Oleh :
NIM : 211102057
Kelompok :3
FAKULTAS KEPERAWATAN
A. Definisi
B. Etiologi
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (modifable) dan yang tidak dapat di modifikasi (nonmodifable). Faktor
risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
(fibrilasi atrium), diabetes mellitus, merokok, mengkonsumsi alkohol, hiperlipidemia,
kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetic. (Zuryati &
Adityo, 2016).
Prevalensi stroke yang tinggi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
resiko antara lain obesitas, kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, merokok, tekanan
darah tinggi, peningkatan gula darah, dan peningkatan lipid darah (Riskesdas, 2013;
Ghani, 2016, dikutip dalam Darotin dkk., 2017).
Pecahnya pembuluh darah otak pada umumnya terjadi saat pasien sedang
beraktivitas, adanya nyeri kepala yang hebat, timbulnya defisit neurologis dalam
waktu beberapa menit hingga beberapa jam yang diikuti dengan adanya penurunan
kesadaran, disertai keluhan mual hingga muntah karena tekanan intrakranial yang
meningkat. (Zuryati & Adityo, 2016).
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau mengalami
kebocoran, sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi
oleh pendarahan dapat menjadi rusak, dan darah dapat terakumulasi sehingga
memberikan tekanan pada otak. Jumlah perdarahan menentukan keparahan stroke
(Parmet et al, 2004).
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tyas (2016), penatalaksanaan yang dilakukan yaitu :
1. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
2. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
4. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
5. EKG dan pemantauan jantung.
6. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
7. Rehabilitasi neurologik.
H. Diagnosa Keperawatan
I. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan Intervensi
Ketidakefektifan Ketidakefektifan a. Kaji keadaan jalan nafas.
bersihan jalan nafas bersihan jalan nafas Rasional: obstruksi mungkin dapat
berhubungan dapat teratasi disebabkan oleh akumulasi sekret, sisa
dengan akumulasi setelah dilakukan cairan mukus. b. Ubah posisi secara
sekret, kemampuan tindakan teratur (tiap 2 jam).
batuk menurun, keperawatan Rasional: mengatur pengeluaran sekret
penurunan selama 2x24 jam dan ventilasi segmen paru-paru,
mobilitas fisik dengan Kriteria mengurangi resiko atelektasis.
sekunder, hasil : c. Berikan minum hangat jika keadaan
perubahan tingkat a. Sekret berkurang memungkinkan.
kesadaran. b. Batuk berkurang Rasional: membantu pengenceran sekret
c. Nafas rentang dan ventilasi segmen paru-paru,
normal mengurangi sekret.
15-20x/mnt. d. Lakukan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional: mengatur ventilasi segmen
paru-paru dan mengeluarkan sekret.
e. Kolaborasi pemberian obat
bronkodilator sesuai indikasi.
Rasional : Mengatur ventilasi dan
melepaskan sekret karena relaksasi
otot/bronkospasme.
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan a. Rencanakan waktu makan saat klien
nutrisi kurang dari nutrisi dapat dalam keadaan segar, seperti tidak saat
kebutuhan tubuh teratasi setelah lelah, tidak mengantuk, dll. Pastikan alat
berhubungan dilakukan tindakan suksion selalu siap tersedia saat klien
dengan kelemahan keperawatan makan.
otot dalam selama 2x24 jam Rasional: keletihan dapat meningkatkan
mengunyah dan dengan Kriteria risiko aspirasi.
menelan. hasil : b. Atur bagian kepala tempat tidur
a. Nafsu makan dalam posisi semi fowler atau fowler
meningkat. tinggi dengan leher agak fleksi ke depan
b. BB naik. dan dagu menunduk..
c. Tubuh berisi. Rasional: posisi ini menggunakan
kekuatan gravitasi untuk membantu
perpindahan makanan ke bawah dan
menurunkan risiko aspirasi.
c. Mulai untuk memberikan makanan
peroral setengah cair, makanan lunak
ketika klien dapat menelan air. Bantu
klien untuk memilih makanan yang kecil
atau tidak perlu mengunyah dan mudah
ditelan, contoh: telur, agar-agar,
makanan kecil yang lunak lainnya.
Rasional: makanan lunak/cairan kental
lebih mudah untuk mengendalikannya di
dalam mulut, menurunkan risiko
terjadinya aspirasi.
d. Anjurkan klien menggunakan sedotan
untuk meminum cairan.
Rasional: menguatkan otot fasial dan
otot menelan serta menurunkan risiko
tesedak.
e. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam
program latihan/kegiatan.
Rasional : dapat meningkatkan
pelepasan endorfin dalam otak yang
meningkatkan perasaan senang dan
meningkatkan nafsu makan.
Hambatan Hambatan a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi
mobilitas fisik mobilitas fisik terhadap peningkatan kerusakan.
berhubungan dapat teratasi Rasional: mengetahui tingkat
dengan hemiparese, setelah dilakukan kemampuan klien dalam melakukan
kelemahan tindakan aktifitas
neuromaskular keperawatan b. Ajarkan klien untuk melakukan
pada ekstrimitas. selama 2x24 jam latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang
dengan Kriteria tidak sakit. Rasional: gerakan aktif
hasil: memberikan tonus massa, tonus, dan
a. Dapat bereaksi kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
sedikit demi jantung dan pernafasan.
sedikit. c. Lakukan gerakan pasif pada
b. Skala otot 5. ekstremitas yang sakit.
Rasional: otot volunter akan kehilangan
tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan.
d. Pantau kulit dan membran mukosa
terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet.
Rasional: deteksi dini adanya gangguan
sirkulasi dan hilangnya sensasi risiko
tinggi kerusakan integritas kulit.
e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk dan latihan fisik klien.
Peningkatan kemampuan dalam
mobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari
tim fisioterapi.
Hal yang perlu diajarkan pada pasien dan keluarga adalah untuk merubah
posisi dan melakukan ROM serta memastikan kebutuhan sehari-hari pasien terpenuhi.
Keluarga juga harus memenuhi kebutuhan psikologi pasien dengan memberikan
perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Dian & Dwi Dominica. 2018. Gambaran Drug Related Problems (DRP’s)
pada Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik di RSUD
Dr M Yunus Bengkulu. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5 (1).
Zuryati dan Adityo. 2016. Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II. Jurnal Medula
Unila, 5(2).
Ainy, Ratna Eka Nur & Ari Pebru Nurlaily. 2021. Asuhan Keperawatan Pasien
Stroke Hemoragik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis: Oksigenasi. Journal of
Advanced Nursing and Health Sciences, 2(1).
Tyas. Maria DiahCiptaning, Rudi Hamarno & Ida Farida. 2016. Keperawatan
Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Darotin, Rida, Nurdiana, & Tina Handayani Nasution. 2017. Analisis Faktor
Prediktor Mortalitas Stroke Hemoragik Di Rumah Sakit Daerah Dr. Soebandi Jember.
NurseLine Journal, 2(2).