Anda di halaman 1dari 58

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MENUR
RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN (RSST)

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ners

Oleh
Bagas Wahyu Tri Setyawan
NIM P 2105004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau biasa yang dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili
flaviviridae. DBD dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti, atau Aedes albopictus. Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh manusia diberbagai kelompok umur. Penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyaraka (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan UNICEF, 2017)
Virus dengue (DEN) terdiri dari empat serotipe yang berbeda (DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4) yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Genotipe yang berbeda telah diidentifikasi dalam setiap serotipe, menyoroti
keragaman genetik yang luas dari serotipe dengue. Di antara mereka, genotipe “Asia”
dari DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan penyakit berat yang menyertai infeksi
dengue sekunder(WHO, 2014)
Bentuk klasik dari Demam Berdarah Dengue ( DBD ) diawali dengan demam
mendadak tinggi, berlangsung 2-7 hari. Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan suhu
namun perlu hati-hati karena dapat sebagai awal syok. Fase kritis mulai terjadi pada
hari ke 3-5. DBD dapat disertai dengan muka kemerahan, dapat juga terjadi keluhan
sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi dan juga sering ditemukan mual dan muntah.
(Arsin, 2014)
DBD berat atau yang biasa disebut Demam Berdarah Dengue pertama kali
dikenal pada 1950-an selama epidemi dengue di Filipina dan Thailand. Saat ini
penyakit ini menyerang negara-negara Asia dan Amerika Latin dan telah menjadi
penyebab utama rawat inap dan kematian di antara anak-anak dan orang dewasa di
wilayah ini. Siklus hidup penuh virus demam berdarah melibatkan peran nyamuk
sebagai pemancar (atau vektor) dan manusia sebagai korban utama dan sumber
infeksi. Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang mengalami wabah DBD,
namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara,
diataranya yaitu Afrika, Amerika Mediferania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat, Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki kasus DBD tetinggi.
Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta
kasusu di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013
dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 33.687 kasus
merupakan DBD berat. (WHO, 2014)
Indonesia sudah ditetapkan menjadi salah satu negara dengan penyakit endemik
demam berdarah, karena Indonesia merupakan negara tropis dengan curah hujan yang
cukup tinggi. DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) telah menjadi masalah terbesar di
Indonesia selama 47 tahun terakhir sejak tahun 1968. Angka Incidence rate ( IR )
penyakit DHF dari tahun 1968 – 2015 cenderung terus mengalami peningkatan.
(InfoPusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RIDatin, 2016). Sejak tahun
2018-2020 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun,
tetapi setelah 3 tahun 2020 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat
dari tahun ke tahun. (Karyanti dan Hadinegoro, 2017)
Incidence Rate kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 22,4 per
100.000 penduduk. Untuk tahun 2018 ini IR ( Incidence Rate ) DBD sudah mencapai
target karena target yang dipasang dalam RPJMD ( Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah ) adalah sebesar 100 per 100.000 penduduk. Target nasional Angka
Kesakitan (IR) DBD tahun 2018 yaitu < 49 per 100.000 penduduk. Hal ini
menunjukkan kejadian penyakit DBD di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 ini jauh
menurun dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Kejadian penyakit DHF
(Dengue Hemorrhagic Fever ) pada tahun 2018 Incidence Rate (IR) tertinggi di Jawa
Tengah yaitu kabupaten Boyolali sebesar 82,4 per 100.000 penduduk, lalu yang kedua
yaitu Kabupaten Kudus sebesar 55,7 per 100.000 penduduk, dimana kedua kabupaten
ini memiliki IR ( Incidence Rate ) melampaui target nasional yaitu < 49 per 100.000
penduduk. (Dinkes, 2019) Kejadian DBD sudah menyebar di seluruh kabupaten-kota
di Jawa Tengah.
Kota Klaten merupakan dearah endemis DBD baik tingkat desanya maupun
kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu dilaporkan adanya kasus
DBD. Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 adalah 114 kasus, terdiri dari 78 penderita
laki-laki dan 36 perempuan. Incidence Rate DBD pada tahun 2018 adalah sebesar 12,3
per 100.000 penduduk, bila dibandingkan dengan IR DBD tahun 2017 (101,6 sebesar
per 100.000 penduduk) maka terjadi penurunan IR DBD yang cukup bermakna. Pada
tahun 2018 tidak ada kematian akibat DBD.(Dinas Kesehatan Klaten, 2018). Pada
tahun 2019 kasus DBD di Kota Klaten terus mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah kasus DBD dari 68 kasus pada periode Januari – Juni 2018 menjadi 1.037
kasus pada bulan Juni 2019 (Dinas Kesehatan Klaten, 2021).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten angka kejadian DHF pada anak tahun 2019-2021 sebanyak 534
kasus, adapun ditahun 2019 sebanyak 175 kasus, lalu pada tahun 2020 sebanyak 36
kasus, dan pada tahun 2021 sebanyak 323 kasus. Berdasarkan data diatas, dapat
disimpulkan kejadian DHF mengalami peningkatan. Kecenderuan peningkatan
tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya masalah kesehatan yang dialam pasien.
Masalah kesehatan yang umum terjadi pada penyakit DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) yaitu hipertermia dan disertai dengan nyeri akut misalkan nyeri pada otot,
persendian maupun sakit kepala. Nyeri akut ialah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berata yang berlangsung kurang
dari tiga bulan.
Adapun tanda dan gelaja nyeri akut mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat
dan sulit tidur. Nyeri akut terjadi akibat masuknya infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang 5 menyebabkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan pegal-
pegal diseluruh tubuh (Tim Pokja SDKI DPP, 2018) Terdapat beberapa tindakan untuk
menurunkan atau menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh DHF tersebut yaitu
dengan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengkaji tipe dan sumber
nyeri, mengevaluasi pengontrolan nyeri, mengontrol lingkungan yang mempengaruhi
nyeri, mengurangi faktor presipitasi nyeri, dan lakukan penanganan nyeri atau
mengajarkan tentang penanganan nyeri secara non farmakologi seperti teknik relaksasi
dan distraksi (Tim Pokja SIKI DPP, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun studi kasus dengan
judul LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE
HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MENUR RSUP Dr. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN (RSST)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah “Bagaimanakah LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG MENUR RSUP Dr.
SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN (RSST?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak DHF (Dengue Hemorrhagic
Fever) dengan masalah keperawatan nyeri akut di RSUD Wangaya Tahun 2020.
2. Tujuan khusus
a. Mengobservasi gambaran pengkajian mengenai gambaran asuhan keperawatan
anak DHF.
b. Mengobservasi gambaran diagnosis keperawatan asuhan keperawatan anak
DHF
c. Mengobservasi gambaran rencana keperawatan asuhan keperawatan anak DHF
d. Mengobservasi gambaran tindakan keperawatan asuhan keperawatan anak
DHF
e. Mengobservasi gambaran evaluasi asuhan keperawatan anak DHF .

D. Manfaat Tulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil dari studi kasus ini diharapkan bisa berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada mengenai gambaran asuhan keperawatan
anak DHF.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Penulis dapat mengetahui dan menambah pengalaman mengenai asuhan
keperawatan anak Dengue Hemorrhagic Fever.
b. Bagi istitusi pendidikan
Diharapkan studi kasus ini nantinya dapat dijadikan bahan masukan dalam
proses belajar mengajar serta dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dan
menjadi bahan bacaan tentang asuhan keperawatan anak Dengue Hemorrhagic
Fever.
c. Bagi masyarakat
Diharapkan studi kasus ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
masukan bagi masyarakat khususnya tentang penyakit Dengue Hemorrhagic
Fever.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori DHF


1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, famili flaviviridae. Penyakit DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti, dan aedes albopictus dimana faktor utama penyakit dari DHF
sehingga terjadi sepanjang tahun dan bisa menyerang seluruh kelompok umur
mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. Penyakit ini berkaitan dengan
kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Ngastiyah, 2015).
Demam berdarah dengue atau dengue haemorrhagic fever adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan aedes albopictus betina yang terinfeksi virus dengue (Zulkroni,
2015). Demam berdarah dengue atau dengue hameorrhagic fever adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah dengue
menyebabkan perembesan plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Demam berdarah dengue disebabkan
oleh nyamuk aedes aegypti yang terinfeksi virus dengue saat menggigit manusia.
Virus dengue dapat pula ditularkan dari nyamuk ketelur-telurnya. Virus dengue
termasuk dalam keluarga Flaviviriade dari genus Flavivirus didalam darahnya
(Suhendro, Nainggolan L, Chen K and AW, Setiyohadi B, Alwi I, 2014)
Berdasarkan pengertian diatas dengue haemorhagic fever merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus melalui gigtan nyamuk yang terinfeksi virus
dengue.
2. Etiologi
Virus dengue terdiri atas 4 serotipe yang masing-masing menimbulkan gejala
yang bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga gejala perdarahan fatal. Derajat
beratnya penyakit diperkirakan bergantung pada efek Antibody Dependent
Enbancement (ADE) pada reaksi silang serotipe yang berbeda. Patogenesis
terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan terdapat beberapa mekanisme yang
terlibat dan berjalan secara bersamaan (Gama, 2014)
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk famili stegomyia. Aedes Aegypti,
nyamuk penggigit siang hari, adalah vektor utama, dan semua empat tipe virus
adalah ditemukan darinya. Pada kebanyakan daerah tropis Aedes aegypti
berkembang biak pada penyimpanan air minum atau air hujan yang terkumpul
pada berbagai wadah. Virus dengue juga telah ditemukan dari Aedes albopictus,
dan wabah di daerah pasifik telah di anggap berasal dari beberapa spesies Aedes
lain. Spesies ini berkembang biak di air yang terperangkap pada vegetasi. Di Asia
Tenggara dan Afrika Barat, dengue mungkin dipertahankan dalam siklus yang
melibatkan kera hutan pemakan kanopi dan spesies Aedes, yang makan pada kera
maupun manusia (Nelson, 2018)
Demam berdarah dengue dikarenakan oleh virus dengue dari famili
flaviviridae dan genus flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang
dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan beda jika menyerang manusia.
Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia, yaitu DEN-3
(Nelson, 2018). Demam dengue (DD) disebabkan karena tertelannya darah viremia
yang mengandung virus dengue oleh nyamuk aedes, diikuti dengan masuknya
darah tersebut ke manusia pejamu kedua (Gama, 2014)
3. Klasifikasi
a. Derajat 1 (ringan)
Demam diatas normal 38°C dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji turniket.
b. Derajat 2 (sedang)
Di derajat 2 ini sama seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada
kulit dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3
Adanya kegagalan kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun.
d. Derajat 4
Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur (Wijaya, A.S dan Putri, 2018)
4. Manifestasi
Gejala klinis DBD dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat satu ditandai
dengan adanya panas 2-7 hari dengan gejala umumnya tidak khas, tetapi uji
torniquet positif. Derajat II sama, seperti derajat I, tetapi sudah ada tanda
perdarahan spontan, seperti petekie, ekimosa, epitaksis, hematemisis, melena,
pedarahan gusi, telinga dan lain-lain. Derajat III ditandai dengan adanya kegagalan
dalam peredaran darah, seperti adanya nadi lemah dan cepat serta tekanan darah
menurun dan derajat IV ditandai dengan adanya sianosis. Kadangkadang dijumpai
gejala seperti pembesaran hati, adanya nyeri, asites dan tandatanda ensefalopati,
seperti kejang-kejang, gelisah, spoor dan koma (Hidayat, 2018)).
Gejala klinis untuk diagnosis DBD menurut patokan WHO, 1995
((Ngastiyah, 2015):
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab
jelas).
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniquet positif dan adanya
salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekie, ekimosis, epitaksis,
perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
d. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut.
Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari kedua atau ketiga demam muncul berupa
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan di bawah kulit (peteki/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena
dan juga hematuria masif (Ngastiyah, 2015)
5. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pada system retikolo endhothelial seperti pembesaran kelenjar -
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan.
Berdasarkan hal tersebut akan timbul the secondary heterologous infection atau
the sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi
anamnetik antibody sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen
antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus
antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut :
a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen yang
diakibatkan lepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan
terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia
hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan
vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat meningkatkan permeabilitas
kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi
intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) yang mengakibatkan
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi plasminogen
akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu
aktivas akan merangsang sistim klinin yang berperan dalam proses
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah (Wijaya, A.S dan Putri,
2018)
6. Pemeriksaan DHF
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
memperkuat diagnosis. Pemeriksaan penunjang ini digunakan untuk mengetahui
secara pasti strok dan sub-tipenya, untuk mengidentifikasikan penyebab utamanya
dan penyakit penyerta, selain itu juga dapat untuk menentukan strategi pemilihan
terapi dan memantau kemajuan dalam pengobatan (Bahtiar, 2016)
a. Pemeriksaan Darah lengkap
b. Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang
banyak dan hebat Hb biasanya menurun Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
c. Hematokrit Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma Nilai normal: 33- 38%.
d. Trombosit Trombositnya biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
e. Leukosit Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3
f. Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hyponatremia.
g. Pemeriksaan rontgen thorak Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan
adanya cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura.
(Wijayaningsih, 2016))
h. Pemeriksaan analisa gas darah
1) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45.
2) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan
pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 MmHg) dan HCO3 rendah.
7. Penatalaksanaan DHF
a. Penatalaksanaan Medis
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada
anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres hangat. Jika anak
mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan dosis : anak yang berumur
1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit
yang cenderung meningkat.
2) DHF disertai renjatan
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan
tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan
berat atau renjatan berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure)
untuk mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena
jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
b. Penatalaksaan kepreawatan
1) Perawatan pasien DHF Derajat I
DHF derajat I Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien
influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,
tetapi terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit secara
periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-
obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika
pasien demam.
2) Perawatan pasien DHF derajat II
Umumnya pasien dengan DHF derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam
keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru
beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih
baik jika pasien segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah
infus lebih baik dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital,
pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DHF derajat III Dengue Shock Sindrome (DSS)
Pasien Dengue Shock Sindrome (DSS) adalah pasien gawat maka jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran
plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya
tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental
sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf
pusat. Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan
cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.
Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan darah,
nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap dilakukan
secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan dicatat dalam
catatan khusus.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Disertai dengan keluhan batuk, pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematesis.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien.
f. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari.
g. Riwayat gizi
Status gizi anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
h. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar)
i. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar) : Kadang-kadang anak mengalami
konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat : Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas
tidur maupun istirahat kurang.
5) Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
a) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi
tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5°C)
3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri,
muka tampak kemerahan karena demam.
4) Mata : Konjungtiva anemis
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II,III, IV.
6) Telinga : tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
7) Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia
pharing.
8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
9) Dada / thorak
a) Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
c) Perkusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
d) Auskultasi : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.
10) Abdomen
a) Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
b) Palpasi : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
c) Perkusi : Terdengar redup
d) Auskultasi : Adanya penurunan bising usus
11) Sistem integument adanya petekia pada kulit spontan dan dengan
melakukan uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan.
Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di
bagian volarlenga bawah.
12) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
13) Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada
kuku sianosis/tidak
14) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %)
b) Trobositopenia (< dari 100.000/ml)
c) Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d) Ig. D. dengue positif
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hyponatremia
f) Urium dan pH darah mungkin meningkat
g) Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
h) SGOT / SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan (SDKI PPNI, 2016) yang mungkin muncul pada DHF
adalah :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit infeksi Virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas normal.
b. Gangguan keseimbangan Cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari keburuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
d. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien
mengatakan cemas dengan keadaannya, klien tampak cemas, ekspresi wajah
tampak murung.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan
tidak tau apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Anak DHF
Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
D.0130 L.14134 I.15506
Hipertermia b.d proses Termoregulasi Definisi : Manajemen Hipertermia
penyakit (inveksi virus pengaturan suhu tubuh agar Observasi :
dengue/viremia) tetap berada pada rentang 1. Identifikasi penyebab
Definisi : normal Ekspetasi : Membaik hipertermia
Suhu tubuh meningkat di atas Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu tubuh
rentang normal tubuh 1. Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
Penyebab : 2. Kulit merah menurun 4. Monitor haluaran urine
1. Dehidrasi 3. Pucat menurun 5. Monitor komplikasi akibat
2. Terpapar lingkungan 4. Suhu tubuh membaik hipertermia
panas 5. Suhu kulit membaik Terapeutik :
3. Proses penyakit (mis. 6. Tekanan darah membaik 1. Sediakan lingkungan yang
Infeksi ,kanker) dingin
4. Ketidaksesuaian pakaian 2. Longgarkan atau lepaskan
dengan lingkungan pakaian
5. Peningkatan laju 3. Basahi dan kipasi
metabolisme permukaan tubuh
6. Respon trauma 4. Berikan cairan oral
7. Aktivitas berlebihan 5. Ganti linen setiap hari atau
8. Penggunaan inkubator lebih sering jika mengalami
Gejala dan Tanda Mayor : hipehidrosis (keringat
Subjektif : berlebih).
- Objektif : 6. Lakukan pendinginan
Suhu tubuh di atas nilai normal eksternal (mis. Selimut
Gejala dan Tanda Minor : hipotermia ata kompres
Subjektif : - dingin pada dahi, leher,
Objektif : dada, abdomen,
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis
Terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
Defisit Cairan Status Cairan (hal 107) Setelah Observasi :
dilakukan intervensi selama 2 1. Periksa tanda dan
x 24 jam, maka kondisi gejala hipovolemia
volume cairan intravaskuler, (mis. Frekuensi nadi
interstisiel, dan/atau meningkat, nadi
intraseluler membaik, dengan teraba lemah, tekanan
Kriteria Hasil : kadar Na, K, darah menurun,
Cl membaik, output urine tekanan nadi
meningkat. menyempit, turgor
kulit menurun,
membrane mukosa
kering, volume urin
menurun, hematocrit
meningkat, haus,
lemah)
2. Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik :
3. Hitung kebutuhan
cairan
4. Berikan posisi
modified
Trendelenburg.
5. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
3. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (cairan RL)
4. Kolaborasi
pemberian produk
darah.
Defisit Nutrisi Kategori : 1. Ketidakmampuan Manajemen Nutrisi
fisiologi Subkategori : nutrisi menelan makanan 1. Observasi
dan cairan Definisi : asupan 2. Ketidakmampuan a. Identifikasi status nutrisi
nutrisi tidak cukup untuk mencerna makanan b. Identitifikasi alergi dan
memenuhi kebutuhan ketidakmampuan intoleransi makanan
metabolisme mengabsorbsi nutrient c. Identifikasi makanan
3. Peningkatan kebutuhan yang disukai
metabolime d. Identifikasi kebutuhan
4. Factor ekonomi (mis. kalori dan jenis nutrient
Finansial tidak e. Identifikasi perlunya
mencukupi) penggunaan selang
5. Factor psikologi (mis. nasogastric
Stress, keengganan f. Monitor asupan makana
untuk makan) g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
f. Berikan suplemen
makanan, jika perlu g.
Hentikan pemnerian
makanan melalui
selang nasogastric jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Manajemen Nutrisi
1. Observasi
a. Identifikasi status
nutrisi
b. Identitifikasi alergi dan
intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan
yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
f. Monitor asupan makana
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
f. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
g. Hentikan pemnerian
makanan melalui
selang nasogastric jika
asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
Ansietas Definisi : Kondisi Luaran Utama : Tingkat Terapi Relaksasi Observasi
emosi dan pengalaman ansietas Luaran Tambahan : 1. Identifikasi
subyektif individu terhadap 1. Dukungan sosial penurunan tingkat
objek yang tidak jelas dan 2. Harga diri energy,
spesifik akibat antisipasi 3. Kesadaran diri ketidakmampuan
bahaya yang memungkinkan 4. Kontrol diri berkonsentrasi, atau
individu melakukan tindakan 5. Proses informasi gejala lain
untuk menghadapi ancaman 6. Status kognitif mengganggu
Penyebab : 7. Tingkat agitasi kemampuan kognitif
1. Krisis situasional 8. Tingkat 2. Identifikasi teknik
2. Kebutuhan tidak relaksasi yang pernah
terpenuhi efektif digunakan
3. Krisis maturasional 3. Identifikasi
4. Ancaman terhadap kesediaan,
konsep diri kemampuan, dan
5. Ancaman terhadap penggunaan teknik
kematian sebelumnya
6. Kekhawatiran 4. Periksa ketegangan
mengalami kegagalan otot, frekkuensi nadi,
7. Disfmgsi sistem tekanan darah, dan
keluarga suhu sebelum dan
8. Hubungan orang tua sesudah latihan
anak-anak tidak 5. Monitor respons
memuaskan terhadap terapi
9. Faktor keturunan relaksasi
(tempramen, mudah Terapeutik
teragitasi sejak lahir) 1. Ciptakan lingkungan
10. Penyalahgunaan zat tenang dan tanpa
11. Terpapar bahaya gangguan dengan
lingkungan (mis. pencahayaan dan
Toksin, polutan, dan suhu ruang nyaman,
lain-lain) jika memungkinkan
12. Kurang terpapar 2. Berikan informasi
informasi tertulis tentang
Gejala dan Tanda Mayor persiapan dan
Subjektif prosedur teknik
Merasa bingung relaksasi
Merasa khawatir dengan 3. Gunakan pakaian
akibat dari kondisi yang longgar
dihadapi 4. Gunakan nada suara
Sulit bekonsentrasi lembut dengan irama
Objektif lambat dan berirama
1. Tampak gelisah 5. Gunakan relaksasi
2. Tampak tegang sebagai strategi
3. Sulit tidur Gejala dan penunjang dengan
Tanda Mayor analgetik atau
Subjektif tindakan medis lain,
1. Mengeluh pusing jika sesuai
2. Anoreksia Edukasi
3. Palpitasi 1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis, music,
meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
5. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis, napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Defisit Pengetahuan K riteria hasil untuk mengukur Edukasi Perilaku Upaya
berhubungan dengan penyelesaian dari diagnosis Kesehatan
kurangnya terpapar informasi setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 1x 30 1. Identifikasi kesiapan
menit diharapkan tingkat dan kemampuan
pengetahuan pasien meningkat menerima informasi
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Perilaku sesuai anjuran 1. Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
2. Kemampuan menjelaskan kesehatan
pengetahuan tentang suatu 2. Jadwalkan
topik meningkat pendidikan kesehatan
3. Kemampuan sesuai kesepakatan
menggambarkan 3. Berikan kesempatan
pengalaman sebelumnya untuk bertanya
yang sesuai dengan topik 4. Gunakan variasi
meningkat mode pembelajaran
4. Perilaku sesuia dengan 5. Gunakan pendekatan
pengetahuan meingkat promosi kesehatan
5. Pertanyaan tentang masalah dengan
yang dihadapi menurun memperhatikan
6. Presepsi yang keliru pengaruh dan
terhadap masalah menurun hambatan dari
lingkungan, sosial
serta budaya.
6. Berikan pujian dan
dukungan terhadap
usaha positif dan
pencapaiannya
Edukasi
1. Jelaskan penanganan
masalah kesehatan
2. Informasikan sumber
yang tepat yang
tersedia di
masyarakat
3. Anjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
4. Anjurkan
menentukan perilaku
spesifik yang akan
diubah (mis.
keinginan
mengunjungi fasilitas
kesehatan)
5. Ajarkan
mengidentifikasi
tujuan yang akan
dicapai
6. Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari hari

Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini akan muncul bila perencanaan
diaplikasikan pada pasien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga
berbeda denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi pasien.
Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana apabila perawat
mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan hubungan interpersonal, dan
ketrampilan dalam melakukan tindakan yang berpusat pada kebutuhan pasien
(Akib, 2016)
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Akib, 2016)

C. Tinjauan Islam
Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Dalam kehidupan
bermasyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju
terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Sebagaimana Syeh Ali
Mahfudz mendefinisikan dakwah sebagai berikut ini:
“Mendorong manusia agara berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk,
menyerbu mereka untuk berbuat kebajikan dan mencegah mereka dari perbuatan
munkar agar mereka mendapat kebagahiaan di dunia dan akhirat”.
Dakwah yang ada pada kitab Hidayatul Mursyidin yaitu dakwah yang
mengajak umat Muhammad kepada seluruh manusia di muka bumi ini untuk masuk
islam. Mereka bersama-sama dalam upaya menyempaikan agama yang benar.
Sehingga inilah yang dinamakan mengajak manusia berbuat kebaikan dan
mencegah dari perbuatan yang munkar agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Dakwah yang dilakukan peneliti dalam proses pendampingan diantaranya
adalah dakwah melalui pengorganisasian masyarakat dan penyadaran kepada
masyarakat yang dikemas dalam kegiatan aksi perubahan pembentukan kelompok
peduli lingkungan dan mengadakan pengetahuan tentang Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Dimana dua kegiatan tersebut merupakan upaya untuk
mewujudkan tujuan dakwah memperoleh kebahagiaan dunia yang berupa ilmu dan
kesehatan, sehingga dapat mengupayakan kebahagiaan akhiratnya. Karena pada
musim penghujan seperti sekarang ini, berdampak pada rentannya terkena penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh sebab itu, pentingnya menjaga kebersihan
dan kesehatan lingkungan untuk menghindari bahaya di kemudian hari.
Meskipun kesehatan merupakan kebutuhan fitrah manusia dan juga sebagai
nikmat Allah, tetapi banyak yang mengabaikan dan melupakan nikmat sehat ini.
Rasulullah SWA bersabda:
“Ada dua nikmat yang banyak dilupakan menusia, yaitu nikmat sehat dan
peluang kesempatan” (HR. Imam Bukhari).
Dalam hadist lain, Rasulullah menjelaskan “Nikmat yang pertama ditanyakan
kepada setiap hamba pada hari kiamat dengan pertanyaan: Tidakkah telah Kami
sehatkan badanmu dan telah Kami segarkan (kenyangkan) kamudengan air yang
sejuk” (HR. Imam Tarmizi). Maka firman Allah dalam surat at-Takatsur 8:

“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan.”
sebagian ulama mengartikan kenikmatan tersebut adalah nikmat sehat.
Diantara perhatian islam tentang kesehatan adalah perintah dan anjuran
menjaga kebersihan. Demikian dapat dipahami, jika pembahasan ulama fiqh dalam
khazanah intelektual selalu diawali dengan “Bab Thaharah” yaitu bahasan
mengenai kesucian atau kebersihan. Kemudian dijabarkan dalam sub-bahasan
mengenai bersih dari hadas besar dengan mandi junub, atau hadas kecil dengan
berwudhu, bersih dari najis dan kotoran dengan mandi atau mencuci badan.
Demikian juga selain wudhu, syarat sah shalat adalah bersih pakaian, tempat dari
segala najis, dan kotoran yang menodai.
Allah juga berfirman:
“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. al- Mudassir: 4).
Rasulullah SAW bersabda: “An-Nadlafatu min al-iman” (kebersihan itu
adalah sebagian dari iman). Dalam hadits riwayat Tirmizi, Rasulullah juga
menjelaskan: Sesungguhnya Allah itu baik (indah), menyukai kebaikan
(keindahan), bersih cinta kepada kebersihan, pemurah cinta kepada kemurahan,
dermawan menyukai kedermawanan, maka bersihkanlah halamanpekarangan
rumahmu dan janganlah kamu meniru orang-orang Yahudi (yang suka menumpuk
sampah dan kotoran dalam rumah mereka).
Penegasan Rosulullah SAW tersebut, sudah lebih awal diisyaratkan alQur’an
dalam surat al-Baqarah ayat 222

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan membersihkan


diri.”103 Pada makna “taubat” menghasilkan “kesehatan mental”. Sedangkan
kebersihan lahiriah menghasilkan “kesehatan fisik”.
Orang yang bertaubat adalah orang yang memiliki kesehatan secara
psikologis dan spiritual. Adapun orang yang membersihkan diri akan senantiasan
menjaga badan, pakaian, serta lingkungannya. Sehingga tidak heran jika Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera
sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya sebatas pada bebas penyakit
atau kelemahan saja.
Umat islam juga diajarkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan
yang diberikan oleh Allah SWT, bahkan bisa dikatakan kesehatan adalah nikmat
Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk
syukur terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan adalah
senantiasa menjaga kesehatan. firman Allah dalam Al-Qur’an Q.S Ibrahim ayat 7
yakni:
( َ‫“ ف‬Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
Berdasarkan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi SAW
bersabda:Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk
mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas izin Allah SWT (HR.
Muslim). Bahkan Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit kecuali juga
menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA
dari Nabi SAW bersabda: Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga
menurunkan obatnya (HR Bukhari). Berdasarkan ayat al-Qur’an dan hadits tersebut
dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan nikmat yang berharga. Kesehatan
juga karunia Allah SWT pada setiap umat di muka bumi ini. Sehingga penting bagi
manusia menjaga kesehatannya, termasuk dalam kesehatan lingkungan sekitarnya.
Hal ini juga yang mewajibkan bagi setiap umat agar bebas dari demam berdarah
dengue dengan tetap menjaga lingkungannya agar tetap sehat dan melakukan
penanggulangan atau pencegahan supaya terhindar dari penyakit tersebut.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, antara kebersihan dan kesehatan lingkungan
merupakansuatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Berawal dari masyarakat yang
peduli akan lingkungannya, maka terwujudlah lingkungan yang bersih dan sehat.
Seperti halnya masyarakat yang ada di kampung Gadel,dengan memulai hal
sederhana dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang ramah lingkungan,
nantinya akan membuahkan hasil yakni dapat terhindar dari penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan menjadi masyarakat yang bebas akan DBD
D. Pathway
Virus Dengue

Reaksi antigen – antibody Viremia

Mengeluarkan zat mediator


Mengeluarkan Merangsang saraf
zat mediator simpatis
Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah

Merangsang
kebocoran hipotalamus Diteruskan ke
plasma anterior ujung saraf
bebas
E.
hematokrit Trombositopenia Suhu tubuh
F.
G. meningkat
Nyeri
H.
Hemokonsentrasi
I. otot
perdarahan

Hipertermi Nyeri akut


Syok hipovolemik

Kematian Hospitalisasi

Ansietas
(Nurarif & Hardhi ,2015)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. D
No.RM : 6904xxx
Usia : 3 tahun 6 bulan 15 hari
Tanggal Lahir : 22 Juni 2018
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Tinap, 01/03 ,Tinap ,Sukomoro, Magetan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Sumber Informasi : Ibu pasien
Nama penaggung jawab : Tn. D
Alamat : Tinap, 01/03 ,Tinap ,Sukomoro, Magetan
Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
2. KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan An.D mengeluh demam.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tanggal munculnya keluhan :Ibu pasien mengatakan An. D demam sejak minggu
2 Januari 2022. Kemudian ibunya membawa ke RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
pada tanggal 3 januari 2022 pukul 08.00 WIB, dengan keluhan demam di sertai
dengan mual serta nafsu makan menurun . ekstremitas akral hangat di sertai nyeri
perut ,nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 4, berlangsung terus –
menerus ,hasil LAB menunjukkan An. D positif DF dan di sarankan olehj dokter
untuk rawat inap di ruang anak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ,kemudian pasien
di bawa ke ruang menur pada tanggal 3 Januari 2022 pukul 13.00 WIB. BB
klien :15 kg saat sakit, BB klien sebelum sakit :17 kg
Waktu munculnya keluhan secara gradual dan bertahap
Karateristik penyakit
Karakter : kualitas sedang, kuantitas tidak banyak, konsistensi tidak sering
Lokasi : perut
Timing : berdurasi
Hal-hal yang mengurangi keluhan adalah diberikannya obat-obatan
Gejala lain yang berhubungan : -
Masalah sejak munculnya keluhan
Inseden serangan mendadak berulang
Perkembangan tidak berubah
Efek dari pengobatan dari rumah sakit membaik
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Pre natal
Ibu pasien mengatakan bahwa selama hamil rutin control ke dokter
kandungan untuk memeriksakan kehamilannya kurang lebih 8 kali dan
mendapat imunisasi TT 2 kali dan selama hamil Ny.W mengalami
kenaikan berat badan 9 kg .Ny. W tidak ada keluhan selama hamil
b. Natal
Ny. W mengatakan melahirkan di RS sayidiman magetan usia kehamilan 9
bulan dengan lama persalinan kurang lebih 2 jam secara normal dengan
bantuan penolong persalinan bidan.
c. Post natal
Kondisi klien lahir BB: 3200 gram dengan PB: 50 cm tidak ada kelainan
kongenital
d. Penyakit waktu kecil
An. D sebelumnya telah menderita asma maupun eczema ,riwayat
pengobatan terakhir September 2021. . An. D tidak pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya, An .D sudah mendapatkan imunisasi BCG ,DPT,
dan campak.
e. Pernah di rawat di RS
Ibu klien mengatakan An.D pernah di rawat di RS sayidiman magetan
f. Obat – obatan yang di gunakan
Ibu klien mengatakan obat-obatan yang sedang di gunakan saat ini adalah
antibiotic, penurun demam dan obat kortikoteroid sesuai dengan resep
dokter
g. Alergi
Tidak ada reaksi alergi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat,
tanaman, maupun produk rumah tangga.
5. RIWAYAT KELUARGA
Ibu An. D mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya, tidak
ada yang menderita penyakit yang sama yang sedang di alami oleh anaknya
sekarang , dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular
seperti AIDS dan HIV.
6. RIWAYAT SOSIAL
Keluarga klien mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibunya sendiri
karena ibu menyadari tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga . pembawaan
secara umum anak periang. Lingkungan rumah bersih ,aman ,orang tua sudah
berusaha menghindarkan dari ancaman untuk keselamatan anak ,rumah
terdapat ventilasi letak barang barang berbahaya untuk anak sudah di hindarkan
dari jangkauannnya.
7. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
a. Diagnose medis : dengue hemoragic fever
b. Tindakan operasi:-
c. Obat-obatan
1) Infus Ringer Laktat (RL) 14 tts/menit 12 jam
2) sanmol 3 x 1 1/2 cth (75 mg).
3) Ondansentron  0,1 mg / kg berat
d. Hasil laboratorium
1) HB; 11,90 g/dL
2) Leukosit:6,42 10000/ul
3) Trombosit:68 10000/ul
4) Urine: bakteri +
8. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
a. Persepsi kesehatan dan manajemen keadaan
Ibu klien mengatakan kesehatan sangat penting sehingga jika ada anggota
keluarga yang sakit segera di bawa ke dokter atau puskesmas , begitu juga
saat anaknya sakit keluarga segera memeriksakannya ke bidan terdekat .ibu
klien selalu menjaga kebersihan rumah dan peralatan yang di gunakan
terutama untuk anaknya.
b. Nutrisi dan metabolic
Pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik tetapi saat pada sakit nafsu
makan pasien menurun dengan menu makan nasi + lak banyak ,pada saat
sebelum sakit 3x sehari habis 1 porsi, pada saat sakit sebanyak 3x sehari habis
¼ porsi, tidak ada pantangan makan dan juga tidak ada pembatasan makan.
Ritual saat makan yaitu klien selalu berdoa saat sebelum makan.
c. Eliminasi
Sebelum sakit An. D BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi tidak ada kesulitan
saat BAB .An.D BAK 4-5 x/hari warna urine kuning jernih, bau khas ,tidak
ada kesulitan selama BAK.
Selama sakit An. D BAB 2x /hari dengan konsistensi feses lunak ,tidak ada
kesulitan saat BAB ,An. D BAK 4-5 x/hari dengan warna urine jernih ,bau
khas ,tidak ada kesulitan selama BAK.
d. Aktivitas dan pola latihan
Sebelum sakit , ibu klien mengatakan klien beraktivitas seperti biasa yaitu
tertawa sesekali mengoceh, selama sakit An. D terbaring di tempat tidur
karena demam dan nyeri di perut sehingga mengganggu aktivitasnya .
aktivitas sehari – hari pasien seperti makan ,mandi, eliminasi, berpindah di
bantu oleh keluarga.
e. Pola istirahat dan tidur
Ibu klien mengatakan sebelum maupun saat sakit klien lebih sering tidur
hanya saja klien lebih sering terbangun saat merasakan nyeri, klien tidur
sekitar jam 8-9 jam sehari.
f. Pola kognitif dan persepsi
Ibu klien mengatakan mengetahui sakit yang di derita anaknya
g. Persepsi diri – pola konsep diri
Ibu klien mengatakan sangat khawatir dan sedih ibu klien sering bertanya
kondisi anaknya dan bertanya apakah anaknya akan lama di rawat di RS
h. Pola peran-hubungan
Interaksi antara anak dengan orang tua baik.
i. Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan dan tidak ada kelainan kongenital
j. Koping – pola toleransi stress
Ibu klien mengatakan klien selalu menangis
k. Nilai – pola keyakinan
Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.

9. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :cukup
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda vital : TD : 100/60 mmHg
N :152 x/menit
RR : 24 x/ menit
S : 39,6 0C
SPO2 : 98 %
BB :15 kg
4. Mata
Konjungtiva anemis, sclera ikterik tidak ada kelainan mata.
5. Hidung
Tidak ada sekresi ,tidak ada kelainan
6. Mulut
Mulut bersih, mukosa bibir pucat, tidak ada stomatitis
7. Telinga
Fungsi pendengaran baik, tidak ada kelainan, telinga bersih.
8. Tengkuk
Tidak terdapat kelainan
9. Dada paru-paru
Inspeksi :simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, iram nafas normal
Palpasi :simetris saat ekspansi, RR :24 x/menit
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar vesikuler
Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi: bunyi S1 S2 reguler dan tidak ada suara tambahan
10. Abdomen
Inspeksi : abdomen supel, bersih ,bentuk normal
Auskultasi : bising usus 12 x/menit
Palpasi : nyeri perut, tidak ada massa
Perkusi :terdengar suara timpani
11. Genetalia
Genetalia bersih, tidak terpasang kateter, tidak ada edema
12. Ekstremitas
Tidak terdapat oedema ,terpasang infus ,tidak ada kelainan gerak ,tidak ada
pembesaran tonus otot, tidak ada varises.

C. Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa Data
No Data focus Etiologi problem
1. DS: Proses penyakit Hipertermia
Ibu klien mengatakan An .D demam sejak
2 hari yang lalu
DO:
KU lemah
Akral hangat
Konjungtiva anemis
Wajah dan kulit tampak kemerahan
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
HB; 11,90 g/dL
Leukosit:6,42 10000/ul
Trombosit:68 10000/ul
Urine: bakteri +
2. DS : ibu klien mengatakan An. D Agen cidera nyeri akut
mengeluh nyeri perut biologis
DO: pengkajian nyeri PQRST
P: nyeri tekan pada ulu hati
Q : nyeri seperti di tusuk –tusuk
R : nyeri bagian perut
S :skala 4
T: hilang timbul
Tampak memegangi perut
TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
3. DS: Ketidakmampuan defisit nutrisi
Ibu klien mengatakan anaknya mual dan mencerna makanan
nafsu makannya menurun
DO:
Pasien tampak lemas
Konjungtiva anemis
Mukosa bibir pucat
Makan 3x sehari habis ¼ porsi
BB: 15 kg

D. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

E. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.2 Rencana Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Hipertemia b.d Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN HIPERTERMIA
proses penyakit. keperawatan selama 2x24 jam, (I.15506)
thermoregulasi 1. Observasi
menurundengan kriteria hasil: a. Identifkasi penyebab
hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
1. Menggigil menurun. lingkungan panas penggunaan
2. Kulit merah menurun. incubator)
3. Pucat menurun. b. Monitor suhu tubuh
4. Suhu tubuh membaik. c. Monitor kadar elektrolit
5. Suhu kulit membaik. d. Monitor haluaran urine
6. Tekanan darah membaik 2. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan
yang dingin
b. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
f. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
g. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
h. Batasi oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Observasi
proses penyakit tingkat nyeri menurun dengan a. lokasi, karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun b. Identifikasi skala nyeri
- Meringis c. Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
d. Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif menurun memperberat dan
- Gelisah memperingan nyeri
menurun e. Identifikasi pengetahuan
- Kesulitan tidur menurun dan keyakinan tentang nyeri
- Frekuensi nadi f. Identifikasi pengaruh
meningkat budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. MANAJEMEN NUTRISI (I.


berhubungan keperawatan 2x24 jam 03119)
dengan diharapkan status nutrisi pada 1. Observasi
ketidakmampuan pasien teratasi. a. Identifikasi status nutrisi
mencerna Kriteria hasil : b. Identifikasi alergi dan
makanan  Porsi makan yang di intoleransi makanan
habiskan c. Identifikasi makanan
 Verbalisasi keinginan yang disukai
untuk meningkatkan d. Identifikasi kebutuhan
nutrisi membaik kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
f. Monitor asupan
makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian
makan melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU

F. IMPLEMENTASI
Tabel 3.4 Implementasi
TANGGAL NO IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX
4 Januari 1 Bagas
2022 DS Wahyu T
09.00 1. Mengidentifikasi penyebab Badan anaknya
hipertermi demam
10.00 2. Memonitor suhu tubuh
10.20 3. Memonitor keluaran urine DO
10.30 4. Menyediakan lingkungan kulit tampak merah
yang dingin Akral teraba hangat
10.00 Tampak lemah
5. Menganjurkan tirah baring
Konjungtiva anemis

TTV : TD :100/60
mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0CDO:
5-01-2022 1 DS : Bagas
09.00 1. mengidentifikasi penyebab DS : Wahyu
hipertermi 1. Ibu mengatakan
10.00 2. Memonitor suhu tubuh anaknya demam
10.10 3. Memonitor keluaran urine menurun
10.20 4. menyediakan lingkungan
yang dingin Akral teraba
10.40 hangat
5. menganjurkan tirah baring
10.50 Konjungtiva
6. memberikan cairan oral
10.60 anemis
7. melonggarkan atau lepaskan
TTV : TD :100/60
pakaian mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
6-01-2022 1 DS : Bagas
09.00 1. mengidentifikasi penyebab DS : Wahyu
hipertermi Ibu mengatakan
10.00 2. Memonitor suhu tubuh anaknya demam
10.10 3. menyediakan lingkungan menurun
10.20 yang dingin
4. menganjurkan tirah baring Akral teraba
10.40 hangat
5. memberikan cairan oral
10.50 Konjungtiva
6. melonggarkan atau lepaskan
10.60 anemis
pakaian
TTV : TD :100/60
mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C

04-01-2022 2 1. Mengidentifikasi S: ibu pasien Bagas


09.00 lokasi,karakteristik,durasi, mengatakan An. D Wahyu T
frekuensi,kualitas,intensitas mengeluh nyeri perut
nyeri O: tampak wajah
10.00 2. Mengidentifikasi respon meringis
nyeri non verbal P: nyeri tekan pada ulu
10.10 3. Mengidentifikasi faktor hati
yang memperberat dan Q: nyeri seperti di
memperingan nyeri tusuk-tusuk
10.20 4. Memberikan teknik non R: nyeri bagian perut
farmakologis untuk S: skala 4
mengurangi nyeri T: hilang timbul
Tampak memegang
perut
TTV : TD :100/60
mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
05-01-2022 2 1. mengidentifikasi lokasi, S: ibu pasien Bagas
10.00 karakteristik,durasi, mengatakan anaknya Wahyu
frekuensi, kualitas, nyeri perut berkurang
intensitas nyeri O: tampak memegangi
10.10 2. memfasilitasi istirahat dan perut
tidur TTV : TD :100/60
10.20 3. menjelaskan strategi mmHg
meredakan nyeri N: 152 x/menit
10.30 4. menganjurkan RR : 24 x/menit
menggunakan analgesic S : 39,6 0C
secara tepat
14.45
06-01-2022 2 1. mengidentifikasi lokasi, S: ibu pasien Bagas
10.00 karakteristik,durasi, mengatakan anaknya
frekuensi, kualitas, nyeri perut berkurang
intensitas nyeri O: tampak memegangi
10.10 2. memfasilitasi istirahat dan perut
tidur TTV : TD :100/60
10.20 3. menganjurkan mmHg
menggunakan analgesic N: 152 x/menit
secara tepat RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C

04012022 3 1. Membina hubungan saling S :ibu pasien Septiani


10.00 percaya dengan mengatakan nafsu W
mengenalkan diri dan makan pasien menurun
menyampaikantujuankunju O:
ngan BB : 15 kg
10.10 2. Memonitor pola istirahat PB : 105 cm
Ny.M. TTV : TD :100/60
10.20 3. Memonitor dan mmHg
menobservasi,apakah klien N: 152 x/menit
masih mengeluh sulit tidur RR : 24 x/menit
apa tidak. S : 39,6 0C
10.30 4. Memonitor apakah klien Mukosa bibir pucat
sudah mau menjaga situasi Pasien tampak lemas
lingkungan dan ruangan Makanan ¼ porsi
yang nyaman atau belum. habis
10.45 5. Memonitor apakah klien
sudah mau mengatur suhu
ruangan atau belum.
11.00 4. Mengobservasi dan
mendalami dalam perasaan
pasien.
05-01-2022 3 S: ibu pasien Bagas W
10.00 1. Memonitor berat badan mengatakan nafsu
10.00 2. Memonitor hasil makan pasien
pemerikasaan laboratorium meningkat
10.20 3. menyajikan makanan secara O:
menarik dan susu yang di BB: 15 kg
sukai PB: cm
10.30 4. memberikan makanan tinggi TTV :
kalori dan protein TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
Mukosa bibir lembab
Makanan ½ porsi
habis
06-01-2022 3 S: ibu pasien Bagas W
10.00 1. Memonitor berat badan mengatakan nafsu
10.00 2. menyajikan makanan secara makan pasien
menarik dan susu yang di meningkat
10.20 sukai O:
3. memberikan makanan tinggi BB: 15 kg
kalori dan protein PB: cm
10.30 TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
Mukosa bibir lembab
Makanan ½ porsi
habis

