Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) Bahasa medisnya disebut Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit menimbulkan masalah bagi

masyarakat, nyamuk Aedes Aegypti (Candra, 2010). Nyamuk ini sangat cocok

hidup di iklim tropis ataupun sub tropis. Di Indonesia adalah tempat yang sangat

sesuai dengan tempat hidup nyamuk Aedes Aegypti (Johansaon dkk, 2010).

Demam berdarah adalah demam akut yang disebabkan oleh virus dengue,

yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes,

misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vector yang

paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini, nyamuk dapat membawa

virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.

Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari. Dengan

manifestasi klinis demam akut selama 2-7 hari, nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri

sendi yang dsertai leuopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan distsis

hemoragik (Sudoyo Aru, dkk, 2009).

Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas

disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada

anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut

menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk

perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epitaksis,

sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat pendarahan lambung,

melena, dan juga massif (Ngastiyah, 2014).


2

Menurut World Health Organization (WHO, 2015) demam berdarah dengue

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui vector nyamuk yang

paling cepat penyebarannya di dunia, demam berdarah ditularkan ke manusia

melalu nyamuk Aedes Aegypti, Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan

beberapa spesies dari Aedes scutellaris. Setiap spesies memiliki distribusi

geografis yang berbeda. Aedes aegypti merupakan spesies utama nyamuk

tropical dan subtropical yang disebar luaskan di dunia.

DBD merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian yang

luar biasa (KLB) di indonesia. Kasus demam berdarah di Indonesia masih terjadi

setiap tahun, dimana sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1968 dan terjadi

peningkatan dari tahun ke tahun. Data yang didapat dari Direktorat pencegahan

dan pengendalian penyakit menular vector dan zoonotic, Kementrian Kesehatan

RI, pada tahun 2014 jumlah penderita mencapai 100.347,907 orang diantaranya

meninggal, pada tahun 2015 sebanyak 129.650 orang dan 1.071 orang

meninggal, pada tahun 2016 sebanyak 202.314 orang dan 1.593 meninggal,

sedangkan pada tahun 2017 sejak bulan januari- mei tercatat sebanyak 17.877

orang dan 115 meninggal. Angka penyakit DBD di 34 provinsi di tahun 2015

mencapai 50.75 per 100 ribu penduduk, dan pada tahun 2016 mencapai 78.85

per 100 ribu penduduk. Penyakit ini menyebar luas ke seluruh indonesia dan

menjadi salah satu masalah utama di indonesia yang disebabkan oleh semakin

meningkatnya mobilitas kepadatan penduduk, dan luas daerah penyebaran

penyakit (Kementrian kesehatan RI, 2016).

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (2018) Kasus yang terjadi pada

daerah Kalimantan Barat pada tahun 2014-2017 khususnya di kota Pontianak.


3

demam beradarah dengue merupakan penyakit yang selalu ada setiap tahun

(endemis) dan selalu berpotensi menimbulkan wabah. Angka kesakitan penyakit

DBD menunjukkan tren fluktuatif, dimana pada tahun 2014 angka kesakitan

4.199 kasus dan 60 kasus diantaranya meninggal dunia, pada tahun 2015 ada

penurunan angka 1.108 kasus, pada tahun 2016 ada penurunan angka menjadi

967 kasus, pada tahun 2017 kembali meningkat menjadi 3.133 kasus, dan pada

tahun 2018 sebanyak mengalami penurunan angka menjadi 3.027 kasus. Warga

Pontianak yang terkena demam berdarah dengue tahun 2018, dari total kasus

tersebut 4 orang meninggal dunia. Kasus DBD di sepanjang tahun 2018

meningkat terjadinya sejak Oktober, paling parah lagi terjadi pada minggu ke-

48. Pada minggu itu ditemukan 19 kasus penderita DBD, lalu di minngu 49

terdapat penurunan. Sedangkan pada tahun 2019 pada bulan januari- februari

sebanyak 570 kasus demam berdarah, bahkan tercatat di Diskes Kalimantan

Barat sudah 7 orang meninngal dunia akibat serangan penyakit DBD.

Jika di lihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus DBD pada tahun 2017

terbanyak pada laki-laki 120 kasus dibandingkan dengan perempuan sebanyak

94 kasus. Virus dengue (DENV) ada 4 jenis yaitu virus DENV-1, DENV-2,

DENV-3, dan DENV-4. Dimana antara DENV-4 virus ini yang sering

menyerang penduduk Indonesia. Seseorang yang tinggal di daerah endemis

dengue dapat terinfeksi 3 atau 4 serotype selama hidupnya. Cara penularan yaitu

seseorang yang di dalam darah mengandung virus dengue merupakan sumber

penularan penyakit demam berdarah dengue. Pada tubuhnya virus dengue akan

berada dalam darah selama 4-7 hari bila penderita tersebut digigi oleh nyamuk

penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung
4

nyamuk, kemudian virus akan memperbanyak diri dari tersebar di berbagai

jaringan tubuh nyamuk, termasuk didalam kelenjar liurnya dan nyamuk tersebut

siap menularkan ke orang lain. Nyamuk dengue aegypti sangat infektif sebagai

penular penyakit, nyamuk akan bertelur dan berkembag biak ditempat

penampungan air bersih seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-

hari dan wadah yang berisi air atau air hujan. Telur akan menempel dan menetas

di permukaan air setalah 2 hari terendam dalam air kemudian telur akan menjadi

jentik-jentik (Gama, 2010).

Banyak faktor yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita DBD

antara lain: kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat dari

masyarakat di Kota Pontianak yang belum optimal dan pemberantasan sarang

nyamuk, kurang tersedianya sumber daya yang memadai baik dari segi sarana

dan prasarana, tenaga maupun pembiayaan operasional kegiatan, semakin tinggi

kasus DBD di kabupaten yang berbatasan dengan Kota Pontianak dan tingginya

mobilitas penduduk dari kabupaten ke kota yang dapat meningkatkan penularan

DBD (Dinkes, 2018).

Cara yang tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah melaksanakan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus yaitu : menguras

secara teratur seminggu sekali atau menabur abate ke tempat penampungan air,

menutup rapat-rapat penampungan air, dan mengubur atau menyingkirkan

kaleng-kaleng bekas, plastic dan barang-barang bekas lainya yang dapat

menampung air hujan, menggunakan kelambu, dan menanam tanaman pengusir

nyamuk.
5

Peran perawat dalam penelaksanaan kasus deman berdarah dengue (DBD)

adalah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh

mulai dari pengkajian masalah, menentukan diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada pasien

demam berdarah dengue. Fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk meninggkatkan status

kesehatan klien seperti pendidikan tentang DBD lalu menganjurkan penderita

untuk banyak minum dan mengonsumsi jus jambu merah untuk meningkatkan

jumlah trombosit penderita DBD, melakukan pencegahan terhadap kemungkinan

terjadinya dengan memantau kondisi penderita Demam Berdarah Dengue,

monitor tanda-tanda pendarahan, menganjurkan klien untuk istirahat, kolaborasi

pemberian obat dan manffatnya, monitor tanda-tanda vital dan memonitor hasil

laboratorium.

Dari data di atas penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan

keperawatan pada An. Y dengan Hipertermi: demam berdarah dengue di Ruang

Anak, Rumah sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak tahun 2018.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari Karya Ilmiah Akhir ini yaitu untuk memberikan

gambaran asuhan keperawatan An. Y dengan hipertermi: demam berdarah

dengue di Ruang Anak RSUD Dr. Soedarso Pontianak tahun 2018.


6

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan konsep teori tentang proses asuhan keperawatan pada

hipertermi: demam berdarah dengue di Ruang Anak RSUD Dr.

Soedarso Pontianak tahun 2018.

b. Membandingkan antara teoritis dan praktik lapangan asuhan

keperawatan pada An. Y dengan hipertermi: demam berdarah dengue

di Ruang Anak RSUD Dr. Soedarso Pontianak tahun 2018.

c. Untuk melihat gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

hipertermi: demam berdarah dengue pada An. Y di Ruang Anak RSUD

Dr. Soedarso Pontianak tahun 2018.

d. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat

dilaksanakan asuhan keperawatan pada An. Y dengan hipertermi:

demam berdarah dengue pada di Ruang Anak RSUD Dr. Soedarso

Pontianak tahun 2018.

C. Ruang lingkup penulisan

Pada laporan studi kasus ini penulisan hanya membahas kasus Asuhan

keperawatan pada An. y dengan proses infeksi virus dengue tentang penyakit

demam berdarah dengue di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Soedarso Pontianak dari tanggal 30 Oktober sampai 02 November 2018. Adapun

ruang lingkup pembahasan dapat diidentifikasi sebagai berikut; “Bagaimana

asuhan keperawatan diberikan pada pemenuhan kebutuhan persepsi/kognitif

terhadap masalah keperawatan dengan hipertermi berhubungan dengan proses

infeksi virus dengue tentang penyakit demam berdarah dengue dan proses

keperawatan An. Y dari mulai pengkajian sampai evaluasi”.


7

D. Sitematika penulisan

Sistematika penulisan Karya Ilmiah Akhir ini penulisan terdiri dari lima bab

dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang berisi tentang alasan

mengangkat kasus, kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan penulisan yang

terbagi menjadi tujuan umum dan khusus, dan yang terakhir sistematika

penulisan.

BAB II: Landasan Teoritis yang terdiri dari defenisi dan konsep masalah DBD,

pengkajian head to toe dan pengkajian tambahan (radiologi dan laboratorium),

patofisiologi yang terdiri dari penyebab, proses terjadinya masalah dan akibat

masalah yang timbul, diagnosa keperawatan, perencanaan yang terdiri dari

(Nursing Outcome Criteria) dan (Nursing Intervention Ckassification),

implementasi dan evaluasi.

BAB III: Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB IV: Pembahasan yang terdiri dari pembahasan proses asuhan keperawatan

yang diberikan dari pengkajian sampai dengan evaluasi, dan pembahasan praktik

profesi keperawatan dalam mencapai target kompetensi.

BAB V: Kesimpulan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan saran

dari penulis.
8

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Landasan teoritis berisi hasil penelusuran literature atau studi kepustakaan

mengenai masalah yang dibahas dan konsep serta teori yang melandasi penyelesaian

masalah. Pendekatan yang digunakan adalah masalah keperawatan utama yang

dialami klien selama dalam masa keperawatan. Penjabaran dalam tulisan mencakup.

A. Hipertermi
1. Definisi Hipertermi

Definisi hipertermi adalah suatu keadaan tubuh dalam keadaan suhu

tubuh diatas batas normal, sebagai pengaruh dari peningkatan pusat

pengaturan suhu di hipotalamus. Pada kondisi normal, terjadi kesimbangan

antara produksi dan pelepasan panas tubuh. Pada kondisi tidak normal terjadi

peningkatan suhu tubuh yang tidak teratur, jadi itulah yang disebut

hipertermi (Nurarif, 2016).

Sebagian besar hipertermia pada anak merupakan akibat dari

perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-

penyakit yang ditandai dengan adanya hipertermia dapat menyerang sistem

tubuh. Selain itu hipertermia mungkin berperan dalam meningkatkan

perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu

pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012).

Suatu keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami

kenaikan suhu tubuh <37,80C (1000) per oral atau 38,80C 1010F) per rektal

yang bersifat menetap karena faktor eksternal (Lynda, 2012).


9

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, hipertermi adalah

meningkatan suhu tubuh normal dalam merespon infeksi.

2. Etiologi Hipertermi

Penyebab demam yang paling sering adalah adanya produksi pirogen

endogen dan pirogen eksogen, pirogen endogen berasal dari dalam tubuh

yang mempunya kemampuan merangsang demam dengan mempengaruhi

kerja pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Pirogen endogen secara

langsung mengubah titik ambang suhu hipotalamus untuk menghasilkan

pembentukan panas dan konservasi demam merupakan salah satu

manifestasi respon yang dihasilkan oleh mekanisme pertengahan hospes

yang ditengahi situkin demam juga sering disebabkan karena terjadinya suatu

infeksi (Sodikin, 2012)

Menurut SDKI (2016) penyebab hipertermia yaitu dehidrasi terpapar

lingkungan panas, proses penyakit (misalnya : infeksi, kanker),

ketidaksesuaian pakaian dengan lingkungan, peningkatan laju metabolisme,

respon trauma, aktivitas berlebihan, dan penggunaan inkubator. Hipertermia

pada klien DHF disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes (Mumpuni, 2016).

3. Batasan Karakteristik Hipertermi

Batasan karakteristik menurut Nurarif (2016), yaitu :

a. Konvulsi.

b. Kulit kemerahan.

c. Demam mendadak, penyebab tidak diketahui.


10

d. Suhu lebih tinggi 37,8 C per oral atau 38,8 C per rektal.
0 0

e. Kulit hangat.

f. Takikardi.

g. Pendarahan.

h. Hepatomegaly.

i. Syok.

4. Faktor-Faktor yang Berhubungan

Faktor-faktor yang berhubungan menurut Nurarif (2016) yaitu :

a. Anastesi.

b. Penurunan respirasi.

c. Dehidrasi.

d. Pemajanan lingkungan yang panas.

e. Penyakit.

f. Pemakian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan

g. Meningkatkan laju metabolism.

h. Medikasi.

i. Trauma.

j. Aktivitas berlebihan.

B. DBD (Demam Berdarah Dengue)


1. Definisi DBD
11

Penyakit DHF atau yang lebih familiar dengan sebutan demam

berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue yang

masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus

Aedes,misalnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Mumpuni, 2016).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue (abovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti (Maryunani, 2014).

2. Etiologi BDB

Virus dengue termasuk family Flaviviridae, secara serologi terdapat 4

tipe, yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4. Dikenal 3 macam lagi arbovirus yaitu

Chikungunya dan O’nyong – nyong dari genus Togavirus, dan West Nile

fever dari genus Flavivirus, yang mengakibatkan gejala demam dan ruam

yang mirip dengan DF (Widagdo, 2011).

Penyebab penyakit demam berdarah dengue merupakan

mikroorganisme yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat melalui

mikroskop electron, virus hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup. Maka

untuk kelangsungan hidupnya virus harus bersaing dengan sel manusia yang

ditempati terutama untuk kebutuhan protein, apabila daya tahan tubuh

seseorang yang terkena infeksi virus menurun akibatnya sel jaringan akan

semakin rusak. Sebaiknya apabila sel tersebut berkembang banyak maka

fungsi organ tubuh tersebut baik, maka akan sembuh dan timbul kekebalan

tubuh terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam tubuh seseorang

(Misnadiarly, 2009).
12

Penyakit infeksi virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh

dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan

aedes albocpitus. Jika nyamuk menggigit orang dengan demam berdarah,

maka virus dengue masuk ke tubuh nyamuk bersama darah yang dihisapnya.

Didalam tubuh nyamuk virus berkembang biak dan menyebar keseluruh

tubuh bagian nyamuk, dan sebagian berada dikelenjar air liur. Selanjutnya

waktu nyamuk menggigit orang lain, air liur bersama virus dengue

dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap tidak membeku,

dan pada saat inilah virus dengue ditularkan ke orang lain (Soegijanto,

2008).

3. Klasifikasi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan menurut Ginanjar (2009)

berdasarkan tingkat keparahannya. Secara singkat dijelaskan seperti

berikut :

a. Derajat I Disebut apabila terdapat tanda-tanda demam selama 5-7 hari,

gejala umum tidak khas, tes Rumpeleede (+). Tes Rumpeleede

merupakan tes penapisan (skrining) untuk menilai adanya perdarahan

kulit. Tes ini dilakukan dengan cara membendung pembuluh darah pada

lengan pasien dengan menggunakan manset pengukur tekanan darah

selama lima menit. Besar tekanannya adalah ½ kali dari penjumlahan

tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil positif adalah jika terdapat

bintik-bintik perdarahan pada lengan penderita DBD, sebanyak lebih

dari 20 buah/inci2 .
13

b. Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan pada kulit

berupa ptekiae dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah

(hematemesis), buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman

(melena), perdarahan gusi, perdarahan Rahim (uterus), telingan dan

sebagainya.

c. Derajat III Ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut

nadi teraba lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi (selisih antara

tekanan darah sistolik dan diastolik) menyempit (140x/menit, ujung-

ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh 16 berkeringat, kulit

membiru. DBD derajat IV merupakan manifestasi syok, yang sering

kali berakhir dengan kematian.

4. Manifestasi Klinis DBD

a. Demam tinggi selama 5-7 hari.

b. Perdarahan terutama perdarahan dibawah kulit, hematoma, ecymosis.

c. Epistaksis, hematemesis melena, Hematuria.

d. Mual, muntah, nafsu makan menurun, diare, konstipasi.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.

f. Sakit kepala

g. Pembengkakan sekitar mata.

h. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.


14

i. Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah).

Terdapat hasil penelitian Annisa (2015) menyebutkan bahwa tanda dan

gejala lain yang terdapat pada anak DBD yaitu pembesaran hepar,

epistaksis, purpura, dan hematemesis.

5. Patofisiologi

Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia

melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberikan

gejala DF. Pasien akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala,

mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, timbul ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati,

limfa. Reaksi yang berbeda bila seseorang mendapatkan infeksi berulang

dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini disebutkan the secoundary

heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis. Re-infeksi

akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan

konsentrasi komplieks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang

tinggi (Wijaya & Putri, 2016).

Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit,

penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui namun beberapa

faktor dapat menjadi penyebab seperti virus dengue, komponen aktif system

komplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi

trombist dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama

demam berdarah pada DBD (Soedarmo dkk, 2008 dalam Fauziah 2017).
15

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan karena virus dengue

yang termasuk ke dalam genus flavivirus, keluarga flavivirdae. Flavivirus

adalah virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,

DEN-2, DEN-3, DEN-4, keempat seotipe ini dapat menimbulkan gejala

yang berbeda-beda untuk menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan

infeksi paling besar di indonesia, yaitu DEN-3. Demam berdarah dengue

tidak menular melalui kontak manusia dengan anusia, virus dengue sebagai

penyebab demam berdarah yang hanya ditularkan melalui nyamuk (Sudoyo,

2009).

Pathway DBD (Demam Berdarah Dengue)

Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran darah Arbovirus (melalui nyamuk


nyamuk aedes aegypti aedes aegypti

Arbovirus (melalui PGF2 Membentuk &Mengaktifkan system


melepaskan zat
Hipothalamus C3a, C5komplemen
a

Hipertermia
Permeabilitas membrane Meningkatan reabsorbsi Na4
meningkat dan H2O

Agregasi trombosit Kerusakan endotel pembuluh Resiko syok hipovolemik


darah

tromboSitopenia Renjatan hipovolemik dan


Merangsang & mengaktivasi
hipotensi
faktor pembekuan

DIC Kebocoran plasma

Resiko pendarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok hipovelemik Kekurangan volume cairan Ke extravaskuler


16

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegaly Ascites

Ketidakefektifan pola nafas Penekanan intraabdomen Mual, muntah

Nyeri Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

Gambar 2. 1 Patofisiologi penyakit sampai ke masalah


(Sumber: Nanda, NIC & NOC, 2016)

6. Pemeriksaan Dignostik

a. Hematokrit

Tujuannya untuk mengetahui adanya hemokonsentrasi yang terjadi

pada penderita DBD. Nilai Hematokrit adalah besarnya volume total sel-

sel darah, khususnya eritrosit dibandingkan dengan volume keseluruhan

darah dan dinyatakan dalam %. Pada penderita DBD hematocrit

meningkat sampai lebih dari 20%.

b. Trombosit

Selanin hemokensentrasi makan yang selalu hamper terjadi pada

penderita DBD adalah trombositopeni yaitu penurunan jumlah trombosit

di bawah 100.000/Ul darah biasanya ditemukan antara 3-8 hari dari

sakitnya.

c. Leukosit
17

Hasil pemeiksaan leukosit pada pasien DBD menunjukkan adanya

jumlah penurunan (lekopeni) pada awal penyakit, namun kemudian

dapat normal dengan dominasi dari sel netrofil.

d. Limfosit plasma biru

Pemeriksaan berdasarkan penentuan imunologi dimana virus

penyebab DBD akan memberikan rangsangan bagi tubuh pendrita untuk

memproduksi antibody, yaitu berupa immunoglobulin.

e. Pemeriksaan koagulasi

Pada DBD terjadi perubahan resistensi pembuluh darah dan endotel

pada permukan dalam pembuluh darah mengalami kerusakan, sehingga

jaringan subendotel dan trombosit akan melekat pada jaringan

subendotel.

f. Pada pemeriksaan kimia darah : hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,

SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat.

g. Pemeriksaan rontgen thorak

Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga

pleura yang menyebabkan terjadinya efusi pleura.

h. Urine Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

7. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Hasmi (2015) menyatakan bahwa pada dasarnya pengobatan DBD

bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat

peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Secara

garis besar dibagi menjadi beberapa bagian :


18

a. Pemberian oksigen : Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua

pasien syok.

b. Penggantian volume plasma.

c. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit.

d. Transfusi darah : Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan

perdarahan yang nyata seperti hematemesis (muntah darah) dan melena

(BAB berwarna merah kehitaman). Hemoglobin perlu dipertahankan

untuk mencapai transport oksigen ke jaringan, sekitar 10 g/dl.

Berikut ini penatalaksana pasien dengue menurut fase yang dibagi menjadi 3 :

a. Fase febris.

1) Penurunan suhu.

a) Tepid sponge untuk demam yang sangat tinggi setelah diberikan

parasetamol.

b) Antipiretik, parasetamol 10mg/kgBB/hari jika demam >39’ C

setiap 4-6 jam.

2) Pemberian makanan.

a) Nutrisi yang lunak akan lebih disukai.

b) Susu, jus buah dan cairan elektrolit direkomendasikan jika diit

lunak tidak dapat dikonsumsi.

c) Pemberian air putih yang adekuat akan menjaga keseimbangan

elektrolit.

3) Terapi simptomatik lainnya.


19

a) Domperidon 1 mg/kgBB/hari diberikan 3 kali.

b) Antikonvulsan pada pasien kejang demam (diazepam oral).

c) H-2 bocker (ranitidine, cimetidine) pada pasien dengan gastritis

atau perdarahan saluran cerna.

4) Pemberian cairan intravena.

5) Pengawasan tanda kegawatan dan gejala yang mengarah ke syok.

Gejala syok :

a) Ujung akral dingin dan lembab.

b) Gelisah, rewel pada bayi.

c) Mottled pada kulit.

d) Pengisian kapiler >2 detik.

e) Penurunan diuresis 4-6 jam.

6) Follow up.

b. Fase kritis.

1) DBD derajat I dan II.

a) Pada hari ke 3,4, dan 5 demam dianjurkan dirawat inap.

b) Pemantauan TTV setiap hari 1-2 jam selama fase kritis.

c) Pemeriksaan kadar hematocrit berkala selama 4-6 jam selama fase

kritis.

d) Hindari pemasangan prosedur yang invasif seperti nasogastric

tube.
20

e) Penggantian volume plasma yang hilang akibat pembesaran

plasma.

f) Jenis cairan yang dipakai yaitu isotonik ringer dan ringer asetat.

g) Jumlah cairan diberikan :

(1) Berat badan yang digunakan untuk patokan adalah berat

ideal.

(2) Pemberian cairan intravena harus disesuaikan berdasarkan

hasil lab (hemoglobin, hematokrit). Tidak boleh melebihi 6

jam tanpa dievaluasi lagi.

2) DBD derajat III dan IV.

a) Sindrom syok dengue merupakan kasus kegawatdaruratan yang

membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat, terapi oksigen

harus diberikan pada semua pasien syok.

b) Penggantian awal cairan intravena dengan larutan kristaloid 20


ml/kgBB dengan tetesan secepatnya. Jika syok belum teratasi

dengan dua kali resusitasi, 1 cairan dapat digantikan dengan

koloid 10-20 ml/kgBB selama 10 menit. Jika terjadi perbaikan

klinis, segera tukar kembali dengan kristaloid, tetesan dikurangi

secara bertahap dengan tetesan 10 ml/kgBB/jam dan dievaluasi

selama 4- 21 6 jam. Jika membaik, diturunkan 7 ml/kgBB/jam

selanjutnya 5 ml/kgBB/jam dan terakhir 3 ml/kgBB/jam.

c) Pada pasien dengan komplikasi, pemeriksaan lab yang digunakan

adalah :
21

(1) Golongan darah.

(2) Gula darah dan elektrolit (Na, Ca, Kalium).

(3) Fungsi hati.

(4) Fungsi ginjal.

(5) Analisa gula darah.

(6) Coagulogram.

(7) Produksi urin dan nafsu makan yang cukup merupakan tanda

penyebuhan.

(8) Pada umumnya, 48 jam sesudah terjadi kebocoran atau

renjatan tidak lagi membutuhkan cairan.

c. Fase penyembuhan.

1) Penghentian cai ran intravena.

2) Biarkan pasien istirahat.

3) Beberapa pasien akan mengalami fluid overload jika pada fase

demam sebelumnya mendapatkan cairan berlebihan, untuk

mengatasi hal tersebut dapat dilakukan :

a) Hilangkan cairan yang ada di cavum pleura, dapat menggunakan

diuretic furosemide (1 ml/kg/dosis), dengan syarat pasien tidak

dalam fase perembesan plasma karena akan memicu syok.

b) Dilakukan pemasangan kateter terlebih dahulu.

c) Pencatatan jumlah urin setiap jam. Urin yang adekuat adalah 0,5

ml/kgBB/jam.
22

d) Furosemide dapat diberikan dengan frekuensi sesuai kebutuhan.

C. Pengkajian Keperawatan
Menurut (Lestari, 2016), pengkajian pada anak yang mengalami demam

berdarah dengue yaitu tahap yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan ini

adalah apakah ada pada pasien demam berdarah dengue yang mengalami

riwayat penyakit pneumonia, gagal hati, gagal ginjal, overdehidrasi, gagal

jantung. Pada pasien demam berdarah dengue yang dikaji pola makan, sumber

dan jenis makanan, pola aktivitas, dan riwayat ekonomi orang tua, penghasilan

orang tua, tempat tinggal, serta jumlah anggota keluarga.

D. Diagnose Keperawatan (NANDA, 2016)

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang

menurun.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume caira

secara aktif.

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (nyeri otot dan sendi).

5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.

7. Resiko syok (hypovolemic) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.


23

E. Perencanaan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada, klien, keluarga, dan orang

terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi

masalah yang di alami klien.

1. Tujuan perawatan yang ingin di capai (Nursing Aoutcame Criteria)

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

NOC : Tanda-tanda vital

Kriteria Hasil :

1) Suhu tubuh dalam rengtang normal (36-37 derajat celcius).

2) Nadi dan RR dalam rentang normal.

3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

NOC :

1) Status Nutrisi : masukan makanan dan cairan.

2) Status Nutrisi : Asupan Makanan.

3) Kontrol berat badan

Kriteria Hasil :

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.


24

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi.

5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan atau menelan.

6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif.

NOC :

1) Keseimbangan cairan.

2) Dehidrasi.

3) Status nutrisi : masukan makanan dan cairan.

Kriteria Hasil :

1) Mempertahankan Urine Output sesuai dengan usia dan berat badan,


urine normal, HT normal.

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas nomal.

3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

d. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis.


NOC :

1) Kepuasan anak: manajemen nyeri.

2) Status kenyamanan: fisik

Kriteria Hasil :
25

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunankan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan).

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajement nyeri.

3) Mampu mengenali nyari (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda

nyeri).

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

5) Tanda vital dalam tentang normal.

e. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.

NOC :

Status pernafasan: kepatenan jalan nafas

Kriteria hasil :

1) Frekuensi pernafasan dalam batas normal.

2) Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

3) Irama pernafasan teratur.

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

NOC :

Menejemen energy

Kriteria Hasil :
26

Pasien mampu melakukan aktifitas secara bertahap.

g. Resiko syok (hypovolemic) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

NOC :

Manajemen Hypovolemic

Kriteria hasil :

1) Tidak terjadinya penurunan tekanan darah.

2) Pasien rileks, tidak gelisah, tidak terjadi penurunan kesadaran.

3) Nadi dalam batas normal.

4) Tidak terjadi aritmia.

F. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna untuk membantu

klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan, tahap pelaksanaan ini penulis

berusaha untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah dibuat serta dikuatkan dengan teori yang ada, kemudian dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan, penulis selalu mempertimbangkan kondisi dan kemampuan

klien serta dukungan dan fasilitas yang tersedia (Susilaningrum, 2013).

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan., untuk tahap

evalusi ini pada prinsipnya antara teori dan kasus adalah sama yaitu
27

menggunakan SOAP dalam melaksanakan evaluasi, adapun komponen SOAP

untuk memudahkan perawat melakukan evaluasi atau memantau perkembangan

klien. Menurut Muhlisin (2012), SOAP secara operasional yaitu data subjektif

adalah data-data yang ditemukan pada klien secara subjektif setelah intervensi

keperawatan. Sedangkan pada data objektif yaitu hal-hal yang ditemukan oleh

perawat secara objekti setelah dilakukan intervensi keperawatan.

Evaluasi juga sebagai alat komunikasi perawat untuk mengkomunikasikan

status dan hasil akhir pasien. Memberikan informasi untuk memulai,

meneruskan, memodifikasi atau menghentikan kegiatan tindakan keperawatan.

Memberikan perbaikan terhadap rencana asuhan keperawatan melalui

reassessment data dan reformulasi diagnose (Susilaningrum, 2013).


28

BAB III
HASIL DAN LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Studi kasus ini di lakukan di ruang RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

Rumah sakit ini milik Pemerintah Kalimantan Barat. RSUD Dr. Soedarso

Pontianak Beralamat di Jl. Dr. Soedarso Pontianak RSUD Dr. Soedarso

Soedarso tidak hanya melayani pasien pegawai juga melayani pasien

masyarakat umum yang bukan dari kalangan pegawai. Pengambilan kasus

ini diambil di Ruang Anak (R.A), yang merupakan ruang kelas 3, yang

terdiri dari 6 ruangan dan mempunyai 20 tempat tidur. Ada juga kelas 2

yang terdiri dari 1 ruangan dan mempunyai 3 tempat tidur, sedangkan kelas

1 mempunyai 1 ruangan dan mempunyai 3 tempat tidur, tetapi di kelas 1

mempunyai AC di dalam ruangannya.

2. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas Klien
29

Klien bernama An. Y umur 9 tahun, berjenis kelamin

perempuan, klien beragama Islam, Bahasa yang digunakan sehari-

hari Bahasa melayu. Klien tinggal di Jl. H. Rais A Rahman, Gg.

Lancing Kuning, Pontianak Kota. Klien dirawat di rumah sakit

sejak 30 Oktober 2018, dengan diagnose medis DHF nomor rekam

medis 090075. Dokter yang menangani selama perawatan di rumah

sakit adalah dr. Hevita Sp. A.

2) Keluhan yang Dirasakan Sekarang

Ibu klien mengatakan badan klien panas sekali, klien tidak mau

makan dan minum, mual dan muntah. Klien demam sejak 5 hari

yang lalu, hari jumat An. Y dibawa keluarga ke rumah sakit kota

tetapi hanya satu hari, lalu hari selasa klien dibawa ke rumah sakit

bayangkara dan lalu dirujuk kerumah sakit Soedarso.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu klien mengatakan klien pernah masuk ke RSUD Dr.

Soedarso dengan penyakit demam dan kejang-kejang.

4) Alergi

Ibu klien mengatakan klien tidak ada memiliki alergi makanan dan

obat-obatan.

5) Alat Bantu yang Dipakai

Pada saat dilakukan pengkajian hanya ada set infus pam dengan

cairan RL 20 tpm.

6) Apakah Pernah Berobat


30

Ibu klien mengatakan pernag berobat dirumah sakit dengan demam

dan kejang-kejang.

7) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu klien mengatakan klien anak ke 7 dari 7 saudara, cara kelahiran

spontan, umur kehamilan cukup budan dan tidak ad kelainan

bawaan pada klien.

8) Riwayat Imunisasi

Ibu klien mengatakan klien mendaptakan imunisasi lengkap waktu

kecil.

9) Riwayat Keluarga

No Nama Umur Jenis Kelamin Keterangan


sehat/sakit

1 Tn. S 49 Tahun Laki-laki Sehat

2 Ny. S 48 Tahun Perempuan Sehat

3 Ny. A 25 Tahun Perempuan Sehat

4 Ny. W 22 Tahun Perempuan Sehat

5 Tn. A 20 Tahun Laki-laki Sehat

6 Sdr. T 18 Tahun Laki-laki Sehat

7 Sdr. T 15 Tahun Laki-laki Sehat

8 An. P 11 Tahun Perempuan Sehat

9 An. Y 9 Tahun Perempuan Sakit


31

Tabel 3. 1 Riwayat Keluarga

Keterangan ;

: Laki-Laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal

Gambar 3. 2 Genogram Keluarga

10) Riwayat Kesehatan Anak

a) Riwayat Perkembangan

(1) Kognitif

Kemampuan klien berbicara baik dan benar, mampu

menjawab pertanyaan dan tidak ada gangguan pola

fikirnya.

(2) Motorik kasar

Kemampuan motorik kasar klien tampak sedikit terganggu,

karena klien terbaring dan tampak sangat lemah. Namun

sebelum sakit ibu mengatakan klien mampu beraktivitas

dengan baik seperti berjalan, berlari dan bermain dengan

teman sebayanya.

(3) Motorik halus


32

Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak memiliki

fungsi motorik halus yang baik, kliem mampu

menggunakan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot

kecil dan mampu mengontrol gerakan tangan.

(4) Personal social

Klien makan, ketoilet dibantu keluarga, sebagian aktivitas

klien dibantu keluarga karena keadan klien lemah.

(5) Bahasa

Kemampuan bicara klien baik, klien berbicara

menggunakan bahasa melayu.

b) Riwayat Keluarga / Sosial

(1) Yang mengasuh

Ibu klien mengatakan yang mengasuh klien yaitu kedua

orang tuanya.

(2) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu klien mengatakan hubungan klien dengan keluarganya

sangat baik

(3) Sibling rivalry

Ibu klien mengatakan klien sering bertengkar dengan

saudara-saudaranya.

c) Reaksi Hospitalisasi

Kondisi emosional/ psikis anak dan orang tua


33

(1) Emosional : Ibu klien mengatakan emosi klien masih bisa

dapat dikendalikan.

(2) Proses adaptasi : Ibu klien mengatakan klien sangat cepat

berinteraksi dengan lingkungan baru.

11) Kebutuhan Dasar

a) Oksigensiasi

Pernafasan normal, RR 24 x/menit.

b) Sirkulasi

Capirally refill kembali dalam waktu < 2 detik.

c) Makanan, cairan dan elektrolit

Saat dirumah ibu klien mengatakan klien sebelumsakit

makanmya 3 kali sehari dan menghabisi makanannya klien

juga sering makan buah-buahan dan minum susu. Selama

dirumah sakit ibu mengatakan klien tidak mau makan dan

minum, makan hanya sedikit 2-3 sendok.

d) Keamanan/ mobilitas

Klien memiliki riwayat kejang sehingga resiko jatuh bisa

terjadi dan akan dipasang pagar yang ada pada tempat tidur

pasien, sehingga untuk mengindari terjadinya resiko jatuh.

e) Kebersihan diri dan kulit

Klien tampak selalu menjaga kebersihan dirinya.

f) Kenyamanan

Klien mengatakan tidak nyaman karena akitivas dibantu.

g) Istirahat/ tidur
34

Saat dirumah ibu klien mengatakan klien sebelum sakit

tidurnya 8-9 jam pada malam hari, pada siang hari 1-2 jam.

Sedangkan pada saat dirumah sakit ibu klien mengatakan klien

tidur tidak teratur, tidur hanya 4-5 jam pada malam, dan pada

siang hari klien tidur sebentar-sebentar.

h) Emininasi

Saat dirumah ibu klien mengatakan sebelum klien sakit BAB

1-2 kali sehari dan BAK 4-5 kali sehari, sedangkan pada saat

dirumah sakit pada saat pengkajian ibu klien mengatakan klien

tidak ada BAB dan BAK hanyak 1-2 kali sehari.

12) Pemeriksaan fisik (Head to toe)

a) Tanda-Tanda Vital

Tingkat kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 24 kg

Tinggi badan : 130 cm

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Frekuensi nadi : 116 x/menit

Frekuensi nafas : 24 x/menit

Suhu : 39.0 o C

b) Kepala

Inspeksi : rambut klien terlihat hitam dan lurus,

pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.


35

Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.

c) Mata

Inspeksi : mata simetris, sklera bewarna putih,

kojungtiva pucat tidak terdapat lesi, tidak menggunakan alat

bantu penglihatan (kacamata).

d) Hidung

Inspeksi : hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada lesi,

penciuman klien baik, klien tidak terpasang oksigen.

Palpasi : tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan.

e) Mulut

Inspeksi : bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering,

warna bibir pucat, tidak terdapat lesi dan tidak terpasang OGT.

f) Telinga

Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak terdapat

serumen, fungsi pendengaran baik.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak terdapat massa.

g) Leher

Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada pembengkakan,

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

h) Thorax dan paru

Inspeksi : ekspansi paru simetris, pengembangan diding

dada kanan dan kiri simetris, tidak terdapat lesi


36

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat suara

tambahan.

Perkusi : pada saat di perkusi bunyi paru pasien

rensonan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan

i) Abdomen

Inspeksi : bentuk abdomen datar dan simetris, tidak

terdapat lesi, dan warna kulit normal.

Auskultasi : Bising usus 15 x/ menit

Perkusi : pada abdomen terdengar redup

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan terasa keras

j) Ekstermitas atas

Terpasang infus tangan sebalah kanan infus RL 500 gram 20

tetes per menit dan menggunakan infus pam, tidak terdapat

edema dan lesi, terdapat bintik-bintik merah daerah tangan kiri

klien, Capillary refill kembali dalam waktu < 2 detik.

Tonus otot

5555 5555

5555 5555

k) Ekstermitas bawah

Pada kedua kaki klien tidak terdapat lesi dan ada nyeri tekan

daerah kaki kiri klien.


37

Tonus otat

5555 5555

5555 5555

Keterangan tonus otot :

1 : tidak ada kontraksi

2 : ada sedikit kontraksi, tetapi tidak didapatkan gerakan

pada persendian yang harus digerakan oleh otot.

3 : ada gerakan tetapi tidak bisa melawan gravitasi.

4 : ada gerakan dan bisa melawan gravitasi.

5 : dapat melawan gaya berat dan dapat menahannya.

6 : tidak ada gerakan kelumpuhan atau normal.

l) Genetalia

Klien menolak saat dikaji, tetapi saat diwawancara klien

mengatakan tidak ada masalah di daerah genetalianya.


38

13) Pemeriksaan penunjang

Nama : An. Y

Waktu : 12:57:25

Tanggal : 30/10/18
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 4.36 [10^3/uL] 4.5 – 11
Eritrosit 4.59 [10^6/uL] M : 4.6 – 6.0 F : 4.6 – 6.0
Hemoglobin 11.4 [g/dl] M : 14 – 18 F :12 – 16
Hematokrit 33.7 [%] M : 40 – 54 F : 38 – 47
MCV 73.4 [fL] 80.0 – 99.0
MCH 24.8 [pg] 27.0 – 31.0
MCHC 33.8 [g/dl] 32.0 – 37.0
Trombosit 67 [10^3/uL] 150 – 440
RDW-CV 14.2 [%] 11.5 – 14.5
RDW-SD 38.2 [fL] 35.0 – 47.0
PDW 13.8 [fL] 9.0 – 13.0
MPV 11.8 [fL] 7.2 – 11.1
P-LCR 37.2 [%] 15.5 – 25.0
39

Nama : An. Y

Waktu : 05:56:38

Tanggal : 31/10/18
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 4.46 [10^3/uL] 4.5 – 11
Eritrosit 4.56 [10^6/uL] M : 4.6 – 6.0 F : 4.6 – 6.0
Hemoglobin 11.4 [g/dl] M : 14 – 18 F :12 – 16
Hematokrit 33.7 [%] M : 40 – 54 F : 38 – 47
MCV 73.4 [fL] 80.0 – 99.0
MCH 24.8 [pg] 27.0 – 31.0
MCHC 33.8 [g/dl] 32.0 – 37.0
Trombosit 80 [10^3/uL] 150 – 440
RDW-CV 14.2 [%] 11.5 – 14.5
RDW-SD 38.2 [fL] 35.0 – 47.0
PDW 16.2 [fL] 9.0 – 13.0
MPV 13.8 [fL] 7.2 – 11.1
P-LCR 37.2 [%] 15.5 – 25.0
PCT 0.08 [%] 0.17 – 0.35

Nama : An. Y

Waktu : 12:57:25

Tanggal : 01/11/18
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 3.36 [10^3/uL] 4.5 – 11
Eritrosit 4.53 [10^6/uL] M : 4.6 – 6.0 F : 4.6 – 6.0
Hemoglobin 11.0 [g/dl] M : 14 – 18 F :12 – 16
40

Hematokrit 35.0 [%] M : 40 – 54 F : 38 – 47


MCV 77.3 [fL] 80.0 – 99.0
MCH 24.3 [pg] 27.0 – 31.0
MCHC 31.4 [g/dl] 32.0 – 37.0
Trombosit 108 [10^3/uL] 150 – 440
RDW-CV 16.1 [%] 11.5 – 14.5
RDW-SD 38.2 [fL] 35.0 – 47.0
PDW 16.2 [fL] 9.0 – 13.0
MPV 12.6 [fL] 7.2 – 11.1
P-LCR 43.9 [%] 15.5 – 25.0
PCT 0.05 [%] 0.17 – 0.35

Tabel 3. 2 Pemeriksaan Penunjang

14) Balance Cairan

Hari Intake Output Balance cairan


Tanggal
Selasa Parenteral Muntah : 400 CM : 950
30 Oktober RL : 400 Urine : 300 CK : 700
2018 PCT : 50 IWL : 60 IWL : 60
Enteral : 760
Minum+maka BC : 190 cc/ 12 jam
n : 500
Rabu Parenteral Muntah : 200 CM : 1730
31 Oktober RL : 500 Urine : 400 CK : 600
2018 PCT : 30 IWL : 60 IWL : 60
Enteral : 660
Minum+maka BC : 1070 cc/ 12 jam
n : 1200
Kamis Parenteral Muntah : - CM : 2100
41

01 RL : 500 Urine : 500 CK : 500


November Enteral IWL : 120 IWL : 120
2018 Minum+maka : 620
n : 1600 BC : 1480 cc/ 24 jam

Tabel 3. 3 Balance Cairan

B. Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi

1. Diagnosa keperawatan

Hasil analisa dan menunjukkan diagnosa keperawatan pada An. Y adalah:

a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue

Data subjektif : ibu klien mengatakan klien demam sejak 5 hari yang

lalu, ibu klien mengatakan badan klien panas sekali, ibu klien

mengatakan klien tidak bisa tidur karena badannya panas.

Data objektif : badan klien teraba panas, klien tampak gelisah dan

berkeringat, klien tampak pucat, TD : 90/60, S :39.0 0C, N : 116 x/

menit, RR : 24 x/ menit.

b. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.


42

Data subjektif : klien mengatakan badan lemah, ibu klien mengatakan

klien ada mimisan, ibu klien mengatakan ada bintik-bintik merah

dibagian tangan klien.

Data objektif : klien tampak lemah, tangan klien tambak ada bintik-

bintik merah TD : 90/60, S :39.0 0C, N : 116 x/ menit, RR : 24 x/ menit.

c. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

Data subjektif : klien mengatakan tidak mau minum, ibu klien

mengatakan klien kalau minum pasti muntah, ibu klien mengatakan

klien minum hanya 1 aqua botol kecil.

Data objektif : klien tampak menolak minum, klien tampak muntah

setelah minum, turgor kulit kering, intake (minum 330, RL 500 ml 20

tpm, pct 50 cc), output ( muntah 400 cc, urine 300 cc)

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual muntah.

Data subjektf : klien mengatakan tidak mau makan, klien mengatakan

tidak ada nafsu makan, klien mengatakan mual dan ingin muntah

setelah makan.

Data objektif : klien tampak menolak untuk makan, klien tampak

lemah, klien tampak pucat, klien tampak mual dan muntah setelah

makan, klien makan nasi hanya 1 sendok, TB : 190 cm, BB sebelum

sakit : 30 Kg, BB saat sakit : 24 Kg.

2. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi

a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue

1) Perencanaan
43

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An. Y, setelah dilakukan

perawatan 3x24 jam klien mengalami suhu tubuh dapat berkurang /

normal dengan kriteria hasil :

a) Monitor TTV setiap / 4 jam

b) Suhu dalam rantang normal 36-37.50C.

c) Lakukan kompres air hangat.

d) Anjurkan untuk memberikan pakaian yang tipis.

e) Kolaborasi pemberian cairan intravena.

f) Monitor hasil laboratorium

2) Implementasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul 14.10

Data subjektif : klien mengatakan badannya panas, ibu klien

mengatakan klien demam sejak 5 hari yang lalu, ibu klien

mengatakan klien tidak bisa tidur karena badan panas, ibu klien

mengatakan klien bicara tidak jelas pada saat tidur.

Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak berkeringat,

klien tampak tidak bisa tidur, badan klien panas, TD : 90/60

mmHg, S : 39.0 0C, N : 116 x/ menit, RR : 24 x/ menit.

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV setiap

/4 jam, 3. Menganjurkan kompres air hangat, 4. Menganjurkan

untuk istirahat, 5. Memonitor penurunan tingkat kesadaran, 6.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan pakian yang tipis, 7.


44

Memonitor WBC : 4.37 (10^3/uL), Hb :11.6 (g/dL), HCT : 34.4

(%), 8. Berkolaborasi pemberian obat PCT infus.

Respon subjektif : klien mengatakan badan masih panas, ibu klien

mengatakan klien gelisah, ibu klien mengatakan klien sudah di

kompres air hangat.

Respon objektif : klien tampak lemah, klien tampak tidur

terganggu, klien tampak berkeringat, TTV : RR : 23x/menit, S:

38.00C, N : 105x/menit.

Tanggal : 31 Oktober 2018

Pukul : 08.00

Data subjektif : klien mengatakan panas badannya sedikit

berkurang, ibu klien mengatakan tadi malam suhunya tubuh klien

tinggi, ibu klien mengatakan klien bisa tidur tapi hanya sebentar,

ibu klien mengatakan klien bicara tidak jelas pada saat tidur.

Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak berkeringat,

badan klien teraba masih panas, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.70C.

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Menganjurkan kompres air hangat pada bagian aksila dan

lipatan paha, 4. Menganjurkan untuk istirahat, 5. Menganjurkan

untuk berpakian yang tipis dan mudah menyerap keringat, 6.

Memberikan selimut pada klien. 7. Memonitor WBC : 4.36

(10^3/uL), Hb :11.4 (g/dL), HCT : 33.7 (%), 8. Berkolaborasi

pemberian obat PCT infus, dan PCT IV 4 x 250 mg.


45

Respon subjektif : klien mengatakan panas badan klien sedikit

berkurang, klien mengatakan klien sudah di kompres air hangat.

Klien mengatakan sudah berapa kali ganti pakian karena basah.

Respon objektif : klien tampak lemah, klien tampak pucat, klien

tampak berkeringat, TTV : RR : 23x/menit, S: 36.8 0C, N :

115x/menit.

Tanggal : 01 November 2019

Pukul : 21.00

Data subjektif : klien mengatakan tidak panas lagi, ibu klien

mengatakan tsuhu tubuh klien normal, ibu klien mengatakan badan

klien sudah dingin, ibu klien mengatakan klien tidur terus.

Data objektif : klien tampak gelisah berkurang, badan klien teraba

dingin, TTV: TD : 90/80 mmHg, RR : 23x/menit, N : 115x/menit,

S : 37.2x/menit.

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Menganjurkan kompres air hangat pada bagian aksila dan

lipatan paha, 4. Menganjurkan untuk istirahat, 5. Menganjurkan

untuk berpakian yang tipis dan mudah menyerap keringat, 6.

Memberikan selimut pada klien. 7. Memonitor WBC : 4.36

(10^3/uL), Hb :11.4 (g/dL), HCT : 33.7 (%), 8. Berkolaborasi

pemberian obat PCT infus, dan PCT IV 4 x 250 mg.

Respon subjektif : klien mengatakan badan klien tidak panas lagi,

ibu klien mengatakan tadi di cek suhu tubuh normal, ibu klien

mengatakan klien sedikit tenang.


46

Respon objektif : klien tampak sedikit tenang, klien tampak pucat,

klien tampak berkeringat, TTV: TD : 90/69 mmHg, RR :

24x/menit, N : 110x/menit, S : 36,6x/menit.

3) Evaluasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul : 19.00

Subjektif : klien mengatakan badannya masih panas, klien

mengatakan klien tidur hanya sebentar.

Objektif : badan klien teraba panas berkurang, klien tampak

gelisah, klien tampak lemah TTV : TD : 90/74 mmHg, N :

23x/menit, S: 38.00C, N : 105x/menit.

Analisa : masalah teratasi sebagian

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Menganjurkan kompres air hangat pada bagian aksila

dan lipatan paha, 4. Menganjurkan untuk istirahat, 5.

Menganjurkan untuk berpakian yang tipis dan mudah menyerap

keringat, 6. Memberikan selimut pada klien. 7. Melakukan cek

darah lengkap, 8. Berkolaborasi pemberian obat.

Tanggal : 31 Oktober 2018

Pukul : 07.30

Data subjektif : klien mengatakan panas badannya sedikit

berkurang, ibu klien mengatakan tadi malam suhunya tubuh klien

tinggi, ibu klien mengatakan klien bisa tidur tapi hanya sebentar,

ibu klien mengatakan klien bicara tidak jelas pada saat tidur.
47

Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak berkeringat,

badan klien teraba masih panas, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.70C.

Analisa : masalah teratasi sebagian

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Menganjurkan untuk istirahat, 4. Melakukan cek

darah lengkap.

Tanggal : 02 November 2019

Pukul : 05.45

Data subjektif : keluarga mengatakan klien sudah tenang, klien

mengatakan badan tidak panas lagi, ibu klien mengatakan suhu

tubuh klien normal, ibu klien mengatakan klien tidur terus.

Data objektif : klien tampak gelisah berkurang, badan klien teraba

dingin, TTV: TD : TTV: TD : 90/69 mmHg, RR : 24x/menit, N :

110x/menit, S : 36,60C.

Analisa : masalah teratasi

Planning : -

b. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

1) Perencacanaan

Tujuan keperawatan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam klien tidak terjadi syok hipovelemik dengan

kriteria hasil, tanda-tanda vital sign dalam batas normal, tidak ada

tanda dan gejala syok.


48

a) Monitor TTV

b) Kaji keadaan umum klien

c) Jelaskan pada klien dan keluarga tanda dan gejala syok

d) Anjurkan keluarga untuk segera melaporkan jika ada muncul

tanda dan gejala syok

e) Kolaborasi pemberian obat lewat IV

f) Kolaborasi pemeriksaan lab : Hb, PCV, Trombosit

2) Implementasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul : 14.10

Data subjektif : klien mengatakan lemah, ibu klien mengatakan

klien ada mimisan.

Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak lemah, TD :

90/60 mmHg, S : 39.0 0C, N : 116 x/ menit, RR : 24 x/ menit,

Trombosit 67 [10^3/uL].

Action : 1. Memonitor TTV 3 jam sekali, 2. Mengkaji keadaan

umum klien, 3. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tanda dan

gejala syok, 4. Menganjurkan kepada keluarga untuk segera

melaporkan jika ada muncul tanda dan gejala syok, 4.

Berkolaborasi pemeriksaan lab : Hb : 11.4, PCT : 0.08,

Trombosit : 67.

Respon subjektif : klien mengatakan badan masih lemah, ibu klien

mengatakan klien masih ada mimisan.


49

Respon objektif : klien tampak masih lemah dan terbaring di

tempat tidur TTV : RR : 23x/menit, S: 38.00C, N : 105x/menit.

Tanggal : 31 November 2018

Pukul : 08.05

Data subjektif : ibu klien mengatakan tidak ada mimisan hari ini,

klien mengatakan belum terlihat bercak-bercak merah dibadan,

klien mengatakan kepala pusing, klien mengatakan berdebar-debar.

Data objektif : klien tampak lemah, klien tampak gelisah, klien

tampak pucat, terlihat ada bintik-bintik merah pada lengan klien,

TTV: TD : 86/69 mmHg, RR : 22x/menit, N : 100x/menit, S :

38,2x/menit.

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Menganjurkan pada keluarga dan klien segera lapor jika

terjadi pendarahan, 4. Berkolaborasi pemeriksaan lab Hb : 11.4

(g/dL), PCT : 0.08 (%), Trombosit : 80 (10^3/uL).

Data subjektif : ibu klien mengatakan ada bitnik-bintik merah, klien

mengatakan kepala masih pusing, klien mengatakan berdebar-

debar, ibu klien mengatakan badan klien berkeringat.

Data objektif : klien tampak berkeringat sampai pakian klien basah,

klein tampak pucat, klien tampak lemah, bintik-bintik merah

tampak sudah tidak ada lagi, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 38.2x/menit.

Tanggal : 01 November 2019

Pukul : 20.30
50

Data subjektif : klien mengatakan tidak lagi berdebar-debar, klien

mengatakan, klien mengatakan masih pusing, ibu klien mengatakan

klien masih berkeringat, klien mengatakan gelisah, ibu klien

mengatakan tidak ada bintik-bintik merah lagi.

Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak tidak mimisan

lagi, bibir dan kuku tampak pucat, bibir tampak kering, TTV: TD :

90/69 mmHg, RR : 24x/menit, N : 110x/menit, S : 37.70C

Action : 1. Mengkaji keluhan umum klien, 2. Mengkaji TTV klien

3 jam sekali, 3. Mengkaji tanda dan gejala terjadinya syok, 4.

Menganjurkan klien untuk istirahat, 5. Menganjurkan klien untuk

mengurangi aktivitas, 6. Berkolaborasi pemeriksaan Hb : 11.0

(g/dL), PCT : 0.05 (%), Trombosit : 108 (10^3/uL).

Data subjektif : klien mengatakan pusingnya hilang datang, klien

mengatakan masih lemah, klien mengatakan masih gelisah, ibu

klien mengatakan klien berkeringat sampai baju basah, klien

mengatakan tidak ada mimisan lagi, klien mengatakan tidak ada

bintik-bintik merah lagi.

Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak tidak mimisan

lagi, bibir dan kuku tampak pucat, bibir tampak kering, tampak

tidak ada bintik-bintik merah lagi, TTV: TD : 90/69 mmHg, RR :

24x/menit, N : 110x/menit, S : 36,6x/menit.

3) Evaluasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul : 19.00
51

Subjektif : klien mengatakan badannya lemah, ibu klien

mengatakan klien masih ada mimisan.

Objektif : klien tampak lemah, klien tampak masih ada mimisan,

TTV : TD : 90/74 mmHg, N : 23x/menit, S: 38.0 0C, N :

105x/menit.

Analisa : masalah belum teratasi

Planning : lanjutkan intervensi, 1. Mengkaji TTV 3 jam sekali, 2.

Mengkaji keluhan umum, 3. Mengkaji tanda dan gejala syok, 4.

Menganjurkan keluarga untuk melaporkan jika terdapat tanda dan

gejala syok.

Tanggal : 31 Oktober 2018

Pukul : 07.30

Subjektif : klien mengatakan badan masih lemah, ibu klien

mengatakan badan klien berkeringat, klien mengatakan sudah tidak

ada lagi mimisan, ibu klien mengatakan ada bintik-bintik merah.

Objektif : klien tampak berkeringat, klien tampak lemah, klien

tampak gelisah, tampak ada bintik-bintik merah tetapi hanya 3-4,

TTV: TD : 90/72 mmHg, RR : 23x/menit, N : 115x/menit, S :

38.2x/menit.

Analisa : masalah teratasi sebagian

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Menganjurkan pada keluarga dan klien segera lapor

jika terjadi pendarahan, 4. Melakukan cek darah lengkap.

Tanggal : 02 November 2019


52

Pukul : 05.40

Subjektif : klien mengatakan tidak ada mimisan lagi, keluarga

mengatakan tidak ada bintik-bintik merah lagi, klien mengatakan

pusingnya hilang datang, klien mengatakan masih lemah, klien

mengatakan masih gelisah, ibu klien mengatakan klien berkeringat

sampai baju basah,

Objektif : klien tampak tenang, klien tampak tidak mimisan lagi,

bibir dan kuku tampak tidak pucat, bibir tampak sudah normal,

tampak tidak ada bintik-bintik merah lagi, Capillary reftil <2 detik,

TTV: TD : 90/69 mmHg, RR : 24x/menit, N : 110x/menit, S :

36,6x/menit, 108 (10^3/uL).

Analisa : masalah teratasi.

Planning :-

c. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

1) Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An. Y, setelah dilakukan

perawatan 3 x 24 jam klien kebutuhan cairan terpenuhi dengan

kriteria hasil :

a) Observasi Input dn output seimbang.

b) Kaji TTV setiap /4 jam.

c) Anjurkan klien untuk banyak minum.

d) Akrat hangat.

e) Observasi Capillary reftil <2 detik.

f) Kolaborasi pemberian cairan intravena.


53

2) Implementasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul 14.30

Data subjektif : klien mengatakan tidak mau minum, ibu klien

mengatakan klien kalau minum pasti muntah, ibu klien mengatakan

klien minum hanya 1 aqua botol kecil.

Data objektif : klien tampak menolak minum, klien tampak muntah

setelah minum, turgor kulit kering, intake (minum 330, RL 500 ml

20 tpm, pct 50 cc), output ( muntah 400 cc, urine 300 cc),

Capillary reftil >3 , PLT : 69 (10^3/uL).

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Mengobservasi intake dan output, 4. Menganjurkan untuk

istirahat, 5. Memonitor hasil laboratorium, 6. Mengobservasi

pemberian cairan IV.

Respon subjektif : ibu klien mengatakan klien minum hanya 400

cc, ibu klien mengatakan klien susah minum.

Respon objektif : klien tampak lemah, bibir klien tampak kering,

klien tampak berkeringat, TTV : RR : 23x/menit, S: 38.00C, N :

105x/menit.

Tanggal : 31 Oktober 2018

Pukul : 08.00

Data subjektif : ibu klien mengatakan klien masih tidak mau

minum, ibu klien mengatakan klien minum 1 hari hanya 690 ml,

klien mengatakan hanya mau minum yang manis-manis.


54

Data objektif : klien tampak lemah, turgor kulit klien kering, PLT :

80 (10^3/uL), kulit klien kering, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.70C.

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Menganjurkan klien untuk banyak minum, 4.

Menjelaskan pentingnya minum untuk proses penyembuhan, 5.

Mengobservasi kulit dan bibir, 6. Mengobservasi pemberian infus

RL 500 ml 20 tpm.

Respon subjektif : klien mengatakan ada minum air gula, keluarga

mengatakan klien selalu meminta air yang manis-manis.

Respon objektif : klien tampak lemah, klien tampak pucat, bibir

klien tampak kering berkurang, TTV : RR : 23x/menit, S: 37.8 0C,

N : 115x/menit.

Tanggal : 01 November 2019

Pukul : 21.00

Data subjektif : keluarga mengatakan klien sudah mau minum,

keluarga mengatakan muntah setelah minum berkurang, keluarga

mengatakan klien minum air putih sekitar 1500 ml sehari, keluarga

mengatakan klien BAK sudah 2-4 kali sehari.

Data objektif : klien tampak muntah setelah minum berkurang,

klien tampak sudah mau minum, bibir klien tampak tidak kering

lagi, Capillary reftil <2 detik, TTV: TD : 90/80 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.20C, Trombosit 108 (10^3/uL)..


55

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Mengobservasi Capillary reftil, 4. Menganjurkan klien

untuk banyak minum air putih, 5. Berkolaborasi pemberian cairan

infus RL 500 ml.

Respon subjektif : klien mengatakan sudah mau minum, keluarga

mengatakan klien sudah banyak minum, keluarga mengatakan

sering minum.

Respon objektif : klien tampak sedikit tenang, klien tampak tidak

pucat lagi, TTV: TD : 90/69 mmHg, RR : 24x/menit, N :

110x/menit, S : 36,60C.

3) Evaluasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul : 19.30

Subjektif : keluarga mengatakan klien setelah minum pasti muntah,

klien mengatakan tidak mau minum.

Objektif : klien tampak menolak minum, klien tampak lemah,

turgor kulit kering, PLT 67 (10^3/uL), TTV : TD : 90/74 mmHg,

N : 23x/menit, S: 38.00C, N : 105x/menit.

Analisa : masalah belum teratasi.

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Mengobservasi intake dan output, 4. Menganjurkan

untuk istirahat, 5. Memonitor hasil laboratorium, 6. Mengobservasi

pemberian cairan IV.

Tanggal : 31 Oktober 2018


56

Pukul : 07.30

Data subjektif : keluarga klien mengatakan tidak mau minum, klien

mengatakan air putih rasanya pahit, ibu mengatakan minum hanya

690 ml, keluarga mengatakan klien kencing hanya 2-3 kali.

Data objektif : klien tampak masih tidak mau minum, muntah klien

setelah minum tampak berkurang, bibir klien kering, turgor kulit

kering, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR : 23x/menit, N : 115x/menit,

S : 37.70C.

Analisa : masalah teratasi sebagian

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Mengobservasi intake dan output, 4. Menganjurkan

untuk istirahat, 5. Memonitor hasil laboratorium, 6. Menganjurkan

untuk banyak minum , 7. Mengobservasi pemberian cairan IV.

Tanggal : 02 November 2019

Pukul : 05.45

Data subjektif : keluarga mengatakan klien sudah mau minum,

keluarga mengatakan tidak lagi muntah setelah minum, keluarga

mengatakan klien minum air putih sekitar 1500 ml sehari, keluarga

mengatakan klien BAK sudah 4-5 kali sehari.

Data objektif : klien tampak muntah setelah minum berkurang,

klien tampak sudah mau minum, bibir klien tampak tidak kering

lagi, Capillary reftil <2 detik, TTV: TD : 90/80 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.20C.

Analisa : masalah teratasi


57

Planning : -

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah.

1) Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An. Y, setelah dilakukan

perawatan 3 x 24 jam diharapkan pola nutrisi yang tidak adekuat

menjadi adekuat dengan kriteria hasil :

a) Anjurkan untuk banyak makan

b) Jelaskan pentingnya makan untuk proses kesembuhan

c) Pertahankan kebersihan mulut klien

d) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi

sering.

e) Klien tidak mengeluh mual dan muntah lagi.

f) Peningkatan berat badan.

g) Klien dapat memberikan informasi bahwa sudah mau makan.

h) TTV dalam batas normal.

2) Implementasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul 14.50

Data subjektif : klien mengatakan tidak nafsu makan, keluarga

klien mengatakan mual dan muntah setelah makan, keluarga

mengatakan klien sama sekali tidak mau makan.


58

Data objektif : klien tampak lemah, klien tampak menolak untuk

makan, klien tampak mual dan muntah setelah makan, klien

tampak pucat, BB saat dirumah : 30 kg, BB saat sakit : 24 kg.

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Mengkaji adanya alergi makanan, 4. Menganjurkan untuk

banyak makan, 5. Menjelaskan pentingnya makan untuk proses

kesembuhan, 6. Mempertahankan kebersihan mulut klien, 7.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi

sering, 8. Berkolaborasi dengan ahli gizi.

Respon subjektif : keluarga mengatakan klien masih tidak mau

makan, keluarga mengatakan akan memberikan makan sedikit-

sedikit.

Respon objektif : klien tampak lemah, klien dan keluarga tampak

kooperatif, respon keluarga baik, dan keluarga tampak mengerti

yang telah dijelaskan perawat, TTV : RR : 23x/menit, S: 38.00C,

N : 105x/menit.

Tanggal : 31 Oktober 2018

Pukul : 08.00

Data subjektif : ibu klien mengatakan klien mau makan tapi hanya

3-4 sendok, keluarga mengatakan mual dan muntah klien

berkurang.

Data objektif : klien tampak lemah berkurang, klien tampak mau

makan walaupun sedikit, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR : 23x/menit,

N : 115x/menit, S : 37.70C, BB: 24.50 Kg.


59

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Mengajarkan cara cuci tangan yang benar, 4. Menimbang

berat badan, 5. Menganjurkan keluarga untuk menanyakan

makanan yang disukai klien, 6. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan makan dalam kondisi hangat, 7. Menganjurkan

memberikan makanan kesukaan klien.

Respon subjektif : klien mengatakan sudah mau makan, ibu klien

mengatakan klien mual muntah klien kadang-kadang, ibu klien

mengatakan klien suka makan buah-buahan.

Respon objektif : klien tampak segar, klien tampak sudah mau

makan, mual muntah klien tampak berkurang, keluaga dank lien

tampak koopeatif, TTV: TD : 80/70 mmHg, RR : 22x/menit, N :

104x/menit, S : 38.20C.

Tanggal : 01 November 2019

Pukul : 20.25

Data subjektif : keluarga mengatakan klien sudah mau makan,

keluarga mengatakan klien tidak mual muntah lagi, keluarga

mengatakan klien suka makan buah-buahan, keluarga mengatakan

klien BAK sudah 2-4 kali sehari.

Data objektif : klien tampak segar, klien tampak sudah mau makan,

klien tampak makan buah, roti dan lain-lain, Capillary reftil <2

detik, TTV: TD : 90/80 mmHg, RR : 23x/menit, N : 115x/menit,

S : 37.20C, BB: 25,00 Kg.


60

Action : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3 jam

sekali, 3. Mengobservasi Capillary reftil, 4. Menimbang berat

badan, menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien pada

saat makan, 5. Membantu untuk memenuhi kebutuhan makan klien,

6. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberkan makanan

dalam kondisi hangat dan makan sedikit tapi sering.

Respon subjektif : ibu klien mengatakan sudah memberikan

makanan dalam kondisi hangat, ibu klien mengatakan selalu

menemani klien pada saat makan, ibu klien mengatakan klien

sudah mandi dan menggosok gigi.

Respon objektif : klien tampak sedikit tenang, klien tampak tidak

pucat lagi, TTV: TD : 90/69 mmHg, RR : 24x/menit, N :

110x/menit, S : 36,60C.

3) Evaluasi

Tanggal 30 Oktober 2018

Pukul : 19.30

Subjektif : keluarga mengatakan klien hanya makan buah tapi

makannya hanya sedikit, keluarga mengatakan klien masih tidak

mau makan, keluarga mengatakan klien masih mual muntah.

Objektif : klien tampak menolak unuk makan, klien tampak hanya

memakan buah. klien tampak lemah, turgor kulit kering, PLT 67

(10^3/uL), TTV : TD : 90/74 mmHg, N : 23x/menit, S: 38.0 0C, N :

105x/menit, BB: 24 Kg.

Analisa : masalah teratasi sebagian.


61

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan

sedikit tapi sering, 4. Menganjurkan untuk banyak makan, 5.

Menjelaskan pentingnya makan untuk proses kesembuhan, 6.

Mempertahankan kebersihan mulut klien.

Tanggal : 31 Oktober 2018

Pukul : 07.30

Data subjektif : keluarga klien mengatakan klien mau makan tapi

hanya 2-3 sendok, keluarga mengatakan klien minta roti dan

diberikan tapi hanya makan sedikit.

Data objektif : klien tampak lemah berkurang, klien tampak mau

makan walaupun sedikit, klien tampak meminta buah, TTV: TD :

90/72 mmHg, RR : 23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.70C, BB:

24,50 Kg.

Analisa : masalah teratasi sebagian

Planning : 1. Mengkaji keadaan umum klien, 2. Mengkaji TTV 3

jam sekali, 3. Mengkaji adanya alergi makanan, 4. Menganjurkan

untuk banyak makan, 5. Mempertahankan kebersihan mulut klien,

6. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi

sering, 7. Berkolaborasi dengan ahli gizi.

Tanggal : 02 November 2019

Pukul : 05.45
62

Data subjektif : keluarga mengatakan klien sudah mau makan,

keluarga mengatakan klien tidak mual muntah lagi,keluarga

mengatakan klien BAK sudah 2-4 kali sehari.

Data objektif : klien tampak segar, klien tampak sudah mau makan,

klien tampak makan buah, Capillary reftil <2 detik.

Analisa : masalah teratasi

Planning : -

BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini memberikan ulusan dan bahasan mengenai Asuhan Keperawatan

yang diberikan kepada klien An. Y ditinjau dari sudut pandang konsep dari teori.

Pembahasan difokuskan pada asuhan keperawatan pengkajian dan diagnosis

keperawatan, perencanaan implementasi serta evaluasi.

A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosis

Keperawatan, Perencanan, Implementasi dan Evaluasi)

1. Pengkajian

Pengkajian pertama kali dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2018 – 02

November 2018 penulis mendapatkan informasi langsung dari klien dan

keluarga melalui proses pendekatan, wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik, rekam medis dari perawat yang bertugas di Ruang Anak. Hal ini sesuai

dengan yang dilakukan oleh Aprilia (2017), untuk mengumpulkan data


63

pengkajian dapat menggunakan cara kuesioner, wawancara, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan diagnostik.

Dalam melakukan pengkajian pada kasus An. Y penulis tidak terlalu

menemukan kesulitan untuk mengumpulkan data yang didapatkan dari

sumber-sumber data, yaitu klien, keluarga, perawat ruangan dan status

ruangan. Pada saat pengkajian, reaksi hospitalisasi pada klien An.Y yang

berusia 9 tahun dapat menunjukan ekperesi baik secara verbal maupun non

verbal karena anak sudah mampu berkomunikasi dengan baik dan anak

kooperatif.

Pada pada saat pengkajian secara umum tanda dan gejala yang ditemui

pada An. Y dengan demam berdarah dengue, saat pengkajian ditemukan ada

beberapa tanda dan gejala hipertermi dengan suhu 39.00C mimisan pada

hidung, bintik-bintik di tangan, sakit kepala, mual muntah, sakit seluruh

tubuh, dan wajah memerah, nafsu makan menurun. Hal ini sesuai dengan

penelitian (Ngastiyah, 2014) hal ini dikarenakan kondisi An. Y yang masih

parah dan klien demam sudah 5 hari, sehinga dapat di temukan tanda dan

gejala pada penyakit demam berdarah dengue. Bahwa penyakit DBD

ditandai dengan demam mendadak tanpa sebab yang jelas dan disertai gejala

lain seperti nafsu makan menurun, mual muntah, lemah, nyeri pada anggota

badan, punggung, sendi, perut dan kepala. Gejala-gejala tersebut akan

muncul seperti influenza biasa. Pada hari ke 2-3 demam muncul perdarahan

dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epitaksis, sampai

perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung

melena dan juga hematuria massif.


64

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil laboratorium

menunjukkan eritrosit 4.59 [10^6/uL], Trombosit 67 [10^3/uL], Hematokrit

33.7 [%]. Trombosit menurun dari nilai normal yaitu 150 – 440 [10^3/uL].

Hal ini sesuai dengan penelitian (Fauziah, 2017) bahwa salah satu tanda dari

DBD adalah penurunan trombosit dari nilai normal yang biasanya

menyebabkan trompositopenia.

Pada saat dilakukan pengkajian penulis tidak menemukan perbedaan

antara teori dan kondisi klien karena pada saat dikaji klien dan keluarga

sangat kooperatif.

Selama melakukan pengkajian ada beberapa faktor penunjang dan

faktor penghambat. Faktor penunjangnya antara lain klien dan keluarga

menunjukan sikap yang sangat kooperatif serta sarana dan prasarana yang

sangat mendukung untuk dilakukannya pengkajian. Sedangkan faktor

penghambat selama pengkajian adalah terbatasnya waktu pengkajian dan

pendokumentasian yang diberikan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang actual atau potensial (Asmadi, 2008).

Berdasarkan data yang telah ditemukan maka ditegakkan diagnosa yang

prioritasnya adalah hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus

dengue. Diagnosa yang telah ditentukan dengan alasan pada saat dilakukan

pengkajian keluarga klien An. Y yaitu ibu klien mengatakan anaknya panas

sejak 4 hari yang lalu, data objektif yang didapatkan pada keadaan umum
65

klien, klien tampak lemah, TD: 90/60 mmHg, suhu : 39 0C, nadi : 116

x/menit, RR: 24 x/menit, mukosa bibir kering, perabaan kulit panas, muka

merah, mimisan, nafsu makan hilang, mual muntah, trombosit : 69.000 /uL.

Demam pada anak dibutuhkan perlakukan dan penanganan tersebut yang

berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila

tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam

dapat membahayakan keselamat anak jika tidak ditangani dengan cepat dan

tepat akan menimbulkan komplikasi seperti hipertermi, kejang dan penurunan

kesadaran (Murwani), 2011).

Diagnose Keperawatan (NANDA, 2016)

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume caira

secara aktif.

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (nyeri otot dan

sendi).

5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.


66

7. Resiko syok (hypovolemic) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Diagnose Keperawatan (NANDA, 2016)

a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

b. Resiko syok (hypovolemic) berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan secara aktif.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

3. Perencanaan Keperawatan

Tahap perencanaan merupakan kelanjutan dari diagnosa keperawatan,

yang didalam perencanaan ini akan menentukan keberhasilan asuhan

keperawatan yang dilakukan.

Berdasarkan NIC pada NANDA (2016) yang harus dilakkan pada klien

dengan hipertermi adalah memonitor suhu sesering mungkin, monitor warna

dan suhu kulit, monitor tekanan darah dan nadi, monitor penurunan tingkat

kesadaran, monitor intake dan output, serta memberikan anti piretik. Selain

pengobatan farmokologi yang dapat diberikan pada klien dengan hipertermi,

tindakan non farmakologi juga dapat dilakukan salah satunya adalah tappid

sponge. Dan cara kompres hangat telah dikenal secara luas penggunannya

dimasyarakat dibandingkan water tepid sponge (Isneini, 2014). kompres


67

hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah

dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu

sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh

(Murwani), 2011).

Teppid water sponge merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan

kontrol kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang

biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami demam tinggi. Tepid water

sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menghubungkan teknik

kompres blok pada pembuluh darah supervisial dan teknik seka. Tujuan

dilakukan tindakan tepipid water sponge yaitu untuk menurunkan suhu tubuh

pasien yang mengalami hipertermia (Hidayati, 2014). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Suryani (2018) menunjukkan perbedaan penurunan suhu

tubuh antara kompres hangat dengan mean 0,5 dan tepid water sponge

dengan mean 0.8 (p-value a, 0.003 < 0.05).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana

asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna untuk

membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan, tahap pelaksanaan

ini penulis berusaha untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat serta dikuatkan dengan teori yang ada, kemudian

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis selalu mempertimbangkan

kondisi dan kemampuan klien serta dukungan dan fasilitas yang tersedia

(Asmadi, 2008).
68

Dalam melakukan implementasi keperawatan, penulis berusaha untuk

melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan klien

serta rencana tindakan yang telah ditentukan, pendukung dari tahap

implementasi adalah partisipasi keluarga dan perawat yang sangat baik dalam

mengikuti tindakan keperawatan. Hambatan pada saat pelaksanaan

implementasi keperawatan adalah kurangnya waktu untuk menyelesaikan

lebih banyak tindakan-tindakan keperawatan terhadap klien.

Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan pada tanggal 30

Oktober 2018 sampai 02 November 2018. Pada hari pertama tanggal 30

Oktober 2018, penulis memonitor suhu tubuh setiap 4 jam untuk mengetahui

penurunan atau peningkatan yang terjadi pada klien, mengkaji TTV klien,

memonitor terjadinya penurunan tingkat kesadaran serta menganjurkan

kepada keluarga klien untuk memberikan kompres hangat pada dahi, aksila

dan lipatan paha klien. Pada saat dilakukan tiindakan keperawatan didapatkan

data subjektif: klien mengatakan tidak panas lagi, ibu klien mengatakan tsuhu

tubuh klien normal, ibu klien mengatakan badan klien sudah dingin, ibu klien

mengatakan klien tidur terus. Data objektif : klien tampak gelisah berkurang,

badan klien teraba dingin, TTV: TD : 90/80 mmHg, RR : 23x/menit, N :

115x/menit, S : 37.20C/menit, berkolaborasi untuk memberikan cairan

intravena berupa RL 20 tpm dan paracetamol infus 500mg. respon yg

didapatkan dari keluarga dan klien mengatakan demam klien berkurang dan

di dapatkan respon objektif suhu 37.20C x/menit.

Pada tanggal 31 Oktober 2018, penulis memonitor suhu tubuh setiap 4

jam untuk mengetahui penurunan atau peningkatan kembali. Menganjurkan


69

kompres air hangat pada bagian aksila dan lipatan paha, menganjurkan untuk

istirahat, menganjurkan untuk berpakian yang tipis dan mudah menyerap

keringat, memberikan selimut pada klien. Data subjektif : klien mengatakan

panas badannya sedikit berkurang, suhu klien 37.00C, ibu klien mengatakan

tadi malam suhunya tubuh klien tinggi, ibu klien mengatakan klien bisa tidur

tapi hanya sebentar, ibu klien mengatakan klien bicara tidak jelas pada saat

tidur. Respon objektif suhu 36.80C.

Dapat dilihat banwa kompres hangat menggunakan teknik tepid water

sponge sangat ampuh untuk klein dengan hipertermia, hal ini sesuai dengan

penelitian Keliobas (2015) membuktikan teknik kompres air hangat sangat

efektif untuk penurunan suhu tubuh, tetapi kompres tepid water sponge lebih

efektif terhadap penuruan suhu tubuh. Dengan uji Independent sample T-

Test, nilai signifikan atau p-value sebesar 0.001.

Selama didalam tahap implementasi tidak ditemukan adanya perbedaan

antara teori dan praktek di lapangan. Di mana saat di lapangan, penulis

mampu mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik untuk mengetahui kesehatan klien, kemudian dapat

merumuskannya dalam diagnosa keperawatan sesuai respon klien yang

memerlukan intervensi keperawatan, serta dapat mengevaluasi tindakan

keperawatan, medis dan tindakan kolaborasi.

Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberian

asuhan keperawatan pada An. Y dengan hipertermi berhubungan dengan

resiko infeksi dengue dengan penyakit demam berdarah dengue adalah

sebagai berikut: faktor pendukung adalah klien dan keluarga menunjukkan


70

sikap yang sangat kooperatif serta sarana dan prasarana yang sangat

mendukung dalam melakukan tindakan perawatan. Sedangkan faktor

penghambat selama implementasi adalah terbatasnya pada waktu pengkajian

dan pendokumentasian yang diberikan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan., untuk tahap

evalusi ini pada prinsipnya antara teori dan kasus adalah sama yaitu

menggunakan SOAP dalam melaksanakan evaluasi, adapun komponen SOAP

untuk memudahkan perawat melakukan evaluasi atau memantau

perkembangan klien. Menurut Muhlisin (2012), SOAP secara operasional

yaitu data subjektif adalah data-data yang ditemukan pada klien secara

subjektif setelah intervensi keperawatan. Sedangkan pada data objektif yaitu

hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objekti setelah dilakukan

intervensi keperawatan.

Penulis melakukan evaluasi SOAP yang didapatkan setelah tindakan

keperawatan selama 3 hari tanggal 30 Oktober 2018 sampai dengan 02

November 2018. Dari lima masalah keperawatan yang muncul, semuanya

dapat teratasi. resiko syok, hipertermi, devisit volume cairan,

ketidakseimbangan pola nutrisi kurang dari kebutuhan.

Untuk evaluasi pada masalah keperawatan hipertermi pada tanggal 02

November 2018 pukul 05.45, didapatkan respon subjektif luarga mengatakan

klien sudah tenang, klien mengatakan badan tidak panas lagi, ibu klien

mengatakan suhu tubuh klien normal, ibu klien mengatakan klien tidur terus..
71

Analisa yang diperoleh masalah teratasi. Perencanaan berikutnya stop

intervensi.

Hasil evaluasi pada tanggal 30 Oktober 2018 didapat respon data

subjektif : klien mengatakan panas badannya sedikit berkurang, ibu klien

mengatakan tadi malam suhunya tubuh klien tinggi, ibu klien mengatakan

klien bisa tidur tapi hanya sebentar, ibu klien mengatakan klien bicara tidak

jelas pada saat tidur. Data objektif : klien tampak gelisah, klien tampak

berkeringat, badan klien teraba masih panas, TTV: TD : 90/72 mmHg, RR :

23x/menit, N : 115x/menit, S : 37.70C. Analisa : masalah teratasi

sebagianditandai dengan suhu 37.70C.

Hasil evaluasi pada tanggal 02 November 2018 didapat respon data

subjektif : keluarga mengatakan klien sudah tenang, klien mengatakan badan

tidak panas lagi, ibu klien mengatakan suhu tubuh klien normal, ibu klien

mengatakan klien tidur terus. Data objektif : klien tampak gelisah berkurang,

badan klien teraba dingin, TTV: TD : TTV: TD : 90/69 mmHg, RR :

24x/menit, N : 110x/menit, S : 36,60C. Analisa : masalah teratasi ditandai

dengan suhu tubuh kembali normal (36,50C-37,50C).

B. Pembahasan Proses Praktik Profesi dalam Pencapaian Target

Dalam pembuatan karya ilmiah akhir ini, penulisan berkesempatan untuk

mengolah data dan informasi mengenai asuhan keperawatan demam berdarah

dengue. Mulai dari pengumpulan data, membuat perencanaan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan, mengevaluasi tindakan yang telah

dilakukan hingga mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.

Banyak target kompetensi baru yang didapat didalam melaksanakan asuhan


72

keperawatan, penulis melakukan tindakan keperawatan seperti memberikan

therapy yang sesuai dengan indikasi, mengontrol asupan nutrisi dan volume

cairan, dan mengontrol pendarahan.

Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam tahapan evaluasi sebagai

berikut: faktor pendukung adalah klien dan keluarga menunjukkan sikap yang

sangat kooperatif serta sarana dan prasarana yang sangat mendukung dalam

melakukan tindakan evaluasi. Sedangkan faktor penghambat selama evaluasi

adalah terbatasnya waktu dan pendokumentasian yang diberikan.

Diakhir evaluasi ini penulis mampu menjawab semua tujuan penulis yang

dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun rencana tindakan

keperawatan, melakukan implementasi, melakukan evaluasi serta dapat

menemukan hambatan ataupun permasalahan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada An. Y dengan hipertermi berhubungan dengan inveksi virus

dengue.
73

BAB V
PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. Y dengan hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi dengue di ruang anak RSUD Dr. Soedarso

Pontianak dari tanggal pengkajian 30 Oktober 2019 sampai dengan 2 November

2019, maka dapat penulis tarik kesimpulan:

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam menyusun laporan

studi kasus, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :

1. Hasil pengkajian yang didapat data subjektif keluarga mengatakn An.Y

demam turun naik 5 hari yang lalu, data objektif TD : 90/60 mmHg, S : 39.0
0
C, N : 116 x/ menit, RR : 24 x/ menit.
74

2. Diagnosa keperawatan prioritas yang ditemukan adalah hipertermia

berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah a. Kaji keadaan umum klien, b.

Kaji TTV jam sekali, c. Anjurkan kompres air hangat, d. Anjurkan untuk

istirahat, e. Monitor penurunan tingkat kesadaran, f. anjurkan berikan selimut

pada klien, g. Kolaborasi pemberian cairan intravena.

4. Implementasi yang dilakukan adalah sesuai dengan yang telah dipaparkan

dalam intervensi keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan didapatkan respon subjektif keluarga klien mengatakan

klien tidak demam lagi dan respon objektif suhu 36,60C.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa

saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

yaitu :

1. Untuk Perawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya

a. Pengkajian sudah dapat dilakukan dengan baik, selanjutnya diharapkan

kepada perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk dapat meningkatakan

dan mempertahankan tekhnik pengkajian secara sistematis dan cermat,

sehingga tetap bisa mendapatkan data yang valid dan akurat.

b. Diagnosa yang dibuat berdasarkan pada keluhan klien dan sesuai dengan

prioritas masalah dari semua masalah yang muncul.

c. Pada tahap perencanaan diharapkan mengacu pada masalah yang dihadapi,

seperti yang telah dirumuskan dalam diagnosa keperawatan .


75

d. Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mengacu pada standar

operasioanal prosedur (SOP).

e. Evaluasi berdasarkan pada tujuan dan kriteritas evaluasi yang telah

ditetapkan pada perencanaan.

2. Untuk Institusi Pendidikan

Penulis menyarankan agar institusi pendidikan dapat memperbanyak buku

referensi sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar mahasiswa/i

khususnya dalam pembuatan makalah ilmiah sehingga pada akhirnya dapat

diperoleh lulusan yang professional.

3. Untuk Rumah sakit

Penulis berharap semoga pihak Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu

pelayanan di Rumah Sakit sehingga dengan sekarang yang ada sudah baik akan

menajadi semakin baik dan tetap dapat memberikan pelayanan yang maksimal

bagi masyarakat kalimantan barat sehingga dengan begitu Rumah Sakit Dr.

Soedarso ikut berperan dalam terealisasinya program Indonesia sehat.

4. Keberhasilan asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerja sama yang baik

antara penulis dengan keluarga dan klien, klien diharapkan dapat memberikan

keterangan yang lengkap mengenai kondisinya guna tercapainya pelayanan

kesehatan yang efektif. Penulis menyarankan keluarga agar menjadi

lingkungan disekitar rumahnya untuk tetap bersih dan tidak ada lagi yang

tertular penyakit demam berdarah dengue.


76

Anda mungkin juga menyukai