OLEH:
DANDUNG SETIADI
(2017.C.09a.0880)
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) pada Program Studi S-1
Keperawatan. Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang
akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
Asuhan Keperawatan ini.
4. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan LaporanAsuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit 1
1.1.1 Definisi 1
1.1.2 Anatomi Fisiologi 2
1.1.3 Etiologi 2
1.1.4 Klasifikasi 2
1.1.5 Patofisiologi 2
1.1.6 Manifestasi Klinis 5
1.1.7 Komplikasi 5
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang6
1.1.9 Penatalaksanaan Medis 6
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 9
1.2.1 Pengkajian Keperawatan 9
1.2.2 Diagnosa Keperawatan 10
1.2.3 Intervensi Keperawatan 11
1.2.4 Implementasi Keperawatan 12
1.2.5 Evaluasi Keperawatan 12
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan 17
2.2 Diagnosa Keperawatan 26
2.3 Intervensi Keperawatan 32
2.4 Implementasi Keperawatan 38
2.5 Evaluasi Keperawatan 44
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
SAP............................................................................................................................
LEAFLET.................................................................................................................
JURNAL...................................................................................................................
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
paru ke dalam O2 masuk ke dalam darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru
darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan respirasi internal/respirasi sel dimana
proses pertukaran O2 & peristiwa CO2 di tingkat sel biokimiawi untuk proses
kehidupan
1.1.3 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um
1.1.4 Klasifikasi
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
1.1.5 Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga
tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka
pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara
penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi
sebelumnya .(Sylvia.A.Price.2011.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah
dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar.
Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu
diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah
3
maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan
bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.2015,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar
getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat
menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri
dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi
dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa
membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari
pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga
dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional,
sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan
yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer
paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain
paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.
(Sylvia.A Price:2012 ;754).
4
Mycrobacteriumtuberkulosis
Inhalasi droplet Bakteri Miobacterium Perubahan cairan Reaksi infeksi dan Menyebar melalui kelenjar getah
Penyubatan bening, kekelenjar regional
intrapleura merusak parenkim paru
pembuluh darah menimbulkan reaksi oksidasi
limfa Terhirup kesaluran
Bakteri masuk kepernafasan atas
dan mencapai alveolus pernafasa masuk Reaksi sistematis Reaksi sistematis Proses peradangan
Aliran darah tidak adekuat keparu-paru,dan
masuk ke alveoli
Muncul reaksi radang Oliguria, anuria
Mual, muntah, Kerusakan jaringan
Iskemikparu
reseptor nyeri anoreksia
Terjadi pengeluaran sekret Intake dan output tidak seimbang
Penurunan suplai meningkat kelemahan
Produksi secret meningkat O2 keotak MK:
MK: Risiko
MK:
Ketidakseimbangan Elektrolit Defisit nutrisi
Nyeri akut MK:
MK: MK: Perfusi Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan perifer tidak
nafas tidak efektif efektif
5
dengan alat khusus yang dapat mendukung fungsi ventilasi dan memperbaiki
oksigenasi melalui penggunaan gas dengan konten tinggi oksigen dan tekanan
positif.
Fungsi ventilator umumnya antara lain, mengembangkan paru selama
inspirasi, dapat mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi, mencegah paru untuk
menguncup sewaktu ekspirasi, serta dapat mengatur waktu dari fase ekspirasi ke
fase inspirasi. Semua ventilator mekanik canggih dilengkapi oleh monitor
pengukur tekanan (pressure gauge), pembatas tekanan untuk mencegah paru dari
barotrauma (pressure limiting device), pengaman (alarm) tekanan tinggi dan
rendah, serta pengatur volum paru (spirometer).
1.1.11 Indikasi pemasangan ventilasi mekanik
Penggunaan ventilasi mekanik diindikasikan ketika ventilasi spontan pada
pasien tidak adekuat untuk memelihara kehidupannya. Indikasi utama penggunaan
ventilasi mekanik adalah untuk mensuport pasien dengan gagal napas, termasuk
kegagalan dalam ventilasi (hiperkarbia), kegagalan oksigenasi (hipoksia) ataupun
keduanya.
Gagal napas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi tidak dapat
menjaga pertukaran gas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism,
contohnya oksigenasi atau eliminasi CO2. Secara konvensional, gagal napas
didefinisikan ketika tekanan arterial O2 (PaO2) <8.0 kPa (60 mmHg), tekanan
arterial CO2 (Pa CO2) >6.0 kPa (45 mmHg) atau keduanya. Gagal napas secara
umum diklasifikasikan menjadi:
1. Hipoksemia akut atau tipe I
Dimana O2 rendah dengan CO2 normal/ rendah. Pada umumnya
terjadi pada V:Q matching yang buruk (area paru dengan
ventilasi yang buruk namun tetap terperfusi), contohnya pada
pneumonia, edema pulmonum atau ARDS, atau emboli paru.
Gagal napas hipoksemia ditandai dengan SaO2 arteri <90%,
meskipun fraksi oksigen inspirasi > 0.6. Tujuan dari pemasangan
ventilasi mekanik pada kondisi ini yaitu untuk menyediakan
saturasi oksigen yang adekuat melalui kombinasi oksigen
8
1.2.1.4 Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun
cara yang cukup jelas dan cepat adalah:
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri
Tidak ada respon :U
1.2.1.5 Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan
1.2.2 Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event/
Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
1) Identitas klien
2) Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu
yang lain.
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang
di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
5) Riwayat penyakit dahulu
6) Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA
efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
11
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi skala nyeri 1. Mengetahui skala nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama.... jam pasien pasien
Agen pencedera diharapkan nyeri berkurang 2. Identifikasi respon nyeri 2. mengetahui respon nyeri non
fisiologis dengan kriteria hasil: non verbal verbal
1. TTV Normal TD ; 3. Identifikasi factor yang 3. agar mengetahui
120 / 80 ,mmhg, N : memperberat dan Mengidentifikasi factor yang
60-100 kali per memperingan nyeri memperberat dan
menit,S : 36,5-37,2 ‘ 4. Fasilitasi istirahat dan memperingan nyeri
C, RR : 18 – 24 tidur selama perawatan 4. Membuat pasien nyaman
x/menit 5. Kolaborasi pemberian selama perawatan agar cepat
2. Nyeri hilang dan tidak obat sesuai advis Dokter sembuh
muncul lagi 5. Mempercepat proses
penyembuhan
Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan keperawatan selama …. jam ketidakseimbangan ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan diharapkan elektrolit elektrolit
dengan disfungsi ketidakseimbangan elektrolit 2. Monitor kehilangan 2. Untuk mengetahui berapa
regulasi endokrin klien berkurang dengan cairan banyak kehilangan cairan
kriteria hasil: 3. Monitor mual, muntah 3. Untuk mengetahui mual,
- Mual dan muntah tidak dan diare muntah dan diare
ada 4. Dokumentasi hasil 4. Untuk mencatat setiap
- Intake dan output pemantauan perkembangan pemantauan
seimbang 5. Informasikan hasil 5. Untuk mengetahui hasil
pemantauan pemantauan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan makan sedikit 1. Untuk mencegah terjadinya
berhubungan dengan keperawatan selama …. jam tapi sering mual, dan muntah
ketidakmampuan untuk diharapkan Keseimbangan 2. Ajarkan pasien tentang 2. Untuk meningkatkan kadar
mencerna makanan nutrisi kurang dari kebutuhan makanan tinggi kalium kalium dalam darah
:mual, muntah, tubuh dapat terpenuhi dengan 3. Ajarkan hygnie oral 3. Untuk meningkatkan nafsu
anoreksia. kriteria hasil: sebelum makan makan pasie
- Nafsu makan meningkat 4. Anjurkan asupan cairan 4. Untuk menjaga
- Keadaan umum baik 1000 ml/hari keseimbangan tubuh
- TTV Normal 5. Kolaborasikan obat 5. Untuk mempercepat
sesuai indikasi Dokter penyembuhan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi defisit 5. Untuk mengetahui defisit
berhubungan dengan keperawatan selama …. jam tingkat aktivitas aktivitas
kelemahan diharapkan kelemahan klien 2. Libatkan keluarga dalam 6. Agar keluarga dapat
dapat berkurang kriteria hasil: aktivitas membantu aktivitas klien
- Melakukan aktivitas tanpa 3. Berikan penguatan 7. Agar klien mendapatkan
dibantu keluarga positif atas partisipasi dalam penguatan positif
- Melakukan aktivitas secara aktivitas 8. Untuk membantu
mandiri 4. Kolaborasi pada terapis merencanakan program
okupasi dalam merencanakan aktivitas
dan memonitor program
aktivitas
16
2.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 04 Desember 2020 pukul 10.00
WIB di ruang ICU dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, dengan teknik anamnesa
(wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku status pasien,
didapatkan hasil sebagai berikut:
2.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Cempaka no.33 Palangka Raya
Tgl MRS : 03 Desember 2020
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru (TB Paru)
2.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
2.1.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
2.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan Pada tanggal 03 Desember 2020 Tn. A
mengalami penurunan kesadaran, demam dan sakit tenggorokkan serta pasien
memiliki riwayat Tuberkulosis Paru. Kemudian oleh keluarga pasien di bawa ke
IGD Rumah Sakit RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, di IGD pasien diberikan
tindakan pemasangan O2 NRM 10 lpm, pemasangan infus NaCl 0,9% 20 tpm,
serta dilakukan pemeriksaan radiologi. Untuk perawatan lebih lanjut oleh dokter
pasien di pindahkan ke ruang ICU.
17
18
Pasien kemudian dirawat di Ruang ICU pada jam 09.00 Wib dan saat di
kaji keadaan umum pasien tampak lemah dan pucat, kesadarannya sopor E:2, V:1,
M:3 total GCS 5,CRT >2 detik, tampak irama pernapasan tidak teratur, terdengar
bunyi suara nafas tambahan yaitu Ronchi dan adanya sekret dengan konsistensi
kental saat dilakukan suction, pasien terpasang ventilator mode SIMV, terpasang
O2 NRM 10 lpm, terpasang OPA (Oropharyngeal Airway), terpasang NGT,
terpasang kateter dan TTV TD: 160/100 mmHg, Suhu : 37,5 0C , Nadi: 160
x/menit, RR: 32 x/menit SPO2 84% .
2.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat
Operasi)
Keluarga pasien mengatakan bahwa Tn.A memiliki riwayat penyakit
Tuberkulosis paru sejak 1 tahun lalu.
2.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien
= Laki-Laki
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal Serumah
= Meninggal
1 dan skala aktivitas 5 tergantung secara total. Tidak ada deformasi tulang, tidak
ada peradangan, tidak ada perlukaan. Tidak ada patah tulang, tulang belakang
klien normal.
2.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, dan kosmetik, suhu
kulit dingin, warna kulit normal, turgor kulit jelek, teksture kasar, tidak terdapat
lesi, teksture rambut halus, distribusi rambut merata, bentuk kuku simetris.
2.1.1.1 Sistem Penginderaan
Penglihatan klien kurang baik, fungsi penglihatan normal, bola mata
bergerak normal, sclera berwarna putih, konjungtiva anemis, kornea berwarna
keruh, tidak mengunakan alat bantu kaca mata. Fungsi pendengaran normal,
bentuk hidung simetris tidak ada lesi.
2.1.1.2 Leher dan Kelenjar Limfe
Tidak terdapat masa pada leher klien, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba jaringan limfe, tidak ada teraba kelenjar tiroid, dan mobilisasi leher klien
bebas.
2.1.1.3 Sistem Reproduksi
Keluarga menolak pasien untuk dikaji.
2.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
2.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Keluarga mengatakan ingin pasien cepat sembuh agar bisa cepat pulang
kerumah dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.
2.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Klien memiliki tinggi badan 165 cm dengan berat badan 60 kg sebelum
sakit, saat sakit berat badan klien 55 kg.
Diketahui : TB= 165 cm= 1,65 m, BB=55 kg
BB 55 kg
IMT = = = 20,22 (Berat badan normal)
( TB ) 2 ( 1,65 x 1,65 ) m
Diet makanan pasien cair dengan menggunakan NGT, kesukaran menelan
ada, frekuensi makan sebelum sakit yaitu 3x sehari dengan 1 porsi dapat
dihabiskan, sesudah sakit pasien diberikan susu 150 ml dengan frekuensi
pemberian 3x menggunakan selang NGT. Jenis makanan yang dimakan sebelum
sakit biasanya nasi, sayur dan ikan, saat sakit hanya susu saja. Jenis minuman
22
yang sering di minum adalah air putih baik sebelum sakit dan sesudah sakit,
jumlah minuman sebelum sakit ±1500 cc, saat sakit pasien minum air sebanyak
±400 cc, kebiasaan makan biasanya sebelum dan sesudah sakit masih sama yaitu
pagi, siang, dan sore.
Masalah Keperawatan : Resiko defisit nutrisi
2.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit tidur siang pasien 1 jam pada pukul 11.00-12.00 WIB, tidur
malam sebelum sakit 7-8 jam, saat sakit klien selalu tertidur karena penurun
kesadaran.
2.1.4.4 Kognitif
Pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga fungsi kognitif tidak dapat
terkaji.
2.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, hargadiri,
peran)
Gambaran diri: tidak terkaji karena klien mnegalami penurunan kesadaran,
ideal diri:klien mnegalami penurunan kesadaran, identitas dari klien: klien adalah
seorang laki-laki dan seorang ayah, harga diri: klien mengalami penurunan
kesadaran, peran: klien sebagai seorang ayah dan anak kedua.
2.1.4.6 Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri,
saat sakit pasien tidak bisa beraktivitas secara mandiri karena penurunan
kesadaran.
2.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stress
Sebelum sakit klien jika ada masalah klien selalu membicarakannya
dengan keluarga untuk mendapat jalan keluar yang baik. Sesudah sakit klien
masih belum bisa berinteraksi karena klien mengalami penurunan kesadaran.
2.1.4.8 Nilai Pola Keyakinan
Saat sakit pasien tidak dapat melakukan ibadah, hanya keluarga saja yang
selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.
2.1.5 Sosial - Spiritual
2.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien tidak mampu berkomunikasi karena terjadinya penurunan kesadaran.
23
Kesan: Pada sediaan LCS didapatkan Nonne (+), Pandy (+), glukosa menurun,
peningkatan protein total, dengan peningkatan PMN (74,1%), menyongkong suatu
infeksi TB. dd/: Infeksi virus dan infeksi jamur.
2.1.5.9 Penatalaksanaan Medis
No Nama Infus Dosis Rute Indikasi
1. Infus NaCl 0,9% 1500cc/ IV Memenuhi kebutuhan cairan
24 jam
2. Infus. Paracetamol 3x1 gr IV Meredakan Rasa Sakit Dan
Demam
Dandung Setiadi
26
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DAN
PENYEBAB MASALAH
DATA OBJEKTIF
DS: - Sel mukus berlebih Bersihan Jalan Napas
DO: Tidak Efektif
- Pasien tampak sesak Peningkatan produksi
- RR: 32x/m mukus
- Terdapat
Pertukaran O2 dan CO2
penggunaan otot
bantu pernapasan terganggu
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan klien tampak sesak, RR 32x/menit dan klien terpasang ventilator,
tampak adanya sumbatan pada jalan nafas yaitu sekret dengan konsistensi
kental berwarna putih saat dilakukakn suction, terdengar suara nafas tambahan
ronchi, tipe pernafasan dada dan perut. Terdapat retraksi dinding dada,
TTV:TD : 160/100mmHg; N : 160x/menit; R : 32x/menit; S : 38,5oC.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi dibuktikan dengan hasil AGD yaitu Alkalosis Respiratorik kompensasi
sempurna.
3. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan gangguan
metabolisme, dibuktikan dengan klien tampak lemah, tampak gelisah,
kesadaran sopor, E=2 ,V=1,M=3 Total GCS = 5, fungsi neurologis terganggu,
fungsi kognitif terganggu, TTV:TD : 160/100mmHg; N : 160x/menit; R :
32x/menit; S : 38,5oC.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, dibuktikan dengan
klien tampak lemah, tampak gelisah, kesadaran sopor, E=2 ,V=1,M=3 Total
GCS = 5, wajah tampak kusam, tubuh tampak kotor, gigi dan gusi tampak
kotor, Uji ekstremitas atas kanan 2 kiri 1, ekstremitas bawah kanan 2 kiri 1,
skala aktivitas 5 tergantung secara total.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder : leukopenia, penurunan hemoglobin dibuktikan dengan Pasien
mengalami batuk darah, Pasien tampak lemas, Pasien tampak pucat, Hasil
pemeriksaan lab tgl 03/12/2020: WBC : 16.73 (nilai normal 4,5-11,0), PLT :
412 (nilai normal 150-400), Hasil TTV:TD : 160/100mmHg; N : 160x/menit; R
: 32x/menit; S : 38,5oC.
6. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan Pasien
tampak lemas, Pasien tampak pucat, Akral teraba panas, Suhu tubuh klien
diatas normal, CRT >2 detik, Hasil pemeriksaan lab tgl 03/12/2020: WBC :
16.73 (nilai normal 4,5-11,0), PLT : 412 (nilai normal 150-400), Hasil
TTV:TD : 160/100mmHg; N : 160x/menit; R : 32x/menit; S : 38,5oC.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakuakan asuhan 1. Monitor pola napas 1. Agar mengetahui kepatenan pola
tidak efektif keperawatan selama 1x7 2. Monitor bunyi napas napas
berhubungan dengan jam diharapkan jalan nafas tambahan 2. Agar menghindari terjadinya
adanya penumpukan klien dapat kembali efektif 3. Monitor sputum bunyi nafas tambahan dan
sekret dengan kriteria hasil: 4. Posisikan semi-fowler atau komplikasi lainnya
1. Sekret menurun (5) fowler 3. Agar menghindar terjadinya
2. Pola napas membaik 5. Lakukan penghisapan lendir penumpukan sputum di jalan
(5) kurang dari 15 detik nafas klien sehingga klien
3. Frekuensi nafas 6. Berikan oksigen kesulitan untuk bernafas
membaik (5) 7. Kolaborasi pemberian 4. Agar meminimalkan terjadinya
4. Suara nafas tambahan bronkodilator, ekspektoran, penyempitan jalan nafas dan
menurun (5) mukolitik mengurangi sesak dengan
mengatur posisi
5. Agar terhindar terjadinya
kesulitan bernafas karna adanya
lendir seperti sputum
6. Agar membantu klien dengan
mengurangi sesak tersebut
7. Obat tersebut membantu untuk
mengurangi sesak seperti asma,
lalu menggurangi lendir karna
sputum.
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakuakan asuhan 1) Monitor pola napas 1) Agar mengetahui kepatenan pola
gas berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 2) Monitor adanya sumbatan napas
ketidakseimbangan jam diharapkan gangguan napas 2) Agar menghindari terjadinya
ventilasi perfusi pertukaran gas dapat 3) Monitor sputum sumbatan napas
kembali efektif dengan 4) Posisikan semi-fowler atau 3) Agar menghindar terjadinya
kriteria hasil: fowler penumpukan sputum di jalan
1) Sekret menurun (5) 5) Monitor AGD nafas klien sehingga klien
2) Frekuensi nafas 6) Dokumentasi hasil kesulitan untuk bernafas
membaik (5) pemantauan 4) Agar meminimalkan terjadinya
penyempitan jalan nafas dan
mengurangi sesak dengan
mengatur posisi
5) Agar AGD dapat terpantau
6) Agar dapat mengetahui hasil dari
pemantauan
3. Penurunan kapasitas Setelah dilakuakan asuhan 1. Identifikasi penyebab 1. Agar mengidentifikasi apa yang
adaptif intrakranial keperawatan selama 1x7 peningkatan TIK (mis. lesi, menjadi penyebab terjadinya
berhubungan dengan jam diharapkan penurun gangguan metabolisme, edema peningkatan TIK
gangguan metabolisme kapasitas adaptif serebral).
intrakrnial dapat optimal 2. Monitor tanda/gejala peningkatan 2. Agar mengetahui tanda dan
dengan kriteria hasil: TIK (mis. tekanan darah gejala terjadinya peningkatan
1.Tingkat kesadaran meningkat, tekanan nadi melebar, TIK
meningkat (5) yaitu GCS bradikardia, pola napas ireguler,
15 dengan kesadaran kesadaran menurun)
Composmenthis 3. Monitor status pernapasan 3. Agar status pernapasan dapat
2.Fungsi Kognitif 4. Minimalkan stimulus dengan terpantau dengan baik
meningkat (5) menyediakan lingkungan yang 4. Agar klien dapat beristirahat
3.Tekanan darah membaik tenang dengan lingkungan yang tenang
(5) yaitu 120/80 mmHg 5. Berikan posisi semi Fowler
4.Tekanan intrakranial 6. Pertahankan suhu tubuh normal 5. Agar klien dapat merasa nyaman
membaik (5) 7. Kolaborasi pemberian diuretik dengan posisi yang dianjurkan
osmosis 6. Agar dapat mengantisipasi dari
perubahan suhu tubuh diatas
normal
7. Diuretik osmosis sangat
diperlukan karna digunakan
untuk membuang kelebihan
garam dan air dari dalam tubuh
melalui urine.
4. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kebutuhan alat bantu 1. Agar dengan adanya kebutuhan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 kebersihan diri, berpakaian, alat bantu kebersihan klien
kelemahan jam diharapkan perawatan berhias, dan makan dapat melakukan perawatan diri
diri klien dapat meningkat 2. Monitor tingkat kemandirian 2. Agar mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil: 3. Sediakan lingkungan yang kemandirian klien
1. Kemampuan melakuka terapeutik (mis. suasana hangat, 3. Agar dengan adanya lingkungan
perawatan diri rileks, privasi) yang nyaman klien dapat
meningkat (5) 4. Jadwalkan rutinitas perawatan menjaga kebersihan diri dengan
2. Lingkungan bersih diri baik
meningkat (5) 5. Dampingi dalam melakukan 4. Dengan adanya jadwal
perawatan diri sampai mandiri perawatan diri dapat dilakukan
6. Fasilitasi kemandirian, bantu jika dengan baik
tidak mampu melakukan 5. Agar dengan didampingi
perawatan diri keluarga maupun perawat, klien
7. Anjurkan melakukan perawatan dapat melalukan perawatan diri
diri secara konsisten sesuai secara mandiri
kemampuan 6. Agar klien memfasilitasi
kemandirian dalam perawatan
diri
7. Agar klien dapat konsisten
dalam melakukan perawatan diri
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Agar mengetahui tanda gejala
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 2. Pertahankan teknik aseptik infeksi
ketidakadekuatan jam diharapkan batuk 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Agar tetap terjaga
pertahanan tubuh darah klien berkurang 4. Ajarkan etika batuk kebersihannya
sekunder : leukopenia, dengan kriteria hasil: 5. Batasi jumlah pengunjung 3. Agar klien mengetahui tanda
penurunan hemoglobin 1. Batuk darah 6. Cuci tangan sebelum dan gejala infeksi
menurun (5) sesudah kontak dengan pasien 4. Agar pasien mengetahui etika
2. Kadar sel darah 7. Kolaborasi pemberian antibiotik batuk
putih/ WBC 5. Agar pasien dapat beristirahat
membaik (5) dengan tenang
6. Agar menghindari terkena
resiko penyakit tersebut
7. Untuk membantu mengurangi
infeksi tersebut
6. Hipertermia Setelah dilakuakan asuhan 1. Identifikasi penyebab 1. Mencari tahu penyebab
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 hipertermia 2. Pantau suhu tubuh
proses penyakit jam diharapkan pasien 2. Monitor suhu tubuh 3. Mencegah penyebab hipertermia
menunjukkan hipertermia 3. Monitor komplikasi akibat 4. Meminimalisir produksi panas
menurun dengan kriteria hipertermia 5. Berikan pasien kompres
hasil: 4. Sediakan lingkungan yang 6. Fasilitasi alat oksigen
1. Menggigil munurun dingin 7. Kerja sama untuk memberikan
(skor : 5) 5. Basahi atau kipas permukan cairan dan elektrolit
2. Suhu tubuh membaik tubuh
( skor : 5) 6. Berikan oksigen
3. Tanda-tanda vital 7. Kolaborasi pemberian cairan
membaik ( Skor : 5) dan elektrolit
CATATAN PERKEMBANGAN 1
Nama Pasien: Tn. A
Ruang Rawat : ICU
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat, 04 1. Memonitor pola napas S:-
Desember 2020 2. Memonitor sputum O: Dandung Setiadi
10.35 WIB 3. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik - Klien tampak lemas
Diagnosa 4. Memberikan oksigen - Klien masih tampak sesak
keperawatan 1 5. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, - Sekret masih belum berkurang
ekspektoran, mukolitik - Klien terpasang OPA (Oro-pharyngeal
Airway)
- Klien terpasang O2 NRM 10 lpm
- Dilakukan tidakan suction untuk
mengurangi sekret
- Dilakukan nebulizer untuk mengurangi
sesak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1-5
Jumat, 04 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. S : Pasien mengalami penurunan kesadaran
Desember 2020 lesi, gangguan metabolisme, edema serebral). O:
11.41 WI 2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. - Tingkat kesadaran menurun Dandung Setiadi
B tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, - Klien tampak lemah
Diagnosa bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran - Kesadaran sopor
keperawatan 3 menurun) - Reflek neurologis terganggu
3. Memonitor status pernapasan - Fungsi kognitif terganggu
4. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan - Disorientasi waktu, tempat dan orang
lingkungan yang tenang tidak dapat dikenali karna pasien
5. Memberikan posisi semi Fowler mengalami penurunan kesadaran
6. Mempertahankan suhu tubuh normal A : Masalah Belum Teratasi
7. Berkolaborasi pemberian diuretik osmosis P : Lanjutkan Intervensi 1-7
Jumat, 04 1. Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan S :-
Desember 2020 diri, berpakaian, berhias, dan makan O: Dandung Setiadi
12.30 WIB 2. Memonitor tingkat kemandirian - Klien tampak lemas
Diagnosa 3. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. - Klien tampak tidak dapat
keperawatan 4 suasana hangat, rileks, privasi) mengggerakkan tubuhnya
4. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri - Kesadaran sopor
5. Mendampingi dalam melakukan perawatan diri - Uji ekstremitas atas kanan 2 kiri 1,
sampai mandiri ekstremitas bawah kanan 2 kiri 1
6. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu - Klien tampak tidak rapi
melakukan perawatan diri - Skala aktivitas 5 tergantung secara total
7. Menganjurkan melakukan perawatan diri secara A: Masalah Belum Teratasi
konsisten sesuai kemampuan P : Lanjutkan Intervensi 1-7
Jumat, 04 1) Memonitor tanda dan gejala infeksi S :-
Desember 2020 2) Mempertahankan teknik aseptik O:
12.30 WIB 3) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Klien tampak lemas
Diagnosa 4) Mengajarkan etika batuk - Klien tampak pucat
keperawatan 5 5) Membatasi jumlah pengunjung - Hasil pemeriksaan lab tgl 03/12/2020: Dandung Setiadi
6) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak WBC : 16.73 (nilai normal 4,5-11,0),
dengan pasien PLT : 412 (nilai normal 150-400)
7) Berkolaborasi pemberian antibiotik - Kesadaran sopor
A: Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7
Jumat, 04 1) Mengobservasi suhu tubuh S :-
Desember 2020 2) Menyediakan lingkungan lingkungan yang dingin O: Dandung Setiadi
12.35 WIB 3) Membasahi atau kipas permukan tubuh - Klien tampak lemas
Diagnosa 4) Memberikan cairan oral - Klien tampak pucat
keperawatan 6 5) Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit - Akral teraba hangat
- Suhu tubuh klien belum kembali
normal yaitu S : 37,8oC.
A: Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1-5
Jumat, 04 1) Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang S :-
Desember 2020 nasogastrik O: Dandung Setiadi
12.40 WIB 2) Memonitor asupan makanan - Klien tampak lemah
Diagnosa 3) Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah - BB klien = 55kg
keperawatan 7 konstipasi - TB = 165cm
4) Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi - IMT = 20,22
protein - Klien terpasang NGT Klien diberikan
5) Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan diet saring melalui NGT yaitu susu
(mis. pereda nyeri, antiemetik). jika perlu A: Masalah Teratasi Sebagian
6) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan P : Lanjutkan Intervensi 1-6
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
48
CATATAN PERKEMBANGAN 2
Nama Pasien: Tn. A
Ruang Rawat : ICU
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Sabtu, 05 1. Memonitor pola napas S:-
Desember 2020 2. Memonitor sputum O: Dandung Setiadi
10.30 WIB 3. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik - Klien tampak lemas
Diagnosa 4. Memberikan oksigen - Klien masih tampak sesak
keperawatan 1 5. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, - Sekret berkurang
ekspektoran, mukolitik - Klien terpasang OPA (Oro-pharyngeal
Airway)
- Klien terpasang O2 NRM 10 lpm
- Dilakukan tidakan suction untuk
mengurangi sekret
- Dilakukan nebulizer untuk mengurangi
sesak
A : Masalah beum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-5
DISUSUN OLEH:
DANDUNG SETIADI
(2017.C.09a.0886)
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHANTUBERKOLOSIS
PARU (TB PARU)
I. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
sehingga menyebabkan gangguan pada paru–paru. TBC ditularkan lewat batuk
dan dahak.
II. Penyebab
Tuberkulosis disebabkan oleh basil TB (Mycobacterium tuberculosis
humanis) yang termasuk famili Mycobacteriaceae yang mempunyai beberapa
genus, satu diantaranya adalah Mycobacterium, salah satu spesiesnya adalah
Mycobacterium Tuberculosis. Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga
tahan asam, sifat ini dimanfaaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnai secara
khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut BTA (Basil Tahan Asam). Basil TB
sangat rentan terhadap sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan
mati karena gelombang cahaya ultraviolet. Basil TB juga rentan terhadap
panas/basah, sehingga dalam 2 menit Basil TB yang ada di lingkungan basah akan
mati bila terkena air dalam suhu 100°C. Basil TB juga akan terbunuh dalam
beberapa menit bila terkena alkohol 70 % atau lisol 5%.
III. Tanda dan Gejala
1. Gejala sistemik (umum)
a. Demam
Salah satu keluhan utama penderita TB paru adalah demam seperti gejala
influenza. Biasanya demam dirasakan pada malam hari disertai dengan keringat
malam, kadang-kadang suhu badan mencapai 40°- 41°C. Serangan seperti
influenza ini bersifat hilang timbul, dimana ada masa pulih diikuti dengan
serangan berikutnya setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan (dikatakan sebagai
multiplikasi 3 bulan).
b. Gejala yang tidakspesifik
Dapat ditemukan rasa tidak enak badan (malaise), nafsu makan berkurang
yang menyebabkan penurunan berat badan, sakit kepala dan badan pegal-pegal.
Pada wanita kadang-kadang dapat dijumpai gangguan siklus haid.
2. Gejalarespiratorik (paru)
1) Batuk
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
5) Malaise
IV. Penularan
Sumber utama penularan penyakit ini adalah sputum (dahak). Batuk dan
meludah akan menyebabkan kuman tuberkulosis menular pada orang lain lewat
udara. Penderita TBC ketika batuk, bersin, atau berbicara, akan memercikkan
kuman TBC atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan kuman TBC
hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TBC (penularan melalui udara).
Keluarga yang tinggal dekat penderita memiliki kemungkinan lebih banyak untuk
tertular. Bayi dari ibu yang terinfeksi tuberkulosis berisiko tinggi untuk terserang,
oleh sebab itu penderita harus dilatih untuk menutup mulutnya dan menghadapkan
wajah ke arah lain saat batuk.
V. Pengobatan
Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan
menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah
pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk
menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
Prinsip pengobatan TB Paru :
1) Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid,
Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis
tepat selama 6 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat
dibunuh.
2) Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,
sebaiknya pada saat perut kosong.
3) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB
Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
4) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten sehingga mencegah terjadi kekambuhan.
VI. Pencegahan Tuberkolosis
1. Mencegah dengan menjalankan pola hidup sehat dengan cara:
a. Makan bergizi seimbang
b. Istirahat cukup dan jangan tidur larutmalam
c. Tidakmerokok (pasifatauaktif)
d. Menjemur kasur atau alas tidur teratur agar tidak lembab
e. Membuka jendela rumah waktu pagi hari sampai sore hari
2. Mencegahpenularan pada pasien TBC dengancara :
a. Bilabatuktutupmulut agar keluarga dan orangsekitartidaktertular
b. Jangan meludah di sembarang tempat.
c. Meludah dengan menggunakan tempolong atau kaleng yang tertutup dan
diisi air sabun atau Lysol untuk menampung dahak.
d. Membuang tampungan dahak ke lubang WC atau timbun di tempat yang
jauh dari keramaian.
3. Mencegah TB pada anakdengancara :
a. Mencegah kontak antara anak dengan penderita TB yang menular
b. Memberikan gizi yang cukup (terutama protein dan Fe yang cukup)
c. Vaksinasi BCG sebagai perlindungan bagi anak terhadap TB primer serta
komplikasi-komplikasinya dengan syarat bahwa vaksinnya baik,
penyimpanan dan handling-nya baik, teknik penyuntikannya baik dan
anak yang bersangkutan mempunyai respons imun seluler yang baik
pula. (WHO, 1980).
VIII. Bagaimana Diet Yang Tepat?
a. Tinggi protein (daging, susu, keju, telur).
b. Karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan.
u
Apakah itu Tubekulosis ? Gejala TBC menurut Trias
TUBERKULOSI suatu penyakit infeksi yang
TB yaitu:
S disebabkan oleh bakteri sehingga
menyebabkan gangguan pada paru– Batuk selama 2 minggu
paru.
Apa Penyebabnya ?
Berat badan menurun
Kuman
Mycobacterium Tuberculosa
Oleh :
Dandung Setiadi
Instrumen Penelitian
Instrumen seperti kuesioner dan rekam medik digunakan dalam
pengambilan data dari responden. Kuesioner digunakan untuk
mendapatkan informasi dari subjek penelitian, dilakukan
denganwawancara. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data,
kuesioner tersebut terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
realibilitas pada variabel pengetahuan, peran PMO dan motivasi. Hasil (56,3%)dan tidak bekerja sebanyak 14 responden
data dari rekam medik RSUD dr. Doris Sylvanus untuk mengetahui
jumlah populasi penderita TB paru yang telah berhasil dalam (43,8%).
pengobatan.
Prosedur Penelitian
5
25
0 Laki-Perempuan
20
15
10
Berhasil Tidak
berhasil
III. Hasil Penelitian Berdasarkan tabel di atas menunjukkan dari dari 24 responden
laki-laki, 20 responden (83,3%) berhasil, dan 4 responden (16,7%) tidak
Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang berhasil dan dari 8 responden perempuan , 6 responden (75%)berhasil
terdiri dari penderita berusia 15-65 tahun pada periode penelitian dan 2 responden (25%) tidak berhasil.
tersebut yang merupakan kasus baru dan sedang mengikuti pengobatan
di poli paru RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Adapun distribusi Uji statistik selanjutnya dengan menggunakan Fisher’s Exact
karakteristik responden sebagai berikut: Testdengan taraf signifikansi 0,05 dan didapatkan p value sebesar
0,625. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan keberhasilan pengobatan TB paru.
Tabel 1. Karakteristik Responden Tabel 3. Hubungan Umur dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru Di
Poli Klinik Paru RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Periode
Persentase Triwulan I 2018
No Karakteristik Jumlah
(%)
SD-SMP SMA-Perguruan
1. Jenis kelamin : Laki-laki Tinggi
Perempuan
2. Usia : 24 75,0%
4. Pekerjaan :
15-45 >45 8 25,0%
3. Pendidikan : 17 53,1
%
46,9
15 %
9 28,1%
23 71,9%
20
15
10
Berhasil
5 Tidak
berhasil
0
15-45 >45
tahun tahun
794
Tidak
Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Triwulan I 2018 0 berhasil
SD- SMA-
20 SMP PT
15
bekerjatidak bekerja
25
20
15 berhasil
10 tidak berhasil
baik kurang
0
Uji statistik selanjutnya dengan menggunakan Fisher’s Exact Test
dengan taraf signifikansi 0,05 dan didapatkan p value sebesar 0,015. ya tidak
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan keberhasilan pengobatan TB paru.
Tabel 7. Hubungan Peran PMO dengan Keberhasilan Pengobatan TB Berdasarkan tabel di atas menunjukkan dari 30 responden
Paru Di Poli Klinik Paru RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan peran PMO, 26 responden (86,7%) berhasil dan 4 responden
Periode Triwulan I 2018 (13,3%) tidak berhasil dan dari 2 responden tanpa peran PMO, 0
responden (0%) berhasil, dan 2 responden (100%) tidak berhasil.
30
Uji statistik selanjutnya dengan menggunakan Fisher’s Exact Test
dengan taraf signifikansi 0,05 dan didapatkan p value sebesar 0,030.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Peran PMO
25
dengan keberhasilan pengobatan TB paru
20
Tabel 8. Hubungan Motivasi Pasien dengan Keberhasilan Pengobatan
TB Paru Di Poli Klinik Paru RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Periode Triwulan I 2018
15 berhasil
10 tidak berhasil
795
tinggi rendah
30
15 berhasil
Uji statistik selanjutnya dengan menggunakan Fisher’s Exact
Test dengan taraf signifikansi 0,05 dan didapatkan p value sebesar
0,030. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
motivasi pasien dengan keberhasilan pengobatan TB paru.
10 tidak berhasil
Tabel 9. Hubungan Motivasi keluarga dengan Keberhasilan
Pengobatan TB Paru Di Poli Klinik Paru RSUD dr. Doris Sylvanus
5 Palangka Raya Periode Triwulan I 2018
0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan dari 30 responden
dengan motivasi keluarga 26 responden dengan motivasi yang tinggi
(86,7%) berhasil dan 4 responden (13,3%) tidak berhasil dan dari 2
responden dengan motivasi yang rendah 0 responden (0%) berhasil, dan
2 responden (100%) tidak berhasil.
30
Uji statistik selanjutnya dengan menggunakan Fisher’s Exact Test
25 dengan taraf signifikansi 0,05 dan didapatkan p value sebesar 0,030.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi
keluarga dengan keberhasilan pengobatan TB paru.
20
10 Tidak Berhasil
TinggiRendah
tinggi (86,2%) berhasil dan 4 responden (13,8%) tidak berhasil, dan
dari 3 responden dengan motivasi yang rendah 1 responden (33,3%)
berhasil, dan 2 responden (66,7%) tidak berhasil.
30
Uji statistik selanjutnya dengan menggunakan Fisher’s Exact
Testdengan taraf signifikansi 0,05 dan didapatkan p value sebesar
25 0,083. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
motivasi petugas kesehatan dengan keberhasilan pengobatan TB paru.
20
796
(66,7%) .36 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian tersebut di mana 26
responden (86,7%) dengan adanya peran PMO dinyatakan berhasil,
dalammengkonsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) serta memeriksa sedangkan 0 responden (0%) tanpa adanya peran PMO dinyatakan
dahak ke10 pelayanan kesehatan. Responden yang kurang mengetahui berhasil. Selain peran PMO motivasi pasien juga memiliki hubungan
masalah tuberkulosis paru mempunyai risiko 1,3 kali lebih besar untuk yang signifikan terhadap pengobatan TB paru (p=0,03).
tidak memanfaatkan pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas
dibanding dengan mereka yang mengetahui masalah tuberkulosis
paru.22Selain pengetahuan faktor yang lain adalah peran PMO. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar motivasi pasien
TB Paru yang berhasil pengobatan memiliki motivasi tinggi. Selain
motivasi pasien juga dari motivasi keluarga menunjukan adanya
Berdasarkan hasil penelitian antara peran PMO dengan keberhasilan pengaruh yang signifikan (p=0,03). Keluarga berperan penting dalam
pengobatan TB paru didapatkan hubungan yang signifikan (p=0,03). penentuan keputusan untuk mencari dan mematuhi pengobatan.
Pasien TB paru yang berhasil pengobatan adalah mereka yang telah Keluarga juga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
mendapatkan peran PMO.Peran PMO sangat penting dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu seperti memberi
keberhasilan pengobatan pasien. Menurut hasil penelitian yang dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota
dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang, menemukan bahwa peran keluarga yang sakit.32
PMO secara baik mendapatkan hasil keberhasilan pengobatan pada 18
pasien (100%) dibandingkan pasien yang mendapat dukungan PMO
secara tidak baik dengan keberhasilan pengobatan hanya 8 pasien
Dalam hal ini keluarga memberikan dukungan seperti mengingatkan
untuk kontrol, minum obat secara teratur dan memperhatikan keluhan
pasien. Oleh karena itu motivasi dari keluarga sangat berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
terhadap keberhasilan pengobatan pasien. Selain itu keluarga juga
memberikan motivasi seperti dukungan moril maupun materi,
1.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan
memberikan semangat dan pengertian kepada pasien agar pasien tetap
dasar tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
teratur minum OAT dan berobat ke pelayanan masyarakat. Seperti
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013
halnya dari penelitian yang dilakukan disemarang, bahwa sebagian
besar responden yang teratur berobat adalah pasien yang telah 2.Global tuberculosis control. WHO global tuberculosis control,
mendapat motivasi dari keluarganta tinggi sebanyak 16 pasien (80%) 2015. Diakses pada
dibanding pasien yang tidak teratur berobat hanya 4 pasien (20%)
mendapat motivasi dari keluarga rendah.34 tanggal: 19April 2018 melalui http://www.WHO.inst
KESIMPULAN
3.Data dan informasi kesehatan profil kesehatan Indonesia. 2016;3
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa: 4.Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Profil Kesehatan Kota
Palangka Raya, Palangka Raya : Dinas Kesehatan Kota
1.Dari 32 penderita TB paru yang berhasil melaksanakan Palangka Raya, 2016
pengobatan TB paru berjumlah 26 (81,25%) orang sedangkan
yang tidak berhasil melaksanakan pengobatan 6 (18,75%) orang. 5.Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Palangka Raya : Dinas
Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, peran Kesehatan Kota Palangka Raya. 2017
PMO, motivasi pasien dan motivasi keluarga.
6.Citra, Dewi. Gambaran Keberhasilan Pengobatan pada Pasien
Tuberkulosis Paru BTA
2.Ada beberapa variabel yang menunjukan hubungan yang
signifikan dari faktor-faktor yang memperngaruhi keberhasilan ( Di Wilayah Kecamatan Ciputat, Kota Tanggerang
pengobatan TB paru dan ada pula yang tidak signifikan. Faktor- Selatan Tahun 2015. Jakarta:
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB paru di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.2017
poli klinik RSUD dr. Doris Sylvanus periode Triwulan I antara
lain pengetahuan, peran PMO, motivasi pasien dan motivasi
keluarga.
7.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Jakarta : 13. Jawetz, Melnick, and Adfcerg..
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Mikrobiologi
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. nd ed.
2014 Kedokteran. 23 Jakarta:Erlangga.
8.KementerianKesehatan Republik 2013:325
Indonesia.PedomanPenanggulanganTuberkulosi s.. Jakarta:
Depkes RI. 2014
14. Departemen Kesehatan. Pedoman Nasional Pengendalian
9. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI. 2014;18-20
kesehatan RI. Laporan nasional riset
kesehatan dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2014 15. Sudoyo A.W., Bambang S., Idrus A., Marcellus S. K., Siti S.
(eds). Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta:Pusat
10. Kementrian Kesehatan Republik
Penerbitan Departemen PenyakitDalamUniversitas Indonesia.
2014:867-68
Indonesia.www,kemenkes.go.id.dipublikasi25A pril 2017.
11. Sudoyo A.W., Bambang S., Idrus A., 16. TB Care 1. International Standard for Tuberculosis Care, Edition 3. The
Marcellus S. K., Siti S. (eds). Tuberkulosis Hague, 2014;9
Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta:Pusat 17. Departemen Kesehatan. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI. 2014;20-6
Penerbitan Departemen PenyakitDalamUniversitas Indonesia.
2014:864-65. 18. PerhimpunanDokterParuIndonesia.