Bismillahhirohmanirroim,
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. W Dengan Diagnosa
Respiratory Failure di Ruang NICU RSUD Waled Cirebon”
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lepas
dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Nur Rokhim Satria Nugraha, S.Kom. Selaku Ketua Pengurus Yayasan
Indra Husada Indramayu
2. Riyanto, S.kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Indramayu
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Prodi Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.
4. Seluruh pembimbing akademik Mata Kuliah Praktik Profesi
Keperawatan Anak Prodi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Indramayu
5. Pembimbing klinik/Clinical Instructor (CI) RSUD Waled Cirebon
6. Rekan-rekan seperjuangan program studi profesi ners angkatan VII.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi “Tugas Praktik
Program Profesi Ners Keperawatan Anak”. Dengan harapan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mata kuliah praktik profesi keperawatan anak para
pembaca sehingga Insya Allah dapat bermanfaaat bagi kita semua.
A. Latar Belakang
Gagal napas (Respiratory Failure) adalah ketidakmampuan sistem
pernapasan untuk mempertahankan oksigen darah normal (PaO2), eliminasi
karbon dioksida darah normal (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh
masalah ventilasi disfungsi atau perfusi (Susan 2007), Gagal napas adalah
ketidakmampuan tubuh dalam mempetahankan tekanan parsial normal O 2 atau
CO2 didalam darah.
Gagal napas terjadi bilamana pertukaran gas terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dalam
pembentukan karbon dioksida dalam sel tubuh. Sehingga menyebabkan
ketegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan
karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia) (Bruner & Suddart,
2010)
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012
prevelensi gangguan pernapasa pada neonatus mencapai 6% pada sejumlah bayi
lahir di asia tenggara. Di Amerika serikat Respirtory failure menjadi penyebab
kematian pada bayi, terdapat 40.000 bayi yang meninggal karena penyakit
tersebut.
Hasil Survey kesehatan indonesia tahun 2012 menuturkan bahwa kematian
pada neonates masih dalam angka 32 per 1.000 kelahiran neonates hidup, dan hal
terebut terjadi pada minggu pertama pertama setelah kelahiran, paling tinggi
disebabkan oleh gangguan sistem pernapasan yang mencapai 36,9 salah satu
gangguan pernapasan adalah Respiratoy failure yang bias mencapai 14 %. Data
diperoleh dari dinas kesehatan jawa tengah 201.5 Berdasaran data registrasi
neonatologi bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021 di Rumah Sakit
Sultan Agung Semarang didaptakan dari 3 neonatus diantara 51 neonatus yang
dirawat yang menderita Respiratory Failure.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan teori pada pasien Respiratory
Failure ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Respiratory Failure di
ruang Nicu RSUD Waled Cirebon?
3. Bagaimana konsep analisis data pada pasien dengan Respiratory
Failure di ruang Nicu RSUD Waled Cirebon?
4. Bagaimana cara pengaplikasian intervensi dan implementasi pada
kasus pasien Respiratory Failure di ruang Nicu RSUD Waled Cirebon?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan asuhan keperawatan
melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah Respiratory Failure
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Respiratory
Failure
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada pasien Respiratory Failure
c. Mampu merumuskan perencanaan secara tepat pada pasien
Respiratory Failure
d. Mampu melaksanakan implementasi
e. Evaluasi pada Pasien Respiratory Failure
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
Respiratory Failure
g. Evidence- Based Nursing (EBN) Keperawatan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
Respiratory Failure agar dapat dilakukan intervensi dan implementasi yang tepat
sesuai dengan keadaan/kondisi pasien.
2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien Respiratory
Failure dapat menjadi referensi tambahan dalam mengembangkan keilmuan, serta
sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam penegakkan diagnosa dan
intervensi yang tepat.
3. Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien Respiratory
Failure dapat menjadi informasi tambahan dalam ilmu keperawatan bagi
akademisi dalam mengembangkan keilmuan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
RESPIRATORY FAILURE
A. Pengertian
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi
atau perfusi (Susan, 2007). Gagal nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam
mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah.
