BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa secara primer tetang perasaan sejahtera, secara subjektif
suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep
diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran, dan energi perasaan sejahtera
dan kemampuian pengendalian diri internal ; indikator mengenai keadaan sehat
mental. Menurut UU No 3 Tahun 1966, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional, yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi pada fungsi
yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupaya individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (Amerikan Nurses Association)
mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai bidang spesialisasi praktek
keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan
menggunakan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart, 2002).Cita- cita
bangsa indonesia dan tujuan nasional bangsa indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dan
menunjukkan, kesejatreaan umum yang bearti mewujudkan seseuatu tingkah
kehidupan masyarakat secara optimal dan memenuhi kebutuhan dasar manusia
termasuk kesehatan.
Kesehatan jiwa bagian integral dan upaya kesehatan bertujuan untuk
mencapai kondisi yang memungkinkan perkembangan jiwa yang sehat secara
optimal baik intelektual maupun emosional melalui peningkatan kesehatan,
kerja, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat (Depkes, 2006).
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjau Teoritis
a. Tinjauan Tioteritis isolasi sosial
1. Pengertian isolasi sosial
Menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) isolasi sosial : menarik diri
terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
menetap.
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
dalam kegagalan.
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
yang negatif atau mengancam kelainan interaksi sosial. Isolasi sosial adalah
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga
4) Faktor biologis
skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal,
meliputi:
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua
dalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu
4) Stresor psikologis
c. Mekanisme Koping
dan
regrasi.
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO, 1989) ketidakmampuan
Mereka sulit untuk melakukan semua aktivitas seperti yang dilakukan oleh
sendiri (autistik) yang tidak dapat dimengerti dan tidak dapat diterima oleh
10
orang lain. Hal ini berarti pula individu tidak mengindahkan tuntutan
disability).
dimana individu bertingkah laku yang tidak lazim, kacau atau secara sosial
tidak dapat diterima atau tidak pantas muncul. Tingkah laku yang tidak
lazim adalah tingkah laku yang diperlihatkan oleh pasien yang sifatnya tidak
biasa, aneh dan kadang kadang tidak dapat diterima oleh masyarakatnya.
Namun perlu diperhatikan pula bahwa gaya hidup individu yang berbeda
dari gaya hidup orang lain, terutama jika ia berasal dari suku atau
a. Impairment
(permanen). Dan yang dikatakan cacat adalah apa saja yang biasa disebut
dengan anomaly defect yang terjadi pada anggota gerak, organ, jaringan
b. Disabilities
dari adanya cacat) untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas dan cara
yang dianggap nomal bagi manusia. Kondisi ini dapat bersifat sementara,
akibat langsung adanya cacat atau secara tak langsung sebagai reaksi
c. Handicap
normal bagi individu (sesuai umur, seks dan faktor sosial budaya).
c. Rentang Respon
masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku.
merenungkan apa yang telah terjadi atau di lakukan dan suatu cara
yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkunganya. Respon yang
sering di temukan :
13
pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan
mendukung.
a. Gejala Subjektif
b. Gejala Objektif
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
7. Kurang spontan
tidur).
15
4. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
2. Terapi
1. Terapi keluarga
a. BHSP
yang dialaminya
2. Terapi kelompok
3. Terapi musik
kesadaran pasien
5. Pohon masalah
6. Masalah keperawatan
1. Masalah Keperawatan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
Data Obyektif :
Data Subjektif:
stimulus nyata
Data Objektif:
- Disorientasi
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
Data obyektif:
3. Diagnosa
4. Intervensi
Tujuan :
atau berinteraksi
perawat)
klien)
Intervensi
orang lain
b. Menanyakan
dengan cara :
orang lain
oleh klien
orang lain
21
BAB III
23
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Nama : Tn. S
Umur : 68 Tahun
23
24
B. Alasan Masuk
keluyuran, berdiam diri dan tidur kurang. Setelah seminggu kemudian pasien
klien tanpak menyendiri disudut ruangan, saat dipanggil klien hanya mendekat
dan diam, kontak mata berkurang, ketika di tanya klien menjawab dengan
malu-malu dan kata-kata yang singkat, Klien tampak kurang bersih, bau,
pakaian kotor, jarang ganti baju, bicaranya pelan dan lembut.MK : Isolasi
C. Faktor Predisposisi
Klien Belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, tetapi menurut
cerita keluarga, keluarga nya pernah mengalami gangguan jiwa, yaitu orang
tuanya, dan ketika kecil hingga beliau dewasa klien sering di kunci di ruangan
gelap oleh orang tuanya, dan sebelum di masukan ke rumah sakit jiwa klien di
pasung di dalam kamar dan di rungan gelap oleh keluarga
D. Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/80 MmHg
Nadi : 67 x/menit
Suhu : 36, 2 C
Pernapasan : 25 x/menit
b. Ukuran
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 37 kg
25
E. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: meninggal : meninggal
: laki-laki : pasien
: paman : adek
Pada saat pengkajian klien adalah anak yang pertama dari lima bersaudara,
klien tinggal bersama ibu dan adik perempuannya nya dahulu ayahnya sudah
meninggal ketika pada usia 10 tahun yang lalu dan ibu nya juga meninggal.
26
b. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pada saat pengkajian klien mengatakan menyukai semua anggota
tubuhnya.
b. Identitas
Saat pengkajian klien mengatakan tidak tamat sekolah
c. Peran Diri
Saat pengkajian klien hanya berdiam diri dan sedikit bicara
d. Ideal Diri
Saat pengkajian klien mengatakan ingin pulang
e. Harga Diri
Saat pengkajian klien mengatakan pandangan masyarakat berprilaku baik
setelah sakit klien mengatakan sering dikatakan orang lain suka bicara
sendiri dan keluyuran. Klien mengatakan pernah disinggung bahwa
sumurannya sudah menikah.
MK : HDR
c. Spritual
a. Nilai dan Kenyakinan
Pada Saat pengkajian klien mengatakan agamanya Islam, dan jarang
melakukan ibadah
b. Kegiatan Ibadah
Pada Saat pengkajian klien mengatakan tidak pernah sholat dimasjid
sebelum sakit, dan menurut pengamatan kelompok selama dirawat klien
sering tidak pernah menjalankan ibadahnya.
F. Status Mental
a. Penampilan
Pada Saat pengkajian dan observasi kulit klien kurang bersih tampak kotor,
jarang ganti pakaian ,rambut kelihatan agak kusut/tidak rapi, dan klien
mengatakan sudah mandi.
27
d. Berpakaian
Klien tampak kurang bersih, bau, kurang rapi, pakaiannya kurang bersih,
klien menganti pakaian sehari 2 hari satu kali dan mampu memilih,
mengambil, dan memakai pakaiannya sendiri
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan sebelum tidur tidak mencuci kaki, sikat gigi, berdo’a,
setelah bangun tidur klien mencuci muka, gosok gigi dan tidur siang kurang
lebih 2 jam, dan malam kurang lebih kurang 8 jam.
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 2 kali sahari pagi dan sore sebelum makan, setelah setelah
minum obat pasien mengantuk.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan rawat dirumah dengan minum obat secara teratur dan
didukung oleh keluarga.
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu mengelola dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
membersihkan tempat tidur, dan mencuci pakaian sendiri serta dapat
mengatur kebutuhan sehari-hari.
i. Kegiatan diluar rumah
Klien mampu dalam belanja kebutuhan keperluan sehari-hari, dengan
mengendarai sepeda motor, dan gotong royong.
H. Mekanisme Koping
Klien dalam menghadapi masalahnya, menyimpan masalahnya sendiri, klien
tertutup, klien lebih banyak diam, klien jarang berinteraksi dengan orang lain
dan kurang pengetahuan tentang penyakit.
MK : Isolasi sosial
I. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Klien tdak begitu baik mendapat dukungan keluarga, klien dilingkungan
masyarakat sering dipersepsikan kurang baik. Klien saat ini bekerja stem motor
30
pamannya. Dan klien memiliki masalah ekonomi karena ayahnya sudah tidak
ada dan ibunya juga sudah meninggal.
MK : Koping keluarga inefektif, koping individu inefektif.
J. Kurang Pengetahuan
Klien dalam menghadapi masalahnya, menyimpan masalahnya sendiri, klien
tertutup, klien lebih banyak diam, klien jarang berinteraksi dengan orang lain
dan kurang pengetahuan tentang penyakit.
K. Asfek Medik
Diagnosa Medik : F. 205 (Skizofrenial)
Terapi Medik : Rispeeridon 2 x 1 mg
Amfriptilin 1x 12,5 mg
L. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Halusinasi
3. Defisit perawatan diri
4. Harga diri rendah
5. Koping individu inefektif
M. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
N. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
31
ANALISA DATA
lain
DO:
- Klien kelihatan mondar-mandir
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak suka menyendiri
- Klien tanpak bicara sedikit
- Klien tidak ada kontak mata
- Tampak sedih
- Tidak mampu membuat
keputusan diri dan berinteraksi
STRATEGI PELAKSANAAN
32
No RM : 05-08-31
Umur : 36 Tahun
Ruangan : Murai B
SP Ke :I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
lain
DO:
2. Diagnosis Keperawatan
3. Tujuan
B. Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
Sintisa Dan Taslim, Kami perawat dari Mahasiswa Stikes Dehasen Bengkulu
yang akan merawat bapak selama kuarang lebih 2 minggu kedepan di ruangan
Murai B ini, Kalau boleh kami tahu Nama anda siapa? Senang dipanggil apa”
”Dan disini kami ingin membantu bapak untuk menyelesaikan masalah yang
sedang bapak alami”. ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak
saat ini” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman anda,
mau dimana kita bercakap-cakap, bagaimana kalau disini aja, kita bercakap-
”Kerja”
“Bapak siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? siapa orang yang paling
dengan bapak di rumah ? Kalau di ruangan ini siapa orang yanng paling dekat
dengn bapak ? Apa yang membuat bapak suka dekat dengan orang tersebut ?
Kalau di rumah orang yang tidak dekat dengan bapak siapa? Kalau disini ? Apa
yang membuat bapak tidak dekat dengan orang tersebut ? Apa saja yang bapak
rasakan selama di rawat di ruang murai C ini , menurut bapak apa saja
keuntungan kalau tidak mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-
cakap, apalagi (sampai klien menyebutkan beberapa), nah klau kerugianya apa
pak ? (sampai klien menyebutkan beberapa), jadi bnyak ya kerugian nya tidak
34
mempunyai teman, kalau begitu maukah bapak belajar berteman dengan orang
lain ?, bagus bagaimana kalau kita belajar berkenalan dengan orang lain ?
“ begini loh pak kalau kita mau berkenalan dengan orang lain, kita sebut nama
kita terlebih dahulu, nama panggilan yang kita sukai, asal kitadan hobbi kita,
contoh nya “ nama saya ibuk citra, senang dipanggil ibuk citra saya dari
bengkulu, hobi saya memasak” selanjutnya bapak menanyakan orang yang ingin
diajak berkenalan, contoh nya begini “ nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Ayo kita coba berkenalan pak, ya bagus sekali coba sekali lagi pak, bagus sekali,
nah setelah bapak berkenalan bapak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
” Terminasi”
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?. Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam berapa?Bagaimana kalau jam 17.00 wib? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalamualaikum..
35
STRATEGI PELAKSANAAN
37
Nama : Tn. R
No RM : 05-08-31
Umur : 36 Tahun
Ruangan : Murai B
SP Ke :I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
lain
DO:
2. Diagnosis Keperawatan
3. Tujuan
B. Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
38
Sintisa Dan Taslim, Kami perawat dari Mahasiswa Stikes Dehasen Bengkulu
yang akan merawat bapak selama kuarang lebih 2 minggu kedepan di ruangan
Murai B ini, Kalau boleh kami tahu Nama anda siapa? Senang dipanggil apa”
”Dan disini kami ingin membantu bapak untuk menyelesaikan masalah yang
sedang bapak alami”. ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak
saat ini” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman anda,
mau dimana kita bercakap-cakap, bagaimana kalau disini aja, kita bercakap-
”Kerja”
“Bapak siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak ? siapa orang yang paling
dengan bapak di rumah ? Kalau di ruangan ini siapa orang yanng paling dekat
dengn bapak ? Apa yang membuat bapak suka dekat dengan orang tersebut ?
Kalau di rumah orang yang tidak dekat dengan bapak siapa? Kalau disini ? Apa
yang membuat bapak tidak dekat dengan orang tersebut ? Apa saja yang bapak
rasakan selama di rawat di ruang murai C ini , menurut bapak apa saja
keuntungan kalau tidak mempunyai teman? Wah benar, ada teman bercakap-
cakap, apalagi (sampai klien menyebutkan beberapa), nah klau kerugianya apa
pak ? (sampai klien menyebutkan beberapa), jadi bnyak ya kerugian nya tidak
mempunyai teman, kalau begitu maukah bapak belajar berteman dengan orang
lain ?, bagus bagaimana kalau kita belajar berkenalan dengan orang lain ?
39
“ begini loh pak kalau kita mau berkenalan dengan orang lain, kita sebut nama
kita terlebih dahulu, nama panggilan yang kita sukai, asal kitadan hobbi kita,
contoh nya “ nama saya ibuk citra, senang dipanggil ibuk citra saya dari
bengkulu, hobi saya memasak” selanjutnya bapak menanyakan orang yang ingin
diajak berkenalan, contoh nya begini “ nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Ayo kita coba berkenalan pak, ya bagus sekali coba sekali lagi pak, bagus sekali,
nah setelah bapak berkenalan bapak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
” Terminasi”
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan?. Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam berapa?Bagaimana kalau jam 17.00 wib? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalamualaikum..
N
Diagnosa Implementasi Evaluasi
o
Isolasi a. ”Assalamulaikum, selamat pagi!!! S=
Sosial : Kami perawat yang akan merawat - pasien menjawab
Menarik bapak. Perkenalkan ini kelompok salam perawat sambil
Diri kami,Aji,Citra,Elsa,Rizal,juliansy berjabat tangan
ah,Juwita,Rada, Sintisa Dan - Perasaan saya baik-
Taslim Kami pewarawat dari baik saja
Mahasiswa Stikes Dehasen - Saya tidak ada
Bengkulu yang akan merawat keluhan
bapak selama kuarang lebih 2 - Dirumah saya hanya
minggu kedepan di ruangan ada adik saya
Murai B ini Nama bapak siapa? - Yang dekat dengan
Senang dipanggil apa” saya Cuma adik
b. ”Dan disini kami ingin membantu perempuan saya
bapak untuk menyelesaikan - Saya tidak suka
masalah yang sedang bapak dengan teman disini
alami”. ”Bagaimana perasaan - Mereka tidak saya
bapak hari ini? Apa keluhan sukai
bapak saat ini” O=
c. “baik lah pak bagaimana kalau - Kontak mata klien
kita akan bercakap-cakap tentang ada walaupun sedikit
keluarga dan teman-teman bapak - Nada bicara lambat,
d. Siapa saja yang tinggal dirumah ? dan pelan
dan siapa yang dekat dengan - Klien kooperatif
bapak?, siapa yang jarang dalam menjawab
bercakap-cakap dengan bapak, pertanyaan perawat
kenapa bapak jarang bercakap? walaupun hanya
e. Siapa yang bapak kenal diruangan menjawab seadanya
41
ini?
f. Apa saja kegiatan yang bapak
lakukan dengan teman-teman A=
g. Apa yang menghambat bapak - Hubungan saling
dalam bercakap-cakap percaya sudah terbina
h. Menurut bapak apasaja kerugian walaupun klien masih
tidak memiliki teman susah diajak bicara
i. Menurut bapak apa keuntungan - Pertahankan
memiliki teman hubungan saling
j. Bagaimana kalau kita sekarang percaya
berkenalan dengan orang lain P=
k. ”Bagaimana perasaan bapak SP 1 dan 2
setelah berbincang-bincang?. dilanjutkan
Bagaimana kalau kita bertemu
lagi untuk berbincang-bincang
lagi supaya kita bisa saling kenal?
Bagaimana bapak mau? Jam
berapa? Bagaimana kalau jam
14.00 wib? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.
Wassalam mualaikum
42
STRATEGI PELAKSANAAN
Nama : Tn. R
Tangga l : 21 Desember 2017
No RM : 05-08-31
Umur : 36 Tahun
Ruangan : Murai B
SP Ke : II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan yang lain
DO:
pasien terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri di kamar, pasien
terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri disudut ruangan , rambut
kering, kuku panjang, tidak ada kontak mata
2. Diagnosis Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
3. Tujuan :
a. Klien dapat memperaktikan cara berkenalan dengan orang lain
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang.
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
”Selamat pagi. Masih ingat denga saya?.”
”Bagaimana peraaan bapak hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian, apakah
bapak sudah mulai berkenalan dengan orang lain, dan bagai mana perasaan bapak
setelah mulai berkenalan? Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita
akan latihan bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar
bapak bapak semakin banyak teman, apakan bapak bersedia? Berapa lama bapak
43
Kerja:
” baiklah bapak, hari ini saya datang bersama teman saya dua orang perawat yang
juga dinas di ruangan ini, bapak bisa memulai berkenalan, apakah bapak masih
ingat cara berkenalan, jika masih ingat beri pujian, kita klien lupa ajarkan kembali
cara berkenalan, nah bapak ayo kita mulai berkenalan dengan perawat tessa dan
juita, wah bagus sekali, nah bapak bisa lakukan ini di waktu jam kosong, saat lagi
santai, lagi berkerja.
Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dengan perawat tessa dan
juita tadi ?” coba pak sebutkan bagaimana cara berkenalan? Bagus sekali,
bagaimana kalau kita tambah lagi jadwal kegiatan bapak yaitu kita masukan cara
berkenalan tadi, nah baiklah bapak bagaimana kalau besok kita mulai berkenalan
dengan teman sekamar bapak dan teman di ruangan bapak, bapak mau, besok
tempat berkenalannya, disini lagi apa di tempat kamar teman bapak? Waktunya 10
menit mau ya pak? Kalua begitu saya permisi ya pak besok jam 09.00 kita ketemu
lagi, terimakasih pak.
44
STRATEGI PELAKSANAAN
Nama : Tn. R
Tangga l : 21 Desember 2017
No RM : 05-08-31
Umur : 36 Tahun
Ruangan : Murai B
SP Ke : III
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan yang lain
DO:
pasien terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri di kamar, pasien
terlihat banyak melamun, klien tanpak menyendiri disudut ruangan , rambut
kering, kuku panjang, tidak ada kontak mata
2. Diagnosis Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
3. Tujuan :
c. Klien dapat memperaktikan cara berkenalan dengan orang lain
d. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang.
2. Strategi komunikasi
”Orientasi:
”Selamat siang. Masih ingat dengan saya pak...!! ”Bagaimana perasaan bapak
”Baiklah, sesuai janji kita tadi bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
cara mulai berkenalan dengan teman sekamar? ” Bapak mau? dimana kita
duduk? Di luar/disini pak? Berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit”
”Kerja”
Coba bapak peragakan lagi bagaimana cara berkenalan kemaren saya ajarkan,
bagus sekali! Nah begitu, Ya bagus..!!! bapak sudah bisa, ayo pak kita kemar
48
teman bapak, kita belajar berkenalan dengan teman sekamar bapak, sambil
berjalan keruangan kamar bapak C” hayo bapak R bagaimana berkenalan
dengan bapak C, bagus sekali’’
”Terminasi”
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan cara berkenanalan dengan
teman sekamar tadi pak?”
” Bagaimana jika kita masukkan dalam jadwal harian bapak ? jam berapa
maunya” Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi untuk mengulang
cara Berkomunikasi Dengan Teman Sekamar Bapak Lagi Dan Banyak
Berbincang-Bincang Dengan Teman Bapak? Bapak mau?
”Jam berapa? Bagaimana kalau besok jam 10.00 wib?
Berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 10 menit Dimana
tempatnya? Disini lagi atau di tempat lain pak?”Baiklah, sampai jumpa pak.
49
BAB IV
51
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data sebagai tahap awal proses
keperawatan dalam menentukan masalah keperawatan dan merumuskan
diagnose keperawatan. Dalam proses ini penulis mengunakan metode
wawancara (observasi) dan study dokumentasi dan hasil pengkajian, penulis
menemukan beberapa kesenjangan antara tinjuan teori dengan tinjuan kasus.
Dalam tinjuan teori biasanya ditemukan keluhan Menyendiri, Kesepian,tidak
menyukai interaksi sosial, kontak mata berkurang dll.
Sedangkan ditinjuan kasus menurut kelompok kami ditemukan didalam
keluarga Tn.R ada yang menderita penyakit gangguan jiwa, pada saat kelompok
kami observasi ditemukan keluhan klien tanpak hanya diam, menyudut di
kamar, tampak ketakutan dan tidak mau berinteraksi dengan yang lain, mondar-
mandir.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah klien yang ditemukan dan data yang
dianalisa. Dalam menemukan prioritas masalah penulis membuat diagnosa
ditentukan aras dasar kondisi klien, inilah yang menyebabkan ada beberapa
diagnose yang dapat ditegakkan anatara lain:
1. Isolasi sosial : Menarik diri
Karena saat dikaji klien tanpak diam, bicara sedikit, kontak mata
berkurang, dan tanpak menyudut diruangan
2. Harga diri rendah
Karena pada saat dikaji, klien merasa malu jika bergaul dengan orng lain
3. Depisit keperawatan diri
Pada saat dikaji
Klien terlihat kurang bersih, baju tidak ganti, rambut agak kusut dan
jarang mandi. 51
52
C. Intervensi Keperawatan
Dari hasil pengkajin penulis menemukan lima diagnosa yang muncul, tetapi
hanya 1 diagnosa yang diangkat sebagai rencana tindakkan keperawatanuntuk
menentukan tujuan dan kreteria yang ingin dicapai , menentukan masalah
menyusun rencana keperawatan 1 intervensi yang penulis buat dalam tinujan
kasus tidak ditemukan perbedaan pada teoritas.
D. Implementasi Keperawatan
Adalah tahap pelaksanaan tindakkan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.dalam hal ini, dan satu
kasus diagnosa yaitu Isolasi Sosial : menarik diri
Dalam mengimplementasiakan, penulis mencapai TUK ke 3 dan diagnose yang
pertama tidak terdapat atau tidak ditemukan hambatan dalam pencapaian TUK
selain itu penulis juga dalam menjalankan TUK 1,2, dan 3 mengalami
hambatan karena keterbatasan waktu.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil dan keseluruhan, yang penulis dapat yaitu pada tahap pengkajian
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Ditemukan juga 5 diagnosa,
tetapi yang ditegakkan sebagai rencana tindakkan adalah 1 dan hasil evaluasi
Tn.R menurut penulis untuk mencapai penilaian yang maksimal membutuhkan
waktu yang lama, sedangkan penulisannya melakukan asuhan keperawatan
selama lebih kurang 5 hari.
BAB V
53
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang mulai dengan pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri di ruang Murai B
RSKJ Soeprapto Bengkulu dari tanggal 19-25 Desember 2017 dengan
menggunakan sebagai pertimbangan ilmu dan menentukan kasus secara nyata,
maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasrkan teori yang didapat ada kesenjangangan antara tinjauan kasus,
Pengkajian keperawatan di lakukan dengan menggunakan metode deskriftip
dan pendekatan kasus pada Tn. R di lakukan pengkajian, diagnosa tunggal yang
timbul adalah Isolasi Sosial : Menarik Diri. Rencana tindakan keperawatan di
ambil dari literature yang ada kaitannya dengan kasus gangguan jiwa dengan
isolasi sosial. Implementasi keperawatan di lakukan dengan semaksimal
mungkin sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang ada. Dari Tiga
strategi pelaksanaan pada Tn.R, tidak semua terlaksana di karenakan tergantung
kemauan dan kebersediaan klien serta waktu untuk melakukan strategi
pelaksanaan yang telah direncanakan, hal tersebut mempengaruhi proses
keperawatan pada evaluasi
B. Saran
Dari hasil penerapan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri penulis ingin memberikan saran-saran yang mungkin nanti nya
dapat berguna dan bermanfaat bagi klien khususnya dan bagi rumah sakit
umumnya
1. Pihak perawat
54