Disusun oleh :
1. Syahrul Ditalailasari 010118A136
2. Yuli Supriyanto 010118A154
3. Yunindia Putri R 010118A157
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Indonesia Penyakit Demam Berdarah Dingue atau Dengue Hemoragic Fiver
(DHF) masih menjadi masalah pokok kesehatan didunia dan juga di Indonesia.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok
umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
(KEMENKES RI, 2018). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh
virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Penderita yang tinggal di daerah
endemis dapat terinfeksi lebih dari 1 serotipe selama hidupnya (Tomia, dkk, 2016).
Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung virus dingue.
Dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat perkembangbiakan larva nyamuk
aedes aegypti, dan kurangnya pengetahuan masyarakat yang menyebabkan seringnya
terjadi epidemis dengue, (Malela dalam Umboh, 2016). Sebagian besar penderita
menunjukkan gejala demam yang tidak khas. Tanda dan gejala demam dengue yang
klasik antara lain berupa demam tinggi yang menimbulkan masalah keperawatan
hipertermi yang terjadi secara mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata
(retro-orbital),rasa sakit pada otot dan tulang. Mual muntah, badan lemas yang
menyebabkan munculnya masalah keperawatan kekurangan volume cairan.Sakit
tenggorokan, ruam kulit makulopapuler.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Demam dengue adalah contoh penyakit yang disebarkan oleh vektor. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia yaitu oleh nyamuk
Aedes Aegypti. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan berkembang biak pada sumber
air yang mandek (Sezanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2013).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
infeksi yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat (Kemenkes RI, 2011).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang disebabakan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah (Ambarwarti dan Nasution, 2012).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
a. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet,
trombosit dan hemokonsentrasi.
b. Derajat 2
Derajat 1 d isertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari
d. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan daraqh tidak dapat diukur,
biasa disebut DSS (Dengue Syock Syndrom).
System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus digestivus dan dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Selain itu sistem
organ sirkulasi.
1. Jantung
thorax, di antara paru-paru agak lebih ke arah kiri. Struktur jantung meliputi:
atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri, katup trikuspidalis, katup
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana Jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh.
saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompa darah.
Fungsi pembuluh darah adalah mengangkut transportasi darah dari jantung ke
seluruh bagian tubuh dan mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali
ke jantung. fungsi ini disebut sirkulasi darah. Selain dari itu juga darah mengangkut
Gas Gas, zat makanan, sisa metabolisme, hormon, antibodi, dan keseimbangan
elektrolit..
2) Tunika media: lapisan Tengah yang terdiri dari jaringan otot polos sifatnya
sangat elastis mempunyai sedikit jaringan fibrosa, karena susunan otot
Tunika ini Arteri dapat berkontraksi dan berdilatasi.
3) Tunika eksterna lapisan yang paling luar terdiri dari jaringan ikat gembur
untuk memperkuat dinding Arteri jaringan fibrotik yang elastis.
b) Pembuluh kapiler
Kapiler adalah Pembuluh darah yang sangat kecil sehingga disebut juga
pembuluh rambut titik pada umumnya kapiler-kapiler meliputi sel-sel jaringan
karena secara langsung berhubungan dengan sel. Kapiler terdiri dari:
1) Kapiler Arteri, tempat berakhirnya Arteri titik Makin kecil arterial makin
hilang lapisan dinding dari Arteri sehingga pada kapiler Arteri lapisan
dinding hanya menjadi 1 lapisan yaitu lapisan endotelium dan lapisan yang
sangat tipis ini memungkinkan cairan darah atau limfa merembes keluar
membentuk cairan jaringan, membawa air mineral dan zat makanan melalui
pertukaran gas antara pembuluh kapiler dengan jaringan sel. Kapiler juga
menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
2) Kapiler vena, lapisannya hampir sama dengan kapiler Arteri titik fungsinya
adalah membawa zat sisa yang tidak terpakai oleh jaringan sel berupa zat
ekskresi dan karbondioksida. Darah dibawa keluar dari tubuh melalui v nol,
Vena, dan seterusnya keluar tubuh melalui tiga Proses yaitu pernafasan,
keringat dan feses.
Beberapa vena yang penting adalah: Vena cava superior (membawa darah kotor
dari kepala, thorax, dan ekstrimitas atas ke atrium kanan), vena cava inferior
pulmonalis (vena yang membawa darah dari paru-paru ke jantung), dan vena
d) Aorta
Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar, keluar dari jantung
bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens membelok ke belakang melalui
radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang columna vertebralis menembus
diafragma, turun ke abdomen. Jalan Arteri terdiri dari tiga bagian:
1) Portal asenden, muncul pada basis ventrikel sinistra berjalan ke atas dan ke
depan titik panjangnya kira-kira 5 cm mempunyai cabang A. Coronaria dextra
berasal dari sinus anterior aorta, A. koronaria sinetron berasal dari sinus
posterior jenis trah. Kedua Arteri ini memberikan darah untuk jantung.
2) Arcus aorta merupakan lanjutan dari aorta ascendens melengkung ke arah kiri,
terletak di belakang manubriunt sterni, berjalan ke atas, ke belakang, dan ke
kiri depan trakea, kemudian berjalan ke bawah sebelah kiri trakea setinggi
angulus sterni. Arcus aorta mempunyai cabang A. Brakhiosefalika, A.
Subclavia sinistra, dan A. Karotis kommunis sinistra.
3) Aorta descendens, adalah lanjutan dari arcus aorta menurun mulai dari
vertebrae torakalis IV sampai vertebrae lumbalis IV. Ortop berjalan di
mediastinum posterior sampai vertebrae XII, melewati hiatus aorticus
diafragma titik di garis tengah melanjutkan diri ke bawah sampai lumbalis IV.
Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:
a. Aliran darah koroner.
b) Arteri intraventrikular anterior memberitahu untuk otot jantung kiri depan dan
septum jantung, mengurus distribusi darah untuk daerah otot jantung kiri
bagian lateral kiri dan otot jantung kiri bagian posterior titik bila terjadi
sumbatan aliran darah koroner pada satu cabang maka akan menyebabkan
iskemia infark miokard di daerah tertentu.
Aliran darah balik, darah vena yang berasal dari usus halus usus besar dan
lambung dan hati titik aliran darah sistem portal ini mempunyai 1 pintu keluar ya
itu Vena portal ke Arteri hepatika menuju ke hati keluar ke Vena hepatika, masuk
ke jantung melalui Vena cava inferior. Hati merupakan organ terbesar yang
memproses bermacam-macam jenis reaksi kimia, dan menerima zat makanan dari
sistem pencernaan titik kerusakan struktur jaringan hati menyebabkan aliran darah
tidak lancar karena jaringan hati mengerut sehingga darah tidak dapat dialirkan.
d. Aliran darah sistemik mulai dari ventrikel sinistra ke aorta masuk ke seluruh tubuh
di pembuluh darah arteri bercabang menjadi arteriole kemudian menjadi kafir
masuk ke dalam jaringan atau sel, keluar menjadi kapiler Vena (venolis kurung
dua, kemudian menjadi Vena, masuk kembali ke jantung melalui Vena cava
Superior dan vena cava inferior.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma dan sel-sel
darah ((Pearce, 2006: 123). Sedangkan menurut Syaifudin (2002: 58), darah adalah
jaringan tubuh yang terdapat dalam pembuluh yang berwarna merah. Proses
pembentukan sel darah terjadi di tiga tempat, yaitu sumsum tulang, hepar, dan
limpa. Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa sekitar 1/3 dari berat
badan atau kira-kira sebanyak 4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda pada masing-masing
orang tergantung pada umur, jenis kelamin, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh
darah.
a. Fungsi Darah
1) Sel darah
2) Plasma darah
Bagian darah encer yang tanpa sel darah, warna bening kekuningan,
jumlah hampir 90 % plasma darah terdiri dari:
1. Fibrinogen yang berperan dalam pembekuan darah,
2. Garam-garam mineral,
3. Protein darah (albumin dan globulin),
4. Zat makanan (asam amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin),
5. Hormon, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh,
6. Antibody atau antitoksin.
C. Etiologi
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam
genus Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui
vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya seperti Aedes
Albopictus dan Aedes Polynesiensis.
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari dan
akan mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti demam,
nyeri,otot dan atau sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati,
trombositipenia, dan diathesis hemoragik.
D. Patofisiologi
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan
klien mengalami viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan
yang munkin terjadi pada system vaskuler.
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada system vascular
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan
penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume
plasma dapat menurun hingga 30 %. Hal inilah yang dapat menyebabkan seseurang
mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera
ditangani dapat menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolic yang pada
akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian.
Viremia juga menimbulkan agregasi trombosit dalam darah sehingga
menyebabkan trombositopeni yang berpangaruh pada proses pembekuan darah.
Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat keocoran plasma yang berakhir pada
perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya menimbulkan
tanda seperti munculnya purpura, ptekie, hematemesis, ataupun melena.
PATHWAYS
Defisit Nutrisi
Risiko
Ketidakseimba
ngan Cairan
Hipertermia
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut:
a) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). Demam tinggi
mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal atau lebih
rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian, rasa
lemah serta nyeri perut.
b) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (purpura) perdarahan.
c) Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Faeses) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
d) Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali). Pada permulaan dari demam biasanya
hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba.
Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
e) Renjatan Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi
pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.
f) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
g) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
h) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit
kepala.
i) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
j) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2006: 23) adalah:
1) Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.
Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena (Hadinegoro, 2006:
24).
2) Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS
juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
G. Penatalaksanaan
adalah :
permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan
2) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian tipis dan yang dapat menyerap
keringat.
(Wilkhinson, 2011).
Pada dasarnya DBD atau DHF bersifat simtomatis dan suportif. Pengobatan
terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan
hidup. Pasien yang diduga kuat mengalami DBD harus dirawat di rumah sakit karena
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak minum, yaitu 1 ½
samapi 2 liter dalam waktu 24 jam. Dapat juga diberikan teh manis, susu, sirum,
ataupun oralit.
antipiretik dan kompres hangat. Jika terjadi kejang harus luminal atau pemberian anti
konvulsan lainnya. Infus diberikan pada klien DBD tanpa renjatan bila pasien
terus menerus muntah dan tidak dapat diberi minum sehingga terjadi resiko tinggi
tanda-tanda vital secara klinis (hipotensi dan penurunan nadi). Sedangkan turunnya
nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada
pasien DBD harus diperikasa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari untuk menentukkan
(Central Venous Pressure) yang berfungsi sebagai pengaturan vena sentral untuk
mngukur tekanan vena sentral melalui vena jugularis. Biasanya pemasangan alat ini
digunakan sebagai indikasi jika klien terjadi penurunan HB dan Ht sedangkan tidak
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan
Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Fadhilah, Harif; PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Edisi 1. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Fadhilah, Harif; PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019. Standart Luaran Keperawatan
Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Fadhilah, Harif; PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita
5) Riwayat Imunisasi
6) Riwayat Gizi
7) Kondisi Lingkungan
8) Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajga kesehatan.
9) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai
berikut :
a) Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan andi elmah.
b) Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d) Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit
tampak biru.
10) Sistem Integumen
11) Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandi dengan
suhu tubuh meningkat, akral hangat, takikardia dan menggigil.
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual,
muntah, dan nafsu makan yang menurun.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam ditandai dengan
mukosa kering, turgor kulit menurun, oliguri, anak tampak lemas, BB
menurun
C. Intervensi Keperawatan