Anda di halaman 1dari 22

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Klien dengan Isolasi Sosial

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2


Dosen Pembimbing: Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc.

Disusun oleh:
Kelompok 13/ A18. 1

1. Putri Oriordan Yunedi 22020118120015


2. Tri Indriyani 22020118120043
3. Nurul Hidayah 22020118120053
4. Monica Adelia Puspitasari 22020118140110
5. Firda Fadhila 22020118140133

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Terdapat
sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental dan perilaku di seluruh dunia
(Dumilah et al, 2018). Diperkirakan satu dari empat penduduk Indonesia mengidap
penyakit ganggguan kesehatan jiwa. Jumlah ini cukup besar, artinya 50 juta atau 25%
dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa (Vivin dalam
Wahidyanti & Irawan, 2016). Angka ini menunjukkan bahwa gangguan kesehatan
jiwa memiliki proporsi yang tinggi dalam masalah kesehatan masyarakat secara
umum.
Gangguan jiwa berdasarkan banyaknya fenomena yang saat ini sering terjadi
adalah isolasi sosial. Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya pada diri sendiri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan,
dan merasa tertekan. Keadaan ini menurut Effendi dan Ratih (2012) dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Tiara
Adrikni, 2019).
Dampak dari isolasi sosial yang sering terjadi antara lain mengalami
kecemasan, tidak percaya diri, tidak mau berinteraksi, muncul halusinasi. Untuk
mengatasi masalah isolasi sosial dapat dilakukan dengan terapi yaitu TAK. Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) sangat penting dilakukan untuk membantu dan
memfasilitasi klien isolasi sosial sehingga klien mampu bersosialisasi secara bertahap
untuk melatih kemampuan sosialisasi klien (Wahidyanti & Irawan, 2016)
Salah satu terapi aktivitas kelompok untuk mengatasi masalah isolasi sosial
adalah Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS). Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting
dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu
bersosialisasi secara bertahap untuk melatih kemampuan sosialisasi klien.
Dengan demikian bedasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) dapat meningkatkan kemampuan interaksi
sosial pada klien dengan masalah isolasi sosial. Sehingga dengan TAK klien dapat
dengan mudah melakukan interaksi dengan yang lain. Maka dari itu kami tertarik
untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) pada klien yang mengalami gangguan isolasi sosial.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
2. Mengetahui proses keperawatan pada klien Isolasi Sosial
3. Mengetahui penerapan Terapi Aktivitas Kelompok pada klien Isolasi Sosial
BAB II
ISI
A. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang merupakan
upaya untuk memfasilitasi perawat atau psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada
waktu yang sama (Maulana et al, 2021). Aktivitas yang dilakukan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sangat
efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan
yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi tempat bagi klien untuk berlatih
perilaku baru dari klien yang semula maladaptif menjadi adaptif (Suwarni & Desi,
2020).
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa.
Salah satu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi pada klien yang
mengalami masalah hubungan sosial adalah dengan Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dipercaya sangat efektif
dalam mengatasi masalah sosial pada klien dengan gangguan isolasi sosial. TAKS
(Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi) dilaksanakan agar klien dapat melakukan
Latihan sosialisasi dengan individu sekitar secara bertahap (Dewi, 2019).
B. Manfaat dan tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1. Manfaat terapi aktivitas kelompok menurut (Direja, 2011):
a. Secara umum
1) Meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain
2) Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi
emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress)
dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.
b. Secara khusus
1) Meningkatkan identitas diri pasien
2) Menyalurkan emosi pasien secara konstruktif
3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial yang akan
membantu pasien didalam kehidupan sehari-hari
c. Rehabilitasi
1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
2) Meningkatkan ketrampilan sosial
3) Meningkatkan kemempuan empati
4) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
2. Keuntungan yang dapat diperoleh individu atau pasien melalui aktivitas kelompok
meliputi:
a. Dukungan (support),
b. pendidikan,
c. meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
d. meningkatkan hubungan
3. Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut (Direja, 2011) :
a. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe : Biblioterapy.
Aktifitas : menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
b. Mengembangkan stimulasi sensoris
Tipe : musik, seni, menari.
Aktifitas : menyediakan kegiatan, mengekpresikan perasaan.
Tipe : relaksasi.
Aktifitas : belajar teknik relaksasi dengan cara nafas dalam.
c. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe : kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktifitas : fokus pada orientasi waktu, tempat, dan orang, benar, salah.
d. Mengembangkan sosialisasi
Tipe : kelompok remotivasi.
Aktifitas : mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi.
C. Indikasi dan kontraindikasi
Menurut (Yosep, 2007) semua lansia rehabilitasi perlu mendapatkan terapi
kelompok kecuali mereka yang mengalami:
1. Psikopat dan sosiopat.
2. Selalu diam dan / atau austitik.
3. Delusi yang tidak terkontrol.
4. Lansia yang mudah bosan.
5. Lansia rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk psikosis, tidak menunjukkan
gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan orang-orang dengan
kepribadian sciozoid serta neurotik.
6. Pasien dengan ego psiko patologi berat yang menyebabkan psikotik kronik
sehingga menyebabkan toleransi terhadap kecemasan rendah dan adaptasi yang
kurang.
Aktivitas pada pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu 7 sesi untuk
melatih kemampuan sosialisasi pasien, adapun beberapa indikasi dalam pemberian
terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Prabowo, 2014) yaitu :
1. Pasien dengan isolasi sosial yang menarik diri dengan kondisi mulai menunjukkan
kemauan untuk melakukan interaksi interpersonal.
2. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terdiri dari tujuh sesi yaitu sesi 1
memperkenalkan diri, sesi 2 kemampuan pasien berkenalan, sesi 3 kemampuan pasien
bercakap-cakap, sesi 4 kemampuan pasien bercakap-cakap topic tertentu, sesi 5
kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi, sesi 6 kemampuan bekerjasama, sesi 7
evaluasi kemampuan sosialisasi (Prabowo, 2014)
D. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terdapat beberapa terapi aktivitas kelompok yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan klien: TAK kognitif/persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK
orientasi realitas, TAK sosialisasi dan TAK penyaluran energi (Purwaningsih,
2009).
1. Sosialisasi
Membantu klien berhubungan dengan orang lain – bercerita tentang diri, diskusi.
Contoh: permainan kursi bernyanyi.
2. Orientasi Realita
Orientasi pada diri, orang lain dalam lingkungannya, waktu, tempat, dan kejadian
atau peristiwa.
3. Stimulasi Perceptual/Presepsi
Merangsang berfikir tentang kejadian dimasyarakat – berhubungan satu sama lain.
Untuk klien kronik berhubungan dengan nilai-nilai dan pengalaman membaca
buku, artikel, majalah, surat kabar, dll.
4. Stimulasi Sensori
Rekreasi, seni, musik, tari, relaksasi. Prinsip: mengeksplore perasaan yang tidak
terungkap secara verbal.
5. Penyaluran Energi
Aktivitas – menyalurkan energy klien untuk klien agresif potensial amuk atau
bahkan hipoaktif. Senam, basket, sepakbola, tenis, dll
BAB III
PEMBAHASAN
A. Ilustrasi Kasus
Klien Nn. R. 26 tahun empat minggu yang lalu dibawa ke RSJD Dokter Amino Gondho
Hutomo Semarang oleh kakaknya. Selama itu klien tidak pernah bergabung dengan
teman lain dalam satu bangsal, klien hanya mengenal 1 perawat yaitu perawat Nunung.
Sebulan yang lalu klien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Jiwa karena selalu
mengurung diri di kamar, tidak mau keluar kadang tersenyum sendiri, bicara komat-
kamit, menangis. Klien mengalami hal ini setelah ditinggal menikah oleh kekasihnya,
klien merasa sedih dan putus asa, tidak ada harapan. Klien adalah anak terakhir dari
empat bersaudara, klien seorang yang tertutup dan pendiam, bedasarkan informasi dari
keluarga klien tidak mempunyai teman dekat baik di rumah maupun ketika di sekolah
serta klien tidak dekat dengan orang tua maupun saudara-saudaranya. Klien tidak pernah
mau bercerita tentang masalahnya kepada siapa pun, sejak dulu.
B. Pengkajian
1. Identitas Klien :
a. Nama : Nn. R
b. Usia : 26 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Alamat : Graha Sapta, Tembalang
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Tidak bekerja
h. Tanggal masuk RS : 24 Februari 2022, 10.00 WIB
i. Tanggal Pengkajian : 24 Februari 2022. 10.30 WIB
j. Dx Keperawatan : Isolasi Sosial
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. K
b. Hubungan Dengan Klien : Kakak
c. Alamat : Graha Sapta, Tembalang
3. Genogram

Nn. R(26 Th)

Keterangan:

: Laki-laki Meninggal

: Perempuan Meninggal

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal disatu rumah yang sama

4. Alasan Masuk
Keluarga klien mengatakan bahwa klien selalu mengurung diri di kamar, terkadang
senyum-senyum sendiri, berbicara komat-kamit, dan tiba-tiba menangis tanpa sebab.
5. Faktor predisposisi
Sebulan yang lalu klien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Jiwa karena selalu
mengurung diri di kamar, tidak mau kadang tersenyum sendiri, bicara komat-kamit,
menangis Klien adalah anak terakhir dari empat bersaudara, klien seorang yang
tertutup dan pendiam, bedasarkan informasi dari keluarga klien tidak mempunyai
teman dekat baik di rumah maupun ketika di sekolah serta klien tidak dekat dengan
orang tua maupun saudara-saudaranya. Klien tidak pernah mau bercerita tentang
masalahnya kepada siapa pun, sejak dulu.
6. Faktor presipitasi
Klien mengalami hal ini setelah ditinggal menikah oleh kekasihnya, klien merasa
sedih dan putus asa, tidak ada harapan.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82x/menit
- Napas : 20x/menit
- Suhu : 36,6 °C
c. Data antropometri
- Tinggi badan : 168 cm
- Berat badan : 55 kg
d. Keluhan fisik
- Pasien tidak memiliki keluhan fisik dibagian tubuhnya
e. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
- Bentuk kepala pasien simentris, tidak terdapat luka, rambut bersih dan tidak
rontok, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih
2) Wajah
- Bentuk simentris, kulit bersih, tidak terdapat luka dan warna kulit merata
3) Mata
- Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokol, dan reflek cahaya
baik
4) Hidung
- Tidak terdapat cairan yang keluar dari hidung seperti darah maupun cairan
yang lain
5) Telinga
- Tidak bersih, tidak terdapat luka, pendengaran masih normal
6) Gigi dan mulut
- Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terdapat luka
7) Leher
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid , tidak terdapat luka atau jejas
8) Dada
- Bentuk simentris, tidak terdapat nyeri tekan, warna kulit normal, terdengan
suara sonor pada kedua lapang paru, suara pekak di jantung
9) Abdomen
- Bentuk simentris, warna kulit normal, tidak terdapat jejas, suara bising usu
normal, tidak terdapat nyeri tekan, terdengar suara timpani
10) Ekstremitas atas dan bawah
- Bentuk normal simentris, tidak terdapat edema, turgor kulit elastis, dapat
bergerak normal
8. Status mental
a. Penampilan
- Pasien terlihat bersih dan rapi, rambutnya panjang bersih dan wangi
b. Pembicaraan
- Pasien sering diam hanya bercerita kepada orang-orang yang sudah dikenal
c. Aktivitas motorik
- Pasien tidak melakukan aktivitas motoric, pasien terlihat lesu
d. Alam perasaan
- Pasien merasa sedih, putus asa dan tidak ada harapan terkait hidupnya, pasien
juga sering meminta pulang
e. Afek
- Pasien ketika berbicara dengan orang lain yang ia kenal akan baik akan tetapi
jika berbicara dengan orang lain pasien hanya diam
f. Interaksi selama wawancara
- Selama proses wawancara pasien hanya menjawab pertanyaan singkat-singkat,
saat diajak berbicarapun pasien menatap lawan bicaranya dengan baik
g. Persepsi
- Pasien terlihat berhalusinasi bahwa menganggap kekasihnya terkadang
menjenguknya, sering berbicara sendiri dengan suara pelan, pasien terlihat
tersenyum sendiri dan menangis
h. Proses piker
- Pasien ketika menjawab pertanyaan hanya singkat dan terdapat beberapa
pertanyaan yang di lewati/ tidak mau menjawabnya
i. Isi pikir
- Pasien tidak memiliki gangguan proses berfikir seperti adanya waham
j. Tingkat kesadaran
- Kesadaran pasien composmentis
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien mengalami penurunan
l. Memori
- Memori saat ini
Pasien mengingat semua hal yang baru terjadi seperti berbicara dengan siapa,
jenis makanan yang dimakan, dan waktu mandi
- Memori jangka pendek
Pasien mengingat keluarganya yang membawanya ke rumah sakit jiwa dan
mengingat sejak kapan ia berada di rumah sakit jiwa
- Memori jangka Panjang
Pasien mengingat terkait hal-hal yang sudah terjadi dengan baik dan dapat
menceritakan pengalamannya yang menyenangkan maupun menyedihkan.
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien mengalami penurunan karena pasien
lebih sering melamun
- Kemampuan penilaian
Pasien memilih untuk mengurung diri di kamar
- Daya tilik diri
Pasien tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
9. Pengkajian Psikososial
a. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien menyukai semua anggota tubuhnya tidak ada yang dianggap kurang
dalam dirinya.
2) Identitas Diri
Klien menjelaskan bahwa dirinya adalah perempuan, anak terakhir dari 4
bersaudara, usia 26 tahun, belum menikah, dan tinggal bersama kakaknya.
3) Peran
Klien mempunyai peran sebagai adik dan belum bekerja.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan tidak pernah bergabung dengan teman lain dalam satu
bangsal.
5) Harga Diri
Klien seorang yang tertutup dan pendiam serta tidak mau menceritakan
masalahnya kepada orang lain.
b. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Klien tidak dekat dengan orang tua ataupun dengan saudara-saudaranya
2) Peran serta dalam kegiatan berkelompok masyarakat dirumah dan di RS
a. Dirumah
Klien jarang bersosialisasi bahkan klien tidak memiliki teman dekat.
b. Di Rumah Sakit
c. Klien selama di rumah sakit klien tidak pernah bergabung dengan teman
lain dalam satu bangsal dan hanya mengenal 1 perawat yaitu perawat
Nunung.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jika ia sulit untuk memulai pembicaraan dengan orang lain
karena klien merupakan orang yang pendiam
d. Spiritual
Klien beragama islam, memiliki keyakinan untuk selalu berdoa kepada Allah
agar diberikan kesembuhan.
10. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. Do : Isolasi sosial Menarik diri
- Bicara komat kamit
- Klien menangis
- Klien seorang yang tertutup dan
pendiam
- Klien tidak pernah bergabung
dengan teman lain dalam satu
bangsal
- Klien hanya mengenal 1 perawat
Ds :
- Klien merasa sedih dan putus
asa
- Klien tidak mempunyai teman
dekat baik di rumah maupun
ketika di sekolah
- Klien tidak dekat dengan orang
tua maupun saudara-saudaranya
- Klien tidak pernah mau bercerita
tentang masalahnya kepada
siapa pun, sejak dulu

11. Rencana Keperawatan

Nomor Hari/ Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan


Diagnosa Tanggal
1. 24 Februari Setelah dilakukan tindakan Pada Klien :
2022 keperawatan selama 5 x 24 jam, 1. Melakukan BHSP (Bina
diharapkaan pasien mampu Hubungan Saling Percaya)
meningkatkan keterampilan dengan pasien
interaksi sosial dengan kriteria 2. Menanyakan Perasaan dan
hasil : keluhan klien serta bantu
− Pasien mampu membina identifikasi perilaku isolasi
trust dengan perawat sosial yang dilakukan klien
− Pasien mampu mengenali (kebiasaan berinteraksi dngan
penyebab dari isolasi sosial orang lain, penyebab tidak
− Pasien mampu berinteraksi ingin berinterkasi dengan
dengan individu lain secara orang lain
bertahap 3. Bantu klien identifikasi
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
4. Bersikap empati pada klien
5. Perhatikan dan bantu penuhi
kebutuhan dasar klien
6. Membantu klien untuk
berinterkasi dengan orang
lain secara bertahap
7. Berikan reward positif pada
setiap kemajuan yang dialami
klien
8. Menjelaskan apa yang akan
dilakukan perawat mengenai
TAK serta tujuannya
Pada Keluarga :
1. Bantu keluarga untuk
mengidentifikasi masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien
2. Menjelaskan maksud dari
menjalin hubungan untuk
memberi latihan mengatur
rasa ketidakberdayaan
keluarga supaya tahap
penyembuhan klien semakin
membaik
3. Membantu klien untuk
memberikan dukungan pada
tahap penyembuhan klien,
misalnya melalu tindakan :
menjadi teman cerita klien
untuk mencurahkan
perasaannya, menunjukkan
kehadiran keluarga, dsb,)
12. Pembagian Tugas
Menurut Sutejo (dalam Riyanti, 2018) peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
adalah :
a. Leader
1) Menjelaskan tujuan dan peraturan dalam terapi aktivitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
2) Memberikan motivasi peserta agar aktif dalam kelompok serta
memperkenalkan diri.
3) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok agar tetap tertib.
4) Menjadi problem solver atau menetralisir kelompok bila ada masalah yang
timbul.
5) Menjelaskan permainan yang akan dilaksanakan oleh peserta.
b. Co-leader
1) Membantu leader menjadi jembatan informasi dari fasilitator tentang aktivitas
peserta.
2) Membantu leader dalam memimpin permainan, termasuk mengingatkan leader
jika ada yang menyimpang.
3) Memberikan reward kepada kelompok yang dapat menyelesaikan perintah
dengan cepat.
4) Memberikan hukuman/punishment kepada kelompok yang kalah dengan cara
yang tetap menyenangkan.
c. Fasilitator
1) Membantu memfasilitasi anggota kelompok yang kurang aktif.
2) Memberikan stimulus pada anggota kelompok.
d. Observer
a. Mengamati dan mencatat/dokumentasi jalannya kegiatan, termasuk perilaku
verbal dan nonverbal pasien selama kegiatan berlangsung
b. Mencatat peserta yang aktif, pasif, serta peserta yang drop out jika ada beserta
alasan drop out.
13. Setting Tempat Terapi Aktivitas Kelompok

L C O
L
P P

F F

P P

F P F

Keterangan :
L : Leader
CL : Co-leader
P : Pasien
F : Fasilitator
O : Observer
14. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
a. Tata tertib pelaksanaan TAK
1) Peserta bersedia untuk mengikuti kegiatan TAK sampai selesai.
2) Jika peserta ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan dan berbicara setelah dipersilahkan.
3) Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanaan TAK telah habis,
sementara permainan belum selesai, maka leader akan meminta persetujuan
anggota untuk memperpanjang waktu TAK.
b. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
1) Penanganan pasien yang tidak efektif saat terapi aktivitas kelompok :
a) Memanggil pasien.
b) Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaat
perawat atau pasien yang lain.
2) Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a) Memanggil nama pasien.
b) Tanya alasan pasien meninggalkan permainan.
c) Berikan pemahaman tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan
kepentingan/keperluannya setelah itu pasien boleh kembali lagi.
3) Bila ada pasien lain yang ingin ikut :
a) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan untuk pasien yang
telah dipilih.
b) Beritahukan bahwa akan ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti
oleh pasien tersebut.
c) Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.
15. Tahapan Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
a. Persiapan (pre interaksi)
1) Membuat kontrak dengan anggota kelompok
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang digunakan untuk TAK
b. Orientasi
1) Salam terapeutik, perkenalan diri dari tim.
2) Tanyakan kepada pasien perasaan dan keadaannya saat ini.
3) Menjelaskan tujuan kegiatan dn aturan main, misalnya : berkenalan dengan
anggota kelompok serta tata tertib.
c. Tahap Kerja
1) Seluruh pasien dibuat berbentuk lingkaran
2) Hidupkan musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
3) Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang sedang memegang bola
mendapat giliran untuk perkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kiri dan kanan dengan cara :
a) Menyapa/memberi salam.
b) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby.
c) Terapis dapat mencontohkan.
4) Setelah memperkenalkan diri, pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok seperti menanyakan kabar, dsb.
5) Ulangi permainan dan dapat dilanjutkan dengan permainan lain.
d. Tahap Terminasi
1) Leader atau Co-leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama
kelompok
2) Leader atau Co-leader menanyakan perasaan pasien setelah kegiatan TAK
selesai.
3) Fasilitator membagikan snack.
4) Leader atau Co-leader menganjurkan pasien untuk lebih sering bersosialisasi,
bekerjasama, dan memasukkan dalam agenda harian.
5) Observer mengumumkan pemenang.
6) Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang.
e. Evaluasi
1) Pasien mengikuti dari awal hingga khir kegiatan TAK.
2) Kerjasama pasien dalam kegiatan.
3) Pasien merasa senang selama mengikuti kegiatan ( Purba dkk, 2021)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan Isolasi sosial akan mengalami kecemasan, tidak percaya diri, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan munculnya halusinasi. Isolasi sosial dapat diatasi
dengan pemberian terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok
klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Pemberian TAK membantu
dan memfasilitasi klien isolasi sosial sehingga klien mampu bersosialisasi secara
bertahap untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Salah satu terapi aktivitas
kelompok untuk mengatasi masalah isolasi sosial adalah Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi
klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap untuk melatih
kemampuan sosialisasi klien.
B. Saran
Penatalaksanaan klien isolasi sosial dengan Terapi Aktivitas Kelompok efektif tetapi
peran keluarga juga dibutuhkan. Dukungan dari keluarga dibutuhkan agar klien dapat
merasa mendapatkan dukungan dalam proses penyembuhan dan tidak merasa
ditinggalkan. Oleh karena itu, selain merawat pasien peran perawat juga diperlukan
untuk memberikan edukasi kepada keluarga untuk memaksimalkan penyembuhan
klien. Perawat juga diharapkan untuk selalu mengutamakan pelayanan kepada klien
dengan bina hubungan yang baik dan memberikan rasa nyaman ketika pemberian
TAK agar klien dapat terbuka atas masalah yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Adrikni, Tiara. (2019). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Dengan Isolasi
Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. SKRIPSI. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Magelang.
http://eprintslib.ummgl.ac.id/831/1/16.0601.0097_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III
_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Ayuningtyas, Dumilah; Misnaniarti; Rayhani, Marisa. (2018). Analisis Situasi Kesehatan
Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Vol.9(1)
Dewi, Ni Kadek K.P. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 3: Kemampuan Bercakap-Cakap Untuk Mengatasi Isolasi
Sosial Pada Pasien Skizofrenia. KTI. Poltekkes Denpasar.
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/2411/1/HALAMAN%20DEPAN_1.pdf
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
Hasnida (2002). Family Counseling. Universitas Sumatera Utara. di akses tanggal 16 Maret
2021, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3633/1/psiko hasnida.pdf
Hastutiningtyas, Wahidyanti R; Setyabudi, Irawan. (2016). Peran Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (Taks) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan Masalah Isolasi Sosial
Pasien (Review Literatur). Jurnal Care. Vol.4(3)
Maulana, Indra; Hernawati, Taty; Shalahuddin, Iwan. (2021). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia: Literature
Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Vol.9(1)
Purba, J. L., Siagian, A.P., Maudhunah, S., Hermanisa, Y., & Sari, Y.P. (2021). Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial.
Prabowo, E. (2014). Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa (Edisi Pertama).
Yogjakarta: Nuha Medika.
Purwaningsih, W. (2009). Asuhan keerawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Riyanti, F.A. (2018). Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJ Grhasia [Karya Tulis Ilmiah].
Yogyakarta (ID) : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Suwarni; Rahayu, Desi Ariyana. (2020). Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien
Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3.
Jurnal Ners Muda. Vol.1(1)
Yosep.I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
LAMPIRAN

Lembar Evaluasi TAK

1. Kemampuan Verbal

No. Aspek Yang Dinilai Nama Pasien

1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan hobi
Total

2. Kemampuan Non Verbal

No. Aspek Yang Dinilai Nama Pasien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan
dari awal hingga
akhir
Total
Tabel evaluasi TAK (Adrikni, 2019)

Anda mungkin juga menyukai