BAB I
PENDAHULUAN
keluarga karena tidak membeli susu formula yang harganya mahal (Walyani,
2015).
ASI adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar langsung dari
payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi yang paling
sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung diminum dari payudara
ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk
memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi 3
yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature. Kolostrum adalah susu
yang keluar pertama, kental, berwarna kuning dengan mengandung protein
tinggi dan sedikit lemak (Walyani, 2015).
Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim
pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk memenuhi
kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung karbohidrat,
protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang
sangat cocok dan mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak
mengganggu fungsi ginjal bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan.
Komposisi ASI dipengaruhi oleh stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit
ibu (Soetjiningsih, 2012).
Rekomendasi terakhir oleh UNICEF bersama World Health Assembly
(WHA) dan banyak negara lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan. Hal ini dikarenakan pada tahun 1999 ditemukan
bukti bahwa pemberian makanan pada usia terlalu dini memberikan efek
negatif pada bayi dan dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta
meningkatkan angka kesakitan pada bayi, selain itu tidak ditemukan bukti
yang mendukung bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia
empat atau lima bulan lebih menguntungkan, bahkan tidak ada dampak positif
untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi (Mufdlilah dkk, 2017).
ASI eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi, karena memiliki
manfaat, yaitu: (1) Sebagai nutrisi lengkap; (2) Meningkatkan daya tahan
tubuh; (3) Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta
spiritual yang matang diikuti perkembangan sosial yang baik; (4) mudah
3
dicerna dan diserap; (5) Gigi, langit-langit dan rahang tumbuh secara
sempurna; (6) Memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan
Vitamin; (7) Perlindungan penyakit infeksi melipiti otitis media akut, daire
dan saluran pernafasan; (8) Perlindungan alergi karena dalam ASI
mengandung antibodi; (9) Memberikan rangsang intelegensi dan saraf; (10)
Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal (Roesli, 2015).
Bayi neonatus yang sering dan diberikan ASI cukup lama, maka berat
badan bayi akan meningkat secara signifikan. Hal ini sesuai hasil penelitian
Rini dan Nadhiroh (2015) yang melaporkan bahwa Neonatus yang mendapat
frekuensi menyusu dalam kategori sering (84,4%), lama menyusu dalam
kategori cukup (78,1%) dan memiliki perubahan berat badan dalam kategori
naik (53,1%). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara frekuensi
menyusu dengan perubahan berat badan neonatus (p=0,015) dan tidak
terdapat hubungan antara lama menyusu dengan perubahan berat badan
neonatus (p=0,209). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu perubahan berat
badan neonatus berhubungan dengan frekuensi menyusu namun tidak
berhubungan dengan lama menyusu. Perlunya komunikasi informasi dan
edukasi bagi ibu menyusui mengenai frekuensi menyusu yang baik dalam 24
jam sehingga dengan ASI yang cukup maka pertumbuhan bayi menjadi
optimal.
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang
dilahirkan cukup bulan (matur) maupun kurang bulan (prematur). Berbagai
hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ASI memberikan banyak
keuntungan fisiologis maupun emosional. World Health Organization
(WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), American Academy of
Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan
pemberian ASI dilanjutkan sampai dua tahun (Suradi dkk, 2010).
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI, maka Departemen Kesehatan telah menerbitkan Surat
Keputusan Menteri no.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air
4
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Walaupun ASI sudah
diketahui keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak
menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat
dengan semakin besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan
tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakan
oleh ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI secara ekslusif kepada bayinya
rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi pengganti ASI, ibu
bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah
serta dukungan suami yang rendah (Kemenkes RI, 2017).
Pemberian ASI eksklusif akan memberikan banyak manfaat bagi ibu
menyusui yaitu, isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat
kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan serta mengurangi resiko
pendarahan, lemak disekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker rahim, dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui lebih rendah ketimbang ibu yang tidak menyusui dan lebih
menghemat waktu,karena ibu tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol
susu dan dot. Memberikan ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan
keluar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan, seperti botol,
kaleng susu formula, air panas, dan lebih murah karena ibu tidak perlu
membeli susu formula beserta perlengkapannya (Sari, 2015 seperti dikutip
oleh Wilda dkk, 2018).
Roesli (2015) menambahkan bahwa pemberian ASI bermanfaat bagi
ibu yang menyusui, seperti: (1) Terjalin kasih sayang; (2) Membantu
menunda kehamilan (KB alami); (3) Mempercepat pemulihan kesehatan; (4)
Mengurangi risiko perdarahan dan kanker payudara; (5) Lebih ekonomis dan
hemat; (6) Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler; (7) Secara sikologi
memberikan kepercayaan diri; (8) Memiliki efek perilaku ibu sebagai ikatan
ibu dan bayi; dan (9) Memberikan kepuasan ibu karena kebutuhan bayi dapat
dipenuhi.
5
bayinya harus diikuti dengan asupan gizi yang cukup saat buka puasa di bulan
Ramadhan.
Aktivitas menyusui sebenarnya hanya salah satu faktor yang
menyebabkan turunnya berat badan ibu menyusui. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Rudi & Sulis (2014) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
berat badan ibu yaitu nutrisi ibu, aktifitas ibu, menyusui bayi, latihan fisik,
terapi akupuntur, terapi bengkung, terapi pijat, terapi jamu dan obat-obatan
herbal.
Oleh karena itu, ibu yang memiliki bayi tidak perlu takut apabila
badannya menjadi turun karena harus menyusui bayinya, dan mengganggu
penampilan fisiknya. Untuk itu, selama masa menyusui, ibu harus menjaga
dan meningkatkan asupan makanan (nutrisi), agar badannya tetap sehat, tidak
banyak mengalami penurunan berat badan, dan bayinya selalu sehat.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh ASI Eksklusif terhadap Penurunan Berat
Badan Ibu Menyusui di Puskesmas Ngawen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian Rini dan Nadhiroh (2015) yang
menyimpulkan bahwa frekuensi menyusu bayi neonatus dapat meningkatkan
berat badan bayi, dan hasil penelitian Wilda, Sarlis, dan Mahera (2018) dan
Wijaya, Wardiyah, dan Ariyanti (2020) yang menyimpulkan bahwa
pemberian ASI dapat menurunkan berat badan ibu. Oleh karena itu, hal ini
membuat ibu yang memiliki bayi kadang dihadapkan pada dua pilihan yang
sulit. Bayi ibu yang memprioritaskan kesehatan bayinya, maka ibu akan rela
memberikan ASI kepada bayinya, walaupun berat badannya akan turun.
Namun bagi ibu yang memiliki berat badan ideal dan lebih memprioritaskan
penampilan fisiknya, maka ibu akan enggan memberikan ASI kepada
bayinya, karena takut atau tidak mau berat badannya akan turun.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ASI eksklusif
terhadap penurunan berat badan ibu menyusui.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi umur, jumlah anak,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
b. Mendeskripsikan pemberian ASI eksklusif dan penurunan berat badan
ibu menyusui.
c. Menganalisa pengaruh ASI eksklusif terhadap penurunan berat badan
ibu menyusui.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak,
sebagai berikut :
1. Bagi Universitas Muhammadiyah Klaten
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pengembangan ilmu
keperawatan anak mengenai pemberian ASI eksklusif.
2. Bagi Puskesmas Ngawen
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas Ngawen dalam
meningkatkan kepatuhan pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi ibu
Ibu memiliki kesadaran yang tinggi untuk memberikan ASI eksklusif
untuk meningkatkan kesehatan bayinya.
8
E. Keaslian Penelitian
Penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain :
1. Wijaya, Wardiyah, dan Ariyanti (2020)
Judul peneltiian adalah “Pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan
penurunan berat badan pada ibu postpartum yang menjalankan ibadah
puasa selama bulan Ramadhan”. Tujuan penelitian uUntuk mengetahui
pengaruh pemberian ASI terhadap penurunan berat badan pasca
melahirkan pada wanita Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan.
Penelitian survey analitik kuantitatif dengan desain pendekatan cross-
sectional. Populasinya adalah seluruh ibu post partum di Puskesmas
Sukarame Bandar Lampung. Sampel sebanyak 142 diambil secara total
sampling. Kuesioner tersebut meliputi data demografi dan timbangan
untuk mengukur berat badan mereka di akhir bulan Ramadhan. Hasil
penelitian didapatkan dari 142 responden, 45.8% responden yang
menyusui bayinya dan 67.5% responden juga menjalankan ibadah puasa
Ramadhan mengalami penurunan berat badan sebanyak 39.7% responden,
dengan penurunan berat badan 1-10% dari berat berat awal kelahiran.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chisquare didapatkan p-value =
0.029 dan 0.024 yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI,
berpuasa di bulan Ramadhan dengan penurunan berat badan. Disarankan
dan diperhatikan dalam menyusui bayinya harus diikuti dengan asupan
gizi yang cukup saat buka puasa di bulan Ramadhan.
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian Wijaya,
Wardiyah, dan Ariyanti adalah penelitian sekarang tidak meneliti ibu
menyusui saat bulan Ramadhan, serta populasi dan sampel penelitian
adalah ibu menyusui di Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten.
9