Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAAN JIWA DENGAN PASIEN HALUSINASI

OLEH:

NAMA : ZUUL IKHZA RAIHANI


NIM : PO.530320118455
KELAS : TIKNGKAT 3 REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG


PRODI D-III KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus dari luar.
Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara tuhan, suara setan dan suara
manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada klien skizofrenia. (Stuart and
Sundeen, 1998)
Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatau yang
sebenarnya tidak ada. hal itu memungkinkan mempengaruhi pmikiran mereka mencakup
perasaan merasamendengar,melihat,membau,meraba,merasa. Halusinasi adalah penerapan
tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien,yang terjadi dalam keadaan
sadar atau bangun dasarnya mungkin organik fungsional,psikotik ataupun histerik. (Maramis,
2004)
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
fikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapt meliputi semua
system pengindraan (Dalami,2009)

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya
neurobiology halusinasi menurut Stuart, 2007 antara lain :
a. Faktor biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif.
b. Faktor psikologis
Keluarga,pengasuhdanlingkungansangatmempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien misalnya anak
diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,
sementara yang mengambil jarak dengannya.
c. Faktor sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress sehingga tidak menutup kemungknan budaya ataupun adat
yang dianggap terlalu berat bagi seseorang dapat menyebabkan saseorang menjadi
gangguan jiwa.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilakudan umumnya lingkungan yang dapat
mendukung bertambahnya gangguan jiwa adalah lingkungan perkotaan yang dimana
tingkat individualismenya sangat tinggi.
c. Sumber Koping
Sumberkopingmempengaruhiresponindividudalammenanggapistressorberlebihnyainfor
masipadasyarafyangmenerima dan memperoses inflamasi di thalamus frontal otak.

C. RENTANG RESPON HALUSINASI

Respon Adaptif Respon maladaptif

1. Pikiran logis 11. Pikiran terkadang 6. Kelainan pikiran


2. Persepsi akurat menyimpang 7. Halusinasi
3. Emosi konsisten 12. Ilusi 8. Tidak mampu
Keterangan
4.
:
Perilaku social mengatur emosi
13. Emosional
5. Hubungan sosial berlebihan 9. Ketidakteraturan
14. Perilaku ganjil 10. Isolasi sosial
15. Menarik diri
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-normasocial budaya yang
berlaku.
1) Pikiran logis : pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat : pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman : perasaan yang timbul dari pengalaman ahli.
4) Perilaku Social : sikap dan tingkah laku masih dalam batas normal
5) Hubungan Social :proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Respon psikososial
1) Proses pikir terganggu
2) Ilusi : penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi karena
ransangan panca indra.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku yang tidak biasa
5) Menarik Diri : menghindar intraksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari normasosial budaya dan lingkungan.
1) Kelainan pikiran: keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walupun tidak
diyakini oleh orang lain.
2) Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau pesepsi eksternal yang tidak realita atau
tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi : perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir : suatu perilaku yang tidak teratur.
5) Isolasi social : kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai
suatu kecelakaan yang negatif.
D. GEJALA HALUSINASI
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang
mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
7. Perilaku menyerang teror seperti panik.
8. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
9. Menarik diri atau katatonik.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas
11. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan
nadi, pernafasan dan tekanan darah.
12. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
11. Dipenuhi dengan pengalaman sensori

E. FASE-FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada pada intensitasnya dan keparahan (Stuart
and Larai,2005) membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat
fasehalusinasinya.Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin ,dikendaalikan
halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.
Fase Karakteristik Prilaku Klien
FASE 1 - Mengalami ansietas, - Tersenyum tertawa sendiri.
(Comforting): kesepian, rasa ber-salah, - Menggerakkan bibir tampa
Fase dimana dan ketakutan. suara.
halusinasi - Mencoba berfokus pada - Pergerakan mata yang cepat.
memberi rasa pikiran yang dapat - Respon verbal yang lambat.
nyaman, ansietas menghilangkan ansietas. - Diam dan berkonsentrasi
sedang secara - Pikiran dan pengala-man
umum halusinasi sensori masih ada dalam
sebagai suatu kontrol kesada-ran NON
yang PSIKOTIK.
menyenangkan
Fase II - Pengalaman sensori - Peningkatan syaraf otonom
(Condemning): menjijikkan dan yang menun-jukkan
- Menyalahkan menakutkan peningkatan ansietas,
- Tingkat - Klien mulai lepas kendali peningkatan TD, denyut nadi
kecemasan dan mungkin mencoba dan pernafasan.
berat, halusinasi untuk men-
memberatkan
jauhkan dirinya dari sumber - Penyempitan kemam-puan
yang di persepsikan, konsentrasi, dan kehilangan
- Klien mungkin merasa malu kemam-puan membedakan
karena pengala-man halusinasi dan realita
sensorinya dan menarik diri
dari orang lain (Non
Psikotik

Tahap lll - Klien berhenti meng- - Kemampuan di-kendalikan,


(Controling): hentikan perlawanan halusinasi akan lebih di
- Ansietas berat terhadap halusinasi dan takuti,
pengalaman menyerah mem-biarkan - Kerusakan berhubu-ngan
sensori menjadi halusinasi menguasai dengan orang lain
penguasa dirinya. - Rentang perhatian hanya
- Klien mungkin meng-alami beberapa meng-alami
kesepian jika pengalaman kesepian jika tanda-tanda
sensori tersebut berakhir fisik ansietas
(psikotik) berat,tremor,tidak mampu
memaha-miperaturan.

Fase IV Pengalaman sensori menjadi - Perilaku tremor akibat panik,


(Conquering / mengancam jikaklien resiko tinggi mencederai diri
Panik) mengikuti perintah sendiri dan orang lain
- Klien sudah halusinasi berahir dari - Halusinasi berubah menjadi
dikuasai oleh beberapa jam / hari jika mengancam
halusinasi Intervensi - Halusinasi dapat memerintah
- Klien panik terapeutik(psikotik berat) dan memarahi klien
- Klien mulai merasa takut,
tidak berdaya
- Halusinasi mulai menguasai
klien sehingga klien tidak
dapat berhubungan dengan
orang lain dan
lingkungannya secara nyata

F. JENIS-JENIS HALUSINASI
Macam-macam Halusinasi (Stuart, 2007)
1. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
sedangkan orang lain tidak mendengarnya.
2. Halusinasi pengelihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata
akan tetapi orang lain tidak melihatnya.
3. Halusinasi penciuman
Klien mencium bau-bau yang muncul dari sumber-sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata sedangkan orang lain tidak dapat menciumnya.
4. Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya penderita merasakan rasa
nyaman atau gelisah.
5. Halusinasi perasaan
Klien merasa sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
merasakannya

G. DAMPAK HALUSINASI TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


1. Nutrisi
Klien dengan halusinasi biasanya asyik dengan dunianya sendiri, sehingga ia kurang
memperhatikan dirinya dan akhirnya keinginan untuk makan tidak ada, selain itu, bila
halusinasi mengancam atau menyuruh klien tidak makan, maka ia akan menolak dan
menghindari makan.
2. Istirahat dan tidur
Suara yang didengar terus-menerus membuat klien asyik dengan dunianya sendiri sehingga
istirahat dan tidur tidur terganggu.
3. Personal hygiene
Klien dengan halusinasi kadang merasa cemas, takut sehingga menimbulkan perasaan tidak
aman dan curiga sehingga menurunkan minat klien untuk mangurus dirinya sendiri
sehingga klien kurang perhatian dan motivasi terhadap perawatan dirinya sendiri.
4. Kebutuhan aman
Jika halusinasi mengancam maka klien cenderung merasa takut, gelisah dan merasa tidak
aman sehingga timbul gangguan terhadap rasa aman.
5. Komunikasi
Klien halusinasi cendrung berkomunikasi sendiri seolah-olah sedang berbicara dengan
seseorang, kadang sulit untuk memulai percakapan sehingga timbul gangguan komunikasi.
6. Sosialisasi
Klien halusinasi cenderung asyik dengan dirinya sendiri dan bersikap masa bodoh terhadap
lingkungan sehingga klien menarik diri dan intraksi social terganggu.
7. Kebutuhan spiritual
Halusinasi sering dirasakan sebagai suara Tuhan, syaitan atau kekuatan sehingga klien
tidak menyadarinya sehingga kehilangan kontrol hidupnya, akibatnya klien terputus
dengan sesama atau dengan tuhan, harapan dan kepercayaan.Dampaknya adalah spiritual
terganggu.
8. Aktualisasi Diri
Klien halusinasi cenderung bersikap masa bodoh terhadap lingkungan dan dirinya
sendiriserta tidak mampu mengambil keputusan yang logis dalam menggunakan
pencapaian dalam aktivitas diri.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan masalah keperawatan utama
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register dan tanggal pengkajian.Identitas penanggung jawab
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, hubungan dengan klien.
b. Alasan masuk rumah sakit / keluhan utama
Merupakan penyebab klien dibawa ke RS, umumnya alasan masuk RS pada klien
dengan masalah utama halusinasi adalah karena mendengar bisikan-bisikan misterius
seperti suara-suara yang memerintah klien untuk bunuh diri, orang lain atau
merusak lingkungannya, atau juga karena melihat dan mencium sesuatu yang
membuatnya merusak lingkungannya.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi klien dengan masalah utama halusinasi adalah : klien pernah
atau tidaknya mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, riwayat pengobatan kurang
berhasil, pengalaman masa lalu tidak menyenangkan, trauma psikis seperti
penganiayaan, penolakan, dihina atau klien menjadi saksi penganiayaan, adanya
kekerasan dalam keluarga, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda vital : tekanan darah klien dengan masalah utama halusinasi cendrung
meningkat, nadi meningkat.
2) Berat Badan klien dengan halusinasi biasanya menurun.
3) Keluhan fisik : klien biasanya mengeluh dan mengalami gangguan pola makan dan
tidur sehingga terjadi penurunan berat badan.
e. Aspek psikososial
1) Genogram
Biasanya hubungan klien dengan keluarga kurang harmonis.
2) Konsep Diri
Pada umumnya pengkajian konsep diri klien dengan masalah utama halusinasi
adalah : klien menerima anggota tubuh yang dimilikinya, klien mengetahui status
dan posisi klien sebelum dirawat, klien tidak mampu bekerja sebagaimana
mestinya, klien mempunyai harapan bisa sembuh dari penyakitnya dan bisa
segera kembali kerumahnya, klien mengalami harga diri rendah berhubungan
dengan kegagalan yang terjadi dimasa lalu dan klien merasa tidak dihargai
oleh orang lain.
f. Hubungan Sosial
Klien dengan masalah utama halusinasi biasanya mengalami gangguan dalam
hubungan sosial.
g. Spiritual
Biasanya ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, tidak dapat
konsentrasi dalam setiap ibadah sholat.
h. Status mental
1) Penampilan
Penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak-acakan, gigi tidak pernah
disikat, kancing baju tidak tepat dan baju tidak pernah diganti.
2) Pembicaraan
Pembicaraan klien lambat dan pelan.
3) Aktivitas motorik
Klien dengan halusinasi biasanya mengalami tegang dan gelisah.
4) Alam perasaan
Klien dengan halusinasi biasanya merasa sedih dan putus asa, dan kadang
gembira yang berlebihan.
5) Afek
Klien dengan halusinasi biasanyamemiliki afek labil yaitu emosi yang cepat
berubah.
6) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi biasanyabermusuhan, tidak kooperatif, mudah
tersinggung, curiga dan kontak mata kurang.
7) Persepsi
Klien dengan halusinasi biasanya mendengar suara-suara yang mengancam, sehingga
klien cenderung menyendiri, pandangan kosong, kadang-kadang bicara sendiri dan
melamun.
8) Proses berpikir
Proses pikir klien dengan halusinasibiasanyaSirkumtansial yaitu
pembicaraanberbelit-belit tetapi sampai pada tujuan pembicaraan dan perseverasi
yaitu pembicaraan yang diulang berkali-kali.
9) Isi Pikir
Klien dengan halusinasibiasanyamengalami gangguan isi pikir : waham terutama
waham curiga.
10) Tingkat kesadaran dan orientasi tempat dan waktu.
Klien dengan halusinasibiasanya tingkat kesadaranya compos mentis dan memiliki
orientasi tempat dan tempat yang baik
11) Memori
Klien dengan halusinasibiasanyamemorinya kurang baik.
12) Tingkat konsentrasi
Klien dengan halusinasibiasanyakurang mampu berkonsentrasi, mudah beralih
dan tidak mampu berhitung sederhana.
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Klien biasanya mampu melakukanya dengan bantuan minimal.
2) Buang air besar / buang air kecil
Klien biasanya mampu melakukannya dengan bantuan minimal.
3) Mandi
Klien biasanya mampu melakukannya dengan bantuan minimal tetapi sering
tidak bersih.
4) Berpakaian / berhias
Klien biasanya jarang mengganti pakaian dan biasanya pakaian sering tidak
sesuai.
5) Istirahat tidur
Biasanya istirahat dan tidur klien terganggu.
j. Mekanisme koping
Koping yang biasa digunakan pada klien dengan masalah utama halusinasi
adalah :
1) Regresi yaitu menghindari stres, kecemasan dengan menampilkan perilaku
kembali seperti masa kanak-kanak.
2) Proyeksi yaitu keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
kepada orang lain karena kekesalan yang dilakukan sendiri.
3) Menarik diri yaitu ketidak mampuan mengadakan hubungan dengan orang lain
atau daya lingkungan disekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan
sendiri yang tidak realistik.
4) Represi yaitu menekan perasaan dan pengalaman yang menyakitkan atau
konflik atau ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme
ego lainnya.
k. Masalah psikososial
Biasanya klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungannya
sepeti direndahkan dan tidak dihargai.
l. Aspek medik
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan klien selama
masa perawatan.
m. Pohon Masalah

Akibat/Effect Resiko perilaku mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Core Problem / Gangguan sensori / persepsi : Halusinasi


masalah utama Pendengaran

Defisit Perawatan Diri Isolasi social : menarik diri

Harga diri rendah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
b. Resiko prilaku mencederai diri sendiri
c. Defisit perawatan diri

3. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN RASIONAL


TUJUAN KRITERI INTERVENSI
KEPERAWA
A
TAN
1 2 3 4 5
Gangguan TUM : 1.1 Ekspresi 1.1.1 Bina hubungan saling 1.1.1 Hubung an
Persepsi sensori Klien wajah ber- percaya dengan meng- saling percaya
halusinasi dapat sahabat, ungkapkan komunikasi sebagai dasar
pendenga-ran mengontro menunjukan terapeutik : intervensi yang
l rasa senang, a. Sapa klien terapeutik
halusinasi ada kontak dengan ramah baik perawat klien.
nya mata, mau verbal maupun non
berjabat verba
TUK 1 : tangan, mau b. Perkenalkan diri
Klien menyebutka dengan sopan.
dapat n nama, c. Tanyakan nama
membina mau lengkap klien dan
hubungan menjawab nama panggilan yang
saling salam, klien disukai.
percaya mau duduk d. Jelaskan tujuan
bermpingan pertemuan
dengan e. Tunjukkan
perawat , sikap empati dan me-
klien mau nerima klien apa
mengutara- adanya
kan f. Beri perhatian
masalah pada klien dan
yang
dihadapi
TUK 2: 2.1 Klien 2.1.1 Adakan kontak 2.1.1 Mengurangi
Klien dapat sering dansingkat waktu kosong
dapat menyebut secarabertahap. bagi klien
mengenal -kan 2.1.2 Observasi ingkah sehingga dapat
halusinasin waktu, isi, laku klien yang mengurangi
ya dan terkait de-ngan frekwensi
frekwensi halusi-nasinya halusinasi
timbulnya 2.1.3 Bantu klien me 2.1.2 Halusinasi harus
halusinasi ngenal halusinasinya. dikenalkan
. a. Jika mene- terlebih dahulu
2.2 Klien mukan klien sedang oleh perawat
dapat ber-halusinasi agar intervensi
mengungk tanyakan apakah ada efektif.
apkan suara yang 2.1.3 Klien mungkin
bagaiman didengarnya tidak mampu

a b. Jika klien untuk

perasaann menjawab ada, mengungkapkan


persepsi
ya lanjutkan : apa yang
makaperawatmem
terhadap dikatakan suara itu.
-fasi litasi klien
halusinasi c. Katakan bahwa
mengungkapkan
tersebut perawat percaya caya
secaraterbuka
klien
2.2.1 Peran serta aktif
d. Katakan bahwa
klien sangat
perawat akan
menentukan
membantu klien
efektifitas tindakan
2.2.1 Diskusikan dengan
keperawatan yang
klien:
dilakukan.
a. Situasi yang
menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi (saat
sendiri, jengkel, atau
sedih)
b. Waktu dan
frekwensi terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore, dan
malam, terus menerus
atau sewaktu-waktu).
c. Diskusikan dengan
klien apa yang klien
rasakan

TUK 3 : 3.1 Klien 3.1.1 Identifikasi ber- 3.1.1 Tindakan yang


Klien dapat dapat sama klien tindakan biasa-nya dilaku-
mengontrol menyebutkan yang dilakukan jika kan klien
halusinasin tindakan- terjadi halusinasi merupakan upaya
ya tindakan (tidur, makan, mengatasi
yang biasa menyibukkan diri, dll halusinasinya
dilaku-
kan untuk 3.1.2 Diskusikan 3.1.2Memberi
mengendali