Disusun oleh:
Kelompok 13/ A18. 1
Keterangan:
: Laki-laki Meninggal
: Perempuan Meninggal
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
4. Alasan Masuk
Keluarga klien mengatakan bahwa klien selalu mengurung diri di kamar, terkadang
senyum-senyum sendiri, berbicara komat-kamit, dan tiba-tiba menangis tanpa sebab.
5. Faktor predisposisi
Sebulan yang lalu klien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Jiwa karena selalu
mengurung diri di kamar, tidak mau kadang tersenyum sendiri, bicara komat-kamit,
menangis Klien adalah anak terakhir dari empat bersaudara, klien seorang yang
tertutup dan pendiam, bedasarkan informasi dari keluarga klien tidak mempunyai
teman dekat baik di rumah maupun ketika di sekolah serta klien tidak dekat dengan
orang tua maupun saudara-saudaranya. Klien tidak pernah mau bercerita tentang
masalahnya kepada siapa pun, sejak dulu.
6. Faktor presipitasi
Klien mengalami hal ini setelah ditinggal menikah oleh kekasihnya, klien merasa
sedih dan putus asa, tidak ada harapan.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82x/menit
- Napas : 20x/menit
- Suhu : 36,6 °C
c. Data antropometri
- Tinggi badan : 168 cm
- Berat badan : 55 kg
d. Keluhan fisik
- Pasien tidak memiliki keluhan fisik dibagian tubuhnya
e. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
- Bentuk kepala pasien simentris, tidak terdapat luka, rambut bersih dan tidak
rontok, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih
2) Wajah
- Bentuk simentris, kulit bersih, tidak terdapat luka dan warna kulit merata
3) Mata
- Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokol, dan reflek cahaya
baik
4) Hidung
- Tidak terdapat cairan yang keluar dari hidung seperti darah maupun cairan
yang lain
5) Telinga
- Tidak bersih, tidak terdapat luka, pendengaran masih normal
6) Gigi dan mulut
- Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terdapat luka
7) Leher
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid , tidak terdapat luka atau jejas
8) Dada
- Bentuk simentris, tidak terdapat nyeri tekan, warna kulit normal, terdengan
suara sonor pada kedua lapang paru, suara pekak di jantung
9) Abdomen
- Bentuk simentris, warna kulit normal, tidak terdapat jejas, suara bising usu
normal, tidak terdapat nyeri tekan, terdengar suara timpani
10) Ekstremitas atas dan bawah
- Bentuk normal simentris, tidak terdapat edema, turgor kulit elastis, dapat
bergerak normal
8. Status mental
a. Penampilan
- Pasien terlihat bersih dan rapi, rambutnya panjang bersih dan wangi
b. Pembicaraan
- Pasien sering diam hanya bercerita kepada orang-orang yang sudah dikenal
c. Aktivitas motorik
- Pasien tidak melakukan aktivitas motoric, pasien terlihat lesu
d. Alam perasaan
- Pasien merasa sedih, putus asa dan tidak ada harapan terkait hidupnya, pasien
juga sering meminta pulang
e. Afek
- Pasien ketika berbicara dengan orang lain yang ia kenal akan baik akan tetapi
jika berbicara dengan orang lain pasien hanya diam
f. Interaksi selama wawancara
- Selama proses wawancara pasien hanya menjawab pertanyaan singkat-singkat,
saat diajak berbicarapun pasien menatap lawan bicaranya dengan baik
g. Persepsi
- Pasien terlihat berhalusinasi bahwa menganggap kekasihnya terkadang
menjenguknya, sering berbicara sendiri dengan suara pelan, pasien terlihat
tersenyum sendiri dan menangis
h. Proses piker
- Pasien ketika menjawab pertanyaan hanya singkat dan terdapat beberapa
pertanyaan yang di lewati/ tidak mau menjawabnya
i. Isi pikir
- Pasien tidak memiliki gangguan proses berfikir seperti adanya waham
j. Tingkat kesadaran
- Kesadaran pasien composmentis
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien mengalami penurunan
l. Memori
- Memori saat ini
Pasien mengingat semua hal yang baru terjadi seperti berbicara dengan siapa,
jenis makanan yang dimakan, dan waktu mandi
- Memori jangka pendek
Pasien mengingat keluarganya yang membawanya ke rumah sakit jiwa dan
mengingat sejak kapan ia berada di rumah sakit jiwa
- Memori jangka Panjang
Pasien mengingat terkait hal-hal yang sudah terjadi dengan baik dan dapat
menceritakan pengalamannya yang menyenangkan maupun menyedihkan.
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien mengalami penurunan karena pasien
lebih sering melamun
- Kemampuan penilaian
Pasien memilih untuk mengurung diri di kamar
- Daya tilik diri
Pasien tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
9. Pengkajian Psikososial
a. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien menyukai semua anggota tubuhnya tidak ada yang dianggap kurang
dalam dirinya.
2) Identitas Diri
Klien menjelaskan bahwa dirinya adalah perempuan, anak terakhir dari 4
bersaudara, usia 26 tahun, belum menikah, dan tinggal bersama kakaknya.
3) Peran
Klien mempunyai peran sebagai adik dan belum bekerja.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan tidak pernah bergabung dengan teman lain dalam satu
bangsal.
5) Harga Diri
Klien seorang yang tertutup dan pendiam serta tidak mau menceritakan
masalahnya kepada orang lain.
b. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Klien tidak dekat dengan orang tua ataupun dengan saudara-saudaranya
2) Peran serta dalam kegiatan berkelompok masyarakat dirumah dan di RS
a. Dirumah
Klien jarang bersosialisasi bahkan klien tidak memiliki teman dekat.
b. Di Rumah Sakit
c. Klien selama di rumah sakit klien tidak pernah bergabung dengan teman
lain dalam satu bangsal dan hanya mengenal 1 perawat yaitu perawat
Nunung.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jika ia sulit untuk memulai pembicaraan dengan orang lain
karena klien merupakan orang yang pendiam
d. Spiritual
Klien beragama islam, memiliki keyakinan untuk selalu berdoa kepada Allah
agar diberikan kesembuhan.
10. Analisa Data
L C O
L
P P
F F
P P
F P F
Keterangan :
L : Leader
CL : Co-leader
P : Pasien
F : Fasilitator
O : Observer
14. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
a. Tata tertib pelaksanaan TAK
1) Peserta bersedia untuk mengikuti kegiatan TAK sampai selesai.
2) Jika peserta ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan dan berbicara setelah dipersilahkan.
3) Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanaan TAK telah habis,
sementara permainan belum selesai, maka leader akan meminta persetujuan
anggota untuk memperpanjang waktu TAK.
b. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
1) Penanganan pasien yang tidak efektif saat terapi aktivitas kelompok :
a) Memanggil pasien.
b) Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaat
perawat atau pasien yang lain.
2) Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a) Memanggil nama pasien.
b) Tanya alasan pasien meninggalkan permainan.
c) Berikan pemahaman tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan
kepentingan/keperluannya setelah itu pasien boleh kembali lagi.
3) Bila ada pasien lain yang ingin ikut :
a) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan untuk pasien yang
telah dipilih.
b) Beritahukan bahwa akan ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti
oleh pasien tersebut.
c) Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.
15. Tahapan Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
a. Persiapan (pre interaksi)
1) Membuat kontrak dengan anggota kelompok
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang digunakan untuk TAK
b. Orientasi
1) Salam terapeutik, perkenalan diri dari tim.
2) Tanyakan kepada pasien perasaan dan keadaannya saat ini.
3) Menjelaskan tujuan kegiatan dn aturan main, misalnya : berkenalan dengan
anggota kelompok serta tata tertib.
c. Tahap Kerja
1) Seluruh pasien dibuat berbentuk lingkaran
2) Hidupkan musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
3) Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang sedang memegang bola
mendapat giliran untuk perkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kiri dan kanan dengan cara :
a) Menyapa/memberi salam.
b) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby.
c) Terapis dapat mencontohkan.
4) Setelah memperkenalkan diri, pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok seperti menanyakan kabar, dsb.
5) Ulangi permainan dan dapat dilanjutkan dengan permainan lain.
d. Tahap Terminasi
1) Leader atau Co-leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama
kelompok
2) Leader atau Co-leader menanyakan perasaan pasien setelah kegiatan TAK
selesai.
3) Fasilitator membagikan snack.
4) Leader atau Co-leader menganjurkan pasien untuk lebih sering bersosialisasi,
bekerjasama, dan memasukkan dalam agenda harian.
5) Observer mengumumkan pemenang.
6) Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang.
e. Evaluasi
1) Pasien mengikuti dari awal hingga khir kegiatan TAK.
2) Kerjasama pasien dalam kegiatan.
3) Pasien merasa senang selama mengikuti kegiatan ( Purba dkk, 2021)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan Isolasi sosial akan mengalami kecemasan, tidak percaya diri, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan munculnya halusinasi. Isolasi sosial dapat diatasi
dengan pemberian terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok
klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Pemberian TAK membantu
dan memfasilitasi klien isolasi sosial sehingga klien mampu bersosialisasi secara
bertahap untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Salah satu terapi aktivitas
kelompok untuk mengatasi masalah isolasi sosial adalah Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi
klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap untuk melatih
kemampuan sosialisasi klien.
B. Saran
Penatalaksanaan klien isolasi sosial dengan Terapi Aktivitas Kelompok efektif tetapi
peran keluarga juga dibutuhkan. Dukungan dari keluarga dibutuhkan agar klien dapat
merasa mendapatkan dukungan dalam proses penyembuhan dan tidak merasa
ditinggalkan. Oleh karena itu, selain merawat pasien peran perawat juga diperlukan
untuk memberikan edukasi kepada keluarga untuk memaksimalkan penyembuhan
klien. Perawat juga diharapkan untuk selalu mengutamakan pelayanan kepada klien
dengan bina hubungan yang baik dan memberikan rasa nyaman ketika pemberian
TAK agar klien dapat terbuka atas masalah yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Adrikni, Tiara. (2019). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Dengan Isolasi
Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. SKRIPSI. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Magelang.
http://eprintslib.ummgl.ac.id/831/1/16.0601.0097_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III
_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Ayuningtyas, Dumilah; Misnaniarti; Rayhani, Marisa. (2018). Analisis Situasi Kesehatan
Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Vol.9(1)
Dewi, Ni Kadek K.P. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 3: Kemampuan Bercakap-Cakap Untuk Mengatasi Isolasi
Sosial Pada Pasien Skizofrenia. KTI. Poltekkes Denpasar.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/2411/1/HALAMAN%20DEPAN_1.pdf
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
Hasnida (2002). Family Counseling. Universitas Sumatera Utara. di akses tanggal 16 Maret
2021, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3633/1/psiko hasnida.pdf
Hastutiningtyas, Wahidyanti R; Setyabudi, Irawan. (2016). Peran Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (Taks) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan Masalah Isolasi Sosial
Pasien (Review Literatur). Jurnal Care. Vol.4(3)
Maulana, Indra; Hernawati, Taty; Shalahuddin, Iwan. (2021). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia: Literature
Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Vol.9(1)
Purba, J. L., Siagian, A.P., Maudhunah, S., Hermanisa, Y., & Sari, Y.P. (2021). Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial.
Prabowo, E. (2014). Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa (Edisi Pertama).
Yogjakarta: Nuha Medika.
Purwaningsih, W. (2009). Asuhan keerawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Riyanti, F.A. (2018). Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJ Grhasia [Karya Tulis Ilmiah].
Yogyakarta (ID) : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Suwarni; Rahayu, Desi Ariyana. (2020). Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien
Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3.
Jurnal Ners Muda. Vol.1(1)
Yosep.I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
LAMPIRAN
1. Kemampuan Verbal
1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan hobi
Total
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan
dari awal hingga
akhir
Total
Tabel evaluasi TAK (Adrikni, 2019)