Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA SNH (STROKE NON HEMORAGIK)


PADA Tn.D Di RS HERMINA BEKASI

KARYA TULIS ILMIYAH

Untuk Memenuhi Persyaratan


Diklat GADAR 3

Disusu Oleh:
Ambar Sri Utami NRP. 003170301
Dodi Harianto NRP. 003191021

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KRITIS


RS HERMINA BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulililahi robbil’aalamin. Segala puji penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat dan hidayah-
Nya kepada penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan SNH (STROKE NON
HEMORAGIK) di Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Hermina
Bekasi”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas sebagai salah
satu syarat menyelesaikn GADAR III.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari
berbagai pihak, laporan kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Purwati Sri Bintari S.Kep., Ners, selaku kepala ruangan Instalasi Gawat
Darurat

2. Rita Kurniati Amd.Kep selaku PP Instalasi Gawat Darurat sekaligus


pembimbing

4. Seluruh staff dan karyawan Rumah Sakit Hermina Bekasi

5. Tn D selaku pasien dalam kasus ini


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kemajuan laporan selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bekasi , 14 Januari 2021


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara global stroke merupakan penyakit urutan kedua yang dapat
meyebabkan kematian serta kecacatan serius. Penyakit stroke adalah
gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan
sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhi dengan baik (Arum, 2015). World Health Organization (WHO)
menyatakan stroke atau Cerebrovascular disease adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global karena
adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih (Arifianto, Sarosa & Setyawati,
2014).
World Health Organization (WHO 2016) melaporkan bahwa penyakit
kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di dunia, pada tahun
2012 terjadi 6,7 juta kematian akibat stroke. Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per
1.000 penduduk (Haryanto, Setyawan & Kusuma, 2014). Berdasarkan riset
kementerian kesehatan Indonesia tahun 2013 di Indonesia sendiri prevalensi
penyakit stroke tertinggi di Sulawesi Selatan sebanyak 17,9%, untuk
prevalensi terendah terdapat di Riau sebanyak 5,2% sedangkan prevalensi
penyakit stroke di daerah Jawa Barat sebanyak 9,3% (Riskesdas, 2018).
Pasien stroke dapat mengalami gangguan transfer oksigen atau
penurunan cerebro blood flow yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan
perfusi jaringan hingga mengakibatkan iskemik. Penurunan cerebro blood
flow dapat dinilai dari nilai saturasi oksigen. Saturasi oksigen
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
gangguan transfer oksigen atau penurunan cerebro blood flow ialah dengan
cara memberikan posisi elevasi kepala dengan sudut 30º. Penatalaksanaan
posisi elevasi kepala ini merupakan salah satu bentuk tindakan keperawatan
dengan memposisikan pasien berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi dari
jantung yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke serebral dan
memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral (Sunarto, 2013).
Angka kejadian yang ada di Rumah Sakit Hermina Bekasi (terdapat 49
kasus dalam tiga bulan terakhir oktober – desember 2020. Berdasarkan data
yang ada di IGD Rumah Sakit Hermina Bekasi, ada pasien yang menderita
penyakit stroke non hemoragik.
Melihat ringkasan kasus di atas, penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan keperawatan Tn.D dengan stroke non hemoragik di Ruang IGD
Rumah Sakit Hermina Bekasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah.
1. Bagaimana asuhan keperawatan Tn.D dengan stroke non hemoragik di
Ruang IGD Rumah Sakit Hermina Bekasi yang meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi ?
2. Bagaimana pendokumentasian Asuhan keperawatan Tn.D dengan stroke
non hemoragik di Ruang IGD Rumah Sakit Hermina Bekasi?
3. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
Asuhan keperawatan Tn.D dengan stroke non hemoragik di Ruang IGD
Rumah Sakit Hermina Bekasi?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Tn.D dengan stroke non hemoragik di Ruang IGD Rumah Sakit Hermina
Bekasi
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan keperawatan Tn.D dengan stroke non
hemoragik di Ruang IGD Rumah Sakit Hermina Bekasi dengan
menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
b. Melaksanakan proses pendokumentasian asuhan keperawatan Tn.D
dengan stroke non hemoragik di Ruang IGD Rumah Sakit Hermina
Bekasi.
c. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan asuhan Tn.D dengan stroke non hemoragik di Ruang IGD
Rumah Sakit Hermina Bekasi.

1.4. Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat membantu penulis maupun penulis lainnya untuk mengembangkan
pengetahuan ,wawasannya dan menambah pengalaman nyata dalam
asuhan keperawatan pada pasien yang menderita stroke non hemoragik.
2. Bagi Ruang IGD
Dapat bermanfaat bagi Ruang IGD Rumah Sakit Hermina Bekasi dan
menjadi masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yaitu program kesehatan yang ada khususnya tentang stroke non
hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Penyakit
2.1.1. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke non hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat sumbatan
di pembuluh darah sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah
pada jaringan otak, trombosis otak, aterosklerosis, dan emboli
serebral. penyumbatan pembeluh darah timbul akibat pembentukkan
plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang dikarenakan
oleh penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress,
gaya hidup, rusak atau hancurnya neuron motorikatas (upper motor
neuron), dan hipertensi (Mutaqqin, 2012).
Stroke merupakan penyakit neuroligis yang dapat menyebabkan
hilangnya kemampuan fungsi motoric pada penderitanya.Serangan
stroke mengakibatkan kemampuan motoric pasien mengalami
kelemahan, atau hemiparesis (Nasir, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah
adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain vaskular (Ode, 2012).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan stroke adalah gangguan
fungsi otak karena penyumbatan, penyempitan atau pecahnya
pembuluh darah menuju otak. Hal ini menyebabkan pasokan darah
dan oksigen menuju ke otak menjadi berkurang.
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi

(Sumber Evelyn C. Pearce, 2011)


Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa
(3Ibs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan
sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori
energi setiap harinya. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi
menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf cranial. Saraf
perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-pesan
neural sensorik (aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan
atau menerima pesan-pesan neural motorik ( eferen) dari system
saraf pusat. Saraf spinal menghantarkan pesan-pesan tersebut maka
saraf spinal dinamakan saraf campuran.
Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian
aferen membawa baik informasi sensorik yang disadari maupun
informasi sensorik yang tidak disadari. Sistem saraf otonom
merupakan sistem saraf campuran. Serabut-serabut aferen
membawa masukan dari organ- organ visceral. Saraf parasimpatis
adalah menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan, dan
meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan
pencernaan dan pembuangan.
2. Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat computer dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang
yang terletak didalam rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh
selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga
gejala pembesaran otak awal.
a. Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus,
serta hipotalamus.
b. Otak tengah, trigeminus, korpus callosum,
korpuskuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medullaoblongata, dan
serebellum.
Adapun bagian-bagian otak meluputi:
a. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas
dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas
rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosakranialis anterior
atas dan media. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan
kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat
putig terdapat pada bagian dalam yang mengndung serabut
syaraf. Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
1) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak
dibagian sulkussentralis.
2) Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan
dibelakang oleh korakooksipitalis.
3) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura
serebralis dan didepan lobusoksipitalis.
4) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dariserebrum.

Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang
merupakan.ubstansi kelabu serebrum. Korteks serebri ini
tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang
tidak teratur, dan dengan demikian menambah daerah
permukaan korteks serebri, persis sama seperti melipat sebuah
benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujung yang
sebenarnya. Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga
dibagi menurut fungsi dan banyaknya area. Cambel membagi
bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara umum korteks
dibagi menjadi empat bagian:
1) Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer
serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks
yang menangani suatu alat atau bagian tubuh tergantung ada
fungsi alat yang bersangkutan. Korteks sensori bagian fisura
lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri
merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang
intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan yang diterima
diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang
lain. Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan
dengan fungsi luhur dan disebutpsikokortek.
3) Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris,
fungsi
utamanya adalah kontribusi pada taktus piramidalis yang
mengatur bagian tubuhkontralateral.
4) Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan
dengan sikap mental dan kepribadian.
b. Batang otak
Batang otak terdiri :
1) Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang
otak. yang terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon.
Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus
temporalis terdapat kapsul interna dengan sudut menghadap
kesamping. Fungsinya dari diensephalon yaitu:
a) Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
b) Respirator, membantu prosespernafasan.
c) Mengontrol kegiatan refleks.
d) Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari
mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol
keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua sebelah bawah selaput korpus
kuadrigeminus inferior. Serat nervus toklearis berjalan ke
arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.
Fungsinya:
I. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak
mata.
II. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
2) Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan
mesensefalon dengan pons varoli dan dengan serebelum,
terletak didepan serebelum diantara otak tengah dan medulla
oblongata. Disini terdapat premoktosid yang mengatur
gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya adalah:
a) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga
antara medulla oblongata dengan serebellum.
b) Pusat saraf nervustrigeminus.
3) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang
paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan
medula spinalis. Bagian bawah medulla oblongata merupakan
persambungan medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla
oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerag
tengah bagian ventral medulla oblongata. Medulla oblongata
mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai saraftak
yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat
vital” yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem
kardiovaskuler. Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada
bagian ini dalam batang otak dapat membawa akibat yang
sangat serius.
c. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura transversalis
dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata.
Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris, merupakan
pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang
kecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada
lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang
otak melalui pundunkulus serebri inferior. Permukaan luar
serebelum berlipat-lipat menyerupai serebellum tetapi
lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebellum
ini mengandung zat kelabu. Korteks serebellum dibentuk oleh
substansia grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar,
lapisan purkinye dan lapisan granular dalam.Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati
serebellum.
2.1.3. Klasifikasi
Berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi
dalam 2 tipe yaitu :
1. Stroke Hemorrhagic
Stroke ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi
fokal akut yang disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak
yang terjadi secara spontan bukan karena trauma kapitis melainkan
pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intrasebral ialah keadaan pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi yang
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk
massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak, jika peningkatan TIK terjadi secara cepat dapat
mengakibatkan kematian mendadak akibat herniasi otak.
b. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid ialah keadaan pecahnya arteri dan
keluarnya darah ke ruang subaraknoid yang menyebabkan TIK
meningkat secara mendadak, menurunnya respon terhadap nyeri
dan vasospasme pembuluh darah cerebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan sensorik, afasia dll)
(Wijaya & Putri, 2013).
2. Stroke Ischemic atau Stroke Non Hemoragik
Stroke ischemic terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan sebagian atau seluruh aliran darah ke otak terhenti.
Hal ini disebabkan oleh plak aterosklerosis ataupun trombus.
Stroke ischemic dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Stroke trombotik : terjadi akibat sumbatan oleh trombus/bekuan
darah.
b. Stroke embolik : terjadi akibat tertutupnya pembuluh darah oleh
materi asing seperti plak aterosklerosis ataupun trombus yang
terbawa dalam aliran darah.
c. Hipoperfusion sistemik : terjadi akibat aliran darah ke seluruh
tubuh berkurang karena adanya gangguan denyut jantung
(Pudiastuti, 2011).
2.1.4. Etiologi
Aliran darah ke otak dapat menurun dengan beberapa cara.
Iskemia terjadi karena suplai darah di bagian otak terganggu atau
tersumbat. Iskesmia biasanya terjadi karena truombosis atau embolik.
Stroke terjadi kebanyakan disebabkan oleh trombosis dibandingkan
dengan embolik.(Joyce&jane, 2014).
Stroke juga bisa terjadi pada pembuluh darah kecil atau pembuluh
darah besar. Pada pembuluh darah besar terjadi karenasumbatan pada
arteri serebral utama seperti pada karotid interna, serebral anterior,
serebral media, serebral posterior, vertebral dan arteri basiralis. Stroke
pembuluh darah kecil terjadi pada cabang pembulu darah besar yang
masuk ke bagian lebih dalam otak (Joyce&jane, 2014).
Trombolisis serebral terjadi pada pembuluh darah, dimana oklusi
terjadi trombolisis yang dapat menyebabkan iskemia jaringan otak,
endema dan kongesti di area sekitarnya.
Embolik serebal penyumbatan darah di otak karena pembekuan
darah, lemak atau udara.
2.1.5. Pathway
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu
di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi
dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler)
atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan
jantung).

Faktor pencetus pada stroke non hemoragik dapat berupa adanya


trombus, embolus, udara dan plak aterosklerotik sedangkan untuk
stroke hemoragik hipertensi menjadi faktor pencetus utama. Trombus
dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah yang mengakibatkan iskemia jaringan otak yang
disupalai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, edema, kongesti
disekitar area dan nekrosis (Nugroho, 2016) .

Umumnya perdarahan pada otak disebabkan oleh hipertensi


pembuluh darah. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degeneratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya
arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan
menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah
otak. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
terjadinya destruksi massa otak, peningkatan TIK dan yang lebih
berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum (Batticaca, 2008).
Pathway

Nurarif & Hardhi, 2015


2.1.6. Faktor Risiko
Faktor Risiko Beberapa faktor resiko pencetus stroke menurut Wijaya
dan Mariza (2013) yaitu:
1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh arterosklerosis dan perdarahan.
2. Penyakit kardiovaskuler Adanya embolisme serebral
kongestijantung, pada vibrilasi atrium (Denyut jantung tidak teratur
dan sering kali aliran darah tidak lancar)sehigga otak kekurangan
oksigen menyebabkan terjadinya stroke
3. Arterosklerosis
4. Kontrasepsi
5. Riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit stroke
6. Stres emosional
2.1.7. Manifestasi Klinis
Stroke non hemoragik (iskemik) gejala utamanya adalah
timbulnya defisit neurologis secara mendadak/subakut, terjadi pada
waktu 28 istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak
menurun, kecuali emblus cukup besar. Menurut WHO, dalam
International Statistical Classification of Diseases And Relateled
Health Pramem Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
1. Perdarahan Subaraknoid (PSA) Pada pasien dengan PSA
didapatkan gejala prodomal berupa nyeri kepala hebat dan akut
kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada
perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada karotis
anteriol atau karotis interna.
2. Perdarahan Intraserebral (PIS) Stroke akibat PIS mempunyai gejala
prodomal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala akibat hipertama.
Serangan sering kali siang hari, saat aktivitas, atau emosi/marah.
Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering
terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplagia
biasanya terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya
(65% terjadi kurang dari setengahjam, 23% antara ½ s.d 2 jam, dan
1% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari). Gejala neurologis yang
timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasinya.
Manifestasi klinis dari stroke akut menurut Ratna (2011). berupa:
1. Gangguan pengelihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
2. Vertigo, muntah-muntah atau nyeri kepala
3. Gangguan semibilitas pada salah satu atau lebih anggota badan
(ganguan hemisensorik)
4. Disartria (bicara pelo atau cadel)
5. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma)
6. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan
memahami ucapan)
7. Penurunan kekuatan otot
2.1.8. Penatalaksanaan Stroke
Perawatan terhadap pasien paska stroke harus di mulai sedini
mungkin. Keterlambatan perawatan akan menimbulkan hal yang
kurang baik dan tidak kita harapkan. Selain perawatan yang dilakukan
oleh tim medis, campur tangan dari anggota keluarga sangat
berpengaruh terhadap proses pemulihan pada penderita stroke.
Penderita pasca stroke sebaiknya memperhatikan dan mengontrol
segala aktifitas dan gaya hidupnya agar terhindar dari serangan stroke
susulan yang keadaannya lebih parah. Sikap optimis untuk menatap
hari esok bagi penderita pasca stroke, jika tidak diikuti dengan
terapipengobatan akan sia-sia. Maka dari itu perlu dilakukan
pengobatan secara berkelanjut.Latihan range of motion (ROM)
merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang
dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatanpada
pasien dengan stroke,Lewis (2007).
2.2. Otot
2.2.1. Pengertian Kekuatan Otot
Kekuatan otot merupakan kekuatan suatu otot atau grup otot yang
dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang
maksimum. Kekuatan otot merupakan suatu hal penting untuk setiap
orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Setelah umur 30 tahun, manusia
akan kehilangan kira-kira 3-5% jaringan oto total per dekade.
Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya
umur. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan, yaitu:
penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuhyang
memiliki hambatan dalam gerak duduk dan berdiri, peningkatan
resiko jatuh, perubahan postur (Utomo, 2010). Kekuatan otot adalah
kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun
beban internal (Irfan, 2010 dalam Yuliastati, 2011).
2.2.2. Pengukuran Kekuatan Otot
Sistem otot dapat dikaji dengan memperhatikan kemampuan
mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, serta ukuran masing-
masing otot. Kekuatan otot diuji melalui pengkajian kemampuan klien
untuk melakukan fleksi dan ekstensi ekstremitas sambil dilakukan
penahanan (Muttaqin, 2008). Menurut Goolsby & Grubbs (2006)
kekuatan otot ditentukan dengan dapat memfleksikan otot dan
meminta kepada pasien untuk melawan tahanan yang diberikan. Apa
bila pasien tidak mampu menahan tahanan yang diberikan alternatif
lain yaitu pasien diminta melakukan ekstensi atau fleksi secra penuh
melawan tahanan dari pemeriksa. Pada pengukuran skala otot
diberikan nilai dari skla 0-5, skala 0 (tidak ada bukti kekuatan) dan
skala 5 (lengkap atau tahanan penuh).
Ginsberg (2008) juga menambahkan kekuatan otot secara klinis
dapat dinilai dengan mengklasifikasikan kemampuan pasien untuk
mengkontraksikan otot volunter melawan gravitasi dan melawan
tahanan pemeriksa, adapun skala yang digunakan yaitu 0-5. 0 (tidak
ada kontraksi), 1 (tampak kedutan otot dan sedikit kontraksi), 2
(gerakan aktif yang terbatas oleh gravitasi), 3 (gerakan aktif dapat
melawan gravitasi), 4 (gerakan aktif dan dapat melawan gravitasi serta
tahanan pemeriksa) 5 (kekuatan normal).
Panduan Penilaian Kekuatan otot Adapun penilaian pengukuran
kekuatan otot menurut Schwenker Rasyid (2007) sebagai berikut:
Tabel. Penilaian Otot Berdasarkan Schwenker
Scor Keterangan
0 Tidak ada pergerakan/ tidak ada kontraksi otot/ lumpuh
1 Ada pergerakan yang tampak atau dapat dipalpasi/ terdapat
sedikit kontraksi
2 Gerakan tidak dapat melawan gravitasi, tapi dapat
melakukan gerakan horizontal, dalam satu bidang sendi
3 Gerakan otot hanya dapat melawan gravitasi
4 Gerakan otot dapat melawan gravitasi dan tahanan ringan
5 Tidak ada kelumpuhan otot ( otot normal )

2.3. Range Of Motion (ROM)


2.3.1. Pengertian
Range of Motion adalah latihan yang digunakan untuk mempertahan-
kan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan pergerakan
sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan
tonus otot. Memberikan ROM secara dini dapat menstimulasi motor
unit sehingga semakin banyak motor unit terliibat maka akan terjadi
peningkatan kekuatan otot (Potter & Perry,2009).
2.3.2. Macam-macam Gerakan Range Of Motion (ROM)
1. Leher

- Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada.


- Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
- Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
- Rotasi :memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap
bahu
- Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah
setiap bahu.
2. Bahu

- Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh


ke depan ke posisi diatas kepala.
- Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping
tubuh.
- Hiperekstensi: menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku
tetap lurus.
- Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas
kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala
- Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang
tubuh sejauh mungkin.
- Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan
menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan
ke belakang
- Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala.
- Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.
3. Siku

- Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak


ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
- Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.
4. Pergelangan Tangan

- Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian


dalam lengan bawah
- Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan
dan lengan bawah berada dalam arah yang sama
- Hiperekstensi: membawa permukaan tangan dorsal ke belakang
sejauh .mungkin.
- Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari
- Adduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke arah
lima jari.

5. Jari-jari Tangan dan Ibu Jari


- Fleksi : membuat genggaman
- Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
- Hiperekstensi: menggerakkan jari-jari tangan ke belakang
sejauh mungkin
- Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan
yang lain
- Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan
- Oposisi : menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama.
6. Pinggul

- Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas


- Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai
yang lain
- Hiperekstensi: menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
- Abduksi :menggerakkan tungkai ke samping menjauhi
tubuh
- Adduksi : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial
dan melebihi jika mungkin
- Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
- Rotasi luar : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
- Sirkumduks : menggerakkan tungkai memutar.

7. Kaki
- Inversi : memutar telapak kaki ke samping dalam
(medial)
- Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)
8. Jari-Jari Kaki

- Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah


- Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
- Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang
lain
- Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama.
(Arif, 2008)

2.3.3. Tujuan ROM


Tujuan ROM Menurut (Suratun, 2008).
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Mencegah kelainan bentuk
2.3.4. Manfaat ROM
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
(Nurhidayah, et al 2014).
8. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekakuan
otot
9. mempertahankan fungsi jatung dan pernafasan
10. mencegah kontraktur, bentuk an kekakuan pada sendi
(Potter & Perry. 2005).
Daftar Pustaka
Affandi,Indra Gunawan & Panggabean Reggy. 2016. Pengelolaan
Tekanan Tinggi Intrakranial pada Stroke. CDK-238/ vol.43 no.3,
th. 2016.
Arifianto,Aji Seto, Sarosa,Moechammad, Setyawati,Onny. 2014.
Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis dengan
Learning Vector Quantization. Jurnal EECCIS Vol.8, No.2.
Arum, Seria Puspita. 2015. Stroke : Kenali Cegah dan Obati. Yogyakarta
: Notebook
Batticaca,Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Bulecheck, et al. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. 2016
Singapore : Elsevier
Haryanto,Ghoffar Dwi Agus, Setyawa Dody & Kusuma,Muslim Argo
Bayu. 2014. Pengaruh Terapi AIUEO terhadap Kemampuan
Bicara pada Pasien Stroke yang Mengalami Afasia Motorik di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK).
Herdman Heather T & Kamitsuru Shigemi. Nursing Diagnoses :
Definitions and Classification 2015-2017. Edisi 10. 2015. Jakarta :
EGC
Moorhead et al. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. 2016.
Singapore : Elsevier
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah
dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Nugroho Taufan, Putri,Bunga Tamara & Putri,Dara Kirana. 2016. Teori
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika
Ode,Sarif La. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :
Salemba Medika
Oktavianus. 2014. Asuhan Keperawatan pada Sistem Neurobehavior.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika Pudiastuti. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Rekam medis RSHB 2020
Riskesdas. 2013. Penyakit Tidak Menular : Stroke. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.
Sunardi. 2012. Posisi Kepala dalam Stabilitasi Tekanan Intrakranial.
Sunarto. 2015. Peningkatan Nilai Saturasi Oksigen pada Pasien Stroke
Menggunakan Model Elevasi Kepala. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
Volume 4, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai