Disusun Oleh:
1. Ahmad Anwarullah
P13003
2. Desi Ratnasari
P13013
3. Ida Wahyuningsih
P13027
P13034
P13035
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSIA BERAT
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang atau koma yang
timbul akibat kelainan neurologis ( kapita selekta kedokteran edisi 3).
Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteurinia atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
( asuhan kebidanan IV, 2010)
Pre eklamsia digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala
dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tanda gejala dibawah
2. Proteirunia 5g atau lebih dalam 24 jam, 3 dan 4 lebih pada
pemerikaan kuantitatif.
3. Oliguria,air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrum
5. Edema paru dan sianosis (Ilmu kebidanan 2009)
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau
vagina, atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. (Mochtar 2008)
2. Etiologi
Etiologi atau penyebab pre eklamsia atau eklamsia sampai sekarang
belum di ketahui. Teori iskemia plasenta dianggap dapat menerangkan
berbagai gejala pre eklamsia yaitu berdasarkan teori iskemia
implantasi plasenta, belum trofoblas akan diserap kedalam sirkulasi
4. Patofisiologi
Pada pre eklamsia berat terdapat plasma dalam sirkulasi
mengalami penuruna, faktor predisposisi yaitu primigravida,
hidramnion, gameli, mola hidrotidosa gestase, usia lebih dari 35
tahun dan obesitas, perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi
ke organ termasuk ke utera plasenta fota 1 unit. Vasuspasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklamsia. Kontriksi
vaskuyler menyebabkan restensi aliran darah dan timbul hipertensi
arterial. Pre eklamsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan
organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat
berakibat terjadinya intra uterin growth retardation dan kerusakan
vaskuler mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan penurunan
plasma/syok ( resiko tinggi cidera ). ( syaifudin, 2009 )
Pathway
Faktor predisposisi : primigravida
Hidramin, gemeli, mola hidatidosa, gestase, usia lebih dari 35 tahun, obesitas
Pre eklamsia berat
Vasopasme
Hipertensi
Gangguan perfusi
Otak : nyeri kepala,
kerusakan vaskuler
gangguan keseimbangan
cairan
Nyeri akut
penurunan kesadaran
Kardiovaskuler : penurunan plasma ( syok )
Jaringan/otot : penimbunan asam laktat
Ginjal : proteinuria
Gangguan
perfusi jaringan
ginjal
( syaifudin, 2009 )
5. Penatalaksanaan
a. Medis
Dapat
ditangani
diakhiri/diterminasi
secara
bersama
aktif
dengan
berarti
pengobatan
kehamilan
medisinal.
Riwayat
kehamilan
: riwayat
kehamilan
ganda, mola
b. Data objektif
-
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
b. Ketidakeimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan dalam memasukan/ mencerna makanan karena
faktor biologis
c. Ketidakseimbangan volume cairan b.d gangguan mekanisme
regulasi
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
e. Ketidakefetifan pemeliharaan ksehatan b.d hambaatan kognitif
3. Rencana keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri
akut klien berkurang atau hilang dengan KH :
-
intervensi :
Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan
R/ untuk mengetahui apakah ada alergi makanan
2. Berikan diet yang sesuai pasien
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Berikan dan anjurkan klien makan makanan sedikit tetapi
sering
R/ untuk menjaga agar pasien tidak mual muntah
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan
R/ untuk memberikan diit yang tepat bagi pasien
c. Ketidakseimbangan volume cairan b.d gangguan mekanisme
regulasi
Intervensi :
1. Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari
R/ pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi edema
2. Timbang berat badan secara rutin
R/ untuk mengetahui berat badan yang berlebih
3. Kaji distransi vena jugularis
R/ pembesaran vena jugularis merupakan tanda pembengkakan
dari jantung
4. monitor hasil laboratorium
R/ untuk mengetahui hasil lab
5. kolaborasi dalam pemberian obat / antiduretik
R/ pemberian diuretik akan mengurangi cairan dalam tubuh
melalui urin
Evaluasi
Evaluasi merupakan terhadap akhir dari proses keperawata. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan :
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, tidak mual muntah dan tidak ada
pembesaran vena
O : pasien tampak terang, rilek, tidak mual muntah
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, vicky, 2010. Asuhan kebidanan & persalinan. Jakarta : EGC
Manjoer arif,dkk, 2009. Kapita selekta edisi 3 jilid 3. Jakarta : Media aescuaplus
Manuaba, ida bagus gede, 2011. Ilmu penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Prawirohardjo S, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Syaifudin, 2009. Anatomi fisiologis. Jakarta : EGC
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
Waktu Pengkajian
:08.00 Wib
Tanggal Operasi
:Nn.T
Umur
:18 tahun
Status Perkawinan
:Kawin
Pendidikan
:SMA
Tipe
BB Lahir
persalinan
1
Sectio
Keadaan Bayi
Komplikasi
Umur
Waktu Lahir
nifas
sekaran
Sehat
g
1 hari
2500 gram
caesarea
Pengalaman Menyusui: Pasien mengatakan baru pertama kali menyusui
C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Berapa kali periksa hamil : 9x, satu bulan sekali
2. Masalah kehamilan : Tidak ada masalah
3. Jenis persalinan : SC atas indikasi pre eklamsia berat (PEB)
4. Jenis kelamin bayi : laki-laki
5. Perdarahan : Tidak ada
6. Masalah dalam persalinan SC : D. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah Ginekologi
2. Riwayat KB : Pasien mengatakan belum pernah KB apapun
Pengkajian Nyeri :
P:Pasien mengatakan nyeri karena luka post operasi SC
Q: Nyeri seperti teriris-iris
R:Nyeri pada bagian perut bawah
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri berlangsung terus menerus dan hilang timbul
Urine Protein : + 3
6. Kepala Leher
Kepala : bentuk kepala mesocephal, rambut hitam bersih
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan
Hidung
Jantung
Inspeksi: bentuk dada simetris, IC tidak Nampak
Palpasi:IC teraba
Perkusi: Terdengar suara pekak
Paru-Paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, ekspansi paru kanan dan kiri sama, tidak
ada luka/jejas
Palpasi: Vokal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi: Suara paru terdengar sonor
Auskultasi:Tidak ada suara nafas tambahan
Payudara
Payudara tampak membesar, putting susu tampak membesar dan terdapat
pigmentasi aerola berubah menjadi kehitaman, ASI sudah keluar sedikitsedikit.
8. Abdomen
Involusi uterus
Fundus uteri
Kontraksi
: baik
Posisi
: semifowler
Kandung kemih
: kedalaman 3 cm
: tiddak
E(bengkak)
: tidak
E(echimosis)
: tidak
D(Discharge)
: tidak
A(approximate)
: tidak
10. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas: tidak ada oedema, tidak ada jejas
b. Ekstremitas bawah: tidak ada oedema, tidak ada jejas, tidak ada varises
11. Eliminasi
a. BAK: Pasien terpasang DC, urine 1000 cc/hari, tidak nyeri
b. BAB: 1x/hari dan tidak ada keluhan
12. Istirahat dan Kenyamanan
Sebelum sakit
ada gangguan
Selama sakit : Pasien mengatakan 2 jam sekali bangun untuk memberikan ASI,
dan kadang terbangun merasa nyeri bekas oprasi SC
13. Mobilisasi dan Latihan
Tingkat Mobilisasi : Pergerakan pasien sedikit karena rasa sakit pada perutnya
Latihan
Asupan Cairan
operasi SC
15. Keadaan Mental
Adaptasi Psikologis : Ibu tampak tenang, tampak senang menerima kehadiran
anak pertamanya
Penerimaan Terhadap bayi : Ibu tampak menerima kehadiran anaknya dengan
senang.
F. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 30 september 2015
Pemeriksaan
Hematologi
Nilai
Nilai Normal
Keterangan
HB
13,1
12 -16
Gr/d
Lekosit
8800
4.000-10.000
Mm3
Eritrosit
5.110.000
4,5-5,5 juta
Mm3
Trombosit
227.000
150.000-500.000
Mm3
CT
400
2-6
Menit
BT
125
1-6
Menit
Gol. Darah
Kimia Klinik
74-110
GDS
69
3,6-5,5
Mg/dl
K+
4,52
135-155
Mm/L
Na+
140,4
95-108
Mm/L
CL-
106,0
Urine Protein
+3
G. Terapi Obat
+1
Mm/L
Tgl/hari
30/9/15
Jenis Terapi
Infuse RL
Dosis
20 tpm
Gol dan
kandungan
Elektrolit
Fungsi dan
Farmako
Untuk memenuhi
kebutuhan cairan
Nifedipin
2x1 10 mg
Obat keras
Untuk mengatasi
tekanan darah
2x1 30mg
Keterolac
tinggi.
Keterolac 30mg
Untuk
penatalaksanaan
jngka pendek nyeri
akut
3x1
01/10/15
Cefadroxil
500mg
Cefadroxil 500mg
Infeksi saluran
nafas dan pada
jangka lunak
3x1
2/10/15
Asmet
Nifedipine
500mg
Asamefenamat
Untuk mengatasi
2x1 10mg
500mg/kapsul
nyeri post OP
Nifedipine 10mg
Untuk mengatasi
tekanan darah
tinggi
ANALISA DATA
Data Fokus
Problem
Nyeri Akut.
Etiologi
Agen Injuri
DS : pasien mengatakan
Ketidakefek
Hipertensi
pusing.
tifan perfusi
(kehamilan)
tammpak
kesakitan,
menangis
pasien
tampak
memegangi perutnya
TD : 150/100mmHg
N : 70x/manit
RR : 20x/mnit
S : 36,90C
08.30 WIB
jaringan
otak
Ttd
No
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
.dx
1 Setelah
dilakukan 1. kaji KU dan vital 1. Untuk mengetahui
2015
tindakan
keperawatan
08.45
atau
sign pasien
perkembagan
pasien
2. Untuk
hilang 3. berikan
Kriteria
Hasil
ajarkan
relaksasi
posisi
nyaman
sebagai berikut :
hilang dengan skala 1-
dan
nafas
dalam
karakteristiknyeri
rasa nyeri klien
4. Untuk
memberikan
2. Pasien nyaman
keluarga
pasien
kenyamanan
untuk
batasi
ligkungan klien
pengunjung
5. Untuk
5. kolaborasi
dengan
memberikan obat
doter
dalam pemberian
2.
megidentifikasi
4. edukasikan
nyeri
08.45
pasien
Setelah dilakukan
obat
1) Observasi
tindakan keperawatan
dan
klien
diharapkan
vital
pasien
tidah baring
1. Pasien tidak
mengeluh pusing
sign
3) Anjurkan
klien
1. Utuk
memantau
perkembangan
2) Menganjurkan
ketidakefektifan perfusi
dengan, KH :
KU
untuk
pasien
2. Untuk
mencegah
klien
terjadinya
kenaikan
rendah garam
drastis
darah
ttd
2. TTV normal
klien
3. Untuk
dokter
menurunkan
dalam pemberian
tensi
obat
mennurunkan
hasil
dan
lab
proteinea klien
4. Untuk
mengetahui
perkembangan
proteinurin
klien
5. Untuk
memberikan
obat yang tepat
pada klien.
IMPLEMEMNTASI
Tgl/jam
30-09- 2015
No.
dx
1,2
09.00
Implementasi
Respon klien
pasien
mengatakan
09.20
Mengkaji
status
S : 36,90C
nyeri DS :
pasien
09.40
Memberikan posisi
nyaman dan ajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam (semi fowler)
dan
terkadang
memegangi perutnya.
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.
10.00
1.2
Mengkolaborasi
pemberian obat
TTD
Nifedipin 10mg
10.15
Menganjurkan
untuk tilang baring
bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak berposisi
nyaman dan lebih tenang
11.00
Menganjurkan
11.20
12.00
untuk
batasi
pengunjung
12.10
1.2
Mengkolaborasi
1,2
diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan
obat masuk lewat iv
14.50
Mengkaji
status
nyeri DS :
pasien
menjadi
relaksasi
bersedia
dalam
16.00
Menganjurkan
bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak berposisi
nyaman dan lebih tenang
DS: pasien mengatakan
17.00
Menganjurkan
klien
bersedia melakukannya
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
18.00
20.00
1,2
Mengkolaborasikan
pemberian obat
Keterolac 30mg
Nifedipine 10 mg
21.30
1,2
x/menit
S: 36 C
22.00
Mengkaji
pasien
status
menjadi
relaksasi
dalam
01-oktober-
1,2
2015
bersedia
tenang melakukan tehnik
relaksasi
Mengkaji KU dan vital DS : pasien mengatakan masih
sign pasien
09.00
09.20
Mengkaji
status
S : 36,90C
nyeri DS :
pasien
09.40
Memberikan posisi
nyaman dan ajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam (semi fowler)
relaksasi.
10.15
Menganjurkan
bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak berposisi
nyaman dan lebih tenang
11.00
Menganjurkan
11.20
12.00
untuk
batasi
pengunjung
12.10
1.2
Mengkolaborasi
diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan
obat masuk lewat oral
14.20
1,2
14.50
Mengkaji
status
S : 36,50C
nyeri DS :
pasien
15.00
Memberikan posisi
nyaman dan ajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam (semi fowler)
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.
16.00
Menganjurkan
untuk tilang baring
16.10
1.2
Mengkolaborasi
diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan
Cefadroxil 500mg
Asamefenamat 500mg
Nifedipin 10mg
18.00
Menganjurkan
bersedia melakukannya
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari rumah
sakit
20.00
21.30
1,2
x/menit
22.00
Mengkaji
status
pasien
22.30
relaksasi
bersedia
Tgl/jam
02-oktober-
No.dx
Implementasi
Respon klien
1,2
Mengkaji KU dan vital sign DS : pasien mengatakan
2015
pasien
09.00
09.20
20x/menit, S : 36,90C
Mengkaji status nyeri pasien DS :
P : pasien mengatakan nyeri
karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 5 menjadi 3
T : nyeri berlangsung hilang
timbul.
DO : pasien tampak
meringis kesakitan
09.40
menahan nyeri
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.
Ttd
10.15
bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak
berposisi nyaman dan
lebih tenang
11.00
bersedia
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari
rumah sakit
11.20
12.00
Mengedukasikan
pasien
untuk
pengunjung
12.10
1.2
Mengkolaborasi
dokter
dalam
obat
diberi obat
DO: pasien tampak tenang
Cefadroxil 500mg
Asamefenamat 500mg
14.30
1,2
15.00
S : 36,70C
Mengkaji status nyeri pasien DS :
P : pasien mengatakan nyeri
karena
luka
Post
op
berkurang
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 5 menjadi 3
T : nyeri berlangsung hilang
timbul
DO : pasien tampak masih
16.00
menahan nyeri
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.
17.00
bersedia melakukannya
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari
18.00
rumah sakit
DS: DO: hasil lab klien urine
protein + 1, pasien tampak
lebih tenang
20.00
1.2
Mengkolaborasi
dokter
dalam
dengan
pemberian DS: pasien mengatakan mau
obat
Cefadroxil 500 mg
Asmet 500 mg
diberi obat
DO: pasien tampak tenang
dan obat masuk lewat 0ral
Nifedipin 10 mg
21.30
x/menit
S: 36 C
22.00
1,2
Memberikan
posisi
yang
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
04.00
1.2
Mengkolaborasikan dengan
dokter
dalam
pemberian
obat oral
Cefadroxil 500mg
Asamefenamat 500mg
Nifedipin 10mg
relaksasi.
DS: Pasien mengatakan mau
diberi obat
DO: obat tampak masuk
melalui oral
VI. EVALUASI
Tanggal/jam
No
30 september
DX
1 S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka
2015
EVALUASI
operasi
13.30
S: 36,9 C
obat
S: pasien mengatakan pusing
O: pasien tampak lemas dan pasien tampak pucat
TD: 150/100 mmHg
RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit
Ttd
S: 36,9 C
Urine protein + 3
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
20.30
S: 36,9 C
4. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian obat
01-10-2015
06.45
operasi
P: pasien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
S: skala nyeri 6 menjadi 5
T: nyeri berlangsung terus menerus
O: pasien tampak pucat
Pasien tampak meringis kesakitan dan pasien
tampak
memegangi perutnya
TD: 160/90 mmHg, RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit,
S: 36,9 C
4. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian obat
13.30
operasi
P: pasien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
N: 70 x/menit,
4. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian obat
S: 36,9 C
dengan
dokter
pemberian obat
S: pasien mengatakan masih merasa pusing
O: pasien tampak lemas dan pucat
TD: 160/90 mmHg
RR: 21 x/menit
N: 70 x/menit
S: 36,5 C
dalam
Urine protein + 1
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tirah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diet rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
02-10-2015
06,30
: 36,50C
dengan
pemberian obat
dokter
dalam
06.45
x/menit
S: 36 C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tirah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diet rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
13.30
13.45
x/menit
S: 36 C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
02 oktober
2015
20.30
20.50