A. Pengertian Persalinan
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada di dalam kondisi
sehat (Ilmiah, 2015).
Macam-macam persalinan:
a. Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan
Yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya vaccum ekstraksi,
foceps, SC
c. Persalinan anjuran
Yaitu terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi
tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam
persalinan, misalnya dengan induksi persalinan.
B. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Trirestuti dan Puspitasari (2018), tanda- tanda persalinan
sebagai berikut:
1. Tanda- Tanda Bahwa Persalinan Sudah Dekat
a. Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul.
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
antara kelima P yaitu: power (kekuatan his), passage (jalan lahir
normal), passenger (janinnya dan plasenta), psikis (kejiwaan) dan
penolong.
b. Terjadinya his permulaan (his palsu)
Sifat his permulaan (his palsu):
1) Merasakan nyeri ringan dibagian bawah.
2) Datang kontraksinya tidak teratur.
3) Tidak ada perubahan paa serviks atau pembawa tanda persalinan
(bercak darah/blood show).
4) Durasi kontraksinya pendek.
5) Tidak bertambah bila tetap beraktifitas seperti biasa.
2. Tanda Persalinan
a. Penipisan dan pembukaan servik (effacement dan dilatasi serviks)
Effacement serviks adalah pendekatan dan penipisan serviks
selama tahap pertama persalinan. Servik yang dalam kondisi normal
memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke
atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama
penipisan segmen bawah rahim pada taham akhir persalinan. Hal ini
menyebabkan bagian ujung servik yang tipis saja yang dapat diraba
setelah effacement lengkap. Pada kehamilann aterm pertama,
effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada dilatasi, pada
kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung bersamaan.
Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0% samapai
100%.
Dilatasi servik adalah pembesaran atau pelebaran muara dan
saluran servik, yang terajadi pada awal persalinan. Diameter
meningkat dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10cm)
supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi servik lengkap,
servik tidak dapat lagi diraba. Dilatasi servik lengkap menandai
akhir tahap pertama persalinan.
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
Ibu melakukan kontraksi involuter dan volunter secara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus
involuter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulanya
persalinan. Kekuatan primer membuat servik menipis, berdilatasi
dan janin turun. Segera setelah bagaian prensentasi mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi servik, tetapi
setelah dilatasi servik lengkap, kekuatan inicukup penting untuk
mendorong bayi ke luar uterus dan vagina.
c. Keluarnya lender bercampur darah (show) melalui vagina.
Sumbatan mukus, yang dibuat oleh sekresi servikal dari
proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan
sebagai barrier protektif dan menutup kanal servikal pada awal
kehamilan. Blood show adalah pengeluaran dari mukus plug
tersebut. Blood show merupakan tanda dari persalinan yang sudah
dekat, yang biasanya terjadi dalam jangka waktu 24-48 jam terakhir,
asalkan belum dilakukan pemeriksaan vagina dalam 48 jam
sebelumnya karena pemecahan mukus darah selama waktu tersebut
mungkin hanya efek trauma minor atau pecahnya mukus plug selama
pemeriksaan. Normalnya, darah yang keluar hanya beberapa tetes,
perdarahan yang lebih banyak menunjukan penyebab yang
abnormal.
E. Partograf
a. Pengertian
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan untuk mencatat dan menilai keadaan ibu, janin dan seluruh
proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan tejadinya partus lama sehingga memerlukan tindakan
bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan. Partograf merupakan
lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan
berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan (Rosmadewi
dan Yenie, 2012).
b. Tujuan
Beberapa tujuan yang digunakan pencatatan dengan menggunakan
partograf menurutu Toemandoek, dkk, (2015) yaitu:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal
3) Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan tindakan yang dilakukan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status rekan medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
c. Cara Menggunakan Partograf
1. Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak dicatat di
partograf tetapi di tempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau
rekam medik).
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat.
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Yulizawati, dkk,
2019) .
d. Pencatatan partograf
Pencatatan partograf menurut Yulizawati, dkk, (2019), yaitu :
1) Informasi tentang ibu
a) Nama, umur
b) Gravida, para, abortus
c) Nomor catatan medis/ nomor puskesmas
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu) Lengkapi bagian
awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam”) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan.
Tidak kalah penting, catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2) Kondisi bayi kolom pertama adalah digunakan untuk mengamati
kondisi janin.Yang diamati dari kondisi bayi adalah DJJ, air ketuban
dan penyusupan (kepala janin)
a) DJJ
Menilai dan mencatat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit
Tiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah
kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik (•) pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ 110-
160 x/menit.
b) Warna dan adanya air ketuban
Menilai air ketuban dilakukan bersamaan dengan periksa dalam.
Warna air ketuban hanya bisa dinilai jika selaput ketuban telah
pecah. Lambang untuk menggambarkan ketuban atau airnya
yaitu:
U : Ketuban utuh
J : Air ketuban jernih
M : Air ketuban bercampur mekonium
D : Air ketuban bercampur darah
K : Air ketuban tidak ada (kering)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu berarti gawat janin.
Merupakan indikasi gawat janin jika juga disertai DJJ di luar
rentang nilai normal.
c) Penyusupan (molase) tulang kepala
Penyusupan tulang kepala merupakan indikasi penting seberapa
jauh janin dapat menyesuaikan dengan tulang panggul ibu.
Semakin besar penyusupan semakin besar kemungkinan
disporposi kepal panggul. Lambang yang digunakan:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih
bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang lepala janin saling tumpang tindih dan tiidak
bisa dipisahkan.
3) Kemajuan Persalinan
Kolom kedua untuk mengawasi kemajuan persalinan yang meliputi:
pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, garis waspada
dan garis bertindak dan waktu.
a) Pembukaan serviks
(1) Pembukaan serviks : dinilai pada saat melakukan
pemeriksaan vagina dan ditandai dengan huruf (X).
(2) Garis waspada : sebuah garis yang dimulai pada saat
pembukaan cervik 4 cm hingga titik pembukaan penuh yang
diperkirakan dengan laju 1 cm per jam.
(3) Garis tindakan : parallel dan 4 jam kesebelah kanan dari garis
waspada.
2) Penurunan kepala janin
Penurunan dinilai melalui palpasi abdominal, dilihat pembagain
kepala (dibagi menjadi 5 bagian) yang bisa dipalpasi diatas simfisis
pubis, diberi tanda (O) pada setiap melakukan pemeriksaan vagina.
Pada 0/5, sinciput (S) berada pada tingkat simfisis pubis. Turunnya
kepala janin diukur dengan pemeriksaan luar (abdomen) pada bagian
kepala yang masuk kedalam panggul. Pemeriksaan luar harus
dilakukan sebelum pemeriksaan vagina.
3) Kontraksi uterus
a) Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam fase
laten dan tiap 30 menit selama fase aktif
b) Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi dalam hitungan detik dan
gunakan lambang yang sesuai
(1) Kurang dari 20 detik : titik-titik
(2) Antara 20-40 detik : diarsir
(3) Lebih dari 40 detik : diblok
c) Catat temuan-temuan di kotak yang bersesuaian dengan waktu
penilai
4) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Catat obat dan cairan yang diberikan di kolom yang sesuai. Untuk
oksitosin dicantumkan jumlah tetesan dan unit yang diberikan.
5) Kondisi Ibu
Catat nadi ibu setiap 30 menit dan beri tanda titik pada kolom yang
sesuai. Ukur tekanan darah ibu tiap 10 menit dan beri tanda ↕ pada
kolom yang sesuai. Temperatur dinilai setiap dua jam dan catat di
tempat yang sesuai.
6) Volume urine, protein dan aseton
Lakukan tiap 2 jam, jika memungkinkan.
7) Data lain yang darus dilengkapi dari partograf adalah:
a) Data atau informasi umum
b) Kala I
c) Kala II
d) Kala III
e) Kala IV
f) bayi baru lahir
Diisi dengan tanda centang (√)dan diisi titik yang disediakan.
Pencatatan selama fase aktif persalinan :
a. fase laten : pembukaan serviks <4 cm
b. fase aktif : pembukaan serviks 4-10 cm
Waktu pencatatan pada fase aktif adalah :
a. DJJ tiap 30 menit
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus tiap 30 menit
c. Nadi tiap 30 menit, tandai dengan titik
d. Periksa pembukaan serviks tiap 4 jam
e. Pantau tekanan darah setiap 4 jam, tandai dengan panah
f. Pantau suhu setiap 2 jam
g. Periksa urine, aseton, protein tiap 2-4 jam (catat setiap kali
berkemih).
Lakukan pemantauan lebih sering bila ada penyulit.
Pendokumentasian semua asuhan pemantauan pada fase laten dicatat pada
catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu
KMS/ lembar observasi. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif
dimulailah pencatatan pada garis waspada di partograf. Jika ibu datang
pada fase aktif persalinan, pencatatan kemajuan pembukaan serviks
dilakukan pada garis waspada. Pada persalinan tanpa penyulit catatan
pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.
BAB VI
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN
PADA PERSALINAN
PENGUMPULAN DATA
IDENTITAS
S:
Ibu R usia 31 tahun G3P2A0 hamil aterm (38 minggu) datang ke BPM
pukul 22.00 WIB mengatakan perutnya terasa sakit yang menjalar
sampai kepinggang dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
dan merasa seperti ingin melahirkan.
O:
Pukul : 22.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Baik
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 23x/ menit
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan abdomen
1) Palpasi
Leopold I : TFU 2 Jari dibawah Px
Leoold II : Posisi punggung janin di bagian kanan ibu
Leopold III : Bagian terbawah terdapat kepala janin
Leopold IV : Sudah masuk PAP ( pintu atas panggul)
2) Auskultasi
DJJ : 136x/menit
His : 3x /10 menit dan lamanya 15- 20 detik
3) Supra kandung kemih : Kosong
Pemeriksaan dalam
1) Perenium : Elastis
2) Portio : Tipis dan lunak
3) Ketuban : Utuh
4) Pembukaan serviks : 2 cm
5) Pengeluaran : Lendir bercampur darah
6) Penurunan kepala :5/5 cm
7) Molase : Tidak ada molase
A:
Ibu R usia 31 tahun G2P1A0 inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan
janin baik.
P:
1) Memberikan Asuhan persalinan kala I yaitu memberitahu kondisi
ibu dan janinnya dalam keadaan baik serta menjelaskan pada ibu bahwa
saat ini sudah memasuki proses persalinan yaitu pembukaan jalan lahir
yang menyebabkan nyeri yang hilang timbul.
Ibu sudah mengetahui dan mengerti bahwa ia sedang memasuki proses
persalinan
2) Memberikan asuhan sayang ibu :
Menjelaskan pada ibu pentingnya istirahat, cairan, nutrisi untuk
persiapan proses persalinan.
a) Menjelaskan tahapan-tahapan yang akan ibu jalani dalam proses
persalinan yaitu tahap pembukaan jalan lahir, pengeluaran bayi,
pengeluaran ari-ari, dan tahap 2 jam pengawasan.
b) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
c) Melibatkan keluarga dan penulis untuk mengurangi rasa nyeri ibu
dengan di masase pada pinggangnya.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan keluarga bersedia
mendampingi ibu dalaam proses persalinan
3) Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri untuk mempercepat
proses persalinan.
Ibu bersedia melakukan tindakan yang di anjurkan bidan yaitu miring
ke kiri
4) Mengajarkan pada ibu cara mengedan yang efektif
a) Menenangkan ibu dengan memberi nasehat dan pujian
b) Mengajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang
dan mengeluarkan lewat mulut.
c) Menganjurkan ibu untuk mengedan saat memasuki kala II dan
saat ada his.
Ibu mengerti dan memahami tentang penjelasan bidan
5) Memberikan ibu teknik relaksasi effleurage yaitu pemijatan berupa
usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus pada bagian
punggung hingga pinggang ibu
Ibu bersedia diberikan asuhan teknik relaksasi
6) Memantau keadaan ibu dan janin dengan mengukur TTV,
kemajuan persalinan, kandung kemih, dan DJJ bayi kemudian
mencatatnya di partograf.
Semua dicatat didalam partograf
S:
Ibu mengatakan sakitnya lebih sering dan kuat, serta sudah terasa
ingin BAB.
O:
Pukul : 03. 35 WIB
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/ 80 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Pernapasan : 24 x/ menit
Suhu : 36,5 ˚C
b. Pemeriksaan kebidanan
TFU : 2 jari dibawah Px
Presentasi : Kepala
DJJ : 148 x/ menit
His : 5x/10 menit lamanya >40 detik
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : sudah pecah jernih
Portio : Tidak teraba
A:
Ibu R usia 31 tahun G3P2A0 hamil aterm intra uterin inpartu Kala II.
P:
1) Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi serta beri penjelasan
bahwa persalinan akan segera dimulai.
Ibu mengerti tentang keadaannya bahwa ibu telah memasuki
proses persalinan
2) Menyiapkan ibu dan keluarga.
a) Anjurkan keluarga untuk mendampingi selama persalinan.
b) Berikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
c) Siapkan kondisi ibu dan atur posisinya.
d) Lakukan masase pada punggung ibu dan usap perut.
Suami ibu mendampingi ibu selama proses persalinan
berlangsung
3) Memimpin persalinan tiap ada his dan menganjurkan pada ibu
untuk istirahat saat his hilang.
a) Ajarkan ibu teknik relaksasi, istirahat diantara kontraksi.
b) Anjurkan ibu untuk tidak meneran berkepanjangan dan
menahan nafas.
c) Motivasi ibu agar tetap tenang.
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan mengedan dengan efektif
4) Memantau selama penatalaksanaan kala II persalinan
a) Periksa dan catat nadi setiap 30 menit, frekuensi dan lama his
setiap 30 menit dan penurunan kepala bayi.
b) Observasi pengeluaran pervaginam, periksa warna cairan
ketuban.
Observasi telah dilakukan, keadaan ibu dan janin baik
5) Penatalaksanaan kala II persalinan sudah dipantau dan
pertolongan persalinan dilakukan secara normal, bayi lahir
spontan pada pukul 03. 45 WIB, Jenis kelamin laki-laki, BB:
2.600 gram, PB: 50 cm, K/U bayi baik dan bayi tunggal.
Bayi lahir sehat dan segera menangis kuat, kulit kemerahan,
tonus otot aktif
6) Melakukan palpasi untuk melihat apakah ada janin kedua.
Janin dalam keadaan tunggal.
7) Menjepit tapi pusat bayi dengan arteri klem dan melakukan
pemotongan tali pusat
Telah di lakukan pemotongan tali pusat
8) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan meletakkan
bayi diatas perut ibu
Inisiasi Menyusui Dini berhasil dilakukan dalam waktu 1 jam.
9) Menganjurkan ibu untuk istirahat karena ibu akan memasuki
persalinan kala III
Ibu mengerti dengan keadaannya dan ibu merasa senang atas
kelahiran anaknya.
O:
1) Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Pols : 82 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,8 0C
2) Plasenta belum lahir, tetapi sudah ada tanda pelepasan plasenta
yaitu tali pusat bertambah panjang, dan adanya semburan darah
tiba-tiba, TFU setinggi pusat.
A:
Ibu R usia 31 tahun P3A0 inpartu kala III normal
P:
1) Menjelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala III persalinan.
a) Jelaskan pada ibu tindakan yang mungkin dilakukan.
b) Jelaskan pada ibu bahwa pengeluaran plasenta tidak seperti
pengeluaran bayi.
c) Menganjurkan ibu agar tidak mengedan
Ibu mengerti tentang keadaannya dan ibu tidak mengedan saat
pengeluaran plasenta.
2) Melakukan manajemen aktif kala III, meliputi :
a) Melihat Pemotongan tali pusat dengan memperlihatkan
teknik steril
b) Bidan memberikan suntikan oksitosin 10 unit dalam 2 menit
pertama setelah bayi lahir
c) Bidan melakukan Penegangan tali pusat terkendali, dengan
cara memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari
vulva dan tangan kiri pada abdomen ibu tepat diatas simfisis
pubis dan beri sedikit tekanan secara dorso kranial.
d) Masase fundus uteri dengan lembut dan gerakan tangan
dengan arah memutar searah jarum jam pada fundus uteri
selama 15 detik
Masasse berhasil dilakukan
3) Mengobservasi perdarahan
a) Observasi kontraksi uterus
b) Periksa plasenta yang sudah dikeluarkan dalam keadaan
lengkap
c) Memantau luka yang terjadi pada vagina dan perineum ada
robekan tingkat I.
d) Bersihkan ibu setelah plasenta dilahirkan .
e) Berikan minuman dan anjurkan ibu untuk istirahat
Observasi telah dilakukan, kontraksi baik, plasenta lahir
lengkap
S:
Ibu tampak tenang dan mengatakan merasa bahagia dan sangat
bersyukur atas kelahiran bayinya dengan selamat, namun ibu
mengeluh perutnya terasa mules.
O:
1) Keadaan umum : Baik
2) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Pols : 80x/ menit
Respirasi : 24x/ menit
Temp : 36,8 ºC
3) Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, jumlah
perdarahan ±200 cc.
4) Lochea rubra, warna merah segar, bau khas.
A:
Ibu S usia 31 tahun P3A0 inpartu Kala IV
P:
1) Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini.
Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini
2) Menjelaskan pada ibu tentang keluhan mules yang dirasakannya
saat ini merupakan hal yang fisiologis dikarenakan proses
kembalinya rahim kebentuk semula dan cara mengatasinya yaitu
dengan mengelus-ngelus bagian perut searah dengan jarum jam.
Ibu memahami bahwa keluhan mulas yang ia alami adalah hal
yang fisiologis
3) Memberitahu ibu tentang pemenuhan kebutuhan saat ini, yaitu :
a) Anjurkan untuk menjaga personal hygiene.
b) Ajarkan ibu cara perawatan pada alat genitalianya.
c) Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar
kondisinya stabil.
d) Bantu ibu dalam memenuhi kebutuhan aktifitas dan berikan
posisi yang nyaman.
e) Anjurkan ibu untuk segera memberikan ASI kepada bayinya.
Ibu memahami penjelasan yang diberikan oleh bidan
4) Melakukan observasi proses involusi (TFU, kontruksi uterus,
nyeri tekan, perdarahan pervaginam) setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam ke-2.
Obserevasi telah dilakukan, ibu dalam keadaan baik.
DAFTAR PUSTAKA