Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa secara primer tetang perasaan sejahtera, secara subjektif
suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep
diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran, dan energi perasaan sejahtera
dan kemampuian pengendalian diri internal ; indikator mengenai keadaan sehat
mental. Menurut UU No 3 Tahun 1966, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional, yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi pada fungsi
yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupaya individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (Amerikan Nurses Association)
mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai bidang spesialisasi praktek
keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan
menggunakan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart, 2002).Cita- cita
bangsa indonesia dan tujuan nasional bangsa indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dan
menunjukkan, kesejatreaan umum yang bearti mewujudkan seseuatu tingkah
kehidupan masyarakat secara optimal dan memenuhi kebutuhan dasar manusia
termasuk kesehatan.
Kesehatan jiwa bagian integral dan upaya kesehatan bertujuan untuk
mencapai kondisi yang memungkinkan perkembangan jiwa yang sehat secara
optimal baik intelektual maupun emosional melalui peningkatan kesehatan,
kerja, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat (Depkes, 2006).

1
2

Gangguan jiwa Menurut PPDGS/III → ICD X, gangguan jiwa adalah gejala


atau prilaku yang ditemukan secara klinis, yang disertai dengan penderitaan
pada kebanyakan kasus berkaitan dengan terganggunya fungsi seseorang.
DEPKES RI (1998) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan
melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito,2006).
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek di RSKJ SOEPRAPTO Provinsi Bengkulu
diharapkan mahasiswa D3 keperawatan STIKes Dehasen Bengkulu mampu
memahami dan melaksanakan Askep pada Tn. R dengan gangguan Isolasi
Sosial : Menarik diri diruang Murai B RSKJ SOEPRAPTO Provinsi
Bengkulu.
b. Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan jiwa pada klien dengan
gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa kepada klien dengan
gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Mampu menentukan masalah keperawatan kepada klien dengan gangguan
Isolasi Sosial : Menarik diri
4. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
Isolasi Sosial : Menarik diri
5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi Isolasi Sosial : Menarik diri
3

6. Mampu menganalisa kesenjangan yang muncul antara konsep teori dan


konsep askep pada klien dengan ganggauan Isolasi Sosial : Menarik diri
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan asuhan keperawatan jiwa ini penulis hanya
membahas bagaimana pelaksanaan Asuhan Kperawatan Jiwa pada Tn. R
dengan gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri diruangan Murai B RSJK Dr.
SOEPRAPTO Bengkulu mulai tanggal 19 Desember 2017 s/d Selesai
D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan laporan asuhan ini dengan menggunakan metode
deskriftif dan pendekatan kasus pada Tn. R dengan gangguan Isolasi Sosial :
Menarik diri diruang Murai B RSKJ SOEPRAPTO Provinsi Bengkulu.
E. Manfaat
1. Institusi
Sebagai bahan evaluasi untuk keberhasilan terhadap praktek penerapan
asuhan keperawatan jiwa dengan konsep teori yang nyata dan propfesional.
2. Lahan praktek
Sebagai seimbang pikir dalam upaya peningkatan asuhan keperawatan
khususnya klien dengan gangguan Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Penulis
Evasluasi kemampuan penerapan konsep keperawatan yang pernah didapat
selama dipendidikan selama praktek keperawatan secara nyata.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjau Teoritis
a. Tinjauan Tioteritis isolasi sosial
1. Pengertian isolasi sosial
Menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) isolasi sosial : menarik diri

adalah keadaan di mana seseorang mengalami atau tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di

terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain. Menurut Townsend (1998), isolasi sosial merupakan keadaan

kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap

menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut

DEPKES RI (1998) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu

tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap

lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau

menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok

mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan

keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak

(Carpenito, 1998). Menurut Rawlins & Heacock (1998) isolasi sosial

menarik diri merupakan usaha menghindari dari interaksi dan berhubungan

dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak


5

mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu

dalam kegagalan.

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu

dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan

yang negatif atau mengancam kelainan interaksi sosial. Isolasi sosial adalah

keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama

sekali tidak mampua berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu

membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu

dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat

dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.

Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi

individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya

stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada

bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat

terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat

mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan


6

dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting

dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting

dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap

bermusuhan/hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-

jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi

kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan,

kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan

yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi

kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan

secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi, double

bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang

membuat bingung dan kecemasannya meningkat

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan

oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga

seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

4) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden

tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga


7

yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian kembar

monozigot apabila salah satu diantaranya menderita skizofrenia adalah

58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada

struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan

volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal,

meliputi:

1) Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian

karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua

ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

2) Stressor biokimia berupa teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada

mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi

terjadinya skizofrenia. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) di

dalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu

MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka

penurunannya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia.Faktor endokrin berupa jumlah FSH dan LH yang rendah

ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami


8

penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hipertiroidisme, adanya

peningkatan maupun penurunan hormon adrenokortikal seringkali

dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. Viral hipotesis yaitu beberapa

jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah

virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak.

3) Stresor biologik dan lingkungan sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

4) Stresor psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan

ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk

mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan

berhubungan pada tipe psikotik.

c. Mekanisme Koping

Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang

merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku

adalah sebagai berikut:

1. Tingkah laku curiga: proyeksi

2. Dependency: reaksi formasi

3. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi


9

4. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial

5. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi

6. Skizofrenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi,

dan

regrasi.

b. Tinjauan Tioritis Menarik Diri

1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO, 1989) ketidakmampuan

bersosialisasi (social disability) adalah ketidakmampuan individu dalam

melakukan hubungan sosial secara sehat dengan orang orang disekitarnya.

Karena ketidakmampuan mereka untuk bersosialisasi, beberapa individu

memiliki masalah untuk menjalani hidup bersama dengan individu normal.

Mereka sulit untuk melakukan semua aktivitas seperti yang dilakukan oleh

individu normal yang ada di sekitarnya.

Kuntjoro (1989) menjelaskan bahwa kemunduran sosial atau ketidak

mampuan bersosialisasi adalah ketidakmampuan individu untuk bersikap

dan bertingkahlaku yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Individu

yang dalam kehidupannya menuruti kemauannya sendiri tanpa

mengidentifikasikan norma sosial dan mengganggu lingkungan dianggap

tidak terampil secara sosial atau disebut mengalami ketidakmampuan

bersosialisasi atau kemunduran sosial. Individu hidup dalam dunianya

sendiri (autistik) yang tidak dapat dimengerti dan tidak dapat diterima oleh
10

orang lain. Hal ini berarti pula individu tidak mengindahkan tuntutan

lingkungan sosialnya atau tidak mampu menyesuaikan diri yang selanjutnya

oleh WHO (1980) disebut sebagai catatan psikososial (psychosocial

disability).

