Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corona Virus Disease 19 ( COVID-19)

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi coronavirus

jenis baru yang dinamai dengan SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2). Virus ini memiliki golongan famili yang sama dengan penyebab

penyakit MERS dan SARS. Cornavirus dapat menyerang hewan dan manusia.

COVID-19 ditularkan dari orang yang bergejala (Simtomatik) kepada orang di

sekitarnya melaui droplet, selain itu penyakit ini juga dapat ditularkan dari orang

yang tidak memiliki gejala (Asimtomatik)(Kesehatan, 2020). Masa inkubasi virus ini

adalah 0-14 hari setelah terpapar virus (Backer et al., 2020).

2.2 Sistem Imun Tubuh

2.2.1 Pengertian Sistem Imun

Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme tubuh makhluk hidup untuk

melindungi diri dari infeksi dengan mengidentifikasi dan membunuh subtansi

patogen(Saraswati, 2016). Sistem imun adalah kemampuan tubuh untuk melawan

infeksi, memusnahkan kerja toksin dan faktor virulen lain yang memiliki sifat

antigenik dan imunogenik (. et al., 2014). Imunitas merupakan mekanisme

pertahanan tubuh akibat adanya zat asing dan usaha netralisasi, eleminasi, dan

metabolisme zat asing tersebut. Zat asing adalah kumpulan dari mikroorganisme

(Bakteri, Virus, Fungus, Parasit), sel Tumor, sel /Jaringan Alogen, bahan / zat

yang bersifat antigen (Alergen) (Marliana, 2020) . Imunitas dapat diartikan


sebagai pertahanan tubuh terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi (Sudiono,

2014).

2.2.2 Fungsi Sistem Imun

Sistem imun memiliki fungsi sebagai berikut

 Sebagai pertahanan (Defense) untuk mencegah dan melawan invasi mikroba ke

dalam tubuh meliputi: sistem integumentary, sistem retikuloendotelial, sistem

imun.

 Keseimbangan (homeostasis) untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal

 Pengawasan diri (survailance) untuk mengenal dana mengawasi invasi antigen

dan menghilangkan sel-sel yang mengalami mutasi (Wantini et al., 2020).

2.2.3 Hal-hal yang dapat Meningkatkan

KEMENKES RI 2020, berikut hal- hal yang dapat meningkatkan daya tahan

tubuh, antara lain.

1. Makan Makanan Bergizi

Makanan bergizi membantu meningkatkan serta menguatkan daya

tahan tubuh agar terhindar dari infeksi virus dan sebagi perlindungan ekstra

dalam tubuh. Untuk meningkatkan sistem imun sebaiknya dalam keseh arian

menu yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok sebagai sumber

karbohidrat, lauk sebagai sumber protein hewani dan nabati, dan mineral.

Kemudian yang terkh ir sayur dan buah sebagai sumber vitamin , mineral dan

serat yang berfungsi sebagai antioksidan tubuh (Kemenkes, 2020).

2. Rutin Berolahraga

Berolahraga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sistem

metabolisme. Rutin berolahraga dapat meningkatkan produksi antibodi. Selain


itu berolahraga juga dapat membantu pengeluaran racun dari dalam tubuh.

Olahraga sebaiknya dilakukan minimal 30 menit rutin 3-5 hari dalam

seminggu untuk meningkatkan kebugaran tubuh (Kemenkes, 2020).

3. Menghindari Stres

Stres dapat menurunkan fungsi sistem imun. Saat stres tubuh akan

meningkatkan produksi hormon kortisol yang dapat menurunkan daya tahan

tubuh (Amalia et al., 2020).

4. Mencukupi Kebutuhan Cairan

Mencukupi kebutuhan cairan tubuh dapat meningkatkan daya tahan

tubuh. Dalam sehari kebutuhan carian rata-rata orang dewasa adalah 8-10

gelas. Saat tubuh kekurangan cairan maka akan terjadi dehidrasi. Dehidrasi

dapat menyebabkan tubuh lemah, menurunkan daya tahan tubuh, dan

memudakan tubuh untuk terpapar virus (Amalia et al., 2020).

2.2.4 Jenis System Imun

a. Respon Imun Innate (Nonspesifik/ alami

Respons imun innate atau respons imun non-spesik atau respons imun

alami merupakan komponen normal tubuh individu yang telah ada dan

berfungsi sejak lahir. Disebut nonspesifik karena mekanisme kerjanya tidak

spesifik terhadap mikroba tertentu dan bahan asing dan dapat memberi

perlindungan kepada tubuh dari banyak patogen potensial. Respon imun ini

meliputi pertahanan fisik/mekanik, pertahanan biokimia, pertahanan

humoral, dan pertahanan selular (Sudiono, 2014).

Respons imun nonspesifik merupakan respon pertahanan tubuh terdepan

yang merespon langsung terhadap zat asing dan siap mencegah serta

menyingkirkannya. Respon imun fisik atau mekanik terdiri dari kulit, selaput
lendir, silia saluran pernapasan, batuk dan bersin. Beberapa enzim yang

terdapat pada keringat, air susu ibu, air liur, lambung, antibodi dan empedu

pada usus halus, serta antibodi merupakan pertahanan tubuh secara biokimia.

Pada pertahanan seluler komponen yang berperan adalah polimorfonuklear

dan monosit, makrofag, sel NK ( Natural Killer), eusinofil. Pertahanan

humoral terdiri dari C-Reaktif Protein, lektin, protein fase akut lain, mediator

asal fosfolipid, dan sitokinin. Respon imun innate akan tetap seperti itu dan

tidak berubah pada paparan selanjutnya (Mrliana & Widhyaningsih, 2018).

b. Respon Imun Adaptif (Spesifik)

Respon imun spesifik memiliki kemampuan untuk mengenali benda asing.

Disebut sebagai sistem imun spesifik karena pada saat benda asing masuk,

respon imun ini segera mengenali benda asing tersebut dan mengakibatkan

sensitifitas. Saat antigen yang sama masuk kembali sistem imun ini akan

segera mengenalinya dan menghancurkannya. Respons imun adaptif

dipengaruhi oleh sel limfosit (Mrliana & Widhyaningsih, 2018).

Sistem imun spesifik terbagi dua yaitu sistem humoral dan sistem selular.

Pada imunitas humoral, sel B mengeluarkan antibodi untuk menghilangkan

mikroba ekstraselular. Pada imunitas selular, sel T mengaktifkan makrofag

sebagai efektor penghancur mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai

efektor yang penghancur sel terinfeksi. Proses yang terjadi adalah dengan cara

aktivasi, proliferasi, dan diferensiasi berbagai jenis sel limfosit melalui

AMI (antibody mediated immune response) atau CMI (cell-mediated immune

response), menghasilkan penghancuran patogen penyerang (Sudiono, 2014).

2.2.5 Hubungan Zat Gizi dengan Sistem Imun


Zat gizi sangat erat kaitannya dengan sistem imun, seperti vitamin D

yang memiliki mekanisme dalam mengurangi resiko infeksi dankematian.

Vitamin D meningkatkan sistem imun seluler sebagian melalui induksi

antimikroba peptida, chatelicidin manusia, dan LL-37 oleh 1,25 dihidroxy

vitamin D dan defensins. Vitamin D juga meningkatkan kekebalan seluler,

sebagian dengan mengurangi badai sitokin yang diinduksi oleh sistem

kekebalan bawaan(Grant et al., 2020). Asam lemak omega 3 berperan dalam

sistem imun sebagai pencegah penyakit degeneratifyaitu menurunkan resiko

penyakit jantung melalui reduksi Jumlah triglyceride dengan cara mengurang

hepatic triglyceride synthesis dan menurunkan triglyceride--‐rich very low--‐

density lipoproteins (VLDLs) Di dalam darah konsumsi dan bersifat anti

inflammatory dan menghambat produksi mediator seperti prostaglandin E2

dan leukotrine B4 dari leukosit dan aktivasi makrofage(Susanto & Fahmi,

2012). Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat meningkatkan sistem

imun dengan mencegah infeksi berbagai virus terutama virus

corona(RAHMADI, 2018). Vitamin A mempunyai peranan penting dalam

pemeliharaan sel epitel yang merupakan bagian tubuh yang terlibat di dalam

fungsi imunitas non-spesifik. Imunitas non-spesifik melibatkan pertahanan

fisik seperti kulit, selaput lendir, silia saluran nafas. Vitamin A juga berperan

pada imunitas seluler dengan melibatkan sel darah putih baik mononuklear

maupun polinuklear, serta sel NK (natural killer) yang berperan sebagai sel

yang menangkap antigen, mengolah dan selanjutnya mempresentasikan ke sel

T, yang dikenal sebagai sel penyaji atau APC (antigen presenting cell) dan

selanjutnya memacu produksi sitokin dan pada akhirnya meningkatkan

produksi sel B dan antibodi (Yayon et al., 2020). Protein juga berperan penting
dalam sistem imun dengan membantu meningkatkan imunitas, karena

perannya dalam pembentukan immunoglobulin (Ig). Immunoglobulin spesifik

yang berperan melavan virus SARS-Cov 2 ini adalah IgM dan IgG (Sumarmi,

2020). Zinc/Seng (Zn) memiliki potensi yang sangat besar untuk

meningkatkan imunitas melawan Covid-19 karena bekerja mengaktifkan

imunitas natural, imunitas humoral di sirkulasi, sekaligus imunitas intraselular.

Zinc juga berperan dalam menstimulasi produksi IgG yang memiliki

kemampuan efektif untuk blocking SARS-CoV2 masuk ke dalam sel

(Sumarmi, 2020).

2.3 Pangan Fungsional

2.3.1 Defenisi Pangan Fungsional

Badan Pengawasan Pangan dan Obat (BPOM) mendefenisikan pangan

fungsional sebagai pangan olahan yang memiliki kandungan satu atau multi

komponen pangan yang dapat berfungsi secara fisiolgis selain dari fungsi

utamanya menurut kajian ilmiah, dan memiliki bukti tidak membahayakan dan

memilikui manfaat bagi kesehatan (BPOM RI, 2007). Institute of Food

Technologists (IFT) mendefenisikan makanan fungsional sebagai bahan

makanan yang mengandung nutrisi penting melebihi kebutuhan normal yang

dibutuhkan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan, dan

komponen bioaktif lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan dan efek fisiologis

yang diinginkan (Martirosyan & Singh, 2015).

Makanan alami atau olahan yang mengandung senyawa bioaktif dan dalam

jumlah tertentu terbukti memiliki manfaat bagi kesehatan untuk pencegahan,

pengelolaan, atau pengobatan penyakit kronis (Martirosyan & Singh, 2015).

Pangan fungsional adalah makanan yang memiliki manfaat dan mempengaruhi


satu atau lebih fungsi tubuh melebihi efek nutrisi yang bermanfaat dalam

meningkatkan kesehatan dan sesejahteraan serta merunkan resiko penularan

penyakit, yang dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan dan berbentuk bukan

pil, kapsul atau segala jenis suplemen makanan (Widyaningsih et al., 2017).

2.3.2 Syarat Pangan Fungsional

Pangan fungsional harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1. Bentuknya harus merupakan produk pangan biasanya tidak berbentuk kapsul,

pil, tablet, puyer, atau bubuk; dan berasal dari bahan alami

2. Dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari

3. Mempunyai fungsi tertentu dalam tubuh pada saat dicerna dan dapat

memberikan peran dalam proses metabolisme

4. Sifat fisik dan kimianya jelas, serta kualitas dan jumlavnya aman dikonsumsi

5. Kendungan komponen penyusunnya tidak boleh menurunkan nilai gizinya.

(Widyaningsih et al., 2017).

BPOM menyebutkan pangan fungsional harus memenuhi persyaratan berikut:

a. Memiliki kandungan jenis komponen pangan dengan jumlah yang sesuai

dengan batasan yang ditetapkan

b. Memiliki karakteristik sensori seperti penampakan, warna, tekstur atau

konsistensi dan cita rasa yang dapat diterima konsumen; dan

c. Disajikan dan dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman

(BPOM RI, 2007).

2.3.3 Kriteria Pangan Fungsional

Kriteria yang harus dipenuhi sebagai pangan fungsional adalah :


1) Sensory (warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang

enak).

2) Nutritional (bernilai gizi tinggi), dan

3) Physiological (memiliki fungsi yang menguntungkan bagi tubuh)

(Widyaningsih et al., 2017).

2.3.4 Jenis Pangan Fungsional

Secara garis besar pangan fungsional dibagi berdasarkan tiga hal yaitu

berdasarkan senyawa bioaktif, sumber bahan pangan, cara pengolahan.

2.3.4.1 Berdasarkan Komponen Senyawa Bioaktif

Berdasarkan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya

dikelompokkan menjadi zat gizi dan non gizi

1) Zat Gizi

Zat gizi pada pangan fungsional terdiri dari karbohidrat berupa

oligosakarida dan gula alkohol, protein berupa peptida dan protein

tertentu, lemak berupa asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated

fatty acids=PUFA), vitamin, dan mineral. Contohnya seperti nasi merah,

nasi hitam, kacang hijau, tempe, yogurt, jeruk, jambu biji, brokoli, ikan,

telur, dan lainnya(Widyaningsih et al., 2017).

2) Komponen non gizi

Zat non gizi pada pangan fungsional terdiri dari serat pangan (deitary

fiber) dan hidrokolid, glikosida dan isoprenoid, polifenol, flavanoid

dan isoflavon, kolin dan lesitin, bakteri asam laktat, fitosterol, dan

antioksidan. Contohnya buah-buahan, sayur, teh hijau, cincau hitam,

dan lainnya (Widyaningsih et al., 2017).

2.3.4.2 Berdasarkan sumber makanan


1. Pangan Fungsional Nabati

Pangan fungsional nabati merupakan pangan yang bersumber dari

bahan tumbuhan, seperti kedelai, tempe, bawang-bawangan, cintau hitam

atau hijau, teh, brokoli, tomat dan lainnya (Widyaningsih et al., 2017).

2. Pangan Fungsional Hewani

Pangan fungsional hewani merupakan pangan yang bersumber dari

hewan dan ikan, seperti susu fermentrasi, minyak ikan, ceker ayam, dan

produk olavan lainnya (Widyaningsih et al., 2017).

2.3.4.3 Berdasarkan Cara Pengolahannya

1. Pangan Fungsional Alami

Pangan fungsional alami meupakan bahan pangan yang berasl dari

alam tanpa memrlukan proses pengolahan terlebih dahulu untuk dikonsumsi.

Contohnya sayur-sayuran dan buah-buahan (Widyaningsih et al., 2017).

2. Pangan Fungsional Tradisional

Pangan fungsional tradisional merupakan bahan pangan yang diolah

secara tradisional menggunakan resep warisan turun temurun. Contohnya

tempe, dadih, cincau hijau, yoghurt, minuman beras kencur, teh

(Widyaningsih et al., 2017).

3. Pangan Fungsional Modern

Pangan fungsional modern merupakan bahan pangan yang diproses

khusus dengan resep terbaru untuk tujuan tertentu. Contohnya minuman

untuk ibu hamil, untuk penderita diabetes, untuk meningkatkan daya tahan

tubuh (Widyaningsih et al., 2017).

2.3.5 Fungsi Pangan Fungsional

Pangan/makanan fungsional memiliki tiga fungsi, antara lain sebagai berikut


1. Fungsi nutritional (primer), yaitu makanan tersebut dapat mencukupi

kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)

2. Fungsi sensoris (sekunder), yaitu makanan tersebut dapat diterima oleh

konsumen secara sensoris

3. Fungsi fisiologi (tersier), yaitu makanan tersebut berfungsi dalam menjaga

kesehatan, mencegah penyakit dan menjaga metabolisme tubuh (Khurniawan,

2015)i.

2.3.6 Kandungan Gizi Pangan Fungsional

Menurut BPOM RI, yang termasuk dalam komponen pangan fungsional

adalah sebagai berikut: vitamin (A,B,C,D,E,K); mineral; gula alkohol; asam

lemak tidak jenuh; peptida dan protein tertentu; asam amino; serat pangan;

prebiotik dan probiotik; kolin, lesitin dan inositol; karnitin dan skualen;

isoflavon; fitosterol dan fitostanol; polifenol dan komponen fungsional lain yang

akan ditetapkan kemudian (Khurniawan, 2015).

Berikut ini tabel kandungan gizi dan sumber pangan funsional.

No. Komponen Bioaktif Sumber Pangan


1. Vitamin Wortel, susu, jeruk sitrum,

keju, telur, gandum, daging,

hati, kacang, ragi


2. Mineral Daging, kacang-kacangan,

alga, sayur dan buah


3. Gula Alkohol Jagung
4. Asam Lemak Tak Jenuh Minyak ikan
5. Peptida dan protein tertentu Rumput laut, daging, susu,

telur
6. Asam amino Daging, telur, susu, alga
7. Serat pangan Sayuran, buah kelapa
8. Prebiotik Oats, pisang, buah berry,
asparagus, bawang merah,

bawang putih
9. Kolin, lesitin, dan inositol Daging, sayuran
10. Karnitin dan skualen Minyak ikan
11. Isoflavon Kacang kedelai, daun katuk
12. Fitosterol, fitostanol Kacang tanah, daun katuk,

buah delima
13. Polifenol Alga, pisang, daun katuk,

kulit manggis
14. Probiotik Daging, susu, sayuran, dan

buah
Tabel.1 Komponen bioaktif dan sumber pangan fungsional (Abbas, 2020)

2.3.7 Cara Pengolahan Pangan Fungsional

Pengolahan pangan fungsional diproduksi dengan pendekatan sebai berikut.

1. Meningkatkan konsentrasi komponen yang sudah ada secara alami pada

bahan yang memiliki dampak yang bagus bagi kesehatan berupa zat gizi

maupun senyawa bioktif. Contohnya dengan melakukan ekstraksi pada bahan

makanan tersebut.

2. Menghilangkan komponen yang memiliki efek tidak baik jika dikonsumsi

seperti senyawa alergen, lemak atau kolesterol

3. Menambahkan komponen atau senyawa bioaktif yang tidak terdapat pada

bahan pangan tersebut.

4. Meningkatkan ketersediaan atau stabilitas dari komponen bahan pangan yang

memiliki efek baik bagi kesehatan (Widyaningsih et al., 2017).

2.3.8 Pangan Fungsional Zat Gizi

2.3.8.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama yang berperan sebai penghasil

energi dalam tubuh manusia (Achadi, 2012). Karbohidrat diklasifikasikan

menjadi dua kelompok yaitu karbohidrat sederhana (monosakarida,

disakarida, gula alkohol, dan oligosakarida) dan karbohidrat

kompleks(polisakarida dan polisakarida non pati) (Ariani, 2017).

Golongan gula alkohol merupakan salah satu komponen yang terkandung

di dalam pangan fungsional yang terdiri dari sorbitol, manitol, dulsitol, dan

inositol. Sorbitol merupakan jenis gula alkohol yang terdapat di dalam

buah dan dikomersilkan dari glukosa. Gula alkohol ini banyak digunakan

dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes. Manitol dan dusitol

merupakan alkohol yang terbuat dari manosa dan galaktosa, keduanya

banyak digunakan dalam industri pangan. Inositol merupakan alkohol

yang menyerupai glukosa dan banyak terdapat di dalam bahan pangan

(Ariani, 2017)

Karbohidrat berperan sebagai sumber energi utama dalam tubuh,

melancarkan gerak peristaltik usus yang membantu melancarkan

pengeluaran feses, menghemat protein dan pengatur metabolisme lemak,

memberi rasa manis dalam makanan. Kebutuhan harian karbohidrat yang

dianjurkan oleh WHO adalah 50-65% karbohidrat kompleks dan 10%

gula sederhana dari total energi yang dibutuhkan dalam satu hari (Achadi,

2012). Karbohidrat bersumber dari beras, ubi, kacang-kacangan, bua-

buahan, sayur, jangung, sagu, bahan olahan seperti mi, roti, dan tepung

(Achadi, 2012).

2.3.8.2 Protein
Protein merupakan bagian terbesaar dalam tubuh setelah air(Ariani,

2017). Jenis-jenis protein berdasarkan bentuk terbagi menjadi protein

bentuk serabut ( kolagen, elastin, keratin, dan iosin), protein globular

(albumin, globulin, dan histon), dan protein konjugasi (nukleoprotein,

lipoprotein, dan fosfoprotein). Protein berfungsi dalam pertumbuhan dan

pemeliharaan sel dan jaringan tubuh, pembentukan ikatan sesensial tubuh,

mengatur keseimbangan cairan, berfungsi sebagai buffer yang menjaga

netralitas asam dan basah, pembentukan antibodi, pengangkut zat gizi, dan

salah satu sumber energi(Ariani, 2017). Struktur pembentuk protein adalah

asam amino. Asam amino digolongkan menjadi asam amino esensial dan

non esensial. Jenis-jenis asam amino esensial adalah lysine, leucine,

isoleucine, valine, threonine, phenylalanine, methionine, dan tryptophane

(Jauhari, 2015).

Kebutuhan protein adalah sekitar 10-15% dan berbeda antara bayi dan

orang dewasa. Kebutuhan protein bayi adalah 1 gram protein perkilogram

berat badan, sedangkan orang dewasa adalah 0,8 gram perkilogram berat

badan(Achadi, 2012). Protein bersumber dari hewani seperti susu, telur,

daging merah, ayam, ikan, unggas, dan makanan laut seperti udang dan

cumi-cumi,dan dari nabati seperti tempe, kacang-kacangan, tahu, susu

kedelai, dan lainnya(Ariani, 2017).

2.3.8.3 Lemak

Lemak menjadi bagian dari komponen makanan yang memiliki banyak

fungsi penting bagi tubuh. Komponen utama dari lemak adalah asam

lemat dan gliserol. Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh

(Saturated Fatty Acid/ SFA) dan asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari
asam lemak tidak jenuh tunggal ( Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA)

dan asam lemak tidak jenuh jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid/ PUFA)

(Achadi, 2012). Lemak berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam

lemak esensial, berperan dalam pengangkutan vitamin A, D, E,dan K,

menghemat penggunaan protein dalam sintesa protein, memelihara suhu

tubuh, dan melindungi organ tubuh (Achadi, 2012).

Kebutuhan lemak menurut WHO adalah 20-30% dari total energi yang

dibutuhkan tubuh dengan konsumsi lemak jenuh maksimal 8% dan lemak

tidak jenuh 3-7% dari total kebutuhan kalori tubuh. Lemak bersumber dari

minyak(kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan

yang lainnya), margarin, mentega, minyak ikan, daging, ikan, kuning

telur, dan keju (Ariani, 2017).

2.3.8.4 Vitamin

Vitamin merupakan zat alamiah yang dibutuhkan lebih sedikit

jumlahnya oleh tubuh dan tidak bisa dibentuk sendiri oleh tubuh. Vitamin

digolongkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A,D,E, dan K) dan

vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C) (Ariani, 2017).

Vitamin larut lemak yang pertama adalah vitamin A atau provitamin

karotenoid berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh,

berperan dalam sistem imun sebagai pertahanan tubuh, menjaga fungsi

penglihatan, dan pembentukan sel-sel baru (Achadi, 2012). Vitamin A

bersumber dari hati, kuning telur, margarin, sayuran hijau seperti bayam

dan kangkung, buah-buahan seperti wortel, jeruk, tomat, dan pepaya.

Kebutuhan vitamin A adalah 375-650 RE (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019). Berikutnya Vitamin D merpakan prohormon


yang dapat terbentuk di dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari.

Fungsi vitamin D adalah untuk pemeliharaan dan pembentukan tulang dan

bersumber dari sinar matahari dan dari makanan dalam bentuk

kolekalsiferolnseperti kuning telur, hati, krim, mentega, dan minyak hati

ikan(Ariani, 2017). Vitamin D dipercaya dapat meningkatkan sistem imun

dengan mengurangi resiko infeksi dan menurunkan resiko kematian

melalui pertahanan seluler dan adaptif. Pertahanan seluler dapat

meningkat dengan mengurangi sitokinin yang diinduksi oleh sistem imun

bawaan yang merupakan respon terhadap infeksi virus dan bakteri seperti

COVID 19. Mengkonsumsi vitamin D sebanyak 40-50 ng/mL untuk

meningktkan serum 25 (OH) D yang berperan dalam meningkatkan

imunitas sebagai pertahanan terhadap COVID 19(Grant et al., 2020).

Angka kecukupan vitamin D yang dianjurkan adalah 10-20 mcg perhari

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Selanjutnya vitamin E

memiliki fungsi utama sebagai antioksidan alami yang larut di dalam

lemak dan mencegah radikal bebas. Selain itu vitamin E atau alpha

tocopherol berfungsi untuk mensintesa DNA, merangsang reaksi

kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, keguguran, dan gangguan

menstruasi (Achadi, 2012). Vitamin E bersumber dari minyak tumbuhan,

kacang-kacangan, daging, ikan,dan unggas. Kebutuhan akan vitamin E

adalah 5-15 mcg (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Dan

yang terakhir adalah vitamin K berfungsi pada proses pembekuan darah

(Jauhari, 2015). Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran vijau,

kacang buncis, kacang polong, kol, dan brokoli (Achadi, 2012). Jumlah
vitamin K yang dianjurkan untuk semua jenis usia danjenis kelamin

adalah 5-65 mg (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Vitamin yang larut dalam air yang pertama vitamin C dan vitamin B

kompleks. Vitamin C atau asam askorbat berfungsi sebagai antioksidan

dalam reaksi hidroksilasi yang dapat menangkal radikal bebas,

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, mencegah serta

menyembuhkan kanker, dapat mencegah dari COVID-19, meningkatkan

kemotaksis dan fagositosis, serta mencegah stres oksidatif lingkungan

(Ariani, 2017)(Makmun & Rusli, 2020). Sayur dan buah seperti nenas,

jeruk, pepaya, tomat, sayur, dan jenis kol merupakan sumber yang

mengandung vitamin C (Ariani, 2017). Angka kecukupan vitamin C untuk

semua usia dan jenis kelamin adalah 40-90 mg perorang perhari

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Vitamin B1 atau

tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan dalam

metabolisme karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Vitamin B1

bersumber dari daging, jeroan, ikan, kuning telur, gandumroti, dan sereal

(Achadi, 2012). Jumlah kebutuhan vitamin B1 perhari perorang adalah

0,2-1,2 mg untuk semua usia dan jenis kelamin (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019). Vitamin B2 (riboflavin) bersumber dari susu,

keju, daging, hati, roti, sayuran hijau, ikan, dan telur. Angka kecukupan

riboflavin dalam satu hari perorang adalah 0,3-1,3 mg (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Niasin (asam nikotnat) bersumber

dari hati, ginjal, kacang tanah, susu, dan daging ayam. Kebutuhan perhari

untuk setiap orang adalah 2-16 mg (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019). Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi terhadap


pengeluaran atau penambahan karbon dioksida terhadap senyawa aktif.

Kecukupan perhari perorang adalah 5-30 mcg (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019). Asam pantotenat atau vitamin B5 berperan

dalam reaksi metabolisme sel da bersumber dari hati, gijal, kuning telur,

dan kacang-kacangan. Angka kecukupan vitamin B5 perharinya

adalah1,7-5 mg (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Vitamin B6 atau piridoksin bersumber dari hati, kecambah gandum,

pisang, kentang, susu, telur, dan sayur (Ariani, 2017). Angka kecukupan

gizi untuk vitamin B6 adalah 0,1-1,7 mg perhari (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019). Folat atau asam folat berfungsi dalam

pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang

belakang, berfungsi dalam perkembangan dan pertumbuhan janin selama

kehamilan. Folat bersumber dari kacang-kacangan, biji-bijian, hati, jeruk,

dan sayuran hijau seperti brokoli (Ariani, 2017). Kebutuhan perhari adalah

80-400 mcg (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Vitamin

B12 berfungsi dalam mengubah folat menjadi bentuk aktif, bersumber

dari fungi, bakteri di dalam usus, susu, telur, keju, dan daging (Ariani,

2017). Kecukupan vitamin perhari perorang adalah 0.4-4 mcg

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

2.3.8.5 Mineral

Mineral merupakan bagian tubuh yang berperan dalam memelihara

fungsi tubuh mulai dari tingkat sel hingga keseluruhan. Kalsium, fospor

dan magnesium berperan di dalam tulang, besi dari hemoglobin, dan

iodium dari hormon tiroksin. Fungsi lain dari mineral adalah memelihara

keseimbangan asam dan basa, dan memelihara kepekaan otot dan saraf
terhadap rangsangan, menjaga sistem kekebalan tubuh. Mineral

digolongkan menjadi makro(natrium, klorida,kalium, kalsium, fosfor,

magnesium, dan sulfur) yang bersumber dari monosodium glutamat

(MSG), kecap, garam dapur, sayuran dan buah,makanan mentah atau

segar, kacang-kacangan, tahu, tempe, ikan kering, susu, keju, dan daging

ayam, dan mineral mikro (besi, seng, iodium, tembaga, mangan, krom,

selenium, molibden, fluor, dan kobal) yang bersumber dari daging ayam,

ikan, telur, bayam, kacang-kacangan, bua-buahan, kerang, hati, ganggang

laut, dan serelia utuh (Ariani, 2017).

Angka kecukupan mineral menurut PERMENKES no.28 tahun2019

tertera dalam tabel berikut ini

No. Jenis Mineral Jumlah Perhari Perorang


1. Kalsium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

100-500 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 1000-1200 mg

Hamil dan menyusui : +200 dari

kebutuhan awal
2. Fosfor Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

200-1000 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 700-1250 mg
3. Magnesium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) : 30-

135 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 160-350 mg
4. Besi Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :
0,3-11 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 8-18 mg

Hamil trimester 2 dan 3 : +9 dari

kebutuhan awal
5. Iodium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) : 90-

120 mcg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 120-150 mcg

Hamil dan menyusui : +70 dan 140

dari kebutuhan awal


6. Seng Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

1,1-5 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 8-11 mg

Hamil dan menyusui : +2-5 dari

kebutuhan awal
7. Selenium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) : 7-

22 mcg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 19-29 mcg

Hamil dan menyusui : +5-10 dari

kebutuhan awal
8. Mangan Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

0.003-1,7 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 1,6-2,3 mg
Hamil dan menyusui : +0,2 dan 0,8

dari kebutuhan awal


9. Fluor Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

0.01-1,4 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 1,8-2,3 mg
10. Kromium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

0,2-21 mcg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 19-41 mcg

Hamil dan menyusui : +5 dan 20

dari kebutuhan awal


11. Kalium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

400-3200 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 3900-5000 mg

Menyusui : +400 dari kebutuhan

awal
12. Natrium Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

120-1000 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 1000-1600 mg
13. Klor Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

180-1500 mg

Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 1900-2400 mg
14. Tembaga Bayi dan anak (usia 0-9 tahun) :

200-570 mcg
Laki-laki dan perempuan (usia 10-

80 tahun) : 700-900 mcg

Hamil dan menyusui : +100 dan

400 dari kebutuhan awal


Tabel.2 Angka kecukupan mineral (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019).
i

Anda mungkin juga menyukai