Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE


HEMORAGIK DIRUANG ICU RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh:
Nama : Istiyani Lotinia Lilit
Nim : 2017.C.09a.0892

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Istiyani Lotina Lilit
NIM : 2017.C.09a.0892
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.A Dengan Diagnosa Medis Stroke Hemoragik Diruang ICU
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Nia Pristina, S.Kep.,Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yangberjudul ―Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A
Dengan Diagnosa Medis Stroke Hemoragik Diruang ICU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya‖
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners Selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian
asuhan keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada keluarga Tn.A yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai
kelolaan dalam asuhan keperawatan.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit Kejang Demam.....................................................................4
1.1.1 Definisi....................................................................................................4
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi..............................................................................4
1.1.3 Etiologi....................................................................................................6
1.1.4 Klasifikasi................................................................................................6
1.1.5 Patofisiologi.............................................................................................7
1.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................10
1.1.7 Komplikasi.............................................................................................10
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................10
1.1.9 Manifestasi Klinis..................................................................................11
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan...................................................................13
1.2.1 Pengkajian.............................................................................................13
1.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................14
1.2.3 Intervensi...............................................................................................16
1.2.4 Implementasi.........................................................................................18
1.2.5 Evaluasi.................................................................................................18
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Anamnesa........................................................................................................19
2.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................20
2.3 Analisa Data....................................................................................................24
2.4 Prioritas Masalah.............................................................................................26
2.5 Rencana Keperawatan.....................................................................................27
2.6 Implentasi dan Evaluasi..................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit Kejang Demam


1.1.1 Definisi
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2019).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Jadi stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya.

1.1.2 Anatomi dan Fisiologi


1.1.2.1 Otak

Gambar 1. Anatomi otak


Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100

1
2

triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-
gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Serebelum
terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,serta mengubah tonus dan
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal
yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi
lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus
berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom
perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
3

1.1.2.2 Nervus Cranialis


1) Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
2) Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
3) Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata)
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot
siliaris dan otot iris.
4) Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang
pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
5) Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah
cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan
saraf otak besar, sarafnya yaitu:
1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian
depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir
atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3) Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
6) Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf
penggoyang sisi mata.
7) Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya
mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam
saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk
4

wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk


menghantarkan rasa pengecap.
8) Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari
pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf
pendengar.
9) Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan
lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf
motorik, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus,
gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
11) Nervus asesorius
araf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus
trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf
ini terdapat di dalam sumsum penyambung.
1.1.2.3 Sirkulasi darah otak

Gambar 2. Anatomi Pembuluh Darah Otak


5

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi


oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga
kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willisi Arteri karotis interna dan eksterna bercabang
dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis
interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma
optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior
memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan
putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk
lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang
sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi
perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk
arteri basilaris, terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini
bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-
cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. Darah
di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak
mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus,
melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.

1.1.3 Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intracranial
dengan gejala peningkatan tekana darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan
180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan
pernafasan mengorok.
6

Penyebab stroke hemoragik, yaitu :


1) Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
2) Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
3) Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari: Hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak
atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke
otak . Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :
1) Hemoragi obstrudural
2) Hemoragi subdural
3) Hemoragi subakhranoid
4) Hemoragi intraserebral
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung
iskemik :
1) Usia
2) Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita
post monophous sama resiko dengan pria
3) Hipertensi
4) DM
5) Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6) Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain hiperfibrinogenia
7) Keturunan
8) Hipovolemia dan syook

1.1.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1) Stroke Iskemik.
a. Trancient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2) Stroke
Hemoragik
7

a. Perdarahan intra serebral


b. Perdarahan subarahnoid
2. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu :
a. Transcient Ischemic Attack (TIA)
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c. Stroke in evolution atau progressing stroke
d. Completed stroke
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah :
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro-basilar
4. Berdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi otak,
Bamford dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe :
a. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
b. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
c. Posterior Circulation Infarct (POCI)
d. Lacunar Infarct (LACI)

1.1.5 Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan
tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya
hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-
kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam
parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya
bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri
di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan
8

sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan
mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami
nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga
terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan
diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi.
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.
Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat
lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya
perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan,
berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari.
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher
bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang. 90%
menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan besar dan
atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam
waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke
system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau
mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital.
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri
masih dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata.
Sedangkan adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah
dapat mengakibatkan kematian. Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang
pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 % mempunyai lebih dari satu
aneurisma.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan
9

otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan.
Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark
di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi
kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit
pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau
robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi
akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah,
gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan
ruptur vaskular dalam jaringan otak
WOC STROKE HEMORAGIK
10
Hipertensi

Pengurangan
jaringan
sitemik
Aneurisma

Stroke Hemoragik

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Reflek menelan Perfusi jaringan Peningkatan Penurunan otot- Defisit motorik


Penekanan Suplai darah ke Penurunan Konfusi Gangguan aliran darah dan oksigen menurun
serebral otot sfingter penurun
saluran jaringan
inadekuat spasme arteri kerusakan kontrol an
Penumpuk Iskemik Hemisfer
an Kontrol sfingter alvi Reflek serebral
Peningkatan menghilang menelan
MK : Fungsi otak menurun
MK : Bersihan jalan Penurunan Paraparese
nafas tidak efektif Otak MK : Anoreksia
Kapasitas
herniasi : Gangguan
Adaptif MK :
MK :
Suplai Defisit - Gangguan integritas kulit
darah Jaringan
- Gangguan mobilitas fisik
Metabolisme anaerob ( laktat Edem MK : Risiko perfusi - Defisit perawatan diri
+ (ATP (2) + CO2 + Air a serebral tidak efektif
Sumber : Suzanne C Smeltzer&Brenda G
Bare 2001. Depkes, 1996. Nanda 2005-2006, Mutaqqin 2009
1

1.1.6 Manifestasi Klinis


1) Kehilangan motorik
a. Hemiplegis, hemiparesis.
b. Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda
(gambaran lklinis awal ).
2) Kehilangan komunikasi
a. Disartria
b. Difagia
c. Afagia
d. Afraksia
3) Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)
b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada
pasien hemiplagia kiri)
c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk dengan
piosepsi, kesulitan dalam mengatur stimulus visual, taktil dan auditori.
4) Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
a. Kerusakan lobus frontal : kapasitas belajar memori, atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan
disfungsi tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas,
kesulitan dalam komperhensi, cepat lupa dan kurang komperhensi.
b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5) Disfungsi kandung kemih :
a. Inkontinansia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan
Kerusakan neurologisekstensif)
1

1.1.7 Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan :
1) Infark Serebri
2) Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3) Fistula caroticocavernosum
4) Epistaksis
5) Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan
serebrospinal, analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
3. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
( masalah sistem arteri karotis ).
4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
5. MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik ).
6. EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
7. Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral ; klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan penderita dengan stroke hemoragik adalah sebagai berikut :
1) Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring apabila
muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
13

2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila


perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan.
3) Tanda – tanda vital diusahakan stabil.
4) Bed rest.
5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.
6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu kateterisasi.
8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonok.
9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction berlebih
yang dapat meningkatkan TIK.
10) Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. apabila
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT.
11) Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat
neuroprotektor, antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic,
antihipertensi, dan tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang
tinggi.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assesment.
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
1

3. Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsif,
dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat
antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Riwayat psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada
dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecemasan, rasa cemas, rasa tidakmampuan untuk melakukan aktivitas
1

secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
menunjukkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan stres, klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spritual karena
tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.
7. Pengkajian Primer
1. Airway
Look : klien tidak berbicara, tidak sadarkan diri, tidak terdapat tanda-
tanda cedera servikal.
Listen : jalan napas klien terdengar bunyi gurgling dan
snoring. Feel : napas klien masih dapat dirasakan.
2. Breathing
Inspeksi : RR 19 kali/menit, regular, I:E=1:2, tidak terdapat ada retraksi
dinding dada saat klien bernapas, pengembangan dada normal,
simetris antara dada kanan dan kiri.
Palpasi : taktil fremitus tidak dapat dikaji karena penurunan kesadaran.
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : terdengar bunyi napas ronkhi basah dan halus pada kedua apeks
paru dan vesikuler pada lapang paru bagian basal.
3. Circulation
Frekuensi nadi klien 90 kali/menit, regular dan kuat, capillary refill < 2 detik
pada ekstremitas atas dan 3 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat,
SpO2 99% (dengan bantuan O2 nasal kanul 4 lpm), tidak ada sianosis, tidak
terdapat diaphoresis, tekanan darah klien 230/100 mmHg.
4. Disability
a) GCS klien 5 (E1M3V1), tingkat kesadaran koma.
b) Pupil anisokor  5 mm/3 mm.
1

5. Exposure
a) Suhu tubuh klien 36,7oC
b) Terdapat jejas pada kepala bagian oksipital sinistra dengan diameter 3 cm.
c) Terdapat luka VE pada jari-jari kaki kanan.
6. Foley catheter
a) Tidak terdapat perdarahan pada OUE, tidak terdapat hematom pada daerah
genetalia, vesika urinaria teraba penuh.
7. Gastric tube
a) Abdomen terlihat cekung, tidak terdapat distensi abdomen, bising usus 7
x/menit.
8. Heart monitoring/monitor EKG
Terdapat gambaran EKG 3 lead: sinus takikardi dengan HR 112 x/menit.
8. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda –
tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
a. B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan inspeksi
pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
b. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg.
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
1

aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3


(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang
atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan
teknik steril. Inkontinesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f. B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi,
serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
2) Pengkajian tingkat kesadaran
Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupor, dan semikomantosa.
3) Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
1

4) Pengkajian saraf kranial


Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
5) Pengkajian sistem motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
6) Pengkajian refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologi akan muncul kembali di dahului dengan
refleks patologis.
7) Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Penurunan kapasitas adaptif intrakarnial berhubungan peningkatan
tekanan intracranial. (SDKI D.0066)
2) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial (SDKI
D.0017)
3) Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan
menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi (SDKI D.0001)
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular (SDKI D.0054)
5) Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi (SDKI D.0040)
6) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan tirah baring
lama (SDKI D.0129)
7) Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori (SDKI D.0085)
8) Difisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan (SDKI D.0019)
9) Defisit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
(SDKI D.0109)
1

10) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol


otot facial atau oral (SDKI D.0119)
1

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Penurunan kapasitas adaptif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen peningkatan tekanan intrakarnial I.06194 hal.205
intrakarnial berhubungan peningkatan selama 1x 7 jam, diharapkan Penurunan Observasi
tekanan intracranial. (SDKI D.0066) kapasitas adaptif intrakarnial stabil. 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.lesi,gangguan
Kriteria Hasil : metabolisme,edema serebral)
SLKI L.0649 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah miningkat,
1. Fungsi kognitif : (5) tekanan nadi melabar,bradikardia,pola napas ireguler,kesadaran menurun)
2. Gelisah : (1) 3. Monitor MAP (mean Arterial Pressure)
3. Tekanan nadi : (5) 4. Monitor CVP ( Sentral Venous Pressure), jika perlu
4. Pola napas : (5) 5. Monitor PAWP, jika perlu
5. Respon pupil : (5) 6. Monitor PAP, jika perlu
6. Tekanan intrakranial : (5) 7. Monitor ICP (Intra Carnial Pressure), jika tersedia
8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
9. Monitor gelombang ICP
10. Monitor status pernapasan
11. Monitor intake dan output cairan
12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis.warna,konsistensi)
Terapeutik
1. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsa, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
2

Kolaborasi pemberian pelunan tinja, jika perlu


Risiko perfusi serebral tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial I.06194 hal.205
berhubungan dengan gangguan aliran selama 1x 7 jam, diharapkan Perfusi Observasi
darah sekunder akibat peningkatan jaringan otak dapat tercapai secara optimal. 1. Idintifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme,
tekanan intracranial (SDKI D.0017) Kriteria hasil : edema serebral).
SLKI L.0201 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat,
1. Kognitif : (5) tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran
2. Gelisah : (1) menurun)
3. Kecemasan : (1) 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
4. Demam : (1) 4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
5. Kesadaran : (5) 5. Monitor PAWP, jika perlu
6. Nilai rata-rata tekanan darah : (5) 6. Monitor PAP, jika perlu
7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
9. Monitor gelombang ICP
10. Monitor status pernapasan
11. Monitor intake dan output cairan
12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis.warna,konsistensi)
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Petahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
21

3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu


Bersihan jalan napas tidak efektif yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan Batuk Efektif I.01006 hal.142
berhubungan dengan menurunnya selama 1x7 jam Jalan nafas tetap efektif. Observasi
refleks batuk dan menelan, imobilisasi Kriteria hasil : 1. Identifikasi kemampuan batuk
(SDKI D.0001) SLKI L.01001 2. Monitor adanya retensi sputum
1. Batuk efektif : (5) 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
2. Produksi sputum : (1) 4. Monitor input dan output cairan
3. Gelisah : (1) Terapeutik
4. Frekuensi napas : (5) 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
5. Pola napas : (5) 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,di tahan selama
2 detik,kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x 7 Dukungan Ambulasi I.06171 hal.22
dengan kerusakan neuromuscular jam diharapkan mobilisasi klien Observasi
(SDKI D.0054) mengalami peningkatan. 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
Kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
SLKI L.05042 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
1. Pergerakan ekstermitas : (5) 4. Monitor kondisi umum selama melakukkan ambulasi
2. Kekuatan otot : (5) Terapeutik
3. Rentang gerak ROM : (5) 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
4. Kecemasan : (1) 2. Fasilitasi melakukkan mobilisasi fisik, jika perlu
22

5. Kaku sendi : (1) 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
6. Gerakan terbatas : (1) Edukasi
7. Kelemahan fisik : (1) 3. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
4. Anjurkan melakukkan ambulasi dini
5. Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukkan (mis.berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi
Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan Diri: BAK/BAB I.11349 hal.37
(incontinensia urin) yang berhubungan selama 1x7 jam Klien mampu mengontrol Observasi
dengan penurunan sensasi, disfungsi eliminasi urinnya. 1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
kognitif, ketidakmampuan untuk Kriteria hasil : 2. Monitor integritas kulit pasien
berkomunikasi (SDKI D.0040) SLKI L.04034 L.04034 Terapeutik
1. Sensasi berkemih : (5) 1. Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
2. Desakan berkemih : (1) 2. Dukungan penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
3. Frekuensi BAK : (5) 3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Karakter urine : (1) 4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi jika perlu
5. Bersikan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
6. Latih Bak/BAB sesuai jadwal, jika perlu
7. Sediakan alat bantu
Edukasi
1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas Kulit I.02075 hal.316
berhubungan dengan tirah baring lama selama 1x7 jam Klien mampu Observasi
(SDKI D.0129) mempertahankan keutuhan kulit 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : Terapeutik
SLKI L.14125 1. Ubah posisi tiap 2 jam jka tirah baring
1. Elastisitas : (5) 2. Lakukkan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
2. Perfusi jaringan : (5) 3. Bersihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
3. Kerusakan jaringan : (1) 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
2

4. Kerusakan lapisan kulit : (1) 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
5. Nyeri : (1) 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
6. Kemerahan : (1) Edukasi
7. Jaringan parut : (1) 1. Anjurkan menggunakan pelembab
8. Nekrosis : (1) 2. Anjurkan minum air yang cukup
9. Suhu kulit : (1) 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
10. Pertumbuhan rambut : (5) 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

Gangguan persepsi sensori : perabaan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen halusinasi I.09288 hal.178
yang berhubungan dengan penekanan selama 1x7 jam diharapkan Meningkatnya Observasi
pada saraf sensori (SDKI D.0085) persepsi sensorik secara optimal. 1. Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
Kriteria hasil : 2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulus lingkungan
SLKI L.09083 3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membehayakan diri)
1. Verbalisasi mendengar bisikan : (1) Terapeutik
2. Vebalisasi melihat bayangan : (1) 1. Pertahankan lingkungan yang aman
3. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 2. Lakukkan tindakan keselamatanketika tidak dapat mengontrol perilaku
indra perabaan : (1) 3. Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
4. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 4. Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
indra penciuman : (1) Edukasi
5. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 1. Anjurkan monitor sendiri situasi terjadinya halusinansi
indra perabaan : (1) 2. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
6. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui umpan balik korektif terhadap halusinasi
indra pengecapan : (1) 3. Anjurkan melakukkan distraksi
7. Perilaku halusinasi : (1) 4. Anjurkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
8. Orientasi : (5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu
2

Difisit nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi I.03119 hal.200
tubuh berhubungan dengan selama 1x7 jam tidak terjadi gangguan Observasi
ketidakmampuan menelan (SDKI nutrisi. 1. Identifikasi status nutrisi
D.0019) Kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
SLKI L.03030 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Porsi makanan yang dihabiskan : (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
2. Kekuatan otot pengunyah : (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Kekuatan otot menelan : (5) 6. Monitor asupan makanan
4. Verbalisasi keinginan untuk 7. Monitor BB
meningkatkan nutrisi : (5) 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
5. Pengetahuan tentang pilihan makanan Terpeutik
yang sehat : (5) 1. lakukkan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
6. Pengetahuan tentang pilihan minuman 2. fasilitasi memerlukan pedoman diet
yang sehat : (5) 3. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
7. Nafsu makan : (5) 4. berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
8. Frekuensi makan : (5) 5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
9. Bising usus : (5) 6. berikan suplemen makanan, jika perlu
7. hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
23
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menuntukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2
5

Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan Diri I.11348 hal.36
dengan hemiparese/hemiplegi (SDKI selama 1x7 jam Kebutuhan perawatan diri Observasi
D.0109) klien terpenuhi. 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Kriteria hasil : 2. Monitor tingkat kemandirian
SLKI L.11103 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
1. Kemampuan mandi : (5) makan
2. Kemampuan mengenakan pakaian (5) Terapeutik
3. Kemampuan makan : (5) 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) : (5) 2. Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
5. Verbalisasi keinginan melakukkan 3. Dampingi dalam melakkukan perawatan diri sampai mandiri
perawatan diri : (5) 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
6. Minat melakukkan perawatan diri : (5) 5. Fasilittasi kemandirian, bantu jika mampu melakukkan perawatan diri
7. Mempertahankan kebersihan diri : (5) 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
8. Mempertahankan kebersihan mulut : (5) Edukasi
1. Anjurkan melakukkan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

Gangguan komunikasi verbal Setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi Komunikasi: Defisit Bicara I.13492 hal.373
berhubungan dengan kehilangan selama 1x 7 jam diharapkan kerusakan Observasi
kontrol otot facial atau oral (SDKI komunikasi verbal klien dapat teratasi.
D.0119) Kriteria hasil : 1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara.
SLKI L.13118 2. Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan
1. Kemampuan berbicara : (5). bicara (mis. Memori, pendengaran, dan bahasa)
2. Kemampuan mendengar : (5) 3. Monitor frustasi, marah, depresi ata hal lain yang mengganggu bicara.
3. Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh : (5) 4. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi.
4. Kontak mata : (5) Terapeutik
5. Respons perilaku : (5) 1. Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. Menulis, mata berkedip,
6. Pemahaman komunikasi : (5) papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan
komputer)
2. Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. Berdiri didepan
pasien, dengarkan dengan seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran
2
6

sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan,


gunakan komunikasi tertulis, atau meminta bantuan keluar2g4a untuk
memahami ucapan pasien)
3. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan.
4. Ulangi apa yang disampaikan pasien.
5. Berikan dukungan psikologis
6. Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Anjurkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
27

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi
dan analisa masalah selanjutnya.
2

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Berrdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21 September 2020 dan jam pengkajian
21.00 WIB didapatkan hasil :

2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal pada tanggal 21 September 2020 dan jam
pengkajian 21.00 WIB pada Tn.A , jenis kelamin Laki-laki, berusia 53 Tahun, suku
Dayak/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan swasta, pendidikan SD, status kawin,
alamat Tumbang talaken. Masuk Rumah Sakit dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada
tanggal 21 September 2020 dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik.

2.1.2 Riwayat Kesehatan


2.1.2.1 Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
2.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 19 September 2020 Tn.A demam, kemudian dibawa berobat ke
dokter umum dan dikatakan ISK.Pada tanggal 21 September 2020 pukul 18.00
WIB Tn.A tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi
ngorok. Sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak
ada kejang sebelumnya. Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Pratama
Tumbang Talaken pukul 19.15 WIB. Kemudian dari Rumah Sakit Pratama
Tumbang Talaken Tn.A dirujuk ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya pukul 21.00 WIB. Klien datang di IGD RSUD dr.Doris Sylvanus dalam
keadaan tidak sadar dengan GCS E1M2V1. Kemudian klien dirujuk ke ruang
ICU untuk mendapatkan perawatan intensif dengan ventilator. Saat pengkajian
di ICU klien soporokoma dengan GCS E1M2VET, terpasang Ventilator dengan
mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487, RR 38x/menit. Vital Sign : TD
140/90 mmHg, Nadi 160x/menit, Suhu : 38,5⁰C, dan SaO2 100%. Kondisi pupil
keduanya miosis, reflek cahaya +/- . Ada akumulasi secret di mulut dan di selang
ET, tidak terpasang mayo dan lidah tidak turun. Terdapat retraksi otot interkosta

28
2

dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan. CRT < 3
detik. Di ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam,
Ranitidin /12 jam, dan infuse RL 20 tpm.Tentukan Asuhan Keperawatan pada
Tn.A Dengan Diagnosa Medis Stroke Haemoragik.
2.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mempunyai riwayat hipertensi kurang dari satu tahun.
2.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada ibu atau bapak pasien menderita penyakit
DM,Hipertensi,Jantung dan lain-lain.

GENOGRAM KELUARGA :

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


2.1.3.1 Keadaan Umum
Kesadaran pasien soporokoma dengan GCS E1M2VET, terpasang Ventilator
dengan mode SIM V, terpasang NGT,terpasang ET tidak terpasang mayo dan
lidah tidak turun, terpasang infus RL 20 tpm ditangan sebelah kanan,dan Pasien
terpasang kateter.
2.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran soporokoma dengan GCS E1M2VET, ekspresi wajah datar,
bentuk badan kurus, posisi pasien supinasi,pasien tidak belum bisa berbicara
(karena masih dalam keadaan koma),penampilan kurang rapi. Fungsi kognitif:
pasien tidak mengetahui waktu (pagi, sore, malam), pasien tidak mampu
3

mengenal keluarga dan perawat ruangan, pasien tidak mengetahui dirinya berada
di rumah sakit. Insight tidak baik.
2.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Suhu: 38,50C /axilla, Nadi: 160x/menit, RR: 34x/menit, TD: 140/98 mmHg.
2.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi otot interkosta tidak ada penggunaan otot
bantu napas respirasi 34x/mnt, Suara dasar vesikuler terdengar suara tambahan
ronkhi basah di basal paru kanan, pasien tampak sesak nafas, pola tidak teratur.
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif
2.1.3.5 Cardiovaskuler (Bleeding)
Tekanan Darah: 140/95mmHg, Nadi : 160x/mnt dan teraba kuat,tidak ada
nyeri,suara jantung normal S1 S2 lup dp, suhu 38,5oC, CRT > 3detik, tidak
cyanosis, akral teraba hangat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada didapatkan nilai GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada
respon), V: ET (menggunakan ETT atau Tracheostomy), M: 2 (mengikuti
perintah). Kesadaran soporkoma. Pupil miosis, reflek pupil +/-.
1) Saraf kranial I (Olfaktorius) : sulit untuk dinilai.
2) Saraf Kranial II (Optikus) :
1) Ketajaman penglihatan : sulit untuk dinalai.
2) Lapangan penglihatah : sulit untuk dinalai.
3) Melihat warna : sulit untuk dinalai.
3) Saraf kranial III (Okulomotorius)n: sulit untuk dinalai.
4) Saraf kranial IV (Trochlear), pasien belum dapat menggrakan bola matanya
keatas dan kebawah.
5) Saraf kranial V (Trigeminus) : penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah.
6) Saraf kranial VI (Obdusen) : gerakan bola mata paresis (-/-)
7) Saraf kranial VII ( (Fasialis) : Presepsi pengecapan tidak normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat, mulut kering.
3

8) Saraf kranial VIII (Vestibulokokhlearis) : pendengaran pasien kurang.


9) Saraf kranial IX (Glosofaringeus) : kemampuan menelan kurang baik.
10) Saraf kranial X (Vagus) : sulit untuk dinalai.
11) Saraf kranial XI ( Aksesorius) : sulit untuk dinalai..
12) Saraf kranial XII (Hipoglosus) : sulit untuk dinalai.
Masalah keperawatan: Penurunan kapasitas adaptif intrakarnial
,Gangguan persepsi sensori : perabaan, Gangguan komunikasi verbal.
2.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Kandung kencing tidak tegang. Pasien terpasang kateter,produksi urin 200
ml/hari,warna kuning,
Masalah keparawatan: tidak ada masalah
2.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir pucat dan kotor, gigi tidak lengkap ada karies, gusi tidak bengkak tidak ada
lesi dan peradangan, lidah tidak ada lesi dan peradangan, mukosa lembab, tonsil
tidak ada lesi dan peradangan, terpsang ETT atau Tracheostomy.pasien belum
ada BAB.
Masalah keperawatan : Risiko Infeksi
2.1.3.9 Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan Terbatas . Tidak ada patah 1 1
tulang,tidak ada parese,tidak ada paralise,tidak ada 1 1
hemiparese, tidak ada krepitasi,tidak ada nyeri, tidak
ada bengkak,tidak ada flasiditas,tidak ada
spastisitas,ukuran otot simetris Tulang belakang
kifosis.
Keluhan : Tidak ada keluhan
Masalah keparawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
2.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Tidak ada alergi obat,tidak ada alergi makanan, tidak ada alergi maupun
kosmetik. Suhu kulit hangat,Warna kulit normal, turgor baik, tekstur kulit
kasar.
Masalah keparawatan: tidak ada masalah
3

2.1.3.11 Sistem Pengindraan


1) Sistem Penglihatan
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, kedua
pupil miosis, reflek pupil +/-.
Masalah keparawatan: tidak ada masalah
2) Telinga / pendengarran
Fungsi pendemgaran berkurang
3) Hidung / penciuman
Bentuk hidung simetris, Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di
hidung, tidak ada napas cuping hidung
2.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak teraba,
mobilitas leher bebas.
2.1.3.13 Sistem Reproduksi Pria
Bentuk penis normal, skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada jejas.

2.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


2.1.4.1 Persepsi terhadap Kesehatan dan penyakit
Sebelum sakit pasien dapat melakukkan aktivitas sendiri pasien biasa makan 2-3
kali (pagi,siang,malam) tidak teratur jamnya,minum air mineral hanya 240 ml
perhari. Saat sakit pasien hanya terbaring di tempat tidur tidak melakukan
aktivitas.
2.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
TB : 170 cm
BB sekarang : 60 Kg
BB sebelum sakit : 60 Kg
IMT : 40/ (1,5)2 = 26,7
3

Klasifikasi Nilai IMT :


IMT Status Gizi Kategori
<17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus
17.0-18.5 Gizi Kurang Kurus
18.5-25.0 Gizi Baik Normal
25.0-27.0 Gizi Lebih Gemuk
>27.0 Gizi Lebih Sangat gemuk

Pola Makan Sehari-hari Selama Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari sonde/hari: 1420 kkal 3-4 kali sehari


Porsi - Penuh
Nafsu makan Spooling Baik
Jenis Makanan Sonde + 1 botol Nasi,lauk,sayur
aminovel/comafusin hepar

Jenis Minuman Sonde + 1 botol Air putih


aminovel/comafusin hepar

Jumlah minuman/cc/24 jam sonde/hari: 1420 kkal 200 cc/24 jam

Kebiasaan makan

Keluhan/masalah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


2.1.4.3 Cairan 24 Jam
Tanggal Intake Output Balance Cairan
21/09/20 Parenteral : 1500 cc Urine : 200 cc + 1000 cc
IWL : 600
Feses : 200 cc
Muntah : -
Enteral : 500 cc Drainase : -
Total : 2000 cc Total : 1000 cc
22/09/20 Parenteral : 1800 cc Urine : - + 1800 cc
IWL : 600
Feses : -
Muntah : -
Enteral : 600 cc Drainase : -
Total : 2400 cc Total : 600
3

23/09/20 Parenteral : 500 cc Urine : - - 100 cc


IWL : 600
Feses : 200
Muntah : -
Enteral : 200 cc Drainase : -
Total : 700 cc Total : 800

2.1.4.4 Pola istirahat dan Tidur


Sebelum sakit pasien tidur siang ± 1 jam,tidur malam hari ± 5-6 jam.
Kebiasaan tidur pasien tidak mempengaruhi kehidupannya, karena tidak
pernah mengkonsumsi obat untuk pemenuhan tidur.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.5 Kognitif
Pasien tidak mampu berkomunikasi dan berorientasi dengan baik pada saat
dilakukan pengkajian. Pendengaran, pengecapan dan penciuman, klien tidak
berfungsi dengan baik. Sensori,klien belum mampu membedakan sensori
tajam dan tumpul sekalipun harus dengan tekanan yang kuat
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.6 Konsep Diri
Gambaran diri : Klien mengatakan tidak bisa bekerja dan mencari
nafkah untuk keluarga.
Identitas diri : Pasien merupakan seorang istri yang sudah memiliki 4
anak.
Harga diri : Pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera
melakukan aktivitas sehari hari yaitu menjalani hidup dengan keluarga
kecilnya.
Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin segera berkumpul
dengan keluarga
Peran Diri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa melakukan
kegiatan yang terlalu berat
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3

2.1.4.7 Aktivitas Sehari-hari


Aktivitas sehari-hari pasien adalah tulang punggung keluarga . Setelah sakit
aktivitas pasien sudah terbatas saat melakukkan aktivitas pearawatan diri
pasien dibantu oleh keluarga.
Masalah keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2.1.4.8 Koping-Toleransi terhadap stress
Sebelum sakit pasien tidak ada masalah dalam beraktivitas.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.9 Nilai-Pola keyakinan
Menganut agama Islam , nilai keyakinan dengan tindakan medis tidak ada
pengaruhnya, pasien menerima tindakan medis.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2.1.5 Sosial – Spiritual


2.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien belum dapat berhubungan/berkomunikasi dengan siapapun,baik
keluarga maupun petugas dirumah sakit
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa indonesia/dayak.
2.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan orang terdekat tidak mengalami masalah.
2.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Saat di rumah sakit klien belum dapat berinteraksi baik dengan keluarga pasien
lain, perawat dan juga tenaga medis lainnya.
2.1.5.5 Orang penting/tersekat
Keluarga.
2.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu
luang Berkumpul bersama keluarga.
2.1.5.7 Kegiatan beribadah
Dirumah maupun di rumah sakit pasien berdoa terus.
3

2.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)


Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Tn.A
Tanggal Pemeriksaan : 21 September 2020-23 September 2020
Pemeriksaan Nilai Satuan 21/09/20 22/09/20 23/09/20
Nilai Nilai Nilai
Hb 13 - 16 % 13.8 12.3
Ht 40 - 54 % 44 38
Eritrosit 45 - 65 jt/µl 5.04 4.48
Leukosit 5.0 – 10.0 103/ µl 9.4 9.7
Trombosit 150 - 400 103/ µl 84 37
Creatinin 0.6 - 1.3 mg/ dL 1.5 12.4
Albumin 3.4 - 5 mg/ dL 3.6 3.1
Gula Sewaktu 80 - 120 mg/ dL 118 482
Ureum 15 - 39 mg/ dL 28 319
Na 136 - 145 mmol/ L 139 132
K 3.5 - 5.1 mmol/ L 3.6 7
Cl 98 - 107 mmol/ L 106
Cholesterol 50 - 200 mg/ dL
Trigliserid 30 - 150 mg/ dL
Waktu protrombin 10 - 15 dtk
PPT kontrol 12.8
Waktu 23.4 - dtk
tromboplastin 36.8
APPT kontrol 27.5
pH 7,35–3,45 7.334 7.312 7.315
pCO2 35 - 45 mmHg 27 27.6 30
pO2 83 - 103 mmHg 236.9 199.7 189.8
HCO3 18 - 23 Mmol/L 16.3 16.9 17.2
AADO2 <100
Laktat 0,4 - 2
Base Excess -10.2 -8.8 -8.4
FiO2 70 % 60% 40 %

2) Hasil EKG
Kesan :
Ada gambaran ST depresi inferior
3) Hasil Rontgen
Kesan :
- Hasil Rontgen tanggal 23 September 2020 : Cor dan pulmo dalam batas normal, pulmo
tidak menunjukkan adanya infiltrate
4) Pemeriksaan fundoskopi
Kesan :
Tidak
3

5)Hasil CT-Scan

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Nacl 0,9 % dan RL/ 20 tpm IV Pengganti cairan tubuh
24 jam
2 Cefriaxon 2 gr/24 jam IV Antibiotik sefalosporin yang
digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri seperti kencing nanah
(gonore) dan infeksi bakteri
lainnya. Obat ini juga digunakan
sebelum operasi untuk mencegah
infeksi. Ceftriaxone bekerja dengan
cara membunuh bakteri dan
mencegah pertumbuhannya.
3 Ranitidin 1 amp/12 jam IV Tukak lambung dan tukak
duodenum, refluks esofagitis,
dispepsia episodik kronis, tukak
akibat AINS, tukak duodenum karena
H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana pengurangan
asam lambung akan bermanfaat.
4 Nexium 40 mg/12 jam IV untuk pengobatan penyakit refluks
gastroesophageal (GERD), sindrom
Zollinger-Ellison, dan
dikombinasikan dengan antibiotik
untuk pengobatan pasien tukak
lambung yang disebabkan infeksi H.
3

5pylori. Nexium termasuk obat keras


sehingga membutuhkan resep dokter
untuk menggunakannya.
5 Alinamin F 1 amp/12 jam IV suplemen makanan yang
diformulasikan khusus untuk
memenuhi kebutuhan vitamin B1 dan
B2. Suplemen digunakan ketika
kebutuhan akan nutrisi tersebut
meningkat, seperti pada saat
kehamilan dan menyusui,
memerlukan banyak energi,
terjadinya gangguan penyerapan
seperti pada diare dan gangguan
pencernaan.
6 Brainact 1 amp/12 jam IV suplemen untuk kondisi kehilangan
kesadaran karena kerusakan otak,
cedera kepala, atau bedah otak dan
kurangnya pasokan oksigen ke otak,
mempercepat penyembuhan pada
kelumpuhan tangan dan kaki,
mengatasi penurunan fungsi
intelektual pada lansia.
7 Dexamethason 1 amp/8 jam IV sebagai antiinflamasi atau
imunosupresan, misalnya pada
penyakit sendi inflamatori,
meningitis bakterial, ataupun
eksaserbasi akut multiple sklerosis.
8 Ecotrixon 2 gr/24 jam IV digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan, infeksi saluran
kemih (ISK), infeksi tulang, infeksi
kulit dan sendi, infeksi intra-
abdomen, gonore tanpa komplikasi,
septikemia, profilaksis bedah,
meningitis, dan berbagai infeksi lain.
9 SNMC 1 amp/8 jam IV Memperbaiki fungsi hati yang
(drip dalam abnormal pada penyakit hati kronis.
100 cc NaCl)
10 Aminovel 24 jam 20 tpm IV sebagai nutrisi parenteral pada
kondisi dibawah ini : Sebagai nutrisi
tambahan pada gangguan saluran
cerna seperti short bowel syndrome,
anoreksia dan kelainan saluran cerna
yang berat.
11 Asering 24 jam 20 tpm IV untuk terapi pengganti cairan selama
dehidrasi (kehilangan cairan) secara
akut.
3

12 Comafusin hepar 24 jam 20 tpm IV sebagai nutrisi parenteral pada pasien


gangguan hati berat dengan koma
atau pre-koma hepatikum (seperti
pada sirosis hati, pasca operasi shunt)
yang bertujuan untuk mengembalikan
kesadaran.
13 Precedek+Ns Siryng 3.2 cc/jam IV Efek sedatif dengan analgesik untuk
pump penggunaan di ruang perawatan
intensif (ICU)
14 Lasik 20 mg/jam IV  Rabun jauh (miopia). Ini
merupakan kondisi ketika bola
mata terlalu panjang atau kornea
mata terlalu cembung. Kondisi
tersebut menyebabkan bayangan
benda terfokus di depan retina,
sehingga objek yang terletak jauh
tidak akan jelas terlihat. Penyebab
seseorang mengalami miopia
belum diketahui secara jelas,
namun kemungkinan terkait
faktor genetik atau faktor
lingkungan. Pada penderita
miopia, operasi LASIK akan
memipihkan kornea mata yang
terlalu tebal sehingga fokus
cahaya dapat jatuh tepat pada
retina.
 Rabun dekat (hipermetropi). Ini
merupakan kondisi ketika bola
mata terlalu pendek atau
lengkungan kornea terlalu datar.
Kondisi tersebut menyebabkan
bayangan suatu benda yang
seharusnya terfokus pada retina,
terfokus di belakang retina
sehingga benda-benda yang
terletak di dekat mata tidak dapat
terlihat jelas. Rabun dekat
umumnya terdeteksi sejak dini
dan dapat diturunkan secara
genetis. Pada penderita
hipermetropia, operasi LASIK
dilakukan untuk membuat korena
mata lebih cembung sehingga
fokus cahaya jatuh tepat pada
retina.
4

 Astigmatisme. Ini merupakan


kondisi mata yang terjadi akibat
lengkungan kornea dan/atau lensa
mata tidak simetris, sehingga
bayangan benda yang tertangkap
mata tidak dapat terfokus dengan
baik. Astigmatisme dapat muncul
pada seseorang sejak lahir atau
pasca mengalami kecelakaan,
pembedahan, atau karena suatu
penyakit. Kelainan ini bukan
diakibatkan membaca di tempat
redup atau menonton televisi
terlalu dekat. Operasi LASIK
pada penderita astigmatisme akan
mengatur bentuk kornea yang
tidak simetris menjadi lebih
normal dan simetris.

15 Manitoln 20% 2g/kgBB IV Manitol adalah obat diuretik yang


digunakan untuk mengurangi tekanan
dalam kepala (intrakranial) akibat
pembengkakan otak serta
menurunkan tekanan bola mata
akibat glaukoma.
16 Methylprednison 40mg/12 jam IV Sebagai antiinflamasi atau
imunosupresan, tatalaksana status
asmatikus, reaksi penolakan pada
transplantasi organ, dan kondisi
alergi.
17 Nebulizer 8 jam Masker atau Asma Bronkialis, Penyakit Paru
pipa Obstruksi Kronik ,Sindroma
mouthpiece Obstruksi Post TB, Mengeluarkan
ke mulut dahak

Palangka Raya, 21 September 2020


Mahasiswa

Istiyani Lotina Lilit


4

2.2 Analisa Data


Data subjektif dan data objektif Kemungkinan Penyebab Masalah
DS : Keluarga mengatakan pasien Penurunan spasme arteri Penurunan kapasitas
adaptif intrakarnial
belum sadar.
Perfusi jaringan serebral
DO :
inadekuat inadekuat
- Kesadaran soporokoma
- GCS E1M2VET Peningkatan TIK
- pupil miosis (2mm)
Iskemik
- reaksi pupil +/-.
- Tekanan Darah: 140/95mmHg,
Penurunan kapasitas
- Nadi : 126x/mnt dan teraba
adaptif intrakarnial
kuat
- Suhu 38,5oC
- Diagnosa medis
stroke hemoragik

DS : - Penekanan saluran Bersihan jalan napas tidak


pernafasan
DO : efektif
- Suara dasar vesikuler
Reflek menelan menurun
- Terdengar suara tambahan
ronkhi basah di basal paru Penumpukan sekret
kanan
- Terdapat secret berwarna Bersihan jalan napas tidak

kuning efektif

- Pasie tampak gelisah


- Diagnosa medis
stroke hemoragik
4

DS : - Penurunan kesadaran Gangguan Mobilitas Fisik


DO :
Defisit motorik
- Pasien tampak gelisah
- Kemampuan pergerakan
Hemisfer serebral
Terbatas terganggu

1 1
Paraparese
- Kekuatan Otot 1 1
- Diagnosa medis
Gangguan Mobilitas Fisik
stroke hemoragik
DS : - Penurunan kesadaran Defisit perawatan diri
DO :
Defisit motorik
- Kesadaran soporokoma
- Kemampuan pergerakan
Hemisfer serebral
terbatas terganggu
- Kekuatan otot ektermitas atas
Paraparese
1 dan ektermitas bawah 1
- Perawatan diri dibantu oleh
Defisit perawatan diri
keluarga
- Diagnosa medis stroke
hemoragik
DS : Keluarga mengatakan Penyumbatan pembuluh Gangguan komunikasi
pasien belum dapat berbicara darah otak oleh bekuan verbal.
DO : darah, lemak, dan udara
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah Emboli serebral, suplai
- GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada darah dan oksigen ke otak
respon), V: ET (menggunakan ETT
atau Tracheostomy), M: 2 Oklusi yang menyebabkan
(mengikuti perintah). Kesadaran sumbatan aliran darah otak
soporkoma.
- Pupil miosis, reflek pupil +/-. Hipoksia sel otak
4

- Saraf kranial V (Trigeminus):


penurunan kemampuan koordinasi Iskemik lobus otak
gerakan mengunyah.
- Saraf kranial VII ( (Fasialis) : Defisit neurologi
Presepsi pengecapan tidak normal,
wajah asimetris, dan otot wajah Disfungsi bahasa dan
tertarik kebagian sisi yang sehat, komunikasi
mulut kering.
- Saraf kranial VIII
(Vestibulokokhlearis):pendengaran Disfasia/afasia
pasien kurang.
- Saraf kranial IX (Glosofaringeus) : Gangguan komunikasi
kemampuan menelan kurang baik. verbal.
- Saraf kranial X (Vagus) : sulit
untuk dinalai.
- Diagnosa medis stroke hemoragik
DS : Efek Prosedur Invasif Risiko Infeksi
DO :
- Keadaan umum soporokoma Bedrest total
- Leukosit 9.4 103/µl
- Panas dengan suhu 38,5⁰C Risiko Infeksi
- Terpasang ET
- Terpasang NGT
- Pasien bedrest total
- Reflek motorik -/-
- Diagnosa medis
stroke hemoragik
4

2.3 Prioritas Masalah


1. Penurunan kapasitas adaptif intrakarnial berhubungan peningkatan tekanan
intracranial ditandai dengan Kesadaran soporokoma, GCS E1M2VET, pupil miosis
(2mm), reaksi pupil +/-, Tekanan Darah: 140/95mmHg, Nadi : 126x/mnt dan
teraba kuat, Suhu 38,5oC, Diagnosa medis stroke hemoragik.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan menurunnya refleks
batuk dan menelan, imobilisasi ditandai dengan Suara dasar vesikuler, terdengar
suara tambahan ronkhi basah di basal paru kanan, terdapat secret berwarna kuning,
pasie tampak gelisah, diagnosa medis stroke hemoragik.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular ditandai
dengan Pasien tampak gelisah, Kemampuan pergerakan terbatas, kekuatan Otot
ekstermitas atas 1ektermitas bawah 1, diagnosa medis stroke hemoragik.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi ditandai dengan,
kesadaran soporkoma,kemampuan pergerakan terbatas, kekuatan otot ektermitas
atas 1 dan ektermitas bawah 1, perawatan diri dibantu oleh keluarga, piagnosa
medis stroke hemoragik
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial
atau oral ditandai dengan Keluarga mengatakan pasien belum dapat berbicara,
pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada
respon), V: ET (menggunakan ETT atau Tracheostomy), M: 2 (mengikuti
perintah). Kesadaran soporkoma, pupil miosis, reflek pupil +/-, Saraf kranial V
(Trigeminus): penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, Saraf
kranial VII ( (Fasialis) : Presepsi pengecapan tidak normal, wajah asimetris, dan
otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat, mulut kering, Saraf kranial VIII
(Vestibulokokhlearis):pendengaran pasien kurang, Saraf kranial IX
(Glosofaringeus) : kemampuan menelan kurang baik, Saraf kranial X (Vagus) :
sulit untuk dinalai,Diagnosa medis stroke hemoragik.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif ditandai dengan Keadaan
umum soporokoma, Leukosit 9.4 103/µl, panas dengan suhu 38,5⁰C, terpasang ET,
pasien bedrest total, reflek motorik -/, diagnosa medis stroke hemoragik.
4

2.4 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Tn.A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Penurunan kapasitas adaptif Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Membantu proses penyembuhan
intrakarnial berhubungan keperawatan selama 1x 7 jam, TIK (mis. Lesi, gangguan
peningkatan tekanan intracranial. diharapkan Penurunan kapasitas metabolisme, edema serebral).
(SDKI D.0066) ditandai dengan adaptif intrakarnial stabil. 2. Monitor input dan output cairan 2. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
Kesadaran soporokoma, GCS Kriteria Hasil :
E1M2VET, pupil miosis (2mm), SLKI L.0649 3. Monitor tanda/gejala peningkatan 3. Mengetahui setiap perubahan yang terjadi
reaksi pupil +/-, Tekanan Darah: 1. Fungsi kognitif : (5) TIK (mis. Tekanan darah meningkat, pada klien secara dini dan untuk
140/95mmHg, Nadi : 126x/mnt 2. Gelisah : (1) tekanan nadi melebar, bradikardia, penetapan tindakan yang tepat
dan teraba kuat, Suhu 38,5oC, 3. Tekanan nadi : (5) pola napas ireguler, kesadaran
Diagnosa medis stroke hemoragik 4. Pola napas : (5) menurun)
5. Respon pupil : (5) 4. Monitor MAP (Mean Arterial 4. Mengetahui tekanan yang terbentuk dalam
6. Tekanan intrakranial : (5) Pressure) pembuluh darah arteri besar sepanjang
waktu

5. Monitor status pernapasan 5. Mengetahui perubahan napas secara dini

6. Minimalkan stimulus dengan 6. Istirahat total dan ketenangan mingkin


menyediakan lingkungan yang diperlukan untuk pencegahan terhadap
tenang perdarahan dalam kasus stroke hemoragik
/ perdarahan lainnya
7. Berikan posisi semi fowler 7. Memberikan posisi yang nyaman untuk
dan membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma.
4

8. Petahankan suhu tubuh normal 8. Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas, suhu lingkungan,
9. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, 9. Pelunak feses meningkatkan efisiensi
jika perlu pembasahan air usus, yang melunakan
massa feses dan membantu eliminasi
Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemampuan batuk 1 Mengetahui kemampuan batuk pasien
yang berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam Jalan
menurunnya refleks batuk dan nafas tetap efektif. 2. Monitor adanya retensi sputum 2 Membantu pasien memulai napas normal
menelan, imobilisasi ditandai 3. Monitor tanda dan gejala infeksi 3 Membantu klien menyadari/menerima
dengan Suara dasar vesikuler, Kriteria hasil : saluran napas perlunya mematuhi program pengobatan
terdengar suara tambahan ronkhi SLKI L.01001 untuk mencegah pengaktifan
basah di basal paru kanan, terdapat 1. Batuk efektif : (5) berulang/komplikasi.
secret berwarna kuning, pasie 2. Produksi sputum : (1)
tampak gelisah, diagnosa medis 3. Gelisah : (1) 4. Monitor input dan output cairan 4 Mengetahui balance caira pasien
stroke hemoragik. 4. Frekuensi napas : (5)
5. Pola napas : (5) 5. Atur posisi semi fowler atau fowler 5 Memberikan posisi yang nyaman untuk
dan membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma.
6. Buang secret pada tempat sputum 6 Perilaku ini diperlukan untuk mencegah
penyebaran
infeksi.
7. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk 7 Memberi informasi kepada pasien dan
efektif keluarga agar mempraktekkan batak
efektif

8. Kolaborasi pemberian mukolitik atau 8 Merangsang pengeluaran dahak dari


ekspektoran, jika perlu saluran pernafasan dan merangsang
4

selaput lendir lambung dan selanjutnya


secara refleks memicu pengeluaran
lendir saluran nafas sehingga
menurunkan tingkat kekentalan dan
mempermudah pengeluaran dahak.

Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal 1. Mengetahui tanda dan gejala dari infeksi
berhubungan dengan kerusakan keperawatan selama 3x 24 jam dan sistemik untuk melakukkan tindakan selanjutnya
neuromuscular ditandai dengan diharapkan tidak terjadi infeksi
Pasien tampak gelisah, pada klien dengan 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Rangsangan aktivitas yang meningkat
Kemampuan pergerakan terbatas, kriteria hasil : dapat meningkatkan kenaikan TIK.
kekuatan Otot ekstermitas atas SLKI L.14137 Istirahat total dan ketenangan mingkin
1ektermitas bawah 1, diagnosa 1. Kbersihan tangan: (5) diperlukan untuk pencegahan terhadap
medis stroke hemoragik. 2. Kebersihan badan : (5) perdarahan dalam kasus stroke hemoragik
3. Kemerahan : (1) / perdarahan lainnya.
4. Nyeri : (1) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Menghindari dari kaman atau bakter yang
5. Bengkak ; (1) kontak dengan pasien dan lingkungan menepel di tangan
psien
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Agar pasien dan keluarga mengetahui
tanda dan gejala dari infeksi tersebut
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas 1. Mengetahui tingkat kemampuan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam perawatan diri sesuai usia melakukkan aktivitas mandiri pasien
hemiparese/hemiplegi ditandai Kebutuhan perawatan diri klien
dengan,kesadaran soporkoma, terpenuhi. 2. Monitor tingkat kemandirian 2. Memotivasi pasien dalam melakukkan
kemampuan pergerakan terbatas, Kriteria hasil : aktivitas mandiri
kekuatan otot ektermitas atas 1 dan SLKI L.11103 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu 3. Mengurangi risiko terlalu banyak
ektermitas bawah 1, perawatan diri 1. Kemampuan mandi : (5) kebersihan diri, berpakaian, berhias, melakukan aktivitas
dibantu oleh keluarga, piagnosa 2. Kemampuan mengenakan dan makan
medis stroke hemoragik pakaian (5) 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik 4. Membuat pasien lebih tenang saat
3. Kemampuan makan : (5) (mis. Suasana hangat, rileks, privasi) melakukkan aktivitas
4

4. Kemampuan ke toilet 5. Siapkan keperluan pribadi (mis. 5. Mengurangi aktivitas pasien


(BAB/BAK) : (5) Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi) 6. Menghindari terjadinya risiko jatuh
5. Verbalisasi keinginan 6. Dampingi dalam melakkukan
melakukkan perawatan diri : perawatan diri sampai mandiri 7. Agar pasien tidak merasa malu dengan
(5) 7. Fasilitasi untuk menerima keadaan keadaan
6. Minat melakukkan perawatan ketergantungan
diri : (5) 8. Jadwalkan rutinitas perawatan diri 8. Agar pasien terbiasa melakukkan
7. Mempertahankan kebersihan aktivitas sedikit demi sedikit
diri : (5) 9. Anjurkan melakukkan perawatan diri 9. Agar otot-otot dan sendi-sendi pasien
8. Mempertahankan kebersihan secara konsisten sesuai kemampuan tidak kaku
mulut : (5)

Gangguan komunikasi verbal Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kecepatan, 1. Memahami apa yang disampaikan pasien
berhubungan dengan kehilangan keperawatan selama 1x 7 jam tekanan,kuantitas, volume, dan diksi
kontrol otot facial atau oral diharapkan kerusakan komunikasi bicara
ditandai dengan Keluarga verbal klien dapat teratasi. 2. Monitor proses kognitif, anatomis, 2. Melatih pasien dalam proses berbicara
mengatakan pasien belum dapat Kriteria hasil : dan fisiologis yang berkaitan dengan
berbicara, pasien tampak meringis, SLKI L.13118 bicara.
pasien tampak gelisah, GCS 3 1. Kemampuan berbicara : (5). 3. Monitor frustasi, marah, depresi 3. Mengenali tingkat emosional pasien
dimana E: 1 (Tidak ada respon), 2. Kemampuan mendengar : (5) atau hal lain yang mengganggu
V: ET (menggunakan ETT atau 3. Kesesuaian ekspresi bicara 4. Mengenali tingkat emosional pasien
Tracheostomy), M: 2 (mengikuti wajah/tubuh : (5) 4. Identifikasi perilaku emosional dan
perintah). Kesadaran soporkoma, 4. Kontak mata : (5) fisik sebagai bentuk komunikasi
pupil miosis, reflek pupil +/-, Saraf 5. Respons perilaku : (5) 5. Gunakan metode komunikasi 5. Mempermudah komunikasi 2 arah
kranial V (Trigeminus): penurunan 6. Pemahaman komunikasi : (5) alternatif (mis. Menulis, mata
kemampuan koordinasi gerakan berkedif, papan komunikasi dengan
mengunyah, Saraf kranial VII gambar dan huruf, isyarat tangan,
( (Fasialis) : Presepsi pengecapan dan komputer)
tidak normal, wajah asimetris, dan 6. Sesuaikan gaya komunikasi dengan 6. Mengetahui ekspresi yang diungkapkan
otot wajah tertarik kebagian sisi kebutuhan (mis. berdiri didepan oleh pasien.
4

yang sehat, mulut kering, Saraf pasien, dengarkan dengan seksama,


kranial VIII tunjukan satu gagasan atau
(Vestibulokokhlearis):pendengaran pemikiran sekaligus, bicaralah
pasien kurang, Saraf kranial IX dengan perlahan sambil
(Glosofaringeus) : kemampuan menghindari teriakan, gunakan
menelan kurang baik, Saraf kranial komunikasi tertulis, atau meminta
X (Vagus) : sulit untuk bantuan keluarga untuk memahami
dinalai,Diagnosa medis stroke ucapan pasien.
hemoragik. 7. Modifikasi lingkungan untuk 7. Bertujuan memberikan stimulus
meminimalkan bantuan komunikasi
8. Ulangi apa yang disampaikan pasien 8. Memperjelas apa yang disampaikan
pasien
9. Berikan dukungan psikilogis 9. Membantu pasien untuk lebih semangat
10. Gunakan juru bicara, jika perlu 10. Membantu pasien dalam mengungkapkan
apa yang diinginkan

11. Anjurkan berbicara perlahan 11. Melatih pasien berbicara dimulai dengan
kata-kata yang mudah

12. Ajarkan pasien dan keluarga proses


kognitif, anatomis, dan fisiologis 12. Melatih pasien dalam proses berbicara
yang berhubungan dengan kempuan
berbicara
Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui tanda dan gejala dari infeksi
dengan efek prosedur invasif keperawatan selama 3x 24 jam lokal dan sistemik untuk melakukkan tindakan selanjutnya
diharapkan tidak terjadi infeksi
pada klien dengan kriteria hasil :
1. KU dan VS stabil 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Rangsangan aktivitas yang meningkat
2. Suhu normal (36.5-37.5) dapat meningkatkan kenaikan TIK.
5

3. Leukosit normal (5.0-10.0 µl) Istirahat total dan ketenangan mingkin


diperlukan untuk pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik / perdarahan lainnya.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Menghindari dari kaman atau bakter yang
kontak dengan pasien dan lingkungan menepel di tangan
psien
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Agar pasien dan keluarga mengetahui
tanda dan gejala dari infeksi tersebut
5

2.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin,21 September Diagnosa Keperawatan Penurunan kapasitas adaptif S:-
2020 intrakarnial berhubungan peningkatan tekanan intracranial
O:
22.00 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, - Keadaan umum masih lemah
gangguan metabolisme, edema serebral). - Kesadaran masih soporocoma dengan
22.05 WIB 2. Memonitor input dan output cairan vital sign : TD 140/88, Nadi
22.20 WIB 3. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan 126x/menit, SaO2 100%, dan Suhu
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, 38.2 ⁰C Istiyani Lotina Lilit
pola napas ireguler, kesadaran menurun) - GCS : E1M2VET, pupil miosis 2mm,
4. Memonitor status pernapasan reflek pupil terhadap cahaya +/-
22.30 WIB 5. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan - Masih terpasang ventilator P SIMV,
22.35 WIB lingkungan yang tenang VT 465, RR 34, 70%, PEEP + 5
22.40 WIB 6. Memberikan posisi semi fowler - Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan
7. Mempertetahankan suhu tubuh normal TIK
22.45 WIB 8. Berkolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu A: Masalah Risiko perfusi serebral tidak
efektif belum teratasi
P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9.
Senin,21 September Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif S : -
2020 yang berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan O :
menelan, imobilisasi - Suara dasar vesikuler
- Masih terdengar suara tambahan
22.00 WIB 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk ronkhi basah di basal paru kanan
22.05 WIB 2. Memonitor adanya retensi sputum - Masih terdapat secret berwarna
22.20 WIB 3. Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas kuning
22.30 WIB 4. Memonitor input dan output cairan - Sekret di mulut dan ET berkurang Istiyani Lotina Lilit
5

22.35 WIB 5. Mengatur posisi semi fowler atau fowler - Masih terdapat retraksi otot
22.40 WIB 6. Buang secret pada tempat sputum intercosta, RR 34x/menit
22.45 WIB 7. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif - Masih ada suara ronkhi basah di
22.50 WIB 8. Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, basal paru kana
jika perlu - Pasie tampak gelisah
- Diagnosa medis stroke hemoragik
A : Masalah Bersihan jalan napas teratasi
sebagian
P : Lanjukan Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8.

Senin,21 September Diagnosa Keperawatan Gangguan mobilitas fisik S:-


2020 berhubungan dengan kerusakan neuromuscular O:
- Keadaan umum masih soporokoma
22.00 WIB 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya - Pasien tampak gelisah
22.05 WIB 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi - Kemampuan pergerakan 1 1
22.20 WIB 3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah Terbatas 1 1
sebelum memulai ambulasi - Kekuatan Otot
22.30 WIB 4. Memonitor kondisi umum selama melakukkan ambulasi Istiyani Lotina Lilit
22.35 WIB 5. Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu - Diagnosa medis stroke hemoragik
22.40 WIB 6. Memfasilitasi melakukkan mobilisasi fisik, jika perlu
22.45 WIB 7. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi A : Masalah Gangguan mobilitas fisik
22.55 WIB 8. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan
23.00 WIB 9. Menganjurkan melakukkan ambulasi dini 9.
5

Senin,21 September Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri berhubungan S :-


2020 dengan hemiparese/hemiplegi O:
- Kesadaran masih soporokoma
- Kemampuan pergerakan terbatas
22.00 WIB 1) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri - Kekuatan otot ektermitas atas 1 dan
sesuai usia ektermitas bawah 1
22.05 WIB 2) Memonitor tingkat kemandirian - Perawatan diri masih dibantu oleh
22.20 WIB 3) mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, keluarga
berpakaian, berhias, dan makan - Diagnosa medis stroke hemoragik
22.30 WIB 4) Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana
hangat, rileks, privasi) A : Masalah defisit nutrisi teratasi
22.35 WIB 5) Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, sebagian
dan sabun mandi) Istiyani Lotina Lilit
22.40 WIB 6) Mendampingi dalam melakkukan perawatan diri sampai P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan
mandiri 9
22.45 WIB 7) Memfasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
22.55 WIB 8) Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
23.00 WIB 9) Mengannjurkan melakukkan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Senin,21 September Diagnosa Keperawatan Gangguan komunikasi verbal S : Keluarga mengatakan pasien belum
2020 berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau oral dapat berbicara
O:
22.00 WIB 1. Memonitor kecepatan, tekanan,kuantitas, volume, dan - Keadaan umum masih lemah
diksi bicara. - Kesadaran pasien masih soporocoma
22.05 WIB 2. Mengidentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai - Pasien tampak gelisah
bentuk komunikasi - Pasien masih belum bisa merespon
22.20 WIB 3. Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. - GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada
Menulis, mata berkedif, papan komunikasi dengan respon), V: ET (menggunakan ETT Istiyani Lotina Lilit
gambar dan huruf, isyarat tangan, dan komputer) atau Tracheostomy), M: 2 (mengikuti
22.30 WIB 4. Menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan perintah).
5

(mis. berdiri didepan pasien, dengarkan dengan - Pupil miosis, reflek pupil +/-.
seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran A : Masalah Gangguan komunikasi verbal
sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil belum teratasi
menghindari teriakan, gunakan komunikasi tertulis, atau P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,dan 6
meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan
pasien.
22.35 WIB 5. Mengulangi apa yang disampaikan pasien
22.40 WIB 6. Menganjurkan berbicara perlahan

Senin,21 September Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi berhubungan dengan S:-


2020 efek prosedur invasif O;
- Keadaan umum masih soporokoma
22.00 WIB 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Leukosit 9.4 103/µl
2. Membatasi jumlah pengunjung - Pasien masih panas dengan suhu
22.05 WIB 3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan 38,5⁰C
22.20 WIB pasien dan lingkungan psien - Masih terpasang ET
22.30 WIB 4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Masih terpasang NGT
- Pasien masih bedrest total Istiyani Lotina Lilit
- Reflek motorik -/-
- Diagnosa medis stroke
hemoragik A : Masalah Risiko infeksi
belum teratsi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5.
5

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Penurunan kapasitas adaptif S : -
September 2020 intrakarnial berhubungan peningkatan tekanan
intracranial O:
- Keadaan umumpasien masih lemah
10.00 WIB 1) Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. - Kesadaran masih soporocoma dengan
Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral). vital sign : TD 145/88, Nadi
10.05 WIB 2) Memonitor input dan output cairan 118x/menit, SaO2 100%, dan Suhu
10.20 WIB 3) Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. 38.0⁰C
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, - GCS : E1M2VET, pupil miosis 2mm, Istiyani Lotina Lilit
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran reflek pupil terhadap cahaya +/-
menurun) - Masih terpasang ventilator P SIMV,
10.30 WIB 4) Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure) VT 465, RR 34, 70%, PEEP + 5
10.35 WIB 5) Memonitor status pernapasan - Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan
10.40 WIB 6) Meminimalkan stimulus dengan menyediakan TIK
lingkungan yang tenang - Balance cairan +1800 cc, urine tidak
10.45 WIB 7) Memberikan posisi semi fowler keluar
10.50 WIB 8) Mempertetahankan suhu tubuh normal A: Masalah Risiko perfusi serebral tidak
10.55 WIB 9) Berolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu efektif teratasi sebagian
11.00 WIB P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9.
Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan napas tidak S : -
September 2020 efektif yang berhubungan dengan menurunnya refleks O :
batuk dan menelan, imobilisasi - Suara dasar vesikuler
- Masih terdengar suara tambahan
11.00 WIB 1) Mengidentifikasi kemampuan batuk ronkhi basah di basal paru kanan
11.05 WIB 2) Memonitor adanya retensi sputum - Masih terdapat secret berwarna
11.00 WIB 3) Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas kuning
5

11.30 WIB 4) Memonitor input dan output cairan - Sekret di mulut dan ET berkurang
11.35 WIB 5) Mengatur posisi semi fowler atau fowler - Retraksi otot intercosta berkurang,
11.40 WIB 6) Buang secret pada tempat sputum RR 20x/menit
11.45 WIB 7) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif - Masih ada suara ronkhi basah di
11.50 WIB 8) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau basal paru kana
ekspektoran, jika perlu - Pasie tampak gelisah
- Balance cairan +1800 cc, urine tidak
keluar
- Diagnosa medis stroke hemoragik
Istiyani Lotina Lilit
A : Masalah Bersihan jalan napas teratasi
sebagian

P : Lanjukan Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8.

Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Gangguan mobilitas fisik S:-


September 2020 berhubungan dengan kerusakan neuromuscular O:
- Keadaan umum masih soporokoma
11.00 WIB 1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik - Pasien tampak gelisah
lainya - Posisi pasien supinasi
11.05 WIB 2) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi - Kemampuan pergerakan 1 1
3) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah Terbatas 1 1
11.20 WIB sebelum memulai ambulasi - Kekuatan Otot
4) Memonitor kondisi umum selama melakukkan
11.30 WIB ambulasi - Diagnosa medis stroke hemoragik Istiyani Lotina Lilit
5) Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu A : Masalah Gangguan mobilitas fisik
11.35 WIB 6) Memfasilitasi melakukkan mobilisasi fisik, jika P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan
11.40 WIB perlu 9
7) Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
1145 WIB meningkatkan ambulasi
5

8) Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


11.55 WIB 9) Menganjurkan melakukkan ambulasi dini
11.00 WIB
Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri S :-
September 2020 berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi O:
- Kesadaran masih soporokoma
- Kemampuan pergerakan terbatas
11.00 WIB 1) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri - Kekuatan otot ektermitas atas 1 dan
sesuai usia ektermitas bawah 1
11.05 WIB 2) Memonitor tingkat kemandirian - Perawatan diri pasien masih dibantu
11.20 WIB 3) mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan oleh keluarga
diri, berpakaian, berhias, dan makan - Diagnosa medis stroke hemoragik
11.30 WIB 4) Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
Suasana hangat, rileks, privasi) A : Masalah defisit nutrisi teratasi Istiyani Lotina Lilit
11.35 WIB 5) Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat
sebagian
gigi, dan sabun mandi)
11.40 WIB 6) Mendampingi dalam melakkukan perawatan diri P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan
sampai mandiri 9
1145 WIB 7) Memfasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
11.55 WIB 8) Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
11.00 WIB 9) Mengannjurkan melakukkan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Gangguan komunikasi verbal S : Keluarga mengatakan pasien belum
September 2020 berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau
dapat berbicara
oral O:
- Keadaan umum masih lemah
1) Memonitor kecepatan, tekanan,kuantitas, volume, - Kesadaran pasien masih soporocoma
11.00 WIB dan diksi bicara. - Pasien tampak gelisah
2) Mengidentifikasi perilaku emosional dan fisik - Pasien masih belum bisa merespon
5

11.05 WIB sebagai bentuk komunikasi - GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada


3) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. respon), V: ET (menggunakan ETT
11.20 WIB Menulis, mata berkedif, papan komunikasi dengan atau Tracheostomy), M: 2 (mengikuti
gambar dan huruf, isyarat tangan, dan komputer) perintah).
4) Menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan - Pupil miosis, reflek pupil +/-.
11.30 WIB (mis. berdiri didepan pasien, dengarkan dengan A : Masalah Gangguan komunikasi verbal
seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran belum teratasi
sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,dan 6 Istiyani Lotina Lilit
menghindari teriakan, gunakan komunikasi tertulis,
atau meminta bantuan keluarga untuk memahami
ucapan pasien.
11.35 WIB 5) Mengulangi apa yang disampaikan pasien
11.40 WIB 6) Menganjurkan berbicara perlahan

Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi berhubungan S:-


September 2020 dengan efek prosedur invasif O;
- Keadaan umum masih soporokoma
11.00 WIB 1) Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan - Pasien masih panas dengan suhu
sistemik 38,0⁰C
11.05 WIB 2) Membatasi jumlah pengunjung - Masih terpasang ET
11.20 WIB 3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Masih terpasang NGT
dengan pasien dan lingkungan psien - Pasien masih bedrest total
11.30 WIB 4) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Reflek motorik -/- Istiyani Lotina Lilit
11.35 WIB - Diagnosa medis stroke hemoragik
A : Masalah Risiko infeksi belum teratsi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5.
Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Penurunan kapasitas adaptif S : -
2020 intrakarnial berhubungan peningkatan tekanan
5

intracranial O:
- Keadaan umum pasien masih lemah
09.00 WIB 1) Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. - Kesadaran soporocoma dengan vital
Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral). sign : TD 88/51, Nadi 96x/menit, Istiyani Lotina Lilit
09.05 WIB 2) Memonitor input dan output cairan SaO2 95%, dan Suhu 40.1⁰C
09.20 WIB 3) Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. - GCS : E1M2VET, pupil miosis 2mm,
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, reflek pupil terhadap cahaya +/-
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran - Masih terpasang ventilator P SIMV,
menurun) VT 465, RR 34, 70%, PEEP + 5
09.30 WIB 4) Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure) - Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan
09.35 WIB 5) Memonitor status pernapasan TIK
09.40 WIB 6) Meminimalkan stimulus dengan menyediakan - Balance cairan -100 cc, urine tidak
lingkungan yang tenang keluar
09.45 WIB 7) Memberikan posisi semi fowler A: Masalah Risiko perfusi serebral tidak
09.50 WIB 8) Mempertetahankan suhu tubuh normal efektif teratasi sebagian
09.55 WIB 9) Berolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
10.00 WIB dan 9.

Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan napas tidak S : -


2020 efektif yang berhubungan dengan menurunnya refleks O :
batuk dan menelan, imobilisasi - Suara dasar vesikuler
- Masoh terdengar suara tambahan
09.00 WIB 1) Mengidentifikasi kemampuan batuk ronkhi basah di basal paru kanan
09.05 WIB 2) Memonitor adanya retensi sputum - Masih terdapat secret berwarna Istiyani Lotina Lilit
09.20 WIB 3) Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas kuning
09.30 WIB 4) Memonitor input dan output cairan - Masih terdapat sekret di mulut dan
09.35 WIB 5) Mengatur posisi semi fowler atau fowler ET berkurang
09.40 WIB 6) Buang secret pada tempat sputum - Tidak nampak retraksi dada, RR
6

09.45 WIB 7) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 17x/menit


09.50 WIB 8) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau - Masih ada suara ronkhi basah di
ekspektoran, jika perlu basal paru kana
- Pasie tampak gelisah
- Balance cairan -100 cc, urine tidak
keluar
- Diagnosa medis stroke hemoragik
A : Masalah Bersihan jalan napas teratasi
sebagian
P : Lanjukan Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8.
Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Gangguan mobilitas fisik S:-
2020 berhubungan dengan kerusakan neuromuscular O:
- Keadaan umum masih soporokoma
10.00 WIB 1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik - Pasien tampak gelisah
lainya - Posisi pasien supinasi
10.05 WIB 2) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi - Kemampuan pergerakan 1 1
10.20 WIB 3) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah Terbatas
sebelum memulai ambulasi 1 1
- Kekuatan Otot
10.30 WIB 4) Memonitor kondisi umum selama melakukkan - Diagnosa medis stroke
ambulasi hemoragik A : Masalah Gangguan Istiyani Lotina Lilit
10.35 WIB 5) Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu mobilitas fisik
10.40 WIB 6) Memfasilitasi melakukkan mobilisasi fisik, jika P :Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan
perlu
10.45 WIB 7) Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam 9
meningkatkan ambulasi
10.55 WIB 8) Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
10.00 WIB 9) Menganjurkan melakukkan ambulasi dini
Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri S :-
6

2020 berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi O:


- Kesadaran pasien masih
soporokoma
10.00 WIB 1) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri - Kemampuan pergerakan pasien
sesuai usia terbatas
10.05 WIB 2) Memonitor tingkat kemandirian - Kekuatan otot ektermitas atas 1 dan
10.20 WIB 3) mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan ektermitas bawah 1
diri, berpakaian, berhias, dan makan - Perawatan diri pasien masih dibantu
10.30 WIB 4) Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. oleh keluarga
Suasana hangat, rileks, privasi) - Diagnosa medis stroke hemoragik Istiyani Lotina Lilit
10.35 WIB 5) Menyiapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat
gigi, dan sabun mandi) A : Masalah defisit nutrisi teratasi sebagian
10.40 WIB 6) Mendampingi dalam melakkukan perawatan diri
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8, dan
sampai mandiri
9
10.45 WIB 7) Memfasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
10.55 WIB 8) Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
10.00 WIB 9) Mengannjurkan melakukkan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Gangguan komunikasi verbal S : Keluarga mengatakan pasien belum
2020 berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial atau dapat berbicara
oral O:
- Keadaan umum masih lemah
1) Memonitor kecepatan, tekanan,kuantitas, volume, - Kesadaran pasien masih soporocoma
10.00 WIB dan diksi bicara. - Pasien tampak gelisah
2) Mengidentifikasi perilaku emosional dan fisik - Pasien masih belum bisa merespon Istiyani Lotina Lilit
10.05 WIB sebagai bentuk komunikasi - GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada
3) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. respon), V: ET (menggunakan ETT
10.20 WIB Menulis, mata berkedif, papan komunikasi dengan atau Tracheostomy), M: 2 (mengikuti
gambar dan huruf, isyarat tangan, dan komputer) perintah).
6

4) Menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan - Pupil miosis, reflek pupil +/-.
10.30 WIB (mis. berdiri didepan pasien, dengarkan dengan A : Masalah Gangguan komunikasi verbal
seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran belum teratasi
sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,dan 6
menghindari teriakan, gunakan komunikasi tertulis,
atau meminta bantuan keluarga untuk memahami
ucapan pasien.
10.35 WIB 5) Mengulangi apa yang disampaikan pasien
10.40 WIB 6) Menganjurkan berbicara perlahan
Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi berhubungan S:-
2020 dengan efek prosedur invasif O;
- Keadaan umummasih soporokoma
10.00 WIB 1) Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan - Pasien masih panas dengan suhu
sistemik 40.1⁰C
10.05 WIB 2) Membatasi jumlah pengunjung - Leukosit 9.7 103/µl
10.20 WIB 3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Pasien terpasang ET
dengan pasien dan lingkungan psien - Pasien terpasang NGT
10.30 WIB 4) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Pasien bedrest total Istiyani Lotina Lilit
10.35 WIB - Reflek motorik -/-
- Diagnosa medis stroke hemoragik
A : Masalah Risiko infeksi belum teratsi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5.
6

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI Cetakan I 2016 Cetakan II 2017, Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLLKI DPP PPNI Cetakan II 2019. Standar Luaran


Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Cetakan II 2019.Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi,


Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. 2005. Medical Surgical Nursing;
clinical management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis :
Elsevier. Inc

Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi X. Jakarta:


EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, S. C et.al. 2005. Brunner&Suddarth’s: Textbook of Medical


Surgical Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott

Soepardjo. 2009. Sekilas Tentang Stroke. Yayasan stroke Indonesia.

Sudoyo, A. W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi
IV. FK-UI. Jakarta. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-
UI
6

KASUS SH

Pada tanggal 19 September 2020 Tn.A demam, kemudian dibawa berobat


ke dokter umum dan dikatakan ISK.Pada tanggal 21 September 2020 pukul 18.00
WIB Tn.A tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi
ngorok. Sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak
ada kejang sebelumnya. Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Pratama
Tumbang Talaken pukul 19.15 WIB. Kemudian dari Rumah Sakit Pratama
Tumbang Talaken Tn.A dirujuk ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
pukul 21.00 WIB. Klien datang di IGD RSUD dr.Doris Sylvanus dalam keadaan
tidak sadar dengan GCS E1M2V1. Kemudian klien dirujuk ke ruang ICU untuk
mendapatkan perawatan intensif dengan ventilator. Saat pengkajian di ICU klien
soporokoma dengan GCS E1M2VET, terpasang Ventilator dengan mode SIM V,
FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487, RR 38x/menit. Vital Sign : TD 140/90 mmHg,
Nadi 160x/menit, Suhu : 38,5⁰C, dan SaO2 100%. Kondisi pupil keduanya
miosis, reflek cahaya +/- . Ada akumulasi secret di mulut dan di selang ET, tidak
terpasang mayo dan lidah tidak turun. Terdapat retraksi otot interkosta dengan RR
38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan. CRT < 3 detik. Di
ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam, Ranitidin /12
jam, dan infuse RL 20 tpm.Tentukan Asuhan Keperawatan pada Tn.A Dengan
Diagnosa Medis Stroke Haemoragik.
6

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT STROKE,PERSONAL


HYGIENE,MOBILISASI,DAN TINDAKAN SUCTION

Oleh:
Nama : Istiyani Lotinia Lilit
Nim : 2017.C.09a.0892

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TA 2020/2021
6

SATUAN ACARA PENYULUHAN


A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Pasien Stroke Hemoragik
2. Penyuluhan : Di RS Doris Sylvanus Palangka Raya Ruang
ICU
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di harapkan klien dan
keluarga dapat mengetahui dan memahami tentang
Stroke Hemoragik
2. Tujuan Khusus : Mampu memahami pengertian Stroke Hemoragik
Mampu memahami Penyebab Stroke Hemoragik
Mampu memahami tanda dan gejala Stroke
Hemoragik
Mampu memahami akibat Stroke Hemoragik
Mampu memahami pecegahan Stroke Hemoragik
D. Materi : Penyakit Stroke Hemoragik
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
1. Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Oktober 2020
2. Pukul : 10-00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 3 Menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Stroke Hemoragik
2. Penyebab Stroke Hemoragik
3. Tanda dan gejala Stroke
Hemoragik
4. Akibat Stroke Hemoragik
6

5. Pencegahan Stroke
Hemoragik
3 Tanya Jawab : 1 Menit Ceramah
1. Mengevaluasai kembali
materi yang sudah dijelaskan
dengan bertanya kepada
peserta penyuluhan.
4 Penutup : 1 Menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
3) Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto
6

I. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator dan Leader

: Peserta

: Dokumentasi
6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan keluarga stroke hemoragik
2. Penyuluhan : Di RS Doris Sylvanus Palangka Raya Ruang
ICU
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di harapkan klien dapat mengetahui dan
memahami tentang Mobilisasi
2. Tujuan Khusus : Mampu memahami pengertian Mobilisasi
Mampu memahami jenis Mobilisasi
Mampu memahami tirah baring lama
Mampu memahami manfaat latihan gerak
D. Materi : Latihan Gerak
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
1. Hari/Tanggal : Minggu, 3 Oktober 2020
2. Pukul : 10-00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 3 Menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Mobilisasi
2. Jenis Mobilisasi
3. Tirah baring lama
4. Manfaat latihan gerak

3 Tanya Jawab : 1 Menit Ceramah


1. Mengevaluasai kembali
7

materi yang sudah dijelaskan


dengan bertanya kepada
peserta penyuluhan.
4 Penutup : 1 Menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
I. Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
J. Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
K. Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang beru
gambar atau foto
I. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator dan Leader

: Peserta

: Dokumentasi
7

SATUAN ACARA PENYULUHAN


A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Keluarga dan pasien stroke hemoragik
2. Penyuluhan : Di RS Doris Sylvanus Palangka Raya Ruang
ICU
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di harapkan klien dan keluarga dapat
mengetahui dan memahami tentang Personal Hygiene
2. Tujuan Khusus : Mampu memahami pengertian Personal Hygiene
Mampu memahami Tujuan Personal Hygiene
Mampu memahami cara melakukkan Personal
Hygiene
D. Materi : Manajemen nyeri
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
1. Hari/Tanggal : Minggu, 30 Mei 2020
2. Pukul : 10-00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
7

2 Pelaksanaan : 3 Menit Ceramah


Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Personal Hygien
2. Tujuan Personal Hygiene
3. Cara melakukkan Personal
Hygiene

3 Tanya Jawab : 1 Menit Ceramah


1. Mengevaluasai kembali
materi yang sudah dijelaskan
dengan bertanya kepada
peserta penyuluhan.
4 Penutup : 1 Menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
3) Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
7

2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang beru


gambar atau foto
I. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator dan Leader

: Peserta

: Dokumentasi
7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan keluarga stroke hemoragik
2. Penyuluhan : Di RS Doris Sylvanus Palangka Raya Ruang
ICU
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di diharapkan keluarga mampu melakukan
tindakan suction dengan cara yang baik dan benar.
2. Tujuan Khusus :
- Menyebutkan tujuan suction
- Menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk
suction
- Menyebutkan langkah-langkah suction dengan benar
- Mempertahankan prinsip steril pada saat
dilakukan suctio
D. Materi : Tindakan suction
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
4. Hari/Tanggal : Minggu, 3 Oktober 2020
5. Pukul : 10-00 WIB - selesai
6. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 3 Menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
- Menyebutkan tujuan suction
- Menyebutkan peralatan yang
7

dibutuhkan untuk suction


- Menyebutkan langkah-langkah
suction dengan benar
- Mempertahankan prinsip steril
pada saat dilakukan suctio

3 Tanya Jawab : 1 Menit Ceramah


1. Mengevaluasai kembali materi
yang sudah dijelaskan dengan
bertanya kepada peserta
penyuluhan.
4 Penutup : 1 Menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
I. Moderator : Istiyani Lotina Lilit
6. Membuka acara penyuluhan
7. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
8. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
9. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
10. Mengatur jalannya diskusi
J. Leader : Istiyani Lotina Lilit
3. Menyampaikan materi penyuluhan
4. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
K. Dokumentasi : Eltra
3. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
4. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto
7

I. TEMPAT
Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator dan Leader

: Peserta

: Dokumentasi
7
7
7
8
8
8
GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN STROKE
HEMORAGIK DENGAN DIABETES MELITUS DAN NON
DIABETES MELITUS DI BAGIAN SARAF RUMKITAL
DR.RAMELAN SURABAYA

BLOOD PRESSURE DESCRIPTION ON HEMORRHAGIC STROKE


PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS AND WITHOUT DIABETES
MELLITUS AT NEUROLOGY DEPARTMENT OF DR. RAMELAN
NAVAL HOSPITAL SURABAYA
Eric Hartono*, Meilinda Puspitasari*,
Olivia Adam**

*) Dokter Umum Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan


Surabaya
**) Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hang
Tuah Surabaya

ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Tekanan darah
dan diabetes melitus merupakan faktor penyebab terjadinya stroke yang dapat diubah.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode studi
prevalensi, dengan menggunakan data sekunder yang didapat melalui rekam medis
pada bulan Januari-November
2015. Hasil: Pada pasien stroke hemoragik dengan diabetes melitus yang tekanan
darahnya normal sejumlah 7.14%, prehipertensi sejumlah 7.14%, hipertensi stage 1
sejumlah 21.43%, dan stage 2 sejumlah 64.29%. Sedangkan pada non diabet, tekanan
darah normal sejumlah 4.54%, prehipertensi sejumlah 9.09%, hipertensi stage 1 sejumlah
13.64%, dan stage 2 sejumlah 72.73%. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pada pasien stroke hemoragik dengan diabetes mellitus dan non diabetes mellitus di
ruang rawat inap Rumkital Dr.Ramelan yang memiliki tekanan darah paling banyak
adalah pada kelompok hipertensi stage 2.
Kata kunci : stroke hemoragik, tekanan darah, diabetes
melitus.

ABSTRACT
Background: Stroke is the most cause of death in Indonesia. Blood pressure and diabetes
mellitus
were suggested as the modifiable risk factor of hemorrhagic stroke. Method: It is used
the descriptive design with prevalence studies method by using secondary data those were
taken from the medical record since January until November 2015. Result: On
hemorrhagic stroke patients with diabetes mellitus who have normal blood pressure were
7.14%, prehypertension were 7.14%, hypertension stage 1 were 21.43%, and stage 2
were 64.29%. Meanwhile on the patients without diabetes mellitus, who have normal
blood pressure were 4.54%, prehypertension were 9.09%, hypertension stage 1 were
13.64%, and stage 2 were 72.73%. Conclusion: This study shows that hemorrhagic
stroke patients with diabetes mellitus or without diabetes mellitus at Neurology
wards Dr.Ramelan Navy Hospital Surabaya who have the hypertension stage 2 are the
most.
Keywords: hemorrhagic stroke, blood pressure, diabetes
mellitus

8
PENDAHULUAN darah ke otak dapat tersumbat atau
Stroke adalah suatu penyakit yang
disebut dengan stroke iskemik, dan juga
sebagian besar gejala klinisnya
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
berkembang dengan cepat dan
darah di otak atau disebut dengan stroke
mengganggu fungsi otak, berlangsung
hemoragik.(1,2)
lebih dari 24 jam dan dapat
Intracerebral hemorrhage (ICH)
menyebabkan kematian
adalah subtipe stroke kedua yang paling
(Merritt’s,2010). Stroke menyebabakan
sering terjadi dan biasanya
gangguan suplai darah ke otak secara
menyebabkan cacat berat atau kematian.
mendadak sehingga menyebabkan suplai

8
ICH lebih sering terjadi pada orang yang menganalisis basis data registri
Asia, usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, stroke prospektif regional antara 2007
dan negara-negara berpenghasilan dan 2009, 34% dari 3.448 pasien dengan
rendah dan menengah. Tingkat kematian ICH berusia 80 tahun atau lebih.(8)
kasus ICH tinggi (40% pada 1 bulan dan Hipertensi atau tekanan darah
54% pada 1 tahun), dan hanya 12% tinggi merupakan faktor resiko yang
hingga 39% yang selamat dapat kuat yang dapat menyebabkan stroke.
mencapai kemandirian fungsional Baik tekanan sistolik maupun diastolik
jangka panjang. Faktor risiko ICH yang tinggi merupakan faktor resiko
adalah hipertensi, merokok konsumsi untuk stroke. Diabetes melitus
alkohol berlebihan, hipokolesterolemia, merupakan faktor resiko untuk stroke
dan obat-obatan. Usia tua, jenis kelamin namun tidak sekuat hipertensi. Dimana
laki-laki, etnis Asia, penyakit ginjal diabetes melitus ini meningkatkan
kronis, angiopati amyloid serebral probabilitas penderita hipertensi untuk
(CAA), dan microbleeds serebral (CMB) menderita stroke. Dan frekuensi diabetes
meningkatkan risiko ICH. Presentasi cukup tinggi pada penderita stroke.(9)
klinis bervariasi sesuai dengan ukuran Hipertensi merupakan faktor risiko yang
dan lokasi hematoma, dan ekstensi paling penting untuk ICH spontan, dan
perdarahan intraventricular (3)(4)(5)
kontribusi hipertensi lebih besar untuk
Insiden ICH meningkat dengan ICH dalam daripada untuk ICH lobar.
bertambahnya usia. Sebuah studi (10,11)

database rawat inap baru-baru ini dari Stroke merupakan penyebab


Belanda berdasarkan penelitian kohort meningkatnya morbiditas dan mortalitas
retrospektif melaporkan bahwa kejadian di Indonesia. Data tentang pola klinis
ICH per 100.000 adalah 5,9 dalam 35-54 pasien stroke Indonesia yang dirawat di
tahun, 37,2 dalam 55-74 tahun, dan rumah sakit masih belum tersedia.
176,3 pada 75-94 tahun pada tahun Penelitian ini merupakan bagian dari
2010. (6)
Untuk semua usia, tingkat Stroke ASNA (ASEAN Neurological
kejadian tahunan per 100.000 orang Association) Stroke Epidemiological
lebih tinggi pada pria dibandingkan pada Study yang bertujuan untuk menyelidiki
wanita; 5,9 vs 5,1 pada orang berusia 35- profil klinis stroke di tujuh negara
54 tahun, 37,2 vs 26,4 pada mereka yang ASEAN dengan protokol yang sama.
berusia 55-74 tahun, dan 176,3 vs 140,1 Dari 2065 pasien stroke akut yang
pada mereka yang berusia 75-94 tahun.(7) dirawat di 28 rumah sakit di seluruh
Dalam sebuah studi Jerman Indonesia, usia rata-rata adalah 58,8

8
tahun (kisaran: 18-95 tahun). 12,9% Berdasarkan uraian di atas
lebih muda dari 45 tahun, dan 35,8% peneliti ingin mengetahui gambaran
lebih tua dari 65 tahun. Ada lebih tekanan darah pada pasien stroke yang
banyak pria daripada wanita. Sebagian mengalami diabetes dan yang tidak.
besar dari mereka tiba di rumah sakit Sehingga didapatkan data dan dapat
lebih dari 6 jam sejak onset stroke. mengontrol faktor resiko tersebut agar
Alasan mengapa datang terlambat ke dapat mencegah terjadinya stroke dan
rumah sakit adalah ketidaksadaran diharapkan dapat menurunkan jumlah
gejala stroke dan transportasi jarak jauh. kematian yang disebabkan karena
(12)
stroke.
Diperkirakan 285 juta orang di
seluruh dunia menderita diabetes selama TUJUAN
2010, dan jumlahnya diprediksi Penelitian ini bertujuan untuk

meningkat menjadi 439 juta di seluruh mengetahui gambaran tekanan darah

dunia pada tahun 2030. Peningkatan ini pada pasien stroke hemoragik dengan

termasuk peningkatan 69% pada orang diabetes melitus dan non diabetes

dewasa dengan diabetes di negara melitus di ruang rawat inap bagian saraf

berkembang dan peningkatan 20% di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Selain

negara maju. Peningkatan dramatis itu juga dapat untuk mengetahui angka

prevalensi diabetes tipe II kemungkinan kejadian stroke hemoragik, diabetes

disebabkan oleh peningkatan prevalensi mellitus dan gambaran tekanan darah

obesitas. Sindrom metabolik diyakini pasien stroke hemoragik di Rumkital Dr.

mempengaruhi setidaknya 1 dari 5 orang Ramelan Surabaya

dewasa, dan membawa risiko tinggi


METODOLOGI PENELITIAN
diabetes tipe II dan CVD. Diabetes dapat
Disain penelitian yang akan digunakan
menyebabkan berbagai komplikasi
peneliti adalah penelitian deskriptif
serius jika tidak ditangani dengan benar.
dengan metodologi penelitian studi
Hal ini termasuk retinopathy, penyakit
prevalensi. Populasi yang diteliti adalah
ginjal kronis, amputasi anggota tubuh,
semua data yang diperoleh dari rekam
penyakit jantung dan stroke. Studi
medik ruang rawat inap bagian saraf
epidemiologi telah menunjukkan bahwa
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya periode
diabetes adalah faktor risiko independen
Januari - November 2018 yang
yang dapat dimodifikasi untuk stroke,
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
baik stroke iskemik maupun hemoragik. dari sample.
(13)(14)(15)

8
Adapun kriteria inklusi adalah stroke hemoragik yang memenuhi
pasien terdiagnosis menderita penyakit kriteria inklusi dan eksklusi di Rumkital
stroke hemoragik. data rekam medis Dr. Ramelan Surabaya periode Januari –
yang mencantumkan hasil CT scan November 2018, didapatkan jumlah
kepala yang hiperdens. pengukuran sampel kasus sebanyak 36 orang dengan
tekanan darah saat pertama kali berada pengambilan sampel menggunakan total
di ruang rawat inap, pengukuran populasi.
pertama gula darah puasa dan gula darah Tabel 1 Distribusi sampel
2 jam setelah makan yaitu pada saat hari berdasarkan jenis kelamin
kedua atau ketiga berada di ruang rawat
Jenis Jumlah Pasien
inap. Sedangkan untuk kriteria eksklusi Kelamin Frekuensi Presentase
(n) (%)
adalah data rekam medis pasien yang Laki-laki 19 52.78
tidak mencantumkan variable yang ingin Perempuan 17 47.22
diteliti meliputi usia, jenis kelamin, Total 36 100

kadar gula darah, tekanan darah, hasil


Tabel 2 Distribusi sampel
CT scan kepala. Variabel yang diukur
berdasarkan usia
oleh peneliti meliputi tekanan darah, dan
Jumlah Pasien
gula darah pasien yang terdiagnosa Klasifikasi Usia
(th) Frekuensi Presentase
stroke hemoragik. (n) (%)
Alat yang digunakan adalah <55 17 47.22
55-64 11 30.56
perhitungan dengan turus untuk
 65 8 22.22
menghitung jumlah data yang ada dan 36 100.00
kemudian akan dimasukkan kedalam
komputer untuk disusun menggunakan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sampel
Microsoft word dan Microsoft excel. Berdasarkan Status Diabet Pasien
Data yang telah terkumpul akan dihitung Jumlah Pasien
Frekuensi Presentase
menggunakan turun, dicatat di selembar
(n) (%)
kertas. Kemudian data akan diolah
Diabetes Melitus 14 38.89
dengan computer menggunakan Non Diabetes
Melitus 22 61.11
Microsoft word dan Microsoft excel dan
Total 36 100
kemudian akan disajikan dalam tabel
dan grafik.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian dari
data rekam medis pasien terdiagnosa

8
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sampel yang didapat oleh peneliti adalah 20
Berdasarkan Tekanan Darah Pasien (55.56%) pasien laki-laki dan 16
Jumlah Pasien (44.44%) pasien perempuan. Hal ini

Frekuensi Presentase sesuai dengan Merrit’s pada tahun 2010,


(n) (%)
bahwa angka kejadian stroke hemoragik
Normal 2 5.56
Prehipertens lebih banyak pada laki-laki daripada
i 3 8.33
perempuan.
Stage 1 6 16.67
Stage 2 25 69.44 Didapatkan pula distribusi
Total 36 100 berdasarkan usia, terdapat 17 (47.22%)
pasien yang menderita stroke hemoragik
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tekanan
pada usia dibawah 55 tahun, 11
Darah Berdasarkan Status Diabet
(30.56%) pasien pada kelompok usia 55
Pasien.
hingga 64 tahun, dan 8 (22.22%) pasien
Tekanan Darah (mmHg) pada kelompok usia 65 tahun keatas.
Prehipert
Normal Stage 1 Stage 2
ensi Dari hasil penelitian ini didapatkan
Frekuen Frekuen
Frekuensi Frekuensi
si si Total penderita stroke hemoragik terbanyak
Diabetes
1 1 3 9 14 pada kelompok usia dibawah 55 tahun.
Melitus
Non
Diabetes 1 2 3 16 22 Pergeseran usia ini dapat disebabkan
Melitus
karena gaya hidup pada masa sekarang
yang kurang baik, misalnya kurangnya
Tabel 6 Distribusi Presentase
aktivitas fisik, olahraga dan pola makan
Tekanan Darah Berdasarkan Status
yang tidak baik (Hans,2012). Menurut
Diabet Pasien
Debette pada tahun 2015, terjadi
Tekanan Darah (mmHg) peningkatan angka kejadian stroke
Prehipe
Normal Stage 1 Stage 2
rtensi hemoragik pada usia muda dan pada
% % % % Total usia dibawah 55 tahun (20-54 tahun).(16)
Diabetes
7.14 7.14 21.43 64.29 100
Melitus Dari hasil penelitian ini dapat
Non
Diabetes 4.54 9.09 13.64 72.73 100 dilihat gambaran status diabet pasien
Melitus dari seluruh data yang didapatkan. Dari

PEMBAHASAN 36 data yang didapatkan oleh peneliti,

Dari 36 data yang didapat peneliti terdapat 14 (38.89%) pasien stroke

berdasarkan rekam medis yang diambil hemoragik yang disertai diabetes

pada bulan Januari - November 2018, melitus. Sedangkan jumlah yang tidak

dapat diketahui distribusi frekuensi menderita diabetes melitus ada 22

berdasarkan jenis kelamin, dimana hasil (61.11%) pasien. Tingginya jumlah

8
pasien tanpa diabetes melitus ini dapat pecah. Bahkan peningkatan darah
disebabkan karena peneliti tidak melihat derajat sedang dapat meningkatkan
riwayat penyakit diabetes pada pasien resiko terjadinya stroke Barry,2002).
yang hasil pengukuran gula darahnya Pernyataan ini sesuai dengan hasil
tidak lengkap. Menurut Zafar tahun penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
2007, rendahnya penderita diabetes (17)

melitus pada pasien stroke hemoragik ini Dari hasil penelitian ini dapat
dapat disebabkan karena tingkat dilihat gambaran tekanan darah pasien
keparahan nekrosis fibrinoid pada stroke hemoragik terhadap status diabet
pembuluh darah kecil lebih sering pada pasien yaitu pasien stroke hemoragik
pasien dengan hipertensi saja yang tekanan darahnya normal dan
dibandingkan pada pasien dengan diabet menderita diabetes melitus ada 1
dan hipertensi. (14)
(7.14%) pasien. Sedangkan pasien yang
Dari hasil rekam medis yang tekanan darahnya tergolong
diambil oleh penetili juga didapatkan prehipertensi ada 1 (7.14%) pasien.
gambaran tekanan darah pada pasien Sementara itu pasien stroke hemoragik
stroke hemoragik, tanpa melihat status yang tekanan darahnya tergolong stage 1
diabet pasien. pada pasien stroke ada 3 (21.43%) pasien. Dan pasien
hemoragik yang memiliki tekanan darah stroke hemoragik yang tekanan
yang normal ada 2 (5.56%) pasien dari darahnya tergolong stage 2 ada 9
seluruh populasi. Dan yang tekanan (64.29%) pasien.
darahnya tergolong prehipertensi ada 3 Sedangkan tekanan darah pasien
(8.33%) pasien. Sedangkan yang yang normal pada pasien stroke yang
tekanan darahnya tergolong stage 1 ada tidak menderita diabetes mellitus ada 1
6 (16.67%) pasien. Dan yang tergolong (4.54%) pasien. Dan terdapat 2 (9.09%)
hipertensi stage 2 ada 25 (69.44%) pasien yang memiliki tekanan darah
pasien. Hal ini sesuai dengan Merrits tergolong prehipertensi. Sedangkan
pada tahun 2010, bahwa faktor resiko pasien yang tekanan darahnya tergolong
stroke meningkat sebanding dengan stage 1 ada 3 (13.64%) pasien. Dan yang
peningkatan tekanan darah. Hal ini tergolong stage 2 ada 16 (72.73%)
disebabkan karena tingginya tekanan pasien. Hipertensi merupakan faktor
darah dalam waktu yang lama akan kuat untuk terjadinya stroke hemoragik
merusak dinding arteri, membuat (Merrit’s, 2010). Hipertensi cenderung
dinding arteri menjadi lebih mudah terjadi pada pasien dengan diabetes
melebar, atau menyempit, atau bahkan mellitus tipe 2, dua faktor ini

8
meningkatkan resiko angka kejadian dan tanpa diabetes mellitus lebih banyak
angka kematian stroke hemoragik. dibanding pasien dengan diabetes
Diabetes melitus tipe 2 meningkatkan mellitus. Penyakit diabetes mellitus
angka kejadian stroke hemoragik lebih berisiko terjadinya stroke
sebanyak 17% (Gang,2005). Pasien iskemik
dengan diabetes memiliki resiko lebih
besar menderita stroke (Barry,2002). SARAN
Pasien diabetes mellitus yang memiliki Dapat dilakukan penelitian lanjutan
tekanan darah sistolik >160mmHg dengan menambahkan variable yang
memiliki resiko dua kali lebih tinggi diteliti, serta dapat mengulas mengenai
mederita stroke dibandingkan dengan hubungan tekanan darah dan status
pasien yang memiliki tekanan darah diabet terhadap angka kejadian stroke
<160mmHg (Lewis,2000). Menurut hemoragik dengan menambahkan
Merrit’s pada tahun 2010, peningkatan jumlah sampel dan waktu penelitian
tekanan darah ini dapat menyebabkan sehingga bisa mewakili keseluruhan
meningkatnya resiko terkena populasi.
atherosklerosis dan gangguan pada
pembuluh darah kecil dan dapat DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan terjadinya stroke iskemik 1. Yang Q, Tong X, Schieb L, Vaughan
maupun stroke hemoragik. (17)(18) A, Gillespie C, Wiltz JL, et al. Vital
Signs: Recent Trends in Stroke Death
Rates — United States, 2000–2015.
KESIMPULAN MMWR Morb Mortal Wkly Rep.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan 2017;
bahwa: 2. Sacco S, Marini C, Toni D, Olivieri
1. Pasien yang menderita stroke L, Carolei A. Incidence and 10-year
survival of intracerebral hemorrhage
perdarahan paling banyak tekanan in a population-based registry.
darahnya mencapai hipertensi stage Stroke. 2009;

2. Hal ini sesuai dengan teori dimana 3. Feigin VL, Lawes CM, Bennett DA,
Barker-Collo SL, Parag V.
semakin tinggi tekanan darah maka Worldwide stroke incidence and
semakin tinggi resiko terjadinya early case fatality reported in 56
population-based studies: a
stroke perdarahan. Dari hasil systematic review. The Lancet
penelitian Neurology. 2009.
2. Tidak terdapat hubungan antara 4. Mohammad Y, Qureshi A. Blood
Pressure Management in
diabetes mellitus dengan stroke
Intracerebral Hemorrhage. Semin
perdarahan. Karena dari total Neurol. 2016;
populasi (n=36) didapatkan pasien 5. Shah QA, Ezzeddine MA, Qureshi

9
Stroke patterns, etiology, and
6. AI. Acute hypertension in prognosis in patients with diabetes
intracerebral hemorrhage: mellitus. Neurology. 2004;
Pathophysiology and treatment. J 17. Chauhan G, Debette S. Genetic
Neurol Sci. 2007; Risk Factors for Ischemic and
7. Broderick JP, Brott T, Tomsick T, Hemorrhagic Stroke. Current
Miller R, Huster G. Intracerebral Cardiology Reports. 2016.
hemorrhage more than twice as 18. Carter BL. Implementing the
common as subarachnoid New Guidelines for Hypertension. J
hemorrhage. J Neurosurg. 1993; Manag Care Pharm. 2004;
8. Jolink WMT, Klijn CJM, 19. Kuller LH. Epidemic
Brouwers PJAM, Kappelle LJ, hypertension in sub-Saharan Africa.
Vaartjes I. Time trends in incidence, Hypertension
case fatality, and mortality of
intracerebral hemorrhage.
Neurology. 2015;
9. Stein M, Misselwitz B, Hamann GF,
Scharbrodt W, Schummer DI, Oertel
MF. Intracerebral hemorrhage in the
very old: Future demographic trends
of an aging population. Stroke. 2012;
10. Warlow C, Gijn J Van, Dennis
M. Stroke: Practical Management.
N Engl J Med. 2008;
11. Zia E, Hedblad B, Pessah-
Rasmussen H, Berglund G, Janzon
L, Engström G. Blood pressure in
relation to the incidence of cerebral
infarction and intracerebral
hemorrhage - Hypertensive
hemorrhage: Debated nomenclature
is still relevant. Stroke. 2007;
12. Martini SR, Flaherty ML,
Brown WM, Haverbusch M,
Comeau ME, Sauerbeck LR, et
al. Risk factors for intracerebral
hemorrhage differ according to
hemorrhage location. Neurology.
2012;
13. Misbach J, Ali W. Stroke in
Indonesia: A first large prospective
hospital-based study of acute
stroke in 28 hospitals in indonesia. J
Clin Neurosci. 2001;
14. Putaala J, Liebkind R, Gordin D,
Thorn LM, Haapaniemi E, Forsblom
C, et al. Diabetes mellitus and
ischemic stroke in the young:
Clinical features and long-term
prognosis. Neurology. 2011;
15. Zafar A, Shahid SK, Siddiqui M,
Khan FS. Pattern of Stroke in
Type 2 Diabetic Subjects versus
Non-diabetic Subjects. J Ayub Med
Coll Abbottabad. 2007;
16. Karapanayiotides T,
Piechowski-Jozwiak B, Van Melle
G, Bogousslavsky J, Devuyst G.
9
9

Anda mungkin juga menyukai