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia)
(Brunner & Sudarth, 2010).
Gagal Nafas adalah Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk
mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel
– sel tubuh sesuai dengan kebutuhan tubuh normal. (Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Interna Publishing/November 2009)
Gagal Nafas adalah Masalah yang relatif sering terjadi, yang biasanya
merupakan tahap akhir dari penyakit kronik pada sistem pernapasan.keadaan
ini semakin sering ditemukan sebagai komplikasi dari trauma akut,
septikemia, atau syok. (Buku Patofisiologi Konsep klinis Proses – proses
Penyakit, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson/2006)
B. Etiologi
Penyebab gagal napas biasanya tidak berdiri sendiri melainkan
merupakan kombinasi dari beberapa keadaan, dimana penyebab utamanya
adalah :
1. Gangguan ventilasi
Gangguan ventilasi disebabkan oleh kelainan intrapulmonal maupun
ekstrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran
napas bawah, sirkulasi pulmonal, jaringan, dan daerah kapiler alveolar.
Kelainan ekstrapulmonal disebabkan oleh obstruksi akut maupun
obstruksi kronik. Obstruksi akut disebabkan oleh fleksi leher pada pasien
tidak sadar, spasme larink, atau oedema larink, epiglotis akut, dan tumor
pada trakhea.
2. Gangguan neuromuscular
Terjadi pada polio, guillaine bare syndrome, miastenia gravis, cedera
spinal, fraktur servikal, keracunan obat seperti narkotik atau sedatif, dan
gangguan metabolik seperti alkalosis metabolik kronik yang ditandai
dengan depresi saraf pernapasan.
3. Gangguan/depresi pusat pernapasan
Terjadi pada penggunaan narkotik, obat anastesi, trauma, infark otak,
hipoksia berat pada susunan saraf pusat.
4. Gangguan pada sistem saraf perifer, otot respiratori, dan dinding
dada
Kelainan ini menyebabkan ketidakmampuan untuk mempertahankan
minute volume (mempengaruhi jumlah karbondioksida), yang sering
terjadi pada distropi muskular, miastenia gravis, kiposkoliosis, dan
obesitas.
5. Gangguan difusi alveoli kapiler
Gangguan difusi alveoli kapiler sering menyebabkan gagal napas
hipoksemia, seperti pada oedema paru (kardiak atau nonkardiak), ARDS,
fibrosis paru, emboli lemak, pneumonia, tumor paru, aspirasi, perdarahan
masif pulmonal.
6. Gangguan kesetimbangan ventilasi perfusi
a. Kelainan di luar paru-paru
1) Penekanan pusat pernapasan
a) Takar lajak obat (sedative, narkotik)
b) Trauma atau infark selebral
c) Poliomyelitis bulbar
d) Ensefalitis
2) Kelainan neuromuscular
a) Trauma medulaspinalis servikalis
b) Sklerosis amiotropik lateral
c) Miastenia gravis
d) Distrofi otot
3) Kelainan Pleura dan Dinding Dada
a) Cedera dada (fraktur iga multiple)
b) Pneumotoraks tension
c) Efusi leura
d) Kifoskoliosis (paru-paru abnormal)
e) Obesitas
b. Kelainan Intrinsic Paru-Paru
1) Kelainan Obstruksi Difus
a) Emfisema, Bronchitis Kronis
b) Asma, Status asmatikus
c) Fibrosis kistik
2) Kelainan Restriktif Difus
a) Fibrosis interstisial akibat berbagai penyebab (seperti silica,
debu batu barah)
b) Sarkoidosis
c) Scleroderma
d) Edema paru-paru
e) Kardiogenik
f) Nonkardiogenik (ARDS)
g) Atelektasis
h) Pneumoni yang terkonsolidasi
3) Kelainan Vaskuler Paru-Paru
a) Emboli paru-paru
C. Patofisiologi
Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas
vital, frekuensi penapasan normal ialah 30-60 x/mnt. Bila lebih dari 60x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah
ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam.
Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
kembali seperti semula. Pada gagal nafas kronik struktur paru mengalami
kerusakan yang ireversibel.
