Oleh :
Natasya Nur Esperanza
Risma Sari Puspita
Yunida Resvianggi
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................5
A. Konsep Dasar Penyakit................................................................................5
1. Definisi.........................................................................................................5
3. Patofisiologi.................................................................................................6
4. Pathways.....................................................................................................8
5. Klasifikasi....................................................................................................8
6. Manifestasi Klinis.......................................................................................9
7. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................10
8. Penatalaksanaan.......................................................................................10
9. Komplikasi................................................................................................12
2. Diagnosis Keperawatan...........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DHF) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, virus tersebut dapat
menginfeksi individu melalui vektor yaitu nyamuk Aedes sp, terutama Ae.
aegypti dan Ae. albopictus. Peningkatan kasus demam dengue dan demam
berdarah dengue berkaitan dengan sanitasi lingkungan misalnya tersedianya
tempat perindukan bagi nyamuk Aedes sp betina, yaitu bejana yang berisi air,
sebagai contoh bak mandi, penampungan air, kaleng bekas (Setiati, 2014).
1
kasus, Yogyakarta 2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus sedangkan tahun 2019
jumlah kasus lebih tinggi berjumlah 112.954. Selain itu jumlah kematian di
seluruh Indonesia mencapai 459. Namun demikian jumlah kasus dan kematian
tahun ini masih rendah jika dibandingkan tahun 2019. Begitupun dengan
jumlah kematian, tahun ini berjumlah 459, sedangkan tahun 2019 sebanyak
751 (Kemenkes, 2020).
Pada Tahun 2020 jumlah kasus DBD naik bila dibandingkan pada
Tahun 2019. Pada tahun 2019 terdapat 1424 kasus DBD (IR 1.5‰),
sedangkan pada Tahun 2020 sebanyak 1222 kasus (IR 1.28 ‰). Peta
penyebaran penyakit DBD pada Tahun 2020 memperlihatkan bahwa kasus
demam berdarah terdapat di seluruh wilayah kecamatan. Kejadian paling
tinggi terjadi diwilayah kerja Puskesmas Bambanglipuro sebanyak 93 kasus.
Laporan tatalaksana penanganan penderita DBD di Kabupaten Bantul
menunjukkan 100% penderita sudah ditangani oleh pelayanan kesehatan yang
ada di Kabupaten Bantul . (Dinkes Bantul, 2021)
2
Selama bulan November tahun 2021 di bangsal Punokawan Rumah
sakit Rajawali Citra tecatat 8 kasus DBD. Sedangkan pada bulan Desember
tahun 2021 terjadi peningkatan kasus DBD yaitu menjadi 24 kasus
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien Dengue
Hemoragie Fever (DHF) di bangsal Punokawan Rumah Sakit Rajawali Citra ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan
proses keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue
2. Tujuan khusus
3
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan demam
berdarah dengue.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan demam
berdarah dengue.
c. Membuat intervensi keperawatan pada anak dengan demam berdarah
dengue.
d. Melaksanakan implementasi dari intervensi keperawatan pada anak
dengan demam berdarah dengue.
e. Melakukan evaluasi keperawatan berdasarkan implementasi yang telah
dibuat pada anak dengan demam berdarah dengue
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik
putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan
sore hari.
- Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah
atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.
3. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo
endhothelial seperti pembesaran kelenjar - kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal tersebut akan
timbul the secondary heterologous infection atau the sequential infection
of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody
(kompleks virus antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus
antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut :
6
trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang
bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit
faktor III yang merangsang koagulasi intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) yang mengakibatkan
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivas akan merangsang sistim klinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah (Wijaya, 2013).
7
4. Pathways
Virus Dengue
Viremia
Resiko Tinggi
kekurangan volume cairan
Kematian
5. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4
golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg),
kulit dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak teratur.
8
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perarahan adalah uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau
perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai
kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
b. Nyeri kepala
c. Nyeri retro-orbitaL
d. Myalgia atau arthralgia
e. Ruam kulit
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
b. Manifestasi perdarahan yang berupa :
c. Uji tourniquet positif
d. Petekie, ekimosis, atau purpura
e. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
f. Hematemesis atau melena
9
g. Trombositopenia <100.00/ul
h. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
3) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
i. Sindrom syok dengue
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF
antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
10
b. Uji Serologi =
Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan
tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat
berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat
dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan
dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari
reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan
lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi
dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat
menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang
disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas
yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena
infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip
dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di
dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.
