PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan posnatal menjadi sangat penting karena pada masa ini dianggap sebagai masa
yang rawan dan terjadi gangguan atau kecacatan seperti berat bayi lahir rendah,
kematian neonatal, kelainan kognital, dan asfiksia pada bayi dan kegagalan nafas
dimana targetnya pada tahun 2030 adalah mengakhiri kematian bayi yang baru
lahir dan anak-anak dibawah usia 5 tahun setidaknya 12 kematian per 1.000
kelahiran dan angka kematian balita setidaknya sebagai serendah 25 kematian per
tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007), sekitar 56% kematian terjadi
pada periode sangat dini yaitu di masa neonatal. Target MDG’s tahun 2015 adalah
2
bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis
dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan Respiratory Distress
Prematuritas 34,2%, Sepsis 12%, Hipotermi 6,3%, kelainan darah atau ikterus
5,6%, Post matur 2.8% dan kelainan kogenital 1,4% (Febriyanto, 2018)
edema pulmonal bilateral tanpa gagal jantung dengan infiltrat yang menyebar.
dan lain-lain (Somantri Irma, 2012). Penyakit ini merupakan penyakit membran
pulmonar. Surfaktan adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah
kolps pada paru. Fungsi surfaktan sendiri adalah untuk menurunkan tegangan
ekspirasi. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur, mengingat produksi surfaktan
yang kurang. Pada penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas
dengan cara inspirasi yang lebih kuat. Keadaan kolaps paru dapat menyebabkan
gangguan ventilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis (Hidayat, 2015).
Dampak dari RDS sangat berbahaya bagi bayi maka dari itu perawat sebagai
tenaga profesional, yang berfikir logis dan kritis dalam menelaah dan
dan keterampilan berfikir kriis dalam melakukan perawatan pada setiap situasi
berjumlah 1 orang, Mei berjumlah 1 orang, Juni berjumlah 5 orang, Juli berjumlah
orang dan Pada bulan Desember berjumlah 1 orang Sehingga dalam 1 tahun
berjumlah 35 bayi.
dilakukan karena dengan adanya perawatan yang baik bayi dapat terhindar dari
alveoulus sehingga paru-paru menjadi kaku dan terjadi perubahan fisiologi paru
4
dan pernafasan menjadi berat sehinnga terjadi hipoksimia berat, hipoventilasi yang
pada bayi yang terkena Respiratory Distress Syndrome (RDS) Peneliti tertarik dan
B. Rumusan Masalah
fisik dan pemerikasaan lainnya yang berguna untuk menunjang dalam pemberian
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
tahun 2020.
5
2. Tujuan Khusus
2020
1. Bagi Masyarakat
Distress Syndrom
Syndrome
3. Bagi Penulis
Bagi Penulis dengan ada Studi Kasus ini penulis memperoleh pengalaman
kesehatan.
7
pasien
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Fitriani, 2016). Bayi baru
lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
sempurna.
8
9
k. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama
a. Adaptasi Pernapasan
penurunan suhu.
2. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali per menit
4. Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam waktu
aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh
Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam
dalamnya, sehingga tersisa 80-100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang
b. Adaptasi Neurologis
berkembang sempurna.
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut,
c. Adaptasi Ginjal
1. Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh
stresor.
3. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka
d. Adaptasi Hati
1. Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
pembekuan darah.
3. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin; pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
e. Adaptasi Imun
masuk.
kuantitatif
2) Fagositosis lambat
periode neonatus.
1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
digunakan untuk kelainan paru yang berat dan tidak hanya berpengaruh pada
kematian populasi anak saj, tetapi berisiko tinggi untuk terjadi komplikasi
edema pulmonal bilateral tanpa gagal jantung dengan infiltrat yang menyebar.
immature pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam
paru. RDS juga dikatakan sebagai Hyaline memberan disease (HMD). RDS
termasuk salah satu penyebabutama kematian pada anak baru lahir, yang
diperkirakan 30% dari semua kematian neonatus disebabkan oleh penyakit ini
14
ataupun komplikasi yang mengikutinya. Penyakit ini terjadi pada anak yang
Data terkait dengan asfiksia di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih
tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007), sekitar 56% kematian
terjadi pada periode sangat dini yaitu di masa neonatal. Target MDG’s tahun
utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayilahir
prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir
Seberapa banyak penyebab terjadinya RDS, tetapi tidak bisa dengan jelas
pertukaran gas.
berikut
2. Asidosis
3. Hypotermi
4. Hypoksia
5. Hypovolemia
6. Diabetes
Gambar 2.1
Anatomi dan Fisologi Paru-Paru
(Ardiansyah, 2015)
dalam rongga thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar
dari paru kiri. Selain itu, paru juga dibagi menjadi tiga lobus, satu lobus pada
paru kanan dan dua lobus pada paru kiri. Lobus- lobus tersebut dibagi
menjadi beberapa segment, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segment
pada paru kiri. Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia sering kali
1. Pleura
melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga thoraks.
