Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PSIKOSOSIAL (ANSIETAS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Jiwa

Oleh:

Yulina
3211026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT


2022
LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSOSIAL

(KECEMASAN)

A. Definisi
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung
oleh situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan di sertai respon perilaku
emosionald an fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas
(Videback. 2008).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan
itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap
persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi
bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya
gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau
menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir
bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas
menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya
dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.

B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira (2008: 11) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen.
Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa:
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
2) Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
1) Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Rentang Respon Kecemasan

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:


a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

D. Tanda Dan Gejala Kecemasan


1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi
Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang,
Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan,
distressed, khawatir, prihatin

E. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.

F. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego
atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri
rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang  akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku
akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler  Palpitasi.
 Jantung berdebar.
 Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
 Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan  Napas cepat.


 Pernapasan dangkal.
 Rasa tertekan pada dada.
 Pembengkakan pada tenggorokan.
 Rasa tercekik.
 Terengah-engah.

Neuromuskular  Peningkatan reflek.


 Reaksi kejutan.
 Insomnia.
 Ketakutan.
 Gelisah.
 Wajah tegang.
 Kelemahan secara umum.
 Gerakan lambat.
 Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal  Kehilangan nafsu makan.


 Menolak makan.
 Perasaan dangkal.
 Rasa tidak nyaman pada abdominal.
 Rasa terbakar pada jantung.
 Nausea.
 Diare.

Perkemihan  Tidak dapat menahan kencing.


 Sering kencing.

Kulit  Rasa terbakar pada mukosa.


 Berkeringat banyak pada telapak tangan.
 Gatal-gatal.
 Perasaan panas atau dingin pada kulit.
 Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

b. Respon Perilaku Kognitif.

Sistem Respons

Perilaku  Gelisah.
 Ketegangan fisik.
 Tremor.
 Gugup.
 Bicara cepat.
 Tidak ada koordinasi.
 Kecenderungan untuk celaka.
 Menarik diri.
 Menghindar.
 Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif  Gangguan perhatian.


 Konsentrasi hilang.
 Pelupa.
 Salah tafsir.
 Adanya bloking pada pikiran.
 Menurunnya lahan persepsi.
 Kreatif dan produktif menurun.
 Bingung.

 Khawatir yang berlebihan.


 Hilang menilai objektifitas.
 Takut akan kehilangan kendali.
 Takut yang berlebihan.

Afektif  Mudah terganggu.


 Tidak sabar.
 Gelisah.
 Tegang.
 Nerveus.
 Ketakutan.
 Alarm.
 Tremor.
 Gugup.
 Gelisah.

4. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku
patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress.

G. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian Kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola Napas Tidak Efektif.
4. Koping Individu Tidak Efektif.
5. Diam.
6. Gangguan Pembagian Bidang Energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Perubahan Nutrisi.
11. Respon Pasca Trauma.
12. Ketidakberdayaan.
13. Gangguan Harga Diri.
14. Gangguan Pola Tidur.
15. Isolasi Sosial.
16. Perubahan Proses Berfikir.
17. Gangguan Eliminasi Urine.
H. Intervensi

Diagnose Batasan karakter Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi


Ansietas ringan a. Tidak nyaman. Klien akan Klien mampu untuk: a. Gerakan tidak tenang
Ansietas ringan adalah b. Gelisah. mengurangi a. Membina hubungan saling percaya. b. Perhatikan tanda peningkatan ansietas
ansietas normal dimana c. Insomnia ringan ansietasnya dari b. Melakukan aktifitas sehari-hari. c. Bantu klien menyalurkan energi secara
motivasi individu pada d. Perubahan nafsu tingkat ringan c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang konstruktif
keseharian dalam batas makan ringan hingga panik. kecemasannya. d. Gunakan obat bila perlu
kemampuan untuk e. Peka d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan e. Dorong pemecahan masalah
melakukan dan f. Pengulangan ansietas. f. Berikan informasi akurat dan fuktual
memecahkan masalah pertanyaan e. Meningkatkan kesehatan fisik dan g. Sadari penggunaan mekanisme
yang meningkat. g. Perilaku mencari kesejahteraannya pertahanan
perhatian f. Klien terlindung dari bahaya h. Bantu dalam mengidentifikasi
h. Peningkatan keterampilan koping yang berhasil
kewaspadaan i. Pertahankan cara yang tenang dan
i. Peningkatan persepsi tidak terburu
pemecahan masalah j. Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
j. Mudah marah
Ansietas sedang adalah a. Perkembangan dari Klien akan Klien mampu untuk: k. Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa,
cemas yang ansietas ringan mengurangi g. Membina hubungan saling percaya. tenang bila berurusan dengan klien
mempengaruhi b. Perhatian terpilih dari ansietasnya dari h. Melakukan aktifitas sehari-hari. l. Bicara dengan sikap tenang, tegas
pengetahuan baru lingkungan tingkat ringan i. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang meyakinkan
dengan penyempitan c. Konsentrasi hanya hingga panik. kecemasannya. m. Gunakan kalimat yang pendek dan
lapangan persepsi pada tugas-tugas j. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan sederhana
sehngga individu individu ansietas. n. Hindari menjadi cemas, marah, dan
kehilangan pegangan d. Suara bergetar k. Meningkatkan kesehatan fisik dan melawan
tetapi dapat mengikuti e. Ketidaknyamanan kesejahteraannya o. Dengarkan klien
pengarahan orang lain. jumlah waktu yang Klien terlindung dari bahaya p. Berikan kontak fisik dengan menyentuh
digunakan lengan dan tangan klien
f. Takipnea q. Anjurkan klien menggunakan tehnik
g. Takikardia relaksasi
h. Perubahan dalam r. Ajak klien untuk mengungkapkan
nada suara perasaannya
i. Gemetaran s. Bantu klien mengenali dan menamai
j. Peningkatan ansietasnya
ketegangan otot
Menggigit kuku,
memukul-mukulkan jari,
menggoyangkan
Pada ansietas berat a. Perasaan terancam Klien akan Klien mampu untuk: a. Isolasi klien dalam lingkungan yang
lapangan persepsi b. Ketegangan otot yang mengurangi l. Membina hubungan saling percaya. aman dan tenang
menjadi sangat berlebihan ansietasnya dari m. Melakukan aktifitas sehari-hari. b. Biarkan perawatan dan kontak sering
menurun. Individu c. Diaforesis tingkat ringan n. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang sampai konstan
cenderung memikirkan d. Perubahan pernapasan hingga panik. kecemasannya. c. Berikan obat-obatan klien melakukan hal
hal yang sangat kecil e. Napas panjang o. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan untuk dirinya sendiri
saja dan mengabaikan d. Observasi adanya tanda-tanda
hal yang lain. Individu f. Hiperventilasi ansietas. peningkatan agitasi.
tidak mampu berfikir g. Dispnea p. Meningkatkan kesehatan fisik dan e. Jangan mennyentuh klien tanpa permisi
realistis dan h. Pusing kesejahteraannya f. Yakinkan klien bahwa dia aman
membutuhkan banyak i. Perubahan q. Klien terlindung dari bahaya Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
pengarahan, untuk gastrointestinalis
dapat memusatkan j. Mual muntah
pada daerah lain. k. Rasa terbakar pada ulu
hati
l. Sendawa
m. Anoreksia
n. Diare atau konstipasi
o. Perubahan
kardivaskuler
p. Takikardia
q. Palpitasi
r. Rasa tidak nyaman
pada prekokardia
s. Berkurangnya jarak
persepsi secara berat
t. Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi
u. Rasa terbakar
v. Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
w. Aktivitas yang tidak
berguna
x. Bermusuhan
Panik Adalah tingkat a. Hiperaktif / Klien akan Klien mampu untuk: a. Tetap bersama klien ; minta bantuan
dimana individu berada imobilitasi berat mengurangi r. Membina hubungan saling percaya. b. Jika mungkin hilangkan beberapa
pada bahaya terhadap b. Rasa terisolasi yang ansietasnya dari s. Melakukan aktifitas sehari-hari. stressor fisik dan psikologisdari
diri sendiri dan orang ekstrim tingkat ringan t. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang lingkungan
lain serta dapat c. Kehilangan hingga panik. kecemasannya. c. Bicara dengan tenang, sikap
menjadi diam atau desintegrasi u. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan meyakinkan, menggunakan nada suara
menyerang dengan cara kepribadian ansietas. yang rendah
kacau. d. Sangat goncang dan v. Meningkatkan kesehatan fisik dan d. Katakan pada klien bahwa anda (staf)
otot-otot tegang kesejahteraannya tidak akan membahayakan dirinya
e. Ketidakmampuan Klien terlindung dari bahaya sendiri atau orang lain
untuk berkomunikasi e. Isolasikan klien pada daerah yang aman
dengan kalimat yang dan nyaman
lengkap f. Lanjut dengan perawatan ansietas berat
f. Distori persepsi dan
penilaian yang tidak
realistis terhadap
lingkungan dan
ancaman
g. Perilaku kacau dalam
usaha melarikan diri
h. Menyerang
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai    Penerbit
FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta :
Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.

Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa


PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

MASALAH PSIKOSOSIAL (ANSIETAS)

I. INFORMASI UMUM

Inisial Klien : Tn. G

Usia : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Sunda

Bahasa Dominan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jl. Taman Sari No. 47 kelurahan tamansari Kota Bandung

Tanggal Masuk : 14 Juli 2022

Tanggal Pengkajian: 14 Juli 2022

Ruang rawat : Klinik Metadon

Nomor Rekam Medis :0001053043

Diagnosa medis : Gangguan mental dan perilaku adiktif penggunaan zat


multiple dan psikotropika lainnya
II. Hasil Pengkajian
Klien mulai mengenal narkotika (NAPZA) sejak tahun 2011, saat
itu pasien berusia 13 tahun. Klien pertama kali di berika oleh kaka dan
teman-teman kakanya yaitu tramadol dengan dosis 50 mg, dengan alas an
klien ingin merasakan efek yang menurut kakak dann teman kakanya
terasa sangat enak di badan. Klien tidak cepat capek, makan dan minum
enak, tidur enak. Awalnya klien mengkonusmsi sebanyak 1 butir dengan
dosis 50 mg, lama kelamana klien terus menikan dosisnya hingga 12 butir
dan klien menjadi menggigil, otot berkedut, klien lalu menurunkan
dosisnya hingga 10 butir/ hari yang ia pertahankan hingga awal 2015.
Klien lalu mengganti tramadol menjadi subakson di karenakan tramadol
mahal. Dosis awal subakson yang di gunakan klien adalah 1 mg (suntik)
yang di peroleh klien dari temannya. Selama 2-3 hari kemudian klien
ingen menaikan dosis karena efek yang di rasakan kurang. Klien lalu
menaikan dosis sebanyak 4 mg/ hari yang ia bagi menjadi 2 kali suntik/ 2
mg/ hari. Efek yang di rasakan pada klien dengan menggunakan subakson
sama dengan efek yang di rasakan pada penggunaan tramadol hanya saja
pada subakson durasi efek di rasakan lebih lama. Klien menggunakan
subakson hingga 20 februari 2020.
Klien juga mulai menggunakan heroin (putaw) suntik sejak tahun
2018 karena di tawari oleh temannya. Klien mengkonsumsi putaw dengan
bentuk serbuk putih yang di suntikan, dosis nya klien tidak tahu karena di
dalam bungkusan, klien hanya mengetahui harganya yaitu satu bungkus
300.000. klien menggunakan putaw tidak setiap hari, klien menggunakan
jika ada uang saja. Klien selama menyuntik subakson dan putaw berganti-
gantian dengan temannya, kadang menyuntik dengan jarum suntik sendiri.
Klien juga menggunakan alcohol (paling sering arak) sejak 2014 paling
banyak 1 botol aqua, klein tidak menggunakan setiap hari, terakir tahun
2015 awal. Klien juga menggunakan ridona tablet sebanyak 2-4 butir yang
dosisnya 1 mg, yang di gunakan Bersama subakson suntik, tidak setiap
hari. Terakhir januari 2020. Klien juga menggunakan zipras (alprazolam)
sejak 2015 sebanyak 2-4 butir dosis 1 mg yang di gunkan Bersama
subakson (tidak setiap hari) terakhir di gunakan 1 minggu sebelm berobat.
Selain itu klein pernah menggunakan ampetamin tahun 2013, mencoba 1
kali dan pasien tidak menggunakannya lagi karena efek yang tidak enak.
Pertengahan 2016 klien juga menggunakan ganja sebanyak 1 kali dan juga
tidak melanjutkannya lagi karena efektidak enak. Klien pernah masuk di
panti rehab spiritual pada tahun 2015, selama 1 minggu. Klien belum
pernah mendapatkan therapy subtisusi dan atau pemeliharaan, klien juga
mengatakan tidak pernah overdosis, tidak pernah melakukan proses
detoxifikasi. Klien berobat dengan alas an ingin sembuh, ingin punya
pekerjaan tetap, dan malu unntuk mencuri ( klien sering mencuri uang
ibunya).
A. Presipitasi
B. Predisposisi
Pada tahun 2015 Klien pernah masuk panti rehab spiritual selama satu
minggu tetapi tidak mendapatkan therapy subtitusi. Setelah dari panti
rehabilitasi spiritual klaien masih menggunakan obat-obatan, hubungan
klien dengan ayah tidak berjalan dengan baik (ayah dan ibu klien sudah
bercerai sejak 2005, klien tinggal berasama ibunya, tempat tinggal klien
dengan ayah dekat) klien sering bertengkar dengan ayahnya. Ayah dan
kakak klien juga mengkonsumsi narkoba, ayah klien tidak mendapatkan
therapy subtitusi, tetapi kakak klien berobat Bersama klien.
C. Genogram

//

= Perempuan

= Laki-laki

// = Cerai/ putus hubungan

= Meninggal

= Orang yang tinggal serumah

= Klien

D. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien merasa puas terhadap tubuhnya, semua bagian tubuh klien sukai
2. Identitas diri
Klien seorang anak laki-laki dari 2 bersaudara, klien sekarang bekerja
di toko baju, klien menyukai pekerjaannya yang sekarang, klien takut
di berhentikan dari pekerjaannya yang sekarang
3. Peran
Klien berperan sebagai seorang anak dan adik dalam keluarga klien
4. Ideal diri
Klien berharap klien dapat segera sembuh dari ketergantungan
narkoba, klien juga berharap agar tidak di berhentikan dari
pekerjaannya yag sekarang karena klien menyukai pekerjaannya yang
sekarang.
5. Harga diri
Hubungan klien dengan ibu klien dan kakak klien baik, tetapi
hubungan dengan ayah klien tidak berjalan dengan baik, klien sering
bertengkar dengan ayang klien
E. Hubungan social
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah ibu, Klien tidak
terlalu aktif dalam kegiatan bermasyarakat, klien sekarang sudah bekerja
di toko baju.
F. Status mental
Penampilan pasien bersih dan rapih, rambut tertata rapi, rambut
pendek seleher, pakian yang di gunakan sesuai dengan tempatnya, klien
bicara dengan jelas tidak terbata-bata, klien menjawab pertanyaan yang
diberikan dengan tepat, klien merasa takut jika tiba-tiba di berhentikan dari
pekerjaan klien yang sekarang. Pemikiran klien realistis, tingkat kesadaran
klien terhdap waktu, orang dan tempat jelas, klien dapat mengingat
peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu maupun saat ini, klien
tidak mengalami gangguan daya ingat. Konsentrasi klien baik dan focus
terhdap apa yang di tanyakan, klien bersekolah sampai tingkat SMA.
G. Analisa data

Analisa data Masalah


DS: Ansietas
 Klien merasa cemas dengan
kondisinya sat ini (takut di
berhentikan dari tempat
kerjanya yang sekarang)
 Klien mengatakan sbelumnya
pernah rehab spiritual selama 1
minggu, tetapi tidak dapat
therapy subtitusi
DO:
 Klien tampak cemas

III. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Ansietas
IV. Tindakan Keperawatan

No Tanggal Intervensi Implementasi Evaluasi Paraf


1  Bina hubungan saling  Membina hubungan saling S:
percaya percaya dengan klien Klien mengatakan khawatir di
 Bantu klien mengidentifikasi  Membantu klien berhentikkan dari pekerjaannya
dan menguraikan perasanya mengidentifikasi dan yang sekarang
 Bantu klien memahami menguraikan perasaanya
prespektif pasien terhadap  Mendengarkan dengan penuh O:
situasi stress dan kondisi perhatian Klien tampak sedikit cemas
yang di alaminya sekarang  Berkolaborasi dengan dokter
tidak akan sembuh dalam untuk memberikan therapy A:
waktu singkat metadon 7.5 mg Po perhari Maslah belum teratasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian P:
 Ajarkan Teknik relaksasi Lanjutkan intervensi
nafas dalam untuk control
mengurangi kecemasan yang
di rasakan

Anda mungkin juga menyukai