OLEH:
NI WAYAN NOVIYANTI
(0902105020)
2010
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Pengertian
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Lahir
Cairan intraseluler 40 % 40 % 40 % 27 %
Cairan ekstraseluler
-
Plasma
(Intravaskuler)
Interstitial 5% 5% 5% 7%
35 % 25 % 15 % 18 %
Total Cairan 80 % 70 % 60 % 52 %
a. Difusi
b. Filtrasi
Proses perpindahan cairan dan solut (substansi yang terlarut dalam cairan) melintasi
membran bersama- sama dari kompartemen bertekanan tinggi menuju kompartemen
bertekanan rendah. Contoh Filtrasi adalah pergerakan cairan dan nutrien dari kapiler menuju
cairan interstitial di sekitar sel.
c. Osmosis
Pergerakan dari solven (pelarut) murni (air) melintasi membran sel dari larutan
berkonsentrasi rendah (cairan) menuju berkonsentrasi tinggi (pekat).
d. Transpor Aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler
dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruhterhadap
proporsi tubuh ,luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan
anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belu matur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan
yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible
water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi
ini,cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu
tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas,sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
Asupan (I)
2300
Haluaran (O)
Keringat
100 5000
Feses
100 100
Urine
1400 + 500 +
Total
2300 6600
Baru Lahir 30
Bayi 50 – 60
Anak- anak 40
Remaja 30
Dewasa 20
Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan maknan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Disamping itu, stress
juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.
Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari sel atau
jaringan yang rusak (mis. Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung
menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat
menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila
asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH
sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan,
ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natriumdan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan,
kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi
gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 400 ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
Baru Lahir 10 – 90
Bayi 80 – 90
Anak- anak 50
Remaja 40
Dewasa 30
Dalam Kondisi Demam, Tubuh akan mengeluarkan lebih banyak cairan melalui keringat
Elektrolit
Air (ml) 600 – 1000 1000 – 1500 1500 – 200
Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidak seimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa
klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui
intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.
Cairan ekstraseluler dan intraseluler berisi oksigen dari paru, nutrisn terlarut dari saluran
pencernaan, produk sisa metabolisme seperti CO2, dan partikel ion. Secara umum, komposisi
ionik antara plasma dan cairan interstisial hampir sama karena hanya dipisahkan oleh membran
kapiler yang sangat permeabel. Perbedaan utama antara 2 kompartemen ini adalah konsentrasi
protein dalam plasma yang lebih tinggi karena kapiler memiliki permeabilitas yang lebih rendah
terhadap protein.
7. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis
dan osmolar. Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang
bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika
kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang
seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori ketidakseimbangan cairan, yaitu :
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam
jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan
abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Defisit Cairan
Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan yang
tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.
Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta
dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular.
Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan
respons haus atau pemekatan urine. Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih
besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam
tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami
kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah
solut dalam aliran darah.
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/ adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan
cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain:
Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlahcairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen
ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga
menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema).
Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat lokal atau
menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika
adapeningkatan produksi cairan interstisial/ gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini
dapat terjadi ketika:
GANGGUAN CAIRAN
KETIDAKSEIMBANGAN ISOTONIK
Dieresis osmotic
natrium serum meningkat > 145 mEq/L dan
osmolalitas serum meningkat > 295mOsm/
kg
KETIDAK SEIMBANGAN HIPO
OSMOLAR
Pemeriksaan Fisik:
SIADH
level kesadaran menurun, konvulsi, koma.
Asupan air berlebihan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Asodosis metabolic
HIPERNATREMIA
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV demam tingkat rendah, hipotensi postural,
secara iatrogenik lidah dan membran mukosa kering, agitasi,
konvulsi, gelisah, eksitabilitas, oliguria/
Sekresi aldosteron yang berlebihan
aniria, rasa haus
HIPOKALEMIA
HIPOKALSEMIA
HIPERKALSEMIA
HIPOMAGNESEMIA
Kehilangan magnesium yang berlebihan magnesium serum > 1,5 mEq/ L (juga
akibat penggunaan diuretik tiazid berhubungan dengan hipokalsemia dan
hipokalemia)
Kelebihan aldosteron
Poliuria
HIPERMAGNESEMIA
Tenggelam
Fibrosis kistik
ALKALOSIS RESPIRATORIK
ASIDOSIS METABOLIK
Syok
Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Diare
perubahan gas darah arteri: pH < 7,35, PaCO 2
normal (jika tidak dikompensasi) atau < 35
Penggunaan obta (metanol, etanol, asam
mmHg (jika dikompensasi), PaO2 normal atau
formik, paraldehid, aspirin)
meningkat (dengan pernafasan cepat yang
Asidosis tubular renal dalam) SaO2 normal, kadar bikarbonat < 22
mEq/L dan kadar kalium > 5,3 mEq/L
ALKALOSIS METABOLIK
Penggunaan obat (steroid, diuretik, natrium perubahan gas darah arteri: pH < 7,45, PaCO 2
bikarbonat) normal (jika dikompensasi) atau > 45 mmHg
(jika tidak dikompensasi), PaO2 & SaO2
normal, kadar bikarbonat > 26 mEq/L dan
kadar kalium > 3,5 mEq/L
Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami kekurangan volume
cairan (mis. Klien menderita diare, demam tinggi/ baru pulih dari pemberian anastesia). Dalam
pemberianya, pasien umumnya mendapatkan makanan/ cairan dengan konsentrasi rendah. Jika
dapat ditolerans, selanjutnya pasien akan mendapatkan makanan/ minuman dengan jumlah dan
konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang diharapkan.
-
Pembatasan asupan cairan per oral.
Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan (mis. Klien
yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH).
-
Pemberian makan
Pada kondisi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan yang sesuai
kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai contoh,
pada klien yang mendapat furosemid (diuretic), dapat diberikan banyak pisang dan jeruk guna
mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekuranmgan zat besi dapat diberikan
sayuran dan daging.
-
Pemberian Terapi intraVena
Terapi intra vena merupakan metode yang efektif dan efesien untuk menyuplai kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi intravena,
perawatan, serta pemantauan terapi intravena.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting
dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk
data.
Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara,
pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi. Perawat melakukan
pengkajian untuk mengidentifikasi klien yang beresiko tinggiatau yang memperlihatkan
adanya tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Yang harus
dikaji adalah aktifitas, sirkulasi, eliminasi, makanan/cairan, dan neurosensori (parestesia pada
kaki, tangan, lidah dan kaki)
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Definisi
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan karakteristik
Mayor
Minor
e. Haus, mual/anoreksia
-
Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus
-
Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui
evaporasi akibat luka bakar
-
Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari
luka, diare
-
Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan
-
Berhubungan dengan mual, muntah
-
Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan
Definisi : Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban
cairan intraseluler atau interstisial.
BATASAN KARAKTERISTIK
Mayor
-
Edema
-
Kulit tegang, mengkilap
Minor
-
Asupan melebihi haluaran
-
Sesak napas
-
Kenaikan berat badan
-
Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal
jantung
-
Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung,
sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung
-
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker
-
Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, flebitis kronis
-
Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan kortikosteroid
-
Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
-
Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi
-
Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai atau
balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama
-
Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil Berhubungan dengan
drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan kebutuhan cairan
klien dapat terpenuhi dengan kriteri hasil:
-
Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari (kecuali ada kontraindikasi)
-
Klien tidak menunjukan tanda- tanda dehidrasi
-
Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
Intervensi
-
kesehatan klien
Kaji cairan yang disukai
-
klien dalam batas diet Membuat klien lebih
kooperatif
-
Rencanakan target
-
pemberian asupan cairan untuk Mempermudah untuk
setiap sif, mis: siang 1000 ml. memantauan kondisi klien
Sore 800 ml dan malam 200 ml
-
Catat asupan dan haluaran
-
Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan klien
-
Pantau asupan per oral, -
Untuk mengontrol asupan
minimal 1500 ml/24 jam.
klien
-
Pantau haluaran cairan
1000- 1500 ml/24 jam. Pantau
berat jenis urine -
Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan klien
-
Kolaborasi dengan
pemberian cairan secara intra
vena -
Memungkiankan terapi
penggantian cairan
segera untuk
-
Kolaborasi dengan ahli gizi memperbaiki deficit
untuk pemberian diet
-
Diet yang tepat akan
memperbaiki kondisi
klien
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan kelebihan volume pada
tubuh klien dapat teratasi dengan kriteri hasil:
-
Terjadi penurunan berat badan yang dapat ditoleransi pasien
-
Tidak ada edema
Intervensi
- -
Menghindari makanan Makanan yang
gurih,makanan kaleng,dan menggunakan penyedap rasa
makanan beku dan pengawet
- -
Mengonsumsi makanan Na+ mengikat air, jadi tubuh
tanpa garam dan akan lebih merasa lebih cepat
menambahkan bumbu aroma haus
- -
Menggunakan cuka Na+ mengikat air, jadi tubuh
pengganti garam untuk akan lebih merasa lebih cepat
penyedap rasa sop,rebusan dll. haus
-
Tinggikan ekstremitas
-
Guna memperlancar
dengan menggunakan bantal
- sirkulasi
Jangan memberikan
suntikan atau infuse pada
lengan yang sakit
-
-
Perlukaan pada daerah
Ingatkan klien untuk
yang saakit menyebabkan
menghindari detergen yang
kurang lancarnya sirkulasi
keras,membawa beban
peredaran darah di daerah tsb.
berat,memegang
rokok,mencabut kutikula atau
bintil kuku,memyentuh
kompor gas,memgenakan -
Semua kegiataan tersebut
perhiasan atau jam tangan
memperparah keadaan klien
Pada diagnose kekurangan volume cairan yang harus dievaluasi adalah hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu
-
Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari
-
Klien tidak menunjukan tanda- tanda dehidrasi
-
Suhu tubuh pasien normal 36,50C pasien bebas dari demam.
-
Terjadi penurunan berat badan yang dapat ditoleransi pasien
-
Edema pada ekstrimitas berkurang
Daftar Pustaka
Carpenito, Linda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit”. Jakarta: ECG
http://www.scribd.com/doc/17059905/Cairan-Dan-Elektrolit-Dalam-Tubuh-Manusia [akses : 29
Juni 2010]