Penyebab gagal nafas yang utama adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.
Pada periode post operatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang
dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia
atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
Mekanisme gagal nafas menggambarkan ketidak mampuan tubuh
untuk melakukan oksigenasi dan/atau ventilasi dengan adekuat yang ditandai
oleh ketidakmampuan sistem respirasi untuk memasok oksigen yang cukup
atau membuang karbon dioksida. Pada gagal nafas terjadi peningkatan
tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 50mmHg,
tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) kurang dari 60 mmHg, atau kedua-
duanya. Tingginnya karbondioksida dalam darah (Hiperkarbia) dan tidak
adanya kecukupan oksigen dalam jaringan untuk mempertahnkan fungsi
tubuh (hipoksia ) mempunyai konsekuensi yang berbeda. Peningkatan PaCO2
tidak mempengaruhi metabolisme normal kecuali bila sudah mencapai kadar
ekstrim (>90 mmHg). Oksigen yang tinggi dalam darah (hiperkapnia) dapat
menyebabkan depresi susunan saraf pusat dan henti nafas. Untuk pasien
dengan kadar PaCO2 rendah, konsekuensi yang lebih berbahaya adalah
gagal napas baik akut maupun kronis. Hipoksemia akut, terutama bila
disertai curah jantung yang rendah, sering berhubungan dengan hipoksia
jaringan dan risiko henti jantung. Hipoventilasi ditandai oleh laju pernapasan
yang rendah dan napas yang dangkal. Bila PaCO 2 normal atau 40 mmHg,
penurunan ventilasi sampai 50% akan meningkatkan PaCO 2 sampai 80
mmHg. Dengan hipoventilasi, PaCO2 akan turun kira – kira dengan jumlah
yang sama dengan peningkatan PaCO2. Kadang, pasien yang menunjukkan
pertanda retensi CO2 dapat mempunyai saturasi oksigen mendekati normal.
Disfusingsi paru menyebabkan gagal napas bila pasien bila pasien
yang mempunyai penyakit paru tidak dapat menunjang pertukaran gas normal
melalui peningkatan ventilasi. Anak yang mengalami gangguan padanan
ventilasi atau pirau biasanya dapat mempertahankan PaCO2 normal pada saat
penyakit paru memburuk hanya melalui penambahan laju pernapasan saja.
Retensi CO2 terjadi pada penyakit paru hanya bila pasien sudah tidak bisa
lagi mempertahankan laju pernapasan yang diperlukan, biasanya karena
kelelahan otot.
Gambar 1
Pathway
D. Manisfestasi Klinis
1. Tanda
a. Gagal nafas total
1) Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
2) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan
sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
3) Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi
buatan
b. Gagal nafas parsial
1) Terdengar suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan wheezing.
2) Adanya retraksi dada
2. Gejala
a. Hiperkapnia, terjadi penurunan kesadaran (peningkatan PCO2)
b. Hipoksemia, terjadi takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk mengetahui apakah klien
mengalami asidosis metabolik, alkalosis metabolik, atau keduanya pada
klien yang sudah lama mengalami gagal napas. Selain itu, pemeriksaan
ini juga sangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi
kemajuan terapi atau pengobatan yang diberikan terhadap klien.
a. Hipoksemia :
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
b. Hiperkapnia
Ringan : PaCO2 45 – 60 mmHg
Sedang : PaCO2 60 – 70 mmHg
Berat : PaCO2 70 – 80 mmHg
2. Pemeriksaan Rongent Dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang
tidak diketahui. Terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat
terlihat perpindahan letak mediastinum. Berdasarkan pada foto thoraks
dan fluoroskopi akan banyak data yang diperoleh seperti terjadinya
hiperinflasi, pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks, sembab
paru, dan tumor paru.
3. Pengukuran Fungsi Paru
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya
gangguan obstruksi dan restriksi paru. Nilai normal atau FEV1 > 83%
prediksi. Ada obstruksi bila FEV1 < 70% dan FEV1/FVC lebih rendah
dari nilai normal. Jika FEV1 normal, tetapi FEV1/FVC sama atau lebih
besar dari nilai normal, keadaan ini menunjukkan ada restriksi.
4. Elektrokardiogram (EKG)
Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai
dengan perubahan gelombang P meninggi di sadapan II, III dan aVF,
serta jantung yang mengalami hipertrofi ventrikel kanan. Iskemia dan
aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan oksigenasi.
5. Pemeriksaan Sputum
Yang perlu diperhatikan ialah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu
lakukan kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika dijumpai
ada garis-garis darah pada sputum (blood streaked), kemungkinan
disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia, TB paru, dan
keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu dan berbuih (pink
frothy), kemungkinan disebabkan edema paru. Untuk sputum yang
mengandung banyak sekali darah (grossy bloody), lebih sering
merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.
F. Penatalaksanaan
1. Jalan nafas
Jalan nafas sangat penting untuk ventilasi, oksigen, dan pemberian obat-
obatan pernapasan dan harus diperiksa adanya sumbatan jalan nafas.
Pertimbangan untuk insersi jalan nafas artificial seperti ETT.
2. Oksigen
Besarnya aliran oksigen tambahan yang diperlukan tergantung dari
mekanisme hipoksemia dan tipe alat pemberi oksigen. CPAP (Continous
Positive Airway Pressure ) sering menjadi pilihan oksigenasi pada gagal
napas akut. CPAP bekerja dengan memberikan tekanan positif pada
saluran pernapasan sehingga terjadi peningkatan tekanan transpulmoner
dan inflasi alveoli optimal. Tekanan yang diberikan ditingkatkan secara
bertahap sampai toleransi pasien dan penurunan skor sesak serta
frekuensi napas tercapai.
3. Bronkhodilator
Bronkhodilator mempengaruhi kontraksi otot polos, tetapi beberapa jenis
bronkhodilator mempunyai efek tidak langsung terhadap oedema dan
inflamasi. Bronkhodilator merupakan terapi utama untuk penyakit paru
obstruksi, tetapi peningkatan resistensi jalan nafas juga banyak
ditemukan pada penyakit paru lainnya.
4. Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid dalam menurunkan inflamasi jalan napas tidak
diketahui secara pasti, tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel
inflamasi.
5. Fisioterapi dada dan nutrisi
Merupakan aspek penting yang perlu diintegrasikan dalam tatalaksana
menyeluruh gagal nafas.
6. Pemantauan hemodinamik
Meliputi pengukuran rutin frekuensi denyut jantung, ritme jantung
tekanan darah sistemik, tekanan vena central, dan penentuan
hemodinamik yang lebih invasif.
G. Komplikasi
1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia,
perikarditis dan infark miokard akut.
3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare dan
pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum tulang
memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang usianya
kurang dari normal).
5. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
7. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan pemberian
nutrisi enteral dan parenteral (Alvin Kosasih, 2008).
H. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/
bradipneu, retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
3) Kesulitan bernafas : rendahnya O2 dalam tubuh, diaforesis,
sianosis
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
4) Papiledema
5) Penurunan haluaran urine
d. Pemeriksaan fisik
1) System pernafasaan
a) Inpeksi : kembang kempis dada dan jalan nafasnya
b) Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernafasaan tertinggal
c) Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
d) Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
2) System Kardiovaskuler
a) Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar
dari daerah trauma
b) Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
c) Auskultasi: suara detak jantung menjauh atau menurun dan
adakah denyut jantung paradok
3) System neurologis
a) Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
b) Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak.
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale
e. Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
a) Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap.
b) Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
2) Sirkulasi
a) Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas.
b) Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi
dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus
(disritmia), bunyi jantung ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau
komplain ventrikel, bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung, irama jantung dapat teratur atau tidak
teratur, edema, pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir.
3) Eliminasi
a) Tanda : bunyi usus menurun.
4) Integritas ego
a) Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
b) Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,
koma nyeri.
5) Makanan atau cairan
a) Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakar
b) Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
6) Hygiene
a) Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
a) Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat)
b) Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
a) Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral)
9) Pernafasan:
a) Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal,
batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok,
penyakit pernafasan kronis.
b) Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat,
pucat, sianosis, bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.
10) Interaksi sosial
a) Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada
missal: penyakit, perawatan di RS
b) Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi
(marah terus-menerus, takut ), menarik diri. (Doengoes, E.
Marylinn. 2000).
I. ANALISA DATA
Data Senjang Penyebab/Etiologi Masalah Tanda
(DS dan DO) keperawatan tangan
dan nama
jelas
DS : Gangguan Pola nafas Kelompok
1. Dispnea endhotelium kapiler tidak efektif 5
2. Ortopnea
DO : Cairan masuk ke
1. Pengunaan otot bantu interstitial
pernafasan
2. Fase ekspirasi Peningkatan tekanan
memanjang jalan nafas
3. Pola nafas abnormal
4. Pernafasan cuping Adanya usaha
hidung peningkatan
pernafasan
Tampak adanya
retraksi dinding dada,
penggunaan otot bantu
Data Senjang Penyebab/Etiologi Masalah Tanda
(DS dan DO) keperawatan tangan
dan nama
jelas
pernafasan
Kolaborasi
1. Agar
pasien
dapat
bernafas
dengan
lancar
Edukasi
1. Agar
keluarga
pasien
mengetahu
i tujuan
dan
prosedur
pemantaua
n
3. Gangguan Setelah dilakukan Observasi Observasi
pertukaran tindakan ...x24 jam 1. Monitor kecepatan 1. Untuk
gas gangguan aliran oksigen mengetahu
pertukaran gas dapat i
teratasi kecepatan
2. Monitor posisi alat alirn
Indikato I E terapi oksigen oksigen
r R R pada
Dispnea 2 5 pasien
Bunyi 2. Untuk
N Dx Rencana keperawatan
o keperawa Tujuan dan Intervensi Rasional
tan kriteria hasil
nafas 2 5 mengetahu
tambaha i posisi
n 2 5 alat terapi
PCO2 2 5 oksigen
PO2 5 5
Takikard
ia Terapeutik
Terapeutik 1. Agar
1. Pertahankan pasien
kepatenan jalan tidak
nafas kekuranga
n oksigen
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan pasien dan 1. Agar
keluarga cara pasien dan
menggunakan keluarga
oksigen dirumah mampu,
mengerti
menerapka
n cara
Kolaborasi mengguna
1. Kolaborasi kan
pemantauan dosis oksigen
oksigen dirumah.
Kolaborasi
N Dx Rencana keperawatan
o keperawa Tujuan dan Intervensi Rasional
tan kriteria hasil
1. Agar dosis
yang
diberikan
kepada
pasien
bedan dan
maksimal
4. Perfusi Setelah dilakukan Observasi Observasi
perifer tindakan ...x24 jam 1. Periksa sirkulasi 1. Untuk
tidak perfusi perifer tidak perifer mengetahu
efektif efektif dapat teratasi i sirkulasi
perifer
Terapeutik
Indikato I E 1. Hindari Terapeutik
r R R pemasangan infus 1. Agar tidk
Denyut 2 5 atau pengambilan terjadi
nadi darah diarea pecahnya
perifer 2 4 keterbatasan pembuluh
Warna perifer darah
kulit 2 4
pucat Edukasi
Pengisia 2 4 1. Anjurkan
n berolahraga rutin Edukasi
kapiler 1. Agar
Turgor pasien
kulit sehat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Bayi perempuan lahir pada tanggal 28 Oktober 2023, bayi lahir secara spontan pada pukul 00.25
WIB. Bayi tidak segera menangis, ada anus, BB: 3060 gram PB: 50 cm LK: 35 cm LD: 31 LP: 28
cm, dengan G2P1A0 gravida 40-41 minggu. Dilakukan pngkajian pada tanggal 13 November 2023
jam 15.00 WIB, Pasien terlihat sesak dengan RR 81 x/menit terpasang alat bantu pernafasan, pasien
tampak lemah, menangis, terpasang ETT , terpasang OGT, Ventilator mode AC FiO 2 75%, pasien
BAB, BAK tidak ada keluhan, tidak muntah, perut distensi .
Frekuensi £ Tidak ada £ kurang dari 100 √ lebih dari 100 1 menit
Jantung £ Tidak ada √ Lambat £ Menangis pertama :…...
Usaha napas £ Lumpuh £ Ekstremitas fleksi sedikit kuat
Tonus otot √ Gerakan aktif 5 menit
£ Tidak bereaksi pertama :…...
√ Gerakan sedikit
Refleks √ Biru atau pucat £ Reaksi
£ Tubuh kemerahan,
Warna melawan
tangan dan kaki biru
£ Kemerahan
(150 x 3060) : 24 = 19
AS 6% = 150- 24 cc
= 126 : 24
= 16
2. Status Eliminasi
Buang Air √ melalui anus melalui stoma; Frekuensi: 1-2 kali
Besar
Karakteristik Warna: Hitam Konsistensi: Lembek √ Darah Lendir Dempul Lain-Lain
feses
Buang Air √Spontan Kateter Cytostomi ; Warna urine…………………….
Kecil
IWL ml/kgBB/hari
Diuresis 144
Total Output 30 cc
Balance cairan Total cairan= Total Intake- output : 24 jam
= 144-30: 24 =4,75
BC = 4,75 : 3060
= ± 1,5 cc Pertanyaan kebiasaan tidur anak Ya Tidak
Setiap hari anak mulai tidur pada waktu yang sama
Keluhan BAK Tidak ada keluhan Anak dapat tertidur dalam waktu 20 menit
3. Aktivitas dan Istirahat Anak akan terbangun bila ditinggalkan orangtua
1. Istirahat dan Tidur Anak mengigau saat tidur
Tidur siang : 10 jam Berhenti nafas saat tidur
Tidur malam : 12 jam Anak merasa segar saat bangun tidur
2. Pergerakan : pergerakan aktif
Penilaian Ikterus
Neonatorum dengan
Kramer
Derajat Ikterik:
Kebersihan Diri
Mandi Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____
Sikat Gigi Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____
Keramas Frekuensi : ..........x/hari, Mandiri : _____ Dibantu : _____
Ket : Tidak terkaji
Lingkungan Internal
2. Intranatal
Riwayat kehamilan: √ Spontan SC Dengan alat bantu...................................
Usia kelahiran:40-41 . minggu Penolong Persalinan: Bidan (Rumah Sakit)
Komplikasi: Tidak Terkaji
3. Postnatal
Pertumbuhan bayi saat lahir: BBL 3060 gram, PB:50 cm, LK: 35.cm, LP:28.cm, LD: 31.cm
APGAR Score: 2/3
Balard Score.........................
Mekonium: √Ya Tidak
Kebutuhan alat bantu: √ Inkubator √Oksigen √Suction √Vetilator
LainnyKelainan Kongenital:
RIWAYAT KELAHIRAN YANG LALU
T
a
n
g
g
J L
a
e a
l/
n i
T
i n
a
s
N h B Komplikasi Penyakit
K Jenis –
o u B Keadaan Bayi Kehamilan/ Waktu
e Persalinan
. n L Persalinan Hamil
l L
K
a a
e
m i
l
i n
a
n
h
i
r
a
n
Anak Hidup
Ti
da
k
… T
1 …
g er
r
ka
ji
Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami √ Tidak Ya……………………………
Penatalaksanaan yang dilakukan Tidak ada
2. Riwayat Hospitalisasi √ Tidak Ya,
…………………………………………………………………
3. Riwayat Operasi √ Tidak Ya,
…………………………………………………………………
4. Riwayat Penggunaan obat √ Tidak Ya, Jika ya:
Jenis obat……………………………………..
Respon terhadap pengobatan…………………
5. Riwayat Injury/kecelakaan √Tidak Ya……………………………
6. Riwayat Alergi √ Tidak Ya, Jika ya:
Makanan Obat Udara Debu
Lainnya………………
Down Score:
Nilai 0 1 2 skor
Frekuensi < 60 60 – 80 √ 80 x/menit 2
nafas x/menit x/menit-
Retraksi Tidak ada Retraksi √ Retraksi berat 2
ringan -
Sianosis Tidak ada √ Hilang dengan Menetap dengan 1
O2- O2
Air entry √ Ada - Menurun Tidak terdengar 0
(udara masuk)
Merintih Tidak ada Terdengar
√ Terdengar tanpa 1
dengan alat bantu
stetoskop-
Total skor 6
Skor < 4 : gangguan pernapasan ringan
Skor 4-5 : gangguan pernapasan sedang
Skor ≥ 6 : gangguan pernapasan berat (pemeriksaan AGD harus dilakukan)
Riwayat Imunisasi
BCG √ Lainnya : Vitamin K dan salep
mata
DPT1 DPT2 DPT3
Hepatitis1 Hep2 Hep3 Hep4
Polio1 Polio2 Polio3 Polio4
Campak
Lingkungan Eksternal
Perseptual Cahaya/penerangan : √ baik cukup kurang
0
Suhu Ruangan : 21 C
Kondisi Lingkungan: Lingkungan di ruangan bersih, dan
rapih
Suhu incubator: 32,5 0C
Resiko Jatuh: ya √ tidak
Resiko Infeksi tular: ya √tidak
Operasional
1. Kebersihan lingkungan Lingkungan diruangan tampak bersih dan rapih
2. Jarak antar incubator/ tempat tidur ± 1 meter dari tempat tidur lain
3. Penggunaan warmer bersama Tidak
Konseptual
1. Riwayat penyakit keluarga Tidak terkaji
2. Kebiasaan/keyakinan keluarga yang Tidak terkaji
mempengaruhi kesehatan
3. Pengetahuan keluarga terhadap penyakit Kurang, karena pada saat kunjungan keluarga selalu
cemas dan khawatir dan keluarga tidak paham dan
sering bertanya
Respon Fight or Flight
1. GCS dan Tanda-tanda vital
GCS E: .........M: ....... V: ....... TD : - mmHg Suhu: 36,7 °C
Kesadaran Compos Mentis N : 146 x/menit Suhu Inkubator: 32,5 °C
Somnolen Soporo P : 81 x/menit SpO2: 90-94%
Koma
Sopor
Apatis Koma
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hb: 16,9 Leukosit : 15,6
HT: 58 Trombosit : 86,000
GDS: 172
AGD : 7,64
HCO3 : 17,4
TCO2 : 17,9
PCO2 : 15,8
3. Pengkajian risiko infeksi
Penggunaan peralatan medis: Tidak √Ya √ NGT/OGT, IVFD, dipasang dikaki bagian kanan
√Ventilator, Neonatal CPAP √ Oksigen, Jenis:ETT, jumlah:.................l/menit
Respon Inflamasi
1. Kemerahan √Tidak, Ada, lokasi
2. Bengkak ……………………………….
3. Panas √Tidak, Ada, lokasi
4. Bau ……………………………….
5. Pengeluaran √Tidak, Ada, lokasi
6. Penurunan fungsi ……………………………….
√Tidak, Ada, lokasi
……………………………….
√Tidak, Ada, lokasi
……………………………….
√Tidak, Ada, lokasi
……………………………….
Respon Stres
1. Nyeri
Skala
Penilaian nyeri
Instrumen Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) nyeri :
Ekspresi wajah …………
0 : Otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral …………
1 : Meringis Otot wajah tegang, alis berkerut (ekspresi wajah negative) Lokasi :
Tangisan …………
0 : Tidak menangis Tenang, tidak menangis …………
1 : Merengek Mengerang lemah, intermiten …...
2 : Menangis keras Menangis kencang, melengking terus menerus Interpretasi
(catatan : menangis tanpa suara diberi skor bila bayi diintubasi) skor skala
Pola napas nyeri
0 : Relaks Bernapas biasa NIPS :
1 : Perubahan napas Tarikan ireguler, lebih cepat dibanding biasa, menahan napas, - Skor
tersedak 0Tidak
Tungkai perlu
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa
1 :Fleksi/ekstensi Tegang kaku
LenganV
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa
1 : Fleksi/ekstensi Tegang kaku
Tingkat kesadaran
0 : Tidur/bangun Tenang tidur lelap atau bangun
1 : Gelisah Sadarataugelisah
Keterangan:
1-2: Tidak nyeri sampai nyeri
ringan
2-3: Nyeri ringan sampai sedang
>4: nyeri berat
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d pasien tampak sesak,
terpasang alat bantu nafas
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d daya hisap lemah,
bayi terpasang OGT
3. Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d terpasang infus, nyeri, suhu:
37,5o C
(.................................................)
Kelompok 5
ANALISA DATA (minimal 3 masalah)
Apnea
Meningkatkan
asam laktat dan
asam piruvat
Metabolik
asidosis
Gangguan
pertukaran gas
Defisit nutrisi
Tanggal, Data Senjang Penyebab / Masalah Tanda
Jam (DS dan DO) Etiologi Keperawatan Tangan
dan Nama
jelas
5. Batasi
kujunga
n
pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Tanda
Diagnosa Tangan
Tanggal
Keperawatan Catatan Perkembangan dan
Waktu
Nama
Jelas
Pola Nafas tidak 14/11/2023 S : -
efektif 12.00 wib Kelompok
b.d O : - Pasien tampak 5
hambatan upaya sesak,bardikardi, saturasi oksigen
nafas menurun ETT ventiltor mode ac
(D.0005) 75% terpasang oksigen
RR: <40x/menit, HR <160
x/menit, SPO2 : <40%,
cuping hidung
P : Intervensi diberhentikan
I : Monitor frekuensi, suara nafas
tambahan, monitor pola nafas
E:S:-
O : Pasien tampak
sesak,bardikardi, saturasi
oksigen menurun ETT
ventiltor mode ac 75%
terpasang oksigen RR:
<40x/menit, HR <160
x/menit, SPO2: <40%,
cuping hidung
A : Masalah belum teratasi,
pasien dinyatakan
meninggal
P : intervensi di berhentikan
R :-
Defisit nutrisi 14/11/2023 S : -
b.d 12.30 WIB Kelompok
ketidakmampuan O : Terpasang OGT 5
menelan Membrane mukosa kering dan
makanan pucat
(D.0019) Tedapat cairan warna hijau
dari selang OGT
Pasien puasa, pasien BAK dan
BAB
P : Intervensi diberhentikan
E:S:-
O : - terpasang OGT, terdapat
residu lambung, pasien
puasa , mukosa bibir
kering, Suhu : 37,1oC
A : Masalah belum teratasi,
pasien dinyatakan
meninggal
P : Intervensi di berhentikan
R :-
Resiko Infeksi 14/11/2023 S: - Kelompok
(D.0142) 13.00 WIB 5
O:
- Tali pusat sudah kering, terdapat
kemerahan di bagian tubuh
pasien, kulit kering.
- Suhu tubuh 37,1oC, HR: 146
x/menit
- Tidak ada tanda bengkak
- Fototerapi hari pertama
P : Intervensi diberhentikan
E:S:-
O : Pasien masih tampak
sesak, terpasang oksigen,
SPO2 : 90%, RR: 81
x/menit,
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R :-
BAB IV
PEMBAHASAN DAN EVIDENCE BASED
NURSING (EBN)
Waled Cirebon
klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari
2009).
randomized control trial (Estabrook, 2004 dalam Wood & Haber, 2006).
bukti hasil penelitian terbaik yang telah melalui tahapan telaah dan sintesis
yang digunakan sebagai dasar dalam praktik keperawatan dan memberikan
adanya ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
otak (pons dan medulla). Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan
dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih
1. Hasil jurnal
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dioksida darah normal (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah
ventilasi disfungsi atau perfusi (Susan 2007), Gagal napas adalah ketidakmampuan
tubuh dalam mempetahankan tekanan parsial normal O2 atau CO2 didalam darah.
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan
B. Saran
Nemaa PK. 2003. Respiratory Failure. Indian Journal of Anaesthesia, 47(5): 3606
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI