Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Jiwa

Dengan Penyakit Ansietas

Desa Lurah Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon

Nama : Fahira Rahmawati

NIM : CKR0200184

PROGRRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN 2023
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Utama)


Ansietas
2. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.

3. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Pengertian Ansietas dari Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakan
bahwa ansietas memiliki nilai yang positif.Karenadengan ansietas maka
aspek positif individu berkembang karena adanya sikap konfrontasi
(pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan pengetahuan serta
sikap terhadap pengalaman mengatasi kecemasan, tetapi pada keadaan
lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh indivdu). Perasaan
takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa
peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman (Yusuf, 2015).

B. Tanda dan Gejala


1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta
mudah tersinggung.
2) Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
3) Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang.

4) Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan.


5) Gangguan konsensstrasi dan daya ingat.
6) Adanya keluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak
napas, mengalami gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala.

C. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitas


1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

D. Rentang Respon
o Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat
memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
o Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang
persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang
penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
o Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
o Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah
tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun
sudah diberi pengarahan.

E. Mekanisme Koping
Pada pasien yang mengalami ansietas sedang dan berat mekanisme
koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu ;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari
dan berorientasi pada tindakan realistik yang bertujuan untuk
menurunkan situasi stres, misalnya

1) Perilaku menyerang (agresif).


Digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar terpenuhinya
kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri.


Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego, bertujuan untuk membantu mengatasi
ansietas ringan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak
sadar, melibatkan penipuan diri,distorsi realitas dan bersifat
maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang digunakan adalah:
1) Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya.

2) Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut.Mekanisme pertahanan ini paling sederhana
danprimitif.
3) Pemindahan (Displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda
tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap
dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilakudari kesadaran
atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia
kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku
dan selera orang tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosiatau tingkah laku atau pikiran) sehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan
motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut
alasanyang seolah- olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan
harga diri.
11) Reaksi formasi
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls,
atau ingatan yangmenyakitkan atau bertentangan,
merubuan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
13) Acting Out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.

14) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
halangan dalam penyalurannya secara normal.

15) Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebetulnya merubuan analog represi yang
disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan
dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
16) Undoing
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian daritindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya
merubuan mekanisme pertahanan primitif.

F. Penatalaksaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

4. Pohon Masalah

Kerusakan Effect
interaksi sosial

Gangguan
suasana perasaan Cor problem
cemas

Koping individu
Causa
in efektif
5. Diagnosa
- Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
- Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu in efektif

6. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan umum : cemas berkurang atau hilang
Tujuan khusus :
a. TUK 1 Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya
Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.
b. TUK 2 Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.
c. TUK 3 Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas
Intervensi :
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
d. TUK 4 Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Intervensi :
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang
digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5 Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi
Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.

7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009).
S : Responsubjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon

Anda mungkin juga menyukai