G. EVALUASI
Tabel 3.5 Evakluasi
TANGGAL NO EVALUASI TTD
DX
0401-2022 1 S: ibu pasien mengatakan badan anaknya panas (demam) Bagas W
O: kulit tampak merah
Akral teraba hangat
Tampak lemah
Konjungtiva anemis
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi penyebab hipertermi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor keluaran urine
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Anjurkan tirah baring
- Berikan cairan oral
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
05-01-2022 1 S: ibu pasien mengatakan anaknya demam menurun Bagas W
O: akral teraba hangat
Konjungtiva anemis
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah teratasi
P: lanjutkan program terapi dan intervensi
06-01-2022 1 S: ibu pasien mengatakan anaknya demam menurun Bagas W
O: akral teraba hangat
Konjungtiva anemis
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah teratasi
1. P: lanjutkan program terapi dan intervensi
04-01-2022 2 S: ibu pasien mengatakan An. D mengeluh nyeri perut Bagas W
O: tampak wajah meringis
P: nyeri tekan pada ulu hati
Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri bagian perut
S: skala 4
T: hilang timbul
Tampak memegang perut
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten
sitas nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
05-02-2022 2 S: ibu pasien mengatakan anaknya nyeri perut berkurang Bagas W
O: tampak memegangi perut
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi
06-01-2022 2 S: ibu pasien mengatakan anaknya nyeri perut berkurang Bagas W
O: tampak memegangi perut
TTV : TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi
04-01-2022 3 S :ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun Bagas W
O:
BB : 15 kg
PB : 105 cm
TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
Mukosa bibir pucat
Pasien tampak lemas
Makanan ¼ porsi habis
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemerikasaan laboratorium
- Sajikan makanan secara menarik dan susu yang
di sukai
Berikan makanan tinggi kalori dan protein
05-01-2022 3 S: ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien meningkat Bagas W
O:
BB: 15 kg
PB: cm
TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
Mukosa bibir lembab
Makanan ½ porsi habis
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi dan intervensi
06-01-2022 3 S: ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien meningkat Bagas W
O:
BB: 15 kg
PB: cm
TTV :
TD :100/60 mmHg
N: 152 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 39,6 0C
Mukosa bibir lembab
Makanan ½ porsi habis
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan program terapi dan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang
mengalami DHF dengan yang sudah dilakukan penulis di Ruang NICU Level 2 RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam mencapai dan
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui
tahap pengkajian, identifikasi diagnosa keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan, serta mengevaluasi tindakan keperawatan (Suarli,
2012).

A. Gambaran Rumah Sakit


Rumah sakit tipe A dengan jumlah tenaga di ruang NICU level 2 sebanyak 29
orang perawat sebanyak 25, dokter sebanyak 2, administrasi 1 orang,pramuhusada 1
orang. Dengan pendidikan tenaga kesehatan dari D III sampai dengan S1 dengan
jumlah D III sebanyak 14 orang dan S1 sebanyak 11 orang.
Pada Bulan Januari 2022 kasus terbanyak di Ruang NICU level 2 antara lain
sepsis 44,74%, pneumonia 17%, asfiksia 11,8%, HMD 5,2% dan diikuti kasus yan
lainnya.

B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012). Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung
pada tahap pengkajian.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2022, dengan identitas An. D 3
tahun 6 bulan 15 hari, alamat Tinap, 01/03, Tina, Sukomoro, Magetan. Pengkajian
orang yang bertanggung jawab nama Ayah/Ibu yaitu Tn.D/Ny.D, Pekerjaan Ayah
adalah Karyawan swasta dan pekerjaan Ibu adalah Ibu Rumah Tangga dan Agama
pasien adalah Islam, Alamat adalah Tinap, 01/03, Tinap, Sukomoro, Magetan.
Menurut American academy of pediatrics (AAP) suhu tubuh normal pada anak
berumur kurang dari 3 tahun adalah 380C dan pada anak berumur lebih dari 3 tahun
adalah 37,80C. Dan menurut majority volume 6 (2017) penyebab terjadinya demam
pada DHF adalah karena terjadinya infeksi virus dengue yang ditranmisikan melalui
gigitan nyamuk dengue.
Hockenberry & Wilson (2009) anak dapat dikelompokkan menurut fase
perkembangannya. Fase perkembangan anak terdiri dari fase prenatal, fase neonatal,
fase infant, fase toddler, fase prasekolah, fase sekolah, dan fase remaja. Fae prenatal
mencakup masa kehamilan sampai anak dilahirkan. Fase neonatal merupkan masa saat
bayi lahir sampai usia 28 hari. Fase infant adalah fase saat bayi berusia 1 bulan sampai
12 bulan. Fase toddler merupakan saat anak berusia 1-3 tahun. Setelah di fase ini akan
memasuki pra sekolah yaitu saat anak memasuki usia 3-6 tahun. Fase sekolah
merupakan fase fase berusia 6-12 tahun, dan terakhir fase remaja yaitu saat anak
memasuki usia 12-18 tahun
Menurut Suyono (2019), pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada anak
pneumonia dengan gangguan pemenuhan oksigenasi didapatkan data keadaan umum
tampak lemah dan sesak napas, kesadaran composmentis sampai somnolent, tanda-
tanda vital Hasil pengkajian menunjukkan Tanggal munculnya keluhan :Ibu pasien
mengatakan An. D demam sejak minggu 2 Januari 2022. Kemudian ibunya membawa
ke RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro pada tanggal 3 januari 2022 pukul 08.00 WIB,
dengan keluhan demam di sertai dengan mual serta nafsu makan menurun. ekstremitas
akral hangat di sertai nyeri perut ,nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 4,
berlangsung terus menerus, hasil LAB menunjukkan An. D positif DF dan di sarankan
olehj dokter untuk rawat inap di ruang anak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ,kemudian
pasien di bawa ke ruang menur pada tanggal 3 Januari 2022 pukul 13.00 WIB. BB
klien :15 kg saat sakit, BB klien sebelum sakit :17 kg
Mual, muntah menyebabkan banyak cairan tubuh serta elektrolit penting dalam
tubuh terbuang. Selain itu, muntah berpengaruh pada perubahan indra pengecap yang
dapat mengakibatkan menurunnya asupan cairan atau intake yang mengakibatkan
tubuh mengalami kekurangan cairan sehingga pasien menjadi lemah dan membran
mukosa menjadi kering. Selain itu penyebab kekurangan volume cairan juga
diakibatkan suhu tubuh yang meningkat sebagai bentuk respon imun tubuh terhadap
virus. Suhu tubuh yang tinggi dapat mengeluarkan banyak keringat sehingga terjadi
penurunan turgor kulit. Indikasi lain yang menunjukkan tubuh mengalami kekurangan
volume cairan yaitu perubahan tanda-tanda vital diantaranya meningkatnya suhu
tubuh, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun (Hasanah,
2020)
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kemenkes RI (2015) bahwa yang terjadi
pada penderita penyakit DHF biasanya ditandai adanya demam yang berlangsung
sepanjang hari. menurut (Nurarif & Kusuma 2015) adanya proses radang akibat infeksi
yang terjadi atau karena gangguan fisiologis darah, serta gangguan nafsu makan dan
gangguan pada pencernaan, baik berupa keluhan mual sampai muntah
Pengkajian fisik meliputi Tanda – tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N :152
x/menit, RR : 24 x/ menit, S : 39,6 0C, SPO2 : 98 % dan BB :15 kg..
Terjadi peningkatan suhu pada kedua klien. Menurut (Murwani 2018) Virus dengue
yang telah masuk ketubuh 101 penderita akan menimbulkan viremia, hal tersebut akan
menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Penulis tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka dalam pemeriksaan penunjang. Infeksi virus dengue merupakan penyebab
Dengue Hemorrhage Fever (DHF). Virus dengue merupakan virus kelompok B
(Arthopod-Bornevirus). Penularan penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang
terinfeksi virus dengue menggit atau menghisap darah manusia yang sakit ke manusia
yang sehat. Nyamuk tersebut merupakan nyamuk yang termasuk dalam keluarga
Flavafiridae dan golongan flavivirus. Jadi nyamuk merupakan vektor atau transmisi
virus dari manusia ke manusia atau menusia kehewan atau hewan kemanusia. Nyamuk
yang membawa virus dengue sendiri terbagi dalam beberapa jenis yaitu DEN-1,
DEN2, DEN-3, DEN-4 yang banyak ditemukan diseluruh plosok Indonesia
(Kardiyudiani, 2019)

C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau proses kehidupan. Menurut NANDA (2015) terdapat 8
diagnosis keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami DHF yaitu
hipertermia, resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas. Diagnosis keperawatan yang tidak ada
sesuai dengan teori pada An. D diantaranya resiko syok, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan ketidakefektifan pola.
Diagnosa yang muncul pada An. D adalah Hipertermia berhubungan dengan
proses penyakit, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis dan Defisit
nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Menurut SDKI (2016) penyebab hipertermia yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, proses penyakit ( mis.infeksi,kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan
lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan,
dan penggunaan inkubator. Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di
atas rentang normal tubuh
Data pengkajian didapatkan data subjektif mleliputi ibu klien mengatakan An .D
demam sejak 2 hari yang lalu. Data objektf meliputi KU lemah, Akral hangat,
Konjungtiva anemis, Wajah dan kulit tampak kemerahan. Tanda-tanda vital
meliputi TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit,RR : 24 x/menit, S : 39,6 0C, HB;
11,90 g/dL, Leukosit:6,42 10000/ul, Trombosit:68 10000/ul dan Urine: bakteri +
Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena menurut Hierarki Maslow hipotermi
merupakan kebutuhan yang harus diatasi, karena apabila hipotermi jika tidak
diatasi bisa menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman yang pada akhirnya
mengancam kehidupan atau bisa menyebabkan kematian ( Sulastriningsih, 2020)

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis


Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international association for
the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)
Pengkajian pada kasus didapatkan data subyektif mengatakan nyeri perut dengan
P: nyeri tekan pada ulu hati, Q : nyeri seperti di tusuk –tusuk, R : nyeri bagian
perut, S : skala 4, T: hilang timbul dan tampak memegangi perut. Data objektif
TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit, RR : 24 x/menit dan S : 39,6 0C
Diagnosa ini menjadi prioritas kedua karena menurut Hierarki Maslow nyeri
merupakan kebutuhan yang harus diatasi setelah kebutuhan fisiologis, karena
apabila nyeri tidak diatasi bisa menyebabkan syock neurogenik yang pada
akhirnya mengancam kehidupan atau bisa menyebabkan kematian
(Sulastriningsih, 2020)
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (SDKI DPP PPNI, 2016). Defisit nutrisi adalah suatu keadaan ketika
individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme
nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2013).
Diagnosa ini ditandai dengan diagnosa subjektif ibu klien mengatakan anaknya
mual dan nafsu makannya menurun. Data objektif pasien tampak lemas,
Konjungtiva anemis, Mukosa bibir pucat, Makan 3x sehari habis ¼ porsi dan
BB: 15 kg

D. Intevensi keperawatan
Perencanaan (intervensi) adalah suatu proses didalam Pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu, apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012). Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Berikut adalah intervensi untuk
pasien dengan hipertermia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diangnosa
keperawatan, sedangkan kriteria hasil adalah standar evaluasi yang memberikan
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan di gunakan dalam membuat pertimbangan.
Tujuan dan kriteria hasil yang di lakukan oleh penulis berfokus pada pasien, singkat
dan jelas, dapat diobservasikan dan diukur, ada batas waktu, ralistik, dan ditentukan
oleh perawat dan pasien (Setiadi, 2012 ).
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam tidak terjadi hipertermia
dengan kriteria hasil Menggigil menurun, Kulit merah menurun, pucat menurun,
suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik dan tekanan darah membaik.
Berdasarkan SDKI (2017) terdapat gejala dan tanda mayor 80-100% untuk
validasi diagnosis dan terdapat tanda minor : tanda dan gejala tidak harus
ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnose adapun
gejala dan tanda mayor subjektif (tidak tersedia) dan data objektif : suhu tubuh
diatas nilai normal. Sedangkan gejala dan tanda minor subjektif (tidak tersedia)
dan data objektif : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan kulit terasa
hangat.Rencana indakan keperawatan yaitu manajemen jalan nafas, Monitor pola
nafas,Monitor bunyi nafas tambahan, Monitor sputum, Pertahankan kepatenan
jalan nafas, Berikan asi hangat dan Berikan oksigen sesuai kebutuhan dan Penuhi
asupan cairan sesuai kebutuhan (SDKI, 2018)
Penyusunan intervensi menggunakan SDKI (2018) yang meliputi
manajemen hipertermia. Manajemen hipertermi melputi Observasi, identifkasi
penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan
incubator), monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit dan monitor haluaran
urine. Secara terapeutik meliputi sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan
atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, berikan cairan oral
dan ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih). Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila), Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin dan Batasi oksigen, jika perlu. Edukasi yaitu anjurkan tirah baring.
Kolaborasi yaitu kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu. Hasilini
sesuai dengan jurnal Fitriani (2020) bahwa diagnosa hipertermi dengan penangan
manajemen hipertermi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang
ada. Intervensi dari diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit disusun sesuai dengan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2020) yaitu manajemen nyeri, intervensi yang
diberikan adalah kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital,
ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi),
ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),
anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala
bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, beri lingkungan
yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada klien dan keluarga
tentang nyeri dan perawatan yang diberikan serta kolabari pemberian terapi
analgetik untuk megurangi nyeri. Setelah menetapkan suatu diagnosa yang
menjadi prioritas, sekarang penulis akan mengidentifikasi urutan intervensi
keperawatan, ketika pasien mempunyai masalah atau perubahan multiple.
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas
nama klien. Intervensi yang dilakukan adalah mengajarkan teknik non
farmakologi dengan cara relaksasi nafas dalam
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme (SDKI DPP PPNI, 2016). Defisit nutrisi adalah suatu
keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau
metabolisme nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito,
2013).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam status nutrisi pada
pasien membaik dengan kriteria hasil Porsi makan yang di habiskan dan
Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi membaik. Rencana tindakan
yang dilakukan adalah manajemen nutrisi (I. 03119) ynag meliputi observasi yaitu
identifikasi status nutrisi, rasionalisasi untuk mengetahu status nurisi pasien.
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan rasionalisasasinyaunuk mengetahui
apakah pasien mempunyai alergi terhadap makanan, identifikasi makanan yang
disukai rasionalisasinya untuk mengetahui makanan yang disukasi pasien.
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient rasionalisasinya untuk
mengetahui kebutuhan kalori dan jenis nutrisi dari pasien. Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik. Monitor asupan makanan, monitor berat badan
dan monitor hasil pemeriksaan laboratorium. Terapeutik meliputi lakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan). Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi dan Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein. Berikan suplemen makanan, jika perlu, Hentikan
pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi yang dilakukan adalah anjurkan posisi duduk, jika mampu, Ajarkan diet
yang diprogramkan. Kolaborasi yang dilakukan Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
perlU.

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada tiga tahap dalam tindakan
keperawatan, yaitu tahap persiapan, tahap intervensi, dan tahap dokumentasi (Setiadi,
2012). Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan
untuk memenuhi, kriteria hasil seperti digambarkan dalam rencana tindakan. Tindakan
dapat dilakukan oleh perawat, pasien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain,
atau kombinasindari yang disebutkan diatas (Dermawan, 2012).
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan dilakukan tindakan keperawatan pada diagnosa hipetermia
berhubungan dengan proses penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2x24 jam hipertermia tidak terjadi dengan kriteria hasil kriteria hasil Menggigil
menurun, Kulit merah menurun, pucat menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit
membaik dan tekanan darah membaik. Implementasi keperawatan yang
dilakukan adalah manajemen hipertermia, yaitu Manajemen hipertermi melputi
Observasi, identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
panas penggunaan incubator), monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit dan
monitor haluaran urine. Secara terapeutik meliputi sediakan lingkungan yang
dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh,
berikan cairan oral dan ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih). Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila), Hindari
pemberian antipiretik atau aspirin dan Batasi oksigen, jika perlu. Edukasi yaitu
anjurkan tirah baring. Kolaborasi yaitu kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu.
Implementasi yang dilakukan pada hari pertama yaitu mengidentifikasi
penyebab hipertermi, Memonitor suhu tubuh, Memonitor keluaran urine,
Menyediakan lingkungan yang dingin, Menganjurkan tirah baring dan memberi
cairan oral. Hal ini dilakukan untuk memantau keadaan pasien. Hasil ini sesuai
dengan yang dilakukan Pratiwi (2022) bahwa Rencana keperawatan meliputi
tujuan dan kriteria hasil dengan luaran termoregulasi membaik, label intervensi
keperawatan manajemen hipertermia. Implementasi keperawatan memberikan
terapi inovasi kompres bawang merah dengan evaluasi keperawatan yang didapat
setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam termoregulasi membaik..
Implementasi hari kedua yaitu manajemen hipertermia meliputi
mengidentifikasi penyebab hipertermi, Memonitor suhu tubuh, Memonitor
keluaran urine, Menyediakan lingkungan yang dingin, Menganjurkan tirah baring
dan memberi cairan oral. Implementasi hari ketiga melkaukan manajemen
hipertermia meliputi mengidentifikasi penyebab hipertermi, Memonitor suhu
tubuh, Memonitor keluaran urine, Menganjurkan tirah baring dan memberi cairan
oral. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan Asri (2020) bahwa pelaksanaan
tindakan pada pasien anak DHF dengan melakukan manajemen hipertermi. Hal
ini dilakukan agar suhu membaik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Proses Penyakit
Implementasi dari diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan
penyakit yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda
vital, mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi),
mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),
menganjurkan/mendemonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada
kepala bagian belakang, menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat,
memberi lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, serta memberi
informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan.
Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama
yaitu nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Implementasi yang dilakukan hari pertama yaitu Mengidentifikasi klien
mengenai kebiasaan yang beresiko dengan kejadian nyeri. Rasionalnya agar
pasien mengerti tanda dan gejala nyeri Rasionalnya untuk agar pasien mengerti
tentang pengertian, tanda dan gejala nyeri. Mendukung teknik yang dapat
mengurangi stress : relaksasi dan massage.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) menunjukan
bahwa skala nyeri responden pada kelompok eksperimen menunjukan penurunan
yang segnifikan saat sebelum dan sesudah terapi relaksasi napas dalam, dimana
nilai 3.357 dan nilai P = 0.001 atau (P0,05) hal tersebut dapat disimpula bahwa
terdapat pengaruh yang segnifikan antara pemberian terapi relaksasi napas dalam
terhadap penurunan intensitas nyeri. Hasil yang didapat penulis setelah
dilakukannya tindakan ini adalah pasien mengatakan nyerinya sudah dapat ia
control dan pasien tampak nyaman. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya
mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan
enkefalin. Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang
berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2015).
Endorfin merupakan neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsangan
nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri. Penurunan intensitas nyeri
tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri yang dialami
terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga suplai oksigen
dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi. Otak yang relaksasi
itulah yang akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin untuk
menghambat transmisi impuls nyeri ke otak dan dapat menurunkan sensasi
terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan intensitas nyeri yang dialami
responden berkurang (Widiatie, 2015).
Mengukur TTV Klien. Memonitor tingkat kenyamanan saat aktifitas baik
siang atau malam. Implementasi yang ketiga yaitu dengan mengkolaborasikan
dengan tim medis untuk pemberian terapi obat analgesik. Pemberian analgesik
yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya dibandingkan dengan
penggunaan intervensi manejemen nyeri non-farmakologi. Jika dengan
manejemen nyeri nonfarmakologi belum juga berkurang atau hilang maka barulah
diberikan analgesik. Pemberian analgesik juga harus sesuai dengan yang
diresepkan dokter, karena pemberian analgesik dalam jangka panjang dapat
menyebabkan pasien mengalami ketergantungan (Sodikin, 2001 dalam
Sehono,2010).
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Implementasi yang diberikan kepada pasien 3×24 jam yaitu kaji status
nutrisi anak, kaji adanya alergi makanan atau tidak, monitor berat badan, monitor
mual dan muntah, mengobservasi tanda-tanda vital, berikan makanan sedikit tapi
sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. Menurut peneliti implementasi
ini,Intevensi yang paling efektif yang bisa mengatasi masalah risiko defisit nutrisi
adalah memberikan makanan sedikit tapi sering karena hal itu dapat
meningkatkan nafsu makna anak, sehingga adanya peningkatan nafsu makan anak
bisa mencegah terjadinya risiko defisit nutrisi.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana, tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Pada evaluasi penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu sesuai SOAP
(subjektif, objektif, assessment dan planning). Evaluasi pada diagnosa pertama
didapatkan hasil data subjektif ibu pasien mengatakan badan anaknya panas (demam),
Data Objektif kulit tampak merah, Akral teraba hangat, Tampak lemah dan
Konjungtiva anemis, TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit, RR : 24 x/menit dan
S : 39,6 0C. Analisa masalah belum teratasi dan Perencanaan lanjutkan intervensi dan
Identifikasi penyebab hipertermi, Monitor suhu tubuh, Monitor keluaran urine,
Sediakan lingkungan yang dingin, Anjurkan tirah baring dan Berikan cairan oral.
Longgarkan atau lepaskan pakaian. Evaluasi pada hari kedua dan ketiga masalah
teratasi. Hal ini dikarenakan faktor pendukung yaitu klien kooperatif dan dan mau
melakukan anjuran perawat.
Diagnosa kedua nyeri teratasi hal ini dilihat dari suhu bayi. S: ibu pasien
mengatakan An. D mengeluh nyeri perut, O: tampak wajah meringis, P: nyeri tekan
pada ulu hati, Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri bagian perut, S: skala 4, T:
hilang timbul, Tampak memegang perut, TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit,
RR : 24 x/menit dan S : 39,6 0C. A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi,
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Fasilitasi
istirahat dan tidur, Jelaskan strategi meredakan nyeri dan Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat. Hari kedua masalah teratasi dan hari ketiga masalah juga
teratasi. Hal ini dikarenakan faktor pendukung yaitu klien kooperatif dan dan mau
melakukan anjuran perawat.
Diagnosa ketiga defisit nutrisi berhubungan dengan ktidakmampuan menelan
makanan. Data subjektif ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun.
Objektif BB : 15 kg, PB : 105 cm. TTV : TD :100/60 mmHg, N: 152 x/menit,
RR : 24 x/menit, S : 39,6 0C. Mukosa bibir pucat, Pasien tampak lemas, Makanan ¼
porsi habis.Masalah belum teratasi. Lanjutkan intervensi meliputi monitor berat badan,
Monitor hasil pemerikasaan laboratorium, Sajikan makanan secara menarik dan susu
yang di sukai dan Berikan makanan tinggi kalori dan protein. Dignosa hari kedua
masalah teratasi demikian juga hari ketiga. Hal ini dikarenakan faktor pendukung yaitu
klien kooperatif dan dan mau melakukan anjuran perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan hiperuresia. Penulis menggunakan
tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian didapatkan data subjektif menunjukkan Ibu pasien mengatakan An. D
demam sejak minggu 2 Januari 2022. Kemudian ibunya membawa ke RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro pada tanggal 3 januari 2022 pukul 08.00 WIB, dengan
keluhan demam di sertai dengan mual serta nafsu makan menurun . ekstremitas
akral hangat di sertai nyeri perut ,nyeri seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 4,
berlangsung terus –menerus ,hasil LAB menunjukkan An. D positif DF dan di
sarankan olehj dokter untuk rawat inap di ruang anak RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro ,kemudian pasien di bawa ke ruang menur pada tanggal 3 Januari
2022 pukul 13.00 WIB. BB klien :15 kg saat sakit, BB klien sebelum sakit :17 kg
2. Diagnosa dalam asuhan keperawatan ini hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit, nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit dan defisit nutrisi
berhubungan dengan kemampuan tidak bisa menelan.
3. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan untuk
diterapkan secara aktual dengan hipertermia masalah teratasi dengan manajemen
nutrisi, nyeri akut masalah teratasi dengan relaksasi nafas dalam dan defisit nutrisi
masalah teratasi dengan manajemen nutrisi.
4. Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan berdasarkan teori. Hipertermia dengan perencanaan manajemen
hipertermia, Nyeri dengan perencanaan dengan relaksasi nafas dalam dan defisit
nutrisi dengan manajemen nutrisi
5. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis pada hipertermia masalah teratasi,
nyeri masalah teratasi dan defisit nutrisi masalah teratasi sebagian.
B. Saran
1. Bagi akademik
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembejaran dalam teori tentang DHF
2. Bagi tempat penelitian
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat jadikan sebagai landasan dalam
memberi asuhan keperawatan.
3. Bagi peneliti
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam
mengembangkan wawasan DHF
DAFTAR PUSTAKA
Akib (2016) Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi & Balita (I). Jakarta: Cakrawala Ilmu.
Arsin (2014) ‘Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Makassar:
Masagena Press; 2013’.
Bahtiar (2016) ‘Kerentanan Wilayah Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Kabupaten Sleman.’, Skripsi [Preprint], (Departemen Geografi FMIPA Universitas
Indonesia.).
Dinas Kesehatan Klaten (2021) Profil Kesehatan Kabuaten Klaten. Klaten: Dinas
Kesehatan Klaten.
Gama (2014) ‘Karakteristik Dengue berat yang dirawat di pediatric intensive care unit’,
MKB.44: 147-51. [Preprint].
Hidayat (2018) Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Karyanti dan Hadinegoro (2017) Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
FKUI. Jakarta: FKUI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan UNICEF (2017) ‘Profil Kesehatan
Indonesia 2016. http://www.depkes.go.id /resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan
Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 -’, smaller size - web.pdf – Diakses
Agustus 2017 [Preprint].
Nelson (2018) Pengantar konsep dasar keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah (2015) Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, P.H.D.B.D.I.S. and AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. B.
(2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid III. Jakarta: Interna Publising. 2010.
Hlm 2773.
Tim Pokja SDKI DPP (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim
Pokja SDKI.
Tim Pokja SIKI DPP (no date) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim
Pokja SIKI.
WHO (2014) ‘South-East Asia Region. Comprehensive guideline : Prevention and Control
of Dengue dan Dengue Haemorrhagic Fever; 2009.’, Dari :
http://03.0.70.117/PDS_DOCS/B0109.pdf [21 April 2016] [Preprint].
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (no date) Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijayaningsih (2016) Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info. Media.
Zulkroni (2015) Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai