BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai salah satu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh
otonomik atau psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat gangguan otak
kronis dengan serangan kejang spontan yang berulang. Epilepsi adalah Bangkitan
kejang akibat dari gangguan otak kronis yang serangan nya spontan dan berulang
epilepsi di dunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000 penduduk tiap tahunnya.
Insiden ini tinggi pada negara-negara berkembang karena faktor resiko untuk
terkena kondisi maupun penyakit yang akan mengarahkan pada cedera otak
neurologi yang paling sering terjadi pada anak, di mana ditemukan 4 sampai 10 %
kehidupan. Studi yang ada menunjukkan bahwa 150.000 anak mengalami kejang
tiap tahun, di mana terdapat 30.000 anak yang berkembang menjadi penderita
2
adalah infeksi SSP, trauma kepala, tumor, penyakit degeneratif, dan penyakit
Menurut Kemenkes RI 2014 insidensi per tahun epilepsi per 100000 populasi
adalah 86 pada tahun pertama, 62 pada usia 1 sampai 5 tahun, 50 pada 5 sampai
9 tahun, dan 39 pada 10-14 tahun, Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa
insidensi epilepsi pada anak laki – laki lebih tinggi daripada anak perempuan.
Epilepsi paling sering terjadi pada anak dan orang lebih tua (di atas 65 tahun).
epilepsi terdapat pada kelompok usia 0-1 tahun, kemudian menurun pada masa
kanak-kanak, dan relatif stabil sampai usia 65 tahun (Setia Aji 2015).
Insiden epilepsi Tahun 2015 sebanyak 38 orang dari 5 puskesmas yang ada di
Provinsi Bengkulu sedangkan pada tahun 2016 banyak 70 orang dan pada tahun
2017 sebanyak 118 orang (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2018). Data di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2016 jumlah pasien
anak yang mengalami epilepsy 16 orang, tahun 2017 sebanyak 25 orang dan pada
mengatasi kejang pada balita, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan
kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya. Untuk itu
diperlukan adanya penanganan kejang demam yang cepat dan benar. Kejang
demam pada balita sering terjadi pada masyarakat. Banyak keluarga tidak
menyadari, berbagai kondisi kegawatan dapat terjadi pada kasus kejang demam
kegawatan karena kejang, sesak nafas, suhu yang meninggi dan cedera.
kejang perawat harus memahami patofisiologi dan proses penyakit sehingga dapat
pada pasien dengan Epilepsi, maka penulis tertarik untuk malakukan “Asuhan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, didapat masalah
1. Tujuan Umum
Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu
Tahun 2019
Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019
pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota
pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota
Tahun 2019
pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Kota
kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan Epilepsi diruang Edelweis
1. Bagi Masyarakat
3. Bagi Penulis
Bagi Penulis dengan ada Studi Kasus ini penulis memperoleh pengalaman
Epilepsi
1. Profesi keperawatan
evaluasi.
6
2. Pasien
3. Perawat
masalah pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Pengertian
sistem.
kejang merupakan satu manifestasi dari pada muatan listrik yang berlebihan
dari sel neuron saraf pusat. Gangguan ini dapat disebabkan faktor fisiologis,
pusat yang dicikan oleh terjadinya serangan yang bersifat spontan dan
bersifat mendadak dan sinkron dan berirama. Bangiktan kejang yang terjadi
neuron saraf pusat. Lepasanya muatan listrik yang berlebih ini karena faktor
7
8
seseorang yang tampak sehat atau sebagai salah satu ekserbasi dalam kondisi
gangguan otak kronis yang serangan nya spontan dan berulang disebabkan
b. Insiden Epilepsi
Insiden epilepsi di dunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000 penduduk tiap
yang ada di Provinsi Bengkulu sedangkan pada tahun 2016 banyak 70 orang
dan pada tahun 2017 sebanyak 118 orang (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2018).
Data di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu. Pada
9
tahun 2016 jumlah pasien anak yang mengalami epilepsy 16 orang, tahun
c. Etiologi Epilepsi
fenilketonuria.
hipoglikemia
6. Infeksi: radang yang disebabkan bakteri atau pirus pada otak dan
selaputnya.
diderita anak. Kelainan dan penyakit yang dapat menyebabkan kejang antara
lain adalah :
a. Trauma lahir
peningkatan stresor secara fisik terhadap neoron otak, kelainan pada neorun
ini dapat berakibat lepasnya muatan listrik pada neorun yang berlebihan dan
b. Trauma kapitis
Trauma kapitis akan menjadi sejumlah kerusakan pada neuron otak sehingga
otak.
encepalitis
d. Keganasan otak
Keganasan dalam otak akan meningkatkan proses desak ruang pada otak
e. Pendarahan otak
f. Hipoksia otak
Hipoksia ini dapat terjadi akibat gangguan pembuluh darah otak atau
neorun.
g. Stroke
h. Gangguan elektrolit
Trutama adalah natrium dan kalium karena fungsi utama kedua elektrolit
i. Demam
neoron.
12
Sistem saraf pusat adalah sistem tubuh yang menerima dan memproses
semua informasi dari seluruh bagian tubuh. Ini terdiri dari otak, sumsum
oleh massa substansi albikan (serat saraf) yang disebut korpus kalosum
dalam yang terdiri atas serat syaraf atau substansi albikan. Secara umum,
belahan belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan orak
kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas
13
dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir
rasional.
lobus yang menonjol disebut girus dan bagian lekukan yang menyerupai
1. Lobus Frontal
dibagi lagi ke dalam korteks prefrontal, area premotor, dan area motor.
2. Lobus Pariental
Terletak dibelakang lobus Prontal dan dibelakan bagian atas otak yang
3. Lobus Temporal
lobus temporal.
14
4. Lobus Oksipital
b. Cerebellum
cerebelli yang dihubungkan oleh bagian tengah yang sempit yaitu vermis.
regulasi tonus otot dan mempertahankan sikap badan), lobus medius atau
dari lobus medius oleh sebuh fissura yang berbentuk huruf “V”, disebut
dari cortex cerebri dan dari otot, tendon, dan sendi. Cerebellum juga
informasi propioseptif yang diterima dari tempat kerja otak secara terus-
terorganisasi.
bagiantubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor
saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom
(tak sadar).Sistem saraf sadar adalah saraf yang mengatur gerakan yang
kita sadar bergerak untuk mengambil gelas.Sistem saraf sadar disusun oleh
serabut saraf otak (nervuskranialis), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak
mengerakan rahang
rangsangan dari anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa,
kepala
e. Patofisiologi Epilepsi
sel ini yang disebut fokus epileptik. Lepas muatan ini kemudian menyebar
Serangan epilepsi terjadi apabila proses ekstasi didalam otak lebih dominan
dari pada proses inhabisi (hambatan). Seperti kita ketahui bersama bahwa
aktifitas neorun diatur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstraseluler dan
memberan neuro.
otot dan menimbulkan kejang. Spasme pada otot terjadi pada hampir semua
pada lidah. Kelainan sebagai besar dari neuron otak yang mengakibatkan
tiba sehingga berisiko cidera karena benturan benda sekitarnya atau terkena
Pathway Epilepsi
Bagan 2.1 Fathway
Idiopatik, herediter,
trauma kelahiran, Ketidakseimbangan aliran
System saraf listrik pada sel saraf
infeksi perinatal,
miningitis, dll
Hambatan mobilitas fisik Epilepsy
Hilang onus otot
Perubahan proses
keluarga Gangguan neurogis
Gangguan respiratori
Spasme otot pernafasan Hilang kesadaran
Gangguan perkembangan
Obtruksi trakheobronkial
Harga diri rendah
Ketidakefektifan bersih jalan nafas
(Nurarif, 2015)
20
1. Gejala yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya. Jenis kejang
fokal
5. Kejang tonik klonik umum merupakan episode konvulsif utama dan selalu
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang pada epilepsi dibagi menjadi :
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
tidak disadari.
c. Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami
d. Atonic seizure
Jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa
segera recovered
2) Kejang parsial/ focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang
g. Penatalaksanaan Epilepsi
berikut:
subdural kronis) pada lesi aktif atau progresif yang belum ada obatnya
(penyakit degeneratif).
spontan, tanpa faktor provokasi yang kuat atau nyata. Pengobatan kejang
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup penderita
yang optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut antara lain
1. Non farmakologi
kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan dan lain-
lain.
23
2. Farmakologi
epilepsi yakni :
Selain itu pasien dan keluarga harus terlebih dahulu diberi penjelasan
tersebut.
c. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan secara bertahap
perlahan
h. Pencegahan Epilepsi
untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang
yang diberikan kemanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman
Dibuat nya buku KIA kesehatan Ibu dan Anak oleh Menteri Kesehatan
Indonesia yang didirikan oleh Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono (Alm) yang
4. Menerbitkan bulletin
kesehatannya
1. Pengkajian
keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
menurunkan, membatasi.
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang
atau menilai dari respons klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan
Saat usia kanak-kanak, anak masih ada yang bergantung kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut
2. Karakteristik umur
Menurut karakteristik umur anak terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.
Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering.
hingga remaja. Seperti pada bayi umur 0-1 tahun mempunyai respon emosi
yang berbeda dalam menghadapi masalah seperti perpisahan dengan orang tua,
maka respons anak aka menangis, brteriak, menarik dan menyerah pada situasi
yaitu diam. Apabila tubuh merasa nyeri, reaksi yang akan dialami pada si anak
adalah menangis dan reaksi tubuh untuk imobilitas (tidak mau bergerak sama
sekali). Masa balita umur 5-11 tahun mempunyai respon emosi terhadap
penyakit atau situasi yang tidak menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti
yang dimilikinya. Apabila terjadi perubahan rutinitas dan ritual dalam dirinya
tingkah laku protes. Pada anak masa prasekolah umur 3-6 tahun, reaksi
31
lingkungan atau lingkungan yang asing, hilang kasih sayang maka akan
menarik diri, tingkah laku protes dan menolak makan dan lain-lain.
Pada masa sekolah umur 6-12 tahun. respon terhadap dirinya seperti
perpisahan, sakit pada tubuh dan respons emosinya adalah tingkah laku protes,
dan lain-lain.
Anak merupakan usia yang rentan untuk menderita suatu infeksi. Hal ini
disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang masih belum matang. Sebagian
sementara antara lain adalah sebagian besar ISPA (infeksi saluran pernapasan
atas), rhinitis alergi, infeksi telinga tengah, radang tenggorokan, cacar air dan
adalah tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, diare akut, demam typhoid,
Selain itu, ada penyakit berbahaya lain seperti, Hepatitis A/B, MMR,
Menurut Nurarif (2016) Asuhan keperawatan pada Anak denga Epilepsi terdiri
dari :
1) Pengkajian
a) Data biografi.
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, asal suku
1) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
lalu berkaitan dengan fungsi neuron juga ikut menjadi pemicu timbulnya
2) Pola kebutuhan
Pola kebutuhan yang mengalami gangguan pada saat serangan antara lain :
33
dewasa >30 kali permenit dengan irama reguler cepat dan dangkal apalagi
b. Fungsi kardivaskuler
c. Fungsi belajar
perawat
3) Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi.
yang masuk.
b) Personal Hygiene
ganti pakaian.
c) Eliminasi
Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK
mandi sendiri.
d) Istirahat/tidur
kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan kesulitan selama
ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1
4) Data Psikososial
a) Psikologis
5) Pemeriksaaan Headtotoe
2008).
1) Tingakat kesadaran
mendadak, akan tetapi nilai GDS sulit dikaji karena terjadi peningkatan
motorik
2) Kepala
a. Muka
b. Mata
inflamasi dan pada sat serangan timbul mata penderita terbelalak dan
c. Hidung
d. Telinga
terdapat serumen atau tidak, Pada pasien dengan epilepsi biasanya tidak
telinga.
Kaji bentuk mulut simetris atau tidak, ada atau tidaknya pembengkakan
tonsil, bentuk kelengkapan gigi, ada caries. Kaji juga mukosa bibir dan
mukosa bibir kering dan terjadi cedera pada lidah akibat kejang dan
3) Leher
37
kelenjar getah bening atau tidak. Pada pasien dengan epilepsi biasanya
5) Abdomen
6) Ekstremitas
Pada ektremitas atas dan bawah serta otot luar saat serangan tampak kaku
dan ngececeng. Akan tetapi setelah serangan hilang akan normal kembali
2. Analisa data
1. Menyeleksi data terperinci seperti kategori yang lebih luas seperti kategori
3. Membedakan atau memilah data yang relevan dengan data yang tidak
untuk mengerti dengan situasi yang ada dan informasi apa yang penting.
38
memelihara kesehatan atau kritis yang dapat diduga atau stress poin dan
d. Memodifkasi lingkungan
mengenai fungsi perawatan keluarga ini akan menjadi etiologi pada diagnosa
keperawatan keluarga.
4. Prioritas Masalah
masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah melalui
dan rendah.
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan mendesaknya suatu masalah untuk diatasi melalui
Tabel 2.2
Skala Untuk Menyusun Masalah Keperawatan Keluarga Sesuai Dengan Prioritas
40
Skor
X Bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5 sama dengan
seluruh bobot.
5. Diagnosa Keperawatan
c. beri reinforcement
positif atas kemampuan
keluarga membuat
keputusan yang tepat
Setelah dilakukan Respon Keluarga mampu
intervensi verbal menyebutkan 3 a. kaji pengetahuan
keperawatan dari 5 cara keluarga tentang cara
selama 1 x 45 perawatan pasien perawatan Epilepsi
menit pertemuan dengan Epilepsi b. beri reinforcement
diharapkan 1. Amati faktor positif atas jawaban
keluarga mampu: pemicu keluarga
Tupen 3 Resvon 2. Menghindari c. jelaskan cara perawatan
Menyebutkan motorik faktor pemicu Epilepsi
cara perawatan 3. Mengobati d. bimbing keluarga untuk
untuk Epilepsi Epilepsi mengulang kembali apa
dengan obat yang telah dijelaskan
anti epilepsi e. beri reinforcement atas
4. Melakukan keberhasilan keluarga
pencegahan mengulang cara
terjadi resiko perawatan Epilepsi
cedera
5. Melakukan
pemeriksaan
EEG
Setelah dilakukan Respon Cara a. Kaji pengetahuan
intervensi verbal memodifikasi keluarga tentang
keperawatan lingkungan yang lingkungan yang baik
selama 1 x 45 baik untuk untuk penderita Epilepsi
menit pertemuan penderita b. Beri reinforcement atas
63
dengan penyebab
menggunakan Ketidakefektifan
bahasa sendiri : bersih jalan nafas
1. Terhalang c. Bimbing keluarga
oleh lidah untuk mengulang
2. Tertelan penyebab
benda Ketidakefektifan
3. Gangguan bersih jalan nafas
elektrolit d. Beri reinforcement
positif atas
keberhasilan
keluarga
mengulang
kembali penyebab
Ketidakefektifan
bersih jalan nafas
c.Menyebutkan Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan
tanda dan gejala verbal menyebutkan 3 keluarga tentang
Ketidakefektifa dari 5 tanda dan Ketidakefektifan
n bersih jalan gejala dengan bersih jalan nafas
nafas bantuan leaflet b. Jelaskan tentang
1. Klien tiba- tanda dan gejala
tiba sesak c. Bimbing keluarga
2. Klien pucat untuk mengulang
3. Nafas tanda dan gejala
terengah- d. Beri reinforcement
engah positif atas
4. Lemah keberhasilan
5. Tidak keluarga
67
menyilaukan. memodifikasi
4. Jauhkan klien lingkungan yang
dari benda baik untuk Epilepsi
berbahaya.
Setelah dilakukan Respons Jenis pelayanan a.kaji pengetahuan
intervensi verbal kesehatan yang keluarga tentang
keperawatan dapat jenis pelayanan
selama 1 x 45 dimanfaatkan : kesehatan.
menit pertemuan RS/puskesmas b. Beri
diharapkan Praktek reinforcement atas
keluarga mampu: dokter/ klinik. jawaban keluarga.
Tupen 5 Perawat c.Jelaskan pada
menggunakan keluarga. keluarga tentang
fasilitas kesehatan Waktu yankes dan waktu
dan dapat kunjungan kunjungan.
memanfaatkan RS : setiap d. Beri
pelayanan hari 24 jam kesempatan
kesehatan Puskesmas : keluarga untuk
a. Menyebutkan senin –sabtu bertanya.
jenis (pukul 08.00- e.Jawab pertanyaan
pelayanan 13.00 WIB) keluarga.
kesehatan dan Praktek
waktu dokter/
kunjungan klinik : setiap
hari kecuali
hari libur (pkl
16.00-21.00
WIB)
b. Mampu Respons Manfaat Yankes a. Kaji pengetahuan
70
kebutuhan kesehatan
lingkungan
8. Evaluasi Keperawatan
dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap demikian
secara operasional.
72
O : Adalah hal-hal yang ditemui perawat yang dapat diukur setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
diagnosa.
P : Adalah perencanaan yang kan datang setelah melihat respon dari keluarga
(Padila, 2012).
73
BAB III
A. Kerangka Konseptual
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat
komprehensif yang ditujukan, bagi individu, keluarga, dan masyarakat- baik dalam
merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap
Impelementasi
Terminasi Berhasil
Evaluasi
Tidak berhasil
B. Kerangka Kerja
73
74
Pengajuan Judul
ACC judul
Pengurusan Administrasi
Penyusunan proposal
Persentasi hasil
Jenis studi kasus ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dan memusatkan
perhatian pada obyek tertentu. Dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah
(KTI) ini penulis menggunakan metode studi kasus yaitu melakukan Asuhan
klien dengan Epilepsi dan bersedia menjadi subjek dalam asuhan keperawatan.
kesehatan klien serta membantu klien dalam pemenuhan gizi dengan pentingnya
penerapan asuhan keperawatan klien dengan Epilepsi ini maka fokus studi kasus
D. Definisi Operasional
sehat atau sebagai salah satu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat
75
72
keperawatan keluarga dan reflet, dalam asuhan keperawatan ini yang digunakan
keperawatan keluarga.
1. Data primer
a. Wawancara
(Asmadi, 2008).
77
73
b. Observasi
melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya
penunjang.
c. Pemeriksaan fisik.
sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan berdasarkan system tubuh.
1) Inspeksi
2) Auskultasi
74
3) Perkusi
Perkusi suatu periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara
lainnya.
4) Palpasi
2. Data sekunder
di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen di
bawah tanggung jawab instansi tidak resmi seperti biografi, catatan harian.
79
dan waktu studi kasus ini akan dilaksanakan pada Tanggal 03-05 Agustus tahun
2019.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif
I. Etika Penelitian.
instansi tempat penelitian dalam hal ini diajukan kepada kepala Puskesmas
penelitian meliputi :
a. Informed consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian
dengan memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan
76
tertentu pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden sehingga
c. Confidential (Kerahasiaan)