11
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah
penanganan pada derajat I hingga derajat IV.
a. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75
ml/kg BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg
atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau
pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg
BB/hari.
b. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20
ml/kg BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10
m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah
cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24
jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam
keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah,
maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20
ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus
mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang
12
maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas
c. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan
satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma
ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander
10 ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu
tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A
Aziz Alimul, 2008).
9. Komplikasi
a. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan
banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi
cairan intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada
kematian.
13
14
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut Nursalam 2005 adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil,
dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
15
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat
2. Diagnosis Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun
16
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Diagnosa Kriteria Hasil
SIKI
SLKI
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen termoregulasi
berhubungan tindakan keperawatan
dengan proses selama 3 x 24 jam, Observasi
infeksi virus Diaharapkan 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
dengue Termoregulasi dehidrasi terpapar lingkungan panas
membaik dengan penggunaan incubator)
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Kulit merah 3. Monitor kadar elektrolit
menurun (1) 4. Monitor haluaran urine
2. Suhu tubuh
membaik (5) Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
17
cairan kriteria hasil :
intravaskuler kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
ke ekstra 1. Asuan cairan kelembapan mukosa, turgor kulit,
vaskuler meningkat (5) tekanan darah)
2. Keluaran urine 2. Monitor berat badan harian
meningkat (5) 3. Monitor hasil pemeriksaan
3. Kelembapan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
membrane Cl, berat jenis urin , BUN)
mukosa 4. Monitor status hemodinamik ( Mis.
meningkat (5) MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
4. Turgor kulit
membaik (5)
Terapeutik
Kolaborasi
18
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
19
intravaskuler meningkat (5) 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
ke ekstra- 3. Akral dingin pupil
vaskuler menurun (5) 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
4. Tekanan sistolik terhadap adanya DOTS
&diastolic
membaik (5) Teraupetik
1. Pertahankan jalan nafas paten
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified
Trendelenverg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
7. Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20ml/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian tranfusi darah,
jika perlu
Deficit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan intake selama 3 x 24 jam, Observasi
nutrisi yang diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
tidak adekuat nutrisi pasien 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
akibat mual membaik: makanan
dan nafsu 3. Identifikasi makanan yang disukai
makan yang 1. Porsi makan yang
dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menurun nutrient
meningkat (5)
2. Perasaan cepat 5. Identifikasi perlunya penggunaan
kenyang menurun selang nasogastrik
(5) 6. Monitor asupan makanan
1. Nafsu makan 7. Monitor berat badan
membaik (5) 8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
20
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlU
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
i. Pengkajian
A. Identitas klien
1. Nama/Nama pangglan : An. F
2. Tempat tgl lahir/usia : Bantul, 24 Juli 2013 / 8 th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : kelas 3 SD
6. Alamat : Jati Wonokromo Pleret Bantul
7. Tgl masuk : 14 Desember 2021
8. Tgl pengkajian : 14 Desember 2021
9. Dagnosa medik : Dengue Fever (DF)
10. Rencana terapi :
IVFD Asering 3cc/kgBB/jam
Inj. Eterfik 250mg/8 jam
Imunped 1x5cc
Syl sucralfat 3x5cc
22
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
23
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di :
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh bu, tetapi oleh dokter
dianjurkan untuk :
b. Riwayat terkena radiasi :
c. Riwayat berat badan selama hamil :
d. Riwayat imunisasi TT
e. Golongan darah ibu golongan darah ayah
2. Natal
a. Tempat melahirkan :
b. Jenis persalinan :
c. Penolong persalnan :
d. Komplikasi yang dialami oleh bu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :
3. Post natal
a. Kondisi bayi : APGAR
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :
(untuk semua usia)
24
C. Riwayat penyakit keluarga
1. Genogram
Keterangan :
25
4. campak Usia 9 bulan 3 Demam 1 hr
Usia 2 tahun
Usia 6 tahun
5. Hepatitis Setelah lahir Tidak ada reaksi -
v. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI
Ayah pasien mengatakan pasien mendapatkan asi sampai usia 2 tahun
26
6-9 tahun ASI, susu formula, 4 bulan
bubur, buah blender
9-12 bulan ASI, susu formula, 4 bulan
bubur, nasi, tempe,
2 -8 th ikan 6 tahun
Susu formula,
makanan keluarga
seperti nasi, sayur-
sayuran, ikan, tempe,
ayam
27
ix. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera Pasien mengatakan sebelum sakit Saat sakit pasien
makan biasanya makan 3xsehari dengan hanya makan
porsi 1 piring. sedikit-sedikit
karena mual dan
muntah tidak
nafsu makan.
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air putih,minum- Teh dan air putih
minuman botol
2. Frekuensi minum 5-6 gelas 1-2 gelas
3. Kebutuhan cairan Input : Input :
-minum 1000cc
-minum 200cc
-makan 200cc
-makan 50cc
-AMT : 156
-infus 300
Output :
- AMT 156
-urine : 500 Output :
BAB : 50 -urine :100
IWL :572 -IWL : 572
Balance cairan = 1356- Balance cairan =
1022 = 234 706-672 : 34
4. Cara pemberian
Oral
Oral
28
1. Temat Pembuangan WC WC
2. Frekuensi (waktu) BAK 5x/hari BAK 2x/hari
BAB 1 hari sekali belum
3. Konsistensi lembik lembik
4. Kesulitan - -
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 jam tidur Pasien tidak pernah Tidur siang 2 jam
- Siang tidur siang Tidur malam 6jam
- Malam Tidur malam pukul
11
2. Pola tidur pulas Sering kebangun lalu
3. Kebiasaan sebelum Main hp tidur lagi
tidur Main hp
4. Kesulitan tidur - -
E. Olah raga
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olah raga Pasien senang main Selama sakit pasien
2. Jenis dan frekuensi bola biasanya saat tidak pernah
3. Kondisi setelah olah pulang sekolah, berolahraga.
raga dan badan menjadi
sehat
F. Personal hygine
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi Mandi Dibantu dengan
- Cara 2x/hari menggunakan waslap
- Frekuens Dengan - 2x/hari
- Alat mandi menggunakan sabun - Waslap dan air
2. Cuci rambut odol,sikat gigi dan hangat.
handuk. - Belum
29
- Frekuensi Selalu keramas keramas
- Cara menggunakan sampo
3. Gosok gigi digosok-gosok.
- Frekuensi 2x/hari 2x/hari
- cara naik turun samping
dan membulat naik turun samping
dan membulat
H. Rekreasi
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Perasaan saat Senang Tidak sekolah
sekolah
2. Waktu luang Waktu luang untuk Tiduran istirahat
bermain
3. Perasaan setelah Senang -
rekreasi
4. Waktu senggang Berkumpul,ngobro -,
keluarga bareng keluarga
5. Kegiatan hari l,nonton tv bareng. -
libur
Bermain dengan
teman ,nonton tv
x. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital :
30
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Denyut nadi : 98 x/menit
c. Suhu : 39,2
d. Pernafasan : 22 x/menit
4. Berat badan : 34 kg
5. Tinggi badan : 141 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hygine kepala : Bersih
a. Warna rambut : Hitam
b. Penyebaran : Penuh, tidak ada botak
c. Mudah rontok : Tidak
d. Kebershan mulut : Halus
Palpasi
Benjolan : ada/tidak : Tidak ada
Nyeri tekan : ada/tidak ada : Tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : Halus
7. Muka
Inspeksi
Simetris/tidak : Simetris
Bentuk wajah : Oval
Gerakan abnormal : Tidak ada
Ekspresi wajah : Lemas
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : Tidak ada
Data lain :-
8. Mata
Inspeksi
a. Palpebral : Edema/tidak
31
Radang/tidak
b. Sclera : icterus/tidak
c. Konjungtiva : radang/tidak
: anemis/tidak
d. Pupil : isokor/anisokor
Myosis/mdriasis
Refleks pupil terhadap cahaya :
mengecil
e. Posisi mata : simetris/tidak
f. Gerakan bola mata : mampu bergerak ke kanan dan kiri
g. Penutupan kelompal mata :-
h. Keadaan bulu mata : tidak rontok, lentik
i. Keadaan visus :-
j. Penglihatan :- kabur/tidak
-diplopia/tidak
Palpasi
Tekanan bola mata :-
Data lain :-
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : Disamping kepala
b. Ukuran/bentuk telinga : Simetris
c. Aurikel : Tidak ada lesi
d. Lubang telinga : bersih/serumen/nanah
32
e. Pemakaian alat bantu : Tidak
f. Pemakaian alat bantu : Tidak
Palpasi
Nyeri tekan/tidak
Pemerksaan uji pendengaran
a. Rinne : bunyi garputala lebih lama saat
diletakkan didekat lubang telinga dibandingkan ditulang mastoid.
b. Weber : suara garputala ditelinga kiri dan
kanan sama
c. Swabach : bunyi yang didengar pemeriksa dan
pasien sama.
Pemeriksaan vetibuler :-
Data lain :-
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Bersih,tidak berlubang
- Karang gigi/karies : Tidak ada karang gigi
- Pemakaian gigi palsu : Tidak memakai gigi palsu
b. Gusi
Merah/radang/tidak : Tidak
c. Lidah
Kotor/tidak : Tidak
d. Bibir
- Cyanosis/pucat/tdak : Sedikit Pucat
- Basah/kering/pecah : Kering
- Mulut berbau/tidak : Tidak
- Kemampuan bicara : Normal
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Merah muda
b. Nyeri tekan : Tidak
c. Nyeri menelan : Tidak
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar throid : membesar/tidak
Palpasi
33
a. Kelenjar tiroid : terapa/tidak
b. Kaku kuduk/tidak : Tidak
c. Kelenjar limfe : Tidak ada benjolan tidak ada nyeri
Data lain :-
Palpasi
a. Vocal fremitus :-
b. Massa/nyeri : Tidak ada nyeri
Auskultasi
a. Suara nafas : vesikuler/bronchial/broncovesikuler
b. Suara tambahan : ronchi/wheezing/rales 24 x/menit
Perkusi
Redup/pekak/hypersonor/tympani/sonor
Data lain : Sonor
15. jantung
palpasi
ictus cordis : Ictus cordi tidak teraba
perkusi :-
pembesaran jantung : Tidak ada
auskultasi
a. BJ I :-
b. BJ II :-
c. BJ III
d. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Data lain :
16. Abdomen
34
Inspeks
a. Membuncit : Tidak
b. Ada luka/tidak : Tidak
Palpasi,
a. Hepar : Tidak ada nyeri tekan
b. Lien : Tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Auskultas
Peristaltic : Bising usus 30x/menit
Perkusi
a. Tympani : Ya
b. Redup : Tidak
Data lain :-
17. Genetala dan anus : Tidak ada masalah tidak ada rasa
gatel,panas dan nyeri.
18. Ekstremtas
Ekstremitas atas
a. Motoric
Pergerakan kanan/kiri :-
Pergerakan abnormal : Tidak ada
Kekuatan otot kanan/kiri :5
Tonus otot kanan/kiri :-
Koodinasi gerak : Seimbang
b. Reflex
Biceps kanan/kiri : Gerakan fleksi lengan bawah
Trxeps kanan/kiri : Gerakan ekstensi lengan bawah
c. Sensori
Nyeri : Tidak ada nyeri
Rangsang suhu : Ada rangsang suhu
Rasa raba : Ada rasa raba
Ekstremitas bawah
a. Motoric
35
Gaya berjalan : Normal
Kekuatan kanan/kiri :5
Tonut otot kanan/kiri :-
b. Reflex
KPR kanan/kiri :-
APR kanan/kiri :-
Babinsky kanan/kiri :-
c. Sensori
Nyeri : Tidak ada nyeri
Ransang subu : Ada rangsang suhu
Rasa raba : Ada rangsang raba
Data lain :
36
f. Nervus VII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : Pasien mampu mendengar dengan
baik.
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan vagus)
Reflex menelan : Pasien ada refleks menelan
Reflex muntah : Pasien ada refleks Muntah
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang
Suara : Tidak ada gangguan pada suara
h. Nervus XI (Assesorius)
Memalingkan kepala kanan dan ke kiri : Pasien mampu memalingkan
kepala kekanan dan kekiri.
Mengangkat bahu : Pasien mampu mengangkat bahu.
i. Nervus XI (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Pasien mampu menggerakkan dari
kiri ke kanan.
Tanda-tanda perangsanagan selaput otak
a. Kaku kuduk : Tidak ada
b. Kernig sign : Tidak ada
c. Reflex brudzonsk : Tidak ada
d. Reflex lasegu : Tidak ada
Data lain
37
DIFF EOS 2 0 – 3. 0 %
DIFF BAS 0 0 – 1. 0 %
DIFF GRAN/NEUT 83* 40 – 70.0 %
DIFF MID/MON 13* 25 – 40. 0 %
MCV 77.6* 80 – 100.0 fl
MCH 26.8* 26 – 34. 0 pg
NLR 6.36* 0 – 3. 1 BUAH
38
39
xiv. Analisa data
No Symtom Problem Etiologi
1. Ds : Hipertermia Proses penyakit
Ayah pasien mengatakan dengue fever
pasien demam H+4
Do :
suhu tubuh pasien diatas
normal yaitu 38,6°C
TD : 80/50 mmHg
N :100x/m
RR : 24x/m
Ds :
2. Bersihan jalan nafas Spasme jalan nafas
Ayah pasien mengatakan
pasien batuk-batuk tidak efektif
Do :
pasien terdengar batuk-
batuk berdahak
Pasien tampak tidak
mampu batuk efektif’
Sputum berlebih
Suara nafas pasien
wheezing, ronchi
3. Ds :
Ayah pasien mengatakan Resiko Defisit Nutrisi Kurang Asupan
pasien lemas dan pucat Nutrisi (mual
Ayah pasien mengatakan muntah)
pasien mual dan muntah
saat makan
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
Do :
BB sebelum sakit 28
BB sesudah sakit 26
40
xv. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi bd proses penyakit dengue fever ditandai dengan :
Ds :
Ayah pasien mengatakan pasien demam H+4
Do :
suhu tubuh pasien diatas normal yaitu 38,6°C
TD : 80/50 mmHg
N :100x/m
RR : 24x/
2. Berishan jalan nafas tidak efektif bd spasme jalan nafas ditandai dengan :
Ds :
Ayah pasien mengatakan pasien batuk-batuk
Do :
pasien terdengar batuk-batuk berdahak
Pasien tampak tidak mampu batuk efektif’
Sputum berlebih
Suara nafas pasien wheezing, ronchi
41
xvi. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
Hipertermi b.d tindakan penyebab mengetahui
proses penyakit keperawatan hipertermia penyebab
demam dengue selama 3x24 jam 2. Monitor suhu hipertermi
diharapkan tubuh 2. Untuk
termoregulasi 3. Monitor kadar memantau suhu
membaik dengan elektrolit tubuh
kriteria hasil : 4. Sediakan 3. Untuk
1. Suhu tubuh lingkungan yang memantau
membaik (5) dingin kebutuhan
2. Kulit merah 5. Berikan cairan cairan
menurun (1) oral 4. Untuk menjaga
3. Suhu kulit 6. Lakukan keseimbangan
membaik (5) pendinginan suhu tubh
eksternal 5. Untuk
(kompres) mencegah
7. Anjurkan tirah dehidrasi
baring 6. Untuk
8. Kolaborasi menurunkan
pemberian cairan suhu tubuh
dan elektrolit 7. Untuk
intravena, jika mengurangi
perlu aktivitas
8. Untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan
42
xvii. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas 1. Untuk memantau
nafas bd tindakan selama 2. Monitor bunyi nafas pola nafas
spasme jalan 3x24 jam tambahan 2. Untuk
nafas diharapkan 3. Posisikan semi mengetahui suara
bersihan jalan nafas fowler atau fowler nafas tambahan
meningkat dengan 4. Berikan minuman 3. Untuk melegakan
kriteria hasil : hangat jalan napas
1. Batuk efektif 5. Lakukan fisioterapi 4. Untuk
meningkat dada, jika perlu mengeluarakan
2. Produksi 6. Berikan oksigen jika dahak
sputum perlu 5. Untuk
menurun 7. Anjurkan asupan mengeluarkan
3. Suara nafas cairan 2000ml/hari, dahak
wheezing jika tida 6. Untuk melegakan
ronchi menurun kontraindikasi jalan nafas
8. Kolaborasi 7. Untuk memenuhi
pemberian kebutuhan cairan
bronkodilator, 8. Untuk membantu
ekpektoran, mengeluarkan
mukolitik, jika perlu dahak
43
xviii. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi 1. Untuk
bd kurangnya tindakan selama pengalaman mual mengetahui
asupan 3x24 jam 2. Mengidentifikasi adanya mual
makanan (mual diharapkan tingkat isyarat nonverbal 2. Untuk
muntah) nausea menurun ketidaknyamanan mengetahui
dengan kriteria (missal pd anak2) adanya mual
hasil : 3. Identifikasi dampak 3. Untuk
mual terhadap mengatahui
1. Nafsu makan kualitas hidup (nafsu dampak terhadap
meningkat (5) makan, aktivitas) adanya mual
2. Perasaan ingin 4. Monitor mual 4. Untuk
muntah 5. Monitor asupan mengetahui
menurun (5) nutrisi dan kalori frekuensi dan
3. Pucat membaik 6. Berikan makanan keparahan mual
(5) dalam jumlah kecil 5. Untuk
dan menarik memastikan
7. Anjurkan istirahat asupan nutrisi
dan tidur yang cukup pasien terpenuhi
8. Kolaborasi 6. Menjaga nutrisi
pemberian tetap terpenuhi
antiemetik, jika perlu dan mencegah
mual dan muntah
7. Dapat membuat
pasien jadi lebih
baik dan
melupakan mual
8. Mengobati mual
secara
farmakologis
44
xix. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 14 Desember S:
2021 - Pasien mengatakan
Pukul 14.00 nyaman.
Hipertermia 1. Mengidentifikasi -Pasien mengatakan
berhubunga dangen penyebab hipertermia mulai berkeingat dan
Proses Penyakit 2. Memberikan injeksi haus
(Demam Dengue antipiretik Eterfik 250 -Pasien mengatakan
Fiver) mg sudah tidak haus lagi
3. Mengompres dahi O:
dengan air hanggat -Pasien terlihat
Pukul 14.30 nyaman
4. Mngatur suhu -Pasien tampak gerah
ruangan dengan dan sedikit berkeringat
membuka jendela -Didapatkan hasil suhu
5. Menganjurkan pasien tubuh pasien 37,4
agar melonggarkan A:
pakaian saat demam Masalah pasien belum
6. Memberikan air teratasi
minum 200 ml kepada P:
pasien Intervensi di lanjutkan
Pukul 15.00 2,4,5,6,8
7. Mengganti linen
pasien
8. Mengukur suhu tubuh
pasien
( Natasya )
S:
( Natasya ) -Pasien mengatakan
nyaman
Rabu 15 Desember 2021 -Pasien mengatakan
Pukul 06.00 ngantuk setelah di beri
1. Memberikan injeksi obat
antipiretik eterfik 250mg O :
2. mengatur suhu -Pasien tampak
ruangan nyaman
3. menganjurkan pasien -Pasien tidak haus
melonggarkan baju -Didapatkan hasil suhu
ketika demam 37,2
4. Memeberikan minum -Kakak pasien
45
pasien 200 ml mengatakan pasien
5. Mengukur suhu tubuh tidak nafsu makan,
pasien mual, muntah setelah
6. Menanyakan apakah makan
pasien ada mual dan A:
muntah Masalah pasien belum
teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
1,2,3,4,5
(Natasya)
(Natasya)
Kamis 16 Desember
2021 S:
Pukul 13.00 -Pasien tampak
1. Mengatur suhu nyaman
ruangan pasien dengan -Pasien mengatakan
membuka jendela sudah tidak haus
2. Memberikan air O:
minum 200 ml kepada -Pasien tampak
pasien nyaman
3. Mengukur suhu tubuh -Didapatkan hasil suhu
pasien tubuh pasien 36,8
A:
-Masalah pasien
teratasi sebagian
P:
-Intervensi di lanjutkan
1,2,3
(Natasya) (Natasya)
46
xx. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa 14 Desember S:
Bersihan Jalan Nafas 2021 Pasien mengatakan
Tidak Efektif Pukul 13.30 batuk berdahak
berhubugan Dengan 1. Mengidentifikasi O:
Spasme Jalan Nafas kemampuan batuk Pasien terihat batuk –
2. Memonitor adanya batuk berdahak
retensi sputum beberapa kali
Pukul 14.00 A:
3. Memonitor tanda dan Masalah pasien belum
gejala infeksi saluran teratasi
pernafasan P:
Pukul 15.00 Intevensi dilanjutkan
4. Pemberian terapi 1,2,3,4
inhalasi velutine melalui
nebulizer 2.5 mg
(Yunida) (Yunida)
Rabu 15 Desember
2021 S:
Pukul 06.00, 13.00, -Pasien mengatakan
20.00 tenggorokannya lega
1. Mengidentifikasi O:
kemampuan batuk -Pasie koorperatif saat
2. Memberikan terapi di ajarkan batuk efektif
inhalasi ventuline dan pasien dapat
melalui nebulizer 2.5 mempraktikan cara
mg batuk efektif
-Pasien mampu batuk
47
efektif
A:
(Natasya, Risma, Masalah pasien teratasi
Yunida) sebagian
Pukul 13.10 P:
3. Mengajarkan kepada Intervensi dilanjutkan
pasien cara batuk efektif 1,2,4,5
4. Memonitor adanya
retensi sputum
5. Memonitor tanda dan
gejala infeksi saluran
pernafasan
(Yunida)
(Yunida) S :
-Pasien mengatakan
Kamis 16 Desember paham bagaiamana cara
2021 batuk efektif
Pukul 06.00, 13.00, -Pasien mengatakan
20.00 masih batuk
1. Mengidentifikasi O:
kemampuan batuk -Pasien tampak dapat
2. Memberikan terapi batuk efektif
inhalasi ventuline -Pasien tampak masih
melalui nebulizer 2.5 batuk
mg A:
Pukul 08.30 Masalah pasien teratasi
3. Memonitor adanya sebagian
retensi sputum P:
4. Memonitor tanda dan Intervensi di lanjutkan
gejala infeksi saluran 1,2,3,4
pernafasan
(Yunida)
(Yunida)
48
Resiko Pukul 18.00 tidak nafsu makan
Ketidakseimbangan 1. Menanyakan kepada Pasien mengatakan
Nutrisi berhubungan pasien apakah masih masih mual dan
dengan Kurangan ada mual dan muntah muntah
Asupan Makanan 2. memberikan O:
dehidrolit kepada Pasien tampak lemas
pasien A:
Pukul 18.30 Masalah pasien belum
3. Menimbang berat tertasi
badan pasien P:
4. Kolaborasi dengan Intervensi di lanjutkan
ahli gizi pemberian 1,2,4
makanan yang tepat
untuk pasien
(Risma)
(Risma)
Rabu 15 Desember S:
2021 Pasien mengatakan
Pukul 06.30 kadang msih mual dan
1. Memberikan injeksi muntah ketika makan
Ondansentron melalui Pasien mengatakan
IV 2 mg hari ini muntah 1x
Pukul 07 00 setelah makan
2. Menanyakan kepada O:
pasien apakah masih Pasien tampa lemas
ada mual dan muntah A:
3. memberikan Masalah pasien belum
dehidrolit kepada teratasi
pasien P:
4. kolaborasi dengan Intervensi di lanjutkan
ahli gizi untuk 1,2,3,4
memberikan makanan
yang tepat ke pasien
(Risma)
(Risma)
Kamis 16 Desember S:
2021 Pasien mengatkan
Pukul 14.00 makan habis 3 sendok
1. Memberikan Injeksi Keluarga pasien
Ondansentron 2 mg mengatakan masih
melalui IV mual dan muntah
2. menanyakan porsi O:
makan habis berpa Pasien tampak lemas
49
3. menanyakan apakah A:
masih ada mual dan Masalah pasien belum
muntah teratasi
4. kolaborasi P:
pemberian makan yang Intervensi di lanjutkan
tepat kepada ahli gizi 1,2,3,4
(Risma)
(Risma)
50
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan DIY. (2020). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2020. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia). Jakarta: Jagarsa
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri, 2013. KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Desawa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta:
Nuha Medika
51
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.
52
53