Pengertian yang lebih rinci mengenai ketidakmampuan bersosialisasi

diungkapkan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa (1996), yaitu suatu keadaan

dimana individu bertingkah laku yang tidak lazim, kacau atau secara sosial

tidak dapat diterima atau tidak pantas muncul. Tingkah laku yang tidak

lazim adalah tingkah laku yang diperlihatkan oleh pasien yang sifatnya tidak

biasa, aneh dan kadang kadang tidak dapat diterima oleh masyarakatnya.

Namun perlu diperhatikan pula bahwa gaya hidup individu yang berbeda

dari gaya hidup orang lain, terutama jika ia berasal dari suku atau

masyarakat kebudayaan tertentu. Di Indonesia istilah cacat mempunyai arti

dari ketiga keadaan berikut: impairment, disabilities dan handicap, karena

sangat luasnya pengertian istilah-istilah tersebut, maka Forum Asean

merekomendasikan penggunaan defenisi-defenisi yang ditetapkan oleh

WHO (1989) dengan maksud untuk memudahkan kepentingan komunikasi.

Istilah-istilah tersebut didefenisikan sebagai berikut:

a. Impairment

Impairment adalah hilangnya atau adanya kelainan (abnormalitas) dari

pada struktur atau fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik atau

anatomik. Cacat dapat bersifat sementara (temporer) ataupun menetap


11

(permanen). Dan yang dikatakan cacat adalah apa saja yang biasa disebut

dengan anomaly defect yang terjadi pada anggota gerak, organ, jaringan

atau struktur tubuh, termasuk sistemfungsi mental. Kondisi cacat

merupakan eksteriorasi keadaan patologik yang prinsipnya mencerminkan

gangguan kesehatan yang terjadi pada tingkat organ.

b. Disabilities

Disability merupakan keterbatasan atau kurangnya kemampuan (akibat

dari adanya cacat) untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas dan cara

yang dianggap nomal bagi manusia. Kondisi ini dapat bersifat sementara,

menetap dan membaik atau memburuk. Disabilities juga timbul sebagai

akibat langsung adanya cacat atau secara tak langsung sebagai reaksi

individu, khususnya secara psikologik pada cacat fisik dan sensorik.

c. Handicap

Handicap adalah kemunduran pada seseorang akibat adanya cacat atau

disabilitas yang membatasi atau mencegahnya untuk dapat berperan

normal bagi individu (sesuai umur, seks dan faktor sosial budaya).

Kondisi ini ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara prestasi

seseorang atau statusnya dengan harapannya atau kelompoknya.

Handicap merupakan sosialisasi dari cacat dan disabilitas dan

mencerminkan konsekuensi bagi individu dalam budaya, sosial, ekonomi,

dan lingkungannnya yang berpangkal pada adanya cacat dan disabilitas.


12

c. Rentang Respon

RESPON ADAPTIF RESPON MALADATIF

-Menyendiri -kesepian - Manifulasi


-Otonomi -menarik diri - Infulsif
-Kebersamaan - ketergantungan - Narsisme
-Interdependent

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang

masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku.

Menurut Riyadi S dan Purwanto T (2013) respon ini meliputi :

a. Menyendiri / solitude : merupakan respon yang di lakukan individu untuk

merenungkan apa yang telah terjadi atau di lakukan dan suatu cara

mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.

b. Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan

ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

c. Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal di mana individu mampu

untuk saling memberi dan menerima.

d. Saling tergantung (interdependent) : suatu hubungan saling tergantung

antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkunganya. Respon yang

sering di temukan :
13

a. Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat

pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan

bukan pada orang lain.

b. Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari

pengalaman, tidak dapat di andalkan.

c. Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan

pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak

mendukung.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri

menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:

a. Gejala Subjektif

1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3. Respon verbal kurang atau singkat

4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

7. Klien merasa tidak berguna

8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

9. Klien merasa ditolak


14

b. Gejala Objektif

1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara

2. Tidak mengikuti kegiatan

3. Banyak berdiam diri di kamar

4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat

5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

6. Kontak mata kurang

7. Kurang spontan

8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)

9. Ekpresi wajah kurang berseri

10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

11. Mengisolasi diri

12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

13. Memasukan makanan dan minuman terganggu

14. Retensi urine dan feses

15. Aktifitas menurun

16. Kurang enenrgi (tenaga)

17. Rendah diri

18. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi

tidur).
15

4. Penatalaksanaan
1. Farmakologi

1. Obat anti psikosis : Penotizin

2. Obat anti depresi : Amitripilin

3. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam

4. Obat anti insomnia : PhneobarbitaL

2. Terapi

1. Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah

klien  dengan memberikan perhatian

a. BHSP

b. Jangan memancing emosi klien

c. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

d. Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat

e. Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah

yang dialaminya

2. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau

aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan

keadaan klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan

tingkah laku pada orang lain.


16

3. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan

kesadaran pasien

5. Pohon masalah

Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri Difisit Perawatan diri

Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah

6. Masalah keperawatan

a. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

b. Isolasi sosial : menarik diri

c. Gangguan konsip diri : harga diri rendah

7. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Yang Diangkat Dalam Kasus

Isolasi sosial : menarik diri


17

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Masalah Keperawatan

a. Isolasi sosial : menarik diri

b. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2. Data Yang Perlu Dikaji

a. Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

- Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup

b. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Data Subjektif:

- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan

stimulus nyata

- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

- Klien merasa makan sesuatu


18

- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

- Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif:

- Klien berbicara dan tertawa sendiri

- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

- Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

- Disorientasi

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:

- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

3. Diagnosa

a) Isolasi sosial : menarik diri

4. Intervensi

Tujuan :

1. Membina hubungan saling percaya


19

2. Menyadari penyebab isolasi sosial

3. Berinteraksi dengan orang lain

a. SP 1 Yaitu membina hubungan saling percaya, membatu mengenal

penyebab isolasi sosial,membatu klien mengenali keuntungan dari

membina hubungan dengan orang lain, membantu klien mengenali

kerugian gdari tidak membina hubungan, membantu pasien berkenalan

atau berinteraksi

b. SP 2 yaitu : ajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan

perawat)

c. SP 3 yaitu : Latih klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan

klien)

Intervensi

1. Membina hubungan saling percaya dengan cara :

a. Mengucapkan salam setiapkali berinteraksi dengan klien

b. Berkenalan dengan klien

c. Mengungkapkan perasaan dan keluhan klien

d. Buat kontrak asuhan

e. Jelaskan bahwa anda merahasiakan informasi yang diperoleh

f. Tunjukan sipat empati pada klien

g. Penuhi kebutuhan dasar klien sebaik mungkin


20

2. Membatu klien mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara :

a. Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan

orang lain

b. Menanyakan

3. Membantu klien mengenali keuntungan dan membina hubungan dengan

orang lain dengan cara :

a. Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila klien memiliki

banyak teman dan bergaul akrab dengan orang lain

4. Membantu klien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan

dengan cara :

a. Mendiskusikan kerugian jika klien hanya mengurung diri dan tidak

bergaul dengan orang lain

b. Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien

5. Membantu klien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap yaitu ;

a. Berikan kesempatan klien memperaktekan cara berineraksi dengan

orang lain

b. Mulailah bantu klien berinteraksi dengan 1 orang

c. Jika klien sudah menunjukan kemajuan, tingkatkan jumlah berinteraksi

d. Berikan pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan

oleh klien

e. Siap mendengar ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan

orang lain
21

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnos Kriteria Hasil Intervensi


a
 Setelah 2x Pertemuan, SP I:
Isolasi
pasien dapat membina - BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya).
sosial : hubungan saling - Bantu klien mengenal penyebab isolasi

menarik percaya, mengenal sosial


penyebab isolasi - Bantu klien mengenal keuntungan dan
diri
sosial, mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang
keuntungan dan lain
kerugian tidak - Bantu klien cara berkenalan dengan orang
berhubungan dengan lain
orang lain - Tahapannya :
 Mampu - Jelaskan cara berkenalan
memperagakan cara - Peragakan cara berkenalan
berkenalan dengan - Minta pasien memperagakan ulang
orang lain - Pantau penerapan cara ini, beri penguatan
prilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
Setelah 1X Pertemuan, SP II:
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I)
 Menyebutkan kegiatan - Latih berbicara/bercakap-cakap dengan
yang sudah dilakukan. orang pertama yaitu perawat.
 Membuat jadwal - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
kegiatan sehari-hari
dan mampu peragakan.
Setelah 2X Pertemuan, SP III:
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I dan II),
22

 menyebutkan latih kegiatan agar klien bisa


kegiatan yang sudah berkomunikasi.
dilakukan. - Tahapannya :
 Membuat jadwal - Jelaskan pentingnya mempunyai teman
kegiatan sehari-hari - Diskusikan aktifitas yang biasa dilakukan
dan mampu oleh pasien.
memperagakannya. - Latih pasien melakukan aktifitas
- Susun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai
dengan aktifitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih (dari bangun
pagi sampai tidur malam)

BAB III
23

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. R DENGAN ISOLASI SOSIAL:

MENARIK DIRI DI RUANG MURAI B RUMAH SAKIT JIWA

KHUSUS SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU

Tanggal masuk : 07-11-2017 Ruangan : Murai B

Tanggal pengkajian : 19- 12- 2017 No. RM : 05-09-31

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Umur : 37 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status perkawinan : Belum Kawin

ALAMAT : Gedung Wani, Kaur

Agama : Islam

Pekerjaan : Belum Bekerja

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 68 Tahun

Alamat : Gedung Wani, Kaur

Hub. Dengan klien : Paman

23
24

B. Alasan Masuk

Klien masuk di RSJK SOEPRAPTO Bengkulu pukul 17.00 WIB pada

tanggal 07 November 2017 masuk ke Ruang IPC diantar keluarganya karena

keluyuran, berdiam diri dan tidur kurang. Setelah seminggu kemudian pasien

dipindahkan ke ruangan Murai B. Saat dikaji pada tanggal 19 Desember 2017

klien tanpak menyendiri disudut ruangan, saat dipanggil klien hanya mendekat

dan diam, kontak mata berkurang, ketika di tanya klien menjawab dengan

malu-malu dan kata-kata yang singkat, Klien tampak kurang bersih, bau,

pakaian kotor, jarang ganti baju, bicaranya pelan dan lembut.MK : Isolasi

Sosial, DPD, Koping individu inefektif.

C. Faktor Predisposisi
Klien Belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, tetapi menurut
cerita keluarga, keluarga nya pernah mengalami gangguan jiwa, yaitu orang
tuanya, dan ketika kecil hingga beliau dewasa klien sering di kunci di ruangan
gelap oleh orang tuanya, dan sebelum di masukan ke rumah sakit jiwa klien di
pasung di dalam kamar dan di rungan gelap oleh keluarga
D. Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/80 MmHg
Nadi : 67 x/menit
Suhu : 36, 2 C
Pernapasan : 25 x/menit
b. Ukuran
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 37 kg
25

E. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :

: meninggal : meninggal

: perempuan : tinggal serumah

: laki-laki : pasien

: paman : adek

Pada saat pengkajian klien adalah anak yang pertama dari lima bersaudara,
klien tinggal bersama ibu dan adik perempuannya nya dahulu ayahnya sudah
meninggal ketika pada usia 10 tahun yang lalu dan ibu nya juga meninggal.
26

b. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pada saat pengkajian klien mengatakan menyukai semua anggota
tubuhnya.
b. Identitas
Saat pengkajian klien mengatakan tidak tamat sekolah
c. Peran Diri
Saat pengkajian klien hanya berdiam diri dan sedikit bicara
d. Ideal Diri
Saat pengkajian klien mengatakan ingin pulang
e. Harga Diri
Saat pengkajian klien mengatakan pandangan masyarakat berprilaku baik
setelah sakit klien mengatakan sering dikatakan orang lain suka bicara
sendiri dan keluyuran. Klien mengatakan pernah disinggung bahwa
sumurannya sudah menikah.
MK : HDR
c. Spritual
a. Nilai dan Kenyakinan
Pada Saat pengkajian klien mengatakan agamanya Islam, dan jarang
melakukan ibadah
b. Kegiatan Ibadah
Pada Saat pengkajian klien mengatakan tidak pernah sholat dimasjid
sebelum sakit, dan menurut pengamatan kelompok selama dirawat klien
sering tidak pernah menjalankan ibadahnya.
F. Status Mental
a. Penampilan
Pada Saat pengkajian dan observasi kulit klien kurang bersih tampak kotor,
jarang ganti pakaian ,rambut kelihatan agak kusut/tidak rapi, dan klien
mengatakan sudah mandi.
27

MK : Difisit Perawatan Diri


b. Pembicaraan
Pada Saat pengkajian klien bebicara pelan dan lembut, bicara sedikit, kontak
mata kurang, selama berbicara klien tidak kooperatif dan tidak Mampu
menjawab pertanyaan yang diajuakan perawat. MK : Isolasi sosial
c. Aktivitas Motorik
Pada saat pengkajian klien tampak agitasi karena klien merasa sudah sembuh
dan ingin pulang.
MK : Koping individu inefektif
d. Alam Perasaan
Pada saat pengkajian klien merasa biasa saja saat di hampiri perawat
e. Afek
Saat pengkajian klien tampak labil karena klien saat menjawab pertanyaan
perawat emosinya sering berubah-rubah dan klien terkadang hanya diam
MK : Koping individu inefektif
f. Interaksi Selama Wawancara
Pada saat pengkajian pasien tidak kooperatif dant idak ada kontak mata,
verbal tidak menyambung.
MK : Isolasi sosial
g. Persepsi
Pada saat pengkajian klien berdiam diri di sudut ruangan, terkadang iya
kelihatan bicara sendiri.
MK : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
h. Proses Pikir
Pembicaraan klien tidak jelas, jika diberi pertanyaan klien hanya menjawab
dengan singkat dan bahkan hanya diam.
MK : Isolasi sosial
i. Tingkat Kesadaran
28

pada saat pengkajian keadaan klien sadar penuh/composmetis, klien


mengetahui orang-orang yang berada dirumah sakit ini, tempat, dan waktu.
j. Memori
Saat pengkajian klien mengatakan mampu Mengingat jangka panjang dan
jangka pendek.
k. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berhitung secara sederhana, konsentrasinya baik karena saat
perawat menyuruh berhitung terbalik klien bisa.
l. Kemampuan penilaian
Klien mampu memilih menilai dengan baik, contohnya klien dapat
mengambil keputusan sendiri seperti cuci tangan dulu lalu baru makan.
m. Daya tilik diri
Klien mengingkari penyakit yang dialami karena klien merasa tidak sakit,
dan klien tidak menyalahkan orang lain terhadap penyakitnya.
MK : Kurang pengetahuan
G. Kebtuhan Persiapan Pasien Pulang
a. Makan
Klien mengatakan cuci tangan terlebih dahulu sebelum makan 3 kali sehari,
pagi, siang dan sore. Klien mampu menyiapkan makanan sendiri dan mampu
membersihkan alat makanan
b. BAK/BAB
Klien mengatakan BAB/BAK ke toilet dan dapat membersihkan diri dan
pakaian dengan sendiri.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi dan menyikat gigi sehari sebanyak 1 kali sehari,
dan klien mampu mencuci rambut saat bangun tidur, dan memotong rambut
serta memotong kuku sebulan sekali.
29

d. Berpakaian
Klien tampak kurang bersih, bau, kurang rapi, pakaiannya kurang bersih,
klien menganti pakaian sehari 2 hari satu kali dan mampu memilih,
mengambil, dan memakai pakaiannya sendiri
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan sebelum tidur tidak mencuci kaki, sikat gigi, berdo’a,
setelah bangun tidur klien mencuci muka, gosok gigi dan tidur siang kurang
lebih 2 jam, dan malam kurang lebih kurang 8 jam.
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 2 kali sahari pagi dan sore sebelum makan, setelah setelah
minum obat pasien mengantuk.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan rawat dirumah dengan minum obat secara teratur dan
didukung oleh keluarga.
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu mengelola dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
membersihkan tempat tidur, dan mencuci pakaian sendiri serta dapat
mengatur kebutuhan sehari-hari.
i. Kegiatan diluar rumah
Klien mampu dalam belanja kebutuhan keperluan sehari-hari, dengan
mengendarai sepeda motor, dan gotong royong.
H. Mekanisme Koping
Klien dalam menghadapi masalahnya, menyimpan masalahnya sendiri, klien
tertutup, klien lebih banyak diam, klien jarang berinteraksi dengan orang lain
dan kurang pengetahuan tentang penyakit.
MK : Isolasi sosial
I. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Klien tdak begitu baik mendapat dukungan keluarga, klien dilingkungan
masyarakat sering dipersepsikan kurang baik. Klien saat ini bekerja stem motor
30

pamannya. Dan klien memiliki masalah ekonomi karena ayahnya sudah tidak
ada dan ibunya juga sudah meninggal.
MK : Koping keluarga inefektif, koping individu inefektif.
J. Kurang Pengetahuan
Klien dalam menghadapi masalahnya, menyimpan masalahnya sendiri, klien
tertutup, klien lebih banyak diam, klien jarang berinteraksi dengan orang lain
dan kurang pengetahuan tentang penyakit.
K. Asfek Medik
Diagnosa Medik : F. 205 (Skizofrenial)
Terapi Medik : Rispeeridon 2 x 1 mg
Amfriptilin 1x 12,5 mg

L. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Halusinasi
3. Defisit perawatan diri
4. Harga diri rendah
5. Koping individu inefektif
M. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri Difisit Perawatan diri

Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah

N. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
31

ANALISA DATA

No Data Senjang Masalah


1. DS: Isolasi Sosial : Menarik
- Klien mengatakan malas Diri
berinteraksi dengan orang lain
- Mengungkapkan perasaan tidak
berguna , penolakan oleh
lingkungan
- Klien mengatakan hubungan

yang tidak berarti dengan orang

lain

DO:
- Klien kelihatan mondar-mandir
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak suka menyendiri
- Klien tanpak bicara sedikit
- Klien tidak ada kontak mata
- Tampak sedih
- Tidak mampu membuat
keputusan diri dan berinteraksi

STRATEGI PELAKSANAAN
32

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN ISOLASI SOSIAL :


MENARIK DIRI DI RUANG MURAI B RUMAH SAKIT JIWA SOEPRAPTO
PROVINSI BENGKULUU
Nama : Tn. R

Tangga l : 19 Desember 2017

No RM : 05-08-31

Umur : 36 Tahun

Ruangan : Murai B

SP Ke :I

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

DS:

- Klien mengatakan Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang

lain

DO:

- Pasien  terlihat mondar-mandir, pasien terlihat banyak melamun, klien

tanpak menyendiri disudut ruangan , rambut kering, kuku panjang, tidak

ada kontak mata

2. Diagnosis Keperawatan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Tujuan

Membina Hubungan saling percaya


33

B. Strategi Komunikasi

Fase Orientasi

”Assalamulaikum, selamat pagi!!! Kami perawat yang akan merawat bapak.

Perkenalkan ini kelompok kami ,Aji, Citra,Elsa,Rizal,Juliansyah,Juwita, Rada ,

Sintisa Dan Taslim, Kami perawat dari Mahasiswa Stikes Dehasen Bengkulu

yang akan merawat bapak selama kuarang lebih 2 minggu kedepan di ruangan

Murai B ini, Kalau boleh kami tahu Nama anda siapa? Senang dipanggil apa”

”Dan disini kami ingin membantu bapak untuk menyelesaikan masalah yang

sedang bapak alami”. ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak

saat ini” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman anda,

mau dimana kita bercakap-cakap, bagaimana kalau disini aja, kita bercakap-

cakap selama 15 menit ya pak?

”Kerja”

“Bapak siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? siapa orang yang paling

dengan bapak di rumah ? Kalau di ruangan ini siapa orang yanng paling dekat

dengn bapak ? Apa yang membuat bapak suka dekat dengan orang tersebut ?

Kalau di rumah orang yang tidak dekat dengan bapak siapa? Kalau disini ? Apa

yang membuat bapak tidak dekat dengan orang tersebut ? Apa saja yang bapak

rasakan selama di rawat di ruang murai C ini , menurut bapak apa saja

keuntungan kalau tidak mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-

cakap, apalagi (sampai klien menyebutkan beberapa), nah klau kerugianya apa

pak ? (sampai klien menyebutkan beberapa), jadi bnyak ya kerugian nya tidak
34

mempunyai teman, kalau begitu maukah bapak belajar berteman dengan orang

lain ?, bagus bagaimana kalau kita belajar berkenalan dengan orang lain ?

“ begini loh pak kalau kita mau berkenalan dengan orang lain, kita sebut nama

kita terlebih dahulu, nama panggilan yang kita sukai, asal kitadan hobbi kita,

contoh nya “ nama saya ibuk citra, senang dipanggil ibuk citra saya dari

bengkulu, hobi saya memasak” selanjutnya bapak menanyakan orang yang ingin

diajak berkenalan, contoh nya begini “ nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?

Asal darimana? Dan hobi apa?

Ayo kita coba berkenalan pak, ya bagus sekali coba sekali lagi pak, bagus sekali,

nah setelah bapak berkenalan bapak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal

yang menyenangkan untuk dibicarakan, tentang cuaca, tentang hoby, tentang

keluarga, tentang pekerjaan dan lain lain

” Terminasi”
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?. Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam berapa?Bagaimana kalau jam 17.00 wib? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalamualaikum..
35

SP Ke : I (BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA)


PERTEMUAN :I
N
Diagnosa Implementasi Evaluasi
o
Isolasi a. ”Assalamulaikum, selamat pagi!!! S=
Sosial : Kami perawat yang akan merawat
- Selamat pagi
Menarik bapak. Perkenalkan ini kelompok
- Ya, saya mau
Diri kami,Aji,Citra,Elsa,Rizal,juliansy
ah,Juwita,Rada, Sintisa Dan
O=
Taslim Kami pewarawat dari
Mahasiswa Stikes Dehasen - pasien menjawab salam
Bengkulu yang akan merawat perawat sambil berjabat
bapak selama kuarang lebih 2 tangan.
minggu kedepan di ruangan - Kontak mata klien
Murai B ini Nama bapak siapa? tidak ada
Senang dipanggil apa” - Nada bicara lambat,
b. ”Dan disini kami ingin membantu dan pelan
bapak untuk menyelesaikan - Klien tidak kooperatif
masalah yang sedang bapak dalam menjawab
alami”. ”Bagaimana perasaan pertanyaan perawat
bapak hari ini? Apa keluhan - Klien tanpak hanya
bapak saat ini” diam
c. “baik lah pak bagaimana kalau
A=
kita akan bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman bapak
- Hubungan saling
d. Siapa saja yang tinggal dirumah ?
percaya belum terbina.
dan siapa yang dekat dengan
- Pertahankan hubungan
bapak?, siapa yang jarang
saling percaya
bercakap-cakap dengan bapak,
36

kenapa bapak jarang bercakap?


P=
e. Siapa yang bapak kenal diruangan
ini?
- Lanjutkan SP 1
f. Apa saja kegiatan yang bapak
lakukan dengan teman-teman
g. Apa yang menghambat bapak
dalam bercakap-cakap
h. Menurut bapak apasaja kerugian
tidak memiliki teman
i. Menurut bapak apa keuntungan
memiliki teman
j. Bagaimana kalau kita sekarang
berkenalan dengan orang lain
k. ”Bagaimana perasaan bapak
setelah berbincang-bincang?.
Bagaimana kalau kita bertemu
lagi untuk berbincang-bincang
lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam
berapa? Bagaimana kalau jam
14.00 wib? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalam mualaikum

STRATEGI PELAKSANAAN
37

Nama : Tn. R

Tangga l : 20 Desember 2017

No RM : 05-08-31

Umur : 36 Tahun

Ruangan : Murai B

SP Ke :I

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

DS:

- Klien mengatakan Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang

lain

DO:

- Pasien  terlihat mondar-mandir, pasien terlihat banyak melamun, klien

tanpak menyendiri disudut ruangan , rambut kering, kuku panjang, tidak

ada kontak mata

2. Diagnosis Keperawatan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Tujuan

Membina Hubungan saling percaya

B. Strategi Komunikasi

Fase Orientasi
38

”Assalamulaikum, selamat pagi!!! Kami perawat yang akan merawat bapak.

Perkenalkan ini kelompok kami ,Aji, Citra,Elsa,Rizal,Juliansyah,Juwita, Rada ,

Sintisa Dan Taslim, Kami perawat dari Mahasiswa Stikes Dehasen Bengkulu

yang akan merawat bapak selama kuarang lebih 2 minggu kedepan di ruangan

Murai B ini, Kalau boleh kami tahu Nama anda siapa? Senang dipanggil apa”

”Dan disini kami ingin membantu bapak untuk menyelesaikan masalah yang

sedang bapak alami”. ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak

saat ini” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman anda,

mau dimana kita bercakap-cakap, bagaimana kalau disini aja, kita bercakap-

cakap selama 15 menit ya pak?

”Kerja”

“Bapak siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? siapa orang yang paling

dengan bapak di rumah ? Kalau di ruangan ini siapa orang yanng paling dekat

dengn bapak ? Apa yang membuat bapak suka dekat dengan orang tersebut ?

Kalau di rumah orang yang tidak dekat dengan bapak siapa? Kalau disini ? Apa

yang membuat bapak tidak dekat dengan orang tersebut ? Apa saja yang bapak

rasakan selama di rawat di ruang murai C ini , menurut bapak apa saja

keuntungan kalau tidak mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-

cakap, apalagi (sampai klien menyebutkan beberapa), nah klau kerugianya apa

pak ? (sampai klien menyebutkan beberapa), jadi bnyak ya kerugian nya tidak

mempunyai teman, kalau begitu maukah bapak belajar berteman dengan orang

lain ?, bagus bagaimana kalau kita belajar berkenalan dengan orang lain ?
39

“ begini loh pak kalau kita mau berkenalan dengan orang lain, kita sebut nama

kita terlebih dahulu, nama panggilan yang kita sukai, asal kitadan hobbi kita,

contoh nya “ nama saya ibuk citra, senang dipanggil ibuk citra saya dari

bengkulu, hobi saya memasak” selanjutnya bapak menanyakan orang yang ingin

diajak berkenalan, contoh nya begini “ nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?

Asal darimana? Dan hobi apa?

Ayo kita coba berkenalan pak, ya bagus sekali coba sekali lagi pak, bagus sekali,

nah setelah bapak berkenalan bapak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal

yang menyenangkan untuk dibicarakan, tentang cuaca, tentang hoby, tentang

keluarga, tentang pekerjaan dan lain lain

” Terminasi”
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?. Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam berapa?Bagaimana kalau jam 17.00 wib? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalamualaikum..

SP Ke : I (BINA HUBUNGAN SALING PERCAYA)


PERTEMUAN :2
40

N
Diagnosa Implementasi Evaluasi
o
Isolasi a. ”Assalamulaikum, selamat pagi!!! S=
Sosial : Kami perawat yang akan merawat - pasien menjawab
Menarik bapak. Perkenalkan ini kelompok salam perawat sambil
Diri kami,Aji,Citra,Elsa,Rizal,juliansy berjabat tangan
ah,Juwita,Rada, Sintisa Dan - Perasaan saya baik-
Taslim Kami pewarawat dari baik saja
Mahasiswa Stikes Dehasen - Saya tidak ada
Bengkulu yang akan merawat keluhan
bapak selama kuarang lebih 2 - Dirumah saya hanya
minggu kedepan di ruangan ada adik saya
Murai B ini Nama bapak siapa? - Yang dekat dengan
Senang dipanggil apa” saya Cuma adik
b. ”Dan disini kami ingin membantu perempuan saya
bapak untuk menyelesaikan - Saya tidak suka
masalah yang sedang bapak dengan teman disini
alami”. ”Bagaimana perasaan - Mereka tidak saya
bapak hari ini? Apa keluhan sukai
bapak saat ini” O=
c. “baik lah pak bagaimana kalau - Kontak mata klien
kita akan bercakap-cakap tentang ada walaupun sedikit
keluarga dan teman-teman bapak - Nada bicara lambat,
d. Siapa saja yang tinggal dirumah ? dan pelan
dan siapa yang dekat dengan - Klien kooperatif
bapak?, siapa yang jarang dalam menjawab
bercakap-cakap dengan bapak, pertanyaan perawat
kenapa bapak jarang bercakap? walaupun hanya
e. Siapa yang bapak kenal diruangan menjawab seadanya
41

ini?
f. Apa saja kegiatan yang bapak
lakukan dengan teman-teman A=
g. Apa yang menghambat bapak - Hubungan saling
dalam bercakap-cakap percaya sudah terbina
h. Menurut bapak apasaja kerugian walaupun klien masih
tidak memiliki teman susah diajak bicara
i. Menurut bapak apa keuntungan - Pertahankan
memiliki teman hubungan saling
j. Bagaimana kalau kita sekarang percaya
berkenalan dengan orang lain P=
k. ”Bagaimana perasaan bapak SP 1 dan 2
setelah berbincang-bincang?. dilanjutkan
Bagaimana kalau kita bertemu
lagi untuk berbincang-bincang
lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam
berapa? Bagaimana kalau jam
14.00 wib? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalam mualaikum
42

STRATEGI PELAKSANAAN

Nama : Tn. R
Tangga l : 21 Desember 2017
No RM : 05-08-31
Umur : 36 Tahun
Ruangan : Murai B
SP Ke : II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan yang lain
DO:
pasien terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri di kamar, pasien
terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri disudut ruangan , rambut
kering, kuku panjang, tidak ada kontak mata
2. Diagnosis Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
3. Tujuan :
a. Klien dapat memperaktikan cara berkenalan dengan orang lain
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang.
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
”Selamat pagi. Masih ingat denga saya?.”
”Bagaimana peraaan bapak hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian, apakah
bapak sudah mulai berkenalan dengan orang lain, dan bagai mana perasaan bapak
setelah mulai berkenalan? Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita
akan latihan bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar
bapak bapak semakin banyak teman, apakan bapak bersedia? Berapa lama bapak
43

mau berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit ? bagaimana kalau diruangan


tamu kita berbincang-bincangnya?

Kerja:
” baiklah bapak, hari ini saya datang bersama teman saya dua orang perawat yang
juga dinas di ruangan ini, bapak bisa memulai berkenalan, apakah bapak masih
ingat cara berkenalan, jika masih ingat beri pujian, kita klien lupa ajarkan kembali
cara berkenalan, nah bapak ayo kita mulai berkenalan dengan perawat tessa dan
juita, wah bagus sekali, nah bapak bisa lakukan ini di waktu jam kosong, saat lagi
santai, lagi berkerja.
Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dengan perawat tessa dan
juita tadi ?” coba pak sebutkan bagaimana cara berkenalan? Bagus sekali,
bagaimana kalau kita tambah lagi jadwal kegiatan bapak yaitu kita masukan cara
berkenalan tadi, nah baiklah bapak bagaimana kalau besok kita mulai berkenalan
dengan teman sekamar bapak dan teman di ruangan bapak, bapak mau, besok
tempat berkenalannya, disini lagi apa di tempat kamar teman bapak? Waktunya 10
menit mau ya pak? Kalua begitu saya permisi ya pak besok jam 09.00 kita ketemu
lagi, terimakasih pak.
44

SP Ke : 2 (melatih pasien berinteraksi secara bertahap, berkenalan dengan


perawat)
PERTEMUAN Ke :3
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Isolasi - Mempertahankan hubungan saling S =
sosial percaya.. - Selamat pagi….ya…
- Menyapa pasien dengan ramah... - Ya…baik-baik saja
- ”Selamat pagi. Masih ingat - Disini saja….terserah
dengan saya pak...!! ”Bagaimana bapak saja
perasaan bapak” - Saya…senang
- Mengingatkan kontrak yang telah berbincang-bincang
disepakati dan menjelaskan tujuan - Klien mengatakan,
pertemuan nama saya bapak R,
- ”Baiklah, sesuai janji kita tadi saya senang
bagaimana kalau kita bercakap- dipanggil bapak R.
cakap tentang teman bapak Asal saya dari kaur,
kemaren? ” Bapak mau? dimana saya Hobi duduk
kita duduk? Di Kamar bapak? - Nama kamu siapa ?
Berapa lama? Bagaimana kalau 15 (sambil menjulurkan
menit” tangan, diajari oleh
- Menjaga kontak mata selama perawat)
interaksi - Iya, tidak ada lagi
- Mengajak klien lain untuk yang ingin saya
berkenalan tanyakan
- ” bapak, ini ada teman bapak yang - Iya buk
ingin berkenalan, baiklah bapak - Ya buk
R, Sekarang bapak R silakan - Nanti ya buk?
berkanalan dengan ibuk perawat. - Iya ubuk
- Bagus sekali, ada yang ingin O =
45

bapak R tanyakan lagi pak? - Klien tanpak


- Oh tidak ya, kalau begitu bapak R memperhatikan
bisa mensudahi perkenalan ini, perawat walupun
lalu nanti kalau bapak mau, bapak kadang masih
bisa membuat janji bertemu lagi menunduk
misalnya bertemu lagi pada pukul - Klien mau berjabat
2 sore nanti. tangan dengan
- Mengakhiri pertemuan dan perawat
menbuat kontrak baru utnutk - Klien
pertemuan yang akan datang. menganggukkan
- ”Bagaimana perasaan bapak kepalanya tanda
setelah berkenalan dengan ibuk mengerti
perawat juita, dan tessa ?” ” - Klien tanpak masih
Bagaimana jika kita masukkan datar
dalam jadwal harian bapak ? jam A=
berapa maunya? - Klien mampu
- ” Bagaimana jika nanti siang kita memperagakan cara
berbincang-bincang lagi untuk berkenalan dengan
mengulang cara berkenalan teman nya
kembali ? Bapak mau? ”Jam P =
berapa? Bagaimana kalau jam SP II dihentikan
14.00 wib? Lanjutkan SP III
- Berapa lama kita akan berlatih?
Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana tempatnya? Bagaiman
kalau ditempat ini lagi”Baiklah,
sampai jumpa ya pak.
46
47

STRATEGI PELAKSANAAN
Nama : Tn. R
Tangga l : 21 Desember 2017
No RM : 05-08-31
Umur : 36 Tahun
Ruangan : Murai B
SP Ke : III
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan yang lain
DO:
pasien terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri di kamar, pasien
terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri disudut ruangan , rambut
kering, kuku panjang, tidak ada kontak mata
2. Diagnosis Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
3. Tujuan :
c. Klien dapat memperaktikan cara berkenalan dengan orang lain
d. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang.
2. Strategi komunikasi
”Orientasi:
”Selamat siang. Masih ingat dengan saya pak...!! ”Bagaimana perasaan bapak
”Baiklah, sesuai janji kita tadi bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
cara mulai berkenalan dengan teman sekamar? ” Bapak mau? dimana kita
duduk? Di luar/disini pak? Berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit”
”Kerja”
Coba bapak peragakan lagi bagaimana cara berkenalan kemaren saya ajarkan,
bagus sekali! Nah begitu, Ya bagus..!!! bapak sudah bisa, ayo pak kita kemar
48

teman bapak, kita belajar berkenalan dengan teman sekamar bapak, sambil
berjalan keruangan kamar bapak C” hayo bapak R bagaimana berkenalan
dengan bapak C, bagus sekali’’
”Terminasi”
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan cara berkenanalan dengan
teman sekamar tadi pak?”
” Bagaimana jika kita masukkan dalam jadwal harian bapak ? jam berapa
maunya” Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi untuk mengulang
cara Berkomunikasi Dengan Teman Sekamar Bapak Lagi Dan Banyak
Berbincang-Bincang Dengan Teman Bapak? Bapak mau?
”Jam berapa? Bagaimana kalau besok jam 10.00 wib?
Berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 10 menit Dimana
tempatnya? Disini lagi atau di tempat lain pak?”Baiklah, sampai jumpa pak.
49

SP Ke : 3 (melatih pasien berinteraksi secara bertahap, berkenalan dengan


teman)
PERTEMUAN Ke :4
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Isolasi - Mempertahankan hubungan saling S =
sosial percaya.. - Selamat pagi….ya…
- Menyapa pasien dengan ramah... - Ya…baik-baik saja
- ”Selamat pagi. Masih ingat - Disini saja….terserah
dengan saya pak...!! ”Bagaimana bapak saja
perasaan bapak” - Saya…senang
- Mengingatkan kontrak yang telah berbincang-bincang
disepakati dan menjelaskan tujuan - Klien mengatakan,
pertemuan nama saya bapak R,
- ”Baiklah, sesuai janji kita tadi saya senang
bagaimana kalau kita bercakap- dipanggil bapak R.
cakap tentang teman bapak Asal saya dari kaur,
kemaren? ” Bapak mau? dimana saya Hobi duduk
kita duduk? Di Kamar bapak? - Nama kamu siapa ?
Berapa lama? Bagaimana kalau 15 (sambil menjulurkan
menit” tangan, diajari oleh
- Menjaga kontak mata selama perawat)
interaksi - Iya, tidak ada lagi
- Mengajak klien lain untuk yang ingin saya
berkenalan tanyakan
- ” bapak, ini ada teman bapak yang - Iya buk
ingin berkenalan, baiklah bapak - Ya buk
R, Sekarang bapak R silakan - Nanti ya buk?
berkanalan dengan Bapak C. - Iya ubuk
- Bagus sekali, adayang ingin bapak O =
50

R tanyakan lagi pak? - Klien tanpak


- Oh tidak ya, kalau begitu bapak R memperhatikan
bisa mensudahi perkenalan ini, perawat walupun
lalu nanti kalau bapak mau, bapak kadang masih
bisa membuat janji bertemu lagi menunduk
misalnya bertemu lagi pada pukul - Klien mau berjabat
4 sore nanti. tangan dengan
- Mengakhiri pertemuan dan perawat
menbuat kontrak baru utnutk - Klien
pertemuan yang akan datang. menganggukkan
- ”Bagaimana perasaan bapak kepalanya tanda
setelah berkenalan dengan bapak mengerti
C ?” ” Bagaimana jika kita - Klien tanpak masih
masukkan dalam jadwal harian datar
bapak ? jam berapa maunya? A=
- ” Bagaimana jika nanti siang kita - Klien mampu
berbincang-bincang lagi untuk memperagakan cara
mengulang cara berkenalan berkenalan dengan
kembali ? Bapak mau? ”Jam teman nya
berapa? Bagaimana kalau jam P =
14.00 wib? SP III Dilanjutkan
- Berapa lama kita akan berlatih?
Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana tempatnya? Bagaiman
kalau ditempat ini lagi”Baiklah,
sampai jumpa ya pak.

BAB IV
51

PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data sebagai tahap awal proses
keperawatan dalam menentukan masalah keperawatan dan merumuskan
diagnose keperawatan. Dalam proses ini penulis mengunakan metode
wawancara (observasi) dan study dokumentasi dan hasil pengkajian, penulis
menemukan beberapa kesenjangan antara tinjuan teori dengan tinjuan kasus.
Dalam tinjuan teori biasanya ditemukan keluhan Menyendiri, Kesepian,tidak
menyukai interaksi sosial, kontak mata berkurang dll.
Sedangkan ditinjuan kasus menurut kelompok kami ditemukan didalam
keluarga Tn.R ada yang menderita penyakit gangguan jiwa, pada saat kelompok
kami observasi ditemukan keluhan klien tanpak hanya diam, menyudut di
kamar, tampak ketakutan dan tidak mau berinteraksi dengan yang lain, mondar-
mandir.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah klien yang ditemukan dan data yang
dianalisa. Dalam menemukan prioritas masalah penulis membuat diagnosa
ditentukan aras dasar kondisi klien, inilah yang menyebabkan ada beberapa
diagnose yang dapat ditegakkan anatara lain:
1. Isolasi sosial : Menarik diri
Karena saat dikaji klien tanpak diam, bicara sedikit, kontak mata
berkurang, dan tanpak menyudut diruangan
2. Harga diri rendah
Karena pada saat dikaji, klien merasa malu jika bergaul dengan orng lain
3. Depisit keperawatan diri
Pada saat dikaji
Klien terlihat kurang bersih, baju tidak ganti, rambut agak kusut dan
jarang mandi. 51
52

C. Intervensi Keperawatan
Dari hasil pengkajin penulis menemukan lima diagnosa yang muncul, tetapi
hanya 1 diagnosa yang diangkat sebagai rencana tindakkan keperawatanuntuk
menentukan tujuan dan kreteria yang ingin dicapai , menentukan masalah
menyusun rencana keperawatan 1 intervensi yang penulis buat dalam tinujan
kasus tidak ditemukan perbedaan pada teoritas.
D. Implementasi Keperawatan
Adalah tahap pelaksanaan tindakkan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.dalam hal ini, dan satu
kasus diagnosa yaitu Isolasi Sosial : menarik diri
Dalam mengimplementasiakan, penulis mencapai TUK ke 3 dan diagnose yang
pertama tidak terdapat atau tidak ditemukan hambatan dalam pencapaian TUK
selain itu penulis juga dalam menjalankan TUK 1,2, dan 3 mengalami
hambatan karena keterbatasan waktu.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil dan keseluruhan, yang penulis dapat yaitu pada tahap pengkajian
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Ditemukan juga 5 diagnosa,
tetapi yang ditegakkan sebagai rencana tindakkan adalah 1 dan hasil evaluasi
Tn.R menurut penulis untuk mencapai penilaian yang maksimal membutuhkan
waktu yang lama, sedangkan penulisannya melakukan asuhan keperawatan
selama lebih kurang 5 hari.

BAB V
53

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang mulai dengan pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri di ruang Murai B
RSKJ Soeprapto Bengkulu dari tanggal 19-25 Desember 2017 dengan
menggunakan sebagai pertimbangan ilmu dan menentukan kasus secara nyata,
maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasrkan teori yang didapat ada kesenjangangan antara tinjauan kasus,
Pengkajian keperawatan di lakukan dengan menggunakan metode deskriftip
dan pendekatan kasus pada Tn. R di lakukan pengkajian, diagnosa tunggal yang
timbul adalah Isolasi Sosial : Menarik Diri. Rencana tindakan keperawatan di
ambil dari literature yang ada kaitannya dengan kasus gangguan jiwa dengan
isolasi sosial. Implementasi keperawatan di lakukan dengan semaksimal
mungkin sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang ada. Dari Tiga
strategi pelaksanaan pada Tn.R, tidak semua terlaksana di karenakan tergantung
kemauan dan kebersediaan klien serta waktu untuk melakukan strategi
pelaksanaan yang telah direncanakan, hal tersebut mempengaruhi proses
keperawatan pada evaluasi
B. Saran
Dari hasil penerapan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri penulis ingin memberikan saran-saran yang mungkin nanti nya
dapat berguna dan bermanfaat bagi klien khususnya dan bagi rumah sakit
umumnya

1. Pihak perawat
54

Diharapkan utuk perawat di ruang murai B RSKJ Dr.Soeprapto bengkulu


untuk terus untuk terus melakukan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Bagi teman-teman
Bagi teman-teman yg akan melakukan praktek atau dinas diruang murai
B RSKJ Soeprapto Bengkulu diharapkan melanjutkan strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan ini dengan baik.
3. Bagi kelompok
Untuk kelompok yg dinas diruang murai B RSKJ Dr. Soeprapto
Bengkulu diharapkan seterusnya melakukan strategi pelaksanaan dengan
baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai