Oleh:
Nama : Istiyani Lotinia Lilit
Nim : 2017.C.09a.0892
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yangberjudul ―Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A
Dengan Diagnosa Medis Stroke Hemoragik Diruang ICU RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya‖
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners Selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian
asuhan keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada keluarga Tn.A yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai
kelolaan dalam asuhan keperawatan.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit Kejang Demam.....................................................................4
1.1.1 Definisi....................................................................................................4
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi..............................................................................4
1.1.3 Etiologi....................................................................................................6
1.1.4 Klasifikasi................................................................................................6
1.1.5 Patofisiologi.............................................................................................7
1.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................10
1.1.7 Komplikasi.............................................................................................10
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................10
1.1.9 Manifestasi Klinis..................................................................................11
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan...................................................................13
1.2.1 Pengkajian.............................................................................................13
1.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................14
1.2.3 Intervensi...............................................................................................16
1.2.4 Implementasi.........................................................................................18
1.2.5 Evaluasi.................................................................................................18
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Anamnesa........................................................................................................19
2.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................20
2.3 Analisa Data....................................................................................................24
2.4 Prioritas Masalah.............................................................................................26
2.5 Rencana Keperawatan.....................................................................................27
2.6 Implentasi dan Evaluasi..................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-
gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Serebelum
terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,serta mengubah tonus dan
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal
yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi
lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus
berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom
perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
3
1.1.3 Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intracranial
dengan gejala peningkatan tekana darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan
180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan
pernafasan mengorok.
6
1.1.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1) Stroke Iskemik.
a. Trancient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2) Stroke
Hemoragik
7
1.1.5 Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan
tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya
hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma kecil-
kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam
parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas kesekitarnya
bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri
di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan
8
sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan
mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami
nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga
terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan
diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar
rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi.
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.
Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat
lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya
perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan,
berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari.
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher
bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang. 90%
menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan besar dan
atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam
waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke
system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau
mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital.
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri
masih dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata.
Sedangkan adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah
dapat mengakibatkan kematian. Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang
pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 % mempunyai lebih dari satu
aneurisma.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan
9
otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan.
Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark
di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi
kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit
pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau
robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi
akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah,
gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan
ruptur vaskular dalam jaringan otak
WOC STROKE HEMORAGIK
10
Hipertensi
Pengurangan
jaringan
sitemik
Aneurisma
Stroke Hemoragik
1.1.7 Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan :
1) Infark Serebri
2) Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3) Fistula caroticocavernosum
4) Epistaksis
5) Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
menunjukkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan stres, klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spritual karena
tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.
7. Pengkajian Primer
1. Airway
Look : klien tidak berbicara, tidak sadarkan diri, tidak terdapat tanda-
tanda cedera servikal.
Listen : jalan napas klien terdengar bunyi gurgling dan
snoring. Feel : napas klien masih dapat dirasakan.
2. Breathing
Inspeksi : RR 19 kali/menit, regular, I:E=1:2, tidak terdapat ada retraksi
dinding dada saat klien bernapas, pengembangan dada normal,
simetris antara dada kanan dan kiri.
Palpasi : taktil fremitus tidak dapat dikaji karena penurunan kesadaran.
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : terdengar bunyi napas ronkhi basah dan halus pada kedua apeks
paru dan vesikuler pada lapang paru bagian basal.
3. Circulation
Frekuensi nadi klien 90 kali/menit, regular dan kuat, capillary refill < 2 detik
pada ekstremitas atas dan 3 detik pada ekstremitas bawah, akral teraba hangat,
SpO2 99% (dengan bantuan O2 nasal kanul 4 lpm), tidak ada sianosis, tidak
terdapat diaphoresis, tekanan darah klien 230/100 mmHg.
4. Disability
a) GCS klien 5 (E1M3V1), tingkat kesadaran koma.
b) Pupil anisokor 5 mm/3 mm.
1
5. Exposure
a) Suhu tubuh klien 36,7oC
b) Terdapat jejas pada kepala bagian oksipital sinistra dengan diameter 3 cm.
c) Terdapat luka VE pada jari-jari kaki kanan.
6. Foley catheter
a) Tidak terdapat perdarahan pada OUE, tidak terdapat hematom pada daerah
genetalia, vesika urinaria teraba penuh.
7. Gastric tube
a) Abdomen terlihat cekung, tidak terdapat distensi abdomen, bising usus 7
x/menit.
8. Heart monitoring/monitor EKG
Terdapat gambaran EKG 3 lead: sinus takikardi dengan HR 112 x/menit.
8. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda –
tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
a. B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan inspeksi
pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
b. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg.
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
1
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x 7 Dukungan Ambulasi I.06171 hal.22
dengan kerusakan neuromuscular jam diharapkan mobilisasi klien Observasi
(SDKI D.0054) mengalami peningkatan. 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
Kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
SLKI L.05042 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
1. Pergerakan ekstermitas : (5) 4. Monitor kondisi umum selama melakukkan ambulasi
2. Kekuatan otot : (5) Terapeutik
3. Rentang gerak ROM : (5) 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
4. Kecemasan : (1) 2. Fasilitasi melakukkan mobilisasi fisik, jika perlu
22
5. Kaku sendi : (1) 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
6. Gerakan terbatas : (1) Edukasi
7. Kelemahan fisik : (1) 3. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
4. Anjurkan melakukkan ambulasi dini
5. Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukkan (mis.berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi
Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan Diri: BAK/BAB I.11349 hal.37
(incontinensia urin) yang berhubungan selama 1x7 jam Klien mampu mengontrol Observasi
dengan penurunan sensasi, disfungsi eliminasi urinnya. 1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
kognitif, ketidakmampuan untuk Kriteria hasil : 2. Monitor integritas kulit pasien
berkomunikasi (SDKI D.0040) SLKI L.04034 L.04034 Terapeutik
1. Sensasi berkemih : (5) 1. Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
2. Desakan berkemih : (1) 2. Dukungan penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
3. Frekuensi BAK : (5) 3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Karakter urine : (1) 4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi jika perlu
5. Bersikan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
6. Latih Bak/BAB sesuai jadwal, jika perlu
7. Sediakan alat bantu
Edukasi
1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas Kulit I.02075 hal.316
berhubungan dengan tirah baring lama selama 1x7 jam Klien mampu Observasi
(SDKI D.0129) mempertahankan keutuhan kulit 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : Terapeutik
SLKI L.14125 1. Ubah posisi tiap 2 jam jka tirah baring
1. Elastisitas : (5) 2. Lakukkan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
2. Perfusi jaringan : (5) 3. Bersihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
3. Kerusakan jaringan : (1) 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
2
4. Kerusakan lapisan kulit : (1) 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
5. Nyeri : (1) 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
6. Kemerahan : (1) Edukasi
7. Jaringan parut : (1) 1. Anjurkan menggunakan pelembab
8. Nekrosis : (1) 2. Anjurkan minum air yang cukup
9. Suhu kulit : (1) 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
10. Pertumbuhan rambut : (5) 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Gangguan persepsi sensori : perabaan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen halusinasi I.09288 hal.178
yang berhubungan dengan penekanan selama 1x7 jam diharapkan Meningkatnya Observasi
pada saraf sensori (SDKI D.0085) persepsi sensorik secara optimal. 1. Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
Kriteria hasil : 2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulus lingkungan
SLKI L.09083 3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membehayakan diri)
1. Verbalisasi mendengar bisikan : (1) Terapeutik
2. Vebalisasi melihat bayangan : (1) 1. Pertahankan lingkungan yang aman
3. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 2. Lakukkan tindakan keselamatanketika tidak dapat mengontrol perilaku
indra perabaan : (1) 3. Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
4. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 4. Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
indra penciuman : (1) Edukasi
5. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 1. Anjurkan monitor sendiri situasi terjadinya halusinansi
indra perabaan : (1) 2. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
6. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui umpan balik korektif terhadap halusinasi
indra pengecapan : (1) 3. Anjurkan melakukkan distraksi
7. Perilaku halusinasi : (1) 4. Anjurkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
8. Orientasi : (5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu
2
Difisit nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi I.03119 hal.200
tubuh berhubungan dengan selama 1x7 jam tidak terjadi gangguan Observasi
ketidakmampuan menelan (SDKI nutrisi. 1. Identifikasi status nutrisi
D.0019) Kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
SLKI L.03030 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Porsi makanan yang dihabiskan : (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
2. Kekuatan otot pengunyah : (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Kekuatan otot menelan : (5) 6. Monitor asupan makanan
4. Verbalisasi keinginan untuk 7. Monitor BB
meningkatkan nutrisi : (5) 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
5. Pengetahuan tentang pilihan makanan Terpeutik
yang sehat : (5) 1. lakukkan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
6. Pengetahuan tentang pilihan minuman 2. fasilitasi memerlukan pedoman diet
yang sehat : (5) 3. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
7. Nafsu makan : (5) 4. berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
8. Frekuensi makan : (5) 5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
9. Bising usus : (5) 6. berikan suplemen makanan, jika perlu
7. hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
23
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menuntukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2
5
Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan Diri I.11348 hal.36
dengan hemiparese/hemiplegi (SDKI selama 1x7 jam Kebutuhan perawatan diri Observasi
D.0109) klien terpenuhi. 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Kriteria hasil : 2. Monitor tingkat kemandirian
SLKI L.11103 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
1. Kemampuan mandi : (5) makan
2. Kemampuan mengenakan pakaian (5) Terapeutik
3. Kemampuan makan : (5) 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) : (5) 2. Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
5. Verbalisasi keinginan melakukkan 3. Dampingi dalam melakkukan perawatan diri sampai mandiri
perawatan diri : (5) 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
6. Minat melakukkan perawatan diri : (5) 5. Fasilittasi kemandirian, bantu jika mampu melakukkan perawatan diri
7. Mempertahankan kebersihan diri : (5) 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
8. Mempertahankan kebersihan mulut : (5) Edukasi
1. Anjurkan melakukkan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
Gangguan komunikasi verbal Setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi Komunikasi: Defisit Bicara I.13492 hal.373
berhubungan dengan kehilangan selama 1x 7 jam diharapkan kerusakan Observasi
kontrol otot facial atau oral (SDKI komunikasi verbal klien dapat teratasi.
D.0119) Kriteria hasil : 1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara.
SLKI L.13118 2. Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan
1. Kemampuan berbicara : (5). bicara (mis. Memori, pendengaran, dan bahasa)
2. Kemampuan mendengar : (5) 3. Monitor frustasi, marah, depresi ata hal lain yang mengganggu bicara.
3. Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh : (5) 4. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi.
4. Kontak mata : (5) Terapeutik
5. Respons perilaku : (5) 1. Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. Menulis, mata berkedip,
6. Pemahaman komunikasi : (5) papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan
komputer)
2. Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. Berdiri didepan
pasien, dengarkan dengan seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran
2
6
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Berrdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21 September 2020 dan jam pengkajian
21.00 WIB didapatkan hasil :
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal pada tanggal 21 September 2020 dan jam
pengkajian 21.00 WIB pada Tn.A , jenis kelamin Laki-laki, berusia 53 Tahun, suku
Dayak/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan swasta, pendidikan SD, status kawin,
alamat Tumbang talaken. Masuk Rumah Sakit dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada
tanggal 21 September 2020 dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik.
28
2
dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan. CRT < 3
detik. Di ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam,
Ranitidin /12 jam, dan infuse RL 20 tpm.Tentukan Asuhan Keperawatan pada
Tn.A Dengan Diagnosa Medis Stroke Haemoragik.
2.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mempunyai riwayat hipertensi kurang dari satu tahun.
2.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada ibu atau bapak pasien menderita penyakit
DM,Hipertensi,Jantung dan lain-lain.
GENOGRAM KELUARGA :
mengenal keluarga dan perawat ruangan, pasien tidak mengetahui dirinya berada
di rumah sakit. Insight tidak baik.
2.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Suhu: 38,50C /axilla, Nadi: 160x/menit, RR: 34x/menit, TD: 140/98 mmHg.
2.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi otot interkosta tidak ada penggunaan otot
bantu napas respirasi 34x/mnt, Suara dasar vesikuler terdengar suara tambahan
ronkhi basah di basal paru kanan, pasien tampak sesak nafas, pola tidak teratur.
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif
2.1.3.5 Cardiovaskuler (Bleeding)
Tekanan Darah: 140/95mmHg, Nadi : 160x/mnt dan teraba kuat,tidak ada
nyeri,suara jantung normal S1 S2 lup dp, suhu 38,5oC, CRT > 3detik, tidak
cyanosis, akral teraba hangat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada didapatkan nilai GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada
respon), V: ET (menggunakan ETT atau Tracheostomy), M: 2 (mengikuti
perintah). Kesadaran soporkoma. Pupil miosis, reflek pupil +/-.
1) Saraf kranial I (Olfaktorius) : sulit untuk dinilai.
2) Saraf Kranial II (Optikus) :
1) Ketajaman penglihatan : sulit untuk dinalai.
2) Lapangan penglihatah : sulit untuk dinalai.
3) Melihat warna : sulit untuk dinalai.
3) Saraf kranial III (Okulomotorius)n: sulit untuk dinalai.
4) Saraf kranial IV (Trochlear), pasien belum dapat menggrakan bola matanya
keatas dan kebawah.
5) Saraf kranial V (Trigeminus) : penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah.
6) Saraf kranial VI (Obdusen) : gerakan bola mata paresis (-/-)
7) Saraf kranial VII ( (Fasialis) : Presepsi pengecapan tidak normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat, mulut kering.
3
Kebiasaan makan
Keluhan/masalah
2) Hasil EKG
Kesan :
Ada gambaran ST depresi inferior
3) Hasil Rontgen
Kesan :
- Hasil Rontgen tanggal 23 September 2020 : Cor dan pulmo dalam batas normal, pulmo
tidak menunjukkan adanya infiltrate
4) Pemeriksaan fundoskopi
Kesan :
Tidak
3
5)Hasil CT-Scan
kuning efektif
1 1
Paraparese
- Kekuatan Otot 1 1
- Diagnosa medis
Gangguan Mobilitas Fisik
stroke hemoragik
DS : - Penurunan kesadaran Defisit perawatan diri
DO :
Defisit motorik
- Kesadaran soporokoma
- Kemampuan pergerakan
Hemisfer serebral
terbatas terganggu
- Kekuatan otot ektermitas atas
Paraparese
1 dan ektermitas bawah 1
- Perawatan diri dibantu oleh
Defisit perawatan diri
keluarga
- Diagnosa medis stroke
hemoragik
DS : Keluarga mengatakan Penyumbatan pembuluh Gangguan komunikasi
pasien belum dapat berbicara darah otak oleh bekuan verbal.
DO : darah, lemak, dan udara
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah Emboli serebral, suplai
- GCS 3 dimana E: 1 (Tidak ada darah dan oksigen ke otak
respon), V: ET (menggunakan ETT
atau Tracheostomy), M: 2 Oklusi yang menyebabkan
(mengikuti perintah). Kesadaran sumbatan aliran darah otak
soporkoma.
- Pupil miosis, reflek pupil +/-. Hipoksia sel otak
4
8. Petahankan suhu tubuh normal 8. Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas, suhu lingkungan,
9. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, 9. Pelunak feses meningkatkan efisiensi
jika perlu pembasahan air usus, yang melunakan
massa feses dan membantu eliminasi
Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemampuan batuk 1 Mengetahui kemampuan batuk pasien
yang berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam Jalan
menurunnya refleks batuk dan nafas tetap efektif. 2. Monitor adanya retensi sputum 2 Membantu pasien memulai napas normal
menelan, imobilisasi ditandai 3. Monitor tanda dan gejala infeksi 3 Membantu klien menyadari/menerima
dengan Suara dasar vesikuler, Kriteria hasil : saluran napas perlunya mematuhi program pengobatan
terdengar suara tambahan ronkhi SLKI L.01001 untuk mencegah pengaktifan
basah di basal paru kanan, terdapat 1. Batuk efektif : (5) berulang/komplikasi.
secret berwarna kuning, pasie 2. Produksi sputum : (1)
tampak gelisah, diagnosa medis 3. Gelisah : (1) 4. Monitor input dan output cairan 4 Mengetahui balance caira pasien
stroke hemoragik. 4. Frekuensi napas : (5)
5. Pola napas : (5) 5. Atur posisi semi fowler atau fowler 5 Memberikan posisi yang nyaman untuk
dan membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma.
6. Buang secret pada tempat sputum 6 Perilaku ini diperlukan untuk mencegah
penyebaran
infeksi.
7. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk 7 Memberi informasi kepada pasien dan
efektif keluarga agar mempraktekkan batak
efektif
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal 1. Mengetahui tanda dan gejala dari infeksi
berhubungan dengan kerusakan keperawatan selama 3x 24 jam dan sistemik untuk melakukkan tindakan selanjutnya
neuromuscular ditandai dengan diharapkan tidak terjadi infeksi
Pasien tampak gelisah, pada klien dengan 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Rangsangan aktivitas yang meningkat
Kemampuan pergerakan terbatas, kriteria hasil : dapat meningkatkan kenaikan TIK.
kekuatan Otot ekstermitas atas SLKI L.14137 Istirahat total dan ketenangan mingkin
1ektermitas bawah 1, diagnosa 1. Kbersihan tangan: (5) diperlukan untuk pencegahan terhadap
medis stroke hemoragik. 2. Kebersihan badan : (5) perdarahan dalam kasus stroke hemoragik
3. Kemerahan : (1) / perdarahan lainnya.
4. Nyeri : (1) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Menghindari dari kaman atau bakter yang
5. Bengkak ; (1) kontak dengan pasien dan lingkungan menepel di tangan
psien
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Agar pasien dan keluarga mengetahui
tanda dan gejala dari infeksi tersebut
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas 1. Mengetahui tingkat kemampuan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam perawatan diri sesuai usia melakukkan aktivitas mandiri pasien
hemiparese/hemiplegi ditandai Kebutuhan perawatan diri klien
dengan,kesadaran soporkoma, terpenuhi. 2. Monitor tingkat kemandirian 2. Memotivasi pasien dalam melakukkan
kemampuan pergerakan terbatas, Kriteria hasil : aktivitas mandiri
kekuatan otot ektermitas atas 1 dan SLKI L.11103 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu 3. Mengurangi risiko terlalu banyak
ektermitas bawah 1, perawatan diri 1. Kemampuan mandi : (5) kebersihan diri, berpakaian, berhias, melakukan aktivitas
dibantu oleh keluarga, piagnosa 2. Kemampuan mengenakan dan makan
medis stroke hemoragik pakaian (5) 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik 4. Membuat pasien lebih tenang saat
3. Kemampuan makan : (5) (mis. Suasana hangat, rileks, privasi) melakukkan aktivitas
4
Gangguan komunikasi verbal Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kecepatan, 1. Memahami apa yang disampaikan pasien
berhubungan dengan kehilangan keperawatan selama 1x 7 jam tekanan,kuantitas, volume, dan diksi
kontrol otot facial atau oral diharapkan kerusakan komunikasi bicara
ditandai dengan Keluarga verbal klien dapat teratasi. 2. Monitor proses kognitif, anatomis, 2. Melatih pasien dalam proses berbicara
mengatakan pasien belum dapat Kriteria hasil : dan fisiologis yang berkaitan dengan
berbicara, pasien tampak meringis, SLKI L.13118 bicara.
pasien tampak gelisah, GCS 3 1. Kemampuan berbicara : (5). 3. Monitor frustasi, marah, depresi 3. Mengenali tingkat emosional pasien
dimana E: 1 (Tidak ada respon), 2. Kemampuan mendengar : (5) atau hal lain yang mengganggu
V: ET (menggunakan ETT atau 3. Kesesuaian ekspresi bicara 4. Mengenali tingkat emosional pasien
Tracheostomy), M: 2 (mengikuti wajah/tubuh : (5) 4. Identifikasi perilaku emosional dan
perintah). Kesadaran soporkoma, 4. Kontak mata : (5) fisik sebagai bentuk komunikasi
pupil miosis, reflek pupil +/-, Saraf 5. Respons perilaku : (5) 5. Gunakan metode komunikasi 5. Mempermudah komunikasi 2 arah
kranial V (Trigeminus): penurunan 6. Pemahaman komunikasi : (5) alternatif (mis. Menulis, mata
kemampuan koordinasi gerakan berkedif, papan komunikasi dengan
mengunyah, Saraf kranial VII gambar dan huruf, isyarat tangan,
( (Fasialis) : Presepsi pengecapan dan komputer)
tidak normal, wajah asimetris, dan 6. Sesuaikan gaya komunikasi dengan 6. Mengetahui ekspresi yang diungkapkan
otot wajah tertarik kebagian sisi kebutuhan (mis. berdiri didepan oleh pasien.
4
11. Anjurkan berbicara perlahan 11. Melatih pasien berbicara dimulai dengan
kata-kata yang mudah
22.35 WIB 5. Mengatur posisi semi fowler atau fowler - Masih terdapat retraksi otot
22.40 WIB 6. Buang secret pada tempat sputum intercosta, RR 34x/menit
22.45 WIB 7. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif - Masih ada suara ronkhi basah di
22.50 WIB 8. Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, basal paru kana
jika perlu - Pasie tampak gelisah
- Diagnosa medis stroke hemoragik
A : Masalah Bersihan jalan napas teratasi
sebagian
P : Lanjukan Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8.
(mis. berdiri didepan pasien, dengarkan dengan - Pupil miosis, reflek pupil +/-.
seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran A : Masalah Gangguan komunikasi verbal
sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil belum teratasi
menghindari teriakan, gunakan komunikasi tertulis, atau P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,dan 6
meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan
pasien.
22.35 WIB 5. Mengulangi apa yang disampaikan pasien
22.40 WIB 6. Menganjurkan berbicara perlahan
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Penurunan kapasitas adaptif S : -
September 2020 intrakarnial berhubungan peningkatan tekanan
intracranial O:
- Keadaan umumpasien masih lemah
10.00 WIB 1) Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. - Kesadaran masih soporocoma dengan
Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral). vital sign : TD 145/88, Nadi
10.05 WIB 2) Memonitor input dan output cairan 118x/menit, SaO2 100%, dan Suhu
10.20 WIB 3) Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. 38.0⁰C
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, - GCS : E1M2VET, pupil miosis 2mm, Istiyani Lotina Lilit
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran reflek pupil terhadap cahaya +/-
menurun) - Masih terpasang ventilator P SIMV,
10.30 WIB 4) Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure) VT 465, RR 34, 70%, PEEP + 5
10.35 WIB 5) Memonitor status pernapasan - Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan
10.40 WIB 6) Meminimalkan stimulus dengan menyediakan TIK
lingkungan yang tenang - Balance cairan +1800 cc, urine tidak
10.45 WIB 7) Memberikan posisi semi fowler keluar
10.50 WIB 8) Mempertetahankan suhu tubuh normal A: Masalah Risiko perfusi serebral tidak
10.55 WIB 9) Berolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu efektif teratasi sebagian
11.00 WIB P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9.
Selasa,22 Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan napas tidak S : -
September 2020 efektif yang berhubungan dengan menurunnya refleks O :
batuk dan menelan, imobilisasi - Suara dasar vesikuler
- Masih terdengar suara tambahan
11.00 WIB 1) Mengidentifikasi kemampuan batuk ronkhi basah di basal paru kanan
11.05 WIB 2) Memonitor adanya retensi sputum - Masih terdapat secret berwarna
11.00 WIB 3) Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas kuning
5
11.30 WIB 4) Memonitor input dan output cairan - Sekret di mulut dan ET berkurang
11.35 WIB 5) Mengatur posisi semi fowler atau fowler - Retraksi otot intercosta berkurang,
11.40 WIB 6) Buang secret pada tempat sputum RR 20x/menit
11.45 WIB 7) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif - Masih ada suara ronkhi basah di
11.50 WIB 8) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau basal paru kana
ekspektoran, jika perlu - Pasie tampak gelisah
- Balance cairan +1800 cc, urine tidak
keluar
- Diagnosa medis stroke hemoragik
Istiyani Lotina Lilit
A : Masalah Bersihan jalan napas teratasi
sebagian
P : Lanjukan Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8.
intracranial O:
- Keadaan umum pasien masih lemah
09.00 WIB 1) Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. - Kesadaran soporocoma dengan vital
Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral). sign : TD 88/51, Nadi 96x/menit, Istiyani Lotina Lilit
09.05 WIB 2) Memonitor input dan output cairan SaO2 95%, dan Suhu 40.1⁰C
09.20 WIB 3) Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. - GCS : E1M2VET, pupil miosis 2mm,
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, reflek pupil terhadap cahaya +/-
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran - Masih terpasang ventilator P SIMV,
menurun) VT 465, RR 34, 70%, PEEP + 5
09.30 WIB 4) Memonitor MAP (Mean Arterial Pressure) - Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan
09.35 WIB 5) Memonitor status pernapasan TIK
09.40 WIB 6) Meminimalkan stimulus dengan menyediakan - Balance cairan -100 cc, urine tidak
lingkungan yang tenang keluar
09.45 WIB 7) Memberikan posisi semi fowler A: Masalah Risiko perfusi serebral tidak
09.50 WIB 8) Mempertetahankan suhu tubuh normal efektif teratasi sebagian
09.55 WIB 9) Berolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu P : Lanjukan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
10.00 WIB dan 9.
4) Menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan - Pupil miosis, reflek pupil +/-.
10.30 WIB (mis. berdiri didepan pasien, dengarkan dengan A : Masalah Gangguan komunikasi verbal
seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran belum teratasi
sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,dan 6
menghindari teriakan, gunakan komunikasi tertulis,
atau meminta bantuan keluarga untuk memahami
ucapan pasien.
10.35 WIB 5) Mengulangi apa yang disampaikan pasien
10.40 WIB 6) Menganjurkan berbicara perlahan
Rabu,22 September Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi berhubungan S:-
2020 dengan efek prosedur invasif O;
- Keadaan umummasih soporokoma
10.00 WIB 1) Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan - Pasien masih panas dengan suhu
sistemik 40.1⁰C
10.05 WIB 2) Membatasi jumlah pengunjung - Leukosit 9.7 103/µl
10.20 WIB 3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Pasien terpasang ET
dengan pasien dan lingkungan psien - Pasien terpasang NGT
10.30 WIB 4) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Pasien bedrest total Istiyani Lotina Lilit
10.35 WIB - Reflek motorik -/-
- Diagnosa medis stroke hemoragik
A : Masalah Risiko infeksi belum teratsi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5.
6
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI Cetakan I 2016 Cetakan II 2017, Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. 2005. Medical Surgical Nursing;
clinical management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis :
Elsevier. Inc
Sudoyo, A. W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi
IV. FK-UI. Jakarta. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-
UI
6
KASUS SH
Oleh:
Nama : Istiyani Lotinia Lilit
Nim : 2017.C.09a.0892
5. Pencegahan Stroke
Hemoragik
3 Tanya Jawab : 1 Menit Ceramah
1. Mengevaluasai kembali
materi yang sudah dijelaskan
dengan bertanya kepada
peserta penyuluhan.
4 Penutup : 1 Menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
3) Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto
6
I. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :
Keterangan:
: Peserta
: Dokumentasi
6
A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan keluarga stroke hemoragik
2. Penyuluhan : Di RS Doris Sylvanus Palangka Raya Ruang
ICU
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di harapkan klien dapat mengetahui dan
memahami tentang Mobilisasi
2. Tujuan Khusus : Mampu memahami pengertian Mobilisasi
Mampu memahami jenis Mobilisasi
Mampu memahami tirah baring lama
Mampu memahami manfaat latihan gerak
D. Materi : Latihan Gerak
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
1. Hari/Tanggal : Minggu, 3 Oktober 2020
2. Pukul : 10-00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 3 Menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Mobilisasi
2. Jenis Mobilisasi
3. Tirah baring lama
4. Manfaat latihan gerak
H. Tugas Pengorganisasian
I. Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
J. Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
K. Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang beru
gambar atau foto
I. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :
Keterangan:
: Peserta
: Dokumentasi
7
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Istiyani Lotina Lilit
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Istiyani Lotina Lilit
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
3) Dokumentasi : Eltra
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
7
Keterangan:
: Peserta
: Dokumentasi
7
A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan keluarga stroke hemoragik
2. Penyuluhan : Di RS Doris Sylvanus Palangka Raya Ruang
ICU
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di diharapkan keluarga mampu melakukan
tindakan suction dengan cara yang baik dan benar.
2. Tujuan Khusus :
- Menyebutkan tujuan suction
- Menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk
suction
- Menyebutkan langkah-langkah suction dengan benar
- Mempertahankan prinsip steril pada saat
dilakukan suctio
D. Materi : Tindakan suction
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
4. Hari/Tanggal : Minggu, 3 Oktober 2020
5. Pukul : 10-00 WIB - selesai
6. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 3 Menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
- Menyebutkan tujuan suction
- Menyebutkan peralatan yang
7
H. Tugas Pengorganisasian
I. Moderator : Istiyani Lotina Lilit
6. Membuka acara penyuluhan
7. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
8. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
9. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
10. Mengatur jalannya diskusi
J. Leader : Istiyani Lotina Lilit
3. Menyampaikan materi penyuluhan
4. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
K. Dokumentasi : Eltra
3. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
4. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto
7
I. TEMPAT
Setting Tempat :
Keterangan:
: Peserta
: Dokumentasi
7
7
7
8
8
8
GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN STROKE
HEMORAGIK DENGAN DIABETES MELITUS DAN NON
DIABETES MELITUS DI BAGIAN SARAF RUMKITAL
DR.RAMELAN SURABAYA
ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Tekanan darah
dan diabetes melitus merupakan faktor penyebab terjadinya stroke yang dapat diubah.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode studi
prevalensi, dengan menggunakan data sekunder yang didapat melalui rekam medis
pada bulan Januari-November
2015. Hasil: Pada pasien stroke hemoragik dengan diabetes melitus yang tekanan
darahnya normal sejumlah 7.14%, prehipertensi sejumlah 7.14%, hipertensi stage 1
sejumlah 21.43%, dan stage 2 sejumlah 64.29%. Sedangkan pada non diabet, tekanan
darah normal sejumlah 4.54%, prehipertensi sejumlah 9.09%, hipertensi stage 1 sejumlah
13.64%, dan stage 2 sejumlah 72.73%. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pada pasien stroke hemoragik dengan diabetes mellitus dan non diabetes mellitus di
ruang rawat inap Rumkital Dr.Ramelan yang memiliki tekanan darah paling banyak
adalah pada kelompok hipertensi stage 2.
Kata kunci : stroke hemoragik, tekanan darah, diabetes
melitus.
ABSTRACT
Background: Stroke is the most cause of death in Indonesia. Blood pressure and diabetes
mellitus
were suggested as the modifiable risk factor of hemorrhagic stroke. Method: It is used
the descriptive design with prevalence studies method by using secondary data those were
taken from the medical record since January until November 2015. Result: On
hemorrhagic stroke patients with diabetes mellitus who have normal blood pressure were
7.14%, prehypertension were 7.14%, hypertension stage 1 were 21.43%, and stage 2
were 64.29%. Meanwhile on the patients without diabetes mellitus, who have normal
blood pressure were 4.54%, prehypertension were 9.09%, hypertension stage 1 were
13.64%, and stage 2 were 72.73%. Conclusion: This study shows that hemorrhagic
stroke patients with diabetes mellitus or without diabetes mellitus at Neurology
wards Dr.Ramelan Navy Hospital Surabaya who have the hypertension stage 2 are the
most.
Keywords: hemorrhagic stroke, blood pressure, diabetes
mellitus
8
PENDAHULUAN darah ke otak dapat tersumbat atau
Stroke adalah suatu penyakit yang
disebut dengan stroke iskemik, dan juga
sebagian besar gejala klinisnya
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
berkembang dengan cepat dan
darah di otak atau disebut dengan stroke
mengganggu fungsi otak, berlangsung
hemoragik.(1,2)
lebih dari 24 jam dan dapat
Intracerebral hemorrhage (ICH)
menyebabkan kematian
adalah subtipe stroke kedua yang paling
(Merritt’s,2010). Stroke menyebabakan
sering terjadi dan biasanya
gangguan suplai darah ke otak secara
menyebabkan cacat berat atau kematian.
mendadak sehingga menyebabkan suplai
8
ICH lebih sering terjadi pada orang yang menganalisis basis data registri
Asia, usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, stroke prospektif regional antara 2007
dan negara-negara berpenghasilan dan 2009, 34% dari 3.448 pasien dengan
rendah dan menengah. Tingkat kematian ICH berusia 80 tahun atau lebih.(8)
kasus ICH tinggi (40% pada 1 bulan dan Hipertensi atau tekanan darah
54% pada 1 tahun), dan hanya 12% tinggi merupakan faktor resiko yang
hingga 39% yang selamat dapat kuat yang dapat menyebabkan stroke.
mencapai kemandirian fungsional Baik tekanan sistolik maupun diastolik
jangka panjang. Faktor risiko ICH yang tinggi merupakan faktor resiko
adalah hipertensi, merokok konsumsi untuk stroke. Diabetes melitus
alkohol berlebihan, hipokolesterolemia, merupakan faktor resiko untuk stroke
dan obat-obatan. Usia tua, jenis kelamin namun tidak sekuat hipertensi. Dimana
laki-laki, etnis Asia, penyakit ginjal diabetes melitus ini meningkatkan
kronis, angiopati amyloid serebral probabilitas penderita hipertensi untuk
(CAA), dan microbleeds serebral (CMB) menderita stroke. Dan frekuensi diabetes
meningkatkan risiko ICH. Presentasi cukup tinggi pada penderita stroke.(9)
klinis bervariasi sesuai dengan ukuran Hipertensi merupakan faktor risiko yang
dan lokasi hematoma, dan ekstensi paling penting untuk ICH spontan, dan
perdarahan intraventricular (3)(4)(5)
kontribusi hipertensi lebih besar untuk
Insiden ICH meningkat dengan ICH dalam daripada untuk ICH lobar.
bertambahnya usia. Sebuah studi (10,11)
8
tahun (kisaran: 18-95 tahun). 12,9% Berdasarkan uraian di atas
lebih muda dari 45 tahun, dan 35,8% peneliti ingin mengetahui gambaran
lebih tua dari 65 tahun. Ada lebih tekanan darah pada pasien stroke yang
banyak pria daripada wanita. Sebagian mengalami diabetes dan yang tidak.
besar dari mereka tiba di rumah sakit Sehingga didapatkan data dan dapat
lebih dari 6 jam sejak onset stroke. mengontrol faktor resiko tersebut agar
Alasan mengapa datang terlambat ke dapat mencegah terjadinya stroke dan
rumah sakit adalah ketidaksadaran diharapkan dapat menurunkan jumlah
gejala stroke dan transportasi jarak jauh. kematian yang disebabkan karena
(12)
stroke.
Diperkirakan 285 juta orang di
seluruh dunia menderita diabetes selama TUJUAN
2010, dan jumlahnya diprediksi Penelitian ini bertujuan untuk
dunia pada tahun 2030. Peningkatan ini pada pasien stroke hemoragik dengan
termasuk peningkatan 69% pada orang diabetes melitus dan non diabetes
dewasa dengan diabetes di negara melitus di ruang rawat inap bagian saraf
negara maju. Peningkatan dramatis itu juga dapat untuk mengetahui angka
8
Adapun kriteria inklusi adalah stroke hemoragik yang memenuhi
pasien terdiagnosis menderita penyakit kriteria inklusi dan eksklusi di Rumkital
stroke hemoragik. data rekam medis Dr. Ramelan Surabaya periode Januari –
yang mencantumkan hasil CT scan November 2018, didapatkan jumlah
kepala yang hiperdens. pengukuran sampel kasus sebanyak 36 orang dengan
tekanan darah saat pertama kali berada pengambilan sampel menggunakan total
di ruang rawat inap, pengukuran populasi.
pertama gula darah puasa dan gula darah Tabel 1 Distribusi sampel
2 jam setelah makan yaitu pada saat hari berdasarkan jenis kelamin
kedua atau ketiga berada di ruang rawat
Jenis Jumlah Pasien
inap. Sedangkan untuk kriteria eksklusi Kelamin Frekuensi Presentase
(n) (%)
adalah data rekam medis pasien yang Laki-laki 19 52.78
tidak mencantumkan variable yang ingin Perempuan 17 47.22
diteliti meliputi usia, jenis kelamin, Total 36 100
8
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sampel yang didapat oleh peneliti adalah 20
Berdasarkan Tekanan Darah Pasien (55.56%) pasien laki-laki dan 16
Jumlah Pasien (44.44%) pasien perempuan. Hal ini
pada bulan Januari - November 2018, melitus. Sedangkan jumlah yang tidak
8
pasien tanpa diabetes melitus ini dapat pecah. Bahkan peningkatan darah
disebabkan karena peneliti tidak melihat derajat sedang dapat meningkatkan
riwayat penyakit diabetes pada pasien resiko terjadinya stroke Barry,2002).
yang hasil pengukuran gula darahnya Pernyataan ini sesuai dengan hasil
tidak lengkap. Menurut Zafar tahun penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
2007, rendahnya penderita diabetes (17)
melitus pada pasien stroke hemoragik ini Dari hasil penelitian ini dapat
dapat disebabkan karena tingkat dilihat gambaran tekanan darah pasien
keparahan nekrosis fibrinoid pada stroke hemoragik terhadap status diabet
pembuluh darah kecil lebih sering pada pasien yaitu pasien stroke hemoragik
pasien dengan hipertensi saja yang tekanan darahnya normal dan
dibandingkan pada pasien dengan diabet menderita diabetes melitus ada 1
dan hipertensi. (14)
(7.14%) pasien. Sedangkan pasien yang
Dari hasil rekam medis yang tekanan darahnya tergolong
diambil oleh penetili juga didapatkan prehipertensi ada 1 (7.14%) pasien.
gambaran tekanan darah pada pasien Sementara itu pasien stroke hemoragik
stroke hemoragik, tanpa melihat status yang tekanan darahnya tergolong stage 1
diabet pasien. pada pasien stroke ada 3 (21.43%) pasien. Dan pasien
hemoragik yang memiliki tekanan darah stroke hemoragik yang tekanan
yang normal ada 2 (5.56%) pasien dari darahnya tergolong stage 2 ada 9
seluruh populasi. Dan yang tekanan (64.29%) pasien.
darahnya tergolong prehipertensi ada 3 Sedangkan tekanan darah pasien
(8.33%) pasien. Sedangkan yang yang normal pada pasien stroke yang
tekanan darahnya tergolong stage 1 ada tidak menderita diabetes mellitus ada 1
6 (16.67%) pasien. Dan yang tergolong (4.54%) pasien. Dan terdapat 2 (9.09%)
hipertensi stage 2 ada 25 (69.44%) pasien yang memiliki tekanan darah
pasien. Hal ini sesuai dengan Merrits tergolong prehipertensi. Sedangkan
pada tahun 2010, bahwa faktor resiko pasien yang tekanan darahnya tergolong
stroke meningkat sebanding dengan stage 1 ada 3 (13.64%) pasien. Dan yang
peningkatan tekanan darah. Hal ini tergolong stage 2 ada 16 (72.73%)
disebabkan karena tingginya tekanan pasien. Hipertensi merupakan faktor
darah dalam waktu yang lama akan kuat untuk terjadinya stroke hemoragik
merusak dinding arteri, membuat (Merrit’s, 2010). Hipertensi cenderung
dinding arteri menjadi lebih mudah terjadi pada pasien dengan diabetes
melebar, atau menyempit, atau bahkan mellitus tipe 2, dua faktor ini
8
meningkatkan resiko angka kejadian dan tanpa diabetes mellitus lebih banyak
angka kematian stroke hemoragik. dibanding pasien dengan diabetes
Diabetes melitus tipe 2 meningkatkan mellitus. Penyakit diabetes mellitus
angka kejadian stroke hemoragik lebih berisiko terjadinya stroke
sebanyak 17% (Gang,2005). Pasien iskemik
dengan diabetes memiliki resiko lebih
besar menderita stroke (Barry,2002). SARAN
Pasien diabetes mellitus yang memiliki Dapat dilakukan penelitian lanjutan
tekanan darah sistolik >160mmHg dengan menambahkan variable yang
memiliki resiko dua kali lebih tinggi diteliti, serta dapat mengulas mengenai
mederita stroke dibandingkan dengan hubungan tekanan darah dan status
pasien yang memiliki tekanan darah diabet terhadap angka kejadian stroke
<160mmHg (Lewis,2000). Menurut hemoragik dengan menambahkan
Merrit’s pada tahun 2010, peningkatan jumlah sampel dan waktu penelitian
tekanan darah ini dapat menyebabkan sehingga bisa mewakili keseluruhan
meningkatnya resiko terkena populasi.
atherosklerosis dan gangguan pada
pembuluh darah kecil dan dapat DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan terjadinya stroke iskemik 1. Yang Q, Tong X, Schieb L, Vaughan
maupun stroke hemoragik. (17)(18) A, Gillespie C, Wiltz JL, et al. Vital
Signs: Recent Trends in Stroke Death
Rates — United States, 2000–2015.
KESIMPULAN MMWR Morb Mortal Wkly Rep.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan 2017;
bahwa: 2. Sacco S, Marini C, Toni D, Olivieri
1. Pasien yang menderita stroke L, Carolei A. Incidence and 10-year
survival of intracerebral hemorrhage
perdarahan paling banyak tekanan in a population-based registry.
darahnya mencapai hipertensi stage Stroke. 2009;
2. Hal ini sesuai dengan teori dimana 3. Feigin VL, Lawes CM, Bennett DA,
Barker-Collo SL, Parag V.
semakin tinggi tekanan darah maka Worldwide stroke incidence and
semakin tinggi resiko terjadinya early case fatality reported in 56
population-based studies: a
stroke perdarahan. Dari hasil systematic review. The Lancet
penelitian Neurology. 2009.
2. Tidak terdapat hubungan antara 4. Mohammad Y, Qureshi A. Blood
Pressure Management in
diabetes mellitus dengan stroke
Intracerebral Hemorrhage. Semin
perdarahan. Karena dari total Neurol. 2016;
populasi (n=36) didapatkan pasien 5. Shah QA, Ezzeddine MA, Qureshi
9
Stroke patterns, etiology, and
6. AI. Acute hypertension in prognosis in patients with diabetes
intracerebral hemorrhage: mellitus. Neurology. 2004;
Pathophysiology and treatment. J 17. Chauhan G, Debette S. Genetic
Neurol Sci. 2007; Risk Factors for Ischemic and
7. Broderick JP, Brott T, Tomsick T, Hemorrhagic Stroke. Current
Miller R, Huster G. Intracerebral Cardiology Reports. 2016.
hemorrhage more than twice as 18. Carter BL. Implementing the
common as subarachnoid New Guidelines for Hypertension. J
hemorrhage. J Neurosurg. 1993; Manag Care Pharm. 2004;
8. Jolink WMT, Klijn CJM, 19. Kuller LH. Epidemic
Brouwers PJAM, Kappelle LJ, hypertension in sub-Saharan Africa.
Vaartjes I. Time trends in incidence, Hypertension
case fatality, and mortality of
intracerebral hemorrhage.
Neurology. 2015;
9. Stein M, Misselwitz B, Hamann GF,
Scharbrodt W, Schummer DI, Oertel
MF. Intracerebral hemorrhage in the
very old: Future demographic trends
of an aging population. Stroke. 2012;
10. Warlow C, Gijn J Van, Dennis
M. Stroke: Practical Management.
N Engl J Med. 2008;
11. Zia E, Hedblad B, Pessah-
Rasmussen H, Berglund G, Janzon
L, Engström G. Blood pressure in
relation to the incidence of cerebral
infarction and intracerebral
hemorrhage - Hypertensive
hemorrhage: Debated nomenclature
is still relevant. Stroke. 2007;
12. Martini SR, Flaherty ML,
Brown WM, Haverbusch M,
Comeau ME, Sauerbeck LR, et
al. Risk factors for intracerebral
hemorrhage differ according to
hemorrhage location. Neurology.
2012;
13. Misbach J, Ali W. Stroke in
Indonesia: A first large prospective
hospital-based study of acute
stroke in 28 hospitals in indonesia. J
Clin Neurosci. 2001;
14. Putaala J, Liebkind R, Gordin D,
Thorn LM, Haapaniemi E, Forsblom
C, et al. Diabetes mellitus and
ischemic stroke in the young:
Clinical features and long-term
prognosis. Neurology. 2011;
15. Zafar A, Shahid SK, Siddiqui M,
Khan FS. Pattern of Stroke in
Type 2 Diabetic Subjects versus
Non-diabetic Subjects. J Ayub Med
Coll Abbottabad. 2007;
16. Karapanayiotides T,
Piechowski-Jozwiak B, Van Melle
G, Bogousslavsky J, Devuyst G.
9
9