Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN JIWA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)

OLEH

KELOMPOK 8 :

1. ANABELLA GRACIA EURICA SILOOY KP.12.19.008


2. DEWA KETUT ARDIKA KP.12.19.011
3. NI LUH NOPITAYANTI KP.12.19.026
4. NI WAYAN RISKA YANTI KP.12.19.029
5. DISTI PUSPITA SARI KP.12.19.045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA

DENPASAR

2020
A. Pendahuluan
I. LatarBelakang
Gangguan jiwa merupakan pola psikologis yang diperlihatkan
oleh individuberupa distress, gangguan fungsi dan penurunan kualitas
hidup (Stuart, 2013).Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat
ditunjukkan dengan penurunan dan ketidak mampuan berkomunikasi,
gangguan realita (halusinasi dan waham), afek tumpul atau tidak wajar,
gangguan kognitif (ketidaakmampuan berfikir abstrak) serta kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari (Kirana, dkk 2015). Gejala skizofrenia
dapat digolongkan menjadi 2 gejala yaitu gejala positif dan gejala
negatif (Videback, 2014). Sebagian besar gejala negative pasien
dengan skizofrenia dapat berupa isolasisosial.
Berdasarkan WHO (2016) jumlah penderitas kizofrenia sekitar
21 juta orang dari 450 juta penderita gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja
akhir atau dewasa muda. Pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun
dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Kejadian tahunan berjumlah
15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran disbanding
penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar
dibandingkan wanita.Di Indonesia, hampir 70% mereka yang dirawat di
bagian psikiatri adalah karena skizofrenia (Zahnia et al. 2016).Kasus
skizofrenia di Indonesia dari tahun ketahun jumlahnya mengalami
peningkatan.Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia
mencapai 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang dan
hasil Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan pada 1,2 juta jiwa
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat sudah mencapai
7%.Poin mengenai gangguan jiwa tersebut mengungkapkan
peningkatan yang cukup siginifikan.
Prevalensi rumah tangga yang paling tinggi menderita
gangguan jiwa skizofrenia menurut provinsi ditempati oleh Provinsi Bali
dengan persentase 11% dan terendah ditempati oleh Kepulauan Riau
dengan persentase 3% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan Rekam Medik
RumahSakit Jiwa Provinsi Bali tahun 2018 di dapatkan data pasien
skizofrenia yang melakukan kunjungan poli sebanyak 7.647 orang.
Pasien skizofrenia yang dirawat di IGD sebanyak 391 orang. Pasien
skizofrenia di ruang rawat inap sebanyak 3.553 orang. Jumlah pasien
skizofrenia sebanyak 11.591 orang. Di Provinsi Bali penderita
skizofrenia paling tinggi ditempati oleh daerah Bangli dengan
persentase 0,65%. Penderita terendah ada diBuleleng dengan
persentase 0,14% dan Denpasar dengan persentase 0,10%
(RiskesdasProvinsi Bali, 2013).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada pasien
skizofrenia adalah kerusakan komunikasi verbal dan non verbal,
gangguan hubungan interpersonal, gangguan interaksi sosial,resiko
perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila pasien menarik diri tidak
cepat teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri
sendiri maupun orang lain (Budi Anna Keliat, 2006).
Penatalaksanaan pasien dengan riwayat menarik diri dapat
dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktifitas
Kelompok Sosialisasi, yang merupakan salah satu terap imodalitas
keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
sebagian besar peserta. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi
adalah upaya memfasilitasi kemampuan pasien dalam meningkatkan
sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat
melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada pasien
skizofrenia dengan riwayat menarik diri
II. Tujuan
a. TujuanUmum
1. Klien dapat menikmati menonton video
2. Klien menceritakan makna yang di tonton
b. TujuanKhusus
1. klien mampu menonton video di dalam kelompok
2. klien mampu menginterpretasikan serta bertanggung jawab
terhadap video yang ditonton
3. klien mampu berdiskusi antara anggota kelompok tentang
makna video yang di tonton
4. klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
aktivitas menonton video
B. LandasanTeori
I. PengertianSosialisasi
Halusinasi didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan individu
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan eksternal
(lingkungan . persepsinya disampaiakan tanpa ada obyek atau
stimulus yang nyata. Oleh karena itu perlu stimulus eksternal yang kuat
untuk membedakannya dengan realita lagi.
Klien yang mengalami halusinasi akan muncul perilaku yamg
sangat khas, antara lain senyum dan bicara sendiri, mengatakan
mendengar suara-suara, melihat, mengecap, menghirup dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata, respon verbal lambat, merusak
diri sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak mampu berkomunikasi,
tentang perhatian sempit dan kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dengan realita. Untuk itu perlu kegiatan atau aktivitas yang
dapat memutuskan/ mengontrol halusinasi klien.

Halusinasi dapat berkembang menjadi 4 bagian yaitu:

1. Fase yang menyenangkan, dimana individu mengalami stress dan


kecemasan serta rasa penjelasan dan kesepian yang memuncak
dan semua itu tidak terselesaikan sehingga individu mulai sering
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan dirinya.
2. Fase menyalahkan, dimana kegiatan melamun dan memikirkan
dirinya menjadi domain sehingga mulai timbul suara-suara atau
bisikan yang tidak jelas.
3. Fase mengontrol, dimana bisikan dan suara semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol.
4. Fase menguasai, dimana halusinasi mulai mengancam,
memerintah dan memarahi klien sehingga klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan dengan
lingkungan
Terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi efektif dilakukan
pada kelompok klien halusinasi karena dengan permainan ini
dapat meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau
social, aktivitas yang ringan dan menyenangkan dapat
meningkatkan harga diri serta membawa klien pada kondisi
realitas. ,melalui komunikasi inter dan antara anggota kelompok
serta umpan balik dengan atau dan orang lain dapat
meningkatkan realitas klien

II. TerapiAktivitasKelompok
1. Pengertian
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi merupakan terapi
untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi
social maupun berperan dalam lingkungan sosial. Diberikan pada
pasien dengan gangguan isolasi social untuk meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi,
saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal (Wahyu &
Ina, 2017)
Berdasarkan penelitian Saswati (2018) didapatkan kemampuan
sosialisasi pasien dalam pemberian TAKS terdapat perbedaan dan
peningkatan yang signifikan. Pasien yang belum mendapatkan
TAKS belum terlatih untuk membina hubungan interpersonal,
sedangkan pasien isolasisosial yang telah mendapatkan TAKS
dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.
2. Tujuan
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif. Kekuatan kelompokada pada konstribusi dari setiap
anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah. Anggota kelompok merasa memiliki diakui, dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan,
atau ketiganya.
C. Klien
I. Kriteria
1. Kondisiklienstabil
2. Klien yang bersediamengikuti TAK
3. Pasien Isos yang mampuberkomunikasi
4. Klienmenarikdiri yang telahmulaimelakukaninteraksi inter personal.
II. Proses Seleksi
Klien diseleksi berdasarkan pengkajian dari perawat. Penyeleksian
masalah berdasarkan masalah keperawatan. Selanjutnya dilanjutkan
kontrak dengan klien.

D. Pengorganisasian
I. Waktu
a. Hari/tanggal/jam : 3 Maret 2021
b. Waktu : 14.00 WITA
c. Tempat : Stikes Kesdam IX/Udayana
II. Team therapis
a. Leader :
Tugas :

 Mengkoordinasi seluruh kegiatan


 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi
b. Co Leader :
Tugas :

 Mendampingi leader
 Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas pasien
 Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari
perencanaan yang telah dibuat
 Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami bloking
dalam proses terapi
c. Observer :
Tugas :

 Mengobservasi jalannya proses kegiatan


 Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non-verbal
pasien selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format
yang tersedia)
 Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan
d. Fasilitator :

Tugas :

 Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung


 Ikut serta dalam kegiatan kelompok
 Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
STANDAR OPERATING PROSEDUR
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)

A. Tujuan
I. TujuanUmum
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
II. TujuanKhusus
a. Klien mampu menyebutkan nama lengkap
b. Klien mampu menyebutkan nama panggilan
c. Klien mampu menyebutkan asal
d. Klien mampu menyebutkan hobi
e. Klien mampu melakukan kontak mata
f. Klien mampu duduk tegak
g. Klien mampu menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
h. Klien mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
B. Setting Tempat

O
L
P CL

P
P

F
F
P P
Keterangan;
L : Leader
CL : Co Leader
O : Observer
F : Fasilitator
P : Pasien
C. Alat
1. Laptop
2. Meja
3. Kursi
4. Bukucatatan dan bulpoint
5. Microphone
D. Metode
1. Diskusi dan tanyajawab
2. Bermainperan/simulasi
E. Nama pasien
No Nama Pasien MasalahKeperawatan

1. Disthi Isolasisosial

2. Bella Isolasisosial

F. LangkahKegiatan
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI I
1. Pengertian
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan
masalah hubungan social (Purwaningsih&Karlina, 2010: 77-79)
2. Tujuan

Klien mampu menyebutkan jati diri: nama lengkap, nama panggilan, asal,
hobi.

3. Indikasi

a) Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi inter personal.

b) Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus.

4. Setting

Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


5. Pesiapan alat

a) Laptop

b) Bukucatatan dan bulpoint

c) Meja

d) Kursi

e) Microphone

f) Jadwalkegiatanklien

6. Metode
a. Diskusi dan tanyajawab
b. Menonton video /simulasi
7. Prosedur
a) Persiapan
1) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam
suasana ruang yang tenang dan nyaman).
b) Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menanyakan perasaan klien hari ini
3) Menjalankan tujuan kegiatan
4) Menjelaskan aturan main
 Klien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir
 Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari
terapis
 Lama kegiatan 30 menit
 Masing-masing menyebutkan jati diri
c) Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: laptop akan dinyalakan
dan video akan di stel oleh fasilitator dan untuk lansia akan
menonton video tersebut.
2) Setelah menonton video masing- masing dari lansia akan di Tanya
mengenai makna dari video yang di tonton tersebut
3) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaanya.
d) Terminasi
1) Evaluasi
 Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
 Memberi pujian atas pencapain kelompok
2) Rencana tindak lanjut
 Menganjurkan agar pasien melatih perkenalan dengan orang
lain di kehidupan sehari-hari
 Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal
kegiatan harian pasien
3) Kontrak yang akan dating
 Membuat kontrak kembali untuk TAK selanjutnya

G. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK Sesi I dievaluasi kemampuan pasien memperkenalkan
dirisecara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi
berikut (Prabowo, 2014: 247-248)
Sesi I TAKS
Kemampuan Menonton video

1) Kemampuan verbal
No Aspek yang Nama Pasien

dinilai
1. Menyebutka
2)
n nama
lengkap
2. Menyebutkan
nama
panggilan
3. Menyebutkan
nama pemain
dari video
tersebut
4. Menyebutkan
makna dari
video yang di
tonton
Jumlah

Kemampuan non verbal

No Aspek yang Nama Pasien

dinilai
1. Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4 Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk :

1) Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang


ikut TAKS
2) Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√)
jika ditemukan pada klien atau tanda (x) jika tidak ditemukan .
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien
mampu, dan jika nilai 0,1 atau 2 klien belum mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika tidak pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikutisesi I
TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal,
dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain diruang rawat
(buatjadwal) (Prabowo, 2014: 249)
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep&AplikasiAsuhanKeperawatan Jiwa. Yogyakarta:


NuhaMedika.
Purwaningsih&Karlina. (2010). AsuhanKeperawatan Jiwa. Yogyakarta: NuhaMedika
Sinaga,Y.C. (2019). HUBUNGAN PEMBERIAN TAK SOSIALISASI TERHADAP
KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJ
PROF. DR. M. ILDREM MEDAN 2019. Jurusan Keperawatan Poltekes
Kemenkes Medan
Suciati, Ni Made Ari (2019) GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN
TAK SOSIALISASI SESI 2 : KEMAMPUAN BERKENALAN UNTUK
MENGATASI ISOLASI SOSIAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA TAHUN 2019.
Diploma thesis, PoliteknikKesehatanKemenkes Denpasar JurusanKeperawatan
https://www.slideshare.net/ayurahmadani5/contoh-proposal-tak-jiwa

Anda mungkin juga menyukai