Bagian pleura yang melekat kuat pada paru disebut pleura viseralis dan
2. Mediastinum
Ruang ini dibagi menjadi dua yaitu mediastinum superior dan inferior
vertebrae thorarica ke 4.
vagus.
3. Lobus
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri atas lobus bawah
dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah,
18
setiap lobus lebih dibagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru
kiri). Brokus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru
kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika
memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk pasien tertentu.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik
dan saraf.
tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan
rambut pendek yang disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu
yang konstan yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing
menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalur udara
pertukaran gas.
5. Alveoli
Paru terbentuk sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster
antara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyak nya alveoli ini sehingga jika
alveolar. Sel- sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktip secara metabol
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tife III adalah
b. Fisiologi
Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui
20
trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan
a) Ventilasi
yang dihisap sama dengan jumlah udara yang dikeluarkan, akan tetapi
mengandung CO2.
b) Transpor Oksigen
melalui sirkulasi darah. Sel- sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang
c) Transportasi Gas
dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuk
dikirim setiap menitnya sama dengan curah jantung perliter dalam satu
liter darah arteri. Dalam keadaan istirahat sekitar 5 X 200 atau 1000 ml
oksigen dalam arteri tetap, tetapi curah jantung akan meningkat dengan
d) Difusi
berdifusi dari darah ke dalam dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi
5. Patofisologi.
Bayi baru lahir sebelum paru-paru siap melayani organ untuk pertukaran
gas. Biasanya tanda-tanda yang bisa diobservasi yaitu adanya perubahan paru
saat bayi mulai bernafas dan warna bayi segera setelah lahir. Sistem surfaktan
sangat bertanggung jawab pada kondisi seperti ini. Surfaktan adalah permukaan
Tanpa surfaktan bayi tidak dapat menjaga inflasi paru dan harus
mengeluarkan energi yang banyak untuk preekspansi pada tiap kali bernafas.
ini akan mengurangi sirkulasi keparu dan materi yang diperlukan oleh surfaktan
menurunkan elestisitas paru sehingga timbul kekakuan, dengan kondisi ini bayi
23
membutuhkan tekanan yang lebih untuk mencapai jumlah ekpansi paru yang
sama. Dinding otot dada yang lemah dengan jumlah kartigo yang banyak pada
struktur iga menimbulkan wlastisitas iga tidak normal (Hariati Suni, 2018 hal:
184).
Namun, hal ini berbeda dengan edema paru kardiogenik karena tekanan
alveolar. Kolaps alveolar terjadi secara sekunder karena efek cairan alveolar
PATHWAY KEPERAWATAN
Timbul serangan
6. Manifestasi Klinis
Kasus RDS kemungkinan besar terjadi pada anak yang lahir prematur
dengan berat badan lahir < 1.000 g. Tanda-tanda gangguan pernafasan ini dapat
berupa dispnue atau hipernue atau takipneu, sianosis, retraksi suprasternal atau
pengisian kapiler tertunda lebih dari 3-4 detik), penurunanan keluaran urine,
penurunan suara napas dengan ronkhi, takhikardi saar terjadinya asidosis dan
Pada pemeriksaan fisik akan didapat suara nafas ronchi basah yang harus
4) Tachifnea
5) Hypothermi
7) Menurunya bunyi nafas dan bunyi nafas yang kering saat auskultasi dada
26
8) Kelanjutan penyakit
ekspirasi
kulit pucat.
1) Hypotensi
7. Test Diagnostik
a. Foto Rontgen dada (Chest X-Ray): Tidak terlihat jelas pada stadium awal
atau dapat juga terlihat adanya bayangan infiltrat yang terletak ditengah
secara bilateral dan infiltrat alveolar, menjadi rata dan dapat mencakup
b. Pemeriksaan laboraturium
CO2 dapat terjadi terutama pada fase awal sebagai kompensasi terhadap
pernafasan. Alkalosis respiratori (Ph >7,45) dapat timbul pada stadium awal,
tetapi asidosis dapat juga timbul pada stadium lanjut yang berhubungan
c. Test Fungsi paru (Pulmonary Function Test): compliace paru dan volume
paru menurun terutama FRC, peningkatan dead space dihasilkan oleh pada
d. Asam laktat : didapat peningkatan pada kadar asam laktat (Somantri Irma,
a. Terapi oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik penting dan secara potensial
mempunyai efek samping toksik. Klien tanpa dasar penyakit paru tampak
fisiologis penting.
b. Ventilasi mekanik
hipoksemia berat
pernafasan.
dengan tekanan tinggi dan kemampuan aliran, dimana PEEP dapat ditambah.
Komplikasi PEEP adalah penurunan curah jantung dan barotrauma. ini lebih
sering terjadi jika klien diventilasi dengan tidal volume diatas 15ml/kg atau
29
PEEP tingkat tinggi. Peralatan selang dadad torakostomi darurat harus siap
tersedia.
oksigen yang akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.
e. Titrasi cairan
berlebihan pad orang normal dapat menyebabkan edema paru dan gagal
fisiologis normal.
f. Terapi farmakologi
bahwa ini tidak mencegah sepsis gram negatif yang berbahaya. Antibiotik
jalan nafsa tetapi juga sangat berarti dalam melindungi jalan nafas (dengan
dan oral untuk membuaang sekresi, serta pemantauan kontinu terhadap jalan
h. Pencegahan infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi saluran pernafasan bagian atas dan bawah
i. Dukungan nutrisi
Mal nutrisi relatif merupakan masalah umum pada klien dengan masalah
kritis. Nutrisi parenteral total atau pemberian makan per selang dapat
caredan intervensi berbasis risiko. Ibu dan anak merupakan kelompok rentan
karena berisiko tinggi terhadap kesakitan dan kematian. Status kesehatan ibu
dan anak yang dinyatakan dalam angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) di Indonesa saat ini tinggi dan termasuk tinggi bila
yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai tatanan
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
kesehatannya
a. Pengkajian
keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
menurunkan, membatasi.
c. Intervensi keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi
ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
Syndrome (RDS)
Menurut Harianti, Suni (2018) Asuhan keperawatan pada bayi dengan Respiratory
1) Pengkajian
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi pasien baik fisik, mental, social maupun spiritual dapat ditentukan.
Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisa data, dan
a) Data biografi.
asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua dan penghasilan.
b) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah
yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
1. Keluhan utama
menit pertama saat lahir, bayi tidak menangis, terdapat retraksi suprasternal
tampak sianosis.
a. Kehamilan.
hari (jalan pagi). Biasanya RDS paling banyak terjadi pada ibu dengan
b. Riwayat kelahiran
Biasanya RDS paling banyak terjadi pada ibu dengan Seksio, kehamilan
d. Imunisasi lengkap
Campak Dan Hepatitis, biasa hanya diberikan injeksi Vit. K dan salap
mata saja.
menggunakan NGT
5. Pola eliminasi
6. Pola aktifitas
Sensori meliputi daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya lihat dan daya
pendengaran normal.
1. Pemeriksaan fisik
Berat badan : Biasanya pada RDS banyak terjadi pada kasus BBLR
2. Kepala
3. Mata
4. Telingga
Bentuk semetris kanan dan kiri, pendengaran baik, tidak ada serumen.
5. Hidung
hidung
39
6. Mulut
Gigi belum ada, mukosa bibir tanpak kering, tongsil tidak hiperemi, reflek
7. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar firgio, kelenjar limfe dan tidak ada distensi
vena jugularis
8. Torak
Cor bising kurang pulmo : gerakan dada simetris, suara pernafasan vesikuler,
adanya kesuliatan pernafasan, ronci (+), whezzeng (-), taktil fremitus teraba,
9. Abdomen
Terjadi penonjolan abdomen saat ekspirasi akibat dari retraksi, tidak ada
10. Ekstremitas
Terdapat sianosis pada ektremitas yang pengisian kapiler tertunda lebih dari
3-4 detik
11. Kulit
2) Analisa data
3. DS : Penurunan Ketidakefektifan
- Orang tua mengatakan pengenbangan paru perfusi perifer
anak nya tanpak lemas
- Orang tua mengatakan
anaknya tampak pucat Hipoksemia
DO :
- Tampak sianosis pada Hipotensi
ektremitas
- Akral dingin Ketidakefektifan
perfusi perifer
3) Diagnosa keperawatan
muncul maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
status kesehatan
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini
tindakan, pemahaman tentang hal-hal dari pasien serta dalam memahami tngkat
6) Evaluasi
proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
berlangsung atau menilai dari respons klien disebut evaluasi proses, dan
50
7) Discharger Planning
f) Intruksikan untuk kontrol ulang dan Jelaskan faktor penyebab RDS dan
8) Follow Up Care
BAB III
A. Kerangka Konseptual
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
masalah yang dihadapi klien (Muttaqin, 2012). Proses tersebut terdiri dari 5
51
52
B. Kerangka Kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan pada skema dibawah
ini :
Studi Kasus
BAB IV
Jenis studi kasus ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dan memusatkan
perhatian pada obyek tertentu. Dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah
(KTI) ini penulis menggunakan metode studi kasus yaitu melakukan Asuhan
Subyek dalam penelitian ini adalah bayi dengan Respiratory Distress Syndrome
(RDS) yang diambil secara purposive sampling yang ditentukan dengan kriteria
Kriteria inklusi :
Kriteria Ekslusi :
53
54
C. Fokus Studi
Fokus Studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan
studi kasus. Fokus studi adalah asuhan keperawatan pada klien dengan Respiratory
Distress Syndrome (RDS)
D. Definisi Operational Fokus Studi
Variabel Definisi
Jenis Instrumen Studi Kasus yang digunakan pada asuhan keperawatan pada
data melalui proses pengkajian yang terdiri dari data biografi, riwayat kesehatan,
55
Tingkat 3 Bengkulu
2020
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian yang
meliputi :
1. Lembar persetujuan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia menjadi
mereka menolak untuk dijadikan responden, maka peneliti tidak akan memaksa
namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup member kode pada
3. Confidentiality (Kerahasian)
sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.