Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau

sebagai salah satu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh

disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik,

otonomik atau psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat gangguan otak

kronis dengan serangan kejang spontan yang berulang. Epilepsi adalah Bangkitan

kejang akibat dari gangguan otak kronis yang serangan nya spontan dan berulang

disebabkan faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gangguan ketiganya.

Penyebab Epilepsi yaitu berbagai kelainan fisiologi, biokimiawi dan anatomi

merupakan dampak dari penyakit yang diderita anak Nurarif (2015).

World Health Organization (WHO) memperkirakan tahun 2016 Insiden

epilepsi di dunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000 penduduk tiap tahunnya.

Insiden ini tinggi pada negara-negara berkembang karena faktor resiko untuk

terkena kondisi maupun penyakit yang akan mengarahkan pada cedera otak

adalah lebih tinggi dibanding negara industry. Kejang merupakan kelainan

neurologi yang paling sering terjadi pada anak, di mana ditemukan 4 sampai 10 %

anak-anak mengalami setidaknya satu kali kejang pada 16 tahun pertama

kehidupan. Studi yang ada menunjukkan bahwa 150.000 anak mengalami kejang

tiap tahun, di mana terdapat 30.000 anak yang berkembang menjadi penderita
2

epilepsy. Faktor resiko terjadinya epilepsi sangat beragam, di antaranya

adalah infeksi SSP, trauma kepala, tumor, penyakit degeneratif, dan penyakit

metabolic (Setia Aji 2015).

Menurut Kemenkes RI 2014 insidensi per tahun epilepsi per 100000 populasi

adalah 86 pada tahun pertama, 62 pada usia 1 sampai 5 tahun, 50 pada 5 sampai

9 tahun, dan 39 pada 10-14 tahun, Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa

insidensi epilepsi pada anak laki – laki lebih tinggi daripada anak perempuan.

Epilepsi paling sering terjadi pada anak dan orang lebih tua (di atas 65 tahun).

Pada 65 % pasien, epilepsi dimulai pada masa kanak-kanak. Puncak insidensi

epilepsi terdapat pada kelompok usia 0-1 tahun, kemudian menurun pada masa

kanak-kanak, dan relatif stabil sampai usia 65 tahun (Setia Aji 2015).

Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bengkulu diketahui bahwa jumlah

Insiden epilepsi Tahun 2015 sebanyak 38 orang dari 5 puskesmas yang ada di

Provinsi Bengkulu sedangkan pada tahun 2016 banyak 70 orang dan pada tahun

2017 sebanyak 118 orang (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2018). Data di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2016 jumlah pasien

anak yang mengalami epilepsy 16 orang, tahun 2017 sebanyak 25 orang dan pada

tahun 2018 sebanyak 17 orang

Kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya, jika Anda terlambat

mengatasi kejang pada balita, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan

keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari, merupakan


3

kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya. Untuk itu

diperlukan adanya penanganan kejang demam yang cepat dan benar. Kejang

demam pada balita sering terjadi pada masyarakat. Banyak keluarga tidak

menyadari, berbagai kondisi kegawatan dapat terjadi pada kasus kejang demam

pada balita yang tidak segera ditangani. Kegawatan tersebut diantaranya:

kegawatan karena kejang, sesak nafas, suhu yang meninggi dan cedera.

Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan pada pasien yang sudah

kejang perawat harus memahami patofisiologi dan proses penyakit sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan yang baik, dengan penggunaan pendekatan

proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi Purwanti (2008).

Berdasarkan uraian diatas mengingat pentingnya peran perawat keluarga dalam

menangani masalah epilepsi, agar memberikan asuhan keperawatan yang baik

pada pasien dengan Epilepsi, maka penulis tertarik untuk malakukan “Asuhan

Keperawatan Keluarga pada pasien dengan Epilepsi tahun 2018”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, didapat masalah

penelitian yaitu masih banyaknya kejadian Epilepsi pada anak, sedangkan

pertanyaan penelitian adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak

dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu?”


4

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan keperawatan keluarga pada anak dengan

Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga pada

anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu

Tahun 2019

b. Mampu menentukan diagnosa dalam asuhan Keperawatan pada anak dengan

Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan

pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2019

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan

pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2019

e. Mampu melaksanakan evaluasi dalam asuhan keperawatan pada anak

dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu

Tahun 2019

f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan dalam asuhan keperawatan

pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2019


5

g. Mampu membandingkan dan menganalisa kesenjangan antara teori dan

kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis

RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan kepada Masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan bahan pengajaran

dan menambah wawasan tentang pengelolaan pasien dengan Epilepsi

2. Bagi pengembangan Ilmu dan Tehnologi keperawatan

Diharapkan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu dan tehnologi

bidang keperawatan terutama mengenai Epilepsi

3. Bagi Penulis

Bagi Penulis dengan ada Studi Kasus ini penulis memperoleh pengalaman

dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang

Epilepsi

E. Implikasi Penulisan Proposal KTI Terhadap Ilmu Pengetahuan

Penerapan proses Keperawatan mempunyai implikasi atau dampak terhadap:

1. Profesi keperawatan

Secara profesional proses Keperawatan menyajikan suatu lingkup praktek

keperawatan. Melalui 5 langkah proses keperawatan yaitu Pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan

evaluasi.
6

2. Pasien

Penggunaan proses Keperawatan sangat bermanfaat bagi pasien dan

keluarga. Pasien dan Keluarga berpatisipasi secara aktif dalam keperawatan

dengan melibatkan kedalam 5 langkah proses keperawatan.

3. Perawat

Proses Keperawatan akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan

meningkatkan perkembangan profesionalisme. Meningkatkan hubungan antara

perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan melalui proses

keperawatan dengan cara pengembangan dan kreatifitas dalam penjelasan

masalah pasien.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Epilepsi

1. Konsep Dasar Teori Epilepsi

a. Pengertian

Menurut Baticaca (2008) Epilepsi adalah setiap kelompok sindrom

yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksismal

yang dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang

episodik, fenomena motorik yang abnormal, gangguan psikis, sensorik dan

sistem.

Epilepsi merupakan gejala-gejala yang komplekk dari beberapa

gangguan fungsi otak yang cirinya adalah serangan berulang. Bangkitan

kejang merupakan satu manifestasi dari pada muatan listrik yang berlebihan

dari sel neuron saraf pusat. Gangguan ini dapat disebabkan faktor fisiologis,

biokimiawi, anatomis atau gangguan ketiganya.

Menurut Riyadi (2013) Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf

pusat yang dicikan oleh terjadinya serangan yang bersifat spontan dan

berkala. Serangan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang

bersifat mendadak dan sinkron dan berirama. Bangiktan kejang yang terjadi

pada epilebsi mengakibatkan lepasnya muatan listrik yang berlebihan disel

neuron saraf pusat. Lepasanya muatan listrik yang berlebih ini karena faktor

7
8

gangguan fisiologis, gangguan biokimia, gangguan anatomis atau gabungan

dari faktor-faktor tersebut.

Menurut Nurarif (2015) Epilepsi adalah kejang yang menyerang

seseorang yang tampak sehat atau sebagai salah satu ekserbasi dalam kondisi

sakit kronis sebagai akibat oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan

sebagai fenomena motorik, sensorik, otonomik atau psikis yang abnormal.

Epilepsi merupakan akibat gangguan otak kronis dengan serangan kejang

spontan yang berulang. Epilepsi adalah Bangkitan kejang akibat dari

gangguan otak kronis yang serangan nya spontan dan berulang disebabkan

faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gangguan ketiganya

b. Insiden Epilepsi

World Health Organization (WHO) memperkirakan tahun 2016

Insiden epilepsi di dunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000 penduduk tiap

tahunnya. Insiden ini tinggi pada negara-negara berkembang karena faktor

resiko untuk terkena kondisi maupun penyakit yang akan mengarahkan

pada cedera otak adalah lebih tinggi dibanding negara industri.

Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bengkulu diketahui bahwa

jumlah Insiden epilepsi Tahun 2015 sebanyak 38 orang dari 5 puskesmas

yang ada di Provinsi Bengkulu sedangkan pada tahun 2016 banyak 70 orang

dan pada tahun 2017 sebanyak 118 orang (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2018).

Data di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu. Pada
9

tahun 2016 jumlah pasien anak yang mengalami epilepsy 16 orang, tahun

2017 sebanyak 25 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 17 orang.

c. Etiologi Epilepsi

Menurut Nurarif (2015) Epilepsi disebabkan oleh:

1. Idiopatik : sebagian besar epilepsy pada anak adalah epilepsy idiopatik.

2. Factor herediter : ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang

disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis,

hipoglekemi, hipopratiroidisme, angiomatosis ensefalotrigeminal,

fenilketonuria.

3. Faktor genetic : pada kejang demam dan breath holding spell

4. Kelainan kognital otak: atrofi, poresenfali, agenesis korpus kolosum

5. Gangguan metabolic: hipernatremia, hiponatremia, hipokalsemia,

hipoglikemia

6. Infeksi: radang yang disebabkan bakteri atau pirus pada otak dan

selaputnya.

7. Trauma: kontusio serebrari, hematoma subraknoid, hematoma subdural

8. Neoplasma otak dan selaputnya

9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen

10. Keracunan: timbale, kapur barus, fenotiazin, air

Menurut Riyadi (2013) Penyebab Epilepsi yaitu berbagai kelainan

fisiologi, biokimiawi dan anatomi merupakan dampak dari penyakit yang


10

diderita anak. Kelainan dan penyakit yang dapat menyebabkan kejang antara

lain adalah :

a. Trauma lahir

Trauma lahir yang mengenai bagian kepala janin dapat berakibat

peningkatan stresor secara fisik terhadap neoron otak, kelainan pada neorun

ini dapat berakibat lepasnya muatan listrik pada neorun yang berlebihan dan

tidak terkontrol dengan baik.

b. Trauma kapitis

Trauma kapitis akan menjadi sejumlah kerusakan pada neuron otak sehingga

dapat mengakibatkan proses eksitasi yang berlebihan dari proses inhibisi di

otak.

c. Inflamasi pada otak

Inflamasi karena bakteri maupun virus dapat mengakibatkan gangguan

fungsi neuron akibat toksi yang dikeluarkan oleh mikrooganisme. Kasus

peradangan sering menyebabkan serangan epilepsi adalah miningitis dan

encepalitis

d. Keganasan otak

Keganasan dalam otak akan meningkatkan proses desak ruang pada otak

meningkat sehingga menggangu fungsi sejumlah besar neuron otak.

e. Pendarahan otak

Pendarahan akan meningkatkan TIK dan menurunkan fungsi jaringan otak

yang dapat menggangu proses eksitasi neuron otak.


11

f. Hipoksia otak

Hipoksia ini dapat terjadi akibat gangguan pembuluh darah otak atau

menurunnya komposisi darah dan oksigen karena anemia berat misalnya,

penurunan oksigen dapat memicu serangan karena mengganggu kerja

neorun.

g. Stroke

Stroke baik haemoragik maupun non haemoragik akan mengakibatkan

gangguan pada sirkulasi otak sehingga dapat memicu gangguan otak

h. Gangguan elektrolit

Trutama adalah natrium dan kalium karena fungsi utama kedua elektrolit

tersebut adalah untuk berlangsungnya proses ekstasi neuron dengan baik.

i. Demam

Demam akan meningkatkan metabolik dan meningkatkan eksitasi persarafan

melalui mekanisme percepatan diffusi osmosis ion natrium didalam sel

neoron.
12

d. Anatomi Fisiologi Saraf

1. Anatomi Saraf Pusat

Sistem saraf pusat adalah sistem tubuh yang menerima dan memproses

semua informasi dari seluruh bagian tubuh. Ini terdiri dari otak, sumsum

tulang belakang dan neuron.

a. Cerebrum (Otak besar)

Cerebrum (Telecephalon) merupakan bagian terbesar otak dan

menempati fossa cranial tengah dan anterior. Cerebrum juga disebut

dengan cerebral cortex, forebrain atau otak depan. Cerebrum merupakan

bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang, cerebrum

membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,

kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan fisual. Kecerdasan

intelektual atau IQ manusia juga ditentukan oleh kualitas cerebrum.

Cerebrum dibagi oleh suatu celah yang dalam, fisura serebri

longitudinal, menjadi hemisferkiri dan kanan, dimana setiap hemisfer ini

berisi satu ventrikel lateral. Di otak bagian dalam, hemisfer dihubungkan

oleh massa substansi albikan (serat saraf) yang disebut korpus kalosum

(corpus callosum). Bagian superfisial cerebrum terdiri atas badan sel

syaraf atau substansi grisea, yang membentuk korteks serebri,dan lapisan

dalam yang terdiri atas serat syaraf atau substansi albikan. Secara umum,

belahan belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan orak

kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas
13

dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir

rasional.

Cerebrum dibagi menjadi 4 bagian yang disebut lobus. Bagian

lobus yang menonjol disebut girus dan bagian lekukan yang menyerupai

parit disebut sulcus. Ke-4 lobus tersebut yaitu :

1. Lobus Frontal

Lobus Frontal terletak didaerah otak sekitar dahi, yang berfungsi

sebagai pemecah Emosi, perencanaan, kreativitas, penilaian, gerakan

dan pemecahan masalah dikendalikan di lobus frontal.Lobus frontal

dibagi lagi ke dalam korteks prefrontal, area premotor, dan area motor.

2. Lobus Pariental

Terletak dibelakang lobus Prontal dan dibelakan bagian atas otak yang

berfungsi pengatur suhu, rasa tekanan, sentuhan dan rasa, sakit

dikendalikan di lobus parietal. Beberapa fungsi bahasa juga dapat

dikendalikan di lobus parietal.

3. Lobus Temporal

Sesuai namanya, lobus temporal terletak di setiap sisi otak yang

berfungsi Kebanyakan pendengaran dan fungsi bahasa dikendalikan di

lobus temporal. Proses emosi, belajar dan pendengaran juga terletak di

lobus temporal.
14

4. Lobus Oksipital

Lobus oksipital terletak di bagian punggung bawah otak di bagian

belakang kepala yang berfungsi sebagai Penglihatan dan kemampuan

untuk mengenali obyek dikendalikan di lobus oksipital. Retina mata

mengirimkan masukan ke lobus oksipital otak yang kemudian

menafsirkan sinyal sebagai gambar

b. Cerebellum

Cerebellum (otak kecil) terletak di fossa cranii posterior dan bagian

superiornya ditutupi oleh tentorium cerebelli. Cerebellum adalah bagian

terbesar otak belakang dan terletak posterior dari ventriculus quartus,

pons, dan medulla oblongata, Cerebellum berbentuk agak lonjong dan

menyempit pada bagian tengahnya, serta terdiri dari dua hemispherium

cerebelli yang dihubungkan oleh bagian tengah yang sempit yaitu vermis.

Cerebellum dibagi menjadi tiga lobus utama : lobus anterior (fungsi

regulasi tonus otot dan mempertahankan sikap badan), lobus medius atau

lobus posterior (fungsi koordinasi berbagai gerakan lincah), danlobus

flocculonodularis (fungsi mempertahankan keseimbangan). Lobus

anterior dapat dilihat pada permukaan superior cerebellum dan dipisahkan

dari lobus medius oleh sebuh fissura yang berbentuk huruf “V”, disebut

fissura prima. Lobusmedius (kadang-kadang disebut lobus posterior),

yang merupakan bain cerebellum yang paling besar, terletak di antara

fissura prima dan fissura uvulonodularis. Lobus flocculonodularis terletak


15

di posterior fissura uvulonodularis. Fissura horizontalis yang dalam

ditemukan disepanjang pinggir cerebellum dan memisahkan permukaan

superior dari permukaan inferior; tidak mempuyai arti morfologis atau

fungsional yang penting.

Fungsi otak kecil (cerebellum) adalah untuk mengatur sikap atau

posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi

secara sadar. Cerebellum menerima aferen mengenai gerakan volunteer

dari cortex cerebri dan dari otot, tendon, dan sendi. Cerebellum juga

menerima informasi keseimbangan dari nervus vestibularis dan mungkin

juga informasi penglihatan dari tractus tectocerebellaris. Semua informasi

ini diteruskan ke cortex cerebelli. Ahli fisiologi membuat postulat bahwa

fungsi cerebellum sebagai koordinator ketepatan gerak dilakukan dengan

cara membandingkan output dari area motorik cortex cereberii dengan

informasi propioseptif yang diterima dari tempat kerja otak secara terus-

menerus. Fungsi lain cerebellum, yaitu :

1) Fungsi cellebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan

mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini

memastikan bahwa gerakan yang di cetuskan suatu tempat di system

saraf pusat berlangsung dengan halus bukan mendadak dan

terorganisasi.

2) Cellebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur


16

3) Bagian ini juga membantu mempertahankan ekuilibrium tubuh.

Informasi sesorik dari telinga dalam di bawa kelabus cellebelum.

2. Anatomi fisiologi saraf Tepi

Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yangmenghubungkan semua

bagiantubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor

sensorik dan efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ,

bertugas mendeteksi perubahan lingkungan luar atau dalam tubuh.Sistem

saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom

(tak sadar).Sistem saraf sadar adalah saraf yang mengatur gerakan yang

dilakukan secara sadar, di bawah kendali kesadaran kita. Contohnya tangan

kita sadar bergerak untuk mengambil gelas.Sistem saraf sadar disusun oleh

serabut saraf otak (nervuskranialis), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak

dan serabut saraf sumsum tulang belakang (nervusspinalis), yaitu saraf-saraf

yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Nervus kranialis dan Saraf-saraf Kranialis terdiri dari 12 macam yaitu :

a. Olfaktorius yang berjenis sensori yang berfungsi menerima rangsang dari

hidung dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai sensasi bau

b. Optikus yang berjenis sensori yang berfungsi untuk menerima rangsangan

dari mata dan menghantarkan keotak untuk proses persepsi visual

c. Okulumotor yang berjenis motorik yang berfungsi mengerakan sebagian

besar otot mata

d. Trokleris yang berjenis motorik yang berfungsi menggerakan bola mata


17

e. Trigeminus yang bersifat gabungan yang berfungsi sensori : menerima

rangsangan dari wajah untuk proses keotak sebagai sentuhan, motorik :

mengerakan rahang

f. Abdusen yang bersifat motorik yang berfungsi sebagai abduksi mata

g. Fasialis yang bersifat gabungan yang berfungsi sensori : menerima

rangsangan dari anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa,

motorik : mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi

h. Vestibulokoklearis yang bersifat sensori yang berfungsi sensori sistem

vestibular : mengendalikan keseimbangan, sensori koklea : menerima

rangsangan untuk di proses otak sebagai suara

i. Glosofaringeal yang bersifat gabungan yang berfungsi sensori : menerima

rangsangan dari bagian posturior lidah untuk di proses otak sebagai

sensasi rasa, Motorik : mengendalikan organ oragan dalam.

j. Vagus yang bersifat gabungan yang berfungsi sensori : menerima sensasi

dari organ dalam, Motorik : menggendalikan organ dalam

k. Aksesorius yang bersifat motorik yang berfungsi sebagai menggerakan

kepala

l. Hipoglossus yang bersifat motorik yang berfungsi sebagai pengerak lidah.


18

e. Patofisiologi Epilepsi

Bangkitan epilepsi berasal dari sekelompok sel neorun yang abnormal

di otak yang melepas muatan secara berlebihan dan hipersenkron. Sekelompok

sel ini yang disebut fokus epileptik. Lepas muatan ini kemudian menyebar

melalui jalur jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya.

Serangan epilepsi terjadi apabila proses ekstasi didalam otak lebih dominan

dari pada proses inhabisi (hambatan). Seperti kita ketahui bersama bahwa

aktifitas neorun diatur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstraseluler dan

didalam intraseluler dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos

memberan neuro.

Akibat loncatan muatan neuron yang tidak terkoordinasi dengan baik

sekelompok neuron akan mengalami abnormal depolarisasi yang

berkepanjangan berkenaan dengan cetusan potensial aksi secara cepat dan

berulang-ulang. Cetusan listrik yang abnormal ini kemudian mengajak nouron-

neuron sekitarnya sehingga menimbulkan serangkaian gerakan yang melibatkan

otot dan menimbulkan kejang. Spasme pada otot terjadi pada hampir semua

bagian termasuk otot mulut sehingga penderita mengalami ancaman perlukaan

pada lidah. Kelainan sebagai besar dari neuron otak yang mengakibatkan

gagguan muatan listrik juga mengakibatkan penurunan kesadaran secara tiba-

tiba sehingga berisiko cidera karena benturan benda sekitarnya atau terkena

benda yang berbahaya seperti api, listrik ataupun benda lainnya.


19

Pathway Epilepsi
Bagan 2.1 Fathway
Idiopatik, herediter,
trauma kelahiran, Ketidakseimbangan aliran
System saraf listrik pada sel saraf
infeksi perinatal,
miningitis, dll
Hambatan mobilitas fisik Epilepsy
Hilang onus otot

Petitmal Akimetis Mylonik

Isolasi sosial, Keadaan lemah dan Kontraksi tidak sadar


defisiensi tidak sadar yang mendadak
pengetahuan
Perubahan status
Aktivitas kejang
kesehatan

Jatuh Hipoksia Ketidak mampuan


keluarga mengambil
tindakan tepat
Risiko cidera Kerusakan memori

Pengobatan Defisiensi pengetahuan Ketidak mampuan


Keperawatan, Ansietas koping keluarga
Keterbatasan

Penyakit Kronik Psikomotor Granmal

Perubahan proses
keluarga Gangguan neurogis

Gangguan respiratori
Spasme otot pernafasan Hilang kesadaran
Gangguan perkembangan
Obtruksi trakheobronkial
Harga diri rendah
Ketidakefektifan bersih jalan nafas

(Nurarif, 2015)
20

f. Manifestasi Klinik Epilepsi

Menurut Nurarif (2015) manifestasi Epilepsi adalah sebagai berikut :

1. Gejala yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya. Jenis kejang

dapat bervariasi antara pasien, namun cenderung serupa.

2. Kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran somatosensosi atau motor

fokal

3. Kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan kesadaran

4. Ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan periode perubahan

kesadaran hanya sangat singkat (detik)

5. Kejang tonik klonik umum merupakan episode konvulsif utama dan selalu

dikaitkan dengan kehilangan kesadaran

Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang pada epilepsi dibagi menjadi :

1) Kejang umum (generalized seizure) jika aktivitas terjadi pada kedua

hemisfer otak secara bersama-sama. Kejang umum dibagi atas :

a. Tonic-clonic convulion (grand mall)

Merupakan bentuk paling banyak terjadi pada pasien tiba-tiba jatuh,

kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur, biasa terjadi sianosis,

ngompol atau mengigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti

dengan lemah, kebingungan dan sakit kepala

b. Abscense attacks/lena (petit mall)

Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal

remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan


21

kepala terkulai kejadiannya Cuma beberapa detik, dan bahkan sering

tidak disadari.

c. Myoclonic seizure

Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami

sentakan yang tiba-tiba. Jenis yang sama ( tapi non-epileptik) biasanya

terjadi pada pasien normal

d. Atonic seizure

Jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa

segera recovered

2) Kejang parsial/ focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang

parsial terbagi menjadi :

a. Simple partial seizures

Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian

tertentu dari tubuh.

b. Complex partial seizures

Pasien melakukan gerakan-gerakan tek terkendali, gerakan mengunyah,

meringis dan lain-lainnya tampa kesadaran.


22

g. Penatalaksanaan Epilepsi

Menurut Baticaca (2008) Penatalaksanaan medis epilepsi adalah sebagai

berikut:

1. Pengobatan kuratif (kausal)

Selidiki adanya penyakit yang masih aktif (tumor otak, hematoma

subdural kronis) pada lesi aktif atau progresif yang belum ada obatnya

(penyakit degeneratif).

2. Pengobatan preventif (rumat)

Klien dengan epilepsy cenderung mengalami serangan kejang secara

spontan, tanpa faktor provokasi yang kuat atau nyata. Pengobatan kejang

pada epilepsi perlu dilakukan untuk mencegah kejang.

Menurut Nurarif (2015) Penatalaksanaan epilepsi sebagai berikut:

Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup penderita

yang optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut antara lain

menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek

samping ataupun dengan efek samping seminimal mungkin serta

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

1. Non farmakologi

a. Amati faktor pemicu

b. Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya stres,OR, konsumsi

kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan dan lain-

lain.
23

2. Farmakologi

Dalam farmakoterapi, terdapat prinsip-prinsip penatalaksanaan untuk

epilepsi yakni :

a. Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi

sudah dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun.

Selain itu pasien dan keluarga harus terlebih dahulu diberi penjelasan

mengenai tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan

tersebut.

b. Terapi dimulai dengan monoterapi

c. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan secara bertahap

sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efeksamping

d. Apabila dengan menggunakan OAE dosisi maksimum tidak dapat

mengontrol bangkitan, maka ditambah OAE kedua dimana bila sudah

mencapai dosis terapi maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara

perlahan

e. Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan setelah terbukti

bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian obat pertama dan kedua.


24

Tabel 2.1 pemilihan OAE berdasarkan bangkitan

Jenis OAE lini OAE lini OAE yang OAE yang


bangkitan pertama kedua dipertimbangkan dihindari
Bangkitan Sodium Clobazam Clobazepam Carbamazepine
umum Valproat Levetiracetam Phenobarbital Gabapentin
tonik- Lamotrigine Oxecarbazepin Phenytoin Oxecarbazepine
klonik Topiramate e Acetazolamide
Carbamazepine
Bangkitan Sodium valproat Clobazam Carbamazepine
lena Lamotrige Topiramate Gabapentin
Oxecarbazepine
Bangkitan Sodium Clobazam Carbamazepine
mioklonik Valproat Topiramate Gabapentin
Topiramate Levetiracetam Oxecarbazepine
Lamotrigine
Piracetam
Bangkitan Sodium valproat Clobazam Phenobarbital Carbamazepine
tonik Lamotrigine Levetiracetam Phenytoin Oxecarbazepine
Topiramate
Bangkitan Sodium valproat Clobazam Phenobarbital Carbamazepine
Atonik Lamotrigine Levetiracetam Aceazolamide Oxecarbazepine
Topiramate Phenytoin
Bangkitan Carbamazepine Clobazam Clobazam
fokal Oxecarbazepine Gabapetin Phenobarbital
dengan Sodiumvalproat Levetiracetam Acetazolamide
atau tanpa Topiramate Phenytoin
bangkitan Lamotrigine Tiagabine
umum

h. Pencegahan Epilepsi

Upaya sosial luas yang mengabungkan tindakan luas ditingkatkan

untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang

mengunakan anti konvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan, melalui

yang diberikan kemanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman

yang mencegah penyakit cedera kepala. Program skrening untuk


25

mengidentifikasi gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan

kejang dilakukan dengan pengunaan obat-obatan anti konvulsan secara

bijaksana dan memodifikasi gaya hidup.

i. Program pemerintah terkait dengan penyakit epilepsi pada anak

Dibuat nya buku KIA kesehatan Ibu dan Anak oleh Menteri Kesehatan

Republik Indonesia pada pasal 37 ayat 1. Berdirinya yayasan Epilepsi

Indonesia yang didirikan oleh Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono (Alm) yang

dikenal sebagai Bapak Epilepsi Indonesia dan seluruh Spesialis penyakit

saraf di indonesia. Misi yayasan saat ini adalah membantu upaya-upaya

penanggulangan epilepsi di Indonesia dengan usaha-usaha terutama pada

aspek psikososial. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Mengadakan penyuluhan bagi masyarakat baik melalui sekolah-sekolah,

di radio dan televisi

2. Menyelenggarakan berbagai kegiatan ilmiah berupa seminar dan

simposium untuk dokter umum dan awam

3. Menghadiri kongres epilepsi nasional dan internasional

4. Menerbitkan bulletin

5. Mendirikan klub epilepsi.


26

2. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengertian Asuhan Keperwatan

Asuhan keperawatan merupakan proses atau kegiatan keperawatan

yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan

sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat

humasnitic dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi

masalah yang dihadapi.

b. Tujuan dan manfaat asuhan keperawatan

Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain :

1. Membantu individu untuk mandiri

2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidangkesehatan

3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memeliharakesehatan

secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalammemelihara

kesehatannya

4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

c. Tahapan asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, social maupun

spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu


27

pengumpulan data, analisa data, dan penentuan masalah kesehatan serta

keperawatan

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi.

3. Intervensi keperawatan

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana

perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat

mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan

keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas

asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,

semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang

berkualitas tinggi dan konsisten.

4. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan

keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui beberapa hal

diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tenik


28

komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang

hak-hal dari pasien serta dalam memahami tngkat perkembangan pasien

5. Evaluasi keperawatan

Menurut Hidayat (2010) Evaluasi merupakan langkah terakhir dari

proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana

tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melelakukan

evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan

dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang di capai serta

kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria

hasil.

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang

dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung

atau menilai dari respons klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan

melakukan evaluasi dengan target tujuan yang di harapkan disebut

sebagai evaluasi hasil.


29

B. Konsep Dasar Teori Anak

1. Pengertian anak-anak (kanak-kanak)

Menurut Depkes RI (2009) katagori umur anak-anak ialah 5-11 tahun.

Saat usia kanak-kanak, anak masih ada yang bergantung kepada orang tua

untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah baik. Namun kemampuan lain

masih terbatas. Masa kanak-kanak merupakan periode penting dalam proses

tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu

menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut

golden age atau masa keemasan.

2. Karakteristik umur

Menurut Arita (2010) Ada beberapa tahapan perumbuhan dan perkembangan

pada masa anak yaitu :

a. Masa bayi adalah umur 0-1 tahun.

b. Masa todler adalah umur 1-3 tahun.

c. Usia prasekolah adalah umur 3-6 tahun

d. Usia sekolah adalah umur 6-12 tahun.

e. Masa remaja adalah umur 12-19 tahun.


30

Menurut karakteristik umur anak terbagi dalam dua kategori yaitu anak

usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1-3 tahun

merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang

disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia

pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun

perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.

Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi

sering.

Respon emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada usia

dan pencapaian tugas perkembangan anak, mulai dari perkembangan bayi

hingga remaja. Seperti pada bayi umur 0-1 tahun mempunyai respon emosi

yang berbeda dalam menghadapi masalah seperti perpisahan dengan orang tua,

maka respons anak aka menangis, brteriak, menarik dan menyerah pada situasi

yaitu diam. Apabila tubuh merasa nyeri, reaksi yang akan dialami pada si anak

adalah menangis dan reaksi tubuh untuk imobilitas (tidak mau bergerak sama

sekali). Masa balita umur 5-11 tahun mempunyai respon emosi terhadap

penyakit atau situasi yang tidak menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti

menangis sambil mencari ibunya, berhenti bicara, kehilangan keterampilan baru

yang dimilikinya. Apabila terjadi perubahan rutinitas dan ritual dalam dirinya

maka balita akan mempunyai reaksi seperti menyerang dan menunjukkan

tingkah laku protes. Pada anak masa prasekolah umur 3-6 tahun, reaksi
31

terhadap penyakit atau masalah dirinya seperti perpisahan, tidak mengenal

lingkungan atau lingkungan yang asing, hilang kasih sayang maka akan

bereaksi seperti regresi yaitu hilangnya kontrol spingter, represi, agresi,

menarik diri, tingkah laku protes dan menolak makan dan lain-lain.

Pada masa sekolah umur 6-12 tahun. respon terhadap dirinya seperti

perpisahan, sakit pada tubuh dan respons emosinya adalah tingkah laku protes,

bosan, kesepian, frustasi, menarik diri, regresi, mencari informasi, merengek

dan lain-lain.

3. Penyakit yang sering diderita Anak

Anak merupakan usia yang rentan untuk menderita suatu infeksi. Hal ini

disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang masih belum matang. Sebagian

besar penyakit anak tidak berbahaya dan hanya menyebabkan ketidak

nyamanan sementara. Beberapa jenis lainnya sangat berbahaya, bahkan

mengancam jiwa. Penyakit anak yang hanya menimbulkan ketidaknyaman

sementara antara lain adalah sebagian besar ISPA (infeksi saluran pernapasan

atas), rhinitis alergi, infeksi telinga tengah, radang tenggorokan, cacar air dan

masalah kulit. Penanganan gangguan-gangguan kesehatan itu umumnya cukup

dengan mengelola gejala-gejalanya. Penyakit anak yang berbahaya antara lain

adalah tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, diare akut, demam typhoid,

DHF (Dengue Hemorrhagic Fever), kejang demam , dan campak. Penyakit-

penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah bahkan secara

nasional memiliki program imunisasi wajib untuk penyakit-penyakit tersebut.


32

Selain itu, ada penyakit berbahaya lain seperti, Hepatitis A/B, MMR,

meningitis, pneumonia, yang juga dapat dicegah dengan vaksinasi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak denga Epilepsi

Menurut Nurarif (2016) Asuhan keperawatan pada Anak denga Epilepsi terdiri

dari :

1) Pengkajian

a) Data biografi.

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, asal suku

bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua dan penghasilan.

1) Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien dengan epilepsi mengeluh timbulnya serangan kejang umum yang

sering dan mengganggu aktifitas penderita atau keluhan akibat kejang

seperti mengalami luka bakar, terkena benturan.

b. Riwayat kesehatan

Meskipun epilepsi bukan penyakit infeksi tetapi kondisi kesehatan yang

lalu berkaitan dengan fungsi neuron juga ikut menjadi pemicu timbulnya

epilepsi seperti peradangan pada selaput otak (meningitis), penderita yang

mengalami tumor otak, defek kongenital atau penyakit sistemik seperti

AIDS dan sifilis.

2) Pola kebutuhan

Pola kebutuhan yang mengalami gangguan pada saat serangan antara lain :
33

a. Fungsi pernafasan Karena peningkatan rangsangan pada neorun pada

pasien epilepsi sehingga menggangu rangsangan otonum dan fungsi

pernafasan. Pasien akan mengalami peningkatan pernafasan (takipnea)

kalau anak-anak pernafasannya mungkin lebih dari35 kali permenit, jika

dewasa >30 kali permenit dengan irama reguler cepat dan dangkal apalagi

jika terjadi penutupan saluran pernafasan.

b. Fungsi kardivaskuler

Pada saat serangan epilepsi penderita mengalami peningkatan denyut

jantung karena adanya peningkatan eksitasi neorun akan meningkatkan

jantung untuk dapat mengirim hasil produk keseluruh tubuh termasuk

neuron. Penurunan asupan oksigen atau peningkatan kebutuhan tubuh

oksigen yang tidak seimbangan dengan asupan dapat meningkatkan

penurunan oksigen divaskuler sehingga penderita terlihat pucat.

c. Fungsi belajar

Anak dengan epilepsi lemungkinan akan mengalami penurunan daya

memori sehinga cenderung kemampuan kognitif dan relatif tertingal

dengan teman sebaya, anak agak sulit mengingat informasi yangdiberikan

perawat

d. Fungsi pertumbuhan dan perkembangan

Anak dengan epilepsi dapat mengalami keterlambatan perkembangan

motorik kasar dan halus karena perkembangan motorik membutuhkan

sinergi yang baik antar neuron dan otot.


34

3) Kebiasaan Sehari-hari

a) Nutrisi.

Nutrisi, dikaji tentang nafsu makan, jenis makanan yang dikonsumsi

sehari-hari tanyakan apakah ibu hamil menjalani diet khusus,

bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan, minuman, atau cairan

yang masuk.

b) Personal Hygiene

Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi, keramas,

ganti pakaian.

c) Eliminasi

Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK

dalam sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi ke kamar

mandi sendiri.

d) Istirahat/tidur

Dikaji untuk mengetahui paien dapat istirahat atau tidur sesuai

kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan kesulitan selama

ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1

jam pada siang hari.

4) Data Psikososial

a) Psikologis

Kaji keadaan psikologis pribadi bagaimana psikologis klien sekarang.

b) Hubungan Antar Keluarga


35

Hubungan antar keluarga dengan pasien biasanya jarang terganggu.

5) Pemeriksaaan Headtotoe

Pemeriksaaan Headtotoe adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari

ujung rambut sampai kaki. Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi

yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan

menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam,

2008).

1) Tingakat kesadaran

Pada type epilepsi serangan umum akan terjadi penurunan kesadaran

mendadak, akan tetapi nilai GDS sulit dikaji karena terjadi peningkatan

motorik

2) Kepala

Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit kepala, kelebatan,

distribusi dan karakteristik lainnya.

a. Muka

Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak ada oedema/tidak

b. Mata

Conjungtiva anemis atau ananemis, seklera iketerik atauan iketerik,

mata cekung atau tidak. Pada pasien dengan epilepsi biasanya

konjungtiva pucat karena adanya perubahan fisik akibat proses


36

inflamasi dan pada sat serangan timbul mata penderita terbelalak dan

bola mata berputar keatas, dan pupil melebar

c. Hidung

Kaji bentuk ada pembengkakan / tidak, ada sekret/tidak, ada nyeri

tekan/tidak, dan kaji juga fungsi penciuman, kaji adanya gangguan

pernafasan dangkal, cepat. Pada pasien dengan epilepsi biasanya ada

gangguan pernafasan dangkal, cepat.

d. Telinga

Kaji bentuk telinga adakah pembengkakan dan peradangan, fungsi

pendengaran, telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun telinga,

terdapat serumen atau tidak, Pada pasien dengan epilepsi biasanya tidak

ada kelainan kecuali ada kelainan sebelumnya atau penyakit pada

telinga.

e. Mulut, gigi dan gusi

Kaji bentuk mulut simetris atau tidak, ada atau tidaknya pembengkakan

tonsil, bentuk kelengkapan gigi, ada caries. Kaji juga mukosa bibir dan

adanya mual dan muntah. Pada pasien dengan epilepsi biasanya

mukosa bibir kering dan terjadi cedera pada lidah akibat kejang dan

tampat mulut komat kamit

3) Leher
37

Mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan ada pembesaran

kelenjar getah bening atau tidak. Pada pasien dengan epilepsi biasanya

tidak ada kelainan pada leher

4) Dada : Untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk atau tidak

5) Abdomen

Untuk mengetahui bentuk abdomen, bising usus adanya kelainan dalam

abdomen atau tidak.

6) Ekstremitas

Pada ektremitas atas dan bawah serta otot luar saat serangan tampak kaku

dan ngececeng. Akan tetapi setelah serangan hilang akan normal kembali

2. Analisa data

Dari hasil pengkajian dilakukan analisis data untuk :

1. Menyeleksi data terperinci seperti kategori yang lebih luas seperti kategori

yang berhubungan dengan status kesehatan atau praktek anggota-anggota

keluarga atau tentang rumah dan lingkungan.

2. Mengelompokkan syarat-syarat yang berhubungan untuk menentukan

hubungan antara data tersebut.

3. Membedakan atau memilah data yang relevan dengan data yang tidak

relevan dengan data untuk memutuskan informasi apa yang berhubungan

untuk mengerti dengan situasi yang ada dan informasi apa yang penting.
38

4. Mengerti pola-pola seperti fungsi fisiologi, perkembangan diet/nutrisi,

koping atau pola komunikasi, perilaku dan gaya hidup.

5. Membandingkan dengan pola norma atau standar kesehatan fungsi kesehatan

keluarga dan pendapat tentang petugas kesehatan

6. Menginteprestasikan hasil-hasil lalu dibandingkan untuk menentukan tanda-

tanda atau gejala atau syarat-syarat deficit kesehatan yang spesifik,

memelihara kesehatan atau kritis yang dapat diduga atau stress poin dan

membuat kesimpulan tentang alasan-alasan adanya masalah kesehatan yang

dapat dilengkapi untuk tidak menampilkan tugas kesehatan keluarga.

3. Data Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

Adalah data subjekif yang didapat melalui pengkajian terhadap fungsi

perawatan keluarga dalam menghadapi suatu masalah keperawatan ditinjau dari

kemampuan keluarga dalam:

a. Mengenal masalah keperawatan

b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah keperawatan

c. Merawat anggota keluarga

d. Memodifkasi lingkungan

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Kesimpulan yang didapat dari pengkajian ini, yaitu apakah keluarga

tidak mengetahui mengenai suatu masalah, tidak mau mengambil tindakan

mengenai suatu masalah atau tidak mampu melaksanakan perawatan terhadap

anggota keluarga dengan masalah keperawatan tertentu. Dimana kesimpulan


39

mengenai fungsi perawatan keluarga ini akan menjadi etiologi pada diagnosa

keperawatan keluarga.

4. Prioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan langkah

selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan keperawatan

keluarga. Untuk menentukan masalah perawat dapat menggunakan skala

prioritas. Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan keluarga harus

didasarkan kepada beberapa kriteria yaitu :

a. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, tidak / kurang

sehat dan keadaan sejahtera.

b. Kemungkinan masalah dapat diubah kemungkinan berhasilnya mengurangi

masalah atau mencegah masalah bila dilakukan tindakan keperawatan dan

kesehatan. Dikelompokan menjadi mudah, sebagian dan tidak dapat di ubah.

c. Potensi masalah dapat dicegah adalah bagaiamana sifat dan beratnya

masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah melalui

tindakan keperawatan dan kesehatan. Dikelompokan menjadi tinggi, cukup

dan rendah.

d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah

dalam hal beratnya dan mendesaknya suatu masalah untuk diatasi melalui

intervensi keperawatan dan kesehatan.

Tabel 2.2
Skala Untuk Menyusun Masalah Keperawatan Keluarga Sesuai Dengan Prioritas
40

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
Bobot :
Potensial 1 1
Resiko 2
Aktual 3
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
Menonjolnya masalah
4 Masalah segera harus ditangani 2 1
Ada masalah tapi tidak segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Padila (2012)
Skoring :

1. Tentukan skor untuk tiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

        Skor     
X Bobot           
Angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk  semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5 sama dengan

seluruh bobot.

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar


41

untuk pemilihan intervensi keperawatan, untuk mencapai hasil yang merupakan

taggung jawab perawat. Diagnosa keperawatan pada klien dengan Epilepsi

dapat diprioritaskan masalah keperawatan sebagai berikut :

a. Kerusakan memori berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

merawat angota keluarga yang sakit

b. Ketidakefiktifan bersih jalan nafas berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga merawat angota keluarga yang sakit

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

merawat angota keluarga yang sakit

d. Ansietas berhubungan dengan ketidak mampuan mengenal masalah.

e. Resiko cedera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat

angota keluarga yang sakit


6. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Keruskan Setelah Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu
memori dilakukan intervensi verbal menyebutkan a. Kaji pengetahuan
berhubungan intervensi keperawatan pengertian keluarga tentang
dengan keperawatan selama 1 x 45 Epilepsi dengan penyakit Epilepsi
ketidakmampuan selama 3 x menit pertemuan, bahasa sendiri. b. Jelaskan tentang
keluarga 45 menit diharapkan Epilepsi adalah pengertian Epilepsi
merawat anggota pertemuan keluarga mampu : serangan kejang c. Bimbing keluarga
keluarga dengan diharapkan Tupen 1 yang terjadi untuk mengulang
epilepsi Keruskan Mengenal secara spontan Epilepsi
memori masalah Epilepsi akibat d. Beri reinforcement
berkurang terganggunya positif atas
a. Menjelaskan nouron didalam keberhasilan keluarga
pengertian otak. mengulang kembali
Epilepsi pengertian Epilepsi

b. Menyebutkan Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan


penyebab verbal menyebutkan 4 keluarga tentang
penyakit dari 5 penyebab penyakit Epilepsi
Epilepsi Epilepsi dengan b. Jelaskan tentang
menggunakan penyebab Epilepsi
bahasa sendiri c. Bimbing keluarga
1. Trauma lahir untuk mengulang
2. Trauma kapitis penyebab Epilepsi
3. Inflamasi otak d. Beri reinforcement
61

4. Keganasan positif atas


pada otak keberhasilan keluarga
5. Pendarahan mengulang kembali
otak penyebab Epilepsi
6. Gangguan
elektrolit
c. Menyebutkan Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan
tanda dan verbal menyebutkan 3 keluarga tentang
gejala Epilepsi dari 5 tanda dan penyakit Epilepsi
gejala dengan b. Jelaskan tentang tanda
bantuan leaflet dan gejala Epilepsi
1. Klien tiba-tiba c. Bimbing keluarga
jatuh untuk mengulang
2. Klien tiba-tiba tanda dan gejala
kejang Epilepsi
3. Nafas d. Beri reinforcement
terengah- positif atas
engah keberhasilan keluarga
4. Keluar air liur mengulang kembali
5. Mata berkedip tanda dan gejala
kedip atau Epilepsi
melotot
6. Lemah
7. Kebingungan
2. Tupen 2 Respon memutuskan a. beri kesempatan
Memutuskan verbal untuk merawat keluarga untuk
untuk merawat anggota keluarga mengambil keputusan
anggota keluarga dengan Epilepsi b. Bantu keluarga untuk
dengan Epilepsi mengambil keputusan
62

c. beri reinforcement
positif atas kemampuan
keluarga membuat
keputusan yang tepat
Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu
intervensi verbal menyebutkan 3 a. kaji pengetahuan
keperawatan dari 5 cara keluarga tentang cara
selama 1 x 45 perawatan pasien perawatan Epilepsi
menit pertemuan dengan Epilepsi b. beri reinforcement
diharapkan 1. Amati faktor positif atas jawaban
keluarga mampu: pemicu keluarga
Tupen 3 Resvon 2. Menghindari c. jelaskan cara perawatan
Menyebutkan motorik faktor pemicu Epilepsi
cara perawatan 3. Mengobati d. bimbing keluarga untuk
untuk Epilepsi Epilepsi mengulang kembali apa
dengan obat yang telah dijelaskan
anti epilepsi e. beri reinforcement atas
4. Melakukan keberhasilan keluarga
pencegahan mengulang cara
terjadi resiko perawatan Epilepsi
cedera
5. Melakukan
pemeriksaan
EEG
Setelah dilakukan Respon Cara a. Kaji pengetahuan
intervensi verbal memodifikasi keluarga tentang
keperawatan lingkungan yang lingkungan yang baik
selama 1 x 45 baik untuk untuk penderita Epilepsi
menit pertemuan penderita b. Beri reinforcement atas
63

diharapkankan Epilepsi : jawaban keluarga.


keluarga mampu : c. Jelaskan lingkungan
Tupen 4 Respon 1. Gunakan yang baik untuk
Memodifikasi verbal tempat tidur penderita Epilepsi
lingkungan untuk yang tidak d. Bimbing keluarga untuk
penyakit Epilepsi terlalu tinggi. mengulang kembali.
2. Usahakan e. Beri reinforcement atas
klien selalu keberhasilan keluarga
dekat dengan mengulang kembali cara
keluarga memodifikasi
3. Hindari lampu lingkungan yang baik
redup dan untuk Epilepsi
menyilaukan.
4. Jauhkan klien
dari benda
berbahaya.
Setelah dilakukan Respons Jenis pelayanan a. kaji pengetahuan
intervensi verbal kesehatan yang keluarga tentang jenis
keperawatan dapat pelayanan kesehatan.
selama 1 x 45 dimanfaatkan : b. Beri reinforcement atas
menit pertemuan  RS/puskesmas jawaban keluarga.
diharapkan  Praktek c. Jelaskan pada keluarga
keluarga mampu : dokter/ klinik. tentang yankes dan
Tupen 5  Perawat waktu kunjungan.
menggunakan keluarga. d. Beri kesempatan
fasilitas Waktu kunjungan keluarga untuk
kesehatan dan  RS : setiap bertanya.
dapat hari 24 jam e. Jawab pertanyaan
memanfaatkan  Puskesmas : keluarga.
64

pelayanan senin –sabtu


kesehatan (pukul 08.00-
a. Menyebutkan 13.00 WIB)
jenis  Praktek
pelayanan dokter/ klinik :
kesehatan dan setiap hari
waktu kecuali hari
kunjungan libur (pkl
16.00-21.00
WIB)
b. Mampu Respons Manfaat Yankes a. Kaji pengetahuan
menyebutkan verbal 1. Tempat keluarga tentang
manfaat berobat manfaat Yankes.
pelayanan 2. Tempat b. Beri reinforcement atas
kesehatan. konsultasi jawaban keluarga
tentang c. Jelaskan manfaat
kesehatan Yankes

c. Memanfaatkan Respons Pada kunjungan a. Motifasi keluarga untuk


pelayanan verbal yang tidak mengunjungi fasilitas
kesehatan. direncanakan yankes.
keluarga mampu b. Dukung keluarga untuk
menunjukkan memikirkan tindakan.
kartu kunjungan c. Beri reinforcement.
kesehatan pada
perawat.
65

Intervensi Keperawatan Lanjuta


No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan
bersih jalan dilakukan intervensi verbal menyebutkan keluarga tentang
nafas intervensi keperawatan pengertian Ketidakefektifan
berhubungan keperawatan selama 1 x 45 Ketidakefektifan bersih jalan nafas
dengan selama 3 x 45 menit pertemuan, bersih jalan nafas b. Jelaskan tentang
ketidakmampuan menit diharapkan jdengan bahasa pengertian
keluarga pertemuan keluarga mampu: sendiri. Ketidakefektifan
merawat anggota diharapkan Tupen 1 Ketidakefektifan bersih jalan nafas
keluarga dengan Ketidakefektifa Mengenal bersih jalan nafas c. Bimbing keluarga
epilepsi n bersih jalan masalah Epilepsi adalah suatu untuk mengulang
nafas berkurang kondisi dimana Ketidakefektifan
a. Menjelaskan terjadi bersih jalan nafas
pengertian abnormalisasi d. Beri reinforcement
Ketidakefektif pada jalan positif atas
an bersih jalan pernafasan keberhasilan
nafas keluarga

b. Menyebutkan Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan


penyebab verbal menyebutkan 4 keluarga tentang
Ketidakefektifa dari 3 penyebab Ketidakefektifan
n bersih jalan Ketidakefektifan bersih jalan nafas
nafas bersih jalan nafas b. Jelaskan tentang
66

dengan penyebab
menggunakan Ketidakefektifan
bahasa sendiri : bersih jalan nafas
1. Terhalang c. Bimbing keluarga
oleh lidah untuk mengulang
2. Tertelan penyebab
benda Ketidakefektifan
3. Gangguan bersih jalan nafas
elektrolit d. Beri reinforcement
positif atas
keberhasilan
keluarga
mengulang
kembali penyebab
Ketidakefektifan
bersih jalan nafas
c.Menyebutkan Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan
tanda dan gejala verbal menyebutkan 3 keluarga tentang
Ketidakefektifa dari 5 tanda dan Ketidakefektifan
n bersih jalan gejala dengan bersih jalan nafas
nafas bantuan leaflet b. Jelaskan tentang
1. Klien tiba- tanda dan gejala
tiba sesak c. Bimbing keluarga
2. Klien pucat untuk mengulang
3. Nafas tanda dan gejala
terengah- d. Beri reinforcement
engah positif atas
4. Lemah keberhasilan
5. Tidak keluarga
67

sadarkan diri mengulang


kembali tanda dan
gejala
Ketidakefektifan
bersih jalan nafas
2. Tupen 2 Respon memutuskan a. beri kesempatan
Memutuskan verbal untuk merawat keluarga untuk
untuk merawat anggota keluarga mengambil
anggota keluarga dengan keputusan
dengan Ketidakefektifan b. Bantu keluarga
Ketidakefektifan bersih jalan nafas untuk mengambil
bersih jalan nafas keputusan
c. beri reinforcement
positif atas
kemampuan
keluarga membuat
keputusan yang
tepat
Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu a. kaji pengetahuan
intervensi verbal menyebutkan 3 keluarga tentang
keperawatan dari 5 cara cara perawatan
selama 1 x 45 perawatan pasien Epilepsi dengan
menit pertemuan Epilepsi dengan Ketidakefektifan
diharapkan Ketidakefektifan bersih jalan nafas
keluarga mampu: bersih jalan nafas b. beri reinforcement
Tupen 3 Resvon 1. Buka jalan positif atas
Menyebutkan motorik nafas dengan jawaban keluarga
cara perawatan teknik hed c. jelaskan cara
untuk Epilepsi thic chin lift perawatan
68

dengan 2. Bersihkan d. bimbing keluarga


Ketidakefektifan jalan nafas untuk mengulang
bersih jalan nafas klien kembali apa yang
3. Posisikan telah dijelaskan
miring e. beri reinforcement
4. Melakukan atas keberhasilan
pencegahan keluarga
terjadi resiko mengulang cara
cedera perawatan Epilepsi
Setelah dilakukan Respon Cara a. Kaji pengetahuan
intervensi verbal memodifikasi keluarga tentang
keperawatan lingkungan yang lingkungan yang
selama 1 x 45 baik untuk baik untuk
menit pertemuan penderita penderita Epilepsi
diharapkankan Epilepsi dengan b.Beri reinforcement
keluarga mampu : Ketidakefektifan atas jawaban
Tupen 4 Respon bersih jalan keluarga.
Memodifikasi verbal nafas: c. Jelaskan
lingkungan untuk 1. Gunakan lingkungan yang
penyakit Epilepsi tempat tidur baik untuk
dengan yang tidak penderita Epilepsi
Ketidakefektifan terlalu tinggi. d.Bimbing keluarga
bersih jalan nafas 2. Usahakan untuk mengulang
klien selalu kembali.
dekat dengan e. Beri reinforcement
keluarga atas keberhasilan
3. Hindari keluarga
lampu redup mengulang
dan kembali cara
69

menyilaukan. memodifikasi
4. Jauhkan klien lingkungan yang
dari benda baik untuk Epilepsi
berbahaya.
Setelah dilakukan Respons Jenis pelayanan a.kaji pengetahuan
intervensi verbal kesehatan yang keluarga tentang
keperawatan dapat jenis pelayanan
selama 1 x 45 dimanfaatkan : kesehatan.
menit pertemuan  RS/puskesmas b. Beri
diharapkan  Praktek reinforcement atas
keluarga mampu: dokter/ klinik. jawaban keluarga.
Tupen 5  Perawat c.Jelaskan pada
menggunakan keluarga. keluarga tentang
fasilitas kesehatan Waktu yankes dan waktu
dan dapat kunjungan kunjungan.
memanfaatkan  RS : setiap d. Beri
pelayanan hari 24 jam kesempatan
kesehatan  Puskesmas : keluarga untuk
a. Menyebutkan senin –sabtu bertanya.
jenis (pukul 08.00- e.Jawab pertanyaan
pelayanan 13.00 WIB) keluarga.
kesehatan dan  Praktek
waktu dokter/
kunjungan klinik : setiap
hari kecuali
hari libur (pkl
16.00-21.00
WIB)
b. Mampu Respons Manfaat Yankes a. Kaji pengetahuan
70

menyebutkan verbal 1. Tempat keluarga tentang


manfaat berobat manfaat Yankes.
pelayanan 2. Tempat b. Beri reinforcement
kesehatan. konsultasi atas jawaban
tentang keluarga
kesehatan c. Jelaskan manfaat
Yankes

Respons Pada kunjungan a. Motifasi keluarga


c. Memanfaatkan verbal yang tidak untuk mengunjungi
pelayanan direncanakan fasilitas yankes.
kesehatan. keluarga mampu b.Dukung keluarga
menunjukkan untuk memikirkan
kartu kunjungan tindakan.
kesehatan pada c. Beri reinforcement.
perawat.
7. Implementasi Keperawatan

Menurut Padila (2012), Pelaksanaan atau implementasi adalah

serangkaian tindakan perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan

sebelumnya. Tindakan perawat terhadap perawat mencakup :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan

kebutuhan kesehatan

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

d. Membantu keluarga melakukan tindakan perawatan

e. Membantu keluarga dalam menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan

lingkungan

f. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas yang ada dengan cara

memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan, membantu

keluarga menggunakan fasilitas pelayanan yang ada.

8. Evaluasi Keperawatan

Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan

penilaian. Tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dilakukan

dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap demikian

halnya dengan penilaian. Penilaian disusun dengan menggunakan SOAP

secara operasional.
72

S : Adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan

O : Adalah hal-hal yang ditemui  perawat yang dapat diukur setelah dilakukan

intervensi keperawatan.

A :  Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan

diagnosa.

P : Adalah perencanaan yang kan datang setelah melihat respon dari keluarga

(Padila, 2012).
73

BAB III

KERANGKA STUDI KASUS

A. Kerangka Konseptual

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang

merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat

keperawatan berbentuk layanan, bio, psiko, sosial, dan spiritual yang

komprehensif yang ditujukan, bagi individu, keluarga, dan masyarakat- baik dalam

keadaan sehat maupun sakit-serta mencakup seluruh proses kehidupan. Layanan

keperawatan kepada klien dilakukan dengan menggunakan metode-proses

keperawatan. Proses keperawatan dalam asuhan keparawatan untuk klien

merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap

klien (Asmadi, 2008). Adapun kerangka konseptual asuhan keperawatan ini

digambarkan pada bagan berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual

Klien dengan Epilepsi

Pengkajian Analisis data Diagnosa Intervensi

Impelementasi
Terminasi Berhasil
Evaluasi
Tidak berhasil

B. Kerangka Kerja
73
74

Pengajuan Judul

ACC judul

Pengurusan Administrasi

Penyusunan proposal

ACC proposal/ persentasi

Revisi proposal setelah ujian oleh


pembimbing dan penguji

Melakukan Asuhan Keperawatan Pada klien


dengan epilepsi

Pengkajian Keperawatan Pada klien dengan


epilepsi

Menentukan Diagnosa Keperawatan

Menentukan Intervensi Keperawatan

Melakukan Impelentasi Keperawatan

Melakukan Evaluasi Keperawatan

Melakukan Dokumentasi Keperawatan

Analisis Hasil Studi Kasus

Persentasi hasil

Laporan Akhir Studi Kasus

Bagan 3.2 Kerangka Kerja Asuhan


BAB IV

METODOLOGI STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Jenis studi kasus ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode

deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dan memusatkan

perhatian pada obyek tertentu. Dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah

(KTI) ini penulis menggunakan metode studi kasus yaitu melakukan Asuhan

Keperawatan Keluarga Pada klien dengan epilepsi

B. Subjek Studi Kasus

Kriteria subyek dalam penulisan asuhan keperawatan Keluarga ini adalah

klien dengan Epilepsi dan bersedia menjadi subjek dalam asuhan keperawatan.

C. Fokus Studi Kasus

Penanganan klien dengan Epilepsi merupakan hal yang sangat penting

dilakukan karena dengan dilakukannya perawatan yang baik akan meningkatkan

kesehatan klien serta membantu klien dalam pemenuhan gizi dengan pentingnya

penerapan asuhan keperawatan klien dengan Epilepsi ini maka fokus studi kasus

ini adalah penerapan asuhan keperawatan klien dengan Epilepsi

D. Definisi Operasional

Epilepsi adalah adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak

sehat atau sebagai salah satu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat

75
72

oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik,

otonomik atau psikis yang abnormal.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen dalam studi kasus ini adalah lembar pengkajian asuhan

keperawatan keluarga dan reflet, dalam asuhan keperawatan ini yang digunakan

sebagai format pengkajian keperawatan adalah format pengkajian asuhan

keperawatan keluarga.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukannya. Data primer diambil dengan cara :

a. Wawancara

Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

dengan cara menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan

masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang

direncanakan. untuk itu kemampuan komunikasi pada klien dibutuhkan

dalam memperoleh data klien yang diperlukan. Dalam melakukan

wawancara dilakukan dengan keluarga klien, klien, dan tenaga kesehatan

(Asmadi, 2008).
77

73

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang berencana, antara lain meliputi,

melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui antara

lain keadaan umum, keluhan yang dirasakan dan hasil pemeriksaan

penunjang.

c. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik merupakan cara pendekatan sistematis yang dapat

digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik dari ujung rambut

sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan berdasarkan system tubuh.

Adapum metode yang dapat dilakukan oleh perawat menggunakan metode

yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi (Asmadi, 2008).

1) Inspeksi

Secara sederhana inspeksi merupakan kegiatan melihat atau

memperhatikan secara seksama status kesehatan klien.

2) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara dengan menggunakan stetoskop yang

memungkinkan penderita mendengarkan bunyi yang keluar dari rongga

tubuh. oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan


78

74

stetoskop. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang

kondisi jantung, paru dan saluran pencernaan.

3) Perkusi

Perkusi suatu periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara

mengetuk pelan-pelan jari tengah menggunakan jari lain untuk

menentukan posisi ukuran dan konsistensi sruktur suatu organ tubuh

lainnya.

4) Palpasi

Palpasi adalah sesuatu pemeriksaan dengan cara meraba atau merasakan

kulit klien untuk mengetahui struktur yang ada dibawah kulit.

2. Data sekunder

Data didapat dari semua bentuk sumber informasi yang berhubungan

dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya laporan, catatan-catatan

di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen di

bawah tanggung jawab instansi tidak resmi seperti biografi, catatan harian.

79

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus


75

Asuhan keperawatan keluarga ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskemas

dan waktu studi kasus ini akan dilaksanakan pada Tanggal 03-05 Agustus tahun

2019.

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif

dengan cara menggambarkan asuhan keperawatan yang yang dilakukan kepada

keluarga maupun pasien, penyajian data disajikan secara tekstural/narasi.

I. Etika Penelitian.

Dalam melakukan penyusunan laporan asuhan keperawatan penulis

terlebih dahulu meminta rekomendasi dari pihak institusi pendidikan setelah

mendapat rekomendasi tersebut peneliti mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian dalam hal ini diajukan kepada kepala Puskesmas

diwilayah Bengkulu atau instansi ruangan yang bersangkutan. Setelah mendapat

persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika

penelitian meliputi :

a. Informed consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian

dan manfaat penalitian. Lembar persetujuan diberikan kepada responden

dengan memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh bila bersedia


80

76

menjadi responden. Tujuan responden agar mengetahui dampak yang akan

terjadi selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia menjadi responden,

maka harus menandatangani lembar persetujuan .

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden melainkan hanya kode nomer atau kode

tertentu pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden sehingga

identitas responden tidak diketahui publik.

c. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal Ukom Gadar
    Soal Ukom Gadar
    Dokumen10 halaman
    Soal Ukom Gadar
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat
  • Proposal PHBS
    Proposal PHBS
    Dokumen20 halaman
    Proposal PHBS
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat
  • Proposal Penyakit Scabies
    Proposal Penyakit Scabies
    Dokumen16 halaman
    Proposal Penyakit Scabies
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen57 halaman
    Bab I
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat
  • Proposal Jiwa
    Proposal Jiwa
    Dokumen54 halaman
    Proposal Jiwa
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen8 halaman
    Kata Pengantar
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Dokumen59 halaman
    PROPOSAL
    YeônIê Yohíê Viërrã
    Belum ada peringkat