Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA


DI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Jiwa

Disusun Oleh :
Nama : AHMAD FADLI ADI SUSANTO
NIM : 17160104

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
1

SKIZOFRENIA

A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan
emosi perilaku bizar (Dermawan,2013).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi
dan precox artinya muda/sebelum waktunya) (Hawari,2005).

B. Rentang Respon Skizofrenia


Respon adaptif respon maladatif

- Pikiran logis - Pikiran kadang-kadang - Gangguan pikiran/waham


- Persepsi akurat menyimpang - Halusinasi
- Emosi konsisten dgn - Ilusi - Kesulitan untuk memproses
pengalaman - Reaksi emosional emosi
- Perilaku sesuai - Perilaku ganjil - Isolasi sosial
- Hubungan postifi - Menarik diri - Perilaku tidak teroganisir

C. Etiologi Skizofrenia
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia (Hawari,2005). Teori teori tersebut antara lain:
1. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
2. Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam
2

lisergik diethylamide (LSD-25).Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-


gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.
3. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang
khas pada susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang
inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya
Skizofrenia.Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah,
suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama
kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
4. Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud,
skizofrenia terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatic
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
5. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2
kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi,
gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat
dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka
kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak
dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2
telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh
3

genetik ini tidak sederhana seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan
adalah potensi untuk skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri).

2. Neurokimia
Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan
overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik.Hal ini didukung dengan
temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine,
dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik
bekerja dengan mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.
3. Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak
rata-rata lebih kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih
pendek, pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di
daerah frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf
di beberapa korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan
deficit di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori
pada penderita skizofrenia.

D. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-
lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
4

didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-
waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
`Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya
seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik).Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi (Hawari,2005).

E. Manifestasi Klinik Skizofrenia


Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori :
1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas.
Menurut Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997)
tingkatan halusinasi dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu :
1) Tahap 1 : Comforting
5

Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu


yang menyenangkan.
Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang nyaman untuk melepaskan cemas. Individu
mengenal bahwa pikiran dan pengalaman sensori dalam kontrol
kesadaran jika cemas dapat dikelola.
Nonpsykotik.
Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.
b) Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
e) Diam dan tampak asyik.
2) Tahap II
Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera
terhadap hal yang menjijikkan dan menakutkan. Halusinator
mulai kehilangan control dan ada usaha untuk menjauhkan diri
dari sumber stimulus yang diterima . Individu mungkin merasa
malu dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri dari
orang lain. Non psychotic. Tingkah laku yang dapat
diobservasi :
a) Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari
cemas seperti meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
b) Lapang perhatian menjadi sempit
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
atau realitas.
3) Tahap III
Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori
menjadi hal yang menguasai. Halusinator mencoba memberi
perintah , isi halusinasi mungkin menjadi sangat menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian ,jika sensori
6

yang diberikan berhenti. Psychotic. Tingkah laku yang dapat


diobservasi :
a) Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.
d) Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti perintah.
4) Tahap IV
Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi
menjadi terperinci dan khayalan tampak seperti kenyataan.
Pengalaman sensori mungkin mengancam jika individu tidak
mengikuti perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam
atau sehari atau sehari jika tidak ada intervensi terapeutik.
Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Teror keras pada tingkah laku seperti panic.
b) Potensial kuat untuk bunuh diri.
c) Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi
seperti kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia.
d) Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.
e) Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.
b. Delusi
Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul
tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai cirri-ciri realistic,
tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh pasien
sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya, keadaan atau
hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian dari sosiokultural
setempat. Maam-macam waham :
1) Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya,
perasaannya, ingkah lakunya dikendalikan dari luar.
2) Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah
orang yang penting dan berpengaruh dan mungkin mempunyai
kelebihan kekuatan yan terpendam atau benar-benar merakanfiur
orang kuat sepanjang sejarah.
3) Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu
diancam, diikti atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
7

4) Waham tersangkut, adana kepercayaan bahwa seala sesatu yang


terjadi di sekelilngnya mempai hubungan pribadi seperti perinah
atau pesan khusus.
5) Waham bizarre, pasien sering memperlihakan adanya waham
soatik msalnya pasien percaya adanya benda ang begerak-gerak
di dalam ususnya. Yang termasuk waham ini adalah waham
sedot pikir, waham sisip pikir, waham siar pikir, waham kendali
pikir.
c. Paranoid dimanifestasikan dengan interpretasi yang menetap
bahwa tindakan orang lain sebagai suatu ancaman atau ejekan.
d. Ilusi adalah kesalahan dalam menginterpretasikan stimulus dari
luar yang nyata.
2. Gangguan Proses Pikir
a. Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat
disertai perpindahan materi pembicaraan yang menddak tanpa alas an
logic yang nyata.
b. Retardation, adalah lambatnya aktifitas mental sebagai contoh pasien
mengatakan saya tidak dapat berpikir apa-apa.
c. Blocking, putusnya pikiran ang ditandai dengan putusnya secara
sementara atau terhentinya pembicaraan.
d. Autisme, pikiran yang timbul dari fantasi.
e. Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda
pada waktu yang sama dan orang yang sama.
f. Kehilangan asosiasiidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik
yang normal, tiba-tiba beralih tanpa menunjukkan hubungan dengan
topic sebelumnya.
3. Gangguan Kesadaran
Manifestasi dari ganguan kesadaran antara lain bingung, inkoherensi
pembicaraan, pembicaraan ang tidak dapat dimengerti, terdapat distrsi tata
bahasa atau susunan kalimat, sering memakai istilah aneh, inkherensi timbul
karena pikiran kacau sehingga beberapa pikiran dikeluarkan dalam satu
kalimat, clouding atau kesadaran berkabut, kesadaran menurun disertai
gangguan persepsi dan sikap.
4. Gangguan Afek
8

a. Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak
sesuai dengan tingkah laku pasien.
b. Afek tumpul, ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon
trhadap berita duka.
c. Afek datar, ketidakmampuan membangkitkan respon terhadap
berbagai respon.
d. Afek labil, kondisi emosi yang cepat berubah.
e. Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau
ketidakpedulian.
f. Euforia, gembira berlebihan, aa peningkatan perasaan dari biasanya
selalu merasa optimis, senang dan percaya diri, bersikap meyakinkan.
g.

F. Komplikasi
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya
kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.
2. Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi
dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien
terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi
pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk
menghadapi stress.
4. Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan
tidak berani mencapai sukses.
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki
dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.
6. Motivasi
9

Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.


7. Kebutuhan terapi yang lama
Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu
periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di
rumah sakit dalam 1 tahun.

G. Penatalaksanaan Skizofrenia
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan
pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Pasien mungkin dapat mencoba
beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat
antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama
yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik
yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical
antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik
konvensional antara lain :
1) Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2) Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3) Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4) Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan
penggunaan newer atypical antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan
antipsikotok konvensional).Pertama, pada pasien yang sudah mengalami
perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional
tanpa efek samping yang berarti.Biasanya para ahli merekomendasikan
untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional.Kedua, bila pasien
10

mengalami kesulitan minum pil secara reguler.Prolixin dan Haldol dapat


diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4
minggu (disebut juga depot formulations).Dengan depot formulation, obat
dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara
perlahan-lahan.Sistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada
newer atypic antipsychotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic


Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena
prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila
dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer
atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
1) Risperdal (risperidone)
2) Seroquel (quetiapine)
3) Zyprexa (olanzopine)

c. Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik
atipikal yang pertama.Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang
tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat
disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat
serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat
menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan
kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan
penggunaan.Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang
lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No Nama Generik Sediaan Dosis


Tablet, 25 dan 100 mg,
1 Klorpromazin 5 - 15 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
2 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
3 Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari
4 Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
5 Levomeprazin Tablet 25 mg, 25 - 50 mg/hari
11

Injeksi 25 mg/ml
6 Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari
7 Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari
Tablet 200 mg, 300 600mg/hr,
8 Sulpirid
Injeksi 50 mg/ml 1 - 4 mg/hari
9 Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari
10 Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

1) Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal
dan resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah.Biasanya obat
antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para
ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih
lama pada Clozaril)
2) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum
obat.Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat
menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti
dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita
berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral
dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu.
Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.Terkadang
pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal
ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan
yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer
atipycal antipsycotic atau newer atipycalantipsycotic diganti dengan
antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat
bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
12

3) Pengobatan Selama fase Penyembuhan


Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh.Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh.Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
4) Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang
timbul.Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan
otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP).Dalam hal
ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada
tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik
(biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah
atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,
protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping
ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat
antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian
obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan
dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang
13

efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi
pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat.Hal ini sering terjadi pada
penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal.Diet dan olah raga dapat
membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi
adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan
termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa
demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan
yang segera.

2. Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
ketrampilan sosial untukmeningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dankomunikasi
interpersonal.Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah
yangdapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan
pas jalan di rumah sakit.Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif
atau menyimpang seperti berbicara lantang,berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaanremisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dariterapi keluarga
yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan
segera,topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lamadan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga,
didalam cara yang jelas mendorong sanaksaudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencanayang
terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat
skizofreniadan daripenyangkalan tentang keparahan penyakitnya.Ahli terapi
harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
14

terlalumengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa


terapi keluarga adalah efektifdalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalahdramatik. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % denganterapi keluarga.

c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, danhubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasisecara psikodinamika atau
tilikan, atau suportif.Terapi kelompok efektif dalam menurunkanisolasi
sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi
pasienskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,
bukannya dalam cara interpretatif,tampaknya paling membantu bagi pasien
skizofrenia.

d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofreniatelah memberikan data bahwa terapi alah
membantu dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu konsep penting di
dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan
suatuhubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman.Pengalaman
tersebut dipengaruhi olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahliterapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah
berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatanpasien non-
psikotik.Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien
skizofreniaseringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan
kepercayaan dan kemungkinan sikapcuriga, cemas, bermusuhan, atau
teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermatdari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadapkaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan namapertama yang merendahkan diri.
15

Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat


dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.

3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan


diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh
diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang
harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
masyarakat.Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan
rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga
pasien tentang skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada
pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.Rencana pengobatan di rumah
sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan
diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.Perawatan di rumah
sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien.Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien
kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
16

H. Pohon Masalah Skizofrenia


1. Pathway Skizofrenia

2. Diagnosa Keperawatan Skizofrenia


a. Isolasi sosial b.d harga diri rendah
b. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d menarik
diri
c. Kurang perawatan diri b.d menarik diri
17

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Hawari, Dadang. 2005. Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan


Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai