Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Koordinator : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ns., M.Kep
Dosen Pembimbing : Rahmi Imelisa, M.Kep., Ns, Sp.Kep. J

Oleh :
LIFIA RAMADHANTY
214121112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI


KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL
ACHMAD YANI CIMAHI
2021
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan (Mislika, 2020).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi yang dialami pasien gangguan
jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan atau penciuman tanpa stimulus yang nyata (Aji, 2019).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan mengenai halusinasi maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien yang salah melalui panca indra
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2. Rentan Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentan
respon neurobiology dalam hal ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasikan dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mepersepsikan stimulus yang diterimanya, yang disebut sebagai
ilusi. Klien akan mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus
panca indera tidak sesuai stimulus yang diterima, rentang respon tersebut sebagai
berikut:
3. ETIOLOGI
Faktor predisposisi
Menurut (Mislika, 2020) faktor predisposisi dan presipitasi meliputi:
a. Faktor genetik
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak identic memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%. Seorang anak yang salah satu
orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia.
b. Faktor neurobiologis
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin dan tak berperasaan.
c. Faktor presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi dithalamus dan frontal otak
2) Mekanisme penghantaran listrik disyaraf terganggu
3) Kondisi kesehatan
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktivitas, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurang
dukungan social, tekanan kerja, kemiskinan, ketidak mampuan mendapat
kerja.
5) Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, rendahnya kemampuan
sosialisasi.

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Yuanita, 2019). Tanda dan gejala halusinasi terdiri dari:
a. Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindar diri dari orang lain
b. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri
c. Duduk terpukau (berkhayal)
d. Bicara sendiri
e. Memandang satu arah, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang
cepat, dan respon verbal yang lambat
f. Menyerang, sulit berhubungan dengan orang lain
g. Tiba-tiba marah, curiga, bermusuhan, merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
h. Gelisah, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
i. Terjadi peningkatan denyut jantung, TD dan pernafasan
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama masuk atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
1) Faktor genetis
2) Faktor psiokologis
d. Fakor presipitasi
1) Biologi
2) Strees lingkungan
3) Gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, sikap dan perilaku
e. Pemeriksaan pisik
Memeriksanakan ttd, tb, bb, dan tanyakan keluhan fisik yang dirasakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi dan
perannya. Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masalalu, menarik diri
dari orang lain.
c) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan dan
pernyakitnya. Pada klien halusinasi cenderung tidak perduli dengan
diri sendiri atau sekitarnya.
d) Harga diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa
syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan
ia tetap merasa dirinya sangat berharga
3) Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan klien yang menjadi tempat
curhat, teman berbicara, minta bantuan dan dukungan.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, apakah isi
halusinasi mempengaruhi keyakinan klien dengan tuhannya.
g. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan halusinasi mengalami deficit perawatan diri
(penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian
tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak disisir, gigi
kotor, kuku panjang dan hitam) raut wajah tampak takut, kebingungan,
cemas.
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka brbicara sendiri, ketika diajak
bicara tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk akal
3) Aktivitas motoric
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuhan, ketegangan, tremor.
Klien biasanya sering menutup telinga, menunjuk-nunjuk kea rah tertentu.
Menggaruk permukaan kulit, menutup hidung dan sering meludah.
4) Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggu, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih, eforia.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi biasanya cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak mata
kurang
h. Persepsi-sensori
1) Jenis halusinasi
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi pengecapan
e) Halusinasi perabaan
2) Waktu
Perawat perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi yang di alami pasien,
biasanya, kapan halusinasi terjadi? Apakah siang, pagi, sore, malam? Jika
muncul pukul berapa?
3) Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-kali, kadang-
kadang, jarang atau sudah tidak muncul lagi dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
4) Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi kegiatan
tertentu.
5) Respons
Pada pasien halusinasi biasanya perawat dapat menanyakan kepada pasien
hal yang dirasakan atau dilakukan pada saat halusinasi itu timbul
i. Proses berfikir
1) Bentuk fikir
Pada pasien halusinasi biasanya akan mengalami dereistik yaitu bentuk
pemikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak mengikuti
logika
2) Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatuhal dan depersoalisasi yaitu
perasaan yang aneh atau asing terhadap diri sendiri atau orang di
lingkungan sekitar.
j. Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi seringkali merasa bingung, apatis (acuh tak acuh)
k. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung bersifat maladaptive, seperti
mencederai diri sendiri dan orang lain, malas berkreatif, perubahan suatu
persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan perilaku halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori: Halusinasi. Sedangkan diagnosa keperawatan terkait
lainnya yang sering muncul adalah isolasi sosial dan risiko tinggi perilaku
kekerasan, harga diri rendah dan defisit perawatan diri.
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi


Gangguan persepsi klien mampu mengenali Klien dapat menyebutkan : SP 1
sensori : halusinasi halusinasi, mengontrol Tindakan :
1. isi, waktu, frekuensi,
halusinasinya,
situasi pencetus, A. Bantu klien mengenal halusinasi ( isi,
mengikuti program
perasaan. waktu terjadinya, frekuensi, situasi
pengobatan.
2. mampu memperagakan pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)
cara dalam mengontrol B. Latih mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi menghardik
Tahapan tindakan
1. jelaskan cara menghardik halusinasi
2. peragakan cara menghardik
3. minta klien memperagakan ulang
4. pantau penerapan cara ini, beri penguatan
perilaku klien.
5. Masuk dalam jadwal harian kegiatan
SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Latih berbicara/ bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
3. Masukan dalam jadwal harian
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan
2)
- Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul

Tahapannya :
1. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi
2. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh klien
3. Latih klien melakukan aktivitas
4. Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah di latih (dari
bangun pagi sampai tidur malam)

Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan


penguatan terhadap perilaku pasien yang (+)

SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2,3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat
pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan
sesuai program
5. Jelaskan akibat bila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat
7. Jelaskan pengobatan (5B)
8. Latih pasien minum obat
9. Masukan dalam jadwal harian klien

Isolasi sosial 1. Menyadari penyebab 1. Bina hubungan saling


isolasi percaya
2. Berinteraksi dengan 2. Menyadari penyebab
orang lain isolasi social, keuntungan,
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
3. Melakukan interaksi
dengan orang lain secara
bertahap

Harga diri rendah Klien mampu: 1. Mendiskusikan harga diri SP1: Asesmen harga diri rendah dan latihan
1. meningkatkan rendah : penyebab, proses melakukan kegiatan positif:
kesadaran tentang terjadinya masalah, tanda 1. Bina hubungan saling percaya
hubungan positif dan gejala dan akibat a) Mengucapkan salam terapeutik,
antara harga diri dan 2. Membantu pasien memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
pemecahan masalah mengembangkan pola pikir nama panggilan yang disukai
yang efektif positif b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih
2. melakukan 3. Membantu mengembangkan pengendalian ansietas agar proses
keterampilan positif kembali harga diri positif penyembuhan lebih cepat
untuk meningkatkan melalui melalui kegiatan 2. Membuat kontrak (inform consent) dua kali
harga diri positif pertemuan latihan pengendalian ansietas
3. melakukan 3. Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
pemecahan masalah a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
dan melakukan menguraikan perasaannya.
umpan balik yang b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri
efektif rendah
4. menyadari hubungan c) Bantu klien menyadari perilaku akibat
yang positif antara harga diri rendah
harga diri dan d) Bantu pasien dalam menggambarkan
kesehatan fisik dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu
4. Bantu pasien mengidentifikasi strategi
pemecahan yang lalu, kekuatan, keterbatasan
serta potensi yang dimiliki
5. Jelaskan pada pasien hubungan antara
harga diri dan kemampuan pemecahan
masalah yang efektif
6. Diskusikan aspek positif dan kemampuan
diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
7. Latih satu kemampuan positif yang
dimiliki
8. Latih satu kemampuan positif
Tekankan bahwa kegiatan melakukan
kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif

SP 2 Pasien : Evaluasi assesmen harga diri


rendah, manfaat latihan melakukan
kemampuan positif 1, melatih kemampuan
positif 2
1. Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi
motivasi
b) Asesmen ulang harga diri rendah dan
kemampuan melakukan kegiatan
positif
2. Membuat kontrak ulang: cara mengatasi
harga diri rendah
3. Latih satu kemampuan positif ke 2
4. Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan
positif untuk meningkatkan harga diri
Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan
kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan
harga diri

Anda mungkin juga menyukai