Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. F DENGAN DIAGNOSA DENGUE FEFER (DF)


DI BANGSAL PUNOKAWAN RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA

Oleh :
Natasya Nur Esperanza
Risma Sari Puspita
Yunida Resvianggi

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKPER KARYA BAKTI HUSADA
TAHUN AJARAN 2021/ 2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................5
A. Konsep Dasar Penyakit................................................................................5
1. Definisi.........................................................................................................5

2. Penyebab/ Faktor Predisposisi..................................................................5

3. Patofisiologi.................................................................................................6

4. Pathways.....................................................................................................8

5. Klasifikasi....................................................................................................8

6. Manifestasi Klinis.......................................................................................9

7. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................10

8. Penatalaksanaan.......................................................................................10

9. Komplikasi................................................................................................12

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan........................................................13


1. Pengkajian................................................................................................13

2. Diagnosis Keperawatan...........................................................................14

3. Rencana Asuhan Keperawatan...............................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DHF) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, virus tersebut dapat
menginfeksi individu melalui vektor yaitu nyamuk Aedes sp, terutama Ae.
aegypti dan Ae. albopictus. Peningkatan kasus demam dengue dan demam
berdarah dengue berkaitan dengan sanitasi lingkungan misalnya tersedianya
tempat perindukan bagi nyamuk Aedes sp betina, yaitu bejana yang berisi air,
sebagai contoh bak mandi, penampungan air, kaleng bekas (Setiati, 2014).

World Health Organizaton (WHO) menyebutkan jumlah kasus demam


berdarah yang dilaporkan meningkat lebih dari 8 kali lipat selama 4 tahun
terakhir, dari 505.000 kasus meningkat menjadi 4,2 juta pada tahun 2019.
Jumlah angka kematian yang dilaporkan juga mengalami peningkatan dari 960
menjadi 4032 selama 2015. Tidak hanya jumlah kasus yang meningkat seiring
penyebaran penyakit ke wilayah baru termasuk Asia, tetapi wabah eksplosif
juga terjadi. Ancaman kemungkinan wabah demam berdarah sekarang ada di
Asia. Wilayah Amerika melaporkan 3,1 juta kasus, dengan lebih dari 25.000
diklasifikasikan sebagai parah. Terlepas dari jumlah kasus yang
mengkhawatirkan ini, kematian yang terkait dengan demam berdarah lebih
sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus DBD tersebut
merupakan masalah yang dilaporkan secara global terjadi pada tahun 2019
(WHO, 2019).

Berdasarkan data Kemenkes tahun 2020 kasus Demam Berdarah


Dengue (DBD) di Indonesia hingga Juli mencapai 71.700 kasus. Ada 10
provinsi yang melaporkan jumlah kasus terbanyak yaitu di Jawa Barat 10.772
kasus, Bali 8.930 kasus, Jawa Timur 5.948 kasus, NTT 5.539 kasus,Lampung
5.135 kasus, DKI Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa Tengah 2.846

1
kasus, Yogyakarta 2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus sedangkan tahun 2019
jumlah kasus lebih tinggi berjumlah 112.954. Selain itu jumlah kematian di
seluruh Indonesia mencapai 459. Namun demikian jumlah kasus dan kematian
tahun ini masih rendah jika dibandingkan tahun 2019. Begitupun dengan
jumlah kematian, tahun ini berjumlah 459, sedangkan tahun 2019 sebanyak
751 (Kemenkes, 2020).

Kasus Demam berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta merupakan


kasus yang perlu di waspadai sepanjang tahun, karena penyakit DBD
merupakan penyakit endemis. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun
2020 di Kota Yogyakarta sebanyak 296 dengan Incidence Rate (IR) : 71,4 per-
100.000 penduduk, dengan jumlah kasus perkelompok jenis kelamin ; laki laki
159 kasus (Incidence Rate : 38,3 per-100.000 penduduk), perempuan
sebanyak kasus 137 (Insidence Rate : 33 per-100.000 penduduk ). Kematian 0
kasus (Case Fatality Rate/CFR : 0, 0 %). Memperhatikan besaran indikator
epidemiologi teresebut Kota Yogyakarta masih merupakan daerah endemis
Demam Berdarah Dengue (DBD). Empat Kemantren (Kecamatan) dengan
kasus tertinggi berada di wilayah selatan Kota Yogyakarta dan berbatasan
dengan Kabupaten Bantul antara lain : Kemantren Umbulharjo 62 kasus ,
Kemantren Kotagede 49 kasus, Kemantren Mantrijeron 53 kasus dan
Kemantren Mergangsan sebanyak 28 kasus. (Dinkes Yogyakarta, 2020)

Pada Tahun 2020 jumlah kasus DBD naik bila dibandingkan pada
Tahun 2019. Pada tahun 2019 terdapat 1424 kasus DBD (IR 1.5‰),
sedangkan pada Tahun 2020 sebanyak 1222 kasus (IR 1.28 ‰). Peta
penyebaran penyakit DBD pada Tahun 2020 memperlihatkan bahwa kasus
demam berdarah terdapat di seluruh wilayah kecamatan. Kejadian paling
tinggi terjadi diwilayah kerja Puskesmas Bambanglipuro sebanyak 93 kasus.
Laporan tatalaksana penanganan penderita DBD di Kabupaten Bantul
menunjukkan 100% penderita sudah ditangani oleh pelayanan kesehatan yang
ada di Kabupaten Bantul . (Dinkes Bantul, 2021)

2
Selama bulan November tahun 2021 di bangsal Punokawan Rumah
sakit Rajawali Citra tecatat 8 kasus DBD. Sedangkan pada bulan Desember
tahun 2021 terjadi peningkatan kasus DBD yaitu menjadi 24 kasus

DBD merupakan masalah kesehatan yang endemik di Indonesia, maka


penyakit ini memerlukan suatu penanganan pelayanan kesehatan yang
melibatkan peran seorang perawat dan tenaga medis lainya. Peran perawat
dalam kasus DBD adalah memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
bagi penderita DBD dimulai dari tindakan promotif seperti memberikan
penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit DBD dan
penanggulangannya, preventif seperti mencegah terjadinya DBD dengan
merubah kebiasaan sehari-hari seperti menggantung pakaian, menjaga
kebersihan lingkungan dan tempat penampungan, kuratif seperti memberi
perawatan secara cepat dan tepat terhadap penderita DBD dengan tujuan
memulihkan dan mencegah terjadinya komplikasi dan rehabilitative seperti
pemulihan kesehatan pasien DBD dan mencegah penularan ke orang lain..

Melihat masalah di atas dan peran perawat dalam menangani masalah


DBD, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus asuhan keperawatan
pada anak dengan masalah DBD.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien Dengue
Hemoragie Fever (DHF) di bangsal Punokawan Rumah Sakit Rajawali Citra ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan
proses keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue
2. Tujuan khusus

3
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan demam
berdarah dengue.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan demam
berdarah dengue.
c. Membuat intervensi keperawatan pada anak dengan demam berdarah
dengue.
d. Melaksanakan implementasi dari intervensi keperawatan pada anak
dengan demam berdarah dengue.
e. Melakukan evaluasi keperawatan berdasarkan implementasi yang telah
dibuat pada anak dengan demam berdarah dengue

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic
Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015)

2. Penyebab/ Faktor Predisposisi


Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara
serologi terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.

5
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik
putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan
sore hari.
- Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah
atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.

3. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo
endhothelial seperti pembesaran kelenjar - kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal tersebut akan
timbul the secondary heterologous infection atau the sequential infection
of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody
(kompleks virus antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus
antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut :

a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen yang


diakibatkan lepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan
yang sangat berperan terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis
akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi,

6
trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang
bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit
faktor III yang merangsang koagulasi intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) yang mengakibatkan
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivas akan merangsang sistim klinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah (Wijaya, 2013).

7
4. Pathways
Virus Dengue

Viremia

Hipertermi Hepatomegali Depresi Sumsum Tulang kapiler meningkat


Permebilitas

Anokresia, Manifestasi Pendarahan Pemerbilitas Meningkat


Muntah
Kehilangan

Perubahan Nutrisi Resiko


Kurang dari Hipovolemia Efusi Pleura
Pendarahan ascites
Kebutuhan
hemokonstrasi
Resikosyok Hipovolemia
Hipertermi
berdasarkan proses
penyakit
Syok perubahan perpusi jaringan

Resiko Tinggi
kekurangan volume cairan
Kematian

Gambar 2.1 Pathway DHF (Wijaya, 2013)

5. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4
golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg),
kulit dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak teratur.

8
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perarahan adalah uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau
perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai
kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &
Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
b. Nyeri kepala
c. Nyeri retro-orbitaL
d. Myalgia atau arthralgia
e. Ruam kulit

Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua


hal dibawah ini dipenuhi :

a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
b. Manifestasi perdarahan yang berupa :
c. Uji tourniquet positif
d. Petekie, ekimosis, atau purpura
e. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
f. Hematemesis atau melena

9
g. Trombositopenia <100.00/ul
h. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
3) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
i. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi


yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin lembab

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF
antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.

10
b. Uji Serologi =
Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan
tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat
berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat
dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan
dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari
reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan
lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi
dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat
menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang
disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas
yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena
infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip
dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di
dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

11
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah
penanganan pada derajat I hingga derajat IV.
a. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75
ml/kg BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg
atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau
pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg
BB/hari.
b. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20
ml/kg BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10
m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah
cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24
jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam
keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah,
maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20
ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus
mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang

12
maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas
c. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan
satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma
ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander
10 ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu
tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A
Aziz Alimul, 2008).

9. Komplikasi
a. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan
banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi
cairan intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada
kematian.

13
14
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut Nursalam 2005 adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil,
dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).

15
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat

2. Diagnosis Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun

16
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Diagnosa Kriteria Hasil
SIKI
SLKI
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen termoregulasi
berhubungan tindakan keperawatan
dengan proses selama 3 x 24 jam, Observasi
infeksi virus Diaharapkan 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
dengue Termoregulasi dehidrasi terpapar lingkungan panas
membaik dengan penggunaan incubator)
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Kulit merah 3. Monitor kadar elektrolit
menurun (1) 4. Monitor haluaran urine
2. Suhu tubuh
membaik (5) Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang dingin


2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika 1mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukan
7. pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
8. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
9. Batasi oksigenjika perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan I,03098


volume cairan tindakan keperawatan
berhubungan selama 3 x 24 jam, Observasi
dengan keseimbangan cairan
pindahnya meningkat dengan 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,

17
cairan kriteria hasil :
intravaskuler kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
ke ekstra 1. Asuan cairan kelembapan mukosa, turgor kulit,
vaskuler meningkat (5) tekanan darah)
2. Keluaran urine 2. Monitor berat badan harian
meningkat (5) 3. Monitor hasil pemeriksaan
3. Kelembapan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
membrane Cl, berat jenis urin , BUN)
mukosa 4. Monitor status hemodinamik ( Mis.
meningkat (5) MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
4. Turgor kulit
membaik (5)
Terapeutik

1. Catat intake output dan hitung balans


cairan dalam 24 jam
2. Berikan  asupan cairan sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena bila perlu

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian diuretik,  jika


perlu

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan tindakan keperawatan
dengan proses selama 3 x 24 jam, Observasi
patologis diharapkan tingkat
penyakit. nyeri menurun dengan 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun (5)
4. Identifikasi faktor yang memperberat
2. Meringis menurun
dan memperingan nyeri
(5)
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

18
Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

Risiko syok Setelah dilakukan Manajemen syok I.02048


(hipo- tindakan keperawatan
volemik) selama 3 x 24 jam, Observasi
berhubungan Diharapkan tingkat 1. Monitor status kardiopumonal
dengan syok membaik (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
perdarahan dengan kriteria hasil : napas, TD, MAP)
yang 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri
berlebihan, 1. Kekuatan nadi
meningkat (5) nadi, AGD)
pindahnya 3. Monitor status cairan ( masukkan dan
cairan 2. Tingkat kesadaran
haluaran, turgor kulit, CRT)

19
intravaskuler meningkat (5) 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
ke ekstra- 3. Akral dingin pupil
vaskuler menurun (5) 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
4. Tekanan sistolik terhadap adanya DOTS
&diastolic
membaik (5) Teraupetik
1. Pertahankan jalan nafas paten
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified
Trendelenverg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
7. Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20ml/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian tranfusi darah,
jika perlu
Deficit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan intake selama 3 x 24 jam, Observasi
nutrisi yang diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
tidak adekuat nutrisi pasien 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
akibat mual membaik: makanan
dan nafsu 3. Identifikasi makanan yang disukai
makan yang 1. Porsi makan yang
dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menurun nutrient
meningkat (5)
2. Perasaan cepat 5. Identifikasi perlunya penggunaan
kenyang menurun selang nasogastrik
(5) 6. Monitor asupan makanan
1. Nafsu makan 7. Monitor berat badan
membaik (5) 8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet

20
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlU

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

i. Pengkajian
A. Identitas klien
1. Nama/Nama pangglan : An. F
2. Tempat tgl lahir/usia : Bantul, 24 Juli 2013 / 8 th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : kelas 3 SD
6. Alamat : Jati Wonokromo Pleret Bantul
7. Tgl masuk : 14 Desember 2021
8. Tgl pengkajian : 14 Desember 2021
9. Dagnosa medik : Dengue Fever (DF)
10. Rencana terapi :
IVFD Asering 3cc/kgBB/jam
Inj. Eterfik 250mg/8 jam
Imunped 1x5cc
Syl sucralfat 3x5cc

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. Nama : Tn.. P
b. Usia : 50 th
c. Pendidikan : SLTA
d. Pekerjaan : PNS
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jati Wonokromo Pleret Bantul
2. Ibu
a. Nama : Ny. P
b. Usia : 43 th
c. Pendidikan : SLTA

22
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam

f. Alamat : Jati Wonokromo Pleret Bantul

C. Identitas Saudara Kandung


No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1. Falih 24 th Kakak Tidak ada penyakit
2. Pangestu 21 th kandung genetik
Fajar Dwi P 15 th Kakak Tidak ada penyakit
3.
Fajri Tri P 8 th kandung genetik
4.
Faruk Ari P 3 th Kakak Tidak ada penyakit
5. Fahri kandung genetik
Pangestu
Adik tiri Tidak ada penyakit
genetik

ii. Riwayat kesehatan


A. Riwayat kesehatan sekarang : Ayah pasien mengatakan pasien datang
dengan keluhan demam sejak 4 hari. Demam
disertai batuk, tidak nafsu makan dan minum

Keluhan utama :Demam, batuk dan mual muntah

Riwayat keluhan utama : keluarga pasien mengatakan pasien sejak 4


hari yang lalu demam, sempat sampai 38,6
Kelauarga pasien mengatakan jika pasien
merasa mual saat makan dan muntah.
Pasien hanya makan sedikit

Keluhan pada saat pengkajian: pasien mengatakan badannya panas, batuk


berdahak dan perutnya mual

B. Riwayat kesehatan lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)


1. Prenatal care

23
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di :
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh bu, tetapi oleh dokter
dianjurkan untuk :
b. Riwayat terkena radiasi :
c. Riwayat berat badan selama hamil :
d. Riwayat imunisasi TT
e. Golongan darah ibu golongan darah ayah
2. Natal
a. Tempat melahirkan :
b. Jenis persalinan :
c. Penolong persalnan :
d. Komplikasi yang dialami oleh bu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :
3. Post natal
a. Kondisi bayi : APGAR
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :
(untuk semua usia)

a. Klien pernah mengalami penyakt : pada


umur
Diberikan obat oleh :…………….
b. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran
dokter dan menggunakan zat/subtans kimia yang berbahaya :
c. Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya :

24
C. Riwayat penyakit keluarga
1. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Garis Pernikahan


: Laki-laki : Garis Keturunan
: Tinggal serumah

iii. Riwayat imunisasi (imunisasi lengkap)

No Jenis Waktu pemberian frekuensi Reaksi setelah Frekuensi


imunisasi pemberian obat
1. BCG 1 bulan 1 Tidak ada reaksi -

2. DPT DPT I usia 2 bulan 3 Demam 2 hr


(I,II,III) DPT 2 usia 3 bulan
DPT 3 usia 4 bulan

3. Polio Polio 1 usia 1 bulan 4 Tidak ada reaksi -


(I,II,II, IV) Polio 2 usia 2 bulan
Polio 3 usia 3bulan
Polio 4 usia 4 bulan

25
4. campak Usia 9 bulan 3 Demam 1 hr
Usia 2 tahun
Usia 6 tahun
5. Hepatitis Setelah lahir Tidak ada reaksi -

iv. Riwayat tumbuh kembang


A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan
- Sebelum sakit : 28 kg
- Setelah sakit : 26kg
2. Tinggi badan : 121 Cm
3. IMT : 26 : 17,75
2
(121)
4. Waktu tumbuh gigi : 6 bulan, gigi depan tanggal -
Jumlah gigi 2 buah

B. Perkembangan tiap tahap


Usia anak saat
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Berdiri : 9 tahun
4. Berjalan : 12 tahun
5. Senyum kepada orang lain pertama kali : usia 6 bulan
6. Bicara pertama kali : 9 bulan dengan menyebutkan kata ibukk
7. Berpakaian tanpa bantuan : usia 4 tahun

v. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI
Ayah pasien mengatakan pasien mendapatkan asi sampai usia 2 tahun

B. Pemberian susu formula


1. Alasan pemberian : Menambah kecukupan Nutrisi
2. Jumlah pemberian : seminggu 2-3 kali
3. Cara pemberian : Dengan gelas
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian


0-6 bulan ASI 6 bulan

26
6-9 tahun ASI, susu formula, 4 bulan
bubur, buah blender
9-12 bulan ASI, susu formula, 4 bulan
bubur, nasi, tempe,
2 -8 th ikan 6 tahun
Susu formula,
makanan keluarga
seperti nasi, sayur-
sayuran, ikan, tempe,
ayam

vi. Riwayat Psikososial


1. Anak tinggal bersama : orang tua di : rumah kedua orang tua
2. Lingkungan berada di : Pedesaan
3. Rumah dekat dengan : Toko, Masjid, tempat bermain
Kamar klien : terdapat fentilasi jendela, pasien tidur sendiri
4. Rumah ada tangga : tidak ada
5. Hubungan antar anggota keluarga : ayah pasien mengatakan hubungan
pasien dengan orang tua dan saudara-saudaranya baik
6. Pengasuh anak : kedua orang tuanya

vii. Riwayat spiritual


1. Support system dalam keluarga : orang tua dan keluargana
2. Kegiatan keagamaan : pasien mengatakan dirumah sholat dan ikut
ngaji/TPA di masjid

viii. Reaksi hospitalisasi


A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Ibu membawa anaknya ke RS karena : pasien demam tingggi berhari-
hari
- Apakah dokter menceritakan anaknya ke RS karena anak :
- Perasaan orang tua saat ini : ingin anaknya cepat sembuh
- Orang tua selalu berkunjung ke RS : orang tua secara gentian
menemani pasien di rs
- Yang akan tinggal dengan anak : orang tuanya

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


- Pasien sadar bahwa diriya sedang menjalani perawatan di rumahsakit
- Pasien sudah tahu apa yang menyebabkan dirinya sakit
- Pasien merasa tidak ingin berlama-lama dirumah sakit

27
ix. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera Pasien mengatakan sebelum sakit Saat sakit pasien
makan biasanya makan 3xsehari dengan hanya makan
porsi 1 piring. sedikit-sedikit
karena mual dan
muntah tidak
nafsu makan.

B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air putih,minum- Teh dan air putih
minuman botol
2. Frekuensi minum 5-6 gelas 1-2 gelas
3. Kebutuhan cairan Input : Input :
-minum 1000cc
-minum 200cc
-makan 200cc
-makan 50cc
-AMT : 156
-infus 300
Output :
- AMT 156
-urine : 500 Output :
BAB : 50 -urine :100
IWL :572 -IWL : 572
Balance cairan = 1356- Balance cairan =
1022 = 234 706-672 : 34
4. Cara pemberian
Oral

Oral

C. Elminasi (BAB & BAK)


kondisi Sebelum sakit Saat sakit

28
1. Temat Pembuangan WC WC
2. Frekuensi (waktu) BAK 5x/hari BAK 2x/hari
BAB 1 hari sekali belum
3. Konsistensi lembik lembik
4. Kesulitan - -
5. Obat pencahar

D. Istirahat tidur
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1 jam tidur Pasien tidak pernah Tidur siang 2 jam
- Siang tidur siang Tidur malam 6jam
- Malam Tidur malam pukul
11
2. Pola tidur pulas Sering kebangun lalu
3. Kebiasaan sebelum Main hp tidur lagi
tidur Main hp
4. Kesulitan tidur - -

E. Olah raga
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olah raga Pasien senang main Selama sakit pasien
2. Jenis dan frekuensi bola biasanya saat tidak pernah
3. Kondisi setelah olah pulang sekolah, berolahraga.
raga dan badan menjadi
sehat

F. Personal hygine
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi Mandi Dibantu dengan
- Cara 2x/hari menggunakan waslap
- Frekuens Dengan - 2x/hari
- Alat mandi menggunakan sabun - Waslap dan air
2. Cuci rambut odol,sikat gigi dan hangat.
handuk. - Belum

29
- Frekuensi Selalu keramas keramas
- Cara menggunakan sampo
3. Gosok gigi digosok-gosok.
- Frekuensi 2x/hari 2x/hari
- cara naik turun samping
dan membulat naik turun samping
dan membulat

G. Aktivitas mobilitas fisik


kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Kegiatan sehari- Sekolah, bermain Pasien hanya tiduran
hari dengan teman-teman, dan bermain hp
bantu jaga warung
2. Pengaturan jadwal Tidak ada jadwal Tidak ada jadwal
harian harian harian
3. Penggunaan alat Tidak ada alat bantu Tidak ada alat bantu
bantu aktifitas aktivitas aktivitas
4. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulita
pergerakan tubuh pergerakan tubuh pergerakan tubuh.

H. Rekreasi
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Perasaan saat Senang Tidak sekolah
sekolah
2. Waktu luang Waktu luang untuk Tiduran istirahat
bermain
3. Perasaan setelah Senang -
rekreasi
4. Waktu senggang Berkumpul,ngobro -,
keluarga bareng keluarga
5. Kegiatan hari l,nonton tv bareng. -
libur
Bermain dengan
teman ,nonton tv

x. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital :

30
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Denyut nadi : 98 x/menit
c. Suhu : 39,2
d. Pernafasan : 22 x/menit
4. Berat badan : 34 kg
5. Tinggi badan : 141 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hygine kepala : Bersih
a. Warna rambut : Hitam
b. Penyebaran : Penuh, tidak ada botak
c. Mudah rontok : Tidak
d. Kebershan mulut : Halus
Palpasi
Benjolan : ada/tidak : Tidak ada
Nyeri tekan : ada/tidak ada : Tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : Halus

7. Muka
Inspeksi
Simetris/tidak : Simetris
Bentuk wajah : Oval
Gerakan abnormal : Tidak ada
Ekspresi wajah : Lemas
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : Tidak ada
Data lain :-

8. Mata
Inspeksi
a. Palpebral : Edema/tidak

31
Radang/tidak
b. Sclera : icterus/tidak
c. Konjungtiva : radang/tidak
: anemis/tidak

d. Pupil : isokor/anisokor
Myosis/mdriasis
Refleks pupil terhadap cahaya :
mengecil
e. Posisi mata : simetris/tidak
f. Gerakan bola mata : mampu bergerak ke kanan dan kiri
g. Penutupan kelompal mata :-
h. Keadaan bulu mata : tidak rontok, lentik
i. Keadaan visus :-
j. Penglihatan :- kabur/tidak
-diplopia/tidak
Palpasi
Tekanan bola mata :-
Data lain :-

9. Hidung dan sinus


Inspeksi
a. Posisi hidung : Normal
b. Bentuk hidung : Simetris
c. Keadaan septum : Tidak ada
d. Secret/cairan : Tidak ada

10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : Disamping kepala
b. Ukuran/bentuk telinga : Simetris
c. Aurikel : Tidak ada lesi
d. Lubang telinga : bersih/serumen/nanah

32
e. Pemakaian alat bantu : Tidak
f. Pemakaian alat bantu : Tidak
Palpasi
Nyeri tekan/tidak
Pemerksaan uji pendengaran
a. Rinne : bunyi garputala lebih lama saat
diletakkan didekat lubang telinga dibandingkan ditulang mastoid.
b. Weber : suara garputala ditelinga kiri dan
kanan sama
c. Swabach : bunyi yang didengar pemeriksa dan
pasien sama.
Pemeriksaan vetibuler :-
Data lain :-

11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Bersih,tidak berlubang
- Karang gigi/karies : Tidak ada karang gigi
- Pemakaian gigi palsu : Tidak memakai gigi palsu
b. Gusi
Merah/radang/tidak : Tidak
c. Lidah
Kotor/tidak : Tidak
d. Bibir
- Cyanosis/pucat/tdak : Sedikit Pucat
- Basah/kering/pecah : Kering
- Mulut berbau/tidak : Tidak
- Kemampuan bicara : Normal
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Merah muda
b. Nyeri tekan : Tidak
c. Nyeri menelan : Tidak
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar throid : membesar/tidak
Palpasi

33
a. Kelenjar tiroid : terapa/tidak
b. Kaku kuduk/tidak : Tidak
c. Kelenjar limfe : Tidak ada benjolan tidak ada nyeri
Data lain :-

14. Thorax dan pernafasan


a. Bentuk dada : Simetris
b. Irama pernafasan : Teratur, ekspirasi lebih panjang dari
inspirasi
c. Pengembangan dar i waktu bernafas : sama antara sebelah kanan dan
kiri
d. Tipe pernafasan :-
Data lain :-

Palpasi
a. Vocal fremitus :-
b. Massa/nyeri : Tidak ada nyeri
Auskultasi
a. Suara nafas : vesikuler/bronchial/broncovesikuler
b. Suara tambahan : ronchi/wheezing/rales 24 x/menit

Perkusi
Redup/pekak/hypersonor/tympani/sonor
Data lain : Sonor

15. jantung
palpasi
ictus cordis : Ictus cordi tidak teraba
perkusi :-
pembesaran jantung : Tidak ada
auskultasi
a. BJ I :-
b. BJ II :-
c. BJ III
d. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Data lain :

16. Abdomen

34
Inspeks
a. Membuncit : Tidak
b. Ada luka/tidak : Tidak
Palpasi,
a. Hepar : Tidak ada nyeri tekan
b. Lien : Tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Auskultas
Peristaltic : Bising usus 30x/menit

Perkusi
a. Tympani : Ya
b. Redup : Tidak
Data lain :-

17. Genetala dan anus : Tidak ada masalah tidak ada rasa
gatel,panas dan nyeri.
18. Ekstremtas
Ekstremitas atas
a. Motoric
Pergerakan kanan/kiri :-
Pergerakan abnormal : Tidak ada
Kekuatan otot kanan/kiri :5
Tonus otot kanan/kiri :-
Koodinasi gerak : Seimbang
b. Reflex
Biceps kanan/kiri : Gerakan fleksi lengan bawah
Trxeps kanan/kiri : Gerakan ekstensi lengan bawah
c. Sensori
Nyeri : Tidak ada nyeri
Rangsang suhu : Ada rangsang suhu
Rasa raba : Ada rasa raba

Ekstremitas bawah
a. Motoric

35
Gaya berjalan : Normal
Kekuatan kanan/kiri :5
Tonut otot kanan/kiri :-
b. Reflex
KPR kanan/kiri :-
APR kanan/kiri :-
Babinsky kanan/kiri :-
c. Sensori
Nyeri : Tidak ada nyeri
Ransang subu : Ada rangsang suhu
Rasa raba : Ada rangsang raba
Data lain :

19. Status neurologi


Saraf-saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorus) : penghidu : pasien mampu membedakan bau
(minyak kayu putih dan parfum)
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : tidak ada gangguan penglihatan
c. Nervus I, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abdusen)
Kontrksi pupil : Saat ada cahaya pupil mengecil
Gerakan kelopak mata : Mampu berkedip Normal
Pergerakan bola mata : Mampu bergerak kekanan dan kiri
Pergerakan mata ke bawah dan dalam : mampu menggerakkan bola
mata ke bawah dan keatas.
d. Nervus V (trigeminus)
Sensabilitas/sensori : Mampu merasakan nyeri saat tubuh
ditekan
Reflex dagu :
Reflek cornea : Saat jari tangan didekatkan ke mata
e. Nervus VII (facialis)
Gerakan mimic : Pasien bisa tersenyum dan meringis
Pengecapan 2/3 ldah bagian depan : Mampu merasakan rasa
manis,pahit,asin.

36
f. Nervus VII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : Pasien mampu mendengar dengan
baik.
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan vagus)
Reflex menelan : Pasien ada refleks menelan
Reflex muntah : Pasien ada refleks Muntah
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang
Suara : Tidak ada gangguan pada suara
h. Nervus XI (Assesorius)
Memalingkan kepala kanan dan ke kiri : Pasien mampu memalingkan
kepala kekanan dan kekiri.
Mengangkat bahu : Pasien mampu mengangkat bahu.
i. Nervus XI (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Pasien mampu menggerakkan dari
kiri ke kanan.
Tanda-tanda perangsanagan selaput otak
a. Kaku kuduk : Tidak ada
b. Kernig sign : Tidak ada
c. Reflex brudzonsk : Tidak ada
d. Reflex lasegu : Tidak ada
Data lain

xi. Pemeriksaan tingkat perkembangan (0-6tahun)


1. Motoric kasar
2. Motoric halus
3. Bahasa
4. Personal social
xii. Tes Diagnostik
Laboratorium
HEMATOLOGI
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

HB (Hemoglobin) 13.2* 11.5 – 13.0 g/dl


AL (Angka Lekosit) 2.98* 4.5 – 13.0 RB/MMK
AE (Angka Eritrosit) L 4.92 4.5 – 6.5 JT/MMK
AT (Trombosit) A 122* 150 – 450. 0 RB/MMK
HCT (Hematokrit) 38.1 35 – 45. 0 %

37
DIFF EOS 2 0 – 3. 0 %
DIFF BAS 0 0 – 1. 0 %
DIFF GRAN/NEUT 83* 40 – 70.0 %
DIFF MID/MON 13* 25 – 40. 0 %
MCV 77.6* 80 – 100.0 fl
MCH 26.8* 26 – 34. 0 pg
NLR 6.36* 0 – 3. 1 BUAH

xiii. Terapi saat ini


No. Nama obat Dosis Rute Indikasi
1. Imunped 5cc Oral Produk vitamin dan mineral
digunakan sebagai suplemen
makanan untuk mencegah dan
mengobati defisiensi zinc dan
vit C.

2. Sucralfate 5cc Oral Obat untuk mengatsi tukak


lambung,ulkus,dan gastritis.

3. Dehydralite 200ml Oral Untuk membantu pencegahan


dehidrasi ringan dan sedang
karena muntah.

4. Etervik 250mg IV Digunakan untuk mengobati


rasa sakit ringan sampai sedang
juga untuk menurunkan
demam.
5. Cefotaxime 1gr IV
Obat antibitotik untuk
mengobati berbagai macam
penyakit infeksi bakteri.
6. Ondeanseton 2mg IV
Untuk mengobati mual dan
muntah.

38
39
xiv. Analisa data
No Symtom Problem Etiologi
1. Ds : Hipertermia Proses penyakit
 Ayah pasien mengatakan dengue fever
pasien demam H+4

Do :
 suhu tubuh pasien diatas
normal yaitu 38,6°C
 TD : 80/50 mmHg
 N :100x/m
 RR : 24x/m

Ds :
2. Bersihan jalan nafas Spasme jalan nafas
 Ayah pasien mengatakan
pasien batuk-batuk tidak efektif
Do :
 pasien terdengar batuk-
batuk berdahak
 Pasien tampak tidak
mampu batuk efektif’
 Sputum berlebih
 Suara nafas pasien
wheezing, ronchi

3. Ds :
 Ayah pasien mengatakan Resiko Defisit Nutrisi Kurang Asupan
pasien lemas dan pucat Nutrisi (mual
 Ayah pasien mengatakan muntah)
pasien mual dan muntah
saat makan
 Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
Do :
 BB sebelum sakit 28
 BB sesudah sakit 26

40
xv. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi bd proses penyakit dengue fever ditandai dengan :
Ds :
 Ayah pasien mengatakan pasien demam H+4
Do :
 suhu tubuh pasien diatas normal yaitu 38,6°C
 TD : 80/50 mmHg
 N :100x/m
 RR : 24x/

2. Berishan jalan nafas tidak efektif bd spasme jalan nafas ditandai dengan :
Ds :
 Ayah pasien mengatakan pasien batuk-batuk
Do :
 pasien terdengar batuk-batuk berdahak
 Pasien tampak tidak mampu batuk efektif’
 Sputum berlebih
 Suara nafas pasien wheezing, ronchi

3. Resiko Defisit Nutrisi bd kurang asupan nutrisi (mual dan muntah)


ditandai dengan :
Ds :
 Ayah pasien mengatakan pasien lemas dan pucat
 Ayah pasien mengatakan pasien mual dan muntah saat makan
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan
Do :
 BB sebelum sakit 28
 BB sesudah sakit 26

41
xvi. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
Hipertermi b.d tindakan penyebab mengetahui
proses penyakit keperawatan hipertermia penyebab
demam dengue selama 3x24 jam 2. Monitor suhu hipertermi
diharapkan tubuh 2. Untuk
termoregulasi 3. Monitor kadar memantau suhu
membaik dengan elektrolit tubuh
kriteria hasil : 4. Sediakan 3. Untuk
1. Suhu tubuh lingkungan yang memantau
membaik (5) dingin kebutuhan
2. Kulit merah 5. Berikan cairan cairan
menurun (1) oral 4. Untuk menjaga
3. Suhu kulit 6. Lakukan keseimbangan
membaik (5) pendinginan suhu tubh
eksternal 5. Untuk
(kompres) mencegah
7. Anjurkan tirah dehidrasi
baring 6. Untuk
8. Kolaborasi menurunkan
pemberian cairan suhu tubuh
dan elektrolit 7. Untuk
intravena, jika mengurangi
perlu aktivitas
8. Untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan

42
xvii. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas 1. Untuk memantau
nafas bd tindakan selama 2. Monitor bunyi nafas pola nafas
spasme jalan 3x24 jam tambahan 2. Untuk
nafas diharapkan 3. Posisikan semi mengetahui suara
bersihan jalan nafas fowler atau fowler nafas tambahan
meningkat dengan 4. Berikan minuman 3. Untuk melegakan
kriteria hasil : hangat jalan napas
1. Batuk efektif 5. Lakukan fisioterapi 4. Untuk
meningkat dada, jika perlu mengeluarakan
2. Produksi 6. Berikan oksigen jika dahak
sputum perlu 5. Untuk
menurun 7. Anjurkan asupan mengeluarkan
3. Suara nafas cairan 2000ml/hari, dahak
wheezing jika tida 6. Untuk melegakan
ronchi menurun kontraindikasi jalan nafas
8. Kolaborasi 7. Untuk memenuhi
pemberian kebutuhan cairan
bronkodilator, 8. Untuk membantu
ekpektoran, mengeluarkan
mukolitik, jika perlu dahak

43
xviii. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi 1. Untuk
bd kurangnya tindakan selama pengalaman mual mengetahui
asupan 3x24 jam 2. Mengidentifikasi adanya mual
makanan (mual diharapkan tingkat isyarat nonverbal 2. Untuk
muntah) nausea menurun ketidaknyamanan mengetahui
dengan kriteria (missal pd anak2) adanya mual
hasil : 3. Identifikasi dampak 3. Untuk
mual terhadap mengatahui
1. Nafsu makan kualitas hidup (nafsu dampak terhadap
meningkat (5) makan, aktivitas) adanya mual
2. Perasaan ingin 4. Monitor mual 4. Untuk
muntah 5. Monitor asupan mengetahui
menurun (5) nutrisi dan kalori frekuensi dan
3. Pucat membaik 6. Berikan makanan keparahan mual
(5) dalam jumlah kecil 5. Untuk
dan menarik memastikan
7. Anjurkan istirahat asupan nutrisi
dan tidur yang cukup pasien terpenuhi
8. Kolaborasi 6. Menjaga nutrisi
pemberian tetap terpenuhi
antiemetik, jika perlu dan mencegah
mual dan muntah
7. Dapat membuat
pasien jadi lebih
baik dan
melupakan mual
8. Mengobati mual
secara
farmakologis

44
xix. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 14 Desember S:
2021 - Pasien mengatakan
Pukul 14.00 nyaman.
Hipertermia 1. Mengidentifikasi -Pasien mengatakan
berhubunga dangen penyebab hipertermia mulai berkeingat dan
Proses Penyakit 2. Memberikan injeksi haus
(Demam Dengue antipiretik Eterfik 250 -Pasien mengatakan
Fiver) mg sudah tidak haus lagi
3. Mengompres dahi O:
dengan air hanggat -Pasien terlihat
Pukul 14.30 nyaman
4. Mngatur suhu -Pasien tampak gerah
ruangan dengan dan sedikit berkeringat
membuka jendela -Didapatkan hasil suhu
5. Menganjurkan pasien tubuh pasien 37,4
agar melonggarkan A:
pakaian saat demam Masalah pasien belum
6. Memberikan air teratasi
minum 200 ml kepada P:
pasien Intervensi di lanjutkan
Pukul 15.00 2,4,5,6,8
7. Mengganti linen
pasien
8. Mengukur suhu tubuh
pasien
( Natasya )

S:
( Natasya ) -Pasien mengatakan
nyaman
Rabu 15 Desember 2021 -Pasien mengatakan
Pukul 06.00 ngantuk setelah di beri
1. Memberikan injeksi obat
antipiretik eterfik 250mg O :
2. mengatur suhu -Pasien tampak
ruangan nyaman
3. menganjurkan pasien -Pasien tidak haus
melonggarkan baju -Didapatkan hasil suhu
ketika demam 37,2
4. Memeberikan minum -Kakak pasien

45
pasien 200 ml mengatakan pasien
5. Mengukur suhu tubuh tidak nafsu makan,
pasien mual, muntah setelah
6. Menanyakan apakah makan
pasien ada mual dan A:
muntah Masalah pasien belum
teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
1,2,3,4,5

(Natasya)
(Natasya)
Kamis 16 Desember
2021 S:
Pukul 13.00 -Pasien tampak
1. Mengatur suhu nyaman
ruangan pasien dengan -Pasien mengatakan
membuka jendela sudah tidak haus
2. Memberikan air O:
minum 200 ml kepada -Pasien tampak
pasien nyaman
3. Mengukur suhu tubuh -Didapatkan hasil suhu
pasien tubuh pasien 36,8
A:
-Masalah pasien
teratasi sebagian
P:
-Intervensi di lanjutkan
1,2,3

(Natasya) (Natasya)

46
xx. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa 14 Desember S:
Bersihan Jalan Nafas 2021 Pasien mengatakan
Tidak Efektif Pukul 13.30 batuk berdahak
berhubugan Dengan 1. Mengidentifikasi O:
Spasme Jalan Nafas kemampuan batuk Pasien terihat batuk –
2. Memonitor adanya batuk berdahak
retensi sputum beberapa kali
Pukul 14.00 A:
3. Memonitor tanda dan Masalah pasien belum
gejala infeksi saluran teratasi
pernafasan P:
Pukul 15.00 Intevensi dilanjutkan
4. Pemberian terapi 1,2,3,4
inhalasi velutine melalui
nebulizer 2.5 mg

(Yunida) (Yunida)

Rabu 15 Desember
2021 S:
Pukul 06.00, 13.00, -Pasien mengatakan
20.00 tenggorokannya lega
1. Mengidentifikasi O:
kemampuan batuk -Pasie koorperatif saat
2. Memberikan terapi di ajarkan batuk efektif
inhalasi ventuline dan pasien dapat
melalui nebulizer 2.5 mempraktikan cara
mg batuk efektif
-Pasien mampu batuk

47
efektif
A:
(Natasya, Risma, Masalah pasien teratasi
Yunida) sebagian
Pukul 13.10 P:
3. Mengajarkan kepada Intervensi dilanjutkan
pasien cara batuk efektif 1,2,4,5
4. Memonitor adanya
retensi sputum
5. Memonitor tanda dan
gejala infeksi saluran
pernafasan
(Yunida)

(Yunida) S :
-Pasien mengatakan
Kamis 16 Desember paham bagaiamana cara
2021 batuk efektif
Pukul 06.00, 13.00, -Pasien mengatakan
20.00 masih batuk
1. Mengidentifikasi O:
kemampuan batuk -Pasien tampak dapat
2. Memberikan terapi batuk efektif
inhalasi ventuline -Pasien tampak masih
melalui nebulizer 2.5 batuk
mg A:
Pukul 08.30 Masalah pasien teratasi
3. Memonitor adanya sebagian
retensi sputum P:
4. Memonitor tanda dan Intervensi di lanjutkan
gejala infeksi saluran 1,2,3,4
pernafasan

(Yunida)

(Yunida)

xxi. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa 14 Desember S:
2021 Pasien mengatakan

48
Resiko Pukul 18.00 tidak nafsu makan
Ketidakseimbangan 1. Menanyakan kepada Pasien mengatakan
Nutrisi berhubungan pasien apakah masih masih mual dan
dengan Kurangan ada mual dan muntah muntah
Asupan Makanan 2. memberikan O:
dehidrolit kepada Pasien tampak lemas
pasien A:
Pukul 18.30 Masalah pasien belum
3. Menimbang berat tertasi
badan pasien P:
4. Kolaborasi dengan Intervensi di lanjutkan
ahli gizi pemberian 1,2,4
makanan yang tepat
untuk pasien

(Risma)

(Risma)

Rabu 15 Desember S:
2021 Pasien mengatakan
Pukul 06.30 kadang msih mual dan
1. Memberikan injeksi muntah ketika makan
Ondansentron melalui Pasien mengatakan
IV 2 mg hari ini muntah 1x
Pukul 07 00 setelah makan
2. Menanyakan kepada O:
pasien apakah masih Pasien tampa lemas
ada mual dan muntah A:
3. memberikan Masalah pasien belum
dehidrolit kepada teratasi
pasien P:
4. kolaborasi dengan Intervensi di lanjutkan
ahli gizi untuk 1,2,3,4
memberikan makanan
yang tepat ke pasien

(Risma)
(Risma)
Kamis 16 Desember S:
2021 Pasien mengatkan
Pukul 14.00 makan habis 3 sendok
1. Memberikan Injeksi Keluarga pasien
Ondansentron 2 mg mengatakan masih
melalui IV mual dan muntah
2. menanyakan porsi O:
makan habis berpa Pasien tampak lemas

49
3. menanyakan apakah A:
masih ada mual dan Masalah pasien belum
muntah teratasi
4. kolaborasi P:
pemberian makan yang Intervensi di lanjutkan
tepat kepada ahli gizi 1,2,3,4

(Risma)

(Risma)

50
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan DIY. (2020). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2020. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. Bantul:


Dinkes Bantul; 2021.
https://dinkes.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2021/05/Profil
%20Kesehatan%202021.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia). Jakarta: Jagarsa

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta; 2020.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba


Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

WHO (2019), Dengue and Severe Dengue, World Health Organization.

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri, 2013. KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Desawa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta:
Nuha Medika

51
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

52
53

Anda mungkin juga menyukai