Disusun Oleh:
171101055
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021/2022
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Ansietas
Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu. Keduanya
adalah energi dan tidak dapat diamati secara langsung. Ansietas adalah dasar kondisi
manusia dan memberikan peringatan berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi ansietas
diperlukan untuk bertahan hidup. Selain itu, seseorang dapat tumbuh dari ansietas jika
seseorang berhasil berhadapan, berkaitan dengan, dan belajar dari menciptakan
pengalaman ansietas (Stuart, 2016)
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
ansietas merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal
ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya
dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (Herdman &
Kamitsuru, 2018).
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan terjadi
atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau
tidak sadar (Barbara, 2010).
2. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.
Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun
factor-faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu
ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau impuls primitif.
Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara ide
dan super ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya
yang perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan
juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu
dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini di
perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3. Perilaku Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
3. Tingkatan Ansietas
Menurut Peplau (1963) dalam (Stuart, 2016) mengidentifikasi empat tingkat ansietas
dengan penjelasan efeknya, yaitu :
1. Ansietas ringan
Terjadi pada saat ada ketegangan dalam hidup sehari-hari. Selama ini seseorang
waspada dan lapang persepsi meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat,
mendengar, dan menangkap lebih dari sebelumnya. Jenis ansietas ini dapat memotivasi
belajar, menghasilkan pertumbuhan, dan meningkatkan kreativitas.
2. Ansietas sedang
Terjadi ketika seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja dan lapang
persepsi meyempit. Sehingga kurang dalam melihat,mendengar, 7 dan menangkap.
Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika
diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas berat
Terjadi ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapang persepsi. Ansietas
jenis ini cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal
lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ansietas dan banyak arahan yang
dibutuhkan untuk fokus pada area lain.
4. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Pada sebagian orang yang mengalami
kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan. Gejala panik yang
sering muncul adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena tidak
kompatibel dengan kehidupan. Kondisi panik yang berkepanjangan akan
mengakibatkan kelelahan dan kematian, tetapi panik dapat diobati dengan aman dan
efekti
4. Gejala Klinis Ansietas
Keluhan yang sering ditemukan pada seseorang yang mengalami ansietas antara lain
sebagai berikut (Universitas Indonesia, 2016) :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah tesinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
5. Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, dan sakit kepala.
5. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension
6. Factor Pencetus Ansietas
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri
sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian
pencetus ansietas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal (Asmadi 2008).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian
berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhankeluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
8. Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Keperawatan
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme koping sebagai
upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan meningkat sejalan
dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013).
II. Analisa Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk
Rumah Sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010). Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:
1. Data Subyektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,
perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya, misalnya tentang nyeri, perasaan
lemah, ketakutan, kecemasan lemah, (Potter & Perry).
2. Data Obyektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur,dapat diperoleh menggunakan panca indera
(lihat, dengar, cium, raba)selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter & Perry).
III. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang mungkin muncul pada pasien cemas berdasarkan buku NANDA
Internasional diagnosis Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Ansietas
Domain : 9 Koping/Toleransi terhadap stress
Kelas 2 : Respon koping
Defenisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik:
a. Gelisah
b. Insomnia
c. Nyeri
d. Peningkatan tekanan darah
Jelaskan :
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan : klien terkadang sudah mulai pikun karena usia, tetapi masih bisa mengingat
sedikit-sedikit
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
13. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Jelaskan : klien dapat mengambil keputusan dengan baik, klien juga sering
memberi nasehat kepada anak-anaknya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawtan
15. Daya Tilik Diri
Mengingari penyakit yang diderita Menyalahkan hal hal yang di luar dirinya
Jelaskan : klien mengatakan kesulitan tidur, dan jika tidur cepat klien akan sering
terbangun di malam hari
masalah keperawatan: gangguan pola tidur
2. Kemampuan Klien Dalam hal:
Mengantisipasi Kebutuhan Sendiri
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
Mengatur pengunaan obat
Melakukan pemeriksaan kesehatan ( follow up )
Jelaskan : klien mengatakan untuk pemeriksaan kesehatan ia seering didampingi
oleh anak-anaknya
3. Klien memiliki sistem pendukung
Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga Teman Sejawat
Profenasionalisme Kelompok Sosial
Jelaskan : klien mengatakan bahwa keluarga mendukung untuk kesembuahannya,
begiru juga dengan teman dan tetangga klien
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
4. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi?
Ya Tidak
Jelaskan: klien mengatakan bahwa dia suka memasak dan menikmatinya
Masalah Keperawatan: tidak ada maslaah
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d kondisi penyakit d/d pasien gelisah dan mengatakan khawatir dengan
penyakit yang ia derita dan khawatir akan merpotkan anak-anaknya
2. Resiko Harga diri rendah situasional b/d kondisi penyakit d/d klien tampak murung dan
merasa dirinya tidak bisa apa-apa
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Ansietas 1. Ansietas control Penurunan ansietas 1) Penurunan ansietas
2. Mekanisme koping dan peningkatan dan peningkatan
Dengan ketentuan koping: koping
berikut (skala 1-5 : 1. Tenangkan klien 2) Membantu
tidak pernah, 2. Berusaha merilekskan
jarang, kadang- memahami perasaan klien
kadang, sering, keadaan klien 3) Menambah
selalu) : Indikator: 3. Berikan pengetahuan klien
- Menunjukkan informasi 4) Untuk mengurangi
fleksibilitas peran tentang diabetes rasa takut klien
- Keluarga melitus dan diet 5) Meningkatkan
menunjukkan makanannya pengetahuan pasien
fleksibilitas peran 4. Temani klien untuk melakukan
para anggotanya untuk intervensi mandiri
- Melibatkan mendukung jika ansietas terjadi
anggota keluarga keamanan dan
dalam membuat rasa takut
keputusan 5. Instruksikan
kemampuan
- Mengekspresikan klien untuk
perasaan dan menggunakan
kebebasan tekhnik
emosional relaksasi
- Menunjukkan
strategi penurunan
ansietas
Harga diri Tujuan umum: 1. Identifikasi 1. Untuk
Rendah tentang diri meningkatkan
Meningkatkan
Situasional sendiri dan motivasi pasien
kepercayaan diri
harapan apa dalam melakukan
yang dimiliki klien
yang telah dan upaya yang ingin
Tujuan khusus belum tercapai dicapai
dan upaya yang 2. Untuk membuat
Setelah dilakukan 4x
dilakukan untuk pasien menyadari
pertemuan (SP4)
mencapai bahwa pasien
interaksi tindakan
harapan yang memiliki
keperawatan belum terpenuhi kemampuan
2. diharapkan klien 2. Identifikasi positif
dapat percaya diri kemampuan 3. Untuk melatih
Kriteria Hasil : positif yang pasien
dimiliki oleh mengembangkan
1. Klien memiliki
pasien kemampuan positif
rasa percaya diri
3. Bantu pasien tersebut
2. Klien merasa
melatih
memiliki aspek
kemampuan
positif pada
tersebut
dirinya
3. Klien merasa
memiliki
kemampuan dari
dirinya
4. Klien merasa
bangga terhadap
dirinya sendiri