Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN

DENGUE HEMORAGIC FIVER (DHF)


Dosen pengampu : Ns. Natalia Devi Oktarina, S.Kep., M.Kep.

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Anak II

Disusun oleh :
1. Syahrul Ditalailasari 010118A136
2. Yuli Supriyanto 010118A154
3. Yunindia Putri R 010118A157

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Indonesia Penyakit Demam Berdarah Dingue atau Dengue Hemoragic Fiver
(DHF) masih menjadi masalah pokok kesehatan didunia dan juga di Indonesia.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok
umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
(KEMENKES RI, 2018). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh
virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Penderita yang tinggal di daerah
endemis dapat terinfeksi lebih dari 1 serotipe selama hidupnya (Tomia, dkk, 2016).
Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung virus dingue.
Dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat perkembangbiakan larva nyamuk
aedes aegypti, dan kurangnya pengetahuan masyarakat yang menyebabkan seringnya
terjadi epidemis dengue, (Malela dalam Umboh, 2016). Sebagian besar penderita
menunjukkan gejala demam yang tidak khas. Tanda dan gejala demam dengue yang
klasik antara lain berupa demam tinggi yang menimbulkan masalah keperawatan
hipertermi yang terjadi secara mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata
(retro-orbital),rasa sakit pada otot dan tulang. Mual muntah, badan lemas yang
menyebabkan munculnya masalah keperawatan kekurangan volume cairan.Sakit
tenggorokan, ruam kulit makulopapuler.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Demam dengue adalah contoh penyakit yang disebarkan oleh vektor. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia yaitu oleh nyamuk
Aedes Aegypti. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan berkembang biak pada sumber
air yang mandek (Sezanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2013).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
infeksi yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat (Kemenkes RI, 2011).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang disebabakan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah (Ambarwarti dan Nasution, 2012).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri

demam, manifestasi perdarahan, dan bertendensi mngakibatkan renjatan (syok)

yang dapat menyebabkan kematian.

Klasifikasi DHF, menurut WHO berdasarkan tanda klinisnya, dibagi

menjadi empat derajat yaitu:

a. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet,
trombosit dan hemokonsentrasi.
b. Derajat 2
Derajat 1 d isertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari
d. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan daraqh tidak dapat diukur,
biasa disebut DSS (Dengue Syock Syndrom).

B. Anatomi Fisiologi Sistem Sirkulasi

System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari

traktus digestivus dan dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Selain itu sistem

sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke

ginjal, paru-paru yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.organ-

organ sirkulasi.

1. Jantung

Merupakan organ yang berbentuk kerucut yang ada di dalam rongga

thorax, di antara paru-paru agak lebih ke arah kiri. Struktur jantung meliputi:

atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri, katup trikuspidalis, katup

bikuspidalis, endokardium, miokardium, dan perikardium.

2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana Jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh.
saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompa darah.
Fungsi pembuluh darah adalah mengangkut transportasi darah dari jantung ke
seluruh bagian tubuh dan mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali
ke jantung. fungsi ini disebut sirkulasi darah. Selain dari itu juga darah mengangkut
Gas Gas, zat makanan, sisa metabolisme, hormon, antibodi, dan keseimbangan
elektrolit..

Pembuluh darah terdapat tiga macam, yaitu:


a) Pembuluh Darah Nadi (Arteri)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh arteri yang berperan penting, antara lain: arteri koronaria
(mendarai dinding jantung), arteri subklavikula (arteri bawah selangka yang
bercabang dan melewati aksila), arteri brachialis (pada lengan atas), arteri
radialis (pada pangkal ibu jari), arteri karotis (mandarah kepala dan otak), arteri
temporalis (arteri yang teraba pada bagian depan telinga), arteri facialis (teraba di
sudut bawah rahang), arteri femoralis (berjalan ke bawah mneyusuri paha menuju
ke belakang lutut), arteri tibia (arteri pada kaki), dan arteri pulmonalis (arterio
yang menuju ke paru-paru).
Arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi mempunyai sifat yang
sangat elastis komet terdiri dari tiga lapisan:
1) Tunika intima (interna): lapisan yang paling dalam, berhubungan dengan
darah terdiri dari lapisan endotelium dan jaringan fibrosa.

2) Tunika media: lapisan Tengah yang terdiri dari jaringan otot polos sifatnya
sangat elastis mempunyai sedikit jaringan fibrosa, karena susunan otot
Tunika ini Arteri dapat berkontraksi dan berdilatasi.

3) Tunika eksterna lapisan yang paling luar terdiri dari jaringan ikat gembur
untuk memperkuat dinding Arteri jaringan fibrotik yang elastis.

b) Pembuluh kapiler

Kapiler adalah Pembuluh darah yang sangat kecil sehingga disebut juga
pembuluh rambut titik pada umumnya kapiler-kapiler meliputi sel-sel jaringan
karena secara langsung berhubungan dengan sel. Kapiler terdiri dari:
1) Kapiler Arteri, tempat berakhirnya Arteri titik Makin kecil arterial makin
hilang lapisan dinding dari Arteri sehingga pada kapiler Arteri lapisan
dinding hanya menjadi 1 lapisan yaitu lapisan endotelium dan lapisan yang
sangat tipis ini memungkinkan cairan darah atau limfa merembes keluar
membentuk cairan jaringan, membawa air mineral dan zat makanan melalui
pertukaran gas antara pembuluh kapiler dengan jaringan sel. Kapiler juga
menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
2) Kapiler vena, lapisannya hampir sama dengan kapiler Arteri titik fungsinya
adalah membawa zat sisa yang tidak terpakai oleh jaringan sel berupa zat
ekskresi dan karbondioksida. Darah dibawa keluar dari tubuh melalui v nol,
Vena, dan seterusnya keluar tubuh melalui tiga Proses yaitu pernafasan,
keringat dan feses.

c) Pembuluh Darah Balik (Vena)

Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung.

Beberapa vena yang penting adalah: Vena cava superior (membawa darah kotor

dari kepala, thorax, dan ekstrimitas atas ke atrium kanan), vena cava inferior

(mengembalikan darah kotor dari tubuh bagian bawah ke jantung), vena

pulmonalis (vena yang membawa darah dari paru-paru ke jantung), dan vena

jugularis (vena yang membawa darah dari otak kembali ke jantung).

d) Aorta
Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar, keluar dari jantung
bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens membelok ke belakang melalui
radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang columna vertebralis menembus
diafragma, turun ke abdomen. Jalan Arteri terdiri dari tiga bagian:
1) Portal asenden, muncul pada basis ventrikel sinistra berjalan ke atas dan ke
depan titik panjangnya kira-kira 5 cm mempunyai cabang A. Coronaria dextra
berasal dari sinus anterior aorta, A. koronaria sinetron berasal dari sinus
posterior jenis trah. Kedua Arteri ini memberikan darah untuk jantung.

2) Arcus aorta merupakan lanjutan dari aorta ascendens melengkung ke arah kiri,
terletak di belakang manubriunt sterni, berjalan ke atas, ke belakang, dan ke
kiri depan trakea, kemudian berjalan ke bawah sebelah kiri trakea setinggi
angulus sterni. Arcus aorta mempunyai cabang A. Brakhiosefalika, A.
Subclavia sinistra, dan A. Karotis kommunis sinistra.

3) Aorta descendens, adalah lanjutan dari arcus aorta menurun mulai dari
vertebrae torakalis IV sampai vertebrae lumbalis IV. Ortop berjalan di
mediastinum posterior sampai vertebrae XII, melewati hiatus aorticus
diafragma titik di garis tengah melanjutkan diri ke bawah sampai lumbalis IV.
Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:
a. Aliran darah koroner.

Aliran darah yang mendistribusikan darah di dalam otot jantung melalui


pembuluh darah utama:

a) Arteri koronaria kanan yang mengurus distribusi nutrisi dan daerah-daerah


otot jantung kanan depan dan belakang serta otot jantung kiri bagian belakang
bawah berhadapan dengan diafragma.

b) Arteri intraventrikular anterior memberitahu untuk otot jantung kiri depan dan
septum jantung, mengurus distribusi darah untuk daerah otot jantung kiri
bagian lateral kiri dan otot jantung kiri bagian posterior titik bila terjadi
sumbatan aliran darah koroner pada satu cabang maka akan menyebabkan
iskemia infark miokard di daerah tertentu.

b. Aliran darah portal.

Aliran darah balik, darah vena yang berasal dari usus halus usus besar dan
lambung dan hati titik aliran darah sistem portal ini mempunyai 1 pintu keluar ya
itu Vena portal ke Arteri hepatika menuju ke hati keluar ke Vena hepatika, masuk
ke jantung melalui Vena cava inferior. Hati merupakan organ terbesar yang
memproses bermacam-macam jenis reaksi kimia, dan menerima zat makanan dari
sistem pencernaan titik kerusakan struktur jaringan hati menyebabkan aliran darah
tidak lancar karena jaringan hati mengerut sehingga darah tidak dapat dialirkan.

c. Aliran darah pulmonal.

Aliran darah dari ventrikel kanan menuju Arteri pulmonalis kemudian


bercabang ke kiri dan paru-paru kanan, bercabang lagi ke alveoli (kapiler alveoli)
sekeliling ravioli tempat terjadinya difusi gas O2 dan CO2 DIY CO2 lebih banyak
berdifusi pada kapiler menuju rongga alveoli, sedangkan O2 lebih banyak
berdifusi pada rongga alveolus menuju kapiler darah titik darah yang kaya oksigen
mengalir menuju Vena pulmonalis sinistra dan vena pulmonalis dextra masuk ke
atrium kiri terus ke ventrikel sinistra, siap dipompakan ke aliran darah sistemik.

d. Aliran darah sistemik mulai dari ventrikel sinistra ke aorta masuk ke seluruh tubuh
di pembuluh darah arteri bercabang menjadi arteriole kemudian menjadi kafir
masuk ke dalam jaringan atau sel, keluar menjadi kapiler Vena (venolis kurung
dua, kemudian menjadi Vena, masuk kembali ke jantung melalui Vena cava
Superior dan vena cava inferior.

3. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma dan sel-sel
darah ((Pearce, 2006: 123). Sedangkan menurut Syaifudin (2002: 58), darah adalah
jaringan tubuh yang terdapat dalam pembuluh yang berwarna merah. Proses
pembentukan sel darah terjadi di tiga tempat, yaitu sumsum tulang, hepar, dan
limpa. Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa sekitar 1/3 dari berat
badan atau kira-kira sebanyak 4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda pada masing-masing
orang tergantung pada umur, jenis kelamin, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh
darah.
a. Fungsi Darah

1) Alat pengangkut untuk mengambil O2 atau zat makanan dan diedarkan ke

seluruh tubuh, mengangkut CO2 untuk dikeluarkan, mengambil zat- zat

makanan dari usus halus untyuk diedarkan ke seluruh jaringan, dan

mengangkat zat-zat yang yidak dibutuhkan tubuh untuk dibuang.

2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan kuman penyakit dan racun

dmelalui kerja leukosit,antibody, dan zat-zat anti racun.

3) Memberi panas ke seluruh tubuh.

b. Bagian bagian Darah

1) Sel darah

Sel-sel darah terdiri dari:


1. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti dan tidak dapat
bergerak. Sel ini berwarna kuning kemerahan dan mengandung Haemoglobin
(Hb). Berfungsi sebagai pengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan.
2. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu. Leukosit berwarna bening dan memiliki inti yang
bermacam-macam. Berfungsi sebagi pertahanan tubuh terhadap kuman atau
bibit penyakit. Terdiri dari sel agranulosit (tidak mempunyai granula)
berupa limfosit (memakan dan membunuh bakteri yang masuk) dan monosit
(sebagai fagosit, berjumlah 34 %). Sel lain memiliki granula (granulosit) yang
terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil.
3. Trombosit (sel plasma)
Merupakan benda-benda kecil yang ukurannya bermacam- macam.
Berwarna putih dan normal berjumlah 150.000 - 450.000/mm3,
trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah.

2) Plasma darah
Bagian darah encer yang tanpa sel darah, warna bening kekuningan,
jumlah hampir 90 % plasma darah terdiri dari:
1. Fibrinogen yang berperan dalam pembekuan darah,
2. Garam-garam mineral,
3. Protein darah (albumin dan globulin),
4. Zat makanan (asam amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin),
5. Hormon, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh,
6. Antibody atau antitoksin.
C. Etiologi
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam
genus Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui
vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya seperti Aedes
Albopictus dan Aedes Polynesiensis.
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari dan
akan mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti demam,
nyeri,otot dan atau sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati,
trombositipenia, dan diathesis hemoragik.

D. Patofisiologi
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan
klien mengalami viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan
yang munkin terjadi pada system vaskuler.
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada system vascular
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan
penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume
plasma dapat menurun hingga 30 %. Hal inilah yang dapat menyebabkan seseurang
mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera
ditangani dapat menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolic yang pada
akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian.
Viremia juga menimbulkan agregasi trombosit dalam darah sehingga
menyebabkan trombositopeni yang berpangaruh pada proses pembekuan darah.
Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat keocoran plasma yang berakhir pada
perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya menimbulkan
tanda seperti munculnya purpura, ptekie, hematemesis, ataupun melena.
PATHWAYS

Defisit Nutrisi

Risiko
Ketidakseimba
ngan Cairan

Hipertermia
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut:
a) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). Demam tinggi
mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal atau lebih
rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian, rasa
lemah serta nyeri perut.
b) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (purpura) perdarahan.
c) Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Faeses) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
d) Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali). Pada permulaan dari demam biasanya
hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba.
Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
e) Renjatan Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi
pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.
f) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
g) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
h) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit
kepala.
i) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
j) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2006: 23) adalah:
1) Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.
Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena (Hadinegoro, 2006:
24).
2) Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS
juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien Anak. Penatalaksanaan pada DHF tanpa syok

adalah :

1) Berikan kompres hangat pada anak. Kompres hangat adalah melapisi

permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan

temperatur maksimal 43 oC.

2) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian tipis dan yang dapat menyerap

keringat.

3) Anjurkan pasien untuk minum sedikit-sedikit tapi sering sesuai kebutuhan

cairan sehari – hari.

4) Observasi TTV tiap 4 jam ( suhu, nadi, respirasi )

5) Lakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit untuk

penanganan lebih lanjut jika demam stabil diatas 37,50 oC

(Wilkhinson, 2011).

Pada dasarnya DBD atau DHF bersifat simtomatis dan suportif. Pengobatan

terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan

hidup. Pasien yang diduga kuat mengalami DBD harus dirawat di rumah sakit karena

memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya syok atau perdarahan yang

dapat mengancam keselamatan pasien .

a. DBD Tanpa Renjatan (Syok)

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan klien

dehidrasi dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak minum, yaitu 1 ½
samapi 2 liter dalam waktu 24 jam. Dapat juga diberikan teh manis, susu, sirum,

ataupun oralit.

Keadaan hiperpireksia adapat diatasi dengan kolaborasi pemberian

antipiretik dan kompres hangat. Jika terjadi kejang harus luminal atau pemberian anti

konvulsan lainnya. Infus diberikan pada klien DBD tanpa renjatan bila pasien

terus menerus muntah dan tidak dapat diberi minum sehingga terjadi resiko tinggi

dehidrasi dan peningkatan hematokrit.

Jika hematokrit cenderung meningkat berarti menunjukkan derajat

adanya kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya perubahan

tanda-tanda vital secara klinis (hipotensi dan penurunan nadi). Sedangkan turunnya

nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada

pasien DBD harus diperikasa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari untuk menentukkan

apakah klien perlu dipasang infus atau tidak.

b. DBD Disertai Renjatan (DSS)


Pasien yang mengalami renjatan atau syok harus segera dipasang infus karena
sebagai pengganti cairan akibat kebocoran plasma. Cairan yang harus diberikan
adalah Ringer laktat, namun jika pemberian cairan tidak dapat mengatasi syok maka
harus diberikan plasma sebanyak 20-30 ml/kg berat badan.
Pada pasien yang mengalami renjatan berkali-kali harus dipasang CVP

(Central Venous Pressure) yang berfungsi sebagai pengaturan vena sentral untuk

mngukur tekanan vena sentral melalui vena jugularis. Biasanya pemasangan alat ini

dilakukan pada klien yang dirawat di ICU.

Transfusi darah dapat diberikan pada klien dengan perdarahan

gastrointestinal yang hebat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal dapat

digunakan sebagai indikasi jika klien terjadi penurunan HB dan Ht sedangkan tidak

terlihat tanda perdarahan di kulit.


H. Pencegahan
Menurut Wijaya dan Putri (2013) pencegahan DBD dapat dilakukan dengan
pemberantasan vector. Pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Menggunakan insektisida
a. Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dengan pengasapan (thermal
fogging) atau pengabutan (cold fogging).
b. Temephis (abate) untuk membunuh jentik (larvasida) dengan menaburkan
pasir abate ke bejana tempat penampungan air bersih. Dosis yang digunakan
adalah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah :
1) Menguras tempat penampungan air minimal 1 kali seminggu (perkembangan
telur nyamuk lamanya 7-10 hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol, dan benda lain tempat
nyamuk bersarang.
4) Perlindungan perseorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan memasang
kawat kasa di lubang angin, tidur dengan menggunakan kelambu.

PSN juga dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :


1) ‘3M-Plus’, dimana :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,
drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan
lain-lain (M2).
c. Mendaur ulang barang-barang yang dapat menampung air hujan (M3). Selain itu,
ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti :
a) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali.
b) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
c) Menutup lubang pada potongan bambu/pohon dan lainnya.
d) Menaburkan bubur larvasida, misalnya tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air.
e) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak-bak penampungan air.
f) Memasang kawat kasa
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
h) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
i) Menggunakan kelambu
j) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
(Infodatin Kemenkes RI, 2014)
2) Penyelidikan epidemiologi (PE)
Kegiatan ini merupakan kegiatan kunjungan untuk melakukan pemeriksaan
dan penyelidikan epidemiologi pada rumah dan lingkungan tempat kasus DBD terjadi
dalam rangka upaya memutuskan rantai penularan penyakit DBD.
3) Larvasida
Larvasidasi bertujuan untuk membunuh jentik nyamuk aedes, dengan cara
menaburkan larvasida (abate) pada tempat-tempat penampungan air. Kegiatan ini
dilaksanakan 3 bulan sekali secara selektif pada rumah yang ditemukan jentik dan
dilanjutkan dengan pemberantasan sarang nyamuk.
4) Fogging fokus
Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit yang lebih meluas maka
dilakukan kegiatan fogging focus di lokasi tempat tinggal penderita yang positif DBD
dan sekitar tempat tinggal penderita dengan radius 200 meter, yang bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang
terinfeksi.
5) Penyuluhan
Kegiatan ini selalu dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan.
Kegiatan ini dilaksanakan oelh program sendiri dan juga dilakukan dengan
melibatkan lintas program melalui program promosi dan kesehatan yang melakukan
penyuluhan keliling dan penyuluhan langsung ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan
Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Fadhilah, Harif; PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Edisi 1. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Fadhilah, Harif; PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019. Standart Luaran Keperawatan
Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Fadhilah, Harif; PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF
 
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3) Riwayat penyakit sekarang 
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita 
5) Riwayat Imunisasi
6) Riwayat Gizi
7) Kondisi Lingkungan
8) Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajga kesehatan.
9) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai
berikut :
a) Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan andi elmah.
b) Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada  perdarahan
spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d) Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit
tampak biru.
10) Sistem Integumen 
11) Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandi dengan
suhu tubuh meningkat, akral hangat, takikardia dan menggigil.
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan mual,
muntah, dan nafsu makan yang menurun.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam ditandai dengan
mukosa kering, turgor kulit menurun, oliguri, anak tampak lemas, BB
menurun

C. Intervensi Keperawatan

Standar Luaran Intervensi


1. Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia

Definisi: Pengaturan suhu tubuh agar Definisi: mengidentifikasi dan


tetap berada pada rentang normal. mengelola peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil: akibat disfungsi termoregulasi.
1) Pucat dipertahankan pada Tindakan:
skala 2 ditingkatkan ke skala a. Monitor suhu tubuh
5 b. Monitor haluaran elektrolit
2) Hipoksia dipertahankan pada c. Longgarkan atau lepaskan
skala 2 ditingkatkan ke skala baju
5 d. Berikan cairan oral
3) Kadar glukos darah e. Hindari pemberian
dipertahankan pada skala 1 antipiretik atau aspirin
ditingkatkan ke skala 5 f. Kolaborasikan pemberian
4) Tekanan darah dipertahankan cairan dan elektrolit
pada skala 3 ditingkatkan ke intravena
skala 5

2. Deficit Nafsu makan. Manajemen Nutrisi


Nutrisi
Definisi: keinginan untuk makan Definisi: mengidentifikasi dan
Kriteria hasil: mengelola asupan nutrisi yang
1) Asupan makan skala 2 seimbang
ditingkatkan ke skala 5 Tindakn:
2) Kemampuan merasakan a. Identifikasi status nutrisi
makanan skala 2 ditingktkan b. Identifikasi makanan yang
ke skala 5 disukai
3) Asupan nutrisi skala 3 c. Monitor berat badan
ditingkatkan ke skala 5 d. Monitor asupan makanan
4) Stimulus untuk makan skala 2 e. Sajikan makanan yang
ditingktkan ke skala 5 menarik dan suhu yang
sesuai
f. Berikn supleme makanan
jika perlu
g. Ajarkan duduk jika perlu
h. Ajarkan diet yang
diprogramkan
i. Kolaborasikan dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.

3. Risiko Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan


Ketidakseimbangan
Definisi : Ekuilibrium antara volume Definisi : Mengidentifikasi dan
Cairan
cairan di ruang intraselular dan mengelola keseimbangan cairan
ekstra selular tubuh. dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan cairan.
1) Asupan cairan dipertahankan
pada skala 2 dan ditingkatkan a. Monitor status dehidrasi
ke skala 4 b. Monitor berat badan harian
2) Keluaran urin dipertahankan c. Monitor hasil pemeriksaan
pada skala 2 dan ditingkatkan laboratorium
ke skala 4 d. Catat intake – output dan
3) Kelembaban membrane hitung balans cairan 24 jam
mukosa dipertahankan pada e. Berikan asupan cairan
skala 3 dan ditingkatkan ke sesuai kebutuhan
skala 5 f. Berikan cairan intravena,
4) Dehidrasi sedang jika perlu
dipertahankan pada skala 3 g. Kolaborasi pemberian
dan ditingkatkan ke skala 5 diueretik, jika perlu
5) Denyut nadi radial
dipertahankan pada skala 3
dan ditingkatkan ke skala 5
6) Mata cekung dipertahankan
pada skala 3 dan ditingkatkan
ke skala 4
7) Turgor kulit dipertahankan
pada skala 3 dan ditingkatkan
ke skala 5

Anda mungkin juga menyukai