Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit
ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama anak serta sering menimbulkan wabah. (Suriadi, 2006:57). Sampai
sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia.Penyakit dengue hemorrhagic fever
tercatat pertama kali di Asia pada tahun di 1954,sedangkan di Indonesia
penyakit demam berdarah dengue pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF dengan 24 kematian
(CFR:41,5%) dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.(
Soegijanto,2006) Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus
dengue hemorrhagic fever, karena tempat hidup nyamuk
hampirseluruhnya adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban
bekas hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling
tinggi seluruhnya merupakan ibukota provinsi yang padat penduduknya.
Data kementerian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat
jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009
mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010,
sehingga kasus demam berdarah dengue di Indonesia belum bisa
dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak
banyak berubah dari 0,89% pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada
pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat demam
berdarah dengue pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas pada
tahun 2010.(Pramudiarja,2011)Data di dinas kesehatan provinsi Jawa
Tengah menunjukan selama 2009 ada 16.858 kasus demam berdarah di
Jawa Tengah dengan pasien yang meninggal dunia 230 orang. Dari jumlah
itu, yang terjadi di kota Semarang mencapai 3.314 kasus dengan
meninggal dunia 48 orang.Sedangkan daerah lain, adalah Jepara

1
dengan 1.395 kasus dan meninggal dunia 17 orang, Solo 535 kasus
dengan meninggal dunia tiga orang, kota Magelang 236 dengan
meninggal dunia satu orang. ( Rofiuddin, 2010 ) Kebanyakan orang yang
menderita demam berdarah dengue pulih dalam waktu dua minggu.
Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut selama beberapa
minggu hingga berbulan-bulan.

Kasus kematian angka tersebut membuktikan bahwa demam


berdarah dengue merupakan masalah kesehatan dimana besarnya masalah
demam berdarah dengue dapat di lihat dari indikator morbilitas dan
mordibitas. Dari banyaknya kasus dari DHF adalah kurangnya cairan
erektrolit dari kebutuhan karena Tarwoto dan Wartonah (2009) menyatakan
bahwa cairan erektrolit merupakan kebutuhan kedua setelah udara. Dan
ketika banyak penurunan volume cairan akan mengakibatkan tekanan darah,
nadi cepat, dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran
dan diakhiri dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata
dan ubun-ubun cekung, selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
dan penanganan kasus DHF yang terlambat akan mengakibatkan dengue
syok sinrdom (DSS) yang dapat penyebabkan kematian. Berdasarkan uraian
diatas, kelompok kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Dengue Hemoragic fever (DHF).

B. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Dhf , khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Tujuan Khususa.Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) kususnya dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektronik.
a. Melakukan analisis data keperawatan pada pasien dengan
masalahDemam Berdarah Dengue (DBD) kususnya dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektronik.

2
b. Menegakkan diagnose keperawatan pada pasien dengan masalah
DemamBerdarah Dengue (DBD) kususnya dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektronik.
c. Merencanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan
masalahDemam Berdarah Dengue (DBD) kususnya dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektronik.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) kususnya dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektronik
e. Meningkatkan intake/asupan cairan per oral pada pasien dengan
Dhf dalam pemenuhan kebuthan cairan dan elektrolit

C. Manfaat penulisan
1. Instalasi Rumah sakit
Agar dapat di gunakan sebagai masukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengue hemorrhagic fever
kususnya dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit ,serta
dapat meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan pada
pasien.
2. Instalasi pendidikan
Agar dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan
tentang perkembangan ilmu keperawatan, kajian pada pasien
dengan dengue hemorrhagic fever kususnya dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektronik.
3. Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, tentang perawatan
pada pasien dengan dengue hemorrhagic fever kususnya dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektronik .
4. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan,
perawatan, penyebab, tanda dan gejala, serta pertolongan pertama
yang dilakukan jika mengalami dengue hemorrhagic fever kususnya
dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektronik

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dengue Hemoragic Fever (DHF)


1. Pengertian
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat
cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal
akibat penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD)
disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF),
demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2008).
Sehingga dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF adalah
penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ) nyamuk aedes aegepty.
2. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypty
dan aedes albopictus ( Widoyo, 2008 )

Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,
kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100
butir (Murwani, 2011).

4
3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi
perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.

a. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.


b. Manifestasi perdarahan
1) Uji tourniquet positif
2) Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.
d. Hepatomegali.
e. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg).
sianosis, kulit lembab dan dingin, , gelisah, nadi cepat dan lemah.
f. Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
g. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
h. Sakit kepala
4. Klasifikasi DHF
Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DHF dibagi menjadi 4 derajat :

a. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat


manifestasi perdarahan. Uji toniket positif.
b. Derajat II Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit
disertai perdarahan lain.
c. Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (hypotensi), gelisah,
cianosis sekitar mulut dan ujung-ujung jari (tanda renjatan) disertai
kulit yang dingin dan lembab.
d. Derajat IV Renjatan Berat (DDS) dengan nadi tidak teraba dan
tekanan darah yang tidak dapat diukur
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke

5
intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi
akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma

6
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani,
2011).

6. Pathway

Arbovirus
(melalui nyamuk aedess sp)

Beredar melalui aliran


darah

Infeksi virus dengue


(viremia)

Proses inflamasi Aktivasi sistem komplemen

Aktivitasi interleukin 1 Pelepasan mediator-mediator Membentuk & melepaskan


di hiotalamus kimia zat C3a & C5a

Pengeluaran
Menekan free nerve ending Peningkatan permiabilitas
prostaglandin
membran

Peningkatan kerja Sakit pada otot/sendi


trombosit

Nyeri akut
Peningkatan suhu tubuh Hipertermia

7
Peningkatan permiabilitas
membran

Kerusakan endotel Kebocoran


Agregasi trombosit
pembuluh darah plasma

Jumlah trombosit Merangsang & Perdarahan


& vaskuler mengaktivasi
berkurang faktor pembekuan

Trombositopeni
DIC

Petekia
Perdarahan
perdarahan gusi,
Hipoksia jaringan
hemtemesis,
melena
Penurunan
Kekurangan energi
hemoglobin
untuk melakukan
Pk.Perdarahan aktivitas

Pk.Anemia
Keletihan

8
7. Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok
yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi
pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti
hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara,
maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh
darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular
yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus
sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati
berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis,
maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera dikurangi.
Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl
(0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan
dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat
perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.
Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10
mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi
jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan
elektrolit.
Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang
adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan
neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang
tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi
beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau
komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan
asam amino rantai pendek.

9
b. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat
dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi
dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan
mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.
Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila
syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah
dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat
sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah
urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
c. Udema Paru
Udema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai
akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari
sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya
tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan
plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari
ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan
terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit
tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress
pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang
dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada. Komplikasi
demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya
bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome.
8. Pemeriksaan diagnostic
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut
(Murwani, 2011):

a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%,


normal: pria 40-50%; wanita 35-47%.

10
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem
antara tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk
dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir
merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan
memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil
pada waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada
waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu
kamar sampai menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau
jaringan-jaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy
sedang untuk penderita yang meninggal melalui autopay. Hal
ini jarang dikerjakan.
9. Penatalaksanaan
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan
keseimbangan elektrolit karena adanya muntah, anorexsia.
Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri epigastrium,
dan perputaran bola mata.
Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada
nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-
2000cc/hari), diberi kompre dingin, memantau keadaan
umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht,
dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik
bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder.
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena
dan hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang
tampon sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan
dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus
dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag
slang, sedapat mungkin membatasi terjadi pendarahan,
jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai dengan

11
intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus,
jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan
umum, suhu, nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian
dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan memburuk
segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja
jantung menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan
posisi terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas
dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender
dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-
meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak
(Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin dokter, bila
penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian kebersihan
kulit juga pakaian bersih dan kering.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan
demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh
nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos
(abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk
aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang
digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida.
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan
tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan
telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari); Menutup tempat penampungan
air rapat-rapat; Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas,
botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.

12
B. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terajadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan.
1. Volume dan distribusi cairan tubuh.
a. Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-
kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan
usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak
pada wanita lebih dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih
rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin
tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru
lahir TBW-nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari BB, usia
pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita
52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 50% dari BB dan untuk
wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria
52% dari BB dan wanita 46% dari BB.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartement yaitu
pada intra seluler dan ekstra seluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3
atau 40% dari BB, sedangkan cairan ektraseluler 20% dari BB, cairan
ini terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5%, cairan intertisial
(cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15%, dan transeluler
(misalnya cairan cerebrospinalis, synovia cairan dalam peritoneum,
cairan dalam rongga mata, dan lain-lain 1-3%.
2. Fungsi cairan
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh.
b. Transport nutrein ke sel.
c. Transport hasil sisa metabolisme.
d. Transport hormon.
e. Pelumas antar organ.

13
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.
3. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan
cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari
makanan dan minuman kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500
ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan . sedangkan pengeluaran cairan melaui ginjal dalam bentuk
urine 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit
600-800 ml.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit :


a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dalam berat badan.
b. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat.seseorang dapat
kehilangan Nacl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari intertisial ke
interseluler.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel konsentrasi
darah dan glikolisis otot. Mekanisme ini dapat menimbulkan
retensisodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
5. Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses yaitu :
a. Difusi.
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat didalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi

14
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus
membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperatur.
b. Osmosis.
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semi permeabel dari larutan yang berkonsntrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih yang sifatnya menarik.
c. Transport aktif.
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
6. Pengaturan keseimbangan cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2) Osmoreceptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan osmotic dan
mengaktifasi jaringan syaraf yang dapat mengakibatkan sensasi
rasa dahaga.
b. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis
dari hipofisis posterior. Stimulasi utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
mmengakibatkan reabsorbsi air pada duktus koligenetas, dengan
demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron.
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi natrium. Pelepasan
aldosterone dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium
serum dan angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.

15
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam
banyak jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus dan mobilitas gastrointestinal. Dalam
ginjal prostaglandin berperan mengatur sirkulasi, respon natrium, dan
efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortikoid
Meningkatkan reabsorpsi natrium dan air, sehinggga volume
darah naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid
menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
7. Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
a. Ginjal
1) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima
170 liter darah untuk disaring setiap hari.
2) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kgBB/jam
3) Pada orang dewasa produksi uurine sekitar 1,5 liter/hari
4) Jumlah urine yang diperiksa oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
Aldosteron.
b. Kulit
1) Hilangnya cairan oleh kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
2) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
3) Disebut juga isensible water lose (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
c. Paru-Paru
1) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.
2) Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
d. Gastrointestinal
1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari sekitar 100-200 ml.

16
2) Perhitungan iwl secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg/BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% pada setiap kenaikan suhu 1oc.
8. Pengaturan elektrolit
a. Natrium (sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel.
2) Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot.
3) Sodium ditur oleh intake garam, aldosterone, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/liter.
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama cairan intrasel
2) Berfungsi sebagai exitabilitity neuro muskuler dan kontraksi otot.
3) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
4) keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion
hidrogen (H+). Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/liter.
c. Kalsium.
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan
tiroid.
3) Hormone paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
4) Hormone thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca++ tulang.
d. Magnesium
1) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
2) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular
exibility. Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/liter.
e. Klorida
Terdapat pada cairan intrasel dan ekstrasel, normalnya sekitar 95-105
mEq/liter
f. Bikarbonat
1) HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan ekstrasel dan intrasel.
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.

17
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ektsrasel.
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa.
3) Pengaturan oleh hormone paratiroid.
9. Masalah keseimbagan cairan
a. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantug,
kontraksi jantung, dan tekanann vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormon ADH dan Aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama
dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa
haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan
darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat
badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan
anak-anak adanya penurunan jumlah air mata. Pada pasien syok
tampak pucat,HR cepat dan halus, hipotensi dan oliguria.
b. Hipervolemi
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi
pada saat :
1) Stimulasi kronis ginjal untuk mmenahan natrium dan air
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
3) Kelebihan pemberian cairan.
4) Perpindahan cairan intertisial ke plasma.
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah,
nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena
jugularis, dan irama gallop.

18
10. Ketidakseimbangan asam basa
a. Asidosis respiratorik
Disebabkan karena kegagalan sistem pernafasan dalam membuang
CO2 dari cairan tubuh. Kerusakann pernafasan, peningkatan PCO2,
arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH > 7,35.
Penyebab : penyakit obstruksi, restriksi paru, poliomielitis, penurunan
aktivitas pusat pernafasan (trauma kepala), perdarahan, narkotik,
anestesi dan lain-lain.
b. Alkalosis respiratorik
Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan
yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan
PCO arteri < 35 mmHg, pH > 7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, ansietas, demam, meningitis,
keracunan aspirin, pneumonia dan emboli paru.
c. Asidosis metabolik
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa, pH
arteri < 3,75, HCO3 menurun dibawah 22 mEq/liter. Gejala :
pernapasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
d. Alkalosis metabolik
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa
pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 36 mEq/liter dan
pH arteri > 7,45. Penyebab : mencerna sebagian besar basa (misalnya
BaHCO3, antasid, soda kue) untuk mengatasi ulkus peptikum atau
rasa kembung.
Gejala : apatis, lemah gangguan mental, kram dan pusing.
Perbandingann antara bikarbonat, pH dan PaCO2 pada gangguan
asam basa sederhana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

19
C. Konsep dasar keperawatan dengue haemorrhagic fever ( DHF )
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke – 3 dan ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang
– kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
4) Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5) Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar.
6) Pola Kebiasaan
a) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang – kadang anak mengalami
diare / konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa terjadi melena.
c) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.

20
d) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
f) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
7) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan
(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a) Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda
– tanda vita dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan : ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
8) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
9) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis)
pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade II, III, IV).

21
10) Dada.
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
11) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
12) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
13) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)
b) Trombositopenia (≤ 100.000 / ml)
c) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
d) Ig D Dengue positif
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g) Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah
h) SGOT / SGPT mungkin meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan cairan elektrolit sehubungan dengan peningkatan
permiabilitas kapiler pembuluh darah
b. Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
adanya anorexia
c. Gangguan suhu tubuh hipertermi berhubungan dengan infeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk gigitan nyamuk aedes ayghipty
d. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan ketidak tahuan
klien tentang penyakitnya

22
3. Rencana keperawatan

NO DIAGNOSA PEENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Kekurangan cairan Kekurangan  Mengobservasi  Membantu
elektrolit sehubungan cairan TTV mengidentifikasi
dengan peningkatan elektrolit fluktuasi cairan
permiabilitas kapiler terpenuhi intravaskuler
pembuluh darah dengan  Monitor intake  Memberikan
keriteria hasil: output cairan pedoman untuk
DS :
- Klien menggantikan
- Klien mengeluh tidak cairan
lemas, mukosa bibir lemas  Berikan cairan IV  Suhu yang baik
kering - Tidak pada suhu dapat menjaga
DO: adanya ruangan kualitas cairan

- Klien terlihat edema edema infus

(bisa diseluruh tubuh) - Hematokr  Libatkan  Agar kebutuhan

- Hasil thorak efusi it normal keluarga dalam nutrisi dengan

pleura memotivasi klien baik

- Hematokrit meningkat untuk makan


 Kolaborasi  Kolaborasi dokter
dengan dokter untuk
memberikan
terapi yang tepat
 Atur  Transfusi darah
kemungkinan penting untuk
transfusi mengembalikan
hemeostasis
2 Ganguan pemenuhan Gangguan
kebutuhan nutrisi pemenuhan
sehubungan dengan kebutuhan  Berikan diit  Dengan
adanya anorexia yang nutrisi TKTP memberikan diit
ditandai dengan : terpenuhi TKTP dapat

23
Ds : dengan memulihkan
kriteria : tenaga selama
- Klien mengeluh tidak
- nafsu sakit dan
ada nafsu makan mual
makan mempercepat
dan muntah
klien proses
bertambah penyembuhan.
Do : - porsi habis  Berikan  Dengan
- Makan habis ¼ porsi ¾ porsi – 1 makanan yang memberikan
- Klien tampak lemah porsi bervariasi pada makanan yang
- klien klien bervariasi akan
secara menumbuhkan
verbal selera makan
tidak klien.
mengeluh  Berikan  Dengan
mual dan makanan dalam memberikan
muntah. porsi sedikit tapi makan sedikit
sering. tapi sering maka
akan mengurangi
kelelahan dalam
menghabiskan
makanan juga
tidak akan
membuat
lambung cepat
penuh dan tidak
terjadi
penekanan pada
rongga abdomen
yang
menimbulkan
rasa nyeri.
 Anjurkan minum  Dengan
air hangat memberikan air

24
sebelum makan hangat sebelum
makan akan
menurunkan HCl
lambung
sehingga mual
hilang.
3 Gangguan pengaturan Gangguan
suhu tubuh hipertermi pengaturan  Berikan kompres  Dengan
sehubungan denagn suhu tubuh dingin pada dahi, memberikan
infasi virus denguemelalui teratasi kehak, lipatan kompres dingin
gigitan nyamuk aedes dengan paha akan terjadi
ayghipty yang ditandai kriteria : konduksi antara
dengan - kien tidak benda dingin
mengeluh dengan suhu
Ds :
panas tubuh yang
- Klien mengeluh panas - Suhu panas sehingga
badan dan terasa tubuh klien suhu tubuh
lemah antara 39- sedikit demi
370C. sedikit akan
Do : turun. Kehak dan
- T : 100/80 mmHg lipatan paha
- P : 90x/mnt banyak
- R : 24x/mnt pembuluh darah.
0
- S : 40 c  Anjurkan klien  Dengan
untuk istirahat menganjurkan
klien istirahat,
maka
pengeluaran
kalori bisa
diminimalkan
sehingga klien
tidak akan
kehilangan

25
banyak panas.
 Berikan therapy  Dengan
parenteral memberikan
terapi parenteral
untuk mengganti
cairan tubuh
yang hilang
akibat
peningkatan
suhu tubuh.
4 Gangguan rasa aman Setelah
cemas sehubngan dengan diberikan  berikan  Dengan
ketidah tahuan klien penjelasan penjelasan pada memberikan
tentang penyakitnya yang diharapkan klien tentang penjelasa
ditandai dengan : rasa aman penyakitnya tentang
cemas dapat penyakitnya
Ds :
teratasi maka klien akan
- Klien selalu bertanya dengan engerti dan
tentang penyakitnya kriteria : memahami hal-
- Klien merasa cemas - secara hal yang
denagn keadaan verbal berkaitan dengan
penyakitanya klien tidak penyakitnya
Do : bertanya- sehingga

- Klien tampak cemas tanya lagi kekhawatiran

- Klien tanpak gelisah mengenai klien terhadap


penyakitny penyakitnya
a dapat
- klien dapat dihilangkan.
mengetah  anjurkan klien  Dengan
ui keadaan untuk selalu menganjurkan
penyakitny berdoa klien untuk
a berdoa klien
- klien akan percaya

26
tampak bahwa
tenang penyembhan
penyakitnya ada
ditangan allo dan
akan membuat
perasaan klien
tenang.
 libatkan keluarga  Dengan
klien dalam melibatkan
upaya untuk keluarga klien
mengurangi rasa akan merasa
cemas klien lebih tenang dan
klientidak merasa
sendiri.
 libatkan perawat  Klien akan lebih
untuk percaya dan
mengurangi rasa lebih yakin akan
cemas klien. kesembuhannya.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. S DENGAN GANGGUAN


KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DENGAN DHF

I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama (Inisial Klien) : Tn.S
2. Usia : 57 tahun
3. Status Perkawinan : menikah
4. Pekerjaan : PNS
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : S1
7. Suku : Sunda
8. Bahasa yang digunakan : Sunda
9. Alamat Rumah : Arjasasri rt. 04/06
10. Sumber Biaya : BPJS
11. Tanggal Masuk RS : 09/9/2019
12. Diagnosa Medis : DHF
13. Tanggal Pengkajian : 11/9/2019
14. No RM : 199917

B. Sumber Informasi (Penanggung Jawab)


1. Nama : Ny. E
2. Umur : 52 tahun
3. Hubungan dengan Klien : Istri
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT
6. Alamat : Arjasari rt. 04/06

28
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Badan lemah
B. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian
Saat pengkajian tanggal 11 September 2019 klien mengeluh badan
terasa lemah sejak 4 hari yang lalu, dirasakan terus menerus, disertai
seluruh badan pegal dan kencing sedikit.
C. Riwayat Kesehatan Saat Masuk RS
Klien mengatakan lemah badan sejak 4 hari yang lalu dan seluruh
badan terasa pegal dan kencing sedikit.
D. Riwayat Kesehatan Lalu:
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama serta
klien tidak punya riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi ,
asma dll
E. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Genogram/Penyakit yang Pernah diderita
oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko, 3 generasi)
klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
F. Riwayat Psikososial – Spiritual
1. Pola konsep diri
a. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin berkumpul
kembali bersama dengan keluarganya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya sebagai tulang punggung keluarga
c. Harga diri
Klien merasa pasrah dengan penyakit yang dideritanya saat ini.
d. Gambaran diri
Klien mengatakan penyakit nya merupakan cobaan dari tuhan
e. Koping
Pada saat sedang dilakukan tindakan pengambilan darah klien
terlihat tampak lemas,dan pasrah demi kesembuhannya

29
f. Spiritual
Klien mengatakan sebelum sakit klien merupakan orang yang
aktif mengikuti kajian rutin di mesjid dan melakukan solat
berjamaah di mesjid.
2. Pola Kebiasaan Sehari-hari sebelum dan saat sakit

No Pola Aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1 Pola Nutrisi dan cairan Oral Oral
(sebelum dan saat sakit)
a. Pola Nutrisi
 Asupan
 Frekuensi 3x/sehari 3 x/sehari
Makan:....x/hari Hanya 3
sendok
 Nafsu makan: Baik Kurang
 Diit tidak ada TD 2

 Makanan tambahan tidak ada Puding dan


Kue

 Makanan yang tidak tidak ada tidak ada

disukai/alergi/pantan
gan :
 Perubahan berat tidak ada tidak ada

badan 3 bulan
terakhir
( )
bertambah....Kg
( ) tetap ......Kg oral oral dan

( ) Berkurang parenteral

.....Kg
b. Pola Cairan:
air putih air putih
 Asupan cairan
8 gelas 3 gelas
( ) Oral
( ) Parenteral

30
 Jenis :
 Frekuensi :
.........x/hari
2 Pola Eliminasi (sebelum dan
saat sakit)
a. BAK
 Frekuensi : ........x/hari 4x sehari 2x sehari
 Jumlah : .......x/hari tidak
300 ML
dihitung
 Warna : ......... Khas
Khas
 Bau : .......... Khas
Khas
 Keluhan yang berhubungan Tidak ada
Tidak ada
dengan BAK:
b. BAB
 Frekuensi : 1x dua hari
1x sehari
 Warna : khas
khas
 Bau :
khas
khas
 Konsistensi lembek
lembek
 Penggunaan tidak ada
tidak ada
pencahar/laksatif:
 IWL (Insensible Water 700cc/ hari
Loss) : ............. cc/hari

3 Pola Personal Hygiene


(sebelum dan saat sakit):
a. Mandi
 Frekuensi :....x/hari 2x sehari 1x sehari
diseka

b. Oral Hygiene Tidak


2x sehari
melakukan
 Frekuensi : .......x/hari
1 minggu
c. Cuci Rambut Belum pernah
2x
 Frekuensi: ....x/hari

31
4 Pola Istirahat dan Tidur
(sebelum dan saat sakit)”
 Lama tidur: 7 jam
4-6 jam
 Waktu
Siang : Tidak
2 jam
...........................jam pernah
5 jam
6 jam
Tidak ada
Malam :.......................... Tidak ada
jam
 Kebiasaan sebelum tidur
/pengantar tidur:
5 Pola Aktivitas dan Latihan
(Sebelum dan saat sakit):
 Kegiatan dalam pekerjaan
Mengajar Tidak ada
 Waktu bekerja: 7 jam Tidak ada
 Kegiatan waktu luang: berternak Tida ada
 Keluhan dalam beraktivitas tidak ada Tidak ada

 Olahraga: joging Tidak ada


6 Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan tidak tidak merokok
merokok
a. Merokok
( ) ya
( ) tidak
Frekuensi :.
Jumlah :
Lama pemakaian :
b. Minuman keras
c. Ketergantungan Obat
Jika Ya , Jelaskan jenis, lama
pemakaian, frekuensi dan
alasan

32
3. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a. Keadaan umum dan Kesadaran:
Lemah
Compos Mentis
GCS: 15 (E4 M6 V5)
b. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan Darah :109/62 mmHg
2) Nadi : 60x/mnt
3) Respirasi : 20x/mnt
4) Suhu : 36,8oC
5) BB : 70Kg
c. Sistem Integumen

1) Kulit

Warna sawo matang, lembab, berkeringat banyak, halus,

apabila di cubit dapat kembali pada keadaan semula

dalam waktu +2 detik.

2) Kuku

Transparan, halus, cembung +1600, bila di tekan

pengisian kapiler dapat kembali ke keadaan semula

dalam waktu +2 detik, tidak tampak adanya kotoran.

3) Rambut dan Kulit Kepala

Hitam berkilau, halus, merata, tidak tampak adanya lesi

dan kotoran.

d. Sistem Penglihatan

Simetris antara bola mata kiri dan kanan, konjungtiva merah

muda, sklera putih, pada saat diberi rangsangan cahaya

spontan pupil mengecil, bola mata dapat bergerak kesegala

33
arah, klien dapat membaca papan nama perawat pada jarak

+ 30 cm, tidak tampak aanya kotoran.

e. Sistem Pernafasan dan Kardiovaskuler

Simetris antara lubang hidung kiri dan kanan, halus, warna

selaras dengan kulit disekitarnya, klien dapat membedakan

bau kayu putih dan miyak wangi, tidak adanya kotoran. Dada

kiri dan kanan simetris, respirasi 20x/menit, bunyi jantung

reguler, bunyi pernafasan tidak terdapat wheezing

f. Sistem Pendengaran

Simetris antara telinga kiri dan kanan, halus, warna selaras

dengan kulit disekitarnya, klien dapat menjawab pertanyaan

yang diajukan perawat dengan tepat dan benar, tidak

tampak adanya serume.

g. Sistem pencernaan

Tidak tampak adanya stomatitis dan sisa makanan, jenis

makanan TD 2, frekuensi makan 3x/ hari, porsi habis ¼

porsi, jenis air minum air putih, frekunsi + 3 gelas / hari cara

mandiri.

h. Sistem perkemihan dan eliminasi

Frekuensi BAB 1x selama 2 hari, konsistensi ½ padat, bau

khas feces, frekuensi BAK 2x/hari, warna kuning jernih, bau

khas urine, cara mandiri.

34
i. Sistem muskuloskeletal

Tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/mnt dan tangan

kiri dapat digerakan ke segala arah.Kaki kiri dan kanan dapat

digerakan dengan bebas ke segala arah.

j. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
1) tes darah lengkap
2) foto thorak
3) ekg.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan 11/9/2019 12/9/2019 13/9/2019
Hemoglobin 11.8 15.8 15.0
Leukosit 4800 6500 2870
Eritrosit 5.18 5.6 5.27
Hematokrit 5.7 47.1 44.4
Trombosit 35.000 39000 59000

III. ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Infeksi virus Gangguan
Keseimbangan Cairan
Klien mengatakan dengue
Elektrolit
lemas, bibir kering, bak
2 kali sehari tetapi tidak Meningkatkan
banyak sistem
komplemen
Do:
1. TTV
TD: 109/62 mmHg peningkatan
N : 60x/mnt permeabilitas
R : 20x/mnt pembuluh darah
S : 36,8oC
2. Klien terlihat lemas Perpindahan

35
3. Trombosit 35.000 cairan dari dalam
4. Hematokrit 5.7 pembuluh darah
5. Mukosa mulut ke intertitas
kering jaringan
6. Bibir kering dan
pecah-pecah Kebocoran
plasma

Syok hifovolemik

Gangguan
Keseimbang
an Cairan
Elektrolit

2. Ds: Infeksi virus Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh
klien mengatakan mual, dengue
tidak nafsu makan.
Do: Meningkatkan
1. TTV sistem saraf
TD: 109/62 mmHg parasimpatis
N : 60x/mnt terangsang
R : 20x/mnt
S : 36,8oC Hypersekresi
2. makan hanya habis HCL
3 sendok
3. klien tampak lemas Merangsang
medula
Mual, anoreksia

Intake nutrisi
berkurang

36
Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan
Tubuh

3. Ds : Infeksi virus Nyeri


klien mengatakan blum dengue
mandi sejak pertama di
rawat karena lemas Proses inflamasi
Do:
kekuatan otot 4 Pelepasan
mediator-
mediator kimia

Menekan free
nerve ending

Sakit pada otot/


sendi

Nyeri

4. Ds : Infeksi virus Resiko Perdarahan


Klien mengatakan dengue
sudah demam selama
4 hari Aktivasi sistem
Do : komplemen
1. TTV
TD: 109/62 mmHg Membentuk &
N : 60x/mnt melepaskan zat
R : 20x/mnt C3a&C5a
S : 36,8oC
2. Klien terlihat lemas Peningkatan
3. Trombosit 35.000 permeabilitas

37
kapiler

Agregasi
trombosit

Jumlah trombosit
di vaskuler
berkurang

Trombositopenia

Resiko
Perdaraha
n

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


1. Gangguan kebutuhan cairan elektolit kurang dari kebutuhan
tubuh b.d permeabilitas kapiler ditandai dengan penurnan
trombosit.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang
ditandai dengan mual dan nyeri ulu hati
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses penyakit ditandai
dengan nyeri badan
4. Resiko perdarahan ditandai dengan penurunan trombosit

38
V. RENCANA ASUHAN TINDAKAN
Nama Klien : Tn.S
Ruang : Zaitun 1 Kelas 2 15 A
Dx Medis : DHF
No MR : 199917
No Tgl Dx.Kep Tujuan (SMART) Rencana Rasional
Tindakan
1. 11 Ganggu Tupen : 1. Mengobserva 1. Membantu
Sep an Setelah dilakukan si TTV mengidentifika
201 9 keseimb asuhan si fluktuasi
angan keperawatan cairan
cairan selama 1x24 intravaskuler
elektrolit gangguan 2. Memonitor 2. Mendeteksi
tubuh keseimbangan cairan dini
cairan elektrolit kekurangan
tubuh teratasi cairan serta
dengan kriteria mengetahui
hasil : keseimbangan
1. Mukosa mulut cairan dan
dan Bibir elektrolit
lembab 3. Memonitor 3. Dapat
2. Lemah tetesan infus meningkatkan
berkurang sesuai jumlah cairan
Tupan : dengan tubuh untuk
Setelah dilakukan kebutuhan mencegah
asuhan pasien terjadinya syok
keperawatan hivopolemik`
selama 3x24 4. Mengobserva 4. Memantau
gangguan si keluhan kondisi pasien
keseimbangan umum dan selama masa
cairan elektrolit kelahan. perawatan
tubuh teratasi terutama saat
dengan kriteria terjadi

39
hasil : perdarahan
1. Lemah hilang sehingga
2. Hasil TTV dapat diketahui
dalam batas tanda syok dan
normal dapat segera
3. Nilai trombosit ditangani.
normal 5. Anjurkan klien 5. Mempertahank
untuk minum an sirkulasi
air yang dan
banyak mempercepat
sekitar proses
1320cc/hari penyembuhan
atau setara untuk
dengan 5 memenuhi
gelas. kebutuhan
cairan.
6. Lakukan 6. Untuk
pengambilan mengetaahui
darah rutin terjadinya
per/24 jam peningkatan
sekali jam atau
18.00 WIB. penurunan
pada serial
darah rutin.
7. Mengecek 7. Untuk
hasil serial mengetahui
pemeriksaan tingkat
darah rutin kebocoran
pembuluh
darah yang
dialami pasien

40
2 12 Nutrisi Tupen: 1. tentukan 1. mengidentifika
Sep kurang Setelah dilakukan program diet si
2019 dari asuhan dan pola penyimpangan
kebutuh keperawatan makan an dan
an tubuh selama 1x24 jam pasien. kekurangan
nutrisi kurang dari dan
kebutuhan tubuh penyimpangan
teratasi dengan dari kebutuhan
kriteria hasil : kalori.
1. mual berkurang 2. kolaborasikan 2. Makanna yang
2. kebutuhan dengan tim disukai pasien
kalori gizi untuk akan dapat
bertambah mengidentifik meningkatkan
asi makanan rasa lapar.
Tupan : yang disukai
Setelah dilakukan atau
asuhan dikehendaki
keperawatan sesuai
selama 3x24 jam dengan yang
nutrisi kurang dari sesuai
kebutuhan tubuh dengan
teratasi dengan program diet.
kriteria hasil : 3. Ajarkan 3. Meningkatkan
1. mencerna pasien dan rasa
jumlah kalori libatkan keterlibatan,
dan nutrisi yang keluarga memberikan
tepat pasien pada informasi
2. menunjukan perencanaan kepada
tingkat energi makanan keluarga untuk
biasanya sesuai memahami
indikasi. nutrisi pasien
4. Kolaborasi 4. Pemberian
dengan obat antimual

41
dokter dalam dapat
pemberian mengurangi
terapi rasa mual
antimual sehingga
kebutuhan
nutrisi pasien
terpenuhi.
3 11 Ganggu Tupen : 1. Observasi 1. Mengindikasi
Sep an rasa Setelah dilakukan tingkat nyeri. kebutuhan
2019 nyaman asuhan untuk
nyeri keperawatan intervensi dan
selama 1x24 jam juga tanda-
gangguan rasa tanda
nyaman nyeri perkembangan
teratasi dengan /resolusi
kriteria hasil : komplikasi.
1. Nyeri berkurang 2. Berikan 2. Lingkungan
lingkungan yang nyaman
Tupan : yang tenang akan
Setelah dilakukan dan nyaman membantu
asuhan dan tindakan proses
keperawatan kenyamanan relaksasi.
selama 3x24 jam 3. Ajarkan 3. Relaksasi akan
gangguan rasa pasien tenik memindahkan
nyaman nyeri relaksasi rasa nyeri
teratasi dengan dengan cara
kriteria hasil : mendengarka
1. Nyeri hilang n murotal
2. Ttv dalam batas quran .
normal 4. Kolaborasikan 4. Memberikan
dengan rasa
dokter dalam penghilang
pembrian nyeri

42
obat
analgesic
4. 13 Resiko Tupan: 1. Monitor tanda 1. Penurunan
Sep Perdara Setelah dilakukan penurunan trombosit
2019 han asuhan trombosit merupakan
keperawatan yang disertai kebocoran
selama 3x24 jam gejala klinis. pembuluh
resiko perdarahan darah.
teratasi dengan 2. Anjurkan 2. Akivitas pasien
kriteria hasil : pasien untuk yang tidak
1. Tidak terjadi banyak terkontrol
perdarahan istirahat. dapat
2. Ttv dalam batas menyebabkan
normal perdarahan
3. Beri
3. Trombosit 3. Membantu
penjelasan
150.000- pasien
untuk segera
450.000 mendapatkan
melapor bila
penanganan
ada tanda
sedini
perdarahan
mungkin.
lebih lanjut.
4. Memotivasi
4. Jelaskan
pasien untuk
manfaat obat
meminum obat
yang
sesuai dosis
diberikan
yang diberikan

43
VI. CATATAN IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn.S
Dx Medis : DHF
No MR : 199917
No No Tanggal/ Implementasi (Respon Paraf Evaluasi
Dx Jam dan atau hasil) (SOAP) dan
Kep Paraf
1. 1 11/09/19 1. Mengobservasi TTV Pukul 14..00
08.00 R/ TTV WIB
WIB Td: 109/62 mmHg S:Klien
Dines Nadi: 60 x/menit mengataka
pagi Respirasi: 20 x/menit n frekuensi
Suhu: 36,8 0C minum
09.00 2. Memonitor tetesan klien
infus menjadi 4
R/ 30 tetes/menit gelas
09.05 3. Mengobservasi sehari
keluhan umum dan O:mukosa
kelelahan. mulut klien
09.10 4. Menganjurkan klien tampak
untuk minum air kering,
yang banyak sekitar konjungtiva
1320cc/hari atau anemis
setara dengan 5 dan klien
gelas. tampak
18.00 5. melakukan hanya
WIB pengambilan darah berbaring
rutin per/24 jam di tempat
sekali jam 18.00 tidur
WIB A : Masalah
20.30 6. Mengecek hasil teratasi
WIB serial pemeriksaan sebagian
darah rutin P : Intervensi

44
dilanjutkan

12/9/19 1. Mengobservasi TTV 19.20 WIB


Pukul R/ TTV S:Klien
07.30 Td: 109/62 mmHg mengataka
WIB Nadi: 60 x/menit n frekuensi
Respirasi: 20 x/menit minum
Suhu: 36,8 0C klien
13.00 2. Memonitor cairan menjadi 5
WIB R/ intake: 6400 dan gelas
output: 3200 sehari
07.40 3. Memonitor tetesan O:mukosa
WIB infus mulut klien
R/ 20 tetes x/menit tampak
08.00 4. Mengobservasi lembab,
WIB keluhan umum dan konjungtiva
kelelahan. merah
R/ klien tampak lebih muda.
segar A : Masalah
07.45 5. Menganjurkan klien teratasi
WIB untuk minum air P : Intervensi
yang banyak. dihentikan
R/ klien mengikuti
anjuran dengan
minum yang banyak
10.00 6. Melakukan
WIB pengambilan hasil

45
darah rutin per/24
jam sekali jam 10.00
WIB
R/ ht 15,8, leukosit
6500, et 5.6, ht 47,1,
dan trombo 39000
16.00 7. Memonitor intake &
WIB output
R/ intake 7200 dan
ouput 700
2 II 11/9/19 1. menentukan 19.30 WIB
Pukul program diet dan S:Klien
07.30 pola makan pasien. mengataka
WIB R/ diit TD 2 na mual
08.30 2. melakukan berkurang
kolaborasi dengan dan makan
tim gizi untuk hanya 4
mengidentifikasi sendok
makanan yang O:klien terlihat
disukai atau makan
dikehendaki sesuai sedikit
dengan yang sesuai A : Masalah
dengan program teratasi
diet. sebagian
R/ pasien P : Intervensi
mengatakan tidak dilanjutkan
ada pantrangan
15.00 3. mengajarkan pasien
WIB dan libatkan
keluarga pasien
pada perencanaan
makanan sesuai
indikasi.

46
R/ makan sedikit tapi
sering
11.00 4. Melakukan
WIB kolaborasi dengan
16.00 dokter dalam
WIB pemberian terapi
13.00 antimual
WIB Pantoprazole Iv 1x1
20.00 Ondansentron Iv 3x1
WIB Braxidin PO 2x1
Sukralfat PO 3x1
R/ klien mengatakan
mual nya berkurang
dan nafsu makan
meningkat pagi
hanya 3 sendok dan
siang 4 sendok
12/9/19 1. mentukan program 20.10 WIB
Pukul diet dan pola makan S:Klien
08.00 pasien. mengataka
WIB R/ diit TD 2 na mual
08.30 7. Melakukan hilang,
WIB kolaborasikan danmakan
dengan tim gizi sisa sedikit
untuk O:klien terlihat
mengidentifikasi nafsu
makanan yang makan
disukai atau meningkat
dikehendaki sesuai A : Masalah
dengan yang sesuai teratasi
11.00 8. Melakukan P : Intervensi
WIB Kolaborasi dengan dihentikan
16.00 dokter dalam

47
WIB pemberian terapi
13.00 antimual
WIB Pantoprazole Iv 1x1
20.00 Ondansentron Iv 3x1
WIB Braxidin PO 2x1
Sukralfat PO 3x1
R/ klien mengatakan
mual nya hilang dan
nafsu makan
meningkat pagi
hanya 1/2 porsi dan
siang sisa sedikit
3 III 11/9/19 1. mengobservasi 21.00 WIB
Pukul tingkat nyeri. S:Klien
09.30 R/klien mengatakan mengatakan
WIB nyeri otot dirasakan nyeri pada
diseluruh tubuh otot
10.00 2. memberikan berkurang
WIB lingkungan yang O:klien terlihat
tenang dan nyaman sedikit tenang
dan tindakan A : Masalah
kenyamanan teratasi
R/klien mengatakan sebagian
tidak bisa P : Intervensi
beristirahat dengan dilanjutkan
lampu yang menyala
10.30 3. mengajarkan pasien
WIB tenik relaksasi
dengan cara
mendengarkan
murotal quran .
R/ klien mengatakan
saat mendengar

48
murotal quran klien
merasa tenang
13.00 4. melakukan
WIB kolaborasi dengan
20.00 dokter dalam
WIB pembrian obat
analgesic
PCT fls IV 3x1
PCT PO 3x1
12/9/19 1. mengobservasi 20.10 WIB
Pukul tingkat nyeri. S:Klien
09.30 R/klien mengatakan mengatakan
WIB nyeri berkurang nyeri pada
10.00 2. memberikan otot hilang
WIB lingkungan yang O:klien terlihat
tenang dan nyaman tenang
dan tindakan A : Masalah
kenyamanan teratasi
R/klien mengatakan P : Intervensi
tidak bisa dihentikan
beristirahat dengan
nyaman karena nyeri
berkurang
10.30 3. mengajarkan pasien
WIB tenik relaksasi
dengan cara
mendengarkan
murotal quran .
R/ klien mengatakan
saat mendengar
murotal quran klien
merasa tenang
13.00 4. melakukan

49
WIB kolaborasi dengan
20.00 dokter dalam
WIB pembrian obat
analgesic
PCT fls IV 3x1
PCT PO 3x1
4 IV 11/9/19 1. Memonitor tanda 21.00 WIB
Pukul penurunan trombosit S:Klien
08.00 yang disertai gejala mengatakan
WIB klinis. Lemas
R/hasil trombosit O:klien
35.000 tampak
08.30 2. Menganjurkan kelelahan dan
WIB pasien untuk banyak lesu
istirahat. A : Masalah
R/klien mengatakan teratasi
lemas sebagian
3. memberikan P : Intervensi
09.40 penjelasan untuk dilanjutkan
WIB segera melapor bila
ada tanda
perdarahan lebih
lanjut.
R/keluarga klien
mengatakan jika ada
sesuatu akan segera
memanggil perawat
11.00 4. menjelaskan
WIB manfaat obat yang
13.00 diberikan
WIB R/klien mengatakan
16.00 mengerti dari setiap
WIB masing2 obat yang

50
20.00 diberikan oleh
WIB perawat

12/9/19 1. Memonitor tanda 21.00 WIB


Pukul penurunan trombosit S:Klien
08.00 yang disertai gejala mengatakan
WIB klinis. lemas hilang
R/hasil trombosit O:klien terlihat
39.000 terdapat lebih segar
kenaikan hasil A : Masalah

trombosit teratasi
08.30 2. Menganjurkan P : Intervensi
WIB pasien untuk banyak dihentikan

istirahat.
R/klien mengatakan
lemas berkurang
09.40 3. memberikan
WIB penjelasan untuk
segera melapor bila
ada tanda
perdarahan lebih
lanjut.
R/keluarga klien
mengatakan jika ada
sesuatu akan segera
memanggil perawat
11.00 4. menjelaskan
WIB manfaat obat yang
13.00 diberikan
WIB R/klien mengatakan
16.00 mengerti dari setiap

51
WIB masing2 obat yang
20.00 diberikan oleh
WIB perawat

13/9/2019 Semua
Pukul 13.00 intervensi
teratasi dan
pasien pulang

52
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada tn. S dengan


gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit di ruang zaitun 1 RSUD AL IHSAN
provinsi jawa barat maka pada pembahasan ini akan membandingkan antara
teoeri dengan kasus yang ditemukan dilahan praktek adapun pembahasan ini
meliputi proses pengkajian, diagnosa keperawatan,intervensi dan evaluasi.
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilakukan dimana penulis berusaha mengkaji secara menyeluruh melalui aspek
bio-psiko-sosial dan spritual. Pengkajian yang dilakukan pada penuisan ini
berfokus pada pengkajian kebutuhan cairan dan elektrolit.
Pada pengkajian didapatkan data Tn.S demam sejak 4 hari yang lalu,
demam secara tiba-tiba disertai nyeri badan, mual, tekanan darah 109/62 mmHg,
nadi 60 x/menit, ketika saat pengkajian suhu tubuh turun menjadi 36,8 OC. hal ini
sesuai dengan teori tanda dan gejala DHF yang ditemukan oleh Soegijanto
(2010). Gejala klinis DHF ditandai dengan demam secara tiba-tiba, pembesaran
plasma ditandai dengan hipotensi, kaki dan tangan dingin.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan data turgor kulit jelek, mukosa mulut
kering, bibir kering dan pecah-pecah, konjungtiva anemis, mata cekung.Tekanan
darah 109/62 mmHG, suhu tubuh 36,8OC, frekuensi nadi 60x permenit, nadi
lemah. Hal ini menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang dikemukakan oleh
Sodikin (2011). Menurut Sodikin (2011) tanda-tanda dehidrasi adalah ubun-ubun
dan mata cekung, tonus otot berkurang, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), membran mukosa kering.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF
dengan pemenuhan keseimbangan cairan dan elektrolit di ruang Zaitun
RSUD Al-Ihsan. Kelompok menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengumpulan data ditemukan pada pemeriksaan fisik
ditemukan data turgor kulit jelek, mukosa mulut kering, bibir kering dan
pecah-pecah, konjungtiva anemis, mata cekung.Tekanan darah 109/62
mmHG, suhu tubuh 36,8 OC, frekuensi nadi 60x permenit, nadi lemah.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa kelompok lakukan pada Tn.S
maka kelompok menemukan masalah keperawatan dengan 4 diagnosa
yaitu: gangguan keseimbangan cairan elektrolit tubuh berhubungan
dengan oermiabilitas kapiler, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan proses penyakit, dan resiko perdarahan.
3. Dalam perencanaan ini kelompok berfokus pada 4 diagnosa,
pelaksanaan yang dilakukan 4 hari kelompok dapat melaksanakan
semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka kelompok merekomendasikan berupa saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi pasien
Diharapkan agar keluarga pasien meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit DHF (dengue hemoragic fever)
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan memberikan pengetahuan baru
tentang penanganan penyakit DHF dengan melakukan penyuluhan
keperawatan.

54

Anda mungkin juga menyukai