Anda di halaman 1dari 16

Nama : Anasya Agustina

NIM : 25000120110084
Kelas : A FKM 2020

TUGAS INDIVIDU MANAJEMEN BENCANA


1. Buatlah 2 contoh kegiatan trauma healing, lengkap dengan tujuan dari kegiatan
tersebut!
Jawaban : Bentuk kegiatan Trauma Healing anak anak pasca kejadian Gempa Bumi
    Biblioterapi 
        Biasa disebut dengan terapi membaca yang mana dapat membantu
korban bencana dalam mengatasi masalahnya sehingga mampu meningkatkan
resiliensi korban bencana alam. Biblioterapi adalah teknik dalam membantu
konseli melalui kegiatan pemberian buku bacaan tentang cerita atau kisah
orang lain yang mengalami permasalahan yang sama atau hampir sama dengan
konseli sehingga cara berpikir konseli menjadi lebih rasional dan dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Biblioterapi menjadi
penanganan trauma healing untuk mereduksi dampak psikologis korban
bencana alam dimana biblioterapi ini bisa menjadi media trauma healing
dalam upaya mereduksi dampak psikologis korban bencana. (1)
Menurut Eriord (2017), tujuan biblioterapi diantaranya 
 Pembelajaran berpikir konstruktif dan positif;
 Mendorong dalam mengungkapkan masalah dengan bebas; 
 Membantu konseli menganalisis sikap dan perilakunya; 
 Mencari solusi-solusi alternatif untuk masalah konseli; dan 
 Memungkinkan konseli menemukan dimana masalahnya serupa dengan
masalah yang dihadapi oleh orang lain. 
 
 Bermain Puzzle 
         Pada permainan puzzle, setiap siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang
terdiri dari dua anggota. Setiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi
kepingan puzzle. Setiap kelompok menyelesaikan persoalan dengan
menyatukan kepingan puzzle dalam waktu yang terbatas. Setiap kelompok
diminta untuk bekerja sama, berdiskusi untuk menyelesaikan/ menggabungkan
kepingan puzzle secara utuh. 
          Puzzle juga merupakan sebuah permainan yang dapat menarik perhatian
anak, melalui puzzle anak akan belajar sesuatu hal yang rumit serta bagaimana
puzzle ini akan tersusun dengan benar. Tujuan dari kegiatan bermain Puzzle
ini  juga meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi anak (Handajani &
Yunita, 2019) Dalam menyusun puzzle maka akan melatih kesabaran,
ketangkasan mata, dan tangan untuk menyusun puzzle tersebut (Oktaviyani &
Suri, 2019).

DAFTAR PUSTAKA
Akmal N, Riyadh M, Asy A, Nur SA, Tenri A. Terapi Bermain Sebagai Solusi Trauma
Healing Pada Anak di Kawasan Bencana Pasca Gempa. :742–6.
Nama : Azzura Sakha Sabilla
NIM : 25000120120026
Kelas : A FKM 2020
TRAUMA HEALING
Trauma healing merupakan proses penyembuhan pasca trauma agar orang yang
mengalami trauma dapat terus melanjutkan hidupnya tanpa adanya bayang-bayang dari
kejadian yang menyebabkan trauma tersebut seperti pasca terjadinya bencana. Contoh
kegiatan trauma healing adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Terapi Melalui Bermain
Untuk mengatasi trauma pada anak-anak dapat dilakukan kegiatan terapi
bermain atau play therapy dengan mengajak anak-anak bermain, bernyanyi, menari,
ataupun sambil bercerita baik secara individu maupun kelompok. Tujuan dari terapi
bermain ini adalah untuk mengalihkan perhatian dan fokus anak-anak dari berbagai
situasi mengkhawatirkan dan mencengkam. Terapi bermain ini juga dapat membantu
menghilangkan beberapa permasalahan seperti kecemasan dan perubahan perilaku
pada anak akibat trauma serta dapat menimbulkan perasaan nyaman kepada anak-
anak sehingga mereka lebih dapat mengendalikan perasaannya. Di usia anak-anak,
kegiatan yang melibatkan permainan dapat menjadi cara yang tepat untuk mengatasi
rasa trauma yang berkepanjangan dan menjaga mental anak agar tetap stabil karena
mereka akan lebih mudah menerima sesuatu dalam berbentuk permainan sehingga
ingatan mereka tentang kejadian yang menyebabkan trauma dapat berkurang secara
perlahan(1). 

2. Kegiatan Sosial Secara Berkelompok


Melakukan berbagai macam kegiatan sosial secara berkelompok seperti
memasak bersama, kegiatan berbagi kebutuhan pokok, sharing pengalaman, dan
melakukan pelatihan persiapan untuk melatih mental agar lebih siap apabila sewaktu-
waktu terjadi bencana lagi menjadi cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi trauma
terutama pada orang dewasa. Tujuan kegiatan sosial secara berkelompok ini adalah
dapat membuat korban merasa bahwa mereka tidak sendirian karena mendapat
dukungan dan perhatian dari orang disekitar. Sharing pengalaman juga bertujuan agar
korban dapat mengekspresikan emosi dan berbagi cerita sehingga tekanan dan
kekhawatiran yang mereka rasakan dapat berkurang. Kegiatan sosial yang dilakukan
secara bersenang-senang juga dapat mengalihkan ingatan korban dari kejadian
mengerikan yang terjadi kepada mereka sehingga rasa trauma pun secara perlahan
dapat berkurang(2). 

DAFTAR PUSTAKA
1. Salamor AM, Salamor YB, Ubwarin E. Trauma Healing Dan Edukasi Perlindungan Anak
Pasca Gempa Bagi Anak-Anak Di Desa Waai. Community Dev J  J Pengabdi Masy.
2020;1(3):317–21. 
2. Muhammad. Trauma Healing Terhadap Korban Bencana Alam di Jawa Timur, Indonesia.
Mhs Progr Pascasarj UIN Sunan Ampel Surabaya. 2019;383–98. 
Nama : Dwi Ayu Pundarika Vimaladewi
NIM : 25000120120022
Kelas : A FKM 2020
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA
1. Buatlah 2 contoh kegiatan trauma healing, lengkap dengan tujuan dari kegiatan
tersebut !
Jawaban :
Trauma healing dapat diartikan sebagai upaya untuk menyembuhkan dan
mendamaikan seseorang yang mengalami kegoncangan jiwa yang diakibatkan oleh
sebab-sebab tertentu seperti bencana alam, kecelakaan, dan masalah kehidupan
lainnya yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu. 2 contoh kegiatan
trauma healing yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1. Kegiatan Trauma Healing Pada Anak – Anak dengan Play Therapy
Play Therapy menjadi pilihan dalam metode penanganan trauma healing bagi
anak - anak yang terkena dampak, karena bermain merupakan media yang alami
sehingga dapat digunakan dalam mengungkapkan diri sehingga anak-anak akan
kembali ke dunia anak-anak yang ceria dan bahagia. Play therapy yang dilakukan
pada anak - anak dengan tujuan. agar anak-anak dapat melepaskan rasa trauma akibat
dampak dari kejadian atau bencana yang menimpa mereka, sehingga rasa gelisah,
ketakutan dan rasa cemas dilepaskan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan.
Dalam play therapy, anak-anak melakukan berbagai permainan yang dapat
menghibur, melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat mendorong anak menjadi lebih
kreatif seperti menggambar, bernyanyi dan sebagainya.
2. Kegiatan Trauma Healing Pada Masyarakat Melalui Konseling Traumatik
Konseling traumatik adalah konseling yang dilakukan dalam rangka
pemulihan dan penyembuhanorang-orang yang mengalami berbagai trauma.
Pemulihan trauma dalam masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
individual juga dapat dilakukan secara kelompok. Dalam banyak kasus pemulihan
trauma justru lebih efektif dilakukan secara kelompok. Ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk membantu pemulihan dari trauma yang cepat dan mudah, yaitu
secara individual yaitu dengan mengobrol, mendengarkan keluhan, memotivasi
individu untuk melakukan aktivitas. Pada keluarga memberikan dukungan yang dapat
menghibur anggota keluarga yang merasa kehilangan dalam bencana tsunami. Dan
bagi komunitas masyarakat dapat dilakukan debriefing setelah suatu kejadian
bencana, mengembangkan kelompok dukungan, atau mengembangkan kelompok
mandiri (self-help group).
Adapun tujuan konseling traumatik adalah sebagai berikut: 
a. Menjelajahi dan mengekplorasi trauma, serta rasa kepedulian yang ada sehingga dapat
menentukan suatu tindakan yang positif terhadap trauma yang dihadapi
b. Membantu untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran 
c. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
d. Diharapkan adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik,
adanya tujuan hidup yang jelas dalam masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasih, R., & Putri, L. D. (2019). Trauma Healing Dengan Menggunakan Metode Play Terapy
Pada Anak-Anak Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Sumur Propinsi Banten.
Bantenese - Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1). https://doi.org/10.30656/ps2pm.v1i1.1042
Raya, M. K. F. (2016). Komunikasi Terapeutik Islam sebagai Penanggulangan Problematika
Psikologis Siswa-Siswi Madrasah. Journal of Chemical Information and Modeling, 2(1), 43–
64.

Helwa Firdausa Asti


25000120120002
Kelas A FKM 2020

TUGAS MANAJEMEN BENCANA

Buatlah 2 contoh kegiatan trauma healing lengkap dengan tujuan dari kegiatan
tersebut!
 Jawaban :
Trauma healing merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara perorangan
atau tim dengan menggunakan metode tertentu yang memiliki tujuan untuk
menyembuhkan, meringankan, atau mengurangi beban yang dapat menggoncangkan
jiwa seseorang atau suatu kelompok tertetu akibat kejadian trauma (Hatta, K., 2015).
Kegiatan trauma healing sangat diperlukan bagi para korban bencana sehingga
diharapkan korban dapat benar – benar sembuh dari trauma tersebut dan menjalani
aktivitas seperti biasanya. Selain itu, trauma healing mampu mengantisipasi Post-
Traumatic Stress Disorder (PTSD). PTSD adalah suatu keadaan gangguan kesehatan
mental akibat peristiwa yang mengerikan, seperti kecelakaan, perang, atau bencana
alam (banjir, tsunami, gempa bumi, dll) (Salamor, dkk, 2020).
Contoh kegiatan trauma healing bagi para korban bencana, seperti :
1. Play Therapy (Terapi Bermain)
Play therapy merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan trauma healing
pada anak – anak. Metode ini menjadi pilihan karena bermain merupakan media
alami yang dapat dipakai dalam mengungkapkan diri dan perasaan sehingga anak
– anak akan kembali ke dunia mereka yang ceria, bahagia, dan akan menikmati
suasana menyenangkan saat itu. Metode ini dapat dikombinasikan dengan
kegiatan bernyanyi, menari, menggambar, dll. Play therapy dilakukan dengan
tujuan untuk menjaga mental anak supaya tetap stabil pasca kejadian trauma.
2. Self Motivation (Motivasi Diri)
Self motivation merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan trauma
healing baik pada anak – anak maupun orang dewasa. Metode ini dapat diisi
dengan kegiatan saling memotivasi satu sama lain melalui tontonan video
motivasi, menuliskan surat motivasi, bermain bersama, dll. Self motivation
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi diri para korban pasca
trauma untuk kembali bangkit semangat dan berkarya melanjutkan masa depan
mereka yang cerah.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasih, R., & Diniarizki, L. 2019. Trauma Healing dengan Menggunakan Metode Play Terapy
pada Anak – anak Terkena Dampak Tsunami di Kecamatan Sumur Propinsi Banten.
Bantenese Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1): 32 – 39.
Murdiono, A., Subangkit, D., & Maimunah, N.R. 2020. Simulasi dan Trauma Healing Pasca Gempa
pada Peserta Didik SDN 1 Sambik Bangkol Nusa Tenggara Barat. Karnikov, 3(2):74 – 78.
Puspensos. 2021. Penanganan Pertama Pasca Bencana di Indonesia Melalui Trauma Healing.
(https://puspensos.kemensos.go.id/penanganan-pertama-pasca-bencana-di-indonesia-
melalui-trauma-healing), diakses pada 21 Februari 2022.
Salamor, A.M., Salamor, Y.B., & Ubwarin, E. 2020. Trauma Healing dan Edukasi Perlindungan
Anak Pasca Gempa bagi Anak – anak di Desa Waai. Community Development Journal, 1(3):
317 – 321.

Nama : Lailatus Arla Tria Angelia


NIM : 25000120120005
Kelas : A FKM 2020

TUGAS MANAJEMEN BENCANA

Tugas :
Buatlah 2 contoh kegiatan trauma healing, lengkap dg tujuan dari kegiatan tersebut.

Jawaban :
1. Play Therapy (terapi bermain)
PTSD dapat terjadi terhadap kalangan manapun baik itu pada orangtua, lansia,
remaja maupun anak-anak. Anak-anak menjadi salah satu bagian rentan terkena
trauma. Anak yang sebagai korban bencana menurut Lesmana (2005) perlu
mendapatkan sebuah penanganan yang cukup serius agar dapat meminimalisir akibat
yang berkepanjangan yang dapat menghambat perkembangan anak. Khususnya pada
anak usia dini dengan kisaran 2-5 tahun yang belum mengerti, belum memahami kata-
kata secara krusial, belum dapat mengutarakan sebuah emosi yang dirasakan sehingga
perlu penangan khusus bagi anak-anak usia dini ini, salah satu metode yang paling
tepat digunakan untuk anak usia dini dalam menagani trauma pasca bencana aialah
konseling berupa play therapy (terapi bermain). 1

Hal tersebut didukung dengan data sebanyak 26 % anak mengalami beberapa


kejadian trauma seperti pelecehan seksual, pola asuh yang salah, interaksi sosial yang
tidak baik dengan orang tua, dan hal itu dapat berdampak pada perkembangan otak
dalam sehingga pentingnya bermain didalam proses konseling seorang konselor dapat
menggunakan terapi bermain untuk menggunakan traumatik yang dialami oleh anak-
anak (Bray, 2015). 
Play therapy menurut Dzulfaqori (2017) ialah sebuah teknik yang mampu
menangani anak pasca trauma bencana untuk menghibur dan mengatasi masalah yang
diderita anak melalui bermain. Masykur (2006) mengatakan bahwa anak-anak yang
terkena korban bencana memiliki berbagai karakter yang khas, sehingga sangat
dibutuhkan bentuk-bentuk intervensi yang selaras dengan karakteristik dan
perkembangan anak agar gangguan trauma dapat menurun. Lebih lanjut Mukhadiono
(2016) menyebutkan bermain merupakan salah satu metode yang paling cocok.
Karena melalui bermain anak akan merasa nyaman, senang dalam mengekspresikan
dan mengeksplorasi perasaan yang ada pada dirinya, dan anak akan melupakan
kondisi trauma yang dialami pada dirinya.
Terapi bermain juga dapat menghilangkan beberapa permasalahan seperti
kecemasan, enghilangkan batasan, hambatan dalam diri, frustasi serta mempunyai
masalah pada emosi yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku anak yang kurang
sesuai menjadi tingkah laku yang sesuai dan diharapkan sehingga anak dapat bermain
dan lebih kooperatif dan dapat mudah diajak untuk kerjasama ketika menjalani terapi
(Noverita, 2017).
2. Debriefing
Pemulihan trauma dalam masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
secara individual juga dapat dilakukan secara kelompok. Dalam banyak kasus
pemulihan trauma justru lebih efektif dilakukan secara kelompok. Ada beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan dari trauma yang cepat dan
mudah, yaitu secara individual: mengobrol, mendengarkan keluhan, memotivasi
individu untuk melakukan aktivitas. Pada keluarga memberikan dukungan yang dapat
menghibur anggota keluarga yang merasa kehilangan dalam konflik dan tsunami. Dan
bagi komunitas masyarakat dapat dilakukan debriefing setelah suatu kejadian
bencana, mengembangkan kelompok dukungan, atau mengembangkan kelompok
mandiri (self-help group).
Sondang Irene. E. Sidabutar menyatakan debriefing menunjukkan suatu
pemberian informasi atau kegiatan pemberian petunjuk.Selain itu sering menunjuk
pada kegiatan kelompok untuk meminimalkan danpak trauma, dan dilakukan segera
setelah suatu peristiwa traumatis terjadi. Landasan pemikirannya adalah semakin
cepat individu atau kelompok membagikan pengalaman traumatisnya, semakin
minimal ia menyimpan pengalaman traumatisnya maka semakin kecil kemungkinan
ia mengalami masalah psikologis akibat trauma. Batasan kesegeraan debriefing tidak
dapat ditetapkan secara kaku, tetapi dapat dilakukan dalam jangka waktu sampai tiga
hari antara 24-72 jam. Debriefing akan bermanfaat dilakukan pasca bencana alam,
kecelakaan, peristiwa pemboman atau peristiwa traumatis lainnya. 2

Referensi : 
1. Widyastuti C, Widha L, Aulia AR. Play Therapy Sebagai Bentuk Penanganan Konseling
Trauma Healing Pada Anak Usia Dini. Hisbah J Bimbing Konseling dan Dakwah Islam.
2019;16(1):100–11. 
2. Hatta K. Trauma Dan Pemulihannya [Internet]. 2016. 153 p. Available from:
dakwaharranirypress@yahoo.com

Buatlah 2 contoh kegiatan trauma healing, lengkap dengan tujuan dari kegiatan tersebut!
1. Biblioterapi 
biasa disebut dengan terapi membaca yang mana dapat membantu korban bencana
dalam mengatasi masalahnya sehingga mampu meningkatkan resiliensi korban
bencana alam. Biblioterapi adalah teknik dalam membantu konseli melalui kegiatan
pemberian buku bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami
permasalahan yang sama atau hampir sama dengan konseli sehingga cara berpikir
konseli menjadi lebih rasional dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
oleh konseli. Biblioterapi menjadi penanganan trauma healing untuk mereduksi
dampak psikologis korban bencana alam dimana biblioterapi ini bisa menjadi media
trauma healing dalam upaya mereduksi dampak psikologis korban bencana. (1)
Menurut Eriord (2017), tujuan biblioterapi diantaranya 
1. Pembelajaran berpikir konstruktif dan positif;
2. Mendorong dalam mengungkapkan masalah dengan bebas; 
3. Membantu konseli menganalisis sikap dan perilakunya; 
4. Mencari solusi-solusi alternatif untuk masalah konseli; dan 
5. Memungkinkan konseli menemukan dimana masalahnya serupa dengan
masalah yang dihadapi oleh orang lain. 
Selain itu, tujuan biblioterapi adalah: 
1. Memberi informasi tentang masalah; 
2. Memberi insight masalah; 
3. Menstimulasi diskusi tentang masalah; 
4. Mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap baru; 
5. Menciptakan kesadaran bahwa orang lain berhasil mengatasi masalah yang
mirip; dan 
6. Memberi solusi atas permasalahan
2. Terapi Bermain (Play Therapy)
menawarkan kegiatan permainan sebagai bentuk terapi kepada anak-anak. Terapi ini
dapat mengalihkan fokus anak dari situasi mencekam maupun mengkhawatirkan.
Bermain setidaknya dapat mempersiapkan mental anak untuk menerima situasi yang
dihadapi sekarang sehingga bila digunakan pada situasi dan kondisi yang tepat dapat
bermakna sebagai kegiatan fisik sekaligus terapi. Terapi ini dilakukan dengan tujuan
untuk menjaga mental anak agar tetap stabil. Bermain menjadi salah satu cara trauma
healing yang dapat dilakukan untuk mencegah anak-anak dari trauma berkepanjangan.
Oleh karena itu, bermain digunakan sebagai media psikoterapi yang kemudian disebut
dengan terapi bermain. Bagi anak, bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada
dengan sendirinya (inherent). Tujuan lain dari terapi bermain adalah menurunkan
tingkat kecemasan dan mengembalikan kondisi emosional anak-anak pasca bencana
dengan berbagai macam permainan yang dilakukan secara individu maupun
kelompok. (2)

DAFTAR PUSTAKA
1. Khairul Rahmat H, Budiarto A. Mereduksi Dampak Psikologis Korban Bencana Alam
Menggunakan Metode Biblioterapi Sebagai Sebuah Penanganan Trauma Healing. J Contemp
Islam Couns. 2021;1(1):25–38. 
2. Salamor AM, Salamor YB, Ubwarin E. Trauma Healing Dan Edukasi Perlindungan Anak
Pasca Gempa Bagi Anak-Anak Di Desa Waai. Community Dev J  J Pengabdi Masy.
2020;1(3):317–21. 
Tugas Manajemen Bencana TM 2
Muhammad Rafli // 25000120120013
A FKM 2020

KEGIATAN TRAUMA HEALING PASCA BENCANA

Trauma healing secara sederhana dapat dikatakan sebagai kegiatan


menyembuhkan/meringankan beban seseorang dari trauma. Sedangkan kegiatan trauma
healing pasca bencana merupakan suatu kegiatan yang dilakukan perorangan maupun
kelompok melalui metode atau pendekatan psikologis yang bertujuan untuk meringankan
beban trauma seseorang, mengurangi rasa takut, menghilangkan ketegangan, dan menghapus
ataupun mengurangi memori mengenai suatu bencana setelah bencana terjadi.
Terdapat beragam jenis metode trauma healing yang dapat dilakukan guna membantu
korban pasca bencana, berikut beberapa contoh kegiatan trauma healing, yaitu:
1. Talk Therapy
Talk therapy atau terapi berbicara merupakan salah satu contoh kegiatan
trauma healing berupa kegiata komunikasi secara verbal. Terapi atau kegiatan ini
bertujuan mebantu seseorang mengutarakan rasa sakit emosionalnya serta
menemukan jalan keluar atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Apabila diibaratkan, kegiatan trauma healing bukan kegiatan yang dapat
disamakan keberlangsungannya untuk tiap kelompok atau orang. Kegiatan trauma
healing harus diadaptasi sesuai dengan gejala ataupun kondisi sasaran. Oleh karena
itu, terapi berbicara berguna untuk mengetahui dan membantu menemukan jalan
keluar agar tiap korban bencana dapat menentukan cara yang adapatif guna mengelola
masalahnya. Contoh dari terapi berbicara adalah life coaching.
2. Play Therapy
Terapi melalui permainan atau play therapy merupakan kegiatan trauma
healing bagi anak-anak korban bencana berupa permainan-permainan ringan yang
dapat meningkatkan semangat mereka. Dalam kejadian pasca bencana, anak-anak
merupakan salah satu golongan korban yang paling terdampak baik secara psikologis
maupun fisik, pentingnya mengembalikan semangat diri dan keceriaan pada anak
merupakan hal yang terpenting karena anak-anak memiliki beragam potensi yang
tidak boleh terkubur begitu saja.
Terapi bermain bertujuan untuk meningkatkan semangat anak-anak, kecerian
dan kebahagian anak-anak, dan mendorong anak-anak agar menjadi kreatif dan
melupakan traumanya. Terapi bermain dapat dilakukan secara sederhana seperti
menggambar, bermain sock puppets, menari, menggambar gambar imajinasi anak-
anak, dan masih banyak lainnya.
Contoh trauma healing berbentuk terapi bermain adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Rahmi Mulyasih dan Liza dari Universitas Serang Raya pada anak-
anak di Kecamatan Sumur, Provinsi Banten. Terapi tersebut dilakukan kepada anak-
anak terdampak tsunami pada tahun 2019, terapi bermain yang mereka lakukan adalah
menari dan bermain board games.

DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud RI. (2018). Modul Bimtek Pemulihan Trauma (Trauma Healing). Kemendikbud RI.
Mulyasih, R., & Diniarizky, L. (2019). Trauma Healing Dengan Menggunakan Metode Play
Terapy Pada Anak-Anak Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Sumur Propinsi Banten.
Bantenese - Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 32–39. 
Sukmana, O. (2016). Post-Disaster Recovery Process Based on Social Resettlement Model. Jurnal
PKS, 15(4), 307–316.

Nama : Sheila Indah Puspitaningtyas


NIM : 25000120120004
Kelas : 4A FKM 2020

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA TM 2


1. Buatlah dua contoh kegiatan trauma healing lengkap dengan tujuan dari kegiatan
tersebut!
Jawaban
Trauma healing merupakan suatu aktivitas penyembuhan dari trauma yang dialami
oleh seseorang setelah terjadinya suatu bencana, atau suatu kejadian buruk. Dalam
prosesnya trauma healing ini membutuhkan waktu yang berbeda tergantung individu
itu sendiri. Ada beberapa kegiatan yang dapat digunakan misalnya dengan kegiatan
bermain atau bercerita.
a. Trauma healing dengan bermain (play terapi) dan berteriak (teknik relaksasi
penghalau singa)
Trauma healing dengan bermain, umumnya digunakan untuk usia anak anak yang
mengalami trauma pasca bencana. Kegiatan ini merupakan metode yang tepat
dilakukan karena umumnya anak anak menyukai permainan dan dengan
permainan anak dapat lebih mengekspresikan emosi yang ada pada dirinya.
Berteriak akan membantu mereka mengeluarkan emosi dan mengutarakan
perasaan terendam mereka. Kegiatan bermain dan berteriak ini dapat dilakukan
dengan cara permainan “Penghalau Singa”. Hal ini dimulai dengan satu orang
(biasanya relawan yang membantu proses trauma healing) menceritakan tentang
seekor singa yang hidup tentram kemudian datanglah pengganggu. Kemudian
singa tersebut mengaum dengan keras untuk mengusir pengganggu tersebut.
Dalam permainan ini seseorang yang dalam proses penyembuhan trauma akan
berperan sebagai singa, sehingga ia bisa berlarian, berkejaran, sambil berteriak
kencang untuk mengeluarkan emosi yang dia pendam. Tujuan kegiatan bermain
dan berteriak ini secara umum adalah untuk penyembuhan dengan mengeluarkan
emosi terpendam, menghilangkan rasa cemas maupun frustasi, menumbuhkan
keceriaan dengan bermain, mengembangkan rasa percaya diri, dan meningkatkan
kemampuan dalam bersosialisasi.
b. Trauma healing dengan teknik ekspresif menulis atau bercerita 
Trauma healing dengan teknik bercerita umum dilakukan pada seseorang yang
sedang mengalami trauma. Metode ini dapat dilakukan pada semua kalangan usia
baik tua, dewasa, remaja, maupun anak anak. Demikian pula dengan menulis.
Dengan menulis atau bercerita seseorang dapat mengekspresikan apa yang dia
rasakan. Metode bercerita dapat dilakukan dengan kegiatan menceritakan sesuatu
yang dirasakan (curhat). Atau bisa juga apabila dalam usia anak anak, anak
tersebut akan diberikan dongeng yang dapat memotivasi. Metode bercerita
bertujuan untuk melepas pikiran yang telah terbelenggu pada benak seseorang
yang mengalami trauma, melatih jiwa sosial, dan memotivasi lewat cerita atau
dongeng-dongeng sehingga menggugah semangat dan menumbuhkan harapan
baru bagi anak. Metode menulis dapat dilakukan dengan kegiatan mencurahkan
perasaan atau pikiran melalui tulisan. Selain itu juga dapat dimodifikasi dengan
menuliskan harapan harapan masa depan. Hal ini bertujuan untuk memacu
semangat agar bangkit dari keterpurukan dan mencapai apa yang dicita citakan.
Selain itu menuliskan harapan dapat membuat seseorang merasa bahwa dia berhak
untuk sembuh dari trauma dan berhak memiliki impian serta mewujudkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Taliningtyas P. Pemulihan Trauma Terhadap Perilaku Emosi Anak Usia Dini Pasc Bencana Tanah
Longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kec. Karangkobar Kab. Banjarnegara. Skripsi.
2017;34. 
Kebudayaan KP dan, Kependidikan DJGDT, Kependidikan DPT. Pemulihan Trauma ( Trauma
Healing ) [Internet]. 2018. Available from:
http://repositori.kemdikbud.go.id/12046/1/MODUL_Trauma_Healing_81118.pdf

Nama : Zhafarina Laili Hasan


NIM : 25000120120037
Kelas : A FKM 2020 
Tugas Manajemen Bencana
Dosen Pengampu: Dr. drs. Suroto, MPD

1. Buatlah 2 contoh dari kegiatan trauma healing dan tujuan dari kegiatan tersebut. 
 Trauma Healing Pasca Bencana Banjir
 Tujuan dari trauma healing yaitu untuk membangun kembali mental
serta psikis dari korban pasca bencana banjir, kegiatan ini sudah
seharusnya diterapkan pada kelompok anak-anak dan lansia. 
 Trauma healing dapat dilakukan dengan cara mengajak anak-anak
korban dari bencana banjir untuk dapat melakukan suatu aktivitas
kegiatan belajar yang beriringan dengan bermain, tujuan nya ialah
untuk mengurangi rasa trauma pada anak-anak korban bencana banjir
tersebut. Tidak hanya itu tujuan lain dari trauma healing yaitu anak-
anak dapat melupakan kejadian bencana banjir sehingga akan membuat
mereka lebih siap dikemudian hari.
 Kegiatan trauma healing ini dilakukan dengan :
1. Terapi Bermain dengan Media permainan ular tangga, 
2. Senam pagi bersama, 
3. Konseling 
4. Pemeriksaan kesehatan. 
 Tujuan dari kegiatan trauma healing
 Terapi Bermain dengan Media permainan ular tangga dengan
tema edukasi pengenalan sayur & tidak membuang sampah
sembarangan : Terapi Bermain dengan media permainan ular tangga,
tentunya dapat membantu mengurangi dampak psikologis misalnya
seperti mengurangi kecemasan, menghilangkan batasan, hambatan
dalam diri, frustasi, serta memiliki masalah pada emosi yang dapat
merubah tingkah laku anak menjadi dapat bermain dan lebih kooperatif
pada anak-anak pasca bencana banjir. Dengan adanya media
permainan ular tangga bertema pengenalan sayur dan tidak membuang
sampah menjadi pondasi pada kegiatan anak-anak tentang pentingnya
mengkonsumsi buah dan sayur serta menjadi agent of change untuk
tidak membuang sampah sembarang, dimana sampah dibuang
sembarang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan bencana
banjir.
 Senam pagi bersama : kegiatan senam pagi Bersama ini dilakukan
untuk menjaga kebugaran jasmani para korban bencana, melatih otot-
otot pada tubuh, melancarkan peredaran darah sehingga lebih sehat dan
segar, terkena paparan sinar matahari pagi yang bermanfaat bagi tubuh
karena kaya kandungan vitamin D, mengurangi stress serta membuat
lebih bahagia karena dengan melakukan gerakan senam maka tubuh
akan melepaskan hormone endorphine. 
 Konseling : kegiatan konseling ini menjadi kegiatan yang sangat
diperlukan bagi para korban bencana, tujuan nya ialah untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan para korban bencana dan
menghilangkan rasa ketakutan serta kecemasan kepada para korban
banjir, dan akan merasa lebih rileks serta tenang dan juga merubah
pola fikir orang tua terhadap kejadian bencana yang menimpa mereka
agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
 Pemeriksaan Kesehatan :  setelah bencana alam terjadi maka akan
ada beberapa orang yang terluka baik secara fisik maupun mental, oleh
sebab itu para korban tersebut pasti akan membutuhkan pertolongan
medis. Kegiatan pemeriksaan kesehatan sangat diperlukan pula bagi
korban bencana untuk memantau kesehatan diri mereka, disamping itu
kondisi dari lingkungan yang biasanya buruk di tempat pengungsian
perlu dibenahi agar tidak menyebabkan penyebaran penyakit yang
berbahaya di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Cimahi (2018) Senam Pagi ASN & Masyarakat Kota Cimahi sebagai
Rutinitas Aktivitas Fisik setiap Jum’at Wujud Perilaku Cerdik dan Sehat., Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/post/senam-pagi-
asn-masyarakat-kota-cimahi-sebagai-rutinitas-aktifitas-fisik-setiap-jumat-wujud-perilaku-
cerdik-dan-sehat (Accessed: 21 February 2022).
Sukhriyatun, S., Rahmawati, A. and ... (2021) ‘Trauma Healing Pasca Banjir Di Desa Cemara Kulon
Kecamatan Losarang Indramayu’, Abdi Wiralodra: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3(September), pp. 160–172. Available at:
https://abdiwiralodra.unwir.ac.id/index.php/abdi/article/view/42.

Contoh Kegiatan Trauma Healing dan Tujuannya


1. Permainan Tradisional sebagai Upaya Trauma Healing Pasca Bencana pada Anak Usia
Dini
Bencana yang terjadi tidak hanya berakibat pada kerugian harta benda, rusaknya
lingkungan, bahkan korban jiwa namun juga dapat memberi efek buruk pada psikologis
seseorang baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Rasa gelisah, takut, tidak tenang,
dan trauma merupakan hasil yang ditimbulkan dari dampak psikologis setelah terjadinya
bencana utamanya pada anak usia dini. Menurut Deters (2011), anak-anak usia 0-8 tahun
memiliki persentase yang tinggi terhadap dampak yang ditimbulkan dari bencana yang
terjadi. Hal ini terjadi karena, anak-anak korban bencana belum memiliki kematangan
identitas diri dan kemampuan koping stress (Kaplan dkk, 1997 dalam Safitri, 2018). 
Dengan hal ini, sangat perlu adanya penanganan yang baik untuk menyembuhkan trauma
yang dimiliki anak-anak yang bertempat tinggal di lokasi bencana. Upaya trauma healing
pada anak usia dini tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik mereka yang suka
bermain sehingga terapi yang perlu dilakukan yaitu terapi bermain. Hal ini tentunya
didukung oleh Mukhadiono, dkk (2016) bahwa terapi bermain dapat menjadi salah satu
program penanganan dampak psikologis anak korban bencana. Ketika bermain, anak-
anak dapat mengekspresikan perasaan mereka yang sedih, takut, gelisah dengan teman
sebaya mereka. Selain itu, bermain membuat mereka senang dan melupakan kesedihan
mereka. Salah satunya yaitu dengan permainan tradisional. Permainan tradisional ini
merupakan permainan yang telah diturunkan dari satu generasi  ke generasi selanjutnya
yang mengandung nilai baik dan positif atau mengandung nilai-nilai kearifan local.
Contoh dari permainan tradisional meliputi kelereng, egrang, dengklek, dan sebagainya.
Fungsi dan tujuan dari bermain ini yaitu memberikan terapi pada anak yang mengalami
guncangan psikis usai terjadi bencana. Menurut Nawangsing (2014), terapi bermain
menekankan pada kekuatan permainan sebagai alat bantu klien dalam mencegah dan
mengatasi permasalahan psikisnya serta membantu pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan tugas masa perkembangannya secara optimal. Sehingga,
jika terapi bermain ini diterapkan pada anak-anak akan menjadi sarana pelipur lara, terapi,
bahkan menjadi kegiatan fisik yang menyehatkan bagi mereka. 

2. Trauma Healing pada Post Traumatic Stress Disorde (PTSD)


PostTraumatic Stress Disorde (PTSD) adalah gangguan psikiatris yang terjadi
setelah mengalami peristiwa yang mengancam dan traumatic seperti menyakisikan
bencana alam, serangan teroris, kecelakaan serius, serangan militer, atau serangan
kekerasan lainnya seperti pemerkosaan. PTSD meliputi gejala yang berkaitan dengan
trauma, kecemasan, tegang, gelisah, dan bahkan depresi. Seseorang yang mengalami
PTSD dapat menunjukkan reaksi emosional seperti mati rasa, mimpi buruk, depresi,
bahkan tersiksa dengan pikiran buruk yang telah terjadi. Begitu pula adanya kemungkinan
reaksi fisik berupa sakit kepala, pusing, jantung berdebar-debar, berkeringat, menggigil,
dan sebagainya. Agar tidak terus menerus memburuk, maka orang yang memiliki PTSD
harus segera ditangani dengan baik dengan pengobatan psikoterapi. Ada 3 tipe psikoterapi
yang efektif digunakan dalam penanganan PTSD yaitu anxiety management, cognitive
therapy, dan exposure therapy.
 Anxiety Management
Pada tahap ini pasien akan diajarkan untuk mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik
melalui : (1) relaxation training, belajar menontrol rasa takut dan cemas serta
merelaksasikan otot-otot; (2) breathing retraining, belajar bernafas dengan perut
secara perlahan dan santai untuk menghindari bernafas secara tergesa gesa / tidak
nyaman; (3) positive thinking dan selftalk, belajar menghilangkan pikiran negatif dan
mengubahnya dengan berpikir negatif; (4) assertiveness training, belajar
mengekspresikan harapan, opini, dan emosi tanpa menyakiti orang lain; (5) thought
stopping, belajar mengalihkan pikiran saat kita memikirkan hal-hal yang membuat
stress.
 Cognitive Therapy
Terapi ini membantu pasien merubah kepercayaan yang tidak rasional yang
mengganggu emosi dan aktivitas, misalnya seornag korban pelecehan seksual yang
terus menyalahkan diri sendiri karena tidak dapat menjaga kehormatan diri. Tujuan
dari terapi ini yaitu mengidentifikasi pikiran-pikiran yang irasional, mengumpulkan
bukti bahwa pikiran tersebut irasional untuk melawan pikiran tersebut lalu
mengadopsi pikiran yang lebih realistic demi mencapai emosi yang seimbang.
 Exposure Therapy
Terapi ini membantu orang untuk menghadapi situasi tertentu, orang-orang, benda,
kenangan, atau emosi yang terkait dengan kondisi stress atau trauma saat ini dan
menimbulkan ketakutan yang tidak realistic di kehidupannya. Terapi ini dilakukan
dengan dua cara yaitu: (1) exposure in the imagination, bertanya kepada pasien untuk
menceritakan kembali kenangan traumatis secara rinci hingga tidak mengalami
hambatan bercerita; (2) membantu menghadapi situasi yang kini aman namun tetap
ingin dihindari oleh pasien, misalnya takut bepergian atau keluar rumah dengan
menggunakan mobil setelah terjadi peristiwa kecelakaan yang hebat. 
Paparan yang terus berulang akan menyadarkan seseorang bahwa situasi lampau yang
ditakuti tidak lagi berbahaya dan dapat diatasi. 

DAFTAR PUSTAKA
Hatta, Kusmawati. (2016). Trauma dan Pemulihannya : Suatu Kajian Berdasarkan Kasus Pasca
Konflik dan Tsunami. Dakwah Ar--Raniry Press: Aceh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Modul Bimbingan Teknis Pemulihan Trauma
(Trauma Healing) bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Pasca Bencana Kota Palu,
Kab. Donggala, Kab. Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Kemendikbud: Jakarta.
Sulistyaningtyas, R. E. (2019). Pengembangan Model Permainan Tradisional Untuk Trauma
Healing Pasca Bencana Pada Anak Usia Dini. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 10(2), 135–141. https://doi.org/10.17509/cd.v10i2.20206

Nama : Sabrina Dwi Cahyani


NIM : 25000120120027
Kelas : A FKM 2020
TUGAS MANAJEMEN BENCANA
Buatlah 2 contoh kegiatan trauma healing, lengkap dengan tujuan kegiatan tersebut
Jawaban:
Trauma adalah suatu kondisi tertekan dan syok sebagai akibat dari peristiwa yang sangat
membekas bagi korban. Menurut Taylor (2000) kondisi yang berpotensial menjadi peristiwa
traumatis yaitu kehilangan harta benda, bencana, kehilangan orang yang dicintai dan menjadi
korban criminal. Menurut Parkison (2000) peristiwa traumatis dapat terjadi saat bencana
hingga bencana telah berakhir, kondisi terakhir ini yang dinamakan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD). Definisi trauma healing yaitu suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan
bertujuan membantu orang lain untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan psikologis
yang terjadi akibat trauma atau syok.
Contoh Kegiatan Trauma Healing:
1. Play Therapy
Menurut Maspupatun (2017) play therapy merupakan teknik konseling yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak sebagai bentuk komunikasi dengan
menggunakan konsep bermain dan bertujuan untuk berdialog dalam kondisi yang
nyaman serta dapat mengatasi permasalahan dengan cara mengenali potensi anak.
Play therapy ini dinilai sebagai salah satu metode yang efektif.
2. Relaksasi
Relaksasi merupakan suatu upaya untuk menjadi rileks namun bukan hanya secara
fisik namun secara bati juga. Relaksasi bertujuan untuk menyelaraskan apa yang ada
pada diri individu, menghilangkan beban yang ada dan menenangkan diri sehingga
perasaan lebih nyaman dan rileks.
3. Biblioterapi
Biblioterapi merupakan suatu teknik yang digunakan dengan cara memberikan buku
bacaan tentang kisah atau cerita orang lain yang mempunyai permasalahan sama atau
hampir sama dengan korban sehingga korban dapat berpikir lebih rasional dan
permasalahan dapat selesai. 
Tujuan biblioterapi yaitu:
 Mendorong untuk mengungkapkan masalah dengan bebas
 Mengajarkan korban untuk berpikir positif dan konstruktif
 Membantu pencarian solusi-solusi alternatef untuk masalah korban
 Menciptakan suatu kesadaran bahwa orang lain berhasil mengatas
permasalahan yang serupa
 Membantu korban dalam menganalisis sikap dan perilakunya
 Memungkinkan korban atau konseli untuk mengetahui bahwa masalahnya
serupa dengan orang lain
 Memberikan insight tentang masalah

DAFTAR PUSTAKA
Kaili, P., & Bangsa, P. (n.d.).
TERAPI_BERMAIN_DENGAN_APE_BUATAN_SENDIRI20190506-73326-1axcjad-with-
cover-page-v2.
Khairul Rahmat, H., & Budiarto, A. (2021). Mereduksi Dampak Psikologis Korban Bencana Alam
Menggunakan Metode Biblioterapi Sebagai Sebuah Penanganan Trauma Healing. Journal of
Contemporary Islamic Counselling, 1(1), 25–38.
Widyastuti, C., Widha, L., & Aulia, A. R. (2019). Play Therapy Sebagai Bentuk Penanganan
Konseling Trauma Healing Pada Anak Usia Dini. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling Dan
Dakwah Islam, 16(1), 100–111. https://doi.org/10.14421/hisbah.2019.161-08

Nama : Maryam Nur Hasanah


NIM : 25000120120036
Kelas : 4A FKM 2020
MANAJEMEN BENCANA

Trauma healing adalam kegiatan yang dapat dilakukan secara perorangan atau tim
dengan metode tertentu yang bertujuan untuk menyembuhkan atau meringankan beban yang
menggoncangkan jiwa seseorang atau kelompok tertentu akibat bencana alam seperti banjir,
tanah longsor ataupun kecelakaan. Contoh kegiatan trauma healing adalah sebagai berikut :
1. Terapi Bermain (Play Therapy)
Terapi Bermain (Paly Therapy) merupakan salah satu metode yang paling
tepat digunakan untuk menagani trauma pasca bencana pada anak usia dini. Dimana
metode ini dilakukan dengan cara mengajak anak-anak untuk menari, menyanyi,
menggambar, mewarnai, bermain peran, mendongeng, dan aktivitas ringan lainnya.
Play therapy tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi rasa bosan dan mengisi
waktu luang saat di tenda pengungsian, namun juga bermanfaat sebagai sebuah
sarana untuk mengindentifikasi secara dini para korban bencana yang mengalami
trauma.
 Dengan menggunakan metode bermain anak-anak akan merasa nyaman,
senang dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi perasaan yang ada pada
dirinya, serta anak akan melupakan kondisi trauma yang dialami pada dirinya.
Selain itu, terapi bermain juga dapat membantu anak-anak untuk menghilangkan
beberapa permasalahan seperti kecemasan, kegelisahan, takut, frustasi serta
perubahan tingkah laku anak yang kurang sesuai akibat dari trauma yang
dialaminya. 
2. Konseling dan Self Motivation
Konseling atau self  motivation merupakan metode trauma healing yang
tujukan untuk orang dewasa. Kegiatan konseling dilakukan dengan cara
berkonsultasi khusus mengenai masalah-masalah kesehatan yang dialami
masyarakat pasca bencana. Sedangkan, self motivation dilakukan dengan cara
memberikan semangat, dukungan, dan support kepada masyarakat agar mereka
memiliki motivasi yang kuat untuk bangkit dari situasi sulit dan bisa kembali
berkarya dalam rangka membangun kembali masa depan yang lebih baik. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan ini diawali dengan pemberian materi yang berkaitan
dengan motivasi atau hal-hal yang bersifat membangun sehingga diharapkan
masyarakat dapat meperoleh kembali semangat hidupnya untuk membangun hidup
mereka lagi dari awal. 
Dalam kegiatan ini masyarakat juga diminta untuk mengikhlaskan
kepergian orang-orang terkasihnya, sehingga diharapkan mereka tidak lagi
berkabung dalam kesedihan yang mendalam akibat dari kehilangan seseorang.
Selain itu, masyarakat juga diberikan motivasi untuk selalu bersyukur atas apa yang
mereka miliki saat ini. Setelah sesi self motivation selesai, dilanjutkan dengan sesi
kedua yaitu mempersilahkan masyarakat yang memiliki permasalan kesehatan atau
ingin berkonsultasi secara pribadi dapat melalui konseling. Jadi, tujuan dari kedua
kegiatan ini adalah untuk memperbaiki trauma psikologis pasca bencana serta
meningkatkan kembali semangat masyarakat untuk menlanjutkan hidup di masa
depan.

Referensi:
1. Andayani B. Recovery Kawasan Bencana : Perwujudan Trauma Healing Melalui Kegiatan
Psikologi dan Rohani. 2007;(63). 
2. Di S, Felakdaele D, Tenggara N, Ria MB, Manek BD, Sormin REM, et al. TRAUMA
HEALING PADA MASYARAKAT KORBAN BADAI TIMUR. 2021;4:1017–24. 
3. Studi P, Konseling B, Sunan I, Yogyakarta K, Studi P, Konseling B, et al. Play Therapy
Sebagai... PLAY THERAPY SEBAGAI BENTUK PENANGANAN KONSELING
TRAUMA HEALING PADA ANAK USIA DINI Citra Widyastuti. 16(1):100–11. 
4. Journal CD, Salamor AM, Salamor YB, Ubwarin E, Ambon P, Maluku K. TRAUMA
HEALING DAN EDUKASI PERLINDUNGAN ANAK PASCA GEMPA BAGI ANAK-
ANAK DI DESA WAAI. 2020;1(3):317–21. 
5. Pendidikan FI, Guru P, Anak P, Dini U. Universitas negeri semarang 2017. 2017; 

Anda mungkin juga menyukai