OLEH
KELOMPOK 8 :
DENPASAR
2020
A. Pendahuluan
I. LatarBelakang
Gangguan jiwa merupakan pola psikologis yang diperlihatkan
oleh individuberupa distress, gangguan fungsi dan penurunan kualitas
hidup (Stuart, 2013).Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat
ditunjukkan dengan penurunan dan ketidak mampuan berkomunikasi,
gangguan realita (halusinasi dan waham), afek tumpul atau tidak wajar,
gangguan kognitif (ketidaakmampuan berfikir abstrak) serta kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari (Kirana, dkk 2015). Gejala skizofrenia
dapat digolongkan menjadi 2 gejala yaitu gejala positif dan gejala
negatif (Videback, 2014). Sebagian besar gejala negative pasien
dengan skizofrenia dapat berupa isolasisosial.
Berdasarkan WHO (2016) jumlah penderitas kizofrenia sekitar
21 juta orang dari 450 juta penderita gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja
akhir atau dewasa muda. Pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun
dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Kejadian tahunan berjumlah
15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran disbanding
penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar
dibandingkan wanita.Di Indonesia, hampir 70% mereka yang dirawat di
bagian psikiatri adalah karena skizofrenia (Zahnia et al. 2016).Kasus
skizofrenia di Indonesia dari tahun ketahun jumlahnya mengalami
peningkatan.Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia
mencapai 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang dan
hasil Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan pada 1,2 juta jiwa
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat sudah mencapai
7%.Poin mengenai gangguan jiwa tersebut mengungkapkan
peningkatan yang cukup siginifikan.
Prevalensi rumah tangga yang paling tinggi menderita
gangguan jiwa skizofrenia menurut provinsi ditempati oleh Provinsi Bali
dengan persentase 11% dan terendah ditempati oleh Kepulauan Riau
dengan persentase 3% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan Rekam Medik
RumahSakit Jiwa Provinsi Bali tahun 2018 di dapatkan data pasien
skizofrenia yang melakukan kunjungan poli sebanyak 7.647 orang.
Pasien skizofrenia yang dirawat di IGD sebanyak 391 orang. Pasien
skizofrenia di ruang rawat inap sebanyak 3.553 orang. Jumlah pasien
skizofrenia sebanyak 11.591 orang. Di Provinsi Bali penderita
skizofrenia paling tinggi ditempati oleh daerah Bangli dengan
persentase 0,65%. Penderita terendah ada diBuleleng dengan
persentase 0,14% dan Denpasar dengan persentase 0,10%
(RiskesdasProvinsi Bali, 2013).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada pasien
skizofrenia adalah kerusakan komunikasi verbal dan non verbal,
gangguan hubungan interpersonal, gangguan interaksi sosial,resiko
perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila pasien menarik diri tidak
cepat teratasi maka akan dapat membahayakan keselamatan diri
sendiri maupun orang lain (Budi Anna Keliat, 2006).
Penatalaksanaan pasien dengan riwayat menarik diri dapat
dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktifitas
Kelompok Sosialisasi, yang merupakan salah satu terap imodalitas
keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
sebagian besar peserta. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi
adalah upaya memfasilitasi kemampuan pasien dalam meningkatkan
sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat
melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada pasien
skizofrenia dengan riwayat menarik diri
II. Tujuan
a. TujuanUmum
1. Klien dapat menikmati menonton video
2. Klien menceritakan makna yang di tonton
b. TujuanKhusus
1. klien mampu menonton video di dalam kelompok
2. klien mampu menginterpretasikan serta bertanggung jawab
terhadap video yang ditonton
3. klien mampu berdiskusi antara anggota kelompok tentang
makna video yang di tonton
4. klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
aktivitas menonton video
B. LandasanTeori
I. PengertianSosialisasi
Halusinasi didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan individu
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan eksternal
(lingkungan . persepsinya disampaiakan tanpa ada obyek atau
stimulus yang nyata. Oleh karena itu perlu stimulus eksternal yang kuat
untuk membedakannya dengan realita lagi.
Klien yang mengalami halusinasi akan muncul perilaku yamg
sangat khas, antara lain senyum dan bicara sendiri, mengatakan
mendengar suara-suara, melihat, mengecap, menghirup dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata, respon verbal lambat, merusak
diri sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak mampu berkomunikasi,
tentang perhatian sempit dan kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dengan realita. Untuk itu perlu kegiatan atau aktivitas yang
dapat memutuskan/ mengontrol halusinasi klien.
II. TerapiAktivitasKelompok
1. Pengertian
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi merupakan terapi
untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi
social maupun berperan dalam lingkungan sosial. Diberikan pada
pasien dengan gangguan isolasi social untuk meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi,
saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal (Wahyu &
Ina, 2017)
Berdasarkan penelitian Saswati (2018) didapatkan kemampuan
sosialisasi pasien dalam pemberian TAKS terdapat perbedaan dan
peningkatan yang signifikan. Pasien yang belum mendapatkan
TAKS belum terlatih untuk membina hubungan interpersonal,
sedangkan pasien isolasisosial yang telah mendapatkan TAKS
dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.
2. Tujuan
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif. Kekuatan kelompokada pada konstribusi dari setiap
anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah. Anggota kelompok merasa memiliki diakui, dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan,
atau ketiganya.
C. Klien
I. Kriteria
1. Kondisiklienstabil
2. Klien yang bersediamengikuti TAK
3. Pasien Isos yang mampuberkomunikasi
4. Klienmenarikdiri yang telahmulaimelakukaninteraksi inter personal.
II. Proses Seleksi
Klien diseleksi berdasarkan pengkajian dari perawat. Penyeleksian
masalah berdasarkan masalah keperawatan. Selanjutnya dilanjutkan
kontrak dengan klien.
D. Pengorganisasian
I. Waktu
a. Hari/tanggal/jam : 3 Maret 2021
b. Waktu : 14.00 WITA
c. Tempat : Stikes Kesdam IX/Udayana
II. Team therapis
a. Leader :
Tugas :
Mendampingi leader
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas pasien
Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari
perencanaan yang telah dibuat
Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami bloking
dalam proses terapi
c. Observer :
Tugas :
Tugas :
A. Tujuan
I. TujuanUmum
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
II. TujuanKhusus
a. Klien mampu menyebutkan nama lengkap
b. Klien mampu menyebutkan nama panggilan
c. Klien mampu menyebutkan asal
d. Klien mampu menyebutkan hobi
e. Klien mampu melakukan kontak mata
f. Klien mampu duduk tegak
g. Klien mampu menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
h. Klien mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
B. Setting Tempat
O
L
P CL
P
P
F
F
P P
Keterangan;
L : Leader
CL : Co Leader
O : Observer
F : Fasilitator
P : Pasien
C. Alat
1. Laptop
2. Meja
3. Kursi
4. Bukucatatan dan bulpoint
5. Microphone
D. Metode
1. Diskusi dan tanyajawab
2. Bermainperan/simulasi
E. Nama pasien
No Nama Pasien MasalahKeperawatan
1. Disthi Isolasisosial
2. Bella Isolasisosial
F. LangkahKegiatan
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI I
1. Pengertian
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan
masalah hubungan social (Purwaningsih&Karlina, 2010: 77-79)
2. Tujuan
Klien mampu menyebutkan jati diri: nama lengkap, nama panggilan, asal,
hobi.
3. Indikasi
a) Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi inter personal.
4. Setting
a) Laptop
c) Meja
d) Kursi
e) Microphone
f) Jadwalkegiatanklien
6. Metode
a. Diskusi dan tanyajawab
b. Menonton video /simulasi
7. Prosedur
a) Persiapan
1) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2) Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam
suasana ruang yang tenang dan nyaman).
b) Orientasi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Menanyakan perasaan klien hari ini
3) Menjalankan tujuan kegiatan
4) Menjelaskan aturan main
Klien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir
Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari
terapis
Lama kegiatan 30 menit
Masing-masing menyebutkan jati diri
c) Kerja
1) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: laptop akan dinyalakan
dan video akan di stel oleh fasilitator dan untuk lansia akan
menonton video tersebut.
2) Setelah menonton video masing- masing dari lansia akan di Tanya
mengenai makna dari video yang di tonton tersebut
3) Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaanya.
d) Terminasi
1) Evaluasi
Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas pencapain kelompok
2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan agar pasien melatih perkenalan dengan orang
lain di kehidupan sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal
kegiatan harian pasien
3) Kontrak yang akan dating
Membuat kontrak kembali untuk TAK selanjutnya
1) Kemampuan verbal
No Aspek yang Nama Pasien
dinilai
1. Menyebutka
2)
n nama
lengkap
2. Menyebutkan
nama
panggilan
3. Menyebutkan
nama pemain
dari video
tersebut
4. Menyebutkan
makna dari
video yang di
tonton
Jumlah
dinilai
1. Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4 Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk :