Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

“MANAJEMEN DISASTER KELAUTAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Nama Npm
1. Viona Natalia Jermias 12114201180065
2. Wendy Tabela 12114201180123
3. Salmon Teurupun 12114201180143
4. Elsya Lokollo 12114201180119
5. Chelsea D. I. Sianressy 12114201180209
6. Nofianti Matilda Saiselar 12114201180178
7. Nova Andrias (Tidak aktif) 12114201180095
8. Loidikhe Ferdinandus 12114201180075
9. Karmalita Louk 12114201180098
10. Marvin Lelapary 12114201180012
11. Janry Sumah (Tidak aktif) 12114201170059
12. Sesia Kakisina (Tidak aktif) 12114201190237
13. Sarfien Pattileuw 12114201180112
14. Yulianti Silvia Kusaly 12114201180163

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya.
kami dapat menyelesaikan makalah terkait dengan “Trauma Healing” dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai hal tersebut. kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Ambon 06 Mei 2021

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Tujuan ………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Trauma Healing ………………………………………………………
B. Perilaku anak pasca bencana……………………………………………….
C. Trauma Healing sebagai tindakan pemulihan anak pasca bencana…………..
BAB III PEMBAHASAN JURNAL/ARTIKEL
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007).
Salah satu contoh terjadi bencana yaitu Gempa yang merupakan bencana yang tidak
dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun jika terjadi dapat menimbulkan kerusakan
dan dampak yang besar, Daya rusak bencana gempa sangat dahsyat. Sehingga dari
bencana tersebut maka masyarakat akan mengalami trauma, dan ini akan sangat
berdampak bagi anak-anak. Untuk itu kita dapat memberikan terapi berupa trauma
healing.
Kegiatan trauma healing lebih menekankan pada permainan yang sarat akan muatan
edukasi. Kegiatan permainan dilakukan secara kelompok. Bermain menjadi metode yang
tepat untuk anak dikarenakan melalui terapi bermain (play therapy) sama saja dengan
mengajak anak untuk bermain. Maksudnya mempengaruhi anak untuk tergabung dalam
permainan yang ditawarkan. Sehingga anak- anak merasa menikmati situasi yang sedang
terjadi walaupun tidak senyaman seperti biasanya sebelum bencana gempa bumi terjadi.
Selanjutnya, metode yang digunakan adalah motivasi diri (self- motivation). Yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi diri bagi korban gempa terutama anak-anak
untuk bangkit dan semangat berkarya dalam rangka membangun masa depan yang lebih
baik.

B. Tujuan
Untuk mengatahui cara keektifan dari trauma heeling berupa metode bermain dan
motivasi diri pada anak anak korban bencana alam khusus pada disaster kelautan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Trauma Healing
Secara bahasa healing artinya menyembuhkan, dalam konteks trauma healing disini
dapat diartikan sebagai usaha menyembuhkan seseorang dari trauma. Trauma healing
berhubungan erat dalam upaya mendamaikan, hal ini tentang membangun atau
memperbaiki hubungan manusia yang berkaitan dengan mengurangi perasaan kesepian,
memperbaiki kondisi kejiwaan, mengerti tentang arti kedamaian, mengurangi perasaan
terisolasi, kebencian, dan bahaya yang terjadi dalam hubungan antar pribadi (Paula dan
Gordon: 2003)
Trauma healing merupakan kegiatan yang dapat dilakukan secara perorangan atau
tim dengan metoda tertentu bertujuan untuk menyembuhkan atau meringankan beban
yang menggoncangkan jiwa seseorang atau kelompok tertentu akibat bencana alam
seperti tsunami, banjir, tanah longsor, ataupun kecelakaan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas trauma healing dapat diartikan sebagai upaya
untuk menyembuhkan dan mendamaikan seseorang yang mengalami kegoncangan jiwa
yang diakibatkan oleh sebab-sebab tertentu seperti bencana alam, kecelakaan, dan
masalah kehidupan lainnya yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.

B. Perilaku anak pasca bencana


Bencana merupakan peristiwa yang menimbulkan pengalaman traumatis bagi yang
mengalaminya. Pada saat seseorang mengalami bencana ia akan merasakan bingung,
panik, gelisah dan stres. Baik pada anak-anak maupun orang dewasa dampak dari
bencana bervariasi dari dampak jangka pendek sampai dengan jangka panjang. Peristiwa
traumatis tersebut tidak mempengaruhi seseorang dengan cara yang sama. Status sosial
ekonomi, jenis kelamin, usia, status kesehatan, pendidikan, maupun pekerjaan atau ras
dan etnis menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sejauh mana seseorang rentan
terhadap dampak dari sebuah bencana (Laluyan, dkk., 2007:23). Yang termasuk dalam
kelompok rentan antara lain orang miskin, perempuan, etnis minoritas, penyandang cacat
atau mental, orang lanjut usia dan anak-anak. Anak usia dini termasuk dalam kelompok
rentan yang mudah mengalami cedera, kerusakan, kehilangan, penderitaan dan kematian
akibat bencana. Mengingat anak usia dini lebih kesulitan didalam menghadapi peristiwa
traumatis karena keterbatasannya dalam hal masalah pengalaman hidup, ketrampilan
dalam memecahkan masalah serta keterbatasan didalam mengekspresikan perasaan dan
kebutuhannya. terdapat beberapa jenis reaksi yang dimunculkan anak secara umum yang
disebabkan peristiwa traumatik seperti bencana alam, meliputi:
a. Duka dan kesedihan
b. Menangis, merasa lemah
c. Mimpi buruk
d. Masalah fisik atau kesehatan (misalnya: jantung berdebar, sakit perut, sakit
kepala) i) Mudah marah
e. Takut berpisah dari orang yang dicintai
f. Anak mengajukan banyak pertanyaan tentang peristiwa yang akan datang.
g. Kesulitan dengan fungsi harian (misal, tidak mengerjakan PR, lupa berkemas

C. Trauma Healing sebagai tindakan pemulihan anak pasca bencana


Pemulihan dari suatu trauma membutuhkan waktu lama atau tidaknya proses trauma
healing tergantung dari individu itu sendiri.
Terdapat dua yaitu (play therapy) dan self motivation. :
a. Kegiatan trauma healing lebih menekankan pada permainan yang sarat akan
muatan edukasi. Kegiatan permainan dilakukan secara kelompok. Bermain
menjadi metode yang tepat untuk anak dikarenakan melalui terapi bermain (play
therapy) sama saja dengan mengajak anak untuk bermain. Maksudnya
mempengaruhi anak untuk tergabung dalam permainan yang ditawarkan.
Sehingga anak- anak merasa menikmati situasi yang sedang terjadi walaupun
tidak senyaman seperti biasanya sebelum bencana gempa bumi terjadi.
b. Self motivation bertujuan untuk meningkatkan motivasi diri bagi korban gempa
terutama anak-anak untuk bangkit dan semangat berkarya dalam rangka
membangun masa depan yang lebih baik. Upaya menyelamatkan diri atau
simulasi jika terjadi gempa juga disampaikan melalui lagu dan gerakan agar
siswa lebih mudah mengingat materi yang terkandung di dalamnya.

BAB III
PEMBAHASAN JURNAL/ARTIKEL

Jurnal Karinov Vol. 3 No. 2


(2020): Mei

Simulasi dan Trauma Healing Pasca Gempa pada Peserta Didik


SDN 1 Sambik Bangkol Nusa Tenggara Barat

Achmad Murdiono, Darmawan Subangkit*, Nabila


Rizqi Maimunah
Universitas Negeri Malang, Jalan
Semarang 5 Malang

Corresponding author:
dsubangkit@gmail.com

Latar Belakang :
Gempa dengan kekuatan 6,4 SR di hari Minggu tanggal 29 Juli 2018 menghantam
wilayah Lombok Timur sebagai titik episentrum di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gempa
yang terjadi selama sepuluh detik ini sukses membuat warga panik dan berlari berhamburan
keluar rumah. Titik episentrum gempa terjadi di 8.26 Lintang Selatan dan 116.55 Bujur Timur,
28 KM Barat Laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Gempa bumi tersebut tidak berpotensi
tsunami, namun menyebabkan puluhan rumah roboh di beberapa titik dan menimbul- kan
puluhan korban jiwa. Akibatnya, banyak warga mengungsi karena rumahnya roboh dan mereka
mengalami trauma pasca bencana dengan peningkatan yang cukup drastis.
Keadaan semakin parah ketika seminggu kemudian, gempa dengan 7,0 SR kembali
mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya pada hari Minggu, 05 Agustus 2018. Titik
episentrum terletak di Kabupaten Lombok Utara, sehingga kerusakan terparah menimpa wilayah
ini. Trauma masyarakat semakin besar karena datangnya gempa susulan dengan skala 6,2 SR
bersamaan dengan terjadinya pemadaman listrik di pulau Lombok sehingga semakin
memicu kepanikan warga. Meski tidak berpotensi tsunami gempa yang menimpa Kabupaten
Lombok Utara mengakibatkan ratusan korban jiwa dan ribuan warga mengungsi sehingga secara
psikis membutuhkan waktu yang bertahap untuk membangkitkan semangat masyarakat, terutama
semangat belajar pada anak karena pasca terjadinya gempa proses belajar mengajar
diberhentikan selama satu bulan.
Dampak langsung dari gempa bumi ini memaksa masyarakat untuk membangun tenda-
tenda darurat untuk bisa bertahan hidup, aliran listrik dibeberapa kecamatan mengalami
gangguan parah, sehingga sinyal provider tidak berfungsi. Warga terdampak yang luka
ringan maupun luka parah masih banyak yang dirawat di luar ruangan dengan fasilitas kesehatan
seadanya. Rumah-rumah warga sudah tidak bisa ditempati, tenda-tenda sederhana yang dibangun
hanya mampu melindungi warga dari panas matahari, namun tidak dari derasnya hujan. Selain
itu, angin kencang yang terus menerpa sesekali merusak tenda darurat yang dibangun. Trauma
pasca bencana gempa bumi yang datang berkali-kali belum hilang dari diri korban, yakni
masyarakat Kabupaten Lombok Utara namun hal serangkaian kejadian terus terjadi dan semakin
menambah trauma warga.
Tujuan :
Pengabdian ini adalah untuk mengadakan simulasi dan trauma healing pada korban bencana
gempa bumi di Lombok, yakni anak-anak di SD Negeri 1 Sambik Bangkol Nusa Tenggara Barat.
Kegiatan berjalan lancar dan sukses di mana anak-anak dapat mengetahui bagaimana harus
bersikap jika bencana gempa bumi datang serta mereka mendapatkan perlakuan yang
menggembiarakan sehingga rasa trauma yang ada pada diri mereka dapat dihilangkan secara
perlahan.
Metode :
Metode yang terkait dengan kegiatan trauma healing ini adalah penyuluhan, tanya jawab,
permainan (play therapy), dan self motivation.
Hasil :
Berdasarkan hal di atas, maka pemulihan yang dirasa tepat sebagai bentuk trauma healing
bagi peserta didik di SD Negeri 1 Sambik Bangkol adalah terapi bermain (play therapy) yang
dikombinasikan dengan dance therapy. Wujud dari terapi bermain (play therapy) yang
dilakukan adalah peserta didik di SD Negeri 1 Sambik Bangkol adalah bernyanyi yang
dikombinasikan dengan tarian (dance therapy) dan bercerita. Hal ini penting dilakukan dengan
tujuan untuk menjaga mental anak agar tetap stabil. Siswa- siswi disusun rapi membentuk
barisan, yang kemudian dengan penuh antusias mengikuti apa yang diinstruksikan. Seperti
menyanyi lagu “Gempa” dengan diiringi oleh lagu dan divariasikan oleh gerakan tubuh secara
sederhana. Anak-anak mengikuti irama lagu yang dicontohkan. Anak-anak tampak antusias dan
bahagia seolah-olah beban dan rasa takut yang dialami hilang sejenak dari pikiran mereka.

Pemberian pertanyaan berkaitan dengan tanggapan mengenai perasaan setelah mengikuti


kegiatan, menyampaikan cita-cita yang akan dicapai, dan harapan. Jawabannya di luar dugaan
bahwa anak- anak tersebut sangatlah mengapresiasi dengan dibuktikan ekspresi perasaan senang
dan gembira. Banyak anak-anak yang tetap bercita-cita tinggi seperti menjadi dokter, suster,
polisi, tentara hingga guru. Saat penyampaian ini, terlihat raut wajah mereka tanpa beban dan
penuh sikap keoptimisan bahwa apa yang kini mereka cita-citakan kelak akan mereka raih
meskipun rintangan mungkin kelak akan dihadapinya. Bisa saja rintangan tersebut adalah
datangnya bencana gempa bumi serupa.
Hal tersebut tentu mengajarkan anak secara emosional untuk belajar berkomunikasi secara
lebih baik. Belum lagi tentang harapan yang anak-anak lontarkan mengenai pendidikan untuk
terus berlanjut, misalnya terus bersekolah dengan riang dan senang di tengah-tengah suasana
panik dan cemas pasca bencana gempa bumi yang terjadi.
Pada kondisi seperti ini anak-anak membutuhkan perhatian lebih karena mereka belum
memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan perasaan. Jika dibiarkan, dampak psikologisnya
anak bisa menyendiri, sedih, dan sulit tidur. Bermain menjadi salah satu cara trauma healing
yang dapat dilakukan untuk mencegah anak-anak dari trauma berkepanjangan.
Oleh karena itu, bermain dapat digunakan sebagai media psikoterapi yang kemudian
disebut dengan terapi bermain. Bagi anak, bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada
dengan sendirinya (inherent). Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau
kepribadian adalah anak-anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya, selain itu anak
juga dapat memenuhi kebutuhan dan dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan
dalam kehidupan nyata (Darling-Hammond dkk., 2019).

Kesimpulan :
Pelaksanaan kegiatan simulasi dan trauma healing pasca gempa yang disampaikan pada
peserta didik di SD Negeri 1 Sambik Bangkol Nusa Tenggara Barat bertujuan untuk
mengembalikan psikologi anak dan menumbuhkan kembali semangat belajar serta mampu
menghadapi bencana dengan menyelamatkan diri jika terjadi gempa. Rangkaian kegiatan yang
disusun bersama dengan guru dan kepala sekolah sangat beragam diantaranya melalui play
therapy (terapi bermain) dan dance therapy (terapi menari) dua metode ini di kombinasi untuk
menjaga mental anak agar tetap stabil, kemudian siswa juga diajak tanya jawab dan bercerita
tentang cita-cita yang ingin di raih melalui jawaban yang luar biasa maka mendapat apresiasi
penuh agar siswa tetap semangat untuk mewujudkannya. Kegiatan trauma healing juga
dilaksanakan dengan pendekatan seni rupa yaitu pada olah kreasi seperti mengambar dan
mewarnai dengan tema lingkungan sekitar sehingga secara perlahan masa depan anak sudah
mulai diperkenalkan akan nilai-nilai kebersamaan untuk pulih dari trauma pasca bencana.
disarankan untuk dilakukan secara rutin dan berkesinambungan agar peserta didik dalam hal ini
anak-anak korban bencana tetap memiliki semangat belajar dan termotivasi dalam menjalani
kehidupan. Berdasarkan hal ini, penulis menyarankan agar secara bertahap dapat dilakukan
kegiatan trauma healing pada anak-anak korban bencana gempa bumi di Lombok. Kegiatan ini
dapat disiasati dengan melakukannya di sekolah, semisal dengan memasukkan materi berkaitan
dengan trauma healing ke dalam kurikulum sekolah.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan mengenai Terapi yang digunakan bagi anak yang
mengalami trauma maka dapat disimpulkan bahwa terapi bermain (play therapy) dan Self
motivation digunakan sebagai pemulihan trauma terhadap perilaku emosi anak usia dini
pasca bencana karena anak menunjukkan perilaku emosi seperti menangis, merengek,
gangguan tidur, masalah pertemanan, penurunan konsentrasi, mudah marah, gangguan
kesehatan, ketakutan berlebih dan tidak nyaman tinggal dipengungsian.
Perilaku emosi anak yang dominan paling sering muncul adalah perilaku mudah
marah dan menangis. Pemulihan trauma pada anak pasca bencana Pemulihan trauma
yang pertama, diberikan terapi bermain (play therapy) yang bertujuan mempengaruhi
anak untuk tergabung dalam permainan yang ditawarkan. Sehingga anak- anak merasa
menikmati situasi yang sedang terjadi walaupun tidak senyaman seperti biasanya sebelum
bencana gempa bumi terjadi. Sedangkan yang kedua yaitu Self motivation yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi diri bagi korban gempa terutama anak-anak untuk bangkit
dan semangat berkarya dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik.

B. Saran
Dalam hal kebencanaan seperti ini, usia seperti anak-anak harus selalu diawasi dan
dijaga agar tidak mengalami gangguan psikologi yang berlebihan. Untuk itu selain kita
memberikan terapi healing dalam berupa permainan ataupun motivasi, kita juga harus
melihat kebutuhan pangan juga bagi mereka. Karena dalam hal ini tanpa makanan
mereka tidak akan bisa semangat untuk melawan rasa takut mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Latipun. 2014. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi “Pemulihan Trauma Berbasis Komunitas:
Pengalaman Indonesia dalam Intervensi Trauma Massal”. Volume 2 (3) 278-285

Nirwana, Herman. 2012. Konseking Trauma Pasca Bencana. Vol 15 No 2 (Desember 2012)

Nugroho, D. U. (2012). Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana
Alam.2, 5.

Thoyibah, Z., Dwidiyanti, M., Mulianingsih, M., Nurmayani, W., & Wiguna, R. I. (2019).
Gambaran Dampak Kecemasan dan Gejala Psikologis pada Anak Korban Bencana Gempa
Bumi di Lombok. 2(1), 8.

Undang undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Anda mungkin juga menyukai