam.
(e) Penggunaan suction.
(f) Gelisah/disorientasi.
(5) Perhitungan tenaga perawat berdasarkan:
(a) Tingkat ketergantungan pada perawat berdasarkan jenis kasus.
(b) Rata-rata pasien perhari.
(c) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien.
(d) Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari.
(e) Jam efektif setiap perawat 8 jam/hari
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
b.
Jumlah jam perawatan di ruangan /hari
c.
Jam efektif perawat

Faktor koreksi:
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day):

Jumlah hari minggu dalam satu tahun + cuti + hr besar x jumlah perawat
Hari kerja efektif perawat
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
(tenaga administrasi) seperti contohnya membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan dan lain-lain diperkirakan 25% dari
jam pelayanan keperawatan:

Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%

100

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan : Tenaga yang tersedia +


faktor koreksi.
2) Kajian Data
Ruang Anggrek memiliki 1 orang PJ Ruang, 2 orang primery nurse, dan
12 orang associate nurse, jadi jumlah total perawat ada 15 orang.
a) Berdasarkan formula Gillies
Menurut Gillies (1999) perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk
ruang Anggrek dengan asumsi pasien dengan kasus penyakit bedah,
kapasitas ruang 28 tempat tidur, dan rata-rata BOR 36,42% (Februari-
April 2022).
Dari hasil pengkajian pada tanggal 9-11 Mei 2022 didapatkan jumlah
pasien yang membutuhkan minimal care sebanyak 11 pasien,
membutuhkan partial care 4 pasien dan membutuhkan total care 2 pasien.
Jumlah jam perawat efektif ruang Amarilis :
a. Askep Minimal : 11 orang x 2 jam = 22 jam
b. Askep Partial : 4 orang x 4 jam = 8 jam
c. Askep total : 2 orang x 6 jam = 12 jam +
42 jam
Jadi, jam efektifnya adalah 42 jam/24jam = 1,75 jam
Tenaga Perawat = A x B x 365
(365 – C ) x jam kerja/hari
= 1,75 x (36,42% x 28) x 365
(365-89) x 7
= 6508,86
1932
= 3,36 dibulatkan menjadi 3
Jadi Jumlah kebutuhan tenaga menurut Gillies untuk ruang Anggrek
adalah 3 orang ditambah dengan 1 kepala ruang. Jadi kebutuhan tenaga
menurut Gillies untuk ruang Anggrek adalah 4.
b) Perhitungan tenaga menurut Douglas :
Tabel 2.5
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
menurut Formula Douglas Ruang Anggrek Hari Senin/09/05/2022
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 x 0.14 x 6 = 0,84 0.07 x 6 = 0,42
Intermediate 10 = 1,70 0.15 x 4 = 0,6 0.10 x 4 = 0,40
Maksimal 0.27 x 4 0.30 x 1 = 0,30 0.20 x 1 = 0,20
= 1,08
0.36 x 1
= 0,36
Jumlah 3,14 (3) 1,74 (2) 1,02 (1)
Sumber : observasi mahasiswa
Perhitungan jumlah tenaga ruang Anggrek menurut Douglas adalah :
3,14(3) + 1,74(2) + 1,02(1) = 5,9 (6) orang. Jadi jumlah kebutuhan tenaga
menurut Douglas Ruang Anggrek yaitu 6 orang ditambah dengan 1 kepala
ruang menjadi 7 orang.
Tabel 2.6
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
menurut Formula Douglas Ruang Anggrek Hari Selasa/10/05/2022
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 x 0.14 x 4 = 0,84 0.07 x 4 = 0,84
Intermediate 6= 1,02 0.15 x 3 = 0,45 0.10 x 3 = 0,30
Maksimal 0.27 x 4 0.30 x 2 = 0,60 0.20 x 2 = 0,40
= 0,54
0.36 x 1
= 0,36
Jumlah 1,92 (2) 1,89 (2) 1,54(1)
Sumber : observasi mahasiswa
Perhitungan jumlah tenaga ruang Anggrek menurut Douglas adalah :
1,92(2) + 1,89(2) + 1,54(1) = 5 orang. Jadi jumlah kebutuhan tenaga menurut
Douglas Ruang Anggrek yaitu 5 orang ditambah dengan 1 kepala ruang
menjadi 6 orang.
Tabel 2.7
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
menurut Formula Douglas Ruang Anggrek Hari Rabu/11/05/2022
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 x 4 0.14 x 6 = 0,84 0.07 x 6 = 0,42
Intermediate = 0,68 0.15 x 7 = 1,05 0.10 x 7 = 0,70
Maksimal 0.27 x 3 0.30 x 3 = 0,90 0.20 x 3 = 0,60
= 0,81
0.36 x 2
= 0,72
Jumlah 2,21 (2) 2,79 (3) 1,72 (1)
Sumber : observasi mahasiswa
Perhitungan jumlah tenaga ruang Anggrek menurut Douglas adalah :
2,21(2) + 2,79(2) + 1,72(1) = 6,72 ˃ 7 orang. Jadi jumlah kebutuhan tenaga
menurut Douglas Ruang Anggrek yaitu 7 orang ditambah dengan 1 kepala
ruang menjadi 8 orang.
Kesimpulan perhitungan doglas:
Perhitungan jumlah tenaga Ruang Anggrek menurut Douglas selama
observasi 3 hari dari tangggal 9-11 Mei 2022 adalah: rata-rata yang jaga pagi
adalah 3 orang, jaga siang 2 orang dan jaga malam 2 orang. Jadi jumlah
kebutuhan tenaga menurut Douglas Ruang Anggrek untuk petugas perhari
yaitu 7 orang di tambah 1 kepala ruang menjadi 8 orang. Sedangkan di ruangan
Anggrek saat ini perawat yang ada berjumlah 15 orang sehingga kebutuhan
tenaga di Ruang Angrek sudah lebih dari cukup.
c) Menurut DepKes
Menurut Depkes 2011 tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang
Anggrek. BOR 36,42%, jumlah TT= 28, jumlah pasien 195 selama periode
Februari – April 2022 dan rata-rata jumlah pasien per hari 9 orang.
Rata-rata jumlah pasien/ hari = BOR x TT
= 36,42% x 28
= 10,19
Tabel 2.8
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Selama 24 jam
di Ruang Anggrek Menurut Klasifikasi Pasien (Depkes RI)
No Klasifikasi Kebutuhan perawat
1 Minimal 11 x 2 = 28
2 Sedang 4x 3,5 = 14
3 Agak berat 2x4=8
4 Maksimal -
5 Gawat darurat -
Jumlah 50

Sumber : Data observasi Perawat Jaga


A = ( rata-rata jml pasien/hari x rata-rata jml jam perawatan pasien/24)
Jam efektif perawat
A= 50
7
Jumlah tenaga yang dibutuhkan perhari : 50/7 = 7,14 (7) orang
Faktor koreksi (loos day)
B = (Jml hari minggu/ th + jml hari cuti +jml hari libur /th)xjml perawat
Jml hari kerja efektif
= 48 + 12 + 16 x 7,14 orang
365-(48 + 12 + 16)
= 76 x 7,14orang
289
= 1,87 orang
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan
C = ( A + B ) x 25%
= (7,14 + 1,87) x 25%
= 2,25orang
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan = 7,14 + 1,87 + 2,25 =
11,26 = 11 orang.
11 orang ditambah dengan 1 kepala ruang, jadi jumlah perawat yang
dibutuhkan oleh ruang Anggrek adalah 12 orang.
Tabel 2.9
Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Metode Hasil Yang ada Keterangan
Gillies 4 15 Kelebihan 11
Douglas 7 15 Kelebihan
Depkes RI 12 15 Kelebihan 13
Sumber : Data observasi mahasiswa Ketenagaan Ruangan Anggrek RSUD Wonosari
Gunung Kidul
3) Analisis data
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 262/Men.Kes/Per/VII/1979
menyakan bahwa Rumah Sakit type A-B perbandingan minimal jumlah tenaga
kerja perawat adalah 1 perawat : 2 tempat tidur, dengan catatan dinas dalam 24
jam dibagi menjadi 3 sehingga menjadi 8 jam/shift. Dalam perhitungan tenaga
perawat dengan teori Gillies, Douglas maupun Depkes, SDM perawat di
Anggrek melebihi penghitungan berdasarkan BOR dan kapasitas TT, tapi hal
tersebut tidak bisa digunakan sebagai standar, dimasa pasca pandemi Covid-19
ini sangat besar pengaruhnya terhadap jumlah pasien maupun BOR di ruang
Anggrek tersebut, sehingga kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan kebutuhan
minimal pershif jaga.
Diruang Anggrek kebutuhan perawat pershift jaga adalah 4 orang
perawat untuk setiap shift ditambah 1 orang kepala ruang dan 2 orang PN,
pembagian jumlah tenaga perawat di ruang Anggrek saat sift pagi terdapat 1
orang kepala ruang, 1 orang PN dan 2 orang perawat pelaksana.
Pembagian jumlah tenaga perawat di ruang Anggrek saat sift sore dan
malam adalah 3 orang perawat pelaksana. Jadi kebutuhan perawat pada sift
sore dan malam adalah 2 orang perawat.
Berdasarkan pembagian perawat per sift tersebut maka kebutuhan tenaga
perawat di ruang Anggrek adalah 1 orang kepala ruang, 2 orang PN, 12 orang
perawat pelaksana, sehingga total kebutuhan pegawai dalam 1 hari di ruang
Anggrek adalah 15 orang perawat, 1 orang administrasi, dan 1 orang
pramuhusada.
Di ruang Anggrek, saat ini terdapat 15 orang perawat hal ini terjadi
karena untuk mengantisipasi adanya cuti tahunan perawat maupun adanya
perawat yang sakit atau kepentingan lainnya.
Berdasarkan Tabel 2.9 menggunakan rumus Gillies, Douglas dan
Depkes. Hasil perhitungan yang mendekati untuk diterapkan model MPKP
yaitu perhitungan depkes RI, sehingga kemungkinan untuk penerapan MPKP
adalah sangat mungkin.
Dilihat secara kualitatif
1) Kajian Teori
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan
kebutuhan atau pandangan konsumen dalam keperawatan tujuan kualitas
pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan
keperawatan yang dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan/kebutuhan
pasien (Nursalam, 2002).
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
menyeluruh. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra institusi pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam menentukan mutu
karena jumlah perawat terbanyak dari profesi lain dan paling lama kontak
dengan klien, sehingga keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan
dan sering digunakan sebagai indikator pelayanan kesehatan yang bermutu,
serta berperan dalam menentukan tingkat kepuasan klien (Priyanto, 2009).
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang
sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Dalam undang-undang nomor 38 tahun 2014 sebagai profesi yang
melaksanakan asuhan keperawatan, seorang perawat dengan kualifikasinya
diwajibkan memiliki Standar Tanda Registrasi (STR) sebagai bukti tertulis dan
pencatatan resmi yang dikeluarkan majelis tenaga kesehatan Indonesia
(MTKI). Jenis perawat berdasarkan undang-undang nomor 38 tahun 2014
tentang keperawatan terdiri dari perawat vokasi (lulusan minimal D3
Keperawatan) dan perawat profesi (lulusan S1 keperawatan profesi Ners dan
Ners spesialis). (Kemenkes, 2017)
Ruang Anggrek melayani pasien Umum dan BPJS dengan berbagai
diagnosa penyakit bedah dan pada pasien dewasa. Agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara profesional, perawat Ruang Anggrek harus
menguasai kompetensi proses keperawatan dari pengkajian keperawatan
sampai evaluasi keperawatan, tindakan keperawatan dan medis yang
dilimpahkan serta menguasai ketrampilan Basic Life Support dengan jenjang
pendidikan minimal D3 Keperawatan.
2) Kajian Data dan Analisa Data
Tabel 2.10
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
di Ruang Anggrek di RSUD Wonosari
No Jenis pendidikan Jumlah %
1 S1 Keperawatan Profesi Ners 1 6,7%
2 D3 Keperawatan 9 60%
3 D3 Kebidanan 3 20%
4 D4 Keperawatan Profesi Ners 1 6,7%
5 D4 Kebidanan 1 6,7%
Jumlah 15 100
Sumber: Data Sekunder Ketenagaan Ruangan AnggrekRSUD Wonosari
Berdasarkan tabel diatas tingkat pendidikan perawat di Ruang Anggrek
yaitu lulusan S1 Keperawatan Profesi Ners sebanyak 1 orang (6,7%), D4
Keperawatan 1 orang (6,7%), D4 Kebidanan 1 orang (6,7%) dan D3
Keperawatan sebanyak 9 orang (60 %), dan D3 Kebidanan sebanyak 3 orang
(20%). Menurut Menteri Kesehatan, komposisi perawat profesional di suatu
ruangan adalah sebesar 100%, sedangkan yang disebut perawat profesional
adalah perawat yang memiliki pendidikan minimal D3 Keperawatan maupun
D3 kebidanan. Sehingga jumlah perawat profesional di Ruang Anggrek sudah
memenuhi standar dari Menteri Kesehatan. Pengembangan staf ruang Anggrek
dengan mengikut sertakan dalam seminar maupun pelatihan berkelanjutan yang
dilaksanakan berdasarkan kompetensi yang dibagi secara merata, ada beberapa
perawat yang belum mengikuti pelatihan keperawatan bedah. Distribusi tenaga
keperawatan berdasarkan pendidikan, jenis pelatihan dan lama kerja dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.11
Kualifikasi Pendidikan Formal dan Pelatihan Tenaga Keperawatan di Ruang Anggrek
RSUD Wonosari 2022
TTL SEMINAR /
PENDIDIIKAN
NO NAMA PELATIHAN TELAH GOL
TERAKHIR
DIIKUTI
1 Zainal Arifin, D4 Keperawatan 15 Pelatihan PAK
S.ST.,Ns Februari Pelatihan peluang
NIP. 19780215 1978 praktek keperawatan II/C
200604 1 012 mandiri dengan
wouncard
2 Etty D4 Kebidanan 23 April
Prihatiningsih, 1969 Pelatihan komunikasi
S.Tr.Keb efektif
III/D
NIP. 19690423 Pelatihan pengelolaan
198903 2 004 dan pencegahan infeksi

3 Ana Puji Lestari, D3 Keperawatan - Pelatihan komunikasi


A.Md.Kep efektif
NIP. 19800730 Pelatihan APAR & jalur
200604 2 021 evakuasi II/A
Pelatihan BHD
Pelatihan Hand
Hygiene, APD
4 Dwi Novita S, D III Kebidanan 25
A.Md.Keb November PelatihanAPN
NIPK. 20170101 1991 Pelatihan APAR
02 15 Pelatihan BHD -
Pelatihan Komunikasi
efektf

5 Riza Rahmawati, D III Kebidanan 01 Oktober GERMAS -


A.Md.Keb 1997 Pelatihan APAR
NIPK. 20210101 Pelatihan PONEK
02 37 Pelatihan penanganan
Gadar obstertik dan
neonatus
6 Febrika Agri A, S1 Keperawatan 28
S.Kep.,Ns Februari
NIP. 19850228 1985 - III/A
201902 1 001

7 Dwi Pawit A, D3 Keperawatan 26 April


A.Md.Kep 1992 Pelatihan perawatan luka
NIPK. 20170101 Pelatihan BTCLS
02 16 Pelatihan picmutu,
-
PMKP

8 Brian Nurcahyo P, D3 Keperawatan 14 Maret Pelatihan APAR &


A.Md.Kep 1989 evakuasi
NIPK. 20180101 Pelatihan BHD
01 04 Pelatihan komunikasi -
efektif
Pelatihan pencegahan
dan pengendalian infeksi
9 Shindy D3 Keperawatan 19 Juli
Nurlitasari, 1994
A.Md.Kep
-
NIP. 19940719
201902 2 003

10 Alfian Layli P, D3 Kebidanan 31 Maret Pelatihan APD


A.Md.Keb 1991 Pelatihan BHD
NIPK. 220170101 Pelatihan komunikasi -
02 03 efektif
Pelatihan APAR
11 Kasmi SMK 27 Juli
Kusumawati, 1977 Pelatihan APAR
AMK Pelatihan Hand hyigene
NIP. 19770727 Pelatihan BHD III/C
200604 2 004 Pelatihan PPI

12 Afif Wahyu Eko D3 Keperawatan 8 Juni


P, A.Md.Kep 1988
NIPK. 20170101 Pelatihan PPGD -
01 01

13 Nosia I, D3 Keperawatan 26 Pelatihan komunikasi


A.Md.Kep November efektif
NIPK. 20170101 1988 Pelatihan APAR &*
02 26 evakuasi -
Pelatihan hand hyigiene
Pelatihan BHD
Pelatihan teknik aseptik
14 Herlina, D3 Keperawatan 20 April Pelatihan PMKP -
A.Md.Kep 1988 Pelatihan komunikasi
NIPK. 20140807 efektif
02 06 Pelatihan APAR
Pelatihan BHD
Pelatihan teknik aseptik
15 Aura Nailul Muna, D3 Keperawatan 22 Januari
Pelatihan BTCLS
A.Md.Kep 1999
Pelatihan CWCCA -
NIPK. 20220301
Pelatihan perawatan luka
02 05
Kualifikasi pendidikan formal tenaga di Ruang Anggrek adalah 60%
lulusan DIII Keperawatan. Pada kualifikasi pendidikan nonformal yang berupa
pelatihan/seminar didapatkan data bahwa pelatihan yang dimiliki perawat
Ruang Anggrek mayoritas baru pelatihan wajib oleh rumah sakit yaitu
pelatihan 5 dasar, hampir semua belum mempunyai sertifikat pelatihan sesuai
dengan 10 besar, sehingga perawat Anggrek perlu untuk diberikan pelatihan/
inhause training mengenai keperawatan bedah. Melalui pelatihan ketrampilan
dasar keperawatan bedah akan diajarkan pembahaman dasar tindakan
keperawatan bedah, melakukan suatu tindakan sesuai standar keperawatan
bedah dan bersifat komprehensif.
d. Sumber Dana (Money)
1) Kajian Teori
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini
sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal
34 ayat (3) juga menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber
daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi
yang kompleks.
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik
medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan dalam
rumah sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis
dan jasa pemborongan.
2) Kajian Data dan Analisa Data
Sumber dana Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari berasal dari daerah
dan APBD. RSUD Wonosari merupakan RS milik dinas kesehatan pemerintah
daerah. Pengelolaan keuangan di ruang rawat inap Anggrek sepenuhnya diatur
secara sentral oleh bidang keuangan RSUD Wonosari.
e. Fasilitas/ Alat (Material) dan Mesin (Machine)
1) Kajian Teori
Peralatan kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, perkakas, dan
implant, reagen in vitro, dan kalibator, perangkat lunak, bahan atau material
yang digunakan tunggal atau kombinasi, untuk manusia dengan satu atau
beberapa yang bertujuan sebagai berikut diagnosis, pencegahan, pemantauan,
perawatan atau meringankan penyakit; diagnosis, pemantauan, perawatan,
meringankan, atau penunjang anatomi atau proses fisiologis; menyangga atau
mempertahankan hidup; mengontrol perubahan; desinfektan alat kesehatan;
menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in
vitro terhadap specimen dari tubuh manusia yang aksi utamanya didalam atau
pada tubuh manusia tidak mencapai proses farmakologi, imunologi dan
metabolism, tetapi dalam mencapai fungsinya dapat dibantu oleh proses
tersebut (Kementrian RI, 2016).
Rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda dan kompleks, keadaan ini
mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan, termasuk pengelolaan
fasilitas. Sehubungan dengan hal itu, diperlukan adanya standar pengelolaan
fasilitas dan peralatan kesehatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas
peralatan demi mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi
dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, kualifikasi, rasio dan jumlah yang dibutuhkan. Mesin
adalah peralatan yang digerakkan oleh mesin maupun elektronik yang
digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis maupun
keperawatan.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggalaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun difasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsinperalatan
kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu
adanya pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu. Pengelolaan peralatan
merupakan faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayananan
keperawatan. Fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan
merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang efektif dan efisien
(Kundjoro, 2015).
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi langsung dan daftar
inventaris ruangan keperawatan di dapatkan data penyediaan dan pengelolaan
alat medis dan medis sebagai berikut:
Tabel 2.12
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Ruang Nurse Station dan Lorong ruangan di
Ruang Anggrek RSUD WonosariTahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1 Meja nurse station 1 Buah
2 Kursi 6 Buah
3 Computer 1 Buah
4 Papan code blue 1 Buah
5 Papan code red 1 Buah
6 Helm code red 4 Buah
7 APAR 3 Buah
8 Papan struktur organisasi 1 Buah
9 Tempat sampah 6 Buah
10 Wastafel 2 Buah
11 Telepon 1 Buah
12 Timbangan 1 Buah
13 Gallon dan dispenser 2 Buah
14 Kotak P3K 1 Buah
15 Timbangan bayi 2 Buah
16 Troli belanja 1 Buah
17 sepeda 1 Buah
18 Printer 1 Buah
19 Printer barcode 1 Buah
20 handwash 2 Buah
21 handrab 20 Buah
22 Jam dinding 1 Buah
23 Kursi roda 1 Buah
24 Vas bunga 1 Buah
25 AC 4 Buah
26 Kulkas 2 Buah
27 Lemari linen 2 Buah
28 Tempat tisu 16 Buah
29 Box Bayi 6 Buah
Tabel 2.13
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Medis ruangan di Ruang Anggrek RSUD
WonosariTahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1. Tensi dewasa digital 2 Buah
2 Tensi dewasa jarum 1 Buah
3 Stetoskop dewasa 1 Buah
4 Stetoskop anak 1 Buah
5 Syringe pump 1 Buah
6 Taubung oksigen trasport 1 Buah
7 Oksigen central 28 Buah
8 Box darah 2 Buah
9 Pispot 12 Buah
10 Timbangan dewasa 1 Buah
11 Timbangan bayi 2 Buah
12 Tempat sampah flabot 1 Buah
13 Tempat sampah non infeksius 18 Buah
14 Tempat sampah infeksius 3 Buah
15 Safety box 2 Buah
16 Trolly 2 Buah
17 Baki 1 Buah
18 Termometer digital 2 Buah
19 Oximetri 1 Buah
20 GCU / glukometer (alat GDS) 1 Buah
21 EKG 1 Buah

Tabel 2.14
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Non Medis ruangan di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari Tahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1 Televisi 13 Buah
2 Kursi Sofa 9 Buah
3 Lemari es 5 Buah
4 Tempat tidur 10 Buah
5 Kursi pegawai 7 Buah
6 Meja pertemuan 1 Buah
7 Meja perawat 2 Buah
8 Lemari buku 2 Buah
9 APAR 3 Buah
10 Wastafel 2 Buah
11 Jam dinding 1 Buah
12 Pesawat telepon 1 Buah
13 Meja pasiean 18 Buah
14 Computer 1 Buah
15 Lemari kotak obat 2 Buah
16 Remote TV 13 Buah
17 Tiang infus 28 Buah
18 Troly emergency 1 Buah
19 Kotak obat 21 Buah

Tabel 2.15
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Medis dan Non medis di Ruang Anggrek (VIP B)
RSUD Wonosari Tahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1 Bed 1 Buah
2 Sofa 1 Buah
3 Kasur 1 Buah
4 Tiang infus 1 Buah
5 AC 1 Buah
6 Ember 1 Buah
7 Gayung 1 Buah
8 Closet duduk 1 Buah
9 Bantal 1 Buah
10 Tempat sampah 2 Buah
11 O2 sentral 1 Buah
12 Dispenser 1 Buah
13 Foot step 1 Buah
14 Shower 1 Buah
15 Rak sepatu 1 Buah
16 Kulkas mini 1 Buah
17 Meja diit 1 Buah
18 Pispot 1 Buah
19 Jemuran 1 Buah
20 Guling 1 Buah
21 Hand soap 1 Buah

Tabel 2.16
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Medis dan Non medis di Ruang Anggrek (Kelas
Utama) RSUD Wonosari Tahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1 Bed 1 Buah
2 Kursi 1 Buah
3 Kasur 1 Buah
4 Tiang infus 1 Buah
5 AC 1 Buah
6 Bantal 1 Buah
7 Tempat sampah 1 Buah
8 O2 sentral 1 Buah
9 Guling 1 Buah
10 Foot step 1 Buah
11 pispot 1 Buah
12 wastafel 1 Buah
13 Sofa 1 Buah
14 Hand soap 1 Buah
15 Shower 1 Buah
16 Ember + gayung 1 Buah

Tabel 2.17
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Medis dan Non medis di Ruang Anggrek (Kelas I)
RSUD Wonosari Tahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1 Bed 2 Buah
2 Kursi 2 Buah
3 Kasur 2 Buah
4 Tiang infus 2 Buah
5 AC 1 Buah
6 Bantal 1 Buah
7 Tempat sampah 1 Buah
8 O2 sentral 1 Buah
9 Closed duduk 1 Buah
10 Foot step 1 Buah
11 pispot 2 Buah
12 Jemuran 1 Buah
13 wastafel 1 Buah
14 Hand soap 1 Buah
15 Shower 1 Buah
16 Ember + gayung 1 Buah
Tabel
Standar Dan Inventarisasi Alat – alat Medis dan Non medis di Ruang Anggrek (Kelas II)
RSUD Wonosari Tahun 2022
No Nama barang Jumlah Satuan Keterangan
1 Bed 18 Buah
2 Kursi 0 Buah
3 Kasur 18 Buah
4 Tiang infus 18 Buah
5 Bantal 18 Buah
6 Tempat sampah 18 Buah
7 Foot step 1 Buah
8 Pispot 32 Buah
9 wastafel 1 Buah
10 Closed duduk 1 Buah
14 Hand soap 1 Buah
15 Shower 1 Buah
16 Ember + gayung 1 Buah

3) Analisa
Ruang Anggrek telah memiliki monitor inventarisasi yang berisi daftar
inventarisasi fasilitas dan alat - alat kesehatan. Hasil wawancara dengan kepala
ruang Anggrek diketahui bahwa di ruang Anggrek sudah ada pedoman ruangan
untuk standar fasilitas dan alat - alat kesehatan. Dari tabel diatas, untuk standar
peralatan medis di ruang Anggrek sudah sesuai standar operasional prosedur
(SOP) yang dimiliki. Dari hasil observasi di ruang anggrek didapatkan alat-alat
kesehatan yang belum terdokumentasikan.
f. Metode / Standar / Pedoman / Prosedur Tetap
1) Kajian Teori
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya
kualitas pelayanan keperawatan perlu diperhatikan dan ditingkatkan seoptimal
mungkin. Ciri - ciri mutu keperawatan yang baik salah satunya adalah
memenuhi standar profesi yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2017).
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang
pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik”. Atau
secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan
berhasil dan bermutu. Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum
dikenal sebagai suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau indikator yang dapat digunakan sebagai pembanding
(Nursalam, 2014). Standar profesi keperawatan yaitu standar asuhan
keperawatan, standar asuhan keperawatan merupakan pedoman yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan
(Kemenkes RI, 2017).
Tujuan keperawatan dalam standar asuhan keperawatan menurut
Kemenkes (2017) sebagai berikut:
a) Memberi bantun yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem keamanan
nasional.
b) Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan mengurangi atau menghilangkan kesenjangan.
c) Mengembangkan asuhan keperawatan yang ada
d) Memberikan kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
e) Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim
kesehatan.
f) Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan
g) Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam
kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan
h) Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi tenaga kesehatan.
Di indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang tersusun oleh
Depkes tahun 2017 sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2017).
a) Standar I : Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan kegiatan pengumpulan data tentang status
kesehatan. Pengkajian keperawatan diperoleh dari data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus-
menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan
sehinga data keperawatan juga dapat dimanfaatkan semua angggota tim.
Data pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan masalah.
b) Standar II : Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis perawat tentang
respon pasien dan keluarga meliputi respon bio-psiko-sosial spiritual
pada setiap kondisi masalah kesehatan yang aktual, risiko dan sejahtera/
wellness. Diagnosa keperawatan yang ditegak kan merupakan dasar
penyusunan rencana keperawatan.
c) Standar III: Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan langkah lanjutan dari diagnose
keperawatan yang disusun berdasarkan masalah yang muncul. Aktivitas
dalam rencana keperawatan meliputi penetapan tujuan dan intervensi
keperawatan
d) Standar IV: Impelementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sesuai dengan lingkungan kewnangan dan kopetensi yang
ditandai dengan adanya sertifikasi yang dipersyaratkan. Tindakan
keperawatan dilakukan secara mandiri, kolaborasi, edukasi dan terapi
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Pencegahan
komplikasi, dan penatalaksanaan masalah kesehatan.
e) Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat melakukan evaluasi secara komprehensif,sistemik dan
berkesinambungan sesuai dengan respon pasien dan keluarga. Evaluasi
merupakan kegiatan menilai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
berdasarkan respon pasien.
f) Standar VI: Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap mencatat harus mencantumkan inisial
atau paraf/nama perawat, menggunakan standar yang baku dan disimpan sesuai
peratutan yang berlaku.
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi:
(1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
(2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang perawatan di dalam Rumah Sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap yang berlaku secara resmi dan dipahami serta diterapkan oleh
seluruh staf di ruang perawatan. Prosedur tetap dan SAK minimal untuk 10
kasus terbesar pada ruang perawatan tersebut. Standar diperlukan untuk
menentukan mutu, bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan, dan untuk
menilai mutu, seberapa baik kegiatan-kegiatan dikerjakan.

2) Kajian Data
Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Anggrek sudah
memiliki PAK diagnosa penyakit yang dijadikan pedoman untuk melakukan
pelayanan keperawatan.
Tabel 2.18
Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tahun 2022
NO NOMOR DOKUMEN JUDUL TAHU
N
1 26/SAK/XII/2013 SAK DENGAN ANEMIA 2013
2 27/SAK/XII/2013 SAK DENGAN ASMA 2013
3 28/SAK/XII/2013 SAK DENGAN BPH 2013
4 29/SAK/XII/2013 SAK DENGAN CKR 2013
5 30/SAK/XII/2013 SAK DENGAN DEKOMPENASI KORDIS 2013
6 31/SAK/XII/2013 SAK DENGAN DIABETES MILITUS 2013
7 32/SAK/XII/2013 SAK DENGAN DEMAM TIPOID 2013
8 33/SAK/XII/2013 SAK DENGAN VERTIGO 2013
9 34/SAK/XII/2013 SAK DENGAN HIPERTENSI 2013
10 35/SAK/XII/2013 SAK DENGAN INFEKSI SALURAN 2013
PERNAPASAN AKUT
11 36/SAK/XII/2013 SAK DENGAN LUKA BAKAR 2013
12 37/SAK/XII/2013 SAK DENGAN STROKE 2013
13 38/SAK/XII/2013 SAK DENGAN TUBERCULOSIS PARU 2013

Tabel 2.19
Panduan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tahun 2022
NO Nama PAK Nomor PAK Tanggal
diterbitkan
1 Ansietas (D. 0080) 07/42.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
2 Bersihan jalan napas tidak efektif (D. 0001) 07/19.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
3 Defisit Nutrisi (D. 0020) 07/29.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
4 Defisit pengetahuan tentang spesifikkan (D. 07/24.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
0111)
5 Diare (D. 0020) 07/39.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
6 Gangguan citra tubuh (D. 0083) 07/49.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
7 Gangguan integritas kulit atau jaringan (D. 07/25.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
0129)
8 Gangguan menelan (D. 0063) 07/47.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
9 Gangguan mobilitas fisik (D. 0054) 07/17.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
10 Gangguan Pertukaran gas (D. 0003) 07/41.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
11 Gaangguan pertukaran spontan (D. 0007) 07/46.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
12 07/37.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
Gangguan tumbuh kembang (d. 0106)
13 Gangguan ventilasi spontan (D. 0004) 07/01.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
14 Hipertermi (D. 0130) 07/18.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
15 Hypervolemia (D. 0022) 07/23.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
16 Hipotermi (D. 0131) 07/40.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
17 Hypovolemia (D. 0023) 07/20.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
18 Ikterik neonates (D. 0024) 07/38.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
19 Intoleransi aktivitas (D. 0056) 07/35.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
20 Ketidak stabilan glukosa darah (D. 0027) 07/32.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
21 Ketidaknyamanan pasca partus (D. 0075) 07/26.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
22 Manajemen Kesehatan tidak efektif (D. 0116) 07/16.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
23 Menyusui efektif (D. 0028) 07/43.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
24 Menyusui tidak efektif (D. 0076) 07/36.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
25 Nyeri akut (D. 0077) 07/15.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
26 Penurunan curah jantung (D. 0008) 07/21.PAK-KP/III/2018 3 Maret 2018
27 Perfusi perifer tidak efektif (D. 0009) 07/45. PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
28 Pola nafas tidak efektif (D. 0005) 07/48.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
29 Resiko jatuh esiko jatuh (D. 0143) 07/22.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
30 Resiko termoregulasi tidak efektifidak efektif 07/03.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
(D. 0148)
31 Retensi urine (D. 0050) 07/33.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
32 Resiko aspirasi (D. 0006) 07/44.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
33 Resiko cedera (D. 0136) 07/05.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
34 Resiko infeksi (D. 0142) 07/09.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
35 Resiko ketidakseimbangan cairan (D. 0036) 07/06.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
36 Resiko ketidak seimbangan elektrolit (D. 07/09.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
0037)
37 Resiko perdarahan (D. 0012) 07/11.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
38 Resiko perfusi miokard tidak efektif (D. 07/04.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
0014)
39 Resiko perfusi serebral tidak efektif (D. 0017) 07/02.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
40 Resiko syok (ko syok () ko syok () ko syok () 07/07.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
ko syok (D. 0039)
41 Resiko syok (D. 0039) 07/10.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
42 Abnormal uterus bleeding (AUB) 07/30.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
43 Abortus imminens () 07/28.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
44 Anemia dalam kehamilan 07/27.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
45 Asuhan pasca SC 07/12.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
46 Atonia uteri 07/14.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
47 Hyperemesis gravidarum 07/13.PAK-KP/III/2018 2 Maret 2018
48 Perawat luka post sc 07/31.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018
49 Persalinan dengan kala 1 lama 07/34.PAK-KP/III/2018 5 Maret 2018

Tabel 2.20
Pedoman/Standart/Protap Kebijakan
di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tahun 2022
SPO PMKP
No Nomor Dokumen Judul Tahun
1 08/197. PMKP/II/2019 Identifikasi dan penerapan indicator mutu 2019
2 08/195. PMKP/II/2019 Penerapan area prioritas 2019
3 08/192. PMKP/II/2019 Pengumpulan data indicator mutu 2019
4 08/193. PMKP/II/2019 Analisis data mutu 2019
5 08/194. PMKP/II/2019 Validasi data indicator mutu 2019
6 08/211. PMKP/II/2019 Pelaporan data mutu internal 2019
7 08/200. PMKP/II/2019 Pelaporan data mutu eksternal 2019
8 08/212. PMKP/II/2019 Publikasi data mutu 2019
9 08/213. PMKP/II/2019 Design/redesign process indicator mutu 2019
10 08/201. PMKP/II/2019 Supervise 2019
11 08/205. PMKP/II/2019 Penyusunan clinical pathway (CP) 2019
12 08/196. PMKP/II/2019 Pelaporan insiden keselamatan pasien 2019
13 08/210. PMKP/II/2019 Tatalaksana pelaporan insiden keselamatan pasien 2019
14 08/209. PMKP/II/2019 risk grading matriks 2019
15 04/313. PMKP/II/2019 Penilaian dan penanganan risiko jatuh pada pasien 2019
anak
16 04/336. PMKP/II/2019 Penilaian dan penanganan risiko jatuh pada pasien 2019
dewasa
17 08/202. PMKP/II/2019 Investigasi sederhana 2019
18 08/207. PMKP/II/2019 Tatalaksana kejadian nyaris cidera (KNC) 2019
19 08/206. PMKP/II/2019 Tatalaksana kejadian tidak diharapkan (KTD) 2019
20 08/208. PMKP/II/2019 Tatalaksana kejadian sentinel 2019
21 08/204. PMKP/II/2019 RCA (root cause analysis) 2019
22 08/198. PMKP/II/2019 Manajemen risiko 2019
23 08/203. PMKP/II/2019 FMEA (failure mode effect and analysis) 2019
24 08/199. PMKP/II/2019 Pengukuran budaya keselamatan pasien 2019
25 04/314. PMKP/II/2019 Penilaan dan penanganan risiko jatuh pada pasien 2019
rawat jalan poliklinik dan IGD
26 04/315. PMKP/II/2019 Pencegahan risiko pasien jatuh 2019
27 04/315. PMKP/II/2019 Penanganan pasien jatuh 2019
SPO SKP
N Nomor Dokumen Judul Tahun
o
1 04/322. SKP/II/2019 Identifikasi pasien 2019
2 04/326. SKP/II/2019 Identifikasi sebelum transfuse darah 2019
3 04/321. SKP/II/2019 Identifikasi pasien sebelum melakukan prosedur 2019
Tindakan invasif
4 04/319. SKP/II/2019 Identifikasi sebelum pemberian obat 2019
5 04/326. SKP/II/2019 Identifikasi bay baru lahir 2019
6 04/335. SKP/II/2019 Identifikasi sebelum pengambilan spesimen 2019
7 04/331. SKP/II/2019 Pelepasan gelang identifikasi pasien 2019
8 04/329. SKP/II/2019 Pemasangan gelang identifikasi pasien 2019
9 04/662. SKP/II/2019 Iddentifikasi pasien dengan nama yang sama di ruang 2019
rawat
10 04/325. SKP/II/2019 Komunikasi media atau via telepon 2019
11 04/322. SKP/II/2019 Serah terima pasien (hand over) 2019
12 04/329. SKP/II/2019 Pelaporan nilai kritis laboratorium 2019
13 04/330. SKP/II/2019 Penetapan ambang nilai kritis laboratorium 2019
14 04/321. SKP/II/2019 Pelaporan nilai knilai kritis radiologi 2019
15 04/650. SKP/II/2019 Pentapan ambang nilai kritis radiologi 2019
16 04/660. SKP/II/2019 Pelaporan kritis pemeriksaan elektro kardio gram 2019
(EKG)
17 04/659. SKP/II/2019 Penetapan ambang nilai kriis elektrenetapan ambang 2019
nilai elektro kardio gram
18 04/661. SKP/II/2019 Komunikasi operan jaga (hand over) menggunakan 2019
sbar
19 04/324. SKP/II/2019 Edukasi pasien dengan metode speak up 2019
20 04/331. SKP/II/2019 Pelabelan obat high alert 2019
21 04/332. SKP/II/2019 Penyimpanan obat high alert 2019
22 04/333. SKP/II/2019 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai 2019
(high-alert)
23 04/327. SKP/II/2019 Pengeceran elektrolit pekat (kalium klorida) 2019
24 04/334. SKP/II/2019 Pengelolaan obat emergency diruang pelayanan pasien 2019
25 04/316. SKP/II/2019 Penandaan lokasi operasi (site marking) 2019
26 04/318. SKP/II/2019 Prosesproses sign in 2019
27 04/328. SKP/II/2019 Proses time out 2019
28 04/319. SKP/II/2019 Proses sign out
29 04/317. SKP/II/2019 Pengisian check list : sign in, time out, sign out
30 04/336. SKP/II/2019 Penilaian dan penanganan risiko jatuh pada pasien
dewasa
31 04/313. SKP/II/2019 Penilaian dan penanganan risiko jatuh pada pasien anak
32 04/314. SKP/II/2019 Penilaian dan penanganan risiko jatuh pada pasien
rawat jalan poliklinik dan IGD
34 04/315. SKP/II/2019 Penanganan pasien jatuh
35 04/315. SKP/II/2019 Pencegahan risiko pasien jatuh
36 04/318. SKP/II/2019 Penggunaan label identifikasi risiko jatuh pada pasien
rawat inap
Spo Covid
No Nomor Dokumen Judul Tahun
1 03/52. lab/VI/2020 Usap/swab tenggorok pada kasus dugaan covid-19 2020
2 03/55. lab/VI/2020 Alur permintaan pemeriksaan tes cepat/rapid test anti sars 2020
cov-2
3 03/51. lab/VI/2020 Alur permintaan pengambilan usap/swab tenggorok pada 2020
kasus dugaan covid-19
4 05/45. Komdik/V/2020 Pelayanan persalinan pada ibu hamil dengan persangkaan 2020
terinfeksi virus covid-19 (odp,pdp,otg,pp)
5 07/01.KP/IV/2020 Panduan asuhan keperawatan (PAK) pada pasien covid- 2020
19
6 04/33.yanmedwat/III/2020 Alur penatalaksanaan pasien dengan kecurigaan covid-19 2022
7 04/32.yanmedwat/III/2022 Penempatan pasien dengan keluarga covid-19 ketika 2020
terjadi outbreak dan tidak ada ruangan isolasi bertekanan
negatif
8 04/31.yanmmedwat/III/2022 Mekanisme menerima dan rujukan psien covid-19 2022
9 04/28.yanmedwat/III/2020 Transfer pasien yang kecurigaan covid-19 dari igd ke 2020
ruang rawat inap
10 04/30.yanmedwat/III/2020 Mekanisme mengirim rujukan pasien covid-19 2020
11 04/29.yanmedwat/III/2020 Skrining awal covid-19 dirawat dalan 2020
SPO PPI
No Nomor Dokumen Judul Tahun
1 06/81. Komite ppi Desinfeksi dan penyimpanan urinal 2016
/IV/2016
2 06/84. Komite ppi Pencegahan dan pengendalian decubitus 2016
/IV/2016
3 06/72. Komite ppi Pelabelan jenzah penyakit menular 2016
/IV/2016
4 06/90. Komite ppi Skrining batuk 2016
/IV/2016
5 06/185. Komite ppi Surveilans infeksi rumah sakit 2016
/IV/2016
6 06/92. Komite ppi Transfer pasien di rs dengan airbone disease 2016
/IV/2016
7 06/98. Komite ppi Prosedur Tindakan lumbal pundie 2016
/IV/2016
8 06/83. Komite Pencegahan dan pengendalian pnemonia 2016
ppi/IV/2016
9 06/85. Komite Pencegahan dan pengendalian infeksi pada pasien 2016
ppi/IV/2016 imunocompromised
10 06/77. Komite Isolasi pasien airborn dicease 2016
ppi/IV/2016
11 06/78. Komite Pencegahan dan pengendalian ilo 2016
ppi/IV/2016
12 06/79. Komite Pengelolaan pasien diluar ruang perawatan bila terjadi 2016
ppi/IV/2016 bencana/kejadian luar biasa
13 06/70. Komite Penempatan pasien dengan penyakit penular melalui 2016
ppi/IV/2016 transmisi kontak
14 06/71. Komite Pembersihan ambulance 2016
ppi/IV/2016
15 06/76. Komite Kebersihan tangan 2016
ppi/IV/2016
16 06/73. Komite Skrining methicillin resistant staphyloco acus aureus 2016
ppi/IV/2016 (MRSA)
17 06/86. Komite Pencegahan dan pengendalian isk 2016
ppi/IV/2016
18 06/186. Komite Pembersihan laryngoskop 2016
ppi/IV/2016
19 06/73. Komite Alat sigle use yang di re use 2016
ppi/IV/2016
20 06/82. Komite Desinfeksi dan penyimpanan pispot 2016
ppi/IV/2016
21 06/89. Komite Pencegahan dan pengendalian sepsis 2016
ppi/IV/2016
22 06/80. Komite Etika batuk 2016
ppi/IV/2016
23 06/79. Komite Pencegahan dan pengendalian infeksi pada rekontruksi 2016
ppi/IV/2016 irenovasi bangunan rumah sakit
24 06/69. Komite Penempatan pasien dengan penyakit menular melalui 2016
ppi/IV/2016 transmisi droplet
25 06/91. Komite Praktek menyuntik aman 2016
ppi/IV/2016
26 06/187. Komite Skrining tuberculosis bagi petugas yang bertugas 2016
ppi/IV/2016 ditempat yang beresiko
27 06/188. Komite Penggunaan antibiotic rasional 2016
ppi/IV/2016
28 06/839. Komite Penempatan pasien menular melalui airborn apabila 2016
ppi/IV/2016 tidak ada ruangan isolasi bertekanan negative
29 06/838. Komite Penggunaan dan melepas alat pelindung diri 2016
ppi/IV/2016
30 06/015. Komite Pemulangan pasien obsgyn 2016
ppi/IV/2016
31 06/014. Komite Perawatan luka resiko sesaria 2016
ppi/IV/2016
32 06/100. Komite Penempatan ambang nilai kritis laboratorium 2016
ppi/IV/2016
33 06/113. Komite Pemilihan linen kotor 2016
ppi/IV/2016
34 259 Pencatatan dan pelaporan reaksi transfusi 1026
Spo Manakemen komunikasi dan edukasi (MKE)
No Nomor Dokumen Judul Tahun
1 01/422. MKE/III/2019 Pelaksanaan Edukasi kolaborasi pada pasien rawat 2019
inap
2 01/421. MKE/III/2019 Edukasi pasien dan keluarga dengan metode speak up 2019
3 01/423. MKE/III/2019 Persyaratan dan kompetensi pemberian informasi dan 2019
edukasi
4 01/411. MKE/III/2019 Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri 2019
5 01/416. MKE/III/2019 Edukasi tentang keamanan dan efektifitas penggunaan 2019
peralatan medis
6 01/415. MKE/III/2019 Edukasi pasien dan keluarga tentang penggunaan obat- 2019
obatan secara efektif dan aman
7 01/417. MKE/III/2019 Edukasi pasien dan keluarga tentang diet dan nutrisi 2019
yang memadai
8 01/420. MKE/III/2019 Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik rehabilitasi 2019
9 01/419. MKE/III/2019 Pemberian informasi dan edukasi secara kelompok 2019
dalam rumah sakit
10 01/422. MKE/III/2019 Pelaksanaan edukasi kolaborasi pada pasien rawat inap 2019
11 01/424. MKE/III/2019 Rujuk pasien ke sumber sumber tersedia dikomunitas 2019
12 01/412. MKE/III/2019 Pemberian informasi dan edukasi secara kelompok 2019
diluar rumah sakit
13 01/414.MKE/III/2019 Pembuatan leaf leat 2019
14 01/431.MKE/III/2019 Penyiapan materi/konten webside 2019
PKPO (panduan pemberian obat pada pasien)
No Nomor Dokumen Judul Tahun
1 03/366. PKPO/XII/2018 Dekonsiliasi obat 2018
2 03/371. PKPO/XII/2018 Teknik pemotongan obat kemasan strip untuk 2018
pelayanan
3 03/369. PKPO/XII/2018 Penyusunan formularium rumah sakit umum daerah 2018
Wonosari
4 04/216. PKPO/XII/2018 Pelaporan kesalahan obat (medication eror) 2018
5 04/218. PKPO/XII/2018 Floorstok (persediaan farmasi di unit) 2018
6 04/215. PKPO/XII/2018 Pengawasan obat baru terhadap kejadian yang tidak 2018
diharapkan
7 03/348. PKPO/XII/2018 Pemantauan efek pengobatan pasien 2018
8 03/342. PKPO/XII/2018 Pemesanan obat ruangan 2018
9 03/341. PKPO/XII/2018 Penarikan obat 2018
10 03/340. PKPO/XII/2018 Persiapan 2018
11 03/338. PKPO/XII/2018 Persiapan pengelolaan obat kit emergency 2018
12 03/334. PKPO/XII/2018 Alergi 2018
13 03/335. PKPO/XII/2018 Pelayanan informasi obat 2018
14 03/333. PKPO/XII/2018 Bila resep tidak terbaca 2018
15 03/352.MKE/III/2018 Jika obat tidak tersedia pemberitahuan kepada staff 2018
medis serta saran suptitusinya
16 03/350.MKE/III/2018 Duplikasi ruangan 2018
17 03/349.MKE/III/2018 Pelayanan penyaluran obat resep individu/individual 2018
prescribing
18 03/352.MKE/III/2018 Pelayanan obat pasien rawat inap 2018
19 03/354.MKE/III/2018 Pencatatan pengeluaran obat 2018
20 03/355.MKE/III/2018 Pencampuran obat suntik di ruangan 2018
21 03/360.MKE/III/2018 Penggunaan obat sendiri oleh pasien 2018
22 03/361.MKE/III/2018 Penyerahan obat 2018
23 03/362.MKE/III/2018 Penyertaan formulir pencatatan obat dalam rekam 2018
medic pasien saat pasien dipindahkan atau
dipulangkan
24 03/347.MKE/III/2018 Pemberian obat dengan 7 benar 2018
SPO MATERNAL PONEK
No Nomor Dokumen Judul Tahun
1 04/284.Ponek/XI/18 Pelakasaan pelayanan obstetric dan neo natal 2018
emergency komprehensif (ponek)
2 04/283.Ponek/XI/18 Alur pelayanan pbsteyti dan neonatal emergency 2018
komprehensif (ponek)
3 04/282.Ponek/XI/18 Pembagian tugas dokter obgyn 2018
4 04/281.Ponek/XI/18 Pelimpahan delegasian pengangan kasus maternal 2018
kepada dokter residen atau peserta didik dokter
spesialis obgyn
5 04/280.Ponek/XI/18 Prosedur memondokan pasien kebidanan dan 2018
kandungan
6 04/285.Ponek/XI/18 Pemondokan dan pemulangan pasien onkologi 2018
7 04/286.Ponek/XI/18 Penanggulangan persalinan resiko tinggi 2018
8 04/287.Ponek/XI/18 Pendampingan keluarga atau suami pada pasien dalam 2018
persalinan
9 04/288.Ponek/XI/18 Penanganan rawat inap preeklamsi berat dan eklamsi 2018
10 04/289.Ponek/XI/18 Menyiapkan pasien untuk tindakan operatif di ruang 2018
bedah dari IGD
11 04/290.Ponek/XI/18 Merujuk pasien rawat inap dan IGD 2018
12 04/291.Ponek/XI/18 Prosedur memondokan pasien operasi sc elektrik 2018
13 04/292.Ponek/XI/18 Pemasanagan alat kontrasepsi dalam Rahim 2018
14 04/293.Ponek/XI/18 Pemasangan implant 2018
15 04/294.Ponek/XI/18 Pelayanan antenatal 2018
16 04/295.Ponek/XI/18 Pemeriksaan kehamilan 2018
17 04/296.Ponek/XI/18 Perawatan ibu hamil dengan penyakit yang menyertai 2018
kehamilan
18 04/297.Ponek/XI/18 Penanganan rawat jalan preeklamsi ringan 2018
19 04/299.Ponek/XI/18 Perawatan ibu postpartum 2018
20 04/300.Ponek/XI/18 Mengatur posisi litotomi 2018
21 04/302.Ponek/XI/18 Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia 2018
(kurang dari 10gram)
22 04/303.Ponek/XI/18 Penatalaksanaan pada pasien pendarahan antepartum 2018
23 04/304.Ponek/XI/18 Penundaan kehamilan 2018
24 04/305.Ponek/XI/18 Pemeriksaan detak jantung bayi dengan stetoskop 2018
mono aural
25 04/306.Ponek/XI/18 Pemberian imunisasi teanus toksoid 2018
26 04/307.Ponek/XI/18 Persiapan tindakan section caesaria 2018
27 04/308.Ponek/XI/18 Perawatan ibu bersalin dengan hepatitis 2018
28 04/309.Ponek/XI/18 Perawatan luka dengan section caesaria 2018
29 04/310.Ponek/XI/18 Pemeriksaan ultrasonografi abdominal 2018
30 04/311.Ponek/XI/18 Pemeriksaan ginekologi 2018
32 04/312.Ponek/XI/18 PAPSMEAR 2018
33 04/313.Ponek/XI/18 Pemeriksaan Leopord 2018
34 04/314.Ponek/XI/18 Perawatan post natal 2018
35 04/315.Ponek/XI/18 Pemeriksaan kardiotokografi 2018
36 04/316.Ponek/XI/18 Pemeriksaan dalam 2018
37 04/317.Ponek/XI/18 Pengisian patograf 2018
38 04/318.Ponek/XI/18 Pemeriksaan dengan kertasp 2018
39 04/319.Ponek/XI/18 Perawatan luka perineum ( vulva hyegene) 2018
40 04/320.Ponek/XI/18 Seleksi dan keperawatan kehamilan resiko tinggi 2018
41 04/321.Ponek/XI/18 Induksi persalinan dengan folley cateter 2018
42 04/322.Ponek/XI/18 Dilaktasi servik sebelum curetase 2018
43 04/323.Ponek/XI/18 Pendampingan bayi baru lahir 2018
44 04/324.Ponek/XI/18 Manajemen partus lama 2018
45 04/325.Ponek/XI/18 Persalinan pada ibu dengan HIV dan HBsag positif 2018
46 04/326.Ponek/XI/18 Episiotomy 2018
47 04/327.Ponek/XI/18 Kompresi bimanual 2018
48 04/328.Ponek/XI/18 Senam nifas 2018
49 04/329.Ponek/XI/18 Embriotomy 2018
50 04/133.Ponek/XI/18 Resusitasi cairan 2018
51 04/134.Ponek/XI/18 Pemberian oksitosin untuk induksi dan stimulasi 2018
52 04/135.Ponek/XI/18 Ekstrasi bokong dan kaki 2018
53 04/136.Ponek/XI/18 Pencegahan kehamilan resiko tinggi 2018
54 04/137.Ponek/XI/18 Perawatan pasien pre eklamsi 2018
55 04/138.Ponek/XI/18 Pertolongan persalinan spontan 2018
56 04/139.Ponek/XI/18 Pertolongan pre term 2018
57 04/140.Ponek/XI/18 Pertolongan persalinan post term 2018
58 04/141.Ponek/XI/18 Pertolongan persalinan dengan plasenta previa 2018
59 04/142.Ponek/XI/18 Perawatan ibu bersalin dengan riwayat kebidanan 2018
yang jelek
60 04/143.Ponek/XI/18 Perawatan ibu bersalin dengan disproporsi kepala 2018
panggul (DKP)
61 04/144.Ponek/XI/18 Pertolongan ibu bersalin dengan solutio plasenta 2018
62 04/146.Ponek/XI/18 Penatalaksanaan kematian janin dalam kandungan 2018
63 04/147.Ponek/XI/18 Perawatan ibu bersalin dengan seksio caesaria 2018
64 04/148.Ponek/XI/18 Perawatan ibu bersalin dengan ketuban meconial 2018
65 04/150.Ponek/XI/18 Pertolongan persalinan dengan foital distress 2018
66 04/149.Ponek/XI/18 Perawatan partus premature iminens 2018
67 04/151.Ponek/XI/18 Ekstraksi vakum 2018
68 04/152.Ponek/XI/18 Pertolongan persalinan spontan pada gemelli 2018
69 04/153.Ponek/XI/18 Pertolongan persalinan secara bracht 2018
70 04/154.Ponek/XI/18 Distosia bahu 2018
71 04/155.Ponek/XI/18 Manual plasenta 2018
72 04/156.Ponek/XI/18 Histerektomi abdominal 2018
73 04/157.Ponek/XI/18 Evakuasi cafum uteri secara kuretase 2018
74 04/158.Ponek/XI/18 Biopsy servik 2018
75 04/159.Ponek/XI/18 Persiapan pasien pre operasi ginekologi 2018
/uroginekologi /onkologi
76 04/160.Ponek/XI/18 Kolforafi anterior 2018
77 04/161.Ponek/XI/18 Pemasangan tampon kondom 2018
78 04/162.Ponek/XI/18 Histerektomi vaginal 2018
79 04/163.Ponek/XI/18 Marsupialisasi kista bartholini 2018
80 04/164.Ponek/XI/18 Pemeriksaan hidrotubasi 2018
81 04/165.Ponek/XI/18 Seksio sesarea 2018
82 04/166.Ponek/XI/18 Tubektomi 2018
83 04/167.Ponek/XI/18 Penyuluhan ibu post partum 2018
84 04/168.Ponek/XI/18 Penjahitan jalan lahir 2018
85 04/169.Ponek/XI/18 Observasi pendarahan post partum 2018
86 04/170.Ponek/XI/18 Menerima bayi baru lahir 2018
87 04/171.Ponek/XI/18 Membantu ibu dengan putting datar/tenggelam 2018
88 04/172.Ponek/XI/18 Merawat tali pusat bayi 2018
89 04/173.Ponek/XI/18 Memberikan metode kangguru 2018
90 04/174.Ponek/XI/18 Membantu ibu dengan putting panjang dan besar 2018
91 04/175.Ponek/XI/18 Membantu ibu dengan putting lecet dan retak 2018
92 04/176.Ponek/XI/18 Memberi bantuan memelihara payudara 2018
93 04/177.Ponek/XI/18 Rawat gabung ibu dan bayi 2018
94 04/178.Ponek/XI/18 Pemberian asi eksklusif dan cara menyusui yang benar 2018
95 04/179.Ponek/XI/18 Cara mengeluarkan asi secara manual 2018
96 04/180.Ponek/XI/18 Penyimpanan asi 2018
97 04/181 .Ponek/XI/18 Penyajian asi setelah di simpan dalam lemari es 2018
/freezer
98 04/183.Ponek/XI/18 Cara menstimular reflex oksitosin 2018
99 04/184.Ponek/XI/18 Inisiasi menyusui pada gemelli 2018
10 04/185.Ponek/XI/18 Inisiasi menyusui dini post sc 2018
0
10 04/186.Ponek/XI/18 Membantu ibu dengan payudara bengkak 2018
1
10 04/187.Ponek/XI/18 Inisiasi menyusi dini 2018
2
10 04/182.Ponek/XI/18 Memandikan bayi 2018
3
10 03/228.Ponek/XI/18 Pelimpahan pedelegasian penanganan kasus maternal 2018
4 kepada bidan
10 03/229.Ponek/XI/18 Jika dpjp belum dapat di hubungi 2018
5
10 03/230.Ponek/XI/18 Mengukur respon time 2018
6
3) Analisa
Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Anggrek sudah
terdapat SPK dan SPO instruksi kerja yang telah dibuat oleh RSUD Wonosari
Gunung Kidul dalam melakukan sebuah tindakan asuhan keperawatan kepada
pasien. Sebagian besar perawat dalam bekerja sudah menggunakan instruksi
kerja tersebut dan ada beberapa SPO yang tidak dilaksanakan dengan baik,
seperti Komunikasi operan jaga (hand over) menggunakan SBAR.
Berdasarkan tabel 2.20 ruang rawat inap Anggrek memiliki SPO
merupakan perangkat instruksi atau langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, dimana SPO memberikan
langkah yang benar dan terbaik berdasarkan consensus bersama untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana
pelayanan kesehatan berdasarkan standard profesi.
Perbaruan SPO di RSUD Wonosari dilakukan 3 tahun sekali. Sebagian
SPO di Ruang Anggrek terdapat tahun pembuatannya adalah tahun 2016 dan
tahun 2018, Sebagai usulan sehingga diperlukan revisi SPO lagi.
C. Unsur Proses
1. Penerapan Proses Keperawatan
a. Kajian Teori
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik
individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik actual maupun potensial (Deswani, 2011).
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional merupakan
bagian integral yang dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.
UU RI No.38 tahun 2014 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang pasal 30
ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam menjelaskan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat
dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.
Berdasarkan ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan
standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan
dan mutu asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) terdiri sebagai berikut :
1) Standar Pengkajian Keperawatan
2) Standar Diagnosis Keperawatan
3) Standar Perencanaan Keperawatan
4) Standar Pelaksanaan Keperawatan
5) Standar Evaluasi
6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan
Mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan secara professional
apabila kriteria-kriteria tersebut dapat dipenuhi. Dengan memahami dan mematuhi
kriteria dalam Standar Asuhan Keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam
pemberian asuhan keperawatan, maka bukan hanya keprofesian dijaga dan
ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek-aspek keamanan dan kenyamanan pasien.
Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-waktu
dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEK kesehatan
khususnya keperawatan, serta sistem nilai masyarakat yang berlaku.
Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan sebagai berikut :
1) STANDAR I : Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menetukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a) Pengumpulan data :
Kriteria
(1) Menggunakan format yang ada
(2) Sistematis
(3) Diisi sesuai item yang tersedia
(4) Actual (baru)
(5) Abash (valid)
b) Pengelompokan Data :
Kriteria
(1) Data Biologis
(2) Data Psikologis
(3) Data Sosial
(4) Data Spiritual
c) Perumusan Masalah :
Kriteria
(1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
(2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
2) STANDAR II :
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria:
a) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien
b) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
c) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda/gejala (PES)
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
d) Bersifat actual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi
e) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar
akan terjadi
f) Dapat ditanggulangi oleh perawat
3) STANDAR III :
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan
komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a) Prioritas masalah :
Kriteria :
(1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priopritas
pertama
(2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua
(3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
b) Tujuan asuhan keperawatan :
Kriteria :
(1) Spesifik
(2) Bias diukur
(3) Bias dicapai
(4) Realistic
(5) Ada batas waktu
c) Rencana tindakan :
Kriteria :
(1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
(2) Melibatkan pasien/ keluarga
(3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/ keluarga
(4) Menentukan alternative tindakan yang tepat
(5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
(6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
(7) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.
4) STANDAR IV :
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya
Kriteria :
a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/ keluarga
d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e) Menggunakan sumber daya yang ada
f) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic
g) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien
h) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
i) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan
pasien
j) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
k) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis
yang telah ditentukan.
Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan
dasar yang meliputi :
a) Memenuhi kebutuhan oksigen
b) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Memenuhi kebutuhan eliminasi
d) Memenuhi kebutuhan keamanan
e) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
f) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h) Memenuhi kebutuhan spiritual
i) Memenuhi kebutuhan emosional
j) Memenuhi kebutuhan komunikasi
k) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi
l) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m) Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
5) STANDAR V :
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
(1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(2) Evaluasi hasil menggunakan indicator yang ada pada rumusan tujuan
(3) Hasil evaluasi segera dicatat dan komunikasikan
(4) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
(5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6) STANDAR VI :
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria :
(1) Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
(2) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
(3) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
(4) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang
baku
(5) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
(6) Setiap pencatatan harus mencantumkan intial/ paraf/ nama perawat yang
melaksanakn tindakan dan waktunya
(7) Menggunakan formulir yang baku
(8) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Standard penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah dengan menggunkan instrument A,B, dan C adalah :
(1) Kriteria baik : (76-100%)
(2) Kriteria Cukup : (56-75,99%)
(3) Kriteria Kurang : (45-55,99%)
(4) Tidak baik : (<45%)
b. Kajian data
Tabel 2.21
Hasil Evaluasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Instrumen Adi Ruang
Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 09 - 11Mei 2022 (n=5)
Kode Pasien
P1 P2 P3 P4 P5
No Aspek yang dinilai

A. PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
pedoman pengkajian
2 Data dikelompok (Bio-Psiko- Sosial - Spiritual)

3 Data dikaji lengkap dalam waktu 24 jam sejak


pasien masuk 17 16 17 18 19

4 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

5 Pengkajian yang dilakukan, disertai nama dan


tanda tangan perawat yang mengkaji.

Rata-rata: 17,4
Prosentase: 87%
B. DIAGNOSA
1 Diagnosa keperawatan ditulis sesuai prioritas
masalah pasien
2 Diagnosa keperawatan dirumuskan sesuai 12 12 12 12 12
dengan benar (PE/PES)

3 Merumuskan diagnosa keperawatan


aktual/resiko/potensial
Rata-rata : 12
Prosentase: 100%
C. PERENCANAAN
1 Rencana askep berdasarkan diagnosa
keperawatan
2 Rencana Askep disusun oleh perawat yang
bertanggung jawab
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
SMART 31 32 31 32 31

4 Rencana askep disusun menurut urutan prioritas

5 Rencana tindakan mencakup tindakan observasi


keperawatan

6 Rencana tindakan mencakup tindakan terapi


keperawatan

7 Rencana tindakan mencakup pendidikan


kesehatan.
8 Rencana tindakan mencakup tindakan kolaborasi

9 Rencana tindakan mencakup tindakan yang


menggambarkan keterlibatan klien/ keluarga
Rata-rata : 31,4
Prosentase: 87,2 %
D. TINDAKAN/IMPLEMENTASI
1 Tindakan observasi keperawatan yang dilakukan
didokumentasikan
2 Tindakan terapi keperawatan yang dilakukan 16 19 17 19 19
didokumentasikan.
3 Tindakan pendidikan kesehatan yang dilakukan
didokumentasikan
4 Tindakan kolaborasi yang dilakukan
didokumentasikan

Tindakan yang dilakukan dengan melibatkan


5 keluarga didokumentasikan
6 Respon klien terhadap tindakan keperawatan
didokumentasikan.
7. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan

Rata-rata : 18
Prosentase: 75 %
E. EVALUASI
1 Diagnosa dievaluasi setiap hari sesuai dengan
SOAP Diagnosa keperawatan ditulis sesuai 7 7 7 7 7
prioritas masalah pasien

2 Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi


terlihat dalam dokumentasi

Rata-rata : 7
Prosentase: 85,7%
F. DOKUMENTASI
1 Menulis pada format yang baku
2 Pencatan dilakukan sesuasi dengan tindakan
yang dilakukan 17 18 18 18 20
3 Pencatatan yang ditulis dengan jelas, ringkas,
istilah baku dan benar.

4 Setiap melakukan tindakan, perawat mencatatkan


paraf, saran, tanggal dan jam dilakukan

5 Berkas catatan perawatan disimpan sesuai


dengan aturan yang berlaku.

Rata-rata: 18,2
prosentase: 91%

Evaluasi pendokumentasian asuhatan keperawatan di ruang Anggrek


RSUD Wonosari untuk pengkajian didapatkan 87%, diagnose 83,3%,
perencanaan 87,2%, pelaksanaan sebanyak 75%, evaluasi 85,7% dan laporan
dokumentasi asuhan keperawatan 91%. Ini berarti pendokumentasian di ruang
Anggrek RSUD Wonosari dilakukan sudah baik tetapi perlu diperbaiki untuk
pendokumentasiannya itu seharusnya lebih teliti lagi pada saat pengisiannya.
Sehingga diharapkan setelah dilakukan penilaian tentang pendokumentasian
keperawatan bisa dipertahankan kesadaran perawat akan pentingnya
melakukan dokumentasi karena dokumentasi dapat dijadikan bukti tindakan
apa saja yang dilakukan oleh perawat.

2. Pelaksanaan Universal Precaution


a. Kajian Teori
Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit untuk menghindari
terjadinya infeksi selama pasien dirawat di Rumah Sakit. Pelaksanaan upaya
pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan universal, tindakan invasif,
tindakan non invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus, sterilisasi, dan desinfeksi.
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1985 untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang yang ditularkan melalui darah di lingkungan
Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah
bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang
dapat menularkan HIV, HBV, dan berbagai penyakit lainnya yang ditularkan melalui
darah.
b. Kajian Data
Tabel 2.22
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Universal Precautiondi Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Tanggal 09 - 11Mei (n=12)

No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan


Ya Tidak
1 Perawat cuci tangan Ketika akan kontak dengan pasien atau melakukan 0 12
Tindakan pada pasien
2 Perawat cuci tangan Ketika selesai kontak dengan pasien atau telah 12 0
selesai melakukan Tindakan terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan sabun/detergen/desinfektan 12 0
4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir (wastafel) 12 0
5 Perawat menggunakn sarung tagan Ketika melakukan kontak atau 12 0
Tindakan pada pasien
6 Perawat menggunakan masker Ketika melakukan Tindakan kepada 12
pasien
7 Perawat menggunakan alat alat steril untuk satu pasien 12 0
8 Perawat menggunakan alat disposibel hanya untuk sekali pakai 12 0
9 Setelah menggunakan alat alat non disposibel, perawat mencuci tangan 12 0
dengan larutan desinfektan
10 perawat mensterilkan alat alat steril di instalasi sterilisasi sentral 12 0
11 Perawat menyiapkan alat alat Kesehatan di tempat khusus 12 0
12 Perawat membuang benda benda tajam di tempat khusus 12 0
13 Perawat membuang sampah medis di tempat medis 12 0
14 Perawat membuang sampah non medis di tempat sampah non medis 12 0
156 12
Rata-rata 92,8% 7,2%

Universal precaution sudah dilaksanakan sesuai dengan standart akreditasi,


dengan presentasi nilai (92.8% ), sebagian besar perawat di ruang Anggrek
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dalam memberikan tindakan
kepada pasien. Tetapi ada juga perawat yang tidak mencuci tangan sebelum
melakukan kontak dengan pasien(7,2%), semua perawat sudah melakukan cuci
tangan.
3. Pelaksanaan cuci tangan yang benar
a. Kajian Teori
1) Pengertian
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara
membersihkan tangan dan jari-jari dengan menggunakan air atau cairan
lainnya. Mencuci tangan yang baik dan benar adalah dengan menggunakan
sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif (Ridha,2014)
2) Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk
menghindari masuknya kuman kedalam tubuh, dimana tindakan ini dilakukan
dengan tujuan:
a) Supaya tangan bersih
b) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
c) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
3) Langkah-langkah dalam mencuci tangan
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat
adalah:
a) Melepaskan cincin, jam tangan dan perhiasan lain
b) Tuangkan sabun antiseptik secukupnya
c) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan Tuangkan sabun antiseptik
secukupnya pada tangan yang telah dibasahi
d) Ratakan dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan.
e) Gosok punggung dan sela sela jari tangan kiri dengan tangan kanan, pada
kedua tangan.
f) Gosok kedua telapak dan sela sela jari kedua tangan.
g) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan Tuangkan sabun antiseptik
secukupnya pada tangan yang telah dibasahi Gosok punggung jari kedua
tangan dengan posisi tangan saling mengunci.
h) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
kedua tangan.
i) Gosokkan dengan memutar, ujung jari jari tangan kanan pada telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
j) Bersihkan dengan air mengalir sesuai dengan tahapan yang diatas.
k) Keringkan tangan tisue.
b. Kajian Data

Tabel 2.23
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Mencuci Tangan Dengan Benar di Ruang Anggrek RSUD
WonosariTanggal 09 - 11Mei 2022 (n:12)
Tindakan
No
Ya Tidak
1 Melepaskan jam tangan, perhiasan. 8 4
2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah dengan air 12 0
menggalir
3 Letakkan antiseptic/ sabun di telapak tangan dan gosok 12 0
kedua telapak tangan
4 Ratakan dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan 4 12 0
kali hitungan
5 Gosok kedua punggung tangan dan sela sela jari tangan kiri 12 0
dengan tangan kanan, pada kedua tangan.
6 Gosok kedua telapak dan sela sela jari kedua tangan 12 0
7 Gosok kedua kuku-kuku jari tangan bergantian dengan 12 0
posisi jari tangan saling mengunci
8 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan 12 0
dan lakukan kedua tangan.
9 Gosokkan dengan memutar, ujung jari jari tangan kanan 12 0
pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
10 Membilas tangan,pergelangan tangan di bawah air mengalir 12 0
11 Keringkan tangan dengan menggunakan tissue 12 0
12 Menggunakan tissue tersebut untuk menutup kran dan buang 0 12
ditempat sampah
Jumlh nilai x 100% 128 16
Persentase % 88% 12%
Sumber Observasi tanggal 09-11 Mei 2022
c. Analisa Data
Telah dilaksanakan evaluasi cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan selama 3 hari oleh seluruh perawat di Ruang Anggrek didapatkan hasil
88%. Dengan adanya evaluasi cuci tangan tersebut diharapkan menambah motivasi
meningkat kan pelaksanaan mengenai cuci tangan agar terhindar dari infeksi
nosokomial dan pencegahan penularan penyakit.
4. Pengelolaaan Sampah
a. Kajian Teori
Penanganan limbah medis padat
1) Pengertian
Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan pewadahan sampai
pengadaan ke TPS Incinerator. Limbah medis padat adalah limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekenan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2) Tujuan
Untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi dan Infeksi Nosokomial di lingkungan RS.
3) Kebijakan
a) Kepmenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
b) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah medis padat
yaitu : jarum suntik bekas, ampul, botol obat, plastik infus, perban, dan
lain-lain ke dalam kantong plastik kuning atau tempat peruntukan yang
disediakan.
c) Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil limbah medis
padat setiap jam 06.30 WIB dan 12.30 WIB kemudian melakukan proses
Desinfeksi dan memusnahkan di incenerator.
4) Prosedur
a) Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis padat kedalam
Container yang dilapisi plastik kuning sesuai peruntukkannya :
(1) BD Hub cutter : Tempat jarum suntik ( Needles )
(2) Container limbah medis benda tajam dilapisi plastik kuning: Syringe,
ampul, jarum tranfusi, obyek glass, pisau, jarum infus.
(3) Container limbah medis benda non tajam dilapisi plastik kuning :
jaringan tubuh, darah, perban, plester, selang infuse, masker, kassa,
kantong tranfusi, urine bag, handscoon, kateter, pembalut/pampers,
abocat.
(4) Container botol infus : botol infus dan botol kaca, fial obat.
b) Kantong plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis padat, diikat dan
diberi label asal ruangan oleh petugas ruangan.
c) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut limbah medis
padat dari ruangan penghasil limbah medis padat ke TPS incenerator
setiap jam 06.30 WIB dan 12.30 WIB
d) Limbah non medis Rumah sakit bekerjasama dengan DPU kabupaten
Gunung Kidul.
e) Container limbah medis padat di rungan pengahsil limbah medis padat
dibersihkan, dicuci oleh petugas Cleaning Service.
f) Proses penanganan limbah Botol Infus, Botol Kaca dan Fial Obat,
dikelola oleh pihak ketiga dari Rumah Sakit.
Tabel 2.24
Hasil Evaluasi Pengelolaan Sampahdi Ruang Anggrek RSUD WonosariTanggal 09 – 11
Mei 2022

Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
Ya % Tidak %
1 Perawat membuang jarum di safety
12 100 0 0
box
2 Perawat membuang limbah medis
benda tajam di tempat limbah medis 12 100 0 0
benda tajam
3 Perawat membuang limbah medis
benda non tajam di tempat limbah 12 100 0 0
medis benda non tajam
4 Perawat membuang vial obat dan
botol infus pada tempat sampah 12 100 0 0
medis

5. Safety box dibuang setelah terisi tiga 12 0 0 0


per empat
Jumlah 48 80 % 0 0
Rata-Rata dalam
Jumlh item / N pengamatan x
100% 100%
b. Analisa
Analisa Hasil observasi di Ruang Anggrek pada tanggal 09 - 11 Mei 2022
didapatkan perawat membuang dan memilahkan sampah medis maupun non medis
pada tempat yang seharusnya dan limbah medis benda non tajam di tempat limbah
medis benda non tajam sudah 100%,. Dari observasi beberapa hari dalam membuang
sampah perlu di pertahankan dalam pemilahan sampah sesuai dengan tempatnya.
5. Pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien
a. Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan. Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I (Kemenkes, 2017) dan JCI
Acreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut:
1) Ketepatan identifikasi pasien
Meliputi beberapa standar yaitu:
a) Pasien diidentifikasikan menggunakan dua identitas pasien yaitu nama
dan nomer RM
b) Pasien diidentifikasikan sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah
c) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain
untuk pemeriksaan klinis
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur
e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi
2) Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur yang mendukung praktek yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dari telepon
e) Formulir dan metode ditetapkan untuk mendukung proses terima pasien(
hand over)
f) Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi
waktu serah terima pasien( hand over)
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medications)
a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian obat dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai.
b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
c) Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja ditempat tersebut, bila diperkenankan
kebijakan
d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas disimpan dengan cara yang membatasi akses
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a) Rumah sakit menggunakan tanda yang segera dikenali untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan atau
pemberian tanda
b) Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain untuk melakukan
verifikasi pra operasi, tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat/benar, dan
fungsional
c) Tim operasi yang lengkap menetapkan dan mencatat atau
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi); sebelum
insisi/time out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi)
d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang
dilaksanakan diluar kamar operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a) Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru
ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO
Patient Safety)
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif
c) Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Pengurangan risiko pasien jatuh
a) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi rissiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasilan
pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak sengaja
Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari
cidera pasien akibat jatuh dirumah sakit
Tabel 2.25
Hasil Evaluasi Pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Ruang Ruang Anggrek
RSUD Wonosari Tanggal 09 - 11Mei 2022
Pelaksanaan
NO Komponen Yang Di Nilai
Ya Tidak
1 Ketepatan identifikasi pasien
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identifikasi V
yaitu nama dan nomor RM
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, V
atau produk darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan V
specimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan V
dan tindakan/prosedur
e. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek V
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan
lokasi
2 Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima V
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut V
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah atau hasil V
pemeriksaan tersebut
d. Kebijakan dan prosedur yang mendukuung praktek
yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap V
akurasi dari komunikasi lisan dari telepon
3 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High
Alert Medications)
a. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mengatur identifikasi, lokasi, pemberian obat, dab V
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai
b. Kebijakan dan prosedur diimplemengtasikan V
c. Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan
pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan
tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang V
tidak disengaja ditempat tersebut, bila diperkenankan
kebijakan
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan V
pasien diberi label yang jelas disimpan dengan cara
yang membatasi akses
4 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a. Rumah sakit menggunakan tanda yang segera
dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan V
melibatkan pasien dalam proses penandaan atau
pemberian tanda.
b. Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain V
untuk melakukan verifikasi pra operasi, tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia,tepat/benar, dan
fungsional V
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in
(sebelum induksi);”sebelum insisi/time out tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan V
kamar operasi)
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
mendukung keseragaman proses guna memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
5 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a. Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene V
terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah
diterima secara umum ( antara lain dari WHO Patient
Safety) V
b. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang
efektif V
c. Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk
mendukung pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
6 Pengurangan risiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko V
pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan V
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil assesmen dianggap V
berisiko
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang
keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh maupun V
dampak yang berkaitan secara tidak sengaja
d. Kebijakan dan atau prosedur mendukung
pengurangan berkelanjutan dari cidera pasien akibat
jatuh dirumah sakit
Jumlah 23 1
Nilai = jumlah nilai x 100% 95,8% 4,2%
Jumlah item/ N total
b. Analisa Data
Dari evaluasi yang dilakukan selama 3 hari dapat diketahui pelaksanan patient
safety di Ruang Anggrek RSUD Wonosari secara garis besar yang meliputi ketepatan
identifikasi, pastikan identifikasi pasien, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan
risiko pasien jatuh sudah baik dengan nilai prosentasi 95,8%. Tetapi masih ada 4,2%
dalam melaksanakan patien safety yang belum dilakukan menurut cekhlist patient
safety yang sudah tertera diatas.
1. Pelaksanaan Discharge Planing
a. Kajian Teori
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondisi atau penyakitnya pasien bedah (Rondhianto, 2008).
Rumah sakit menetapkan regulasi melaksanakan proses pemulangan pasien
(discharge) dari rumah sakit berdasar atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan
kesinambungan asuhan atau tindakan. Merujuk atau mengirim pasien ke praktisi
kesehatan di luar rumah sakit, unit pelayanan lain, rumah, atau keluarga didasarkan
atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan
asuhan. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan profesional pemberi
asuhan (PPA) lainnya yang bertanggung jawab atas asuhan pasien menentukan
kesiapan pasien keluar rumah sakit berdasar atas kebijakan, kriteria, dan indikasi
rujukan yang ditetapkan rumah sakit. Kebutuhan kesinambungan asuhan berarti
rujukan ke dokter spesialis, rehabilitasi fisik, atau bahkan kebutuhan upaya preventif
di rumah yang dikoordinasikan oleh keluarga pasien. Diperlukan proses yang
terorganisir dengan baik untuk memastikan bahwa kesinambungan asuhan dikelola
oleh praktisi kesehatan atau oleh sebuah organisasi di luar rumah sakit.
Pasien yang memerlukan perencanaan pemulangan pasien (dischargeplanning)
maka rumah sakit mulai merencanakan hal tersebut sedini - dininya yang sebaiknya
untuk menjaga kesinambungan asuhan dilakukan secara terintegrasi melibatkan
semua profesional pemberi asuhan (PPA) terkait/ relevan serta difasilitasi oleh
manajer pelayanan pasien (MPP). Keluarga dilibatkan dalam proses ini sesuai
dengan kebutuhan. Rumah sakit dapat menetapkan regulasi tentang kemungkinan
pasien diizinkan keluar rumah sakit dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan
penting.
Elemen dalam discharge planning antara lain:
1) Ada regulasi tentang pemulangan pasien disertai kriteria pemulangan pasien
dan pasien yang rencana pemulangannya kompleks (discharge planning)
untuk kesinambungan asuhan sesuai dengan kondisi kesehatan dan
kebutuhan pelayanan pasien.
2) Ada bukti pemulangan pasien sesuai dengan kriteria pemulangan pasien.
3) Ada regulasi yang menetapkan kriteria tentang pasien yang diizinkan untuk
keluar meninggalkan rumah sakit selama periode waktu tertentu.
4) Ada bukti pelaksanaan tentang pasien yang diizinkan untuk keluar
meninggalkan rumah sakit selama periode waktu tertentu.
Proses perencanaan pemulangan pasien (discharge planning) dilakukan secara
terintegrasi melibatkan semua profesional pemberi asuhan (PPA) terkait serta
difasilitasi oleh manajer pelayanan pasien (MPP) memuat bentuk bantuan pelayanan
yang dibutuhkan dan ketersediaan bantuan yang dimaksud. Ada bukti pemulangan
pasien yang rencana pemulangannya kompleks (discharge planning) dimulai sejak
awal pasien masuk rawat inap melibatkan semua PPA terkait serta difasilitasi oleh
MPP, untuk kesinambungan asuhan sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan
pelayanan pasien. Pada tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat
ditujukan kepada fasilitas kesehatan baik perorangan ataupun institusi yang berada di
komunitas dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan bantuan
pelayanan.
Fase pelaksanaan discharge planning
1) Pre interaksi
a) Mengumpulkan data tentang klien
b) Membuat rencana pertemuan dengan klien
2) Orientasi
a) Memberi salam dan tersenyum kepada klien
b) Memperkenalkan nama diri
c) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
d) Menanyakan perasaan klien
e) Menjelaskan kerahasiaan
f) Menjelaskan tugas perawat
g) Mejelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan
h) Menjelaskan tujuan kegiatan
i) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi
j) Menjelaskan peran perawat
3) Kerja
a) Menanyakan keluhan utama klien
b) Memberi kesempatan bertanya
c) Melakukan orientasi
d) Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi
4) Materi
a) Menjelaskan informasi mengenai penyakit
b) Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit
c) Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit
d) Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah
e) Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat
f) Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi
g) Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan
h) Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program
diet
i) Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat
j) Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara kontrol,
persiapan kontrol
5) Terminasi
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Memberikan pujian positif
c) Merencanakan tindak lanjut kepada klien
d) Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum
e) Melakukan kontrak selanjutnya
b. Kajian Data
Tabel 2.26
Hasil EvaluasiPelaksanaan Discharge Planing Perencanaan Pulang
di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 09 – 11 Mei 2022 (n:14)

No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien 14 0
2. Membuat rencana pertemuan dengan klien 14 0
B Orientasi
1 Member salam dan tersenyum kepada klien 14 0
2 Memperkenalkan nama diri 0 14
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 0 14
4 Menanyakan perasaan klien 14 0
5 Menjelaskan peran perawat 7 7
6 Menjelaskan tugas perawat 7 7
7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan 14 0
8 Menjelaskan tujuan kegiatan 14 0
9 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan 0 14
10 Menjelaskan kerahasiaan 0 14
C. Tahap kerja
1. Menanyakan keluhan utama klien 14 0
2. Memberikan kesempatan bertanya 14 0
3. Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 14 0
4. Melakukan orientasi 0 14
D. Tahap materi
1. Menjelaskan informasi mengenai penyakit 14 0
2. Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit 14 0
3. Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala
14 0
penyakit
4. Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di
14 0
rumah
5. Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat 14 0
6. Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan
14 0
penyakit dan infeksi
7. Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan
14 0
lanjutan
8. Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai
14 0
dengan program diet
9. Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat 14 0
10. Menjelaskan informasi mengenai control waktu,
14 0
tempat, cara control, persiapan control
E. Fase Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 14 0
2. Member pujian positif 14 0
3. Merencanakan tindak lanjut kepada pasien 14 0
4. Melakukan kontrak selanjutnya 14 0
5. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan
14 0
tersenyum
Jumlah 350 84
Total 80.6% 19.4%
Sumber Observasi tanggal 09 -11 mei 2022
c. Analisa Data
Dari observasi yang dilakukan selama 3 hari di ruang Anggrek didapatkan data
19,4% perawat yang belum melakukan discharge planning secara maksimal,
sedangkan perawat yang melakukan discharge planning secara maksimal sebesar
80,6%. Dari hasil didapatkan bahwa perawat dalam menyampaikan penyuluhan
sudah baik dan pasien mengerti apa saja yang akan dilakukan ketika ada di rumah
dan perawatan selanjutnya. Tetapi hendaknya perawat lebih meningkatkan kualitas
dalam pemberian discharge planning saat pasien pulang terutama dalam item
memperkenalkan diri, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menanyakan
perasaan klien, menjelaskan peran perawat, menjelaskan tugas perawat, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk orientasi, memulai dengan ajakan untuk
berkonsentrasi, menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan
infeksi, menyimpulkan hasil kegiatan, memberi pujian positif.
2. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
a. Kajian Teori
Orientasi pasien baru : Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat
dan klien / keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan
klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan (Ariyanti, 2015). Kontrak
ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien / keluarga
dapat terbina ( Trust ) Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam pertama )
dan kondisi klien sudah tenang.
2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada PA dapat memberikan
orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi
kembali oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang
bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan.
3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan dikamar klien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya
klien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang
ditempelkan dikamar klien.
4) Setelah orientasi , berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan
keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien.
5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus
menginformasi kan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan
mengidentifikasi kebutuhan klien.
6) Pada saat penggantian dinas ( dikamar klien ), ingatkan klien nama perawat
yang bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada
daftar nama tim.
b. Kajian Data
Tabel 2.27
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Tanggal 09 - 11Mei 2022 (n:15)
Observasi
No Variable yang diteliti Pre
Ya Tidak
A Pra Interaksi
1 Mengumpulkan data tentang pasien 15 0
2 Membuat rencana pertemuan dengan pasien 10 5
B Orientasi
1 Memberi salam dan tersenyum kepada pasien 15 0
2 Memperkenalkan diri 10 5
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 0 15
4 Menanyakan perasaan pasien 0 15
5 Menjelaskan peran perawat 15 0
6 Menjelaskan tugas perawat 15 0
7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang dilakukan 15 0
8 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan orienatasi 0 15
9 Menjelaskan kerahasiaan 15 0
C Kerja
1 Menanyakan keluhan pasien 15 0
2 Memberikan kesempatan untuk bertanya 15 0
3 Memualai dengan berkonsentrasi 15 0
4 Melakukan orientasi 15 0
D Materi
1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada di ruangan 15 0
2 Mengorientasikan tentang cara penggunaan fasilitas 15 0
3 Mengorientasikan tata tertib penggunaan fasilitas ruang tunggu 15 0
4 Mengorientasikan tempat-tempat penting, kamar mandi, ruang 15 0
tunggu, ruang konsultasi, ruang perawat, mushola dll
E Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan 0 15
2 Memberikan pujian positif 0 15
3 Merencanakan tindak lanjut pada pasien 15 0
4 Melakukan kontrak selanjutnya 15 0
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum 15 0
Jumlah 279 85
77,5% 23,5%

Sumber Observasi tanggal 09-11 Mei 2022


c. Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 09 – 11 Maret 2022, di
dapatkan data sebanyak 23,5 % perawat yang belum melakukan orientasi kepada
pasien baru dengan maksimal, sedangkan perawat yang melakukan orientasi kepada
pasien baru secara maksimal sebesar 77,5%. Dari hasil didapatkan bahwa perawat
dalam melakuakan orientasi kepada pasien baru dikategorikan baik.
3. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
a. Kajian Teori
1) Pengertian
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
melalui orang lain (Handoko, 2008). Standar manajemen pelayanan
keperawatan dan kebidanan adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan
melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

Keinginan Perencanaan
kebutuhan
Pengorganisasian

Pengarahan Tujuan

Pengkoordinasian

Informasi Pengawasan

Gambar 2.3
Bagan Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional


dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada pasien. Dengan alasan tersebut,
manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2018).
4. Unsur Proses Keperawatan
a) Kajian Teori
1) Perencanaan (Planning)
Pengertian perencanaan adalah aktivitas yang akan dijalankan di waktu
mendatang dalam peraihan tujuan yang mencakup berbagai unsur seperti
sejumlah aktivitas yang telah ditetapkan, metode dan output yang akan diraih
dan terkait periode pencapaian (Usman, 2011). Perencanaan adalah suatu
keputusan untuk masa yang akan datang. Artinya apa, siapa, kapan, dimana,
dan bagaimana, hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan. Perencanaan,
mencakup menetapkan filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan,
prosedur, dan peraturan; menyusun rencana strategis jangka pendek dan jangka
panjang, menetapkan rencana anggaran; dan mengatur perubahan rencana
(Sirait, 2012).
Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan keperawatan adalah untuk
meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan keperawatan, memberikan
asuhan secara langsung dan didokumentasikan, catatan dapat digunakan untuk
evaluasi, penelitian, dan aspek legal, sebagai dokumentasi bukti untuk asuransi,
membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff
serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi
dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Kerangka perencanaan terdiri dari:
a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
c) Tujuan, berisi tujuan yang ingin dicapai.
d) Obyektif, berisi langkah - langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
e) Prosedur, berisi pelaksanaan pelaksanaan.
f) Aturan, berisi langkah langkah antisipasi untuk hal - hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi:
a) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, managemen langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi
tidak pasti karena dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang ada
b) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan masalah).
c) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui
rencana ke ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai
jelas, tedapat pembatasan depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah). Waktu perencanaan berlangsung,
terdapat indikator pencapaian target, risiko dan ketidakpastian jelas.
d) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu
digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang
dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan
masa depan merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi
pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.
Perencanaan jika dilihat berdasarkan jangka waktu berlakunya
rencana, bisa di baca di bawah ini:
a) Rencana Jangka Panjang (long term planning) adalah perencanaan yang
berlaku antara 10 s/d 25 tahunan.
b) Rencana Jangka Menengah (medium range planning) adalah perencanaan
yang berlaku di antara 5 s/d 7 tahunan.
c) Rencana Jangka Pendek (short range planning) adalah perencanaan
umumnya berlakunya hanya untuk sekitar 1 tahun.
Perencanaan jika dilihat dari tingkatannya, bisa di baca di bawah ini:
a) Rencana Induk (masterplan) adalah sebuah perencanaan yang menitik
beratkan uraian-uraian korporasikebijakan sebuah organisasi. Rencana
tersebut memiliki tujuan-tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas.
b) Rencana Operasional (operational planning) adalah sebuah perencanaan
yang lebih menitik beratkan kepada pedoman ataupun petunjuk dalam
melaksanakan program-program.
c) Rencana Harian (day to day planning) adalah perencanaan harian yang
sifatnya rutin.
Perencanaan jika ditinjau berdasarkan dari ruang lingkupnya, bisa di
baca di bawah ini:
a) Rencana Strategis (strategic planning) adalah perencanaan yang
berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu
pelaksanaan yang lama. Model perencanaan ini sangat sulit untuk diubah.
b) Rencana Taktis (tatical planning) adalah rencana yang berisi uraian-
uraian yang sifatnya jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatannya,
asalkan tujuannya tak berubah.
c) Rencana menyeluruh (comprehensive planning) adalah rencana yang
memiliki uraian - uraian secara menyeluruh serta lengkap.
d) Rencana Terintegrasi (integrated planning) adalah rencana yang
memiliki uraian-uraian menyeluruh yang sifatnya terpadu.
2) Organizing
Organizing merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas
antara personalia, sehingga dengan demikian setiap orang dapat bekerja
bersama-sama dalam kondisi yang baik untuk mencapai tujuantujuan
organisasi (Wijaya, Rifa’I, 2016). Penataan hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan. Perorganisasian merupakan suatu aktivitas
pengorganisasian meliputi menyusun struktur rencana, menetapkan tipe/ model
asuhan keperawatan yang tepat, aktivitas kelompok untuk mencapai tujuan
unit. Fungsi lain melibatkan pekerjaan didalam struktur organisasi dan
memahami dan menggunakan kekuatan dan otoritas yang tepat (Sirati, 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
adalah (Nursalam, 2015).
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2 - 3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan logistic unit.
f) Mengantur dan mengendalikan situasi praktik.
g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada
ketua tim.
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus adsministrasi
klien.
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
j) Identifikasi masalah dan cara penangan.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) menurut Hoffart dan
Woods (1996) dalam Sirait (2012) merupakan suatu sistem yang meliputi
struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian Asuhan Keperawatan dan mengatur lingkungan untuk
menunjang Asuhan Keperawatan. Berdasarkan MPKP yang telah
dikembangkan diberbagai rumah sakit, Hoffart dan Woods (1996) dalam Sirait
(2012) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima komponen, yaitu:
a) Nilai Profesional
Nilai profesional merupakan inti dari MPKP yang meliputi: nilai
intelektual, komitmen moral, otonomi, kendali dan tanggung gugat.
b) Pendekatan Manajemen
Pendekatan manajemen digunakan untuk mengelola sumber daya yang
ada, meliputi: ketenagaan, alat, fasilitas serta menetapkan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK). Pada Model Praktik Keperawatan
Profesional ini pendekatan manajemen tampak pada peran perawat
primer (PP) sebagai pembuat keputusan untuk pasien sebagai manager
asuhan klinik. Kepala ruang berperan sebagai fasilitator atau mentor
(Sitorus & Panjaitan, 2011).
c) Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Care delivery system merupakan metode penugasan bagi tenaga perawat
yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien.
d) Hubungan professional
e) Perkembangan MPKP memungkinkan terjadinya hubungan profesional
diiantara perawat dan praktisi kesehatan lainnya. Hubungan dapat terjadi
melalui sistem pendokumentasian keperawatan, operan tugas jaga,
konferensi awal dan akhir, dan pembahasan kasus. Hubungan profesional
dengan praktisi kesehatan lain dikenal dengan kolaborasi.
f) Kompensasi dan Penghargaan
Kompensasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
motivasi pada MPKP karena pada masing-masing perawat mempunyai
peran dan tugas yang jelas sehingga dapat dibuat klasifikasi yang objektif
sebagai dasar pemberian kompensasi dan penghargaan.
Dalam sistem pemberian Asuhan Keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode Asuhan Keperawatan. Menurut Kron. T & Gray (1997)
dalam Hidayah (2014) ada 4 metode pemberian Asuhan Keperawatan
Profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a) Model Asuhan Keperawatan Profesional Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada (Nursalam, 2014).
Kelebihan:
(1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik;
(2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
(3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kelemahan:
(1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
(2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
(3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b) Model Asuhan Keperawatan Profesional Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan
khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif (intensive care).
(Nursalam, 2014).
Kelebihan:
(1) Perawat lebih memahami kasus per kasus.
(2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangan:
(1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
c) Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Potter, Patricia 1993)
dalam (Hidayah, 2014). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 - 3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada
pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit
gawat darurat (Nursalam, 2014).
Kelebihan:
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
(3) Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu - waktu sibuk.
d) Model Asuhan Keperawatan Profesional Primer
Gillies (1989) dalam Hidayah (2014) perawat yang menggunakan
metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan
disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan
primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta
dapat dipertanggungjawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 - 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan
akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan:
(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri;
(3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989) dalam (Nursalam, 2014).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif (Nursalam, 2014).
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu (Nursalam, 2014). Konsep
dasar metode primer: ada tanggung jawab dan tanggung gugat; ada
otonomi; ketertiban pasien dan keluarga.
Berdasarkan uraian diatas, Nursalam (2014) maka tugas dari kepala
ruang, perawat primer, perawat asosiasi berdasarkan pada sistem
pelayanan MPKP adalah sebagai berikut:
e) Peran Kepala Ruang/Bangsal Dalam Metode Primer
(1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;
(2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
(3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
(4) Evaluasi kerja;
(5) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
(6) Membuat 1 - 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.
f) Peran Perawat Primer Dalam Metode Primer
(1) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
(3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
(4) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain;
(5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
(6) Menerima dan menyesuaikan rencana;
(7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
(8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat;
(9) Membuat jadwal perjanjian klinis;
(10) Mengadakan kunjungan rumah. (Nursalam, 2014)
Tugas Tanggung Jawab Perawat Primer :
1) Melakukan kontrak klien dan keluarga pada awal masuk ruangan.
2) Melakukan pengkajian terhadap pasien baru.
3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis rencana
perawatan sesuai dengan hasil pengkajian.
4) Menjelaskan rencana perawatan yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya.
5) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali
giliran jaga (shift). Pembagian berdasarkan jumlah klien, tingkat
ketergantungan klien dan tempat tidur yang berdekatan.
6) Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan
keperawatan.
7) Memonitoring dokumentasi.
8) Memantau dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
9) Melakukan tindakan keperawatan yang tidak bisa dilakukan oleh PA.
10) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboraturium.
11) Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawab bersama
PA.
12) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila tidak
ada, visite didampingi oleh PA sesuai tim.
13) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari.
14) Melakukan pertemuan dengan klien/ keluarga minimal setiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan klien (tergantung kondisi klien).
15) Bila PP cuti, tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk dengan
bimbingan kepala ruang.
16) Pemberian pendidikan keperawatan kepada klien/ keluarga.
17) Membantu perencanaan pulang.
18) Bekerjasama dengan kepala ruang dalam mengidentifikasi isu yang
memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence-based practice (EBP).
(Sirait, 2012)
Wewenang Perawat Primer :
1) Mengatur dan membimbing PA, siswa/ mahasiswa dalam tim keperawatan
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Melakukan kolaborasi dengaan tim kesehatan.
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab
ruang.
5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan prima.
6) Mendelegasikan tugas pada PA.
Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan
keperawtan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :
1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN
yang ada dalam satu grup.
2) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien.
3) Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga.
4) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap awal tugas.
5) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawab dan ada bukti direkam keperawatan.
6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti direkam keperawatan.
7) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/ keluarga kepada PP.
8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan.
9) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya.
10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
12) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas
dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya kepada PP.
13) Bila tidak ada PP wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang akan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru.
14) Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada sore malam libur.
15) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah
pasien pada sore malam libur.
16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu
sekali.
17) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan diruangan.
18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN.
19) Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik keperawatan.
Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Asosiasi :
1) Membaca rencana perawtaan yang telah ditetapkan PP.
2) Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga.
3) Menerima klien baru dan orientasi klien/keluarga jika PP tidak ditempat.
4) Melakukan tindakan keperawatan terhadap klien berdasarkan rencana
perawatan.
5) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan pada tempat yang tersedia.
6) Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat.
7) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
8) Membuat laporan pergantian dinas dan diparaf.
9) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan.
10) Menyiapkan klien untuk memeriksa diagnostik, laboratorium, pengobatan dan
tindakan.
11) Berperan serta memberikan pendidikan kesehatan.
12) Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya.
13) Membantu tim lain yang membutuhkan.
14) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.(Sirait, 2012)
Wewenang Perawat Asosiasi :
1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
tugas.
3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan
bagi pasien baru pada saat PP tidak bertugas.
4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.
5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan PP.
Nuryandari (2007) dalam Sirati (2012) menetapkan uraian tugas yang berkaitan
dengan hubungan profesional, yaitu:
1) Hubungan profesional/kemitraan antara staf keperawatan dengan dokter/tim
kesehatan lain agar terjalin dengan baik.
a) PP/PA melakukan visite bersama dengan dokter/tim kesehatan lain yang
merawat.
b) PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain minimal 1
kali/minggu.
c) Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain
tercermin dalam dokumentasi rekam medik.
d) PP/PA segan memberikan data pasien yang akurat dengan tepat dan cepat
kepada dokter dan tim kesehatan lain bila dibutuhkan.
e) PP/PA menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan profesional
dalam rangka pelaksanaan kolaborasi.
f) Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai
sarana hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi.
g) Dokter/tim kesehatan lain mengetahui setiap pasien siapa PP nya.
h) PP memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga dengan
dokter/tim.
2) Hubungan Profesional antar staf keperawatan yang dapat menjamin asuhan
keperawatan yang berkesinambungan
a) Penyelia keperawatan mengadakan pertemuan rutin dengan kepala ruang
minimal 1 kali/minggu.
b) Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf
keperawatan minimal 1 kali/minggu.
c) Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin 1 kali seminggu dengan PP.
d) Kepala ruang mengadakan meeting morning setiap awal tugas.
e) PP mengadakan pre dan post conference pada setiap awal dan akhir tugas
jaga pagi.
f) PP menerima serah terima tugas jaga dari PA yang tugas jaga
sebelumnya.
g) PP mendampingi serah terima tugas jaga antar PA pada tugas jaga
berikutnya.
h) PP melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dalam
pengkajian, menetapkan diagnosis dan penyusunan rencana perawatan.
i) PA melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi.
j) PP membuat laporan kepada CCM atau kepala ruang setiap akhir tugas
tentang keadaan pasien dan permasalahan yang ada.
k) PP melakukan motivasi/bimbingan/pujian dan diskusi kasus dengan PA
setiap hari.
l) PA menggantikan tugas PP bila PP tidak ada.
m) Penanggung jawab shift akan menggantikan tugas PP pada
sore/malam/hari libur.
3) Hubungan profesional antara staf keperawtan dengan pasien/keluarga
a) Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada diruangan
setiap awal tugas/pagi hari.
b) PP dan PA mensupervisi seluruh pasien yang menjadi tanggung
jawabnya segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.
c) PP menginformasikan setiap peraturan dan tata tertib RS yang berlaku
kepada pasien/keluarga baru.
d) PP memperkenalkan semua perawat yang ada dalam satu tim yang akan
merawat selama pasien dirawat.
e) PP/PA melakukan visite/monitoring pasien untuk mengetahui
perkembangan/kondisi pasien.
f) PP memberikan penjelasan setiap rencana tindakan/program pengobatan
yang akan dilakukan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya.
g) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PP/PA memberikan
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien/keperawatan.
h) Kesediaan PP/PA menerima konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan
berusaha untuk mengatasinya.
i) Pasien/keluarga mengetahui siapa PP/perawat yang bertanggung jawab
selama ia dirawat dan ditulis pada setiap papan nama pasien.
j) PP/PA memberitahu/mempersiapkan pasien yang akan pulang.
Tata Cara Serah Terima Jaga (Operan) :
Persiapan :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sift/ operan.
2) Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3) PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima
pendelagasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang
terima:
a) aspek umum yang meliputi: M1 s/d M5
b) jumlah pasien
c) identitas pasien dan diagnosis medis
d) data (keluhan/subjektif dan objektif)
e) masalah keperawatan yang masih muncul
f) intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum)
g) intervensi kolaboratif dan dependen
h) rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang, dan program lainnya)
Pelaksanaan :
1) Nurse Station
a) Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga).
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
d) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).
e) Perawat jaga sif selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal - hal yang telah
ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal - hal
yang kurang jelas.
2) Di Bed Pasien
a) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
b) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap
masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan, serta hal - hal penting lainnya selama
masa perawatan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
Post Timbang Terima :
1) Diskusi.
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala Ruang.
3) Ditutup oleh KARU.
Tata cara Meeting Morning :
1) KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning.
2) KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah
disiapkan sebelumnya.
3) KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staf.
4) Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan permasalahan
yang muncul di ruangan.
5) Bersama - sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat
ditempuh.
6) KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf.
7) Meeting morning diikuti oleh seluruh staf.
Tugas PP dalam Pre Conference:
1) Menyiapkan ruang/ tempat.
2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
tanggungjawabnya.
3) Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conferance.
4) Memandu pelaksanaan pre conference.
5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung jawab.
6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang dimiliki
dengan memperhatikan keseimbangan kerja.
7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/
tindakan.
8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang didiskusikan.
9) Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
10) Memberikan reinforcement positif pada PA.
11) Menyimpulkan hasil pre conference.
Tugas PP pada post conference :
1) Menyiapkan ruangan.
2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
3) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference.
4) Menerima penjelasan dari Ka tentang hasil tindakan atau hasil
keperawatan yang telah dilakukan.
5) Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan
askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah.
6) Memberikan reinforcement positif kepada Ka Ru.
7) Menyimpulkan hasil post conference.
8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga
shift jaga.
Tabel 2. 28
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang di Ruang Angrek RSUD Wonosari
Tanggal 09 - 11Mei 2022
No Uraian Tugas Observasi
K T
D D
K
SLL (3) SR (2)
( (
1 0
) )

1. Apakah kepala ruang melakukan



meeting morning secara rutin?

2. Apakah kepala ruang membagi tugas,



kepada PP dan PA setiap hari?

3. Apabila ada permasalahan diruang,


apakah kepala ruang dapat

menyelesaikan dengan baik bersama,
dengan perawat ruangan?

4. Apakah kepala ruang memberikan


motivasi kerja kepada staf √
keperawatan

5. Apakah kepala ruang melakukan



supervisi keperawatan secara rutin?

6. Apakah kepala ruang mengevaluasi



tugas-tugas PP/PA secara rutin?.

7. Apakah kepala ruang dalam membuat


jadwal dinas disesuaikan dengan:

a.Harian √
b.Bulanan

c.Jenis Kelamin

8. Apakah kepala ruangmengadakan



rapat ruang secara rutin

9. Setiap ada kasus keperawatan yang


menarik apakah kepala ruang √
mengadakan pembahasan kasus?

10. Apakah kepala ruang membuat


perencanaan untuk pengembangan √
SDM?

11. Apakah kepala ruang membuat


rencana kerja :

a.Harian √
b. Mingguan

c. Bulanan
12 Apakah kepala ruang mengikuti
operan tugas perawat dari jaga malam √
secara rutin

13 Apakah kepala ruang melakukan


pengawasan kedisiplinan tugas staf

melalui daftar hadir yang ada di
ruangan ?

14 Apakah kepala ruang menguasai



permasalahan yang ada di ruangan ?

15. Apakah kepala ruang bisa sebagai



konsultan?

16. Apakah kepala ruang bisa berperan



sebagai role model ?

Jumlah 3 12 1 0

Presentase 18,75% 75% 6.25% 0


Sumber: Observasi Ruang Anggrek RSUD Wonosari 2022

B. Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 09 – 11 Mei 2022, di
dapatkan data sebanyak 75% bahwa kepala ruang di ruang Anggrek sering
melakukan tugasnya dengan kategori baik sesuai dengan ceklis penilaian, 18,75%
selalu melakukan, dan 6,25% kadang kadang dalam elakukan tugasnya.
11. Pelaksanaan Tugas KaShif (PP)
a. Kajian Teori
Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di
ruang rawat dan bertanggung jawab langsung kepada karu.
b. Kajian Data
Tabel 2.29
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Katim di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari.Tanggal 09 – 11 Mei 2022.
Observasi
No Uraian Tugas SLL K TP
(2) (1) (0)
1 Apakah PP melakukan operan tugas jaga malam
bersama dengan PA

2 Apakah PN melakukan konfirmasi atau supervisi
tentang kondisi pasien segera setelah operan √
tugas jaga setiap pasien
3 Apakah PP mengajak PA untuk melakukan doa
bersama pada waktu mengawali dan mengakiri √
tugas
4 Apakah PP melakukan prekonfren dengan semua
Pa yang ada dalam grupnya setiap awal dinas √
pagi
5 Apakah PP membagi tugas atau pasien kepada
PA sesuai kemampuan dan beban kerja √

6 apakah PP melakukan pengkajian menetapkan


masalah apa diagnose dan perencanaan
keperawatan kepada semua pasien yang menjadi √
tanggung jawab dan pendokunentasikan kedalam
RM pasien.
7 Apakah PP memonitor tugas PA √
8 Apakah PP membantu tugas PA untuk kelancaran
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien

9 Apakah PP telah melakukan koreksi,merevisi dan
melengkapi catatan asuhan keperawatan yang

dilakukan PA yang ada dibawah tanggung
jawabnya.
10 Apakah PP melakukan evalusi hasil keperawatan
setiapsesuai tujuan yang ada dalam perencanaan √
asuhan keperawatan dan ada bukti dalak RM
11 Apakah PP melakukan post konfrent pada akhir
dinas

12 Apakah PP mendampingi PA dalam operan tugas
jaga

13 Apakah PP menggantikan tugas kepala runag,
bila kepala ruang tidak ada

14 Apakah PP mendelegasikan tugas PA pada dinas
siang atau malam atau hari libur. √
15 Apakah PP memberikan bimbingan praktek
keperawatan kepada mahasiswa yang ada dalam √
grupnya.
16 Apakah PP menerima konsultasi atau keluhan
pasien dan berusaha mengatasinya

17 Apakah PP bisa sebagai rol model √
Jumlah 14 3
Presentase 82% 23.6%
Sumber: Data Primer Ruang Anggrek RSUD Wonosari. 2022

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Anggrek RSUD Wonosari tanggal 09 - 11
Mei 2022, didapatkan data bahwa koordinator shift baik dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawabnya, dengan presentasi hasil 82%, tetapi masih 18%
perawat belum melakukan tugas sesuai dengan ceklis penilaian. Hal ini disebabkan
karena ruangan menerapkan MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
sehingga tugas koordinator shift yang hampir sama dengan KATIM bisa dilakukan
secara maksimal.
12. Pelaksanaan Tugas Perawat Associate
a. Kajian Teori
Perawat associate adalah seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Berikut uraian tugas AN:
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggungjawab.
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual dari klien.
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan atau diagnosis.
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya.
6) Memberikan pertolongan segara pada klien gawat atau sakaratul maut.
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif.
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan menurut fungsinya
supaya siap pakai.
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, dan kenyamanan dan
keindahan ruangan.
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas.
11) Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS).
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan.
13) Membuat laporan harian klien.
b. Kajian Data
Tabel 2.30
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Associate di ruang Anggrek RSUD
Wonosari Tanggal 9 - 11Mei 2022
Observasi
No Uraian Tugas Sll K TP
(3) (2) (1)
1 Apakah PA melaksanakan operan tugas
setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada √
PA yang ada dalam satu grup
2 Apakah PA Melakukan konfirmasi atau
supervisi tentang kondisi pasien segera √
setelah selesai operan setiap Pasien
3 Apakah PAMelakukan do’a bersama setiap
awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah √
selesai serah terima operan tugas jaga
4 Apakah PA Mengikuti pre conference yang
dilakukan PP setiap awal tugas √
5 Apakah PA Melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi

tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Apakah PA Melakukan monitoring respon
pasien dan ada bukti di rekam keperawatan

7 Apakah PA Melakukan konsultasi tentang
masalah pasien/keluarga kepada PP

8 Apakah PA Membimbing dan melakukan
pendidikan kesehatan kepada pasien yang

menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
9 Apakah PA Menerima keluhan
pasien/keluarga dan berusaha untuk √
mengatasinya
10 Apakah PA Melengkapi catatan asuhan
keperawatan pada semua pasien yang √
menjadi tanggung jawabnya
11 Apakah PA Melakukan evaluasi asuhan
keperawatan pada semua pasien yang √
menjadi tanggung jawabnya
12 Apakah PA Mengikuti post conferance yang
diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas
dan melaporkan kondisi dan perkembangan √
semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PP
13 Apakah PA Melaksanakan pendelegasian
tugas PN pada sore malam libur

14 Apakah PA Berkoordinasi dengan
PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada √
masalah pasien pada sore malam libur
15 Apakah PA Mengikuti diskusi kasus dengan
dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu √
sekali
16 Apakah PA Mengikuti diskusi kasus dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan √
17 Apakah PA Melaksanakan tugas lain sesuai

uraian tugasPA
18 Apakah PA membantu melakukan
bimbingan PKK kepada peserta didik √
keperawatan.
Jumlah 16 2
Presentase 88.9% 11.1%

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Anggrek RSUD Wonosari. Tanggal 29 – 31
Mei 2022, didapatkan data bahwa coordinator shift dalam kategori baik dalam
melaksanakan tugas dengan hasil presentasi 88.9% yang berarti perawat associate
selalu melaksanakan tugas dengan sesuai tanggung jawabnya. Tetapi ada 11.1%
perawat masih kadang kadang melakukan tugasnya.
13. Pelaksanaan Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
a. Kajian Teori
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama
dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus membina hubungan baik
dengan sesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus mmpunyai rasa saling menghargai dan
saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi saling curiga dan benci. Dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi antar tenaga kesehatan
terutama sesama perawat sangatlah penting.
Dalam membina hubungan antar sesama perawat yang ada baik dengan lulusan
sarjana keperawatan maupun ahli madya keperawatan diperlukan adanya sikap saling
menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapat mengadakan
pendekatan yang baik dengan kepala ruangan dan juga para perawat lainnya.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan
akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural, dan hubungan intrapersonal (Kuncoro, 2015).
b. Kajian Data
Tabel 2.31
Hasil Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari Tanggal 09–11 Mei 2022

Observasi
No Observasi SL K TP
(2) (1) (0)
1 Penanggung Jawab Pelayanan mengadakan V
pertemuan rutin Karu minimal 1x/minggu
2 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan V
seluruh staf kep minimal sebulan sekali
3 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan V
PP minimal 1x/minggu
4 PP mengadakan pre dan post conference pada setiap V
awal dan akhir jaga pagi
5 PP menerima serah terima dari PA yang tugas jaga V
sebelumnya
6 PP mendampingi serah terima tugas jaga antara PA V
pada tugas jaga berikutnya.
7 PA melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga V
sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.
8 PP melakukan dokumentasi askep terutama dalam V
pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan
rencana keperawatan.
9 PA melakukan dokumentasi askep terutama dalam V
hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
10 PP membuat laporan tugas pada Kepala Ruang setiap V
akhir tugas terutama keadaan umum pasien dan
permasalahan yang ada.
11 PP melakukan motivasi/ bimbingan/ reinforcement V
dengan PA setiap hari
12 PA menggantikan tugas PP bila PP tidak ada V
13 Apakah PA menggantikan tugas kepala ruang atau V
Penanggung jawab ruang pada tugas siang,malam
atau hari libur.
18 4
Jumlah
Total Presentase 84,6%

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Anggrek RSUD Wonosari, tanggal 09 – 11 Mei
2022 didapatkan data sebanyak 84,6% antar staf keperawatan dalam kategori baik
dalam melaksanakan hubungan profesional di Ruangan, tetapi masih ada beberapa
point dalam ceklis masih dilakukan kadang kadang.
14. Evaluasi Pelaksanaan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan
Dokter/Tim Kesehatan
a. Kajian Teori
Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua
profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang personal
dan lain-lain. Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini sama-
sama berfokus pada manusia, mempunyai beberapa perbedaan. Kedokteran lebih
bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan
pembuat keputusan (judgment). Sedangkan keperawatan lebih bersifat
mothernalistik, yang mencerminkan figur seorang ibu (mother insthing) dalam
memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan bantuan (helping relationship)
(Kuncoro, 2010).
b. Kajian Data
Tabel 2.32
Hasil Observasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan Dokter/Tim
Kesehatan di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 09 –11 Mei 2022

Observasi
No Variabel Yang Dinilai S K TP
c.
(2) (1) (0)
1 Apakah PP atau PA melakukan visite bersama dengan V
dokter/tim kesehatan lain yang merawat
2 Apakah PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim V
kesehatan minimal 1x/minggu.
3 Apakah Hubungan profesional/kemitraan dengan V
dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam
medik.
4 Apakah PP atau PA dapat segera memberikan data pasien V
yang akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim
kesehatan lain bila dibutuhkan.
5 Apakah PP /PA menggunakan rekam medik sebagai sarana V
hubungan professional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi.
6 Apakah Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam V
keperawatan sebagai sarana hubungan professional dalam
rangka program kolaborasi.
7 Apakah Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui setiap V
pasien siapa PP nya.
8 Apakah PP memfasilitasi pelaksanaan konsultasi V
pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain.
Jumlah 16
100%
Analisa Data
Hasil observasi di ruang Anggrek RSUD Wonosari, tanggal 9 –11 Mei 2022
didapatkan hasil pelaksanaan profesional antara staf keperawatan dengan dokter / tim
kesehatan dengan jumlah presentase yang berarti sangat baik dalam melaksanakan
hubungan profesionalnya.
15. Evaluasi Pelaksanaan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan
Pasien/Keluarga

a. Kajian Teori
Videbeck (2008) menyebutkan komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi
interpersonal antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat
berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi
yang efektif. Dalam menjalankan tugasnya perawat perlu memiliki keterampilan
khusus dalam melakukan komunikasi terapeutik agar tujuan yang diharapkan dapat
dicapai dengan optimal. Keberhasilan komunikasi terapeutik antara perawat dan
keluarga sangat menentukan hasil tindakan yang diharapkan. Kepuasan keluarga
terdiri dari beberapa aspek. Kinerja dan komunikasi merupakan aspek yang paling
berkaitan erat dengan perawat karena memiliki intensitas interaksi paling tinggi
dibandingkan petugas kesehatan lain. Kedua aspek tersebut seharusnya menjadi
fokus perhatian perawat ketika menolong pasien. kenyataan dilapangan menunjukkan
bahwa banyak perawat yang belum menunjukkan sikap-sikap tersebut. Perawat
bukan hadir untuk melayani, namun terkesan menyelesaikan tugas saja (Simamora,
2012). Perawat perlu memiliki keterampilan khusus untuk menambah nilai plus pada
dirinya. Salah satunya adalah dengan menguasai komunikasi terapeutik. Damaiyanti
(2010).
b. Kajian Data

Table 2.33
Hasil Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan pasien/keluarga
di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 09 – 11Mei 2022
Observasi
Tid
Ka
Sel ak
No Variabel yang Dinilai da
alu Per
ng
(2) nah
(1)
(0)
1 Apakah Kepala ruang melakukan supervisi V
seluruh pasien yang ada di ruangan setiap awal
tugas
2 Apakah PP dan PA mensupervisi seluruh pasien V
yang menjadi tanggung jawabnya segera setelah
menerima operan tugas setiap pasien.
3 Apakah PP menginformasikan peraturan dan V
tata tertib RS yang berlaku kepada setiap pasien
atau keluarga baru`
4 Apakah PP memperkenalkan perawat dalam V
satu grup yang akan merawat selama pasien
dirawat di RS
5 Apakah PP atau PA melakukan visit atau V
monitoring pasien untuk mengetahui
perkembangan atau kondisi Pasien
6 Apakah PP memberikan penjelasan setiap V
rencana tindakan atau program pengobatan
sesuai wewenang dan tanggung jawabnya.
7 Apakah Setiap akan melakukan tindakan V
keperawatan PP atau PA memberikan
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga
8 Apakah Kesediaan PP atau PA untuk menerima V
konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan
berupaya mengatasinya.
9 Apakah Pasien atau keluarga mengetahui siapa V
PP atau perawat yang bertanggung jawab
selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama
pasien.
10 Apakah PP atau PA memberitahukan dan V
mempersiapkan pasien yang akan pulang.
Jumlah 7 3
70% 30%

c. Analisa Data
Hasil observasi di ruang Anggrek RSUD Wonosari, tanggal 09 – 11 Mei 2022
didapatkan hasil pelaksanaan profesional antara staf keperawatan dengan Pasien/
Keluarga didapatkan hasil presentase 70% yang berarti cukup dalam melaksanakan
hubungan profesionalnya, tetapi masih ada beberapa ceklis yang belum dilaksanakan
oleh perawat kepasien.
16. Evaluasi Pelaksanaan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan Peserta
Didik

a. Kajian Teori
Proses pembelajaran dengan menggunakan simulasi sangat efektif dan
tergantung pada interaksi pengajar dan peserta didik,peran masing-masing selama
simulasi dilaksanakan dan tujuan atau harapan yang di capai (Silvia et al, 2018). The
Nursing Education Simulation Frame Work (NESF) digunakan untuk memandu
proses dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi simulasi dalam
keperawatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengajaran dan pembelajaran
praktik dengan simulasi yang berkontribusi terhadap hasil positif, peran guru dalam
simulasi, dan proses belajar mengajar (Lubbers & Rossman, 2017).
Lima komponen utama yang disajikan dalam kerangka kerja ini (Rauen, 2004)
adalah practices in education, student factors, teacher factors, simulation design
characteristics, and outcomes yaitu ;
1) Teacher Factors Pengajar memainkan peran penting dalam keberhasilan
simulasi sebagai pengalaman belajar alternatif. Selama latihan simulasi,
pengajar bertindak sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar,
pengaturan peserta didik tidak seperti kelas tradisional, di mana pengajar
adalah pembicara utama. Peran pengajar bervariasi tergantung pada
apakah simulasi dilakukan untuk tujuan pembelajaran atau evaluasi.
Pengajar harus siap dan merasa nyaman dengan kegiatan simulasi yang
dilakukan peserta didik. Pengajar memungkinkan butuh bantuan dalam
desain simulasi seperti apa, kemudian menyiapkan peralatan dan
menggunakan teknologi yang ada.
2) Student Factors Kegiatan simulasi, peserta didik harus diarahkan dan
termotivasi pada seluruh pengalaman pembelajaran. Di dalam simulasi,
yang dilakukan peserta didik dapat terlibat dalam memainkan peran.
Misalnya, salah satu peserta didik dapat memainkan perawat dan pasien
lain. Peserta didik lain dapat bertindak sebagai pengamat atau aktif
berpartisipasi dalam kegiatan lain seperti rekaman video. Berikutnya, para
peserta didik dapat memutar melalui peran untuk belajar pengalaman yang
berbeda.
3) Education Practice
a) Active Learning Peserta didik diharapkan untuk belajar lebih banyak
melalui kegiatan yang perlu mendapat tanggapan langsung. Misalnya,
kasus di mana pasien di intubasi yang dikembangkan dalam kondisi
gelisah dan batuk akan mempengaruhi status oksigenasinya, peserta
didik diminta untuk melakukan intervensi yang terbaik dan tepat dalam
kasus seperti ini.
b) Feedback Simulasi menawarkan peserta didik untuk berkesempatan
belajar dalam praktek keperawatan dengan umpan balik langsung
mengenai kinerja mereka, pengetahuan, dan pengambilan keputusan,
dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan.
c) Student-Faculty Interavtion Peserta didik dan pengajar mendiskusikan
isi materi dan proses belajar yang akan dilakukan. Salah satu tujuan
simulasi adalah untuk memfasilitasi diskusi antara penagajar dan peserta
didik yang membantu mempromosikan pencapaian tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
d) Collaborative Learning Peserta didik bekerja sama sebagai sebuah tim
dalam pembelajaran kolaboratif untuk memecahkan masalah dan
berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan simulasi dapat mempromosikan pembelajaran kolaboratif
dalam upaya agar antara peserta didik , instruktur, dan praktisi
kesehatan lainnya dapat meniru situasi kehidupan nyata.
e) High Expectation Peserta didik dan pengajar harus memiliki harapan
yang tinggi untuk proses simulasi yang dilakukan sehingga akan
mencerminkan pada hasil akhir yang positif dan dapat dipertanggung
jawabkan.
f) Diserve Learning Meningkatnya keragaman peserta didik dapat
mengembangkan strategi pembelajaran , kurikulum, dan pengembangan
program yang akan dilakukan. g) Time on Task Sesi ini memberikan
sangat penting karena peserta didik diberi waktu pada awal sesi untuk
melakukan simulasi yang akan memungkinkan mereka focus pada
tujuan yang ingin dicapai.
4) Design characteristics & simulation
a) Objectives Tujuan sangat penting dituangkan dalam panduan ketika
kegiatan simulasi akan dilakukan, guna untuk memaparkan tujuan
pembelajaran dan hasil prestasi peserta didik. Rauen (2004)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran harus dicocokkan dengan
satu sama lain.
b) Planning Simulasi adalah pengalaman baru bagi peserta didik. Untuk
membiasakan peserta didik dengan kegiatan ini perencanaan yang tepat
sangat diperlukan. Mereka harus disajikan dengan informasi tentang
proses kegiatan, jumlah waktu yang diperlukan, peran dalam simulasi,
dan harapan hasil setelah simulasi dilakukan (Rauen, 2004).
c) Fidelity Simulasi klinis yang menirukan realitas perawatan kesehatan.
Simulasi bersifat otentik dan meyakinkan
d) Complexity Simulasi klinis berkisar dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Kompleksitas tugas mungkin disajikan sebagai pasien
dengan kasus yang rumit dengan beberapa masalah seperti
kebingungan, jalan nafas tidak efektif, dan depresi. Semua masalah ini
saling terkait, tetapi informasi klinis yang tersedia tidak relevan.
e) Cues Di laboratorium simulasi, dosen yang ditugaskan dapat membantu
mahasiswa dalam memajukan seluruh kegiatan simulasi dengan
memberikan informasi tentang langkah mahaiswa saat ini dilakukan
atau mungkin mendekati tindakan yang diharapkan (Lubbers &
Rossman, 2017).
f) Debriefing Memperkuat aspek-aspek positif dari kegiatan dan
mendorong pembelajaran, yang memungkinkan peserta untuk
menggabungkan teori dalam praktek, critical thinking, dan membahas
bagaimana intervensi profesional dalam keadaan yang sangat kompleks.
Pembekalan terjadi pada akhir sesi dan biasanya melibatkan peserta
meninjau poin terkait intervensi yang telah dilakukan serta membahas
proses, hasil, dan penerapan scenario.
5) Outcome
a) Knowledge Menunjukkan bahwa pengetahuan diperoleh dari simulasi
yang dipertahankan lebih lama daripada pengetahuan yang diperoleh
melalui ceramah kelas tradisional.
b) Skill Performance Keterampilan prosedural membutuhkan perhatian
lebih karena kaitannya dengan proses perawatan pasien. Metode
simulasi kadangkadang akan menghasilkan akuisisi lebih cepat dari
keterampilan daripada metode pelatihan konvensional.
c) Learner Saticfaction Kegiatan simulasi dapat dievaluasi dengan
menggunakan instrument untuk mengukur persepsi pengalaman
simulasi mahasiswa. Secara keseluruhan penelitian menunjukkan
bahwa mahasiswa sangat puas dengan pengalaman simulasi.
d) Critical thinking Banyak studi menunjukkan bahwa keterampilan
critical thinking ditingkatkan saat pengalaman simulasi yang telah
digunakan dengan variasi alat ukur.
e) Self-sonfidence Merupakan kegiatan simulasi untuk membantu
mahasiswa dalam mentransfer keterampilan dari simulasi ke pengaturan
klinis yang berdampak pada peningkatan kepercayaan diri dan penilaian
klinis menjadi membaik.
b. Kajian Data
Table 2.34
Hasil Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan peserta didik di
Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 09 – 11 Mei2022
Observasi
No Variabel yang Dinilai Selalu Kadang Tidak
(2) (1) Pernah
1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik V
2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik V
3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta V
didik
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam V
kegiatan pelayanan keperawatan
5 Pembimbing klinik/perawat memfasilitasi kelengkapan V
dan bahan yang akan digunakan peserta didik dalam
memberikan asuhan keperawatan
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing V
klinik sesuai kompetensi yang akan dicapai
7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan V
metode pre-post conferance
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan V
metode ronde keperawatan
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan V
metode bed side teaching
10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktek V
klinik peserta didik
11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik V
pasien yang menjadi kelolaan peserta didik
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing V
peserta didik dalam rangka pencapaian target kompetensi
yang diharapkan
13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk V
meningkatkan kemampuan peserta didik
14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan V
peserta didik
15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi V
Jumlah 30
100%
c. Analisa Data
Hasil observasi di ruang Anggrek RSUD Wonosari, tanggal 09 – 11 Mei 2022
didapatkan hasil pelaksanaan profesional antara staf keperawatan dengan Peserta
Didik dengan jumlah presentase 100% yang berarti sangat baik dalam melaksanakan
hubungan profesionalnya.
17. Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a. Kajian Teori

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat dalam


berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya, agar
pasien dan keluarga dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Komunikasi terapeutik diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga,
memaksimalkan fikiran dan tenaga positif yang nantinya dapat mengurangi beban
pikiran dalam menghadapi maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya
(Anjaswarni, 2016).
Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan
komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan
untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang
tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat
mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat lebih baik dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi
oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak memperhatikan hal ini,
hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak
terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa
(Tridiyawati et al, 2018).
b. Kajian Data
Table 2.35
Hasil EvaluasiPelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Tanggal 09 – 11Mei2022
Pelaksanaan
T
i
No Kegiatan Ya d
a
k
% %
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang pasien 14 0
2. Menyiapkan alat 14 0
3. Cuci tangan 14 0
B Pelaksanaan
4. Memberi salam dan tersenyum pada pasien 14 0
5. Melakukan validasi 14 0
6 Memperkenalkan nama perawat 9 5
7. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 0 1
4
8. Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 1
4
9. Menjelaskan peran perawat 0 1
4
10. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 14 0
11. Menjelaskan tujuan 14 0
12. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 0 1
kegiatan 4
13. Menjelaskan kerahasiaan 0 1
4
C. Tahap kerja
14. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya 14 0
15. Menanyakan keluhan pasien 14 0
16. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 14 0
17. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 14 0
D. Tahap Terminasi
18. Menyimpulkan hasil kegiatan 14 0
19. Memberikan reinforcement positif 14 0
20. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya 0 14
21. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik 14 0
Jumlah 205 89
69.7% 30.3%

a. Analisa Data
Hasil observasi di ruang Anggrek RSUD Wonosari, tanggal 9-11 Mei 2022
didapatkan hasil pelaksanaan komunikasi terapeutik dilaksanakan sebesar 69,7% perawat
belum melakukan sesuai dengan ceklis penilaian. Perawat sudah melakukan komunikasi
terapeutik tetapi masih belum maksimal, masih ada beberapa yang belum dilakukan dalam
melakukan komunikasi dan dapat dikategorikan cukup baik.
18. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga(Operan)di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari
a. KonsepTeori
Operan merupakan system kompleks yang didasarkan pada perkembangan
sosio-teknologi dan nilai - nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Operan
jaga berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama
24 jam (Achmad, 2012). Tujuan komunikasi selama operan yaitu untuk membangun
komunikasi mengenai tugas - tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif
berikutnya agar layanan keperawatan bagi pasien berlangsung efektif dan
aman,menjaga keamanan,kepercayaan dan kehormatan pasien, mengurangi
kesenjangan dan ketidak akuratan perawatan, serta memberi kesempatan perawat
meninggalkan pelayanan langsung (Achmad, 2012).
Metode - metode dalam operan jaga, sebagai berikut:
1) Operan dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Lestari
(2014), disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah:
a) Dilakukan hanya di meja perawat.
b) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.
c) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan
kondisi secara umum.
d) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up todate.
2) Operan dengan metode bedsidehandover
Lestasi (2014), menyatakan operan yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan
di samping tempat tidur pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Berikut merupakan beberapa kelebihan dari metode ini, yaitu:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up todate.
b) Meningkatkanhubungancaringdankomunikasiantaraperawatdanp
asien.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secarakhusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan kerahasiaan pasien
jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lainnya. Operan memiliki beberapa
meode pelaksanaan, diantaranya:
a) Menggunakan tape recorder, melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga
selanjutnya telah datang. Metode ini berupa one
waycommunication.
b) Menggunakan komunikasioral.
c) Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
d) Menggunakan pertukaran informasi dengan melihat pada
medicalrecord saja atau media tertulis lainnya
b. KajianData
Tabel 2.36
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan) Ruang Anggrek RSUD
Wonosari tanggal 09 - 11 Mei 2022 (n =15)
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1 Serah terima didahului dengan doa bersama 15 0
2 Komunikasi anatar pemberi tanggung jawab dan penerima 15 0
tanggung jawab dilakukan di depan pintu dengan suara
perlahan/ tidak rebut
3 Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx dan tindakan 15 0
keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
Pelaksanaannya
4 Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan 15 0
keperawatan yang belum dilakukan
5 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift 15 0
6 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah 0 15
dilakukan (bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 15 0
8 Menyebutkan terapi dan tindakan medis besertawaktunya 10 5
yang dilakukan selama shift
9 Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan 15 0
selama shift
10 Menginformasikan kepada pasien/ keluarga nama perawat 10 5
shift berikutnya pada akhir tugas
11 Memberi salam kepada pasien, keluarga serta 10 5
mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan- keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)

Jumlah 135 30
Prosentase 81,9% 18,1%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09 - 11Mei 2022

c. AnalisaData
Berdasarakan hasil observasi pada tanggal 09 - 11 Mei 2022, didapatkan data
sebanyak 81,9% bahwa perawat di Ruang Anggrek sudah melakukan operan
dengan baik sesuai dengan ceklis dan bertanggung jawab sesuai masing-masing tim,
dalam kegiatan operan jaga perawat sudah menyampaikan hasil kegiatan pada
masing-masing tim pada perawat lain yang jaga pada shift tersebut dan perawat saat
operan sudah menyampaikan apa yang telah dilakukan selama jaga shift dan sudah
dilakukan didepan masing-masing bed pasien sehingga perawat yang bergantian jaga
mengetahui kondisi masing-masing pasien sebenarnya. Metode yang digunakan di
ruang anggrek ini sesuai dengan metode operan dengan metode bedside handover
sesuai dengan teori Lestasi (2014), menyatakan operan yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan
disamping tempat tidur pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
19. Pelaksanaan Meeting Morning di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
a. KajianTeori
Meeting morning yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagai wahana
informasi dan komunikasi. Salah satu aktifitas pengorganisasian di MKKP) adalah
adanya Morning Meeting yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam keshift pagi.Tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagaiwahana
informasi dan komunikasi.
b. KajianData
Tabel 2.37
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala Ruang Ruang
Angrek tanggal 9 - 11Mei 2022
No Variabel yang dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Ka. Ru menyiapkan tempat untuk melakukan 0 3hari
meeting morning
2. Ka. Ru memberikan arahan kepada staff dengan 0 3 hari
materi yang telah disiapkan sebelumnya
3. Ka. Ru melakukan klarifikasi apa yang telah 0 3
disampaikan kepada staff
4. Memberikan kesempatan staff untuk 0 3
mengungkapkan permasalahan yang muncul di
ruangan
5. Bersama - sama staff mendiskusikan pemecahan 0 3
masalah yang dapat ditempuh
6. Ka. Ru memberi motivasi dan reinforcement 0 3
kepada staff
Jumlah 0 18
Prosentase 0% 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09 - 11 Mei 2022
c. AnalisaData
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 - 11 Mei 2022, didapatkan data
sebanyak 100% menunjukan bahwa kepala ruang Anggrek tidak melakukan meeting
morning selama observasi tiga hari dikarenakan ada tugas lain yang tidak bisa
ditinggalkan.
20. Pelaksanaan PreConference di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
a. KajianTeori
Pre Conference merupakan komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut yang dipimpi oleh
ketua tim atau penanggungjawab tim. Isi dalam preconference adalah rencana tiap
perawat, dan tambahan rencana dari ketua tim dan penanggungjawab tim (Modul
SP2KP). Tujuannya yaitu untuk membantu mengindentifikasikan masalah - masalah
pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan hal -
hal yang akan ditemui di lapangan, memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang kondisi pasien. Waktu dilaksanakan pre conference yaitu setelah operan jaga
dilakukan, yang meliputi:
1) Ketua tim atau penanggungjawab tim membuka acara.
2) Ketua tim atau penanggungjawab tim membacakan rencana harian masing
- masing perawat pelaksana.
3) Ketua tim atau penanggungjawab tim memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait asuhan yang akan diberikan saatitu.
4) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement positif.
5) Ketua tim atau penanggungjawab tim menut upacara.

Tabel 2.38
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Tanggal 9-11 Mei 2022
Pelaksanaan
No Variabel yang Dinilai
Ya Tdk
1 Menyiapkan ruang/ tempat 6 0
2 Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi tanggung 6 0
jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference 0 6
4 Memandu pelaksanaan pre-conference 6 0
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana 6 0
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki 6 0
dengan memperhatikan keseimbangan kerja
57 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/ 6 0
tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian 6 0
masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan 6 0
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN 6 0
11 Menyimpulkan hasil pre conference 0 6
Jumlah 54 12
Total (%) 81,8% 18,2%
Sumber: Hasil observasi tanggal 9 - 11 Mei 2022

b. AnalisaData
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 9-11 Mei 2022,
didapatkan bahwa 81,8% AN sudah melaksanakan tahapan pre conference seperti
yang ada diceklis di ruang Anggrek sesuai dengan prosedur dengan kriteria baik.
Berdasarkan wawancara dari perawat ruang Anggrek bahwa pre conference
dilakukan. hanya kadang kadang saja dilakukan sebab setelah operan jaga, biasanya
dokter spesialis bedah sudah berada diruangan anggrek karena sudah ada jadwal
operasi di ruang IBS ,sedangkan perawat jaga hanya 2 orang sehingga tidak dapat
melakukan pre conference.
21. Pelaksanaan Post Conferencedi Ruang Anggrek RSUD Wonosari
a. KajianTeori
Post Conference merupakan komukasi ketua tim dan perawat pelaksana
mengenai hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan kepada shif selanjutnya.
Isi post conference meliputi hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk
ditindak lanjuti. Post conference dipimpin oleh ketua tim atau penanggungjawab tim
(Modul MPKP).Tujuan dilakukannya post conference aitu untuk memberikan
kesempatan berdiskusi mengenai penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai. Waktu dilakukannya yaitu sebelum operan ke dinas
selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan,meliputi:
1) Ketua tim atau penanggungjawab tim membuka acara.
2) Ketua tim atau penanggungjawab tim menanyakan kendala
dalam asuhan yang telah diberikan.
3) Ketua tim atau penanggungjawab tim menanyakan tindakan
lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shif
selanjutnya.
4) Ketua tim atau penanggungjawab tim menutup acara.

b. KajianData
Tabel 2.39
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Post Conference Ruang Anggrek RSUD Wonosari tanggal
9 - 11 Mei 2022
No Variabel yang dinilai PreOrientasi
Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang atau tempat 6 0
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung 6 0
jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference 0 6
4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan atau 0 6
hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan 6 0
askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
6. Memberikan reinforcement kepada PA 6 0
7. Menyimpulkan hasil post conference 0 6
8. Mengklarifikasipasiensebelummelakukanoperantugasjagash 6 0
if jaga berikutnya (melakukan rondekeperawatan)
Jumlah 62,5% 37,5%
Total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi tanggal 9 - 11 Mei 2022

c. AnalisaData
Analisa hasil observasi di ruang Anggrek pada tanggal 9 - 11 Mei 2022,
didapatkan bahwa hasil presentase Post Conference 62,5% perawat belum
melakukan sesuai dengan tahapan yang ada diceklis. Observasi ke perawat dilakukan
selama 3 hari pengkajian 2 shift. Teori yang disampaikan oleh Asmuji (2012) yang
memaparkan bahwa Post Conference merupakan salah satu bagian dari MPKP, yang
mana Post Conference bertujuan untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai dalam kegiatan
MPKP.
D. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,
yaitu segi medis dengan meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan segi
ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada. Grafik
Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas
tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson menggambarkan
bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), LOS
(Length Of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai salah
satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit (Sudra, 2010).
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan
rumah sakit, yang meliputi :
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa
efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah
sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam satu
tahun adalah 75-85% (Sudra, 2010).

Jumlah hari perawatan


BOR= Jumlah TT x hari perawatan x 100 %

2) LOS (Length Of Stay), LOS menurut Sudra (2010) adalah rerata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 7-
10 hari (Sudra, 2010).
Lama hari perawatan
LOS=
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

3) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan
diisi lagi. Standar 1-3 hari untuk RSUD dalam satu tahun (Sudra, 2010).
( Jumlah tempat tidur x Hari )−hari rawat
TOI=
Jumlah Pasien

4) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi


pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu
tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat tidur.
Standar 4-5 kali untuk RSU dalam satu tahun (Sudra, 2010).
b. Kajian Data
Tabel 2.40
Efisiensi Ruang VIP Rawat Inap Anggrek Periode Februari- April 2022
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Februari 5,9% 2,7 7,1 0,8
2 Maret 10,075% 3,1 7,6 0,75
3 April 7,875% 4,5 5,2 0,75
Rata-rata 8% 3.43 6.63 0.76

Standar 60-80% 6-9 hari 1-3 hari 40-50x /tahun

Tabel 2.41
Efisiensi Ruang Kelas I Rawat Inap Anggrek Periode Februari- April 2022
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Februari 22,4% 3 4,7 3,5
2 Maret 21,7% 4 4,1 3
3 April 19,5% 4 7,2 4
Rata-rata 20.60% 3.66 5.33 3.5

Standar 60-80% 6-9 hari 1-3 hari 40-50x /tahun

Tabel 2.42
Efisiensi Ruang Kelas II Rawat Inap Anggrek Periode Februari- April 2022
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Februari 47% 3,94 4,9 3,5
2 Maret 72,6% 3,76 2,2 5,7
3 April 51,42% 3,75 6,4 3,4
Rata-rata 57% 3.816 4.5 4.2

Standar 60-80% 6-9 hari 1-3 hari 40-50x /tahun

c. Analisa Data

1) BOR (Rasio penggunaan tempat tidur) di Ruang Anggrek pada bulan


februari-april 2022 di ruang VIP rata-rata 8%, kelas I rata-rata 20.60%,dan
di kelas II 57% dengan demikian pemakaian tempat tidur di Ruang Anggrek
cukup sesuai dengan standar nasional untuk RSUD yaitu 60-80%
2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di Ruang Anggrek pada
bulan februari-april 2022 di ruang VIP rata-rata 6,16 hari , kelas I rata-rata
5,33,dan di kelas II 3,816 hari menunjukkan lama rata-rata hari perawatan
sesuai dengan standar nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari
3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di Ruang Anggrek pada
bulan februari –april 2022 di ruang VIP rata-rata 6,63 kelas I rata-rata
5,33,dan di kelas II 4,5 hari menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur
kosong terlalu lama untuk terisi kembali, sehingga pemakaian tempat tidur
kurang efektif mengacu pada standar nasional yaitu 1 - 3 hari.
4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) di Ruang Anggrek pada bulan
februari -april 2022 di ruang VIP rata-rata 0,76 ,kelas I rata-rata 3,5 ,dan di
kelas II 4,2 hal ini menunjukkan pemakaian tempat tidur sangat kurang
dibandingkan dengan standar nasional yaitu 40-45 kali.
2. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC
Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan
yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi.
Ciri mutu asuhan keperawatan menurut Depkes RI tahun 2018 adalah :
a. Memenuhi standart profesi
b. Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
d. Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
e. Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan
sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di era global, sehingga pasien
dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan keperawatan. Mutu asuhan
keperawatan yang prima akan terwujud apabila :
a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi
keperawatan.
b. Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus
c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan
adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah:
a. Kriteria baik (76-100%)
b. Kriteria cukup (56-75%)
c. Kriteria kurang (40-55%)
d. Kriteria tidak baik (kurang dari 40%)
Adapun instrumen A, B, C meliputi : 
a. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan asuhan
keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat tingkat kesakitan pasien
maupun jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak
harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas
perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan
aspek-aspek : Keakuratan data, Breavity (ringkas), Legibility (mudah dibaca).
Komponen dokumentasi keperawatan (Nursalam,2013):
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi
semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan penunjang.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,
dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES)
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi
oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah
yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang
mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah
yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan
dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga. tindakan keperawatan,
aktivitas keperawatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan kepada klien, sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-
sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan
prinsip aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan
keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan
respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan,
merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan, melaksanakan tindakan
perawatan pada posedur teknik yang telah ditentukan.
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan
memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah
pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan
dilakukan sesuai dengan standar.
f) Catatan asuhan keperawatan:
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.
Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan
paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu
pelaksanaan dan menggunakan formulir yang telah ada dan disi3mpan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
a. Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang sudah
dibakukan oleh Depkes (2020). Studi dokumentasi dilakukan pada dokumentasi
pasien di Ruang Babusallam dengan kriteria pasien pulang dan pasien dengan lama
perawatan minimal 3 hari. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.43
Hasil Evaluasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Instrumen A di Ruang
Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 09 - 11 Mei 2022 (n=5)

Kode Pasien
No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5
A. PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
pedoman pengkajian
2 Data dikelompok (Bio-Psiko- Sosial -
Spiritual)
3 Data dikaji lengkap dalam waktu 24 jam
sejak pasien masuk
4 Data dikaji sejak pasien masuk sampai 17 16 17 18 19
pulang
5 Pengkajian yang dilakukan, disertai nama
dan tanda tangan perawat yang mengkaji.
Rata-rata: 17,4
Prosentase: 87%
B. DIAGNOSA
1 Diagnosa keperawatan ditulis sesuai
prioritas masalah pasien
2 Diagnosa keperawatan dirumuskan sesuai 12 12 12 12 12
dengan benar (PE/PES)
3 Merumuskan diagnosa keperawatan
aktual/resiko/potensial
Rata-rata : 12
Prosentase: 100%
C. PERENCANAAN
1 Rencana askep berdasarkan diagnosa
keperawatan
2 Rencana Askep disusun oleh perawat yang
bertanggung jawab
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
SMART
31 32 31 32 31
4 Rencana askep disusun menurut urutan
prioritas
5 Rencana tindakan mencakup tindakan
observasi keperawatan
6 Rencana tindakan mencakup tindakan terapi
keperawatan
7 Rencana tindakan mencakup pendidikan
kesehatan.
8 Rencana tindakan mencakup tindakan
kolaborasi
9 Rencana tindakan mencakup tindakan yang
menggambarkan keterlibatan klien/ keluarga
Rata-rata : 31,4
Prosentase: 87,2 %
D. TINDAKAN/IMPLEMENTASI
1 Tindakan observasi keperawatan yang
dilakukan didokumentasikan
2 Tindakan terapi keperawatan yang dilakukan 16 19 17 19 19
didokumentasikan.
3 Tindakan pendidikan kesehatan yang
dilakukan didokumentasikan
4 Tindakan kolaborasi yang dilakukan
didokumentasikan
Tindakan yang dilakukan dengan melibatkan
5 keluarga didokumentasikan
6 Respon klien terhadap tindakan keperawatan
didokumentasikan.
7. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan

Rata-rata : 18
Prosentase: 75 %
E. EVALUASI
1 Diagnosa dievaluasi setiap hari sesuai
dengan SOAP Diagnosa keperawatan ditulis 7 7 7 7 7
sesuai prioritas masalah pasien

2 Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi


terlihat dalam dokumentasi
Rata-rata : 7
Prosentase: 85,7%
F. DOKUMENTASI
1 Menulis pada format yang baku
2 Pencatan dilakukan sesuasi dengan tindakan
yang dilakukan
17 18 18 18 20
3 Pencatatan yang ditulis dengan jelas,
ringkas, istilah baku dan benar.

4 Setiap melakukan tindakan, perawat


mencatatkan paraf, saran, tanggal dan jam
dilakukan
5 Berkas catatan perawatan disimpan sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Rata-rata: 18,2
prosentase: 91%

Tabel 2.44
Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Anggrek tanggal 09-
11Mei 2022

No Aspek yang Hasil Keterangan


dinilai

1 Pengkajian : 87% - Dari data di dapat skore : 87% pengkajian masuk


kriteria baik, perawat melakukan pengkajian langsung
setelah pasien datang sesuai dengan penyakitnya.
- Perawat melengkapi pengkajian dalam waktu 24 jam,
data dikaji sejak pasien masuk sampai pasien pulang.
- Pengkajian meliputi bio-psiko-social dan spiritual.
- 13% perawat yang mengkaji belum semua menulis
nama terang dan tanda tangan serta nama pangkaji di
awal pengkajian, mereka hanya menulis tanda tangan
saja atau nama saja.
2 Diagnosa 100% - Dari data di dapat hasil 100%. Diagnosa
keperawatan sudah mencakup etiologi dan
problem (PE). Diagnosa sudah sesuai dengan
prioritas masalah dan kondisi pasien.
3 Perencanaan 87,2 % - Yang Dari data didapat hasil 87.2% termasuk kategori
baik. Diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah
yang ada. Dan perencanaan sudah sesuai dengan
keadaan pasien.
- 12.8% perawat belum mencentang rencana tindakan
yang akan dilakukan, menetapkan rumusan tujuan yang
mengandung komponen SMART dan sebagian ada
yang belum menuliskan rencana tindakan mencakup
PENKES dan yang menggambarkan keterlibatan klien.
4 Implementasi 75% - Dari data di dapat hasil 75% termasuk kriteria
baik. Perawat sudah melakukan tindakan
keperawatan dan sudah melakukan
pendokumentasian dengan benar.
- 25 % terdapat beberapa tindakan yang dilakukan
sebagian dalam melakukan tindakan kurang
memperhatikan respon pasien dan tidak
melakukan pendokumentasian dalam hal pendkes.
5 Evaluasi 85,7% - Evaluasi mendapat hasil 85,7% termasuk kategori baik,
dalam evaluasi sudah ditulis setiap hari secara
keseluruhan sesuai dengan SOAP, 12,5% perawat
belum melakukan evaluasi asuhan keperawatan sesuai
waktu dalam tujuan yang ditetapkan.
6 Dokumentasi 91% - Dari hasil tersebut 91% masuk kategori baik perawat
melakukan dokumentasi tindakan setiap hari dan setiap
shift, pendokumentasian dilakukan dengan jelas,
ringkas dan dengan istilah yang benar.
- 9% pencatatan yang dilakukan sebagian tidak
mencantumkan nama terang dan tanda tangan ,
sebagian hanya mencatumkan nama saja atau tanda
tangan saja.
Rata-rata 87,6%

Sumber :Data Primer Ruang Anggrek RSUD Wonosari 2022


b. Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian keperawatan
didapatkan data sebagai berikut:
1) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien mengenai
pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format pengkajian telah
tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian dilakukan dengan
memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pengisian format pengkajian status pasien sudah lengkap. Selain itu,
pengkajian pada pemeriksaan fisik sudah dilengkapi, namun tidak menjelaskan
pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dari
keseluruhan pengkajian sebesar 87% dengan kategori baik dan sebaiknya perlu
untuk di ditingkatkan pada kelengkapan data pengkajian dan mencantumkan
nama perawat dan paraf.
2) Diagnosa Keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat sudah mencakup
etiologi dan problem (PE). Diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah
dan kondisi pasien. Perawat sudah bisa memilahkan dan merumuskan dengan
benar dalam perumusan masalah antara aktual / resiko / potensial pada pasien.
Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 100% dengan
kategori baik, sebaiknya perlu untuk ditingkatkan pada perumusan diagnose
keperawatan dengan benar dan pemilihan masalah antara diagnose actual/
resiko/ potensial.
3) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan sudah
terlaksana mencapai 87.2%. Hal ini dibuktikan dengan pendokumentasian
perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Perawat belum mencentang rencana tindakan yang akan dilakukan,
menetapkan rumusan tujuan yang mengandung komponen SMART dan
sebagian ada yang belum menuliskan rencana tindakan mencakup PENKES
dan yang menggambarkan keterlibatan klien.
4) Implementasi
Dari pengkajian implementasi sebesar 75% termasuk dalam kategori
baik. Beberapa tindakan yang dilakukan perawat belum didokumentasikan,
perawat hanya mencantumkan tanggal, jam, keadaan umum pasien, serta
tindakan rutinitas seperti pemberian terapi obat dan TTV. Tindakan – tindakan
seperti pendidikan kesehatan, tindakan yang melibatkan keluarga belum
didokumentasikan.
5) Evaluasi keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar dalam
kartegori baik sebesar 85,7% sudah merujuk pada tiap diagnosa yang di angkat.
6) Dokumentasi
Catatan panduan keperawatan di ruang Arofah Makkah sudah dalam
kategori baik, dengan skor 91% . Hal ini dibuktikan dengan catatan di tulis
pada format yang ada, namun catatan keperawatan, catatan medis dan catatan
penunjang masih dipisahkan. Pencatatan yang dilakukan sebagian tidak
mencantumkan nama terang dan tanda tangan, sebagian hanya mencantumkan
nama saja atau tanda tangan saja.
b. Instrumen B dan C
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi
kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi kuesioner. Pada
saat angket dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu
suatu instrument yang baku. RSUD Wonosari menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi persepsi
klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
a. Kajian Teori
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu
asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu
instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
Peningkatan mutu menurut Donabedian, mutu pelayanan dapat diukur dengan
menggunakan tiga variabel yaitu, input, proses, dan output. (Nursalam, 2013).
Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan, tindakan, dan
evaluasi.
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan dengan
kepuasan pasien:
1) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang digunakan
dan penampilan karyawan.
2) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
3) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam memberikan
pelayanan dengan tanggap.
4) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
5) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang per
orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek yang
berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara langsung atau tidak
berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu adalah seperti berikut :
1) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.
2) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan
petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis berhubungan
dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah
ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjwabkan atau dihandalkan
(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji (reliability), dan
konsistensi (concitency).
3) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa. Akses
geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu perjalanan,
dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh
mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik, dan
waktu tunggu.
4) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut
norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang
ada.
5) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan menanamkan
kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia,
menghormati, responsive, memberi perhatian.
6) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada
memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan
memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki.
7) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
8) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali ke
fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
b. Kajian Data
Tabel 2.45
Evaluasi Hasil kepuasan pelayananan keperawatan di Ruang Anggrek
RSUD WONOSARI Pada Tanggal 09-11 Mei 2022 (n=12)
Kadang Tidak
Selalu Sering
No Pernyataan kadang pernah
(4) (3)
(2) (1)
1 Apakah dokter mengunjungi anda setiap 4 6 2
0
hari?
2 Apakah dokter yang memeriksa Anda 4 7 1
0
bersikap ramah ?
3 Apakah dokter manjelaskan penyakit anda 6 6 0
0
dan tindakanya?
4 Apakah dokter meluangkan waktu untuk 5 7 0
0
konsultasi?
5 Apakah perawat mengenalkan diri kepada 6 6 0
0
pasien/keluarga?
6 Apakah perawat yg merawat anda bersikap 5 7 0
0
ramah?
7 Apakah perawat memperhatikan dan 4 8 0
0
menanggapi keluhan anda?
8 Apakah anda/keluarga merasa dibimbing
oleh perawat untuk merawat diri anda
0
(contoh : di sibin, menggunakan pispot, 5 6 1
dll) ?
9 Menurut anda apakah perawat bekerja 5 6 1
0
dengan terampil?
10 Bila anda membutuhkan pertolongan 7 5 0
0
apakah dilayani dengan cepat?
11 Apakah perawat menjelaskan dimana
tempat- tempat penting untuk kelancaran
0
perawatan? (kamar mandi, ruang tata usaha 6 6 0
dll)
12 Apakah anda mendapat pelayanan 5 7 0
0
administrasi dengan baik dan cepat?
13 Apakah rekening yang anda dapatkan tepat 8 4 0
0
hitung?
14 Apakah anda diberi penjelasan tentang 7 5 0
0
biaya?
15 Apakah ruangan selalu dalam keadaan 8 4 0
0
bersih?
16 Apakah sprei, selimut dan sarung bantal
dalam kondisi baik, selalu bersih, dan 9 3 0 0
diganti setiap kotor?
17 Apakah kamar mandi selalu dibersihkan, 8 3 1
0
tidak berbau, dan tidak licin?
18 Apakah makanan disajikan tepat waktu? 6 6 0
0
19 Apakah makanan yang disajikan bervariasi 4 8 0
0
dan cukup enak?
20 Apakah petugas penyaji makanan bersikap 4 8 0
0
ramah?
Total 116 118 6 0
Presentase 48% 49% 3% 0%

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian di atas yang dinilai dari pembagian angket kepada 12
orang keluarga pasien di ruang perawatan Anggrek pada tanggal 09-11 Mei 2022 di
dapatkan hasil pasien yang menjawab selalu sebanyak dengan prosentase 48 %, yang
menjawab sering sebanyak dengan prosentase 48 % yang menjawab kadang-kadang
sebanyak dengan prosentase 3 % dan yang menjawab tidak pernah 0 % dari hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan terhadap pelayanan asuhan
keperawatan ruang Anggrek di kategorikan cukup.

Tabel 2.46
Observasi SOP yang dilakukan Perawat selama 3 hari pengkajian (9-11 Mei 2022) di Ruang
Anggrek RSUD Wonosari
INJEKSI INTRA VENA (IV)
N Kegiatan Pelaksanaan
O YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam : Assalamualaikum wr.wb 8 0
2 Memperkenalkan diri 8 0
3 Menjelaskan tujuan tindakan 3 5
4 Menjelaskan langkah prosedur 3 5
5 Menanyakan kesiapan klien 7 1
6 Mencuci tangan 8 0
Jumlah 37 11
Presentase 77% 23%
B FASE KERJA
1 Mengatur posisi pasien dengan memilih vena dari 8 0
arah distal
2 Pasang perlak dengan pengalasnya 3 5
3 Mendekatkan bengkok 3 5
4 Memakai sarung tangan steril 5 3
5 Mendesinfeksi area injeksi 8 0
6 Menusuk vena dengan kemiringan 30 ° dan lubang 8 0
jarum menghadap ke atas
7 Melakukan aspirasi dan pastikan tidak ada 8 0
gelembung masuk ke spuit
8 Memasukkan obat secara perlahan di selang infus 7 1
9 Mencabut spuit sambil menekan daerah tusuksn 8 0
jarum dengan kapas alkohol
10 Menutup area selang infus yang di pakai untuk 7 1
memasukkan obat
Jumlah 65 14
Presentase 81,25% 18,75%
C FASE TERMINASI
1 Merapikan klien 8 0
2 Merapikan alat 7 1
3 Mengucapkan hamdalah 6 2
4 Melakukan evaluasi tindakan 8 0
5 Mencuci tangan 8 0
6 Berpamitan, mengucapkan salam 7 1
Jumlah 44 4
Presentase 91,6% 8,3%
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 8 0
2 Ketelitian 8 0
3 Melakukan komunikasi terapeutik 8 0
4 Keamanan perawat dan pasien 8 0
Jumlah 32 0
Presentase 100% 0%
Rata-rata 87,46% 12,51%
Analisa Data
Jadi SOP tindakan yang di terapkan di ruang Anggrek di dapatkan fase
orientasi yang di dapatkan melakukan tindakan 77%, lalu yang tidak dilakukan
sebanyak 23%, fase kerja yang di dapatkan melakukan tindakan 81,25% lalu yang
tidak melakukan 18,75%, fase terminasi yang dapat melakukan tindakan 91,6%
lalu yang tidak melakukan 8,3% kemudian fase penampilan selama tindakan yang
melakukan tindakan 100% yang tidak melakukan 0%. Kemudian rata-rata
keseluruhan yang melakukan 87,46% yang tidak melakukan 12,51%.
OBSERVASI TINDAKAN PERAWATAN LUKA BERSIH
Aspek yang diilai Kompeten
0 1 2
A. Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien 15
2. Cuci tangan 15
3. Persiapan alat: 15
a. Pinset Sirurgis 15
b. Pinse anatomi 15
c. Kassa steril 15
d. Bantalan jika diperlukan 15
e. Handuk 15
f. Handscoon 15
g. Betadine 15
h. NaCl 0,9% 15
i. Alkohol 70% 15
j. Korentang 15
k. Bengkok (Neirbeken) 15
l. Baki instrumen/meja dorong 15
m. Perlak dan pengalas 15
n. Kom 15
o. Disinfektan 15
p. Bengkok 15
B. Tahap orientasi
4. Salam pembuka dan perkenalkan diri 15
5. Lakukan identifikasi pasien, minimal 2 dari identitas 15
yang 15
tercantum dgelang pasien (nama, tanggal lahir/umur, 15
No RM) 15
6. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga 15
7. Jelaskan prosedur tindakan 15
8. Kontrak waktu 15
9. Tanyakan keluhan saat ini
10. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya sebelum
kegiatan 15
dilakukan 15
C. Tahap kerja 15
11. Jelaskan pada pasien tentang prosedur kerja yang 15
akan dilakukan 15
12. Jaga privasi pasien 15
13. Cuci tangan
14. Kaji kondisi luka 15
15. Gunakan handscoon bersih 15
16. Tutup bagian privasi pasien dengan kain steril atau 15
selimut pasien jika luka berdekatan dengan organ 15
vital
17. Letakkan perlak dibawah luka 15
18. Atur posisi pasien senyaman mungkin 15
19. Basahi plester dengan kassa alcohol
20. Buka secara perlahan dan berhati-hati, buang 15
balutan kotor pada bengkok 15
21. Lepas handscoon bersih dan ganti dengan handscoon
steril 15
22. Bersihkan luka satu arah dengan teknik sirkuler 15
menggunakan cairan NaCl 0,9% 15
23. Tutup luka dengan dressing sesuai indikasi
24. Tutup dengan kassa kering dan fiksasi menggunakan
plester, jika diperlukan penggunaan perban, lakukan 15
fiksasi dengan perban 15
25. Rapikan pasien dan area pasien 15
26. Lepaskan handschoen 15
27. Cuci tangan 15
D. Tahap terminasi
Evaluasi hasil yang didapat sebagai berikut 15
28. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
29. Berikan reinforcement positif pada pasien
30. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
31. Berikan salam penutup
32. Cuci tangan
E. Tahap dokumentasi
33. Lakukan pendokumentasian pada catatan
keperawatan pasien
Jumlah 0 0 495
presentase 0% 0% 100%
Analisa Data
Jadi SOP tindakan perawatan luka bersih yang di terapkan di ruang Anggrek di
dapatkan rata-rata keseluruhan yang melakukan sesuai SOP sebesar 100 % dari hasil
diatas dapat dismpulkan bahwa penerapan SOP tindakan keperawatan luka bersih di
ruang Anggrek RSUD Wonosari dikategorikan baik.
1. Evaluasi Pelaksanaan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan Peserta
Didik
a. Kajian Teori
Proses pembelajaran dengan menggunakan simulasi sangat efektif dan
tergantung pada interaksi pengajar dan peserta didik,peran masing-masing selama
simulasi dilaksanakan dan tujuan atau harapan yang di capai (Silvia et al, 2018). The
Nursing Education Simulation Frame Work (NESF) digunakan untuk memandu
proses dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi simulasi dalam
keperawatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengajaran dan pembelajaran
praktik dengan simulasi yang berkontribusi terhadap hasil positif, peran guru dalam
simulasi, dan proses belajar mengajar (Lubbers & Rossman, 2017).
Lima komponen utama yang disajikan dalam kerangka kerja ini (Rauen, 2004)
adalah practices in education, student factors, teacher factors, simulation design
characteristics, and outcomes yaitu ;
1) Teacher Factors Pengajar memainkan peran penting dalam keberhasilan
simulasi sebagai pengalaman belajar alternatif. Selama latihan simulasi,
pengajar bertindak sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar,
pengaturan peserta didik tidak seperti kelas tradisional, di mana pengajar
adalah pembicara utama. Peran pengajar bervariasi tergantung pada apakah
simulasi dilakukan untuk tujuan pembelajaran atau evaluasi. Pengajar harus
siap dan merasa nyaman dengan kegiatan simulasi yang dilakukan peserta
didik. Pengajar memungkinkan butuh bantuan dalam desain simulasi seperti
apa, kemudian menyiapkan peralatan dan menggunakan teknologi yang ada.
2) Student Factors Kegiatan simulasi, peserta didik harus diarahkan dan
termotivasi pada seluruh pengalaman pembelajaran. Di dalam simulasi,
yang dilakukan peserta didik dapat terlibat dalam memainkan peran.
Misalnya, salah satu peserta didik dapat memainkan perawat dan pasien
lain. Peserta didik lain dapat bertindak sebagai pengamat atau aktif
berpartisipasi dalam kegiatan lain seperti rekaman video. Berikutnya, para
peserta didik dapat memutar melalui peran untuk belajar pengalaman yang
berbeda.
3) Education Practice
a) Active Learning Peserta didik diharapkan untuk belajar lebih banyak
melalui kegiatan yang perlu mendapat tanggapan langsung. Misalnya,
kasus di mana pasien di intubasi yang dikembangkan dalam kondisi
gelisah dan batuk akan mempengaruhi status oksigenasinya, peserta didik
diminta untuk melakukan intervensi yang terbaik dan tepat dalam kasus
seperti ini.
b) Feedback Simulasi menawarkan peserta didik untuk berkesempatan
belajar dalam praktek keperawatan dengan umpan balik langsung
mengenai kinerja mereka, pengetahuan, dan pengambilan keputusan,
dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan.
c) Student-Faculty Interavtion Peserta didik dan pengajar mendiskusikan isi
materi dan proses belajar yang akan dilakukan. Salah satu tujuan simulasi
adalah untuk memfasilitasi diskusi antara penagajar dan peserta didik
yang membantu mempromosikan pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
d) Collaborative Learning Peserta didik bekerja sama sebagai sebuah tim
dalam pembelajaran kolaboratif untuk memecahkan masalah dan
berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan simulasi dapat mempromosikan pembelajaran kolaboratif
dalam upaya agar antara peserta didik , instruktur, dan praktisi kesehatan
lainnya dapat meniru situasi kehidupan nyata.
e) High Expectation Peserta didik dan pengajar harus memiliki harapan
yang tinggi untuk proses simulasi yang dilakukan sehingga akan
mencerminkan pada hasil akhir yang positif dan dapat dipertanggung
jawabkan.
f) Diserve Learning Meningkatnya keragaman peserta didik dapat
mengembangkan strategi pembelajaran , kurikulum, dan pengembangan
program yang akan dilakukan. g) Time on Task Sesi ini memberikan
sangat penting karena peserta didik diberi waktu pada awal sesi untuk
melakukan simulasi yang akan memungkinkan mereka focus pada tujuan
yang ingin dicapai.
4) Design characteristics & simulation
a) Objectives Tujuan sangat penting dituangkan dalam panduan ketika
kegiatan simulasi akan dilakukan, guna untuk memaparkan tujuan
pembelajaran dan hasil prestasi peserta didik. Rauen (2004)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran harus dicocokkan dengan
satu sama lain.
b) Planning Simulasi adalah pengalaman baru bagi peserta didik. Untuk
membiasakan peserta didik dengan kegiatan ini perencanaan yang tepat
sangat diperlukan. Mereka harus disajikan dengan informasi tentang
proses kegiatan, jumlah waktu yang diperlukan, peran dalam simulasi,
dan harapan hasil setelah simulasi dilakukan (Rauen, 2004).
c) Fidelity Simulasi klinis yang menirukan realitas perawatan kesehatan.
Simulasi bersifat otentik dan meyakinkan
d) Complexity Simulasi klinis berkisar dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Kompleksitas tugas mungkin disajikan sebagai pasien dengan
kasus yang rumit dengan beberapa masalah seperti kebingungan, jalan
nafas tidak efektif, dan depresi. Semua masalah ini saling terkait, tetapi
informasi klinis yang tersedia tidak relevan.
e) Cues Di laboratorium simulasi, dosen yang ditugaskan dapat membantu
mahasiswa dalam memajukan seluruh kegiatan simulasi dengan
memberikan informasi tentang langkah mahaiswa saat ini dilakukan atau
mungkin mendekati tindakan yang diharapkan (Lubbers & Rossman,
2017).
f) Debriefing Memperkuat aspek-aspek positif dari kegiatan dan
mendorong pembelajaran, yang memungkinkan peserta untuk
menggabungkan teori dalam praktek, critical thinking, dan membahas
bagaimana intervensi profesional dalam keadaan yang sangat kompleks.
Pembekalan terjadi pada akhir sesi dan biasanya melibatkan peserta
meninjau poin terkait intervensi yang telah dilakukan serta membahas
proses, hasil, dan penerapan scenario.
5) Outcome
a) Knowledge Menunjukkan bahwa pengetahuan diperoleh dari simulasi
yang dipertahankan lebih lama daripada pengetahuan yang diperoleh
melalui ceramah kelas tradisional.
b) Skill Performance Keterampilan prosedural membutuhkan perhatian
lebih karena kaitannya dengan proses perawatan pasien. Metode simulasi
kadangkadang akan menghasilkan akuisisi lebih cepat dari keterampilan
daripada metode pelatihan konvensional.
c) Learner Saticfaction Kegiatan simulasi dapat dievaluasi dengan
menggunakan instrument untuk mengukur persepsi pengalaman simulasi
mahasiswa. Secara keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa sangat puas dengan pengalaman simulasi.
d) Critical thinking Banyak studi menunjukkan bahwa keterampilan critical
thinking ditingkatkan saat pengalaman simulasi yang telah digunakan
dengan variasi alat ukur.
e) Self-sonfidence Merupakan kegiatan simulasi untuk membantu
mahasiswa dalam mentransfer keterampilan dari simulasi ke pengaturan
klinis yang berdampak pada peningkatan kepercayaan diri dan penilaian
klinis menjadi membaik.
b. Kajian Data
Tabel 2.46
Hasil Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan peserta
didik di Ruang Anggrek RSUD Wonosari Tanggal 9 - 11 Mei 2022
Observasi
No Variabel yang Dinilai Tidak
Selalu Kadang Pernah

1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik V


2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik V
3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta didik V
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam kegiatan V
pelayanan keperawatan
5 Pembimbing klinik/perawat memfasilitasi kelengkapan dan bahan V
yang akan digunakan peserta didik dalam memberikan asuhan
keperawatan
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing klinik sesuai V
kompetensi yang akan dicapai
7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan metode pre- V
post conferance
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode ronde V
keperawatan
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode bed V
side teaching
10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktek klinik peserta V
didik
11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik pasien yang V
menjadi kelolaan peserta didik
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing peserta didik V
dalam rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan
13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan V
kemampuan peserta didik
14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta didik V
15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi V
Jumlah 30
100%
c. Analisa Data
Hasil observasi di ruang Anggrek RSUD Wonosari, tanggal 9 - 11 Mei 2022
didapatkan hasil pelaksanaan profesional antara staf keperawatan dengan Peserta
Didik dengan jumlah 100 % presentase yang berarti baik dalam melaksanakan
hubungan profesionalnya.

2. Kepuasan Kerja Karyawan


a. Kajian Teori
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapan (Luthans, 2012). Menurut
Luthans (2012), kepuasan kerja adalah hasil persepsi para pegawai tentang seberapa
baik pekerjaan seseorang memberikan segala sesuatu yang dipandang sebagai
sesuatu yang penting melalui hasil kerjanya. Kepuasan dipengaruhi oleh sumber daya
pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi,
keluarga, dan situasi yang dihadapi. Kepuasan kerja (job satisfication) dapat
menentukan sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Bangun dan Wilson “Seseorang
dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif
tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-
perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut”. Nurfiyah dan anita (2012)
berpendapat bahwa “Kepuasan berasal dari persepsi seseorang bahwa output
pekerjaan, relatif sama dengan inputnya, perbandingan yang mendukung output atau
input lainnya yang signifikan”.
Menurut Nurfiyah dan anita (2012), peningkatan suasana kerja yang kondusif
serta pemberi dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlakukan rentang dukungan yang
kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayanan kesehatan
yang lain.
Kepuasan kerja dapat mempengaruhi disiplin kerja karyawan kearah yang lebih
baik, hal ini disebabkan karena karyawan telah mencapai kepuasan psikologis yang
memunculkan sikap positif dari karyawan. “Disiplin yang baik mencerminkan
besarnya tanggung jawab seorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, serta masyarakat pada umumnya” (Rival dan Sagala, 2013).
Wilson (2012) mengemukakan tiga dimensi penting dalam kepuasan kerja
yaitu:
1) Kepuasan kerja merupakan tanggapan emosiaonal terhadap situasi kerja, ini
tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga.
2) Kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja melebihi atau
memenuhi harapan seseorang. Sebagai contoh, bila anggota organisasi
merasa bekerja lebih berat dari para anggota lainnya dalam suatu
departemen, tetapi mereka memperoleh penghargaan yang lebih sedikit dari
yang mereka harapkan, mereka mungkin akan bersifat negatif terhadap
pekerjaan, atasan dan rekan kerja mereka. Dilain pihak bila mereka merasa
diperlakukan dengan baik dan usaha yang telah mereka curahkan dihargai
dengan adil, maka mereka akan bersifat positif terhadap pekerjaan. Mereka
merasa lingkungan kerja telah memberikan kepuasan kerja.
3) Kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sifat lainnya dari
para pekerja.
Tingkat kepuasan kerja seseorang sangat tergantung pada jarak antara
harapan, keinginan, atau kebutuhan pegawai dengan kenyataan-kenyataan yang
dirasakan pegawai. Apabila kenyataan yang dirasakan pegawai lebih rendah dari apa
yang diinginkan, maka akan timbul ketidakpuasan. Makin jauh jarak antara harapan
dan keinginan, maka ketidakpuasan akan semakin besar. Situasi ini disebut negative
discrepancy. Positif discrepancy akan terjadi apabila kenyataan yang diterima
melebihi dari apa yang diinginkan dan situasi inilah yang akan menimbulkan
kepuasan kerja (Suwardi, 2011).
Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan, pengakuan,
tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Faktor-faktor yang
disebut pemuas (Satisfier Factors) jika dapat dioptimalkan akan membantu
perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran dan kesehatan
mental. Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan dari pekerjaannya diperoleh dari
beberapa dimensi (Bangun, 2012) yaitu : “imbalan, pekerjaan itu sendiri, peluang
promosi, supervisi, rekan kerja, kondisi pekerjaan dan keamanan pekerjaan”. Jika
faktor ini tidak atau kurang memadai akan menyebabkan ketidakpuasan diantara para
karyawan. Imbalan merupakan hasil yang mereka terima dari pekerjaan. Imbalan
yang diterima karyawan haruslah sesuai dengan beban kerja, jabatan, maupun,
kebutuhan karyawan.
Karyawan juga akan membandingkan imbalan yang mereka terima baik
dengan rekan kerja maupun dengan orang lain di perusahaan lain. Perbandingan
lainnya yang dijadikan dasar penilaian karyawan juga mengacu pada peraturan
pemerintah dan kesanggupan perusahaan dalam memberikan imbalan (Prasetyadi,
2012). Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem
penggajian pegawai RS haruslah :
1) Memenuhi ketentuan upah minimum
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa
dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan presentasi kerja untuk itu
harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi
RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah
apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga dapat
ditempuh dengan cara :
a) Penempatan tenaga yang sesuai
b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja.
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural
b. Kajian Data
Survey mendalam dilakukan terhadap 15 orang perawat yang aktif bertugas
jaga di ruang Anggrek RSUD Wonosari.
Tabel 2.47
Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan Ruang Anggrek RSUD Wonosari (n= 15)
No Pertanyaan STP TP CP P SP
N N N N N
1 Jumlah gaji yang diterima
dibandingkan pekerjaan yang 0 3 7 4 1
saudara lakukan
2 System penggajian yang 0 1 7 6 1
dilakukan institusi tempat
saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima
dibandingkan pendidikan 0 5 5 4 1
saudara
4 Pemberian insentif tambahan
atas suatu prestasi atau kerja 0 2 10 5 1
ekstran
5 Tersedianya peralatan dan
perlengkapan yang mendukung 0 2 6 8 0
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang
seperti kamar mandi, tempat 0 0 5 9 0
parkir dll
7 Kondisi ruangan kerja terutama
yang berkaitan dengan ventilasi
0 0 5 9 0
udara, kebersihan dan
kebisingan
8 Adanya jaminan atas
0 0 3 10 1
kesehatan/keselamatan
9 Perhatian institusi rumah sakit
0 0 12 3 2
terhadap saudara
10 Hubungan antar karyawan
0 0 7 6 2
dalam kelompok kerja
11 Kemampuan dalam
0 0 3 10 2
bekerjasama antar karyawan
12 Sikap teman-teman sekerja
0 0 1 10 2
terhadap saudara
13 Kesesuaian antara pekerjaan
dan latar belakang pendidikan 0 0 5 8 1
saudara
14 Kesesuaian antara waktu
bekerja dengan penugasan yang 0 0 9 6 1
diberikan
15 Kemampuan supervisi /
pengawas dalam menjalankan 0 0 7 8 0
tugasnya
16 Perlakuan atasan selama saya
0 0 5 9 1
bekerja disini
17 Kebebasan melakukan suatu
metode sendiri dalam 0 0 8 8 0
menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan
0 0 5 8 0
kerja melalui pelatihan dan
pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapat
0 0 7 8 0
posisi yang lebih penting
20 Kesempatan untuk membuat
suatu prestasi dan mendapatkan 0 0 7 8 0
kenaikan pangkat
Jumlah 0 13 124 147 16
Prosentase 0% 4% 42% 49% 5%
Keterangan :
STP : Sangat Tidak Puas
TP : Tidak Puas
CP: Cukup Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada 15
orang perawat di ruang Anggrek didapatkan gambaran bahwa sebagian perawat di
ruang Anggrek menyatakan sangat tidak puas 0% , sedangkan yang menyatakan
tidak puas sebesar 4 % yang menyatakan cukup puas 42%, yang menyatakan puas
49%, yang menyatakan sangat puas 5%.

BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN

A. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan analisa dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 9 – 11 Mei 2022 di
ruang Anggrek didapatkan dalam kamar mandi pasien tidak ada informasi
mengenai tanda gejala dehidrasi, yang digunakan sebagai sarana edukasi pasien
dan keluaraga.
b. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di ruang Anggrek pada tanggal 9 –
11 Mei 2022 didapatkan saat melakukan pemberian obat / injeksi ke pasien
tidak disertakan identitas pasien melainkan hanya nomor ruangan saja. Hal
seperti ini dapat berpengaruh pada keselamatan pasien dan penerapan prinsip 7
benar dalam pemberian obat.
c. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di ruang Anggrek pada tanggal 9 –
11 Mei 2022 didapatkan hasil kurang dilakukannya penandaan label resiko
jatuh pada pasien-pasien yang berisiko jatuh.
d. Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari di ruang Anggrek pada tanggal 9 –
11 Mei 2022 didapatkan hasil dalam manajemen penaataan file belum seperti
standar akreditasi rumah sakit.
e. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar masih D3 Keperawatan yaitu
sebanyak 60% dari jumlah keseluruhan pegawai di ruang Anggrek.
Sehubungan dengan temuan tersebut, jumlah perawat profesional di ruang
Anggrek belum memenuhi rasio perbandingan standar akreditas.
f. Berdasarkan hasil observasi pada ruang Anggrek,sebagaian besar perawat di
ruang Anggrek belum memiliki sertifikat pelatihan keperawatan bedah maupun
perawatan luka. Dengan adanya temuan tersebut dapat menjadi masukan dan
pertimbangan untuk diadakan pelatihan atau seminar untuk mengoptimalkan
kinerja perawat di ruang khusus bedah.
g. Di ruang Anggrek terdapat 36 SKP dan 1 SAK dari 10 besar penyakit yang
sering terjadi. Pada bulan Februari – April 2022 ada kasus baru yang ditemui
yaitu tumor mamae dengan nilai 3,43%. Pada draft standar asuhan keperawatan
yang telah disusun, beberapa belum terdapat dalam draft tersebut.
h. Pembaruan SPO di RSUD Wonosari dilakukan 3 tahun sekali, sebagian SPO
yang terdapat di ruang Anggrek tahun pembuatannya tahun 2016 dan tahun
2018, sebagai usulan untuk dilakukan revisi SPO kembali.
i. Diruang Anggrek selama 3 hari pengkajian didapatkan hasil observasi pada
tanggal 9 – 11 Mei 2022, didapatkan data sebanyak 100% menunjukan bahwa
kepala ruang Anggrek tidak melakukan meeting morning selama observasi tiga
hari.
j. Analisa hasil observasi di ruang Anggrek pada tanggal 9 – 11 Mei 2022,
didapatkan bahwa hasil presentase Post Conference  37,5% tidak dilakukan
selama 3 hari pengkajian 2 shift dan hasil presentase Post Conference 62,5%
dilakukan selama 3 hari pengkajian 2 shift, sehingga hasil observasi
menunjukkan kategori cukup. Teori yang disampaikan oleh Asmuji (2012)
yang memaparkan bahwa Post Conference merupakan salah satu bagian dari
MPKP, yang mana Post Conference bertujuan untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang
dijumpai dalam kegiatan MPKP.
k. Komunikasi Terapeutik di Ruang Anggrek berdasarkan hasil observasi di
ruang Amarilis RSUD Wonosari, tanggal 9 – 11 Mei 2022 didapatkan hasil
pelaksanaan komunikasi terapeutik dilaksanakan sebesar 69,7% termasuk
dalam kategori cukup.
l. Analisa hasil observasi di ruang Anggrek pada tanggal 9 – 11 Mei 2022,
didapatkan bahwa hasil nilai BOR di ruang Anggrek periode februari-april
2022 rata-rata 36,42%. Hal ini menunjukkan penggunaan tempat tidur ruang
anggrek tidak efektif dengan standar rasional untuk RSUD yaitu 75-85%.
m. Analisa hasil observasi di ruang Anggrek pada tanggal 9 – 11 Mei 2022,
didapatkan bahwa hasil nilai LOS (lama dirawat) di ruang Anggrek periode
februari-april 2022 rata-rata 4 hari. Hal ini menunjukkan lama rata-rata hari
perawatan di ruang anggrek tidak sesuai dengan standar rasional untuk RSUD
yaitu 7-10 hari.
n. Analisa hasil observasi di ruang Anggrek pada tanggal 9 – 11 Mei 2022,
didapatkan bahwa hasil nilai TOI di ruang Anggrek periode februari-april 2022
rata-rata 9 hari. Hal ini menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur yang kosong
terlalu lama di ruang anggrek tidak sesuai dengan standar rasional untuk RSUD
yaitu 1-3 hari.
o. Analisa hasil observasi di ruang Anggrek pada tanggal 9 – 11 Mei 2022,
didapatkan bahwa hasil nilai BTO (frekuensi pemakaian TT) di ruang Anggrek
periode februari-april 2022 rata-rata 2,84 kali. Hal ini menunjukkan pemakaian
tempat tidur sangat kurang di ruang anggrek tidak sesuai dengan standar
rasional untuk RSUD yaitu 40-45 kali.
2. Prioritas Masalah
a. Selama pengkajian 3 hari tidak dilakukan meeting morning sebanyak 100%,
pre post conference
b. Penerapan komunikasi terapeutik belum optimal
c. Pembuatan SAK fraktur dan ckr
d. Peningkatan penerapan K3 ( pemberian obat, penandaan resiko jatuh, label
tanda & gejala dehidrasi)
e. Manajemen penataan file tidak sesuai standar akreditasi rumah sakit
B. Rencana Kegiatan
Tabel 3.1
PLAN OF ACTION
N MASALAH URAIAN KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET WAKTU PENANGGUNG PEMBIMBING
O JAWAB
1 Sebanyak 100% 1. Pembahasan (review) Meningkatkan RuangAnggrek 100% Minggu Yanuario & Yuda Zainal Arifin,
menunjukan bahwa tentang meeting pelaksanaan II S.ST.,Ns
kepala ruang Anggrek morning, pre meeting morning di
tidak melakukan conference dan post bangsal anggrek
meeting morning conference
selama observasi tiga 2. sosialisasi ke perawat
hari. bangsal
3. melakukan role model
4. melakukan evaluasi
5. melakukan
dokumentasi
2 pelaksanaan 1. Pembahasan tentang Meningkatkan Perawat ruang 90% 24 Mei Rahma Putri Zainal Arifin,
komunikasi komunikasi terpeutik kualitas komunikasi Anggrek 2022 S.ST.,Ns
terapeutik 2. Sosialisasi perawat ke terpeutik
dilaksanakan sebesar bangsal
3. Meningkakan
69,7% termasuk
pelaksanaan
dalam kategori komunikasi efektif
cukup. 4. Melakukan CNE
5. Role model
6. Melakukan evaluasi
7. Melakukan
dokumentasi
3 Pembuatan PAK 1. Cari referensi Meningkatkan Perawat ruang 83% 19 Mei Elin & bagas Zainal Arifin,
2. Konsultasi kualitas pemberian Anggrek 2022 S.ST.,Ns
Konstipasi 3. Pelaksanaan asuhan keperawatan
4. pembuatan
4 Peningkatan 1. Konsultasi dengan Meningkatkan Perawat dan 87% Minggu wawann Zainal Arifin,
kepala ruang, PN dan standar kualitas Ruang Anggrek II S.ST.,Ns
penerapan K3 AN penerapan
2. Melakukan pengkajian keselamatan pasien
penerapan resiko jatuh di ruang Anggrek
dan K3 dalam
pemberian obat
(identitas pasien)
3. Usulan penambahan
label risiko jatuh ke
PKRS
4. Melakukan
peningkatan penerapan
K3 dalam pemberian
obat (identitas pasien)
5. Pelaksanaan
5 Manajemen file 1. Mendiskusikan dengan Meningkatkan Perawat Ruang 90% 26 Mei Kelompok Zainal Arifin,
kepala ruangan, PN, standar manajemen Anggrek 2022 S.ST.,Ns
dan AN file berdasarkan
2. Mencari susunan akreditasi RSUD
manajemen file sesuai Wonosari
standar akreitas RSUD
Wonosari
3. Mengidentifikasi
berkas-berkas file
4. Menyusun manajemen
file
5. Melakukan evaluasi
6. Melakukan
dokumentasi
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN ANGGREK
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Meeting Morning, Pre&Post Conference


1. Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning
a. KajianTeori
Meeting morning yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagai wahana
informasi dan komunikasi. Salah satu aktifitas pengorganisasian di MKKP) adalah
adanya Morning Meeting yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagai wahana
informasi dan komunikasi.
b. Kajian Data
Tabel 4.1
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Ruang Angrek
tanggal 30 – 31 Mei 2021
No Variabel yang dinilai Observasi Evaluasi
Pelaksanaan Pelaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Ka. Ru menyiapkan tempat untuk 0 3 3 0
melakukan
meeting morning
2. Ka. Ru memberikan arahan kepada staff 0 3 3 0
dengan
materi yang telah disiapkan sebelumnya
3. Ka. Ru melakukan klarifikasi apa yang 0 3 3 0
telah disampaikan kepada staff
4. Memberikan kesempatan staff untuk 0 3 3 0
mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan
5. Bersama - sama staff mendiskusikan 0 3 3 0
pemecahan masalah yang dapat ditempuh
6. Ka. Ru memberi motivasi dan 0 3 3 0
reinforcement kepada staff
Jumlah 0 18 18 0
Prosentase 0% 100% 100% 0%
Sumber: Hasil observasi tanggal 30 – 31Mei 2022
Grafik 4.1
Pelaksanaan Meeting Morning di Ruang Anggrek

Evaluasi Meeting Morning

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak Ya Tidak
Observasi Evaluasi
c. Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 30 - 31 Mei 2022, didapatkan data
sebanyak 100% menunjukan bahwa kepala ruang Anggrek sudah melakukan
meeting morning selama observasi dua hari.
2. Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
a. KajianTeori
Pre Conference merupakan komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut yang dipimpi oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Isi dalam preconference adalah rencana tiap
perawat, dan tambahan rencana dari ketua tim dan penanggungjawab tim (Modul
SP2KP). Tujuannya yaitu untuk membantu mengindentifikasikan masalah - masalah
pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan hal -
hal yang akan ditemui di lapangan, memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang kondisi pasien. Waktu dilaksanakan pre conference yaitu setelah operan jaga
dilakukan, yangmeliputi:
1) Ketua tim atau penanggungjawab tim membuka acara.
2) Ketua tim atau penanggungjawab tim membacakan rencana harian masing -
masing perawat pelaksana.
3) Ketua tim atau penanggungjawab tim memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait asuhan yang akan diberikan saatitu.
4) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement positif.
5) Ketua tim atau penanggungjawab tim menutup acara.
b. Kajian data
Tabel 4.2
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari Tanggal 30-31 Mei 2022
No Variabel yang Dinilai Observasi Evaluasi
Pelaksanaan Pelaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Menyiapkan ruang/ tempat 6 0 6 0
2 Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi 6 0 6 0
tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference 0 6 6 0
4 Memandu pelaksanaan pre-conference 6 0 6 0
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan 6 0 6 0
rencana keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan 6 0 6 0
yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan 6 0 6 0
asuhan pasien/ tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 6 0 6 0
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk 6 0 6 0
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN 6 0 6 0
11 Menyimpulkan hasil pre conference 0 6 6 0
Jumlah 54 12 66 0
Total (%) 81,8% 18,2% 100% 0%
Sumber: Hasil observasi tanggal 30 - 31 Mei 2022

Grafik 4.2
Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Anggrek

Pelaksanaan Pre Conference

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ya Tidak Ya Tidak
Observasi Evaluasi

c. AnalisaData
Berdasarkan hasil evaluasi selama 2 hari pada tanggal 30-31 Mei 2022,
didapatkan bahwa 100% AN sudah melaksanakan tahapan pre conference seperti
yang ada diceklis di ruang Anggrek sesuai dengan prosedur dengan kriteria baik.
3. Pelaksanaan Post Conference di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
a. KajianTeori
Post Conference merupakan komukasi ketua tim dan perawat pelaksana
mengenai hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan kepada shif
selanjutnya.Isi post conference meliputi hasil askep tiap perawatan dan hal penting
untuk ditindak lanjuti. Post conference dipimpin oleh ketua tim atau
penanggungjawab tim (Modul MPKP). Tujuan dilakukannya postconference yaitu
untuk memberikan kesempatan berdiskusi mengenai penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai. Waktu dilakukannya yaitu sebelum operan
ke dinas selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan,meliputi:
1) Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara.
2) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam asuhan
yang telah diberikan.
3) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan tindakan lanjut asuhan
pasien yang harus dioperkan kepada perawat shif selanjutnya.
4) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara.
b. Kajian Data
Tabel 4.3
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Post Conference
Ruang Anggrek RSUD Wonosari tanggal 30 - 31 Mei 2022
N Variabel yang dinilai Observasi Evaluasi
o Pre Orientasi Pre Orientasi
Ya Tidak Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang atau tempat 6 0 6 0
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung 6 0 6 0
jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference 0 6 6 0
4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan atau hasil 0 6 6 0
asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan 6 0 6 0
askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
6. Memberikan reinforcement kepada PA 6 0 6 0
7. Menyimpulkan hasil post conference 0 6 6 0
8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga 6 0 6 0
shif jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)
Jumlah 30 18 48 0
Total (%) 62,5% 37,5% 100% 0%
Sumber: Hasil observasi tanggal 30 - 31 Mei 2022
Grafik 4.3
Pelaksanaan Post Conference di Ruang Anggrek

Pelaksanaan Post Conference

100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Ya Tidak Ya Tidak
Observasi Evaluasi

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi evaluasi di ruang Anggrek pada tanggal 30 - 31 Mei
2022, didapatkan bahwa hasil presentase Post Conference 100% perawat sudah
melakukan sesuai dengan tahapan yang ada diceklis. Observasi ke perawat dilakukan
selama 2 hari evaluasi . Teori yang disampaikan oleh Asmuji (2012) yang
memaparkan bahwa Post Conference merupakan salah satu bagian dari MPKP, yang
mana Post Conference bertujuan untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai dalam kegiatan
MPKP.

B. Peningkatan Penerapan Komunikasi Terapeutik


Berdasarkan rencana kegiatan Plan of Action (POA) yang telah disusun, maka
pelaksaan dan evaluasi kegiatan menurut masalah sesuai dengan pengkajian yang
telah dilakukan di Ruang Amarilis RSUD Wonosari diantaranya sebagai berikut:
1. Kajian Teori
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat dalam
berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya, agar
pasien dan keluarga dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Komunikasi terapeutik diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga,
memaksimalkan fikiran dan tenaga positif yang nantinya dapat mengurangi beban
pikiran dalam menghadapi maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya
(Anjaswarni, 2016).
Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan
komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan
untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang
tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat
mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat lebih baik dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi
oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak memperhatikan hal ini,
hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak
terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa
(Tridiyawati et al, 2018).
2. Langkah-langkah persiapan
Pelaksanaan CNE dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2022 sebagai tahap
persiapan pada tanggal 20 Mei 2022 yang dimulai dari koordinasi ruangan,
penentuan topik, koordinasi dengan bidang keperawatan, pembicara, tempat
pelaksanaan CNE dan akhirnya disepakati topik CNE adalah komunikasi terapeutik
yang berfokus pada keperawatan bedah.
Dipilihnya komunikasi terapeutik fokus keperawatan bedah sebagai topik CNE
didasarkan pada pelaksanaan praktik manajamen di ruang perawatan bedah yang
membutuhkan perhatian khusus dan sebagai upaya penlayanan trauma yang dialami
oleh anak yang dirawat di rumah sakit.
3. Waktu
Pelaksanaan CNE pada hari Selasa 24 Mei 2022 dengan aplikasi Zoom pada
pukul 13.30 WIB sampai pukul 15.30 WIB.
4. Jadwal kegiatan
Tabel 4.4
Pelaksanaan POA Komunikasi Terapeurik dengan Continuing Nursing Education
Di ruang Anggrel 24 Mei 2022
Kegiatan
No. Perencanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat
PERSIAPAN
1.
Diskusi tema, Rahma Putri PP, katim, Menentukan 19 Mei Ruan
menentukan Karu, topic dan 2022 g
a. pembicara pembicara CNE Ang
pembicara, kontak
grek
waktu dg pembicara
Rahma Putri Buku, Mendapatkan 20-21 Internet,
Artikel dan sumber/referens Mei perpustakaan
Melakukan Studi jurnal i yang tepat 2022
b.
Pustaka untuk
mengoptimalkan
proposal CNE
Rahma Putri Perawat, Mendapatkan 22 Mei Ruan
Koordinasi dengan kepala informasi terkait 2022 g
c. kepala ruang dan ruang, dengan CNE Ang
bidang perawatan kepalabidang grek
keperawatan
PELAKSANAAN
2.
a. Melakukan Rahma Putri Katim, Memberitahu 22 Mei Ruang
kontrak waktu Perawat akan 2022 Anggrek
untuk sosialisasi dilaksanakan
kegiatan
sosialisasi

b. Mensosialisas Rahma Putri Katim, Bersosialisasi 23 Mei Ruang


ikan atau merefresh Perawat kepada KaRu, 2022 Anggrek
materi untuk Katim, Dan
peningkatan SDM Perawat

c. Seminar Rahma Putri Katim, Melakukan Role 24 Mei Ruang


Zoom Meeting Perawat model 2022 Anggrek

3. EVALUASI

Mengevaluasi Rahma Putri Karu, Katim, Memberikan 24-25 Ruang


peningkatan kualitas Perawat reinfocement Mei Anggrek
SDM dalam perawatan positif 2022
pada bedah di ruang
rawat bedah dengan
observasi komunikasi
efektif.
Evaluasi kualitas SDM Rahma Putri KaRu, Rancangan 2 Ruang
dalam profesional Ka.Tim, dan peran dan fungsi 4 Anggrek
keperawatan PP perawat dalam
pemberian M
asuhan e
keperawatan i
pada pasien 2
dengan 0
komunikasi 2
efektif. 2

Tabel 4.5
Materi dan Pembicara CNE
Di ruang Anggrel 28 Maret 2022 –09 April 2022
No PELAKSANAAN PERIODE
MARET APRIL
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
PERSIAPAN                          
Menganalisis hasil
1
pengkajian                      
2 Melakukan studi pustaka                          
Melakukan koordinasi                          
3
dengan Ka Ru, Ka Tim, AN                          
4 Pembuatan proposal kegiatan                          
Pembuatan undangan
5
kegiatan                          
6 Koordinasi dengan pemateri                          
7 Koordinasi dengan ruangan                          
Mensosialisasikan rencana
kegiatan pada perawat                          
8
dengan membagikan                          
undangan                          
PELAKSANAAN                          
1 Melaksanakan CNE                          
2 Evaluasi CNE                          
5. Anggaran
Tabel 4.6
Anggaran Pelaksanaan CNE Di ruang Anggrel 24 Mei 2022
No Kegiatan Jumlah Harga Anggaran
1 Continuing Nursing Education
Narasumber 1 1 Rp 200.000,. Rp. 200.000,.

Kesekretariatan
- Print proposal + revisi 40 Rp. 500,. Rp. 20.000,.
- Print surat (permohonan pemateri + 16 Rp. 500,. Rp. 8.000,.
undangan + lampiran)
- Amplop 8 Rp. 500,. Rp. 4.000,.
Total Rp. 232.000,.
6. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi
Tabel 4.7
Ketentuan Evaluasi Pelaksanaan CNE Di Ruang Anggrek Tanggal 27-28 Mei
2022
Komponen
No Keterangan
Evaluasi
Kehadiran, antusias peserta CNE, penerapan di ruang
1 Hal yang dievaluasi
perawatan
2 Evaluator Rahma Putri Nur Aini
3 Sasaran Perawat ruang Anggrek
4 Metode Observasi
5 Waktu 27-28 Mei 2022
6 Tempat Ruang Anggrek
b. Evaluasi Pelaksanaan
Tabel 4.8
Ketentuan Evaluasi Pelaksanaan CNE Di Ruang Anggrek
No Kegiatan Y Tidak
a
1 Pembuatan proposal √
2 Konsul proposal √
3 Menghubungi narasumber √
4 Pelaksanaan CNE √
5 Evaluasi √
Total Pelaksanaan 100%
Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa program CNE dapat dilaksanakan
100% mulai persiapan sampai evaluasi.
c. Evaluasi Kehadiran Peserta
Tabel 4.9
Evaluasi kehadiran CNE Ruang Anggrek
Tanggal 24 Mei 2022
Jumlah Peserta
Item Evaluasi %
Undangan Hadir
Jumlah kehadiran 15 12 80
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa perawat yang mengikuti CNE 80% dari
undangan CNE, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan CNE belum berhasil dan
mencapai target sasaran perawat ruang Anggrek. Hal ini menunjukkan kurangnya
antusias perawat ruang Anggrek untuk mengikuti kegiatan CNE, diharapkan perawat
Anggrek lebih meningkatkan antusiasnya dalam mengikuti seminar maupun
pelatihan untuk menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien anak secara komprehensif.
d. Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Tabel 4.10
Ketentuan Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Di Ruang Anggrek RSUD Wonosari 27 – 28 Mei 2022
NO Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
2 Pihak yang dievaluasi Perawat Ruang Anggrek RSUD Wonosari
3 Evaluator Rahma Putri Nur Aini
4 Jumlah Sampel Jumlah sampel yang digunakan adalah yang telah
mengikuti kegiata Continuing Nursing Education
(CNE)
5 Instrumental evaluasi Ceklist Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
6 Metode evaluasi Oberservasi
7 Tempat evaluasi Ruang Amarilis RSUD Wonosari
8 Waktu evaluasi 27-28 Mei 2022
9 Kriteria hasil Pencapaian target Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik 90%

e. Hasil Evaluasi
Tabel 4.11
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik setelah Implementasi
Di Ruang Anggrek RSUD Wonosari 27 – 28 Mei 2022 (n=14)
Pelaksanaan
Obser
Evaluasi
vasi
27-28
No Kegiatan 9-11
Mei
Mei
2022
2022
Y T Y T
a i a i
d d
a a
k k
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang pasien 14 0 14 0
2. Menyiapkan alat 14 0 14 0
3. Cuci tangan 14 0 14 0
B Pelaksanaan
4. Memberi salam dan tersenyum pada 14 0 14 0
pasien
5. Melakukan validasi 14 0 14 0
6 Memperkenalkan nama perawat 9 5 14 0
7. Menanyakan nama panggilan kesukaan 0 14 14 0
pasien
8. Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 14 14 0
9. Menjelaskan peran perawat 0 14 14 0
10. Menjelaskan kegiatan yang akan 14 0 14 0
dilakukan
11. Menjelaskan tujuan 14 0 14 0
12. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 0 14 14 0
untuk kegiatan
13. Menjelaskan kerahasiaan 0 14 14 0
C. Tahap kerja
14. Memberikan kesempatan klien untuk 14 0 14 0
bertanya
15. Menanyakan keluhan pasien 14 0 14 0
16. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 14 0 14 0
17. Melakukan kegiatan sesuai dengan 14 0 14 0
rencana
D. Tahap Terminasi
18. Menyimpulkan hasil kegiatan 14 0 14 0
19. Memberikan reinforcement positif 14 0 14 0
20. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya 0 14 14 0
21. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang 14 0 14 0
baik
Jumlah 205 89 294 0
69,7% 30,3% 100% 0%
Sumber: Data primer Ruang Anggrek 2022
Grafik 4.4
Pelaksanaan Komunikasi Terapetik di Ruang Anggrek

Penerapan Komunikasi Terapeutik

100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Ya Tidak Ya Tidak
observasi Evaluasi

f. Analisa Data Post Implementasi


Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan n=14
yang telah dilaksanakan 27-28 Mei 2022 dari item yang dinilai didapatkan hasil dari
sebelum sosialisasi 69,7% menjadi 100% terdapat peningkatan terhadap pelaksanaan
di Ruang Anggrek sebelum dilakukan dan setelah dilakukan sosialisasi. Dengan
adanya evaluasi komunikasi terapeutik tersebut diharapkan menambah motivasi
perawat untuk meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Anggrek.
g. Pembahasan
Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan n=14
yang telah dilaksanakan 27-28 Mei 2022 dari item yang dinilai didapatkan hasil dari
sebelum sosialisasi 69,7% menjadi 100% terdapat peningkatan terhadap pelaksanaan
di Ruang Anggrek sebelum dilakukan dan setelah dilakukan sosialisasi. Dengan
adanya evaluasi komunikasi terapeutik tersebut diharapkan menambah motivasi
perawat untuk meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Anggrek.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan
terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
perawat kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi masih menjadi masalah bagi
perawat maupun klien karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Pasien sering mengeluh terhadap
pelayanan keperawatan dimana pelayanan yang kurang memuaskan dan membuat
pasien jadi marah, hal tersebut terkadang disebabkan kesalahpahaman komunikasi
dengan tenaga keperawatan yang tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan
pasien (Sya’diyah, 2016).
Komunikasi perawat yang baik, akan meningkatkan citra profesionalisme pada
dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang baik, hal ini akan berimbas
pada penilaian klien terhadap perawat. Karena dalam komunikasi khususnya
komunikasi terapeutik ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan permasalahan dan memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik. Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh seorang perawat, ekspresif
dalam dalam menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga pasien merasa
diperhatikan, memiliki sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat permasalahn
pasien dari sudut pandang pasien, sensitif terhadap perasaan pasien, tidak
terpengaruh oleh masa lalu klien maupun diri perawat.
Perbedaan komunikasi individu setiap perawat memiliki dampak langsung
terhadap perilaku (Ivanovich, Konopaske, & Matteson, 2010). Gibson didalam
Farida (2011) menjelaskan ada tiga variabel yang berpengaruh terhadap perilaku dan
kinerja seseorang, salah satunya variabel individu. Kinerja perawat yang dimaksud
salah satunya adalah penerapan komunikasi terapeutik. Kinerja pekerjaan menurun
seiring bertambahnya usia. Usia juga mempengaruhi seseorang dalam berhubungan
intrapersonal. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda secara unik.
Secara fisik antara pria dan wanita berbeda, pola asuh berbeda, gaya bicara berbeda,
bahkan intonasi suara pun berbeda. Pendidikan berpengaruh pada pola pikir individu
dan pola pikir individu berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Asmadi, 2008).
Lama kerja berpengaruh terhadap perawat dalam mengembangkan keterampilan
komunikasi karena pengalaman seumur hidup akan terus bertumbuh disepanjang
karir profesionalnya (Sheldon, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christy (2018) melakukan survey
pada 7 pasien di Ruang Inap Rumah Sakit Sultan Mohammad Syarif Alkadrie.
Sebanyak 2 orang pasien yaitu sebanyak 28,5% mengatakan komunikasi yang
dilakukan perawat sudah baik, 4 orang yaitu sebnyak 57,1% mengatakan
komunikasi perawat cukup baik dan 1 orang yaitu sebanyak 14,2% mengatakan
belum puas dengan komunikasi oleh perawat. Sebanyak 2 orang pasien yaitu
sebanyak 28,5% mengatakan lebih senang dengan komunikasi yang dilakukan oleh
perawat wanita sedangkan lainnya mengataan tidak ada perbedaan. Sebanyak 3 orang
pasien yaitu sebanyak 42,8% mengatakan lebih percaya dengan perawat yang lebih
tua karena dianggap memiliki pengalaman lebih banyak sedangkan yang lainnya
mengatakan tidak ada perbedaan. Pasien mengatakan lebih tenang dan nyaman
dengan perawat yang bersikap ramah, sering menyapa dan mengecek keadaan
mereka. Dari keempat pasien yang mengatakan komunikasi perawat cukup, pasien
mengatakan jika perawat menjelaskan prosedur tindakan secara terperinci apabila
ditanya terlebih dahulu, dan tidak semua perawat memperkenalkan diri. Pasien yang
belum puas dengan komunikasi perawat menginginkan perawat lebih sering
mengunjungi pasien, cepat tanggap bila dibutuhkan pasien sehingga ia dan keluarga
lebih tenang jika keluhannya dapat cepat teratasi. Hal ini mengidentifikasikan
komunikasi yang tercipta diantara perawat dan pasien masih sebatas komunikasi
sosial, belum mencapai komunikasi yang terapeutik.
Kemampuan berkomunikasi perawat yang baik berdampak langsung pada
kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkatan perasaan yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien tersebut
membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Kondisi tersebut akan berdampak
tehadap rendahnya mutu pelayanan yang diberikan perawat dan beralihnya
kepercayaan pasien. Maka salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan secara menyeluruh tidak dapat lepas dari komunikasi terapeutik yang baik.
Terciptanya kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat mempunyai
hubungan yang erat dalam mendorong semangat dan usaha pasien untuk segera
sembuh dari sakitnya. Beberapa alasan mengapa kepuasan pasien perlu dilakukan
survei, antara lain : alasan yang pertama adalah penilaian kepuasan pasien
mengandung informasi yang bermanfaat mengenai struktur, proses dan pelayanan,
disamping itu penilaian tingkat kepuasan pasien merupakan tingkat evaluasi yang
unik. Alasan yang kedua adalah bahwa tingkat kepuasan pasien mempunyai sikap
produktif mengenai bagaimana pasien akan berprilaku (Machfoed 2012). Menurut
data WHO, Di seluruh Amerika Serikat dan Eropa, kepuasan konsumen memainkan
peran yang semakin penting dalam kualitas reformasi perawatan dan kesehatan.
selama 10 tahun terakhir, ke proliferasi dari survei yang memfokuskan secara
eksklusif pada pengalaman pasien, aspek yaitu dari pengalaman perawatan seperti
waktu tunggu, kualitas dasar fasilitas, dan komunikasi dengan penyedia layanan
kesehatan, yang semuanya membantu mengidentifikasi prioritas nyata bagi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Di antara tujuh belas negara, Italia berada
di peringkat kedua oleh WHO. Tapi hanya 20 % penduduknya mengatakan mereka
puas dengan sistem perawatan kesehatan mereka (Anonim, 2012).
h. Faktor Pendukung
Faktor pendukung tercapainya pelaksanaan Continuing Nursing education
( CNE) “Komunikasi Efektif Pada Keperawatan Bedah”sebagai berikut :
1) Ada dukungan dari pembimbing akademik yang sudah memberikan arahan
2) Adanya dukungan dari pihak pembicara yang sudah bersedia mengisi acara
Continuing Nursing education ( CNE )
3) Adanya ketersediaan dukungan serta partisipasi teman-teman Co Ners
Universitas Muhammadiyah Klaten Stase Manajemen serta perawat RSUD
Wonosari.
4) Adanya ketersediaan anggaran biaya dari pihak kampus yang membantu
dalam pelaksanaan kegiatan Continuing Education Nursing.
i. Faktor Penghambat

Faktor penghalang dalam pelaksanaan Continuing Education Nursing (CNE)


yang dilakukan secara daring adalah salah satunya kendala jaringan sinyal yang
menyebabkan kegiatan sedikit terjadi kendala, shift jaga perawat yag membuat
perawat yang berjaga tidak dapat mengikuti zoom karena fokus memberi pelayanan
ke pasien, dan faktor penghambat lain adalah keadaan pandemik yang saat ini masih
menjadi masalah mengakibatkan para mahasiswa dan semua kegiatan baik kegiatan
akademik ataupun praktik dilakukan melalui daring-lurring begitu juga dengan
kegiatan Continuing Education Nursing (CNE) ini.
j. Kesinambungan
Hasil pelaksanaan kegiatan Continuing Nursing Education (CNE) diharapkan
mampu menambah ilmu pengetahuan untuk para mahasiswa maupun perawat RSUD
Wonosari Gunung Kidul. Dalam penerapan komunikasi efektif pada kepeawatan
bedah.

C. Pembuatan PAK Rumah Sakit


1. Kajian teori
Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) adalah istilah teknis sebagai pengganti
Standar Asuhan Keperawatan dan Panduan Asuhan Keperawatan (PPK) adalah
istilah teknis sebagai pengganti Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam Undang-
undang Praktik Kedokteran 2004 dan Undang-Undang Keperawatan yang
merupakan istilah administratif. Penggantian ini untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang mungkin terjadi, bahwa “standar” merupakan hal yang harus
dilakukan pada semua keadaan. Jadi secara teknis Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat berupa Panduan Praktik
Klinis (PPK) dan Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) yang dapat berupa atau
disertai dengan salah satu atau lebih: alur klinis (Clinical Pathway), protokol,
prosedur, algoritme, standing order (PERSI, 2015).
Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis, Panduan Asuhan Keperawatan
dan Clinical Pathway Dalam Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Akreditasi Rumah
Sakit 2012 telah disusun oleh tim dari PERSI untuk menyusun suatu panduan yang
komprehensif dan baku, agar memudahkan penggunaannya oleh pihak Rumah Sakit
sebagai pelaku pelayanan.
Format Panduan Asuhan Keperawatan yang di dalamnya memuat Diagnosa
Keperawatan, Outcome Keperawatan dan Intervensi Keperawatan, akan menyulitkan
para klinisi (perawat) dalam penyusunannya ketika mereka belum memahami standar
Bahasa untuk Diagnosa, Outcome maupun Intervensi. Standar Diagnosa
Keperawatan bisa saja menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) yang sudah dipublikasikan oleh PPNI, tapi Outcome dan Intervensi yang
semestinya juga bisa menggunakan bahasa yang standar belum ada, kecuali ketika
kita menggunakan Standar Bahasa Keperawatan yang sudah dipublikasikan
Internasional oleh IOWA University yaitu NANDA, NOC dan NIC.
2. Kajian data
Tabel 4.12
10 Besar Kasus Di Ruang Anggrek
RSUD Wonosari Periode Februari – April 2022
No Nama Penyakit Prioritas Masalah
1. Post SC 1. Nyeri akut
2. Resiko Infeksi
3. Resiko perdarahan
2. Post Orif 1. Nyeri akut
2. Mobilitas fisik
3. Resiko infeksi
3. CKR 1. Gangguan perfusi
cerebral
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
4. Post Partum Spontan 1. Nyeri akut
2. Perubahan pola
eliminasi
3. Resiko infeksi
5. APP 1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Ansietas
6. Post CWL 1. Ansietas
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
7. Post Turp 1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi urin
3. Resiko infeksi

8.. Hemoroid 1. Nyeri akut


2. Konstipasi
3. Gangguan integritas
kulit
9. Abses Punggung 1. Nyeri akut
2. Gangguan integritas
kulit
3. Resiko infeksi
10. Tumor Mammae 1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Kerusakan integritas
kulit

3. Pelaksanaan PAK
Tabel 4.13
Gambaran Rencana Kegiatan PAK
Di Ruang Anggrek 19 Mei 2022
No. Kegiatan Perencanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat

1. PERENCANAAN

a. Menganalisa10 Elin Agenesa Perawat Sebagai 18 Mei Ru


penyakit dan 3 dan Bagas Panduan 2022 an
prioritas masalah Dalam g
Pemberian An
dalam 3 bulan Asuhan gg
terakhir Keperawatan re
k
b. Mencari Referensi Elin Agenesa Buku, Mendapatkan 19 Mei Internet,
diagnosa dan Bagas SDKI, sumber/refer 2022 perpustak
Konstipasi SLKI, SIKI ensi yang aan
tepat untuk
mengoptimal
kan proposal
PAK
c. Koordinasi dengan Elin Agensesa Perawat, Mendapatkan 19 Mei Ru
kepala ruang dan dan bagas kepala informasi 2022 an
bidang perawatan ruang, terkait g
kepalabida dengan PAK An
ng gg
keperawata re
n k
2. PELAKSANAAN

Pelaksanan Elin Agenesa Katim, Memberitahu 19 Mei Ruang


Pembuatan PAK Perawat akan 2022 Anggrek
dilaksanakan
kegiatan
sosialisasi

3. EVALUASI

Mengevaluasi Elin Agenesa Karu, Memberikan 19 Mei Ruang


peningkatan Katim, reinfocement 2022 Anggrek
panduan asuhan Perawat positif
keperawatan bagi
perawat
Evaluasi kualitas Elin Agenesa KaRu, Rancangan 1 Ruang
dalam pemberian dan Bagas Ka.Tim, peran dan 9 Anggrek
asuhan dan PP fungsi M
keperawatan perawat e
dengan adanya dalam i
PAK pemberian 2
asuhan 0
keperawatan 2
pada pasien 2
dengan
standar PAK

4. Tahapan Kegiatan
Tabel 4.14
Tahapan Kegiatan Pelaksanaan PAK
di Ruang Anggrek 19 Mei 2022
Mei
No Kegiatan
18 19
1. Penyusunan Perencanaa PAK

2. Pelaksanaan pembuatan PAK

3. Evaluasi PAK

5. Evaluasi Pelaksanaan
Tabel 4.15
Ketentuan Evaluasi Pelaksanaan PAK Ruang Anggrek
Tanggal 17-19 Mei 2022
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi Pembuatan PAK ( Panduan Asuhan
Keperawatan ) Konstipasi

Elin Agenesa Oktavia


2 Evaluator
Bagas Wahyu
3 Sasaran Perawat ruang Anggrek
4 Metode Observasi pembuatan PAK
5 Waktu 17 – 19 Mei 2022
6 Tempat Ruang Anggrek

Tabel 4.16
Ketentuan Evaluasi Pembuatan PAK di Ruang Anggrek
No Kegiatan Ya Tidak
1 Pembuatan proposal √
2 Konsul proposal dengan CI √
3 Konsultasi dengan perawat ruang anggrek √
4 Pelaksanaan pembuatan PAK √
5 Evaluasi √
Total Pelaksanaan 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pembuatan PAK konstipasi dapat
dilaksanakan 100% mulai persiapan sampai evaluasi.
6. Pembahasan
Dari evaluasi menunjukkan bahwa perawat yang menyetujui penambahan PAK
konstipasi yang belum ada di buku PAK ruangan anggrek, hal ini menunjukkan
bahwa penambahan PAK berhasil dan mencapai target sasaran perawat ruang
Anggrek. Hal ini menunjukkan akan menambah antusias perawat ruang Anggrek
untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien, diharapkan perawat
Anggrek lebih meningkatkan antusiasnya dalam memberikan pelayanan Kesehatan
terhadap pasien maupun untuk menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien yang terdiagnosa konstipasi secara komprehensif.
Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) adalah istilah teknis sebagai pengganti
Standar Asuhan Keperawatan dan Panduan Asuhan Keperawatan (PPK) adalah
istilah teknis sebagai pengganti Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam Undang-
undang Praktik Kedokteran 2004 dan Undang-Undang Keperawatan yang
merupakan istilah administratif.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin Ciri-ciri mutu
keperawatan yang baik antara lain: (1) memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
(2) sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,
efisiensi dan efektif, (3) aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi
jasa pelayanan, (4) memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta, (5) aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati.
7. Faktor Pendukung
a. Dukungan dari prodi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Klaten
b. Dukungan dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik stase
Manajemen Keperawatan
c. Dukungan dan peran serta dari bidang Keperawatan RSUD Wonosari Gunung
Kidul
d. Dukungan dan peran serta dari staf ruang Anggrek dalam berlangsungnya
kegiatan penambahan diagnosa konstipasi
8. Kesinambungan
Hasil penambahan Penambahan PAK (Panduan Asuhan Keperawatan)
diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan untuk para mahasiswa maupun
perawat RSUD Wonosari Gunung Kidul. Dalam melakukan Tindakan asuhan
keperawatan terhadap pasien diruang anggrek.

D. Peningkatan K3
1. 6 Sasaran Keselamatan Pasien
a. Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan. Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I (Kemenkes, 2017) dan JCI
Acreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut:
1) Ketepatan identifikasi pasien
Meliputi beberapa standar yaitu:
a) Pasien diidentifikasikan menggunakan dua identitas pasien yaitu nama
dan nomer RM
b) Pasien diidentifikasikan sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah
c) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain
untuk pemeriksaan klinis
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur
e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi
2) Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur yang mendukung praktek yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dari telepon
e) Formulir dan metode ditetapkan untuk mendukung proses terima pasien(
hand over)
f) Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi
waktu serah terima pasien( hand over)
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medications)
a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian obat dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai.
b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
c) Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja ditempat tersebut, bila diperkenankan
kebijakan
d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas disimpan dengan cara yang membatasi akses
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a) Rumah sakit menggunakan tanda yang segera dikenali untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan atau
pemberian tanda
b) Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain untuk melakukan
verifikasi pra operasi, tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat/benar, dan
fungsional
c) Tim operasi yang lengkap menetapkan dan mencatat atau
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi); sebelum
insisi/time out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi)
d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang
dilaksanakan diluar kamar operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a) Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru
ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO
Patient Safety).
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
c) Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Pengurangan risiko pasien jatuh
a) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi rissiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasilan
pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak sengaja
Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari
cidera pasien akibat jatuh dirumah sakit
d. Kajian Data
Tabel 4.17
Hasil Evaluasi 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
Tanggal 30 -31 Mei 2022
Pelaksanaan
NO Komponen Yang Di Nilai
Ya Tidak
1 Ketepatan identifikasi pasien
f. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identifikasi V
yaitu nama dan nomor RM
g. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, V
atau produk darah
h. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan V
specimen lain untuk pemeriksaan klinis
i. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan V
dan tindakan/prosedur
j. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek V
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan
lokasi
2 Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
e. Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima V
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
f. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut V
g. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan V
tersebut
h. Kebijakan dan prosedur yang mendukuung praktek
yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap V
akurasi dari komunikasi lisan dari telepon
3 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High
Alert Medications)
e. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mengatur identifikasi, lokasi, pemberian obat, dab V
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai
f. Kebijakan dan prosedur diimplemengtasikan V
g. Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan
diambil untuk mencegah pemberian yang tidak V
disengaja ditempat tersebut, bila diperkenankan
kebijakan
h. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan
pasien diberi label yang jelas disimpan dengan cara V
yang membatasi akses
4 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Rumah sakit menggunakan tanda yang segera dikenali
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien V
dalam proses penandaan atau pemberian tanda.
f. Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain
untuk melakukan verifikasi pra operasi, tepat lokasi, V
tepat prosedur, tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia,tepat/benar, dan
fungsional
g. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan V
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in
(sebelum induksi);”sebelum insisi/time out tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan
kamar operasi) V
h. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
mendukung keseragaman proses guna memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental
yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
5 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
d. Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene V
terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah
diterima secara umum ( antara lain dari WHO Patient
Safety) V
e. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang
efektif V
f. Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk
mendukung pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
6 Pengurangan risiko pasien jatuh
e. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko V
pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan V
f. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil assesmen dianggap V
berisiko
g. Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang
keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh maupun V
dampak yang berkaitan secara tidak sengaja
h. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan
berkelanjutan dari cidera pasien akibat jatuh dirumah
sakit
Jumlah 24
Nilai = jumlah nilai x 100% 100% 0%
Jumlah item/ N total
e. Pelaksanaan
Tabel 4.18
Gambaran Rencana Kegiatan Peningkatan K3 dengan 6 sasaran keselamatan pasien Di Ruang
Anggrek 19 Mei 2022
Kegiatan
No. Perencanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat

1. PERENCANAAN
Triyawan Perawat untuk mencegah 19 Mei Rua
Melakukan sosialisasi Prasetyo atau mengurangi 2022-25 ng
untuk meningkatkan Herlambang cidera pasien Mei An
K3 pada saat menjadi yang berasal 2022 ggr
Katim di ruang dari proses ek
Anggrek pelayanan
kesehatan.
Triyawan Perawat Mendapatkan 19 Mei Ruang
Prasetyo untuk 2022 Anggrek
Menambahkan tanda
Herlambang mendukung, dan
risiko jatuh di
mengoptimalka
ruangan Anggrek
n peningkatan
K3
Triyawan Perawat, Untuk mendapat 19 Mei Rua
Prasetyo kepala saran, dan 2022 ng
Koordinasi dengan Herlambang ruang, bantuan terkait An
kepala ruang dan kepala jalannya ggr
bidang perawatan bidang peningkatan K3 ek
keperawata di ruang
n Anggrek
2. PELAKSANAAN
Pelaksanaan Triyawan Katim, Memberitahu 19 Mei Ruang
sosialisasi Prasetyo Perawat akan 2022-25 Anggrek
peningkatan K3 Herlambang dilaksanakan Mei
kegiatan 2022
sosialisasi

3. EVALUASI

Menambahkan tanda Triyawan Karu, Memberikan 19 Mei Ruang


risiko jatuh di ruang Prasetyo Katim, reinfocement 2022 Anggrek
Anggrek Herlambang Perawat positif

Evaluasi peningkatan Triyawan Karu, Untuk 2 Ruang


K3 di ruang Anggrek Prasetyo Katim, mengevaluasi 6 Anggrek
Herlambang Perawat perawat untuk
mencegah atau M
mengurangi e
cidera pasien i
yang berasal 2
dari proses 0
pelayanan 2
kesehatan 2

f. Tahapan Kegiatan
Tabel 4.19
Tahapan Kegiatan Pelaksanaan K3 di Ruang Anggrek
No Kegiatan
1. Melakukan sosialisasi untuk meningkatkan K3 pada saat menjadi √
Katim di ruang Anggrek
2. Penambahan tanda risiko jatuh √
3. Evaluasi peningkatan K3 √

g. Evaluasi Pelaksanaan
Tabel 4.20
Ketentuan Evaluasi Pelaksanaan PAK Ruang Anggrek
Tanggal 17-19 Mei 2022
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi peningkatan K3 di ruang Anggrek
2 Evaluator Triyawan Prasetyo Herlambang
3 Sasaran Perawat ruang Anggrek
4 Metode Observasi peningkatan K3
5 Waktu 19 – 26 Mei 2022
6 Tempat Ruang Anggrek
Tabel 4.21
Ketentuan Evaluasi Peningkatan K3 di Ruang Anggrek
N Kegiatan Ya Tidak
o
1 Pembuatan proposal √
2 Konsul proposal dengan CI √
3 Konsultasi dengan perawat ruang √
anggrek
4 Pelaksanaan sosialisasi peningkatan K3 √
5 Evaluasi √
Total Pelaksanaan 100%

h. Pembahasan
Dari evaluasi menunjukkan bahwa perawat di ruang Anggrek yang berjumlah
15 orang sudah melakukan upaya peningkatan K3 ditandai dengan sudah
dilakukannya penerapan pemberian label obat pada setiap obat yang akan diberikan
kepada pasien, serta sudah adanya penerapan tanda resiko jatuh pada pasien yang
memiliki risiko jatuh dan sudah adanya pengisian form risiko jatuh pada RM pasien,
hal ini menunjukkan bahwa peningkatan K3 berhasil dan mencapai target sasaran
perawat ruang Anggrek, dan diharapkan perawat Anggrek bisa menjadi lebih baik
dalam memberikan pelayanan Kesehatan terhadap pasien . Untuk mendukungnya
kegitan tersebut juga sudah ada penambahan tanda risiko jatuh berjumah 19 yang
akan diberikan kepada bangsal Anggrek.
i. Faktor Pendukung
1) Dukungan dari prodi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Klaten
2) Dukungan dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik stase
Manajemen Keperawatan
3) Dukungan dan peran serta dari bidang Keperawatan RSUD Wonosari
Gunung Kidul
4) Dukungan dan peran serta dari staf ruang Anggrek dalam berlangsungnya
kegiatan peningkatan K3
j. Faktor kesulitan
Kesulitan yang kami alami selama melakukan upaya penigkatan K3 antara lain
ialah faktor untuk melakukan sosialisasi kepada setiap perawat dalam satu kali
waktu, jadi kami melakukannya secara bertahap pada setiap perawat pada saat
menjadi katim pada setiap sift.
k. Kesinambungan
Dengan dilakukannya sosialisasi peningkatan K3 diharapkan mampu
meningkatkan pencegahan atau mengurangi cidera pasien yang berasal dari proses
pelayanan kesehatan, dan mampu mengoptimalkan pelayanan kesehatan diRSUD
Wonosari Gunung Kidul dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan terhadap
pasien diruang anggrek.

E. Pembuatan Struktur Organisasi Ruangan


1. Kajian Data
Bagan 4.1
Bagan Struktur Organisasi di Ruang Perawatan Anggrek RSUD Wonosari

KEPALA RUANG ANGGREK

Zainal Arifin, S.ST.,Ns


NIP. 19780215 200604 1 012

Primary Nurse 1 Primary Nurse 2


2
Etty Prihatiningsih, S.Tr.Keb Ana Puji Lestari, A.Md.Kep
NIP. 19690423 198903 2 004 NIP. 19800730 200604 2 021

ASOSIATE NURSE ASOSIATE NURSE


Dwi Novita S, A.Md.Keb Alfian Layli P, A.Md.Keb
NIPK. 20170101 02 15 NIPK. 220170101 02 03

Riza Rahmawati, A.Md.Keb Kasmi Kusumawati, AMK


NIPK. 20210101 02 37 NIP. 19770727 200604 2 004

Febrika Agri A, S.Kep.,Ns Afif Wahyu Eko P, A.Md.Kep


NIP. 19850228 201902 1 001 NIPK. 20170101 01 01

Dwi Pawit A, A.Md.Kep Nosia I, A.Md.Kep


NIPK. 20170101 02 16 NIPK. 20170101 02 26

Brian Nurcahyo P, A.Md.Kep Herlina, A.Md.Kep


NIPK. 20180101 01 04 NIPK. 20140807 02 06

Shindy Nurlitasari, A.Md.Kep Aura Nailul Muna, A.Md.Kep


NIP. 19940719 201902 2 003 NIPK. 20220301 02 05
ADMINISTRASI TRANSPOTER

Meyfa Lutfi Nurdita Dhanu Dwi Santoso

2. Analisa data
Berdasarkan pada tabel diatas, bagan struktur organisasi yang dimiliki ruang
Anggrek ada yang belum diperbaruhi / belum ter-update.Dari hasil pengkajian saat
ini bagan struktur organisasi yang terbaru sebagai berikut :
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi di Ruang Perawatan Anggrek RSUD Wonosari

3. Pelaksanaan
Tabel 4. 22
Rencana Kegiatan Pembuatan Bagan Struktur Organisasi
di ruang Anggrek RSUD Wonosari April 2022
No. Kegiatan Pelaksanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat
1. Persiapan

a. Mengkaji Rahma Putri Kepala Mengetahui 27 Ruang


struktur Nur Aini ruang struktur Mei Anggrek
organisasi di Elin Agenesa organisasi dan 2022
ruang Anggrek Oktavia metode yang
digunakan dalam
pelayanan
keperawatan di
ruang Anggrek
b. Koordinasi Moh Yuda Kepala Mendiskusikan 27 Ruang
dengan Kepala Ruang pembuatan Mei Anggrek
Ruang struktur 2022
Anggrek organisasi.
2. Pelaksanaan
a. Menyusun Rahma Putri Rancangan Penyusunan isi 29-30 Ruang
isi dan Nur Aini tampilan dan tampilan Mei Anggrek
tampilan Yanuario bagan bagan organisasi 2022
bagan Burnama organisasi
organisasi Triyawan
ruang Anggrek Prasetyo
b. Diskusi dan Rahma Putri Konsultasi Mendiskusikan isi 31 Ruang
konsultasi Nur Aini terkait dan tampilan Mei Anggrek
dengan Kepala Moh Yuda bagan bagan organisasi 2022
Ruang Pratama organisasi
Anggrek dan Yanuario dan
Ka Bid Burnama tampilan
Keperawatan Bagas bagan
Wahyu Tri organisasi
c. Melakukan Rahma Putri Usulan Revisi isi dan 1 Mei Ruang
penyusunan isi Nur Aini rancangan tampilan bagan 2022 Anggrek
dan tampilan Elin Agenesa bagan organisasi yang
bagan Oktavia telah
organisasi Triyawan dikonsultasikan
Prasetyo
Yanuario
Burnama
3 Evaluasi
Sosialisasi Rahma Putri Seluruh Mensosialisasikan 2 Mei Ruang
dengan seluruh Bagas staf bagan organisasi 2022 Anggrek
staf ruang Wahyu perawat yang telah dibuat.
Anggrek Moh Yuda ruang
Triyawan P Anggrek
Yanuario
Burnama
Elin Agenesa
4. Perencanaan Biaya/Anggaran
Tabel 4. 23
Rekapitulasi biaya perbaikan Struktur Organisasi
di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
No. Kebutuhan Jumlah Satuan anggaran Rencana (Rp)
1 Cetak Banner 1 lembar 60000 60000
2 Biaya Desain 1 15000 15000
3 Bingkai 1 40000 40000
Jumlah 115.000
5. Evaluasi
Tabel 4. 24
Ketentuan Evaluasi Pembuatan Bagan Struktur Organisasi
di Ruang Anggrek RSUD Wonosari
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi Pemahaman dan penerapan struktur organisasi
2 Pihak yang dievaluasi Perawat ruang Anggrek
3 Evaluator 1. Rahma Putri Nur Aini, S.Kep
2. Elin Agenesa Oktavia, S.Kep
3. Moh Yuda Pratama, S.Kep
4. Bagas Wahyu Tri Setiawan, S.Kep
5. Yanuario Burnama P, S.Kep
6. Triyawan Prasetyo H, S.Kep
4 Metode evaluasi Diskusi dan konsultasi
5 Waktu evaluasi 2 Mei 2022
6 Tempat evaluasi Ruang Anggrek
7 Kriteria Hasil Pencapaian target bagan struktur terupdate

6. Pembahasan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan struktur organisasi di
ruang Anggrek sudah baik dan mencapai target yang di harapkan yaitu 100% karena
struktur organisasi di ruang Anggrek itu dapat menjadi acuan dalam manajemen
organisai di dalam ruangan Anggrek. Penyusunan struktur organisasi dilakukan oleh
mahasiswa dengan didampingi oleh pembimbing klinik di ruang Anggrek dan
pembimbing di bidang keperawatan. Penyusunan struktur organisasi sudah melalui
beberapa tahapan yang telah direncanakan yaitu mulai dengan pengumpulan data-
data untuk pembuatan struktur organisasi yaitu seperti foto perawat-perawat yang
ada diruangan beserta nama dan gelarnya.
7. Evaluasi Hasil
Setelah disusun dan di tempel bagan stuktur organisasi diharapkan perawat-
perawat mengerti tentang pembagian tugas yang telah di terapkan oleh Karu di
ruangan Anggrek. tercapaiannya pembaharuan bagan ruang Anggrek.
8. Faktor Pendukung
a. Dukungan Kepala Ruang Anggrek RSUD Wonosari
b. Dukungan dan kerjasama yang baik dengan para perawat dan staf di ruang
Anggrek RSUD Wonosari
c. Adanya HP untuk pengumpulan foto
d. Adanya dukungan dan kerjasama seluruh Co-Ners

9. Faktor penghambat
Kendala dalam pembuatan bagan struktur organisasi ini yaitu dalam proses
pengumpulan foto staff di ruang Anggrek sehingga dalam pembuatan desain tertunda
dari rencana yang telah dirancang
10. Kesinambungan
Upaya dalam pembuatan bagan struktur organisasi diperlukan bagi para
perawat termasuk kepala ruang, serta staf yang ada di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari, oleh karena itu diharapkan bahwa dengan adanya upaya pembuatan
struktur organisasi dapat berupa :
a. Dijadikan panduan dalam melakukan koordinasi di Ruang Anggrek antara
kepala ruang dengan perawat dan staf lain.
b. Adanya pemeliharaan papan struktur organisasi di Ruang Anggrek RSUD
Wonosari
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan praktik manajemen keperawatan yang dilakukan di Ruang Anggrek
RSUD Wonosari telah berlangsung selama 4 minggu dimulai tanggal 9 Mei 2022
sampai dengan 4 Juni 2022. Berdasarkan hasil pengkajian hingga evaluasi selama
praktik manajemen keperawatan di ruang Anggrek, mahasiswa dapat memperoleh
gambaran secara umum tentang managemen keperawatan di ruang Anggrek dan
dapat menerapkan proses managemen keperawatan diruangan. Untuk dapat
mengidentifikasi masalah, maka mahasiswa melakukan pengumpulan data dengan
cara observasi, wawancara, maupun studi dokumentasi di ruang rawat inapAnggrek.
Adapun masalah yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Penerapan MPKP di ruang Anggrek
a. Meeting Morning
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 30 - 31 Mei 2022, didapatkan data
sebanyak 100% menunjukan bahwa kepala ruang Anggrek sudah melakukan meeting
morning selama observasi dua hari.
b. Pre Conference
Berdasarkan hasil evaluasi selama 2 hari pada tanggal 30-31 Mei 2022,
didapatkan bahwa 100% AN sudah melaksanakan tahapan pre conference seperti
yang ada diceklis di ruang Anggrek sesuai dengan prosedur dengan kriteria baik.
c. Post Conference
Analisa hasil observasi evaluasi di ruang Anggrek pada tanggal 30 - 31 Mei
2022, didapatkan bahwa hasil presentase Post Conference 100% perawat sudah
melakukan sesuai dengan tahapan yang ada diceklis. Observasi ke perawat dilakukan
selama 2 hari evaluasi.
2. Penerapan Komunikasi Terapeutik dengan CNE
Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan n=14
yang telah dilaksanakan 27-28 Mei 2022 dari item yang dinilai didapatkan hasil dari
sebelum sosialisasi 69,7% menjadi 100% terdapat peningkatan terhadap pelaksanaan
di Ruang Anggrek sebelum dilakukan dan setelah dilakukan sosialisasi. Dengan
adanya evaluasi komunikasi terapeutik tersebut diharapkan menambah motivasi
perawat untuk meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Anggrek.
3. Peningkatan K3

4. Pembuatan PAK
Evaluasi menunjukkan bahwa perawat yang menyetujui penambahan PAK
konstipasi yang belum ada di buku PAK ruangan anggrek, hal ini menunjukkan
bahwa penambahan PAK berhasil dan mencapai target sasaran perawat ruang
Anggrek.
B. Saran
1. Bagi RSUD Wonosari
a. Diharapkan rumah sakit dapat menyediakan sarana dan prasarana bagi tiap-tiap
ruangan sehingga tidak menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan kepada
pasien.
b. Diharapkan rumah sakit agar merencanakan atau menjadwalkan secara intens dalam
mengikuti pelatihan-pelatihan workshop atau seminar keperawatan sesuai standar
asuhan keperawatan.
2. Bagi Kepala Bidang Keperawatan
a. Format pengkajian asuhan keperawatan hendaknya disusun secara komprehensif
dan ringkas sehingga bisa menghasilkan data kajian yang lengkap dan dalam
pengerjaannya tidak memerlukan waktu yang lama.
b. Format diagnosa keperawatan sudah baik dan sesuai dengan masalah yang sering
muncul pada pasien, akan tetapi ada beberapa diagnose keperawatan yang
sebaiknya disesuaikan dengan diagnose keperawatan menurut SDKI.
c. Lembar implementasi sebaiknya disesuaikan berdasarkan rencana keperawatan
yang sudah dibuat sebelumnya, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan
berkesinambungan dengan rencana tindakan dan dapat mengatasi masalah
keperawatan yang dialami pasien.
d. Lembar evaluasi sudah dibuat dalam bentuk SBAR/catatan pasien pada catatan
terintegrasi. Akan tetapi sebaiknya dibuat lembar evaluasi akhir untuk melihat
catatan perkembangan pasien.
e. Mengusulkan dan mengembangkan sistem pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan sistem komputerisasi.
3. Bagi Ruang Anggrek
a. Pelaksanaan pre dan post conference perlu ditingkatkan lagi, agar dalam
pemberian asuhan keperawatan dilakukan dapat berkesinambungan mana yang
sudah dilakukan dan mana yang belum dilakukan.
b. Menyediakan tempat tersendiri untuk pemberian informasi dan menjelaskan
lembar balik penerimaan pasien baru.
LAMPIRAN
a. Kegiatan MPKP
b.

(Katim: Bagas Wahyu Tri Setyawan, S.Kep) (Katim: Yanuario Burnama P,


S.Kep)

(Katim: Elin Agenesa Oktavia, S.Kep) (Katim: Triyawan Prasetyo H, S.Kep)

(Katim: Rahma Putri Nur Aini, S.Kep) (Katim: Moh Yuda Pratama, S.Kep)
b. CNE (Continuing Nursing Education)
Lampiran daftar hadir
No Nama Peserta Jabatan Instansi
1 Zainal Arifin S, ST.Ns. Perawat RSUD Wonosari
2 Dwi Novita S, A.Md.Keb Bidan RSUD Wonosari
3 Alfian Layli P, A.Md.Keb Bidan RSUD Wonosari
4 Riza Rahmawati, A.Md.Keb Bidan RSUD Wonosari
5 Febrika Agri A, S.Kep.,Ns Perawat RSUD Wonosari
6 Dwi Pawit A, A.Md.Kep Perawat RSUD Wonosari
7 Nosia I, A.Md.Kep Perawat RSUD Wonosari
8 Meyfa Lutfi Nurdita Administrasi RSUD Wonosari
9 Ana Puji Lestari, A.Md.Kep Perawat RSUD Wonosari
10 Etty Prihatiningsih, S.Tr.Keb Bidan RSUD Wonosari
11 Herlina, A.Md.Kep Perawat RSUD Wonosari
12 Aura Nailul Muna, A.Md.Kep Perawat RSUD Wonosari
13 Riza Rahmawati, A.Md.Keb Bidan RSUD Wonosari
14 Fitrotin Nisa Mahasiswa Poltekes Yogyakarta
15 Lili Nurindahsari Mahasiswa Poltekes Yogyakarta
16 Arif Yoga Setyawan, S.Kep.Ns Perawat Lampung
17 Deny Kurniawan Mahasiswa Universitas Muh Klaten
18 Erwin Setyo S Mahasiswa Universitas Muh Klaten
19 Indah M Mahasiswa Universitas Muh Klaten
20 Qorry Setyarini Mahasiswa Universitas Muh Klaten
21 Elsha Nurmalasari Mahasiswa Universitas Muh Klaten
22 Melinda Setyowati Mahasiswa Universitas Muh Klaten
23 Ida Jahidatul F Mahasiswa Universitas Muh Klaten
24 Erina Puspitasari Mahasiswa Universitas Muh Klaten
25 Heni Cahyani Mahasiswa Universitas Muh Klaten
26 Rahma Putri Nur Aini Mahasiswa Universitas Muh Klaten
27 Moh Yuda Pratama Mahasiswa Universitas Muh Klaten
28 Elin Agenesa Oktavia Mahasiswa Universitas Muh Klaten
29 Yanuario Burnama P Mahasiswa Universitas Muh Klaten
30 Triyawan Prasetyo H Mahasiswa Universitas Muh Klaten
31 Bagas Wahyu Tri S Mahasiswa Universitas Muh Klaten
32 Lathifah Nuur Aisyah Mahasiswa Poltekes Yogyakarta
c. Surat permohonan narasumber
CONTINUING NURSING EDUCATION (CNE) STASE
MANAJEMEN KEPERAWATAN RSUD WONOSARI PROGRAM
PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
Jl. Taman Bakti No.6, Purbosari, Wonosari, Kec. Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55813

Nomor : 01/MANKEP-UMKLA/I/2022 Wonosari, 20 Mei


2022
Lampiran : Proposal Kegiatan
Perihal : Permohonan sebagai Narasumber

Kepada Yth.
Ibu Arlina Dhian S., S.Kep.,Ns., M.Kep
Di Tempat

Dengan Hormat,
Sesuai dengan implementasi POA praktik klinik stase manajemen keperawatan
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Klaten di RSUD Wonosari, kami akan
melaksanakan CNE (Continuing Nursing Education) yang bertema “Komunikasi
Terapeutik Yang Berfokus Pada Keperawatan Bedah” Adapun kegiatan tersebut
akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022
Waktu : 13.30 WIB - Selesai
Tempat : Via Zoom Meeting
Sehubungan dengan ini kami memohon kerjasama dan bantuan dari Bapak/Ibu
untuk menjadi Narasumber CNE agar terselenggaranya acara tersebut. Bersama ini
kami lampirkan proposal kegiatan. Demikian surat permohonan ini kami sampaikan,
atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,
Ketua Pelaksana

Rahma Putri Nur Aini, S.Kep


NIM. P2105025
d. Penerapan Cuci Tangan

e. Penerapan Keselamatan Pasien (Pengguanan tanda risiko jatuh)

(K3 Pemberian obat)

(penerapan pengguanaan Tanda resiko jatuh)


f. Operan jaga
g. Struktur Organisasi

h. PAK Konstipasi
KONSTIPASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSUD WONOSARI

PAK Tanggal/Terbit Ditetapkan

Direktur

dr. Heru sulistyowati, Sp.A

NIP.197002061999032004
PENGERTIAN Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
sulit dan tidak tuntas serta fases kering dan banyak

PENYEBAB Penyebab Fisiologis


1. Penurunan motilitas gastrointestinal

2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi

3. Ketidakcukupan diet

4. Ketidakcukupan asupan serat

5. Ketidakcukupan asupan cairan

6. Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)

7. Kelemahan otot abdomen

Psikologis
1. Konfusi

2. Depresi

3. Gangguan emosional

Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal

makan)

2. Ketidakadekuatan toileting

3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan

4. Penyalahgunaan laksatif

5. Efek agen farmakologis

6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi

7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi

8. Perubahan lingkungan 

TANDA DAN Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif
GEJALA 1. Defekasi kurang dari 2 kali
seminggu
2. Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif
1. Feses keras
2. Peristaltik usus menurun
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
1. Mengejan saat defekasi
Objektif
1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal

FAKTOR RESIKO

DIAGNOSIS KONSTIPASI D.0049


KEPERAWATAN

KRITERIA Setelah diberikan asuhan keperawatanselama1x24 jam


EVALUASI/NURSING diharapkan
OUTCOME konstipasi dapat membaik dengan kriteria hasil:
Eliminasi Fekal
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Keluhan defekasi lama dan sulit
menurun
3. Mengejan saat defekasi menurun
4. Distensi abdomen menurun
5. Teraba massa pada rektal menurun
6. Urgency menurun
7. Nyeri abdomen menurun
8. Kram abdomen menurun
9. Konsistensi feses membaik
10. Frekuensi defekasi
11. Peristaltik usus membaik
INTERVENSI 1.Manajemen Eliminasi Fekal
KEPERAWATAN Observasi
a. Identifikasi masalah usus dan penggunaan
obat pencahar
b. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
kondisi gastrointestinal
c. Monitor buang air besar (mis. warna,
konsistensi, volume)
d. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,
atau impaksi
Terapeutik
a. Berikan air hangat setelah makan
b. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
c. Sediakan makanan tinggi serat

2. . Manajemen Konstipasi
Observasi
a. Periksa tanda dan gejala konstipasi
b. Periksa pergerakan usus, karakteristik
feses (konsistensi, bentuk, volume dan
warna)
c. Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis.
obat-obatan, tirah baring, dan diet rendah
serat)
d. Monitor tanda dan gejala ruptur usus
dan/atau periotinitis
Terapeutik
a. Anjurkan diet tinggi serat
b. Lakukan masase abdomen, jika perlu
c. Lakukan evaluasi feses secara manual, jika
perlu

INFORMASI DAN Edukasi


EDUKASI a. Jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan keteraturan peristaltik usus
b. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses
c. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik,
sesuai toleransi
d. Anjurkan pengurangan asupan makanan
yang meningkatkan pembentukan gas
e. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan,
jika tidak terkontraindikasi

EVALUASI Tidak terjadi konstipasi

PENELAAH KRITIS Subkomite Mutu Profesi

KEPUSTAKAAN Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai