PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan DHF ?
2. Apakah etiologi dari DHF ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari DHF ?
4. Bagaimana patofisiologi dari DHF ?
5. Bagaimana cara pemeriksaan diagnosa DHF ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis DHF ?
7. Bagaimana cara pengkajian keperawatan DHF ?
8. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan diagnosa DHF ?
9. Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan DHF ?
C. Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan Anak pada pasien
Dengue Hemorraghic Fever (DHF), diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami tentang pengertian dari DHF
2. Memahami tentang etiologi DHF
3. Memahami tentang manifestasi klinis DHF
4. Memahami tentang patofisiologi/pathway DHF
5. Memahami tentang pemerikaan diagnosa DHF
6. Memahami tentang penatalaksanaan medis DHF
7. Memahami tentang pengkajian keperawatan DHF
8. Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan
diagnosa DHF
9. Memahami tentang perencanaan keperawatan DHF
D. Manfaat
1. Bagi instansi pendidikan, menjadi sumber ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan dan menjadi rujukan dalam pengkajian pada penderita DHF.
2. Bagi instansi kesehatan, menjadi sumber acuan dalam melakukan keperawatan
kepada penderita DHF.
3. Bagi profesi keperawatan, menjadi sumber dalam ilmu pengetahuan serta menjadi
acuan dalam hal keperawatan kepada penderita DHF.
4. Bagi pasien dan keluarga, keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala awal
penyakit DHF dan cara menanggulanginya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Dengue Haemorraghic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Dengue Haemorrrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypty. (Suriadi dkk, 2010)
Dangue Haemorraghic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai lokopenia, ruam, limfadenopati, tromsitopeniadan diathesis hemoragik. (Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006)
B. ETIOLOGI
C. KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi menurut (Suriadi, 2006)
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
tornikuet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
3. Derajat III Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab dan gelisah.
4. Derajat IV : Syok berat (profound shock) nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak teratur.
D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis menurut: (Suriadi, 2006)
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit :petekie, ekimosis, dan hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, dan hematuria
4. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, nadi cepat dan lemah)
Demam terbagi berberapa macam, demam diartikan suatu keadaan dimana suhu
tubuh di atas 37,20C. Hipereksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh di atas
41,20C. Beberapa tipe demam yang mungkin ditemukan, antara lain:
1. Pembagian menurut derajatnya :
a. Subfebris : 37,3-38°C
b. Febris : 38-40°C
c. Hipertermi : > 41,1°C
d. Hipertermi maligna : 39-42°C
Catatan:
1. Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal
dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran
tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petekie pada distal yang lebih jauh
daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif.
2. Warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut
sebagai petekie
3. Pasien yg “tek” darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada “tek” 80
mmHg
4. Pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu
Derajat laporan :
(-) = tidak di dapatkan petekie
(+1) = timbul beberapa petekie dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petekie dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petekie diseluruh permukaan pangkal lengan & telapak
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Widoyono proses imunologi dan empat tipe reaksi, yaitu:
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. (Widoyono,
2011)
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. (Widoyono,
2011)
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya plasma pasien mengalami hypovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.
(Widoyono, 2011)
F. Pathway
Trombositopenia Ansietas
Peningkatan kerja sistem Menstimulasi
pencernaan hipotalamus
Peningkatan
premebilitas kapiler
Peningkatan produksi Hipertermi
asam lambung
Kebocoran plasma
Reaksi Inflamasi
pada ektravaskuler
Mual
Nyeri Akut
H. KOMPLIKASI
Hidayat A Aziz Alimul omplikasi yang dapat terjadi pada penderita Dangue
Haemorrhagic Fever (DHF), yaitu:
1. Dehidrasi
2. Perdarahan
3. Hipotensi
4. Bradikardi
5. Kerusakan hati
6. Kelainan ginjal
7. Gangguan kesadaran yang disertai kejang
8. Jumlah platelet yang rendah
9. Kelainan ginjal
10. Prognosa buruk:
a. Syok
Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang
disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan
oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya perdarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya
deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic
Feverapabila terjadi Dengue Shock Syndrom (DSS) yang akan berakibat
kepada kematian.
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Hidayat A Aziz Alimul penatalaksanaan DHF terbagi 4, yaitu:
1. Derajat I
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Pemberian cairan melalui infus
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl) ringer laktat
merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na +
130 mEq/liter, K + 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter, Cl 109mEq/liter dan
Ca = 3 mEq/liter.
e. Pemberian obat-obatan : antibiotik dan antipiretik
f. Anti konvulusi jika terjadi kejang
g. Monitor tanda-tanda vital (TD, N, R dan T)
h. Monitor adanya tanda-tanda rejatan
i. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
j. Pemeriksa HB, HT, dan Trombosit setiap hari
2. Derajat II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kgBB/hari
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit,
air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam jangka waktu 24
jam antara lain sebagai berikut :
1) 100 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB ≤ 25 kg
2) 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
4) 50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sakunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas
d. Apabila ada perubahan hebat maka berikan darah 15 cc/kgBB/hari
3. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kgBB/jam,
apabila ada perbaikan lanjut pemberian RL 10 ml/kgBB/jam, jika nadi dan tensi
tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau ekspander (dekstran L) sebanyak 10ml/kgBB/jam dan
dapat di ulang maksimal 30ml/kgBB/24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian
RL 20 ml/kgBB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi
lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20
ml/kgBB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas.
4. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam,
apabila keadaan tekanan darah baik lanjutkan RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam
b. Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang 2 saluran infus dengan
tujuan satu untuk RL 10 ml/kgBB/1 jam dan satunya pemberian plasma
ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/1 jam
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam di ulangi maksimum 30 ml/kgBB/24 jam
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008)
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik.
1. Identitas pasien
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun terjadi di daerah tropis saat musim hujan), jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS dan No RMK
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Panas atau demam
b. Riwayat kesehatan / penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai mengigil dengan
kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi klinis
perdarahan pada kulit.
c. Riwayat kesehatan / penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah di derita pasien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.
d. Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
Apakah di dalam keluarga atau di sekitar lingkungan ada yang pernah terkena
DHF.
e. Riwayat tumbuh kembang (usia 2 tahun)
Menayakan riwayat imunisasi apabila pasien umurnya dibawa 2 tahun.
3. Pemeriksaan fisik
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Keadaan umum:
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV :Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin
berkeringat dan kulit tampak sianosis.
b. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-
kadang) sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor
kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
f. Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
g. Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
h. Ekstrimitas atas dan bawah.
i. Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
j. Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
k. Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
Pemeriksaan dilakasanakan apabila pasien umurnya dibawah 2 tahun dengan
ditanyakan riwayat imunisasinya.
5. Pemeriksaan penunjang
a. HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.
Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.
Nilai normal : HB = L : 12,0 – 16,8 g/dl.
P : 11,0 – 15,5 g/dl.
PCV /Hm = L : 35 – 48 %.
P : 34 – 45 %.
b. Trombosit menurun 100.000 / mm3.
Nilai normal : L : 150.000 – 400.000/mm3.
P : 150.000 – 430.000/mm3.
c. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.
Nilai normal : L/P : 4.600 – 11.400/mm3.
d. Waktu perdarahan memanjang.
Nilai normal : 1 – 5 menit.
e. Waktu protombin memanjang.
Nilai normal : 10 – 14 detik.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia , mual dan muntah
5. Ansietas b.d Ilness
6. Defisit pengetahuan b.d proses penyakitnya
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil (NIC)
(NOC)
Resiko Blood lose Bleeding precautions
perdarahan severity 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui tanda
berhubungan Setelah di lakukan dan gejalan perdarahan adanya tanda gejala
dengan . perdarahan
trombositopenia tidankan 2. Anjurkan pasien
2. Untuk mengantikan
keperawatan banyak minum air
putih dan banyak cairan yang hilang
selama x 24 jam istirahat. dan membuat pasien
terjadi perdarahan 3. Berikan informasi rilex
tentang tanda dn gejala 3. Untuk membuat
dengan kriteria perdarahan kepada pasien tahu tentang
hasil : pasien tanda dan gejala
4. Berkolaborasi dengan
1. Kehilangan perdarahan dan tahu
dokter
darah yang cara penangannya
terlihat 4. Untuk pemberian
2. Trombosit dan terapi
Hemotokrit
kembali
normal
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ayah pasien mengatakan anaknya demam sudah 5 hari
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Pada tanggal 18 januari 2016 Ayah pasien mengatakan anaknya demam
sudah 5 hari dan anaknya tidak nafsu makan. Ayah pasien mengatakan
anaknya tampak lemas. Sebelumnya pasien dibawa ke dokter spesialis
anak namun tidak perubahan. Lalu Ayah pasien membawa anaknya ke
RS. Sari Mulia untuk di berikan penangan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu
Ayah pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini dan tidak pernah dirawat inap di Rumah Sakit.
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Dari pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti pasien
karena DHF bukan termasuk penyakit degenerative sepetri DM, hipertensi
dan tidak ada riwayat penyakit menular, seperti TBC dan hepatitis
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Di isi tentang data-data tanda vital, tingkat kesadaran dan antropometri
A. TTV
TD/BP :-
P : 104 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 38,60C
B. Tingkat kesadaran :
Composmentis
PB/TB :102 cm
BB : 29 kg (sebelum di RS)
: 26 kg (sesudah di RS)
26 kg
𝐼𝑀𝑇 = x 1,02 m = 26,52
1,02 m
2. Kulit
Keadaan umum kulit bersih,warna kulit tampak kemerahan, tidak terdapat
petechie, turgor kulit <2 dan akral teraba hangat.
3. Kepala dan Leher
Bentuk kepala simetris, rambut bewarna hitam dan bersih tidak terdapat
masa. Pada pengkajian leher tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak
dapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe serta tidak ada keterbatasan
gerak leher dan tidak terdapat kelainan.
4. Penglihatan dan Mata
Mata simetris konjungtiva normal, sclera tidak ikterik, pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
5. Penciuman dan Hidung
Hidung normal berbentuk simetris, tidak terdapat nafas cuping hidung,
tidak terdapat sumbatan pada hidung, tidak ada kesulitan bernafas, tidak
terdapat adanya sekret , tidak ada perdarahan dan tidak ada kesulitan/
kelainan pada sistem penciuman.
6. Pendengaran dan Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat kelainan pada sistem pendengaran,
tidak ada gangguan saat mendengar dan tidak terdapat alat bantu
pendengaran serta tidak ada kelainan.
7. Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut pada saat dirumah sakit bersih, mukosa bibir kering, gigi
tampak masih utuh tidak terdapat gigi palsu. Tidak ada gangguan saat
menelan dan tidak ada peradangan pada mulut.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Dada/ jantung:
Inspeksi : bentuk dada simetris dan pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : teraba namun tidak kuat angkat
Perkusi : terdengar suara sonor saat diketuk
Auskultasi : terdengar suara nafas vesikuler
Pernafasan/ paru:
Inspeksi :bentuk thorax normo chest tidak ada otot bantu nafas
Palpasi : perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri samataktil
premitus
Perkusi : terdengar suara sonor saat diketuk
Auskultasi : suara nafas vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak simetris kiri dan kanan tidak terdapat masa
dan kelainan pada daerah abdomen
Auskultasi : terdengar bising usus normal 8x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Perkusi : ketika diperkusi terdengar timpani
10. Genetalia dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Pasien terpasang infus pada ekstremitas atas sebelah kanan
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Aktivitas dan istirahat (di rumah/sebelum dan di rumah sakit/saat sakit)
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
1 Mandi √ √ 0= Mandiri
3 Mobilisasi √ √ 2=dibantu
ketempat tidur sebagian
4 Berpakaian √ √ 3=dibantu
sebagian besar
Dari tabel diatas ada perbedaan aktivitas selama di rumah dan di rumah sakit,
data pengkajian di rumah sakit rata-rata An. N aktivitas dan istirahat dibantu
sebagian.
2.Personal Hygiene
Aktivitas Sebelum sakit Di RS
Mandi 2 x sehari 1x sehari
Keramas 2 x sehari -
Gosok gigi 2 x sehari 1x sehari
Ganti baju 3 x sehari 1 x sehari
E. DATA FOKUS
DS :
- Ayah pasien mengatakan badan anak masih demam
- Ayah pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan
- Ayah pasien mengatakan anaknya lemas
DO :
T : 38,6°C
Trombosit : 6000 u/l
Hematokrtit : 32,8%
- Mukosa bibir kering
- Warna kulit pasien kemerahan
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak berbaring di bed
- Pasien tampak cuma menghabiskan seperempat porsi makanan yang di berikan
rumah sakit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
16/01/2016 17/01/2016 18/01/2016
Pemeriksaan Pemeriksaan lab di Pemeriksaan lab di Pemeriksaan lab
bumi mas RS. Sari Mulia di RS. Sari Mulia
Hematologi 12,3*(-) 12,0*(-) 12,0*(-)
Leukosit 2.700*(-) 4.100 4.100
Eritrosit 4,47*(-) 4,39*(-) 4,39*(-)
Trombosit 5.700*(-) 6.000*(-) 60.000*(-)
Hematokrit 33,6*(-) 32,8*(-) 32,8*(-)
SERO IMUNOLOGI
NSI ANTI DANGUE NEGATIF NEGATIF
ANTI DENGUE lgG NEGATIF NEGATIF
ANTI DENGUE lgM NEGATIF NEGATIF
G. TERAPI FARMAKOLOGI
2. Sirup Kamolas PO 3x1 250 mg Ruam kulit atau Demam; Gangguan fungsi
Forte (pg-sr-ml) reaksi alergi lain. meredakan sakit, hati
(Paracetamol) nyeri, & rasa
tidak nuaman
minor yang
berhubungan
dengan selesma,
flu,
inokulasi, vaksin
asi, &
tonsilektomi.
3. Puyer Ceptik PO 2x1 100 mg Syok, Infeksi saluran Anak berusia kurang
(Cefixime) (pg-sr) hipersensitvitas, kemih dari 6 bulan,
gangguan darah, tanpa komplikasi, hipersensitif
gangguan saluran otitis media terhadap Penicillin,
pencernaan, (radang rongga gangguan serius
kekurangan Vitamin gendang telinga), fungsi ginjal, nutrisi
K. faringitis, per oral
tonsilitis, kurang, pasien yang
bronkhitis akut & mendapat nutrisi
eksaserbasi secara parenteral,
(kumatnya usia lanjut, hamil
penyakit atau dan menyusui.
gejala penyakit
secara
mendadak) akut
bronkhitis kronis.
DO :
TTV :
T: 38,6ºC
N :108x/mnt
- Kulit pasien tampak
kemerahan
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak
berbaring di bed
DO :
- Trombosit 6000 u/l
- Hematokrit 32,8%
- Pasien tanpak pucat
- Pasien tampak
lemah
- Pasien cuma
berbaring di bed
3 DS : Resiko kekurangan nutrisi Anoreksia
Ayah pasien kurang dari kebutuhan
mengatakan anaknya
tidak nafsu makan
DO :
- BB sebelum di RS
29 kg
- BB saat di RS 26
kg
- Pasien tampak
pucat
- Pasien tampak
lemas
- Pasien tampak
berbaring di bed
- Mukusa bibir
pasien kering
- Pasien tampak
menghabiskan
seperempat porsi
makanannya yang
di berikan RS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan ilness
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
I. INTERVENSI
A : hipertermi
P:
- Memonitor vital sign
- Melakukan kompres hangat
- Minum air putih sedikit tapi
sering
- Memonitor cairan masuk dan
keluar
- Berkolaborasi dengan dokter
dengan memberikan obat
kamolas forte pyr 5ml
2. Senin 18 Januari
2016 2 S : Ayah pasien mengatakan anaknya
masih lemah
O:
- Pasien tampak lemas
- Trombosit 6000 u/l
- Hematokrit 328 %
A : resiko perdarahan
P : intervensi di lanjutkan
- Memonitor vital sign
- Memonitor hasil lab
- Berkolaborasi dengan dokter
dengan memberikan terapi
cairan IV
Discharge planning
1.Istirahat yang cukup pasca rawat
2.Banyak minum air putih 2000-2005 cc /hari
3.Makan seperti biasa tetapi bila terasa sakit makan harus lunak
4.Makanan tidak terlau asam dan pedas
5.Perhatikan pencetus,misalnya
a. Lapor RT untuk pengasapan
b. Lakukan 3 M (mengurus, menutup, mengubur)
c. Jangan biarkan pakaian banyak di ruang istirahat
d. Gunakan kelambuh bila perlu
e. Bila suhu tinggi ± 3hari langsung berobat
6.Minum obat sesuai aturan
7.Konrol sesuai jadwal / 1 minggu setelah pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengamatan langsung di ruang rawat inap Rumah Sakit Sari Mulia
Banjarmasin dengan Dengue Haemorraghic Fever (DHF) bila dibandingkan dengan teori
yang didapat dari literatur dan pelajaran yang didapat di bangku kuliah, maka penulis
menemukan ada persamaan dan perbedaan dengan pasien yang dikaji.
1. Pengkajian
Dari pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori adalah Suariadi demam tinggi
selama 5-7 hari, perdarahan terutama perdarahan bawah kulit petechie, ekimosis,
hematoma, epistaksis, hematemesis, melena, hematuria, mual, muntah, tidak ada nafsu
makan, diare, konstipasi nyeri otot, tulang sendi, abdomen, uluh hati, sakit kepala,
pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Sedangkan tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien suhu tubuh 38,6°C, mukosa
bibir kering, warna kulit kemerahan dan tidak nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ada pada teori tidak semua terdapat pada pasien, badanya demam
membuat hipertermi b.d illness, nyeri akut b.d proses patalogis penyakit, resiko
perdarahan b.d trombositopenia dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia. Dari keempat masalah tersebut, 3 diantaranya terdapat pada teorii
Hipertermi b.d illness, resiko perdarahan dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
3. Intervensi
Perencanaan yang disusun pada kasus disesuaikan dengan tingkat perubahan patologis
yang terjadi pada pasien. Penekanan ditujukan pada masalah hipertermi karena masalah
tersebut dapat mengancam keselamatan pasien. Tanpa mengabaikan masalah lain yang
ada pada pasien, perencanaan lebih disusun sedemikian rupa agar dapat mengatasi
masalah yang ada pada pasien.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun diantaranya:
mengobservasi TTV, mengkaji nyeri, memberikan posisi semifowler dan memberikan
terapi sesuai instruksi medik.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam dan di evaluasi 3 masalah belum
teratasi yaitu hipertermi b.d illness, nyeri akut b.d proses patalogis penyakit, resiko
perdarahan b.d trombositopenia dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya Dengue Hemorraghic Fever (
DHF). Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes Aeygepti maka ada beberapa
hal yang sebaiknya di laksanakan untuk memutuskan rantai penyakit :
1. Tanpa insektisida :
a. Menguras bak mandi tempayan drum dan lain-lain minimal seminggu sekali
b. Menutup penampungan air rapat-rapat
c. Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas botol bekas yang memungkinkan
nyamuk bersarang
2. Dengan insektisida :
a. Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa : biasanya dengan
fogging/pengasapan
b. Abate untuk mebunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana-bejana
tempat penampungan air berih dengan dosis 1 g abate SG 1% per 10 liter air
B. SARAN
1. Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan pada anak dengan Dengue Hemorraghic Fever (DHF) ini
dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendikan dan praktik
keperawatan. Makalah ini menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
2. Dan saran penulis untuk pembaca semoga makalah ini menjadi sumber acuan
untuk tindakan proses keperawatan , serta menjadi sumber acuan oleh keluarga
dalam penanganan awal dan mengidentifikasi gejala dini DHF.
3. Sedangkan untuk instansi kesehatan diharapkan agar penilitian ini dapat di
gunakan sebagai salah satu masukan dan bahan rujukan dalam pemberian
penyuluhan kepada masyarakat khusus nya pencegahan DHF. Hasil laporan ini di
harapkan juga dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pengetahuan dan
informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DHF sehingga
masyarakat lebih tahu tentang pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurasalam, et all. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta. EGC
Suriadi, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.Jakarta : Sagung Seto
Sudoyo, Aru, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI
Suriadi & Rita Yuliani.(2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2.Jakarta : Penebar
Swadaya