Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Jiwa
Dibimbing oleh :
Oleh :
SKIZOFRENIA
A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan
emosi perilaku bizar (Dermawan,2013).
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi atau
terpecah dan phrenia yang berarti pikiran. Skizofrenia merupakan suatu penyakit
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,
gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu.(Videbeck, 2008 dalam Nuraenah,
2012).
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi
fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi
emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015). Gangguan jiwa skizofrenia sifatnya
adalah ganguan yang lebih kronis dan melemahkan dibandingkan dengan gangguan
mental lain (Puspitasari, 2009).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi
dan precox artinya muda/sebelum waktunya) (Hawari,2005).
2
C. Etiologi Skizofrenia
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia (Hawari,2005). Teori teori tersebut antara lain:
1. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
2. Keturunan
Penelitian pada keluarga penderita skizofrenia terutama anak kembar
satu telur angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-
15%, anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%. Apabila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-60%, kembar dua telur 2-15%.
Kembar satu telur 61-68%. Menurut hukum Mendel skizofrenia diturunkan
melalui genetik yang resesif. (Lumbantobing, 2007).
3. Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas
agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada
penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.Hipotesa ini
masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti
meskalin dan asam lisergik diethylamide (LSD-25).Obat-obat tersebut dapat
menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi
3
reversible.
4. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang
khas pada susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang
inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya
Skizofrenia.Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah,
suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama
kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
5. Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud,
skizofrenia terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatic
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
6. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2
kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi,
gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
7. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,
tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.
4
Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat
dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka
kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak
dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2
telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh
genetik ini tidak sederhana seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan
adalah potensi untuk skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri).
2. Neurokimia
Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan
overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik.Hal ini didukung dengan
temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine,
dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik
bekerja dengan mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.
3. Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak
rata-rata lebih kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih
pendek, pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di
daerah frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf
di beberapa korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan
deficit di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori
pada penderita skizofrenia.
4. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Anna, 2008). Factor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
5
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk yang ada di
dalam otak, yang dapat mengakibatkan
b) Stress Lingkungan
c) Sumber Koping
5. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating
factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak
menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit
Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).
D. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-
lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
6
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-
waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
`Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya
seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi (Hawari,2005).
E. Tanda dan Gejala
Menurut Bleuler dalam Maramis (2008) gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu :
1) Gejala primer. Gejala primer terdiri dari gangguan proses berpikir, gangguan
emosi, gangguan kemauan serta autisme.
2) Gejala sekunder. Gangguan sekunder terdiri dari waham, halusinasi, dan gejala
katatonik maupun gangguan psikomotor yang lain.
F. Manifestasi Klinik Skizofrenia
Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori :
1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas.
7
3) Tahap III
Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori
menjadi hal yang menguasai. Halusinator mencoba memberi
perintah , isi halusinasi mungkin menjadi sangat menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian ,jika sensori
yang diberikan berhenti. Psychotic. Tingkah laku yang dapat
diobservasi :
a) Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.
d) Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti perintah.
4) Tahap IV
Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi
menjadi terperinci dan khayalan tampak seperti kenyataan.
Pengalaman sensori mungkin mengancam jika individu tidak
mengikuti perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam
atau sehari atau sehari jika tidak ada intervensi terapeutik.
Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Teror keras pada tingkah laku seperti panic.
b) Potensial kuat untuk bunuh diri.
c) Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi
seperti kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia.
d) Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.
e) Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.
b. Delusi
Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul
tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai cirri-ciri realistic,
tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh pasien
sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya, keadaan atau
hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian dari sosiokultural
setempat. Maam-macam waham :
9
G. Komplikasi
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya
kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.
2. Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi
dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien
terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.
11
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi
pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk
menghadapi stress.
4. Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan
tidak berani mencapai sukses.
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki
dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.
6. Motivasi
Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.
7. Kebutuhan terapi yang lama
Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu
periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di
rumah sakit dalam 1 tahun.
H. Penatalaksanaan Skizofrenia
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini
diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang relatif
cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan
rehabilitasi. Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi
kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan
manajemen kasus (Hawari, 2009).
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan
pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Pasien mungkin dapat mencoba
beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat
antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama
12
2) Seroquel (quetiapine)
3) Zyprexa (olanzopine)
c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik
atipikal yang pertama.Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang
tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat
disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat
serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat
menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan
kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan
penggunaan.Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang
lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran
2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
ketrampilan sosial untukmeningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dankomunikasi
interpersonal.Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah
yangdapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan
pas jalan di rumah sakit.Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif
atau menyimpang seperti berbicara lantang,berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaanremisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dariterapi keluarga
yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan
segera,topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lamadan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga,
didalam cara yang jelas mendorong sanaksaudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencanayang
terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat
skizofreniadan daripenyangkalan tentang keparahan penyakitnya.Ahli terapi
harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalumengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektifdalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalahdramatik. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % denganterapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, danhubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasisecara psikodinamika atau
17
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofreniatelah memberikan data bahwa terapi alah
membantu dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu konsep penting di
dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan
suatuhubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman.Pengalaman
tersebut dipengaruhi olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahliterapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah
berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatanpasien non-
psikotik.Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien
skizofreniaseringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan
kepercayaan dan kemungkinan sikapcuriga, cemas, bermusuhan, atau
teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermatdari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadapkaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan namapertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat
dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hawari, Dadang. 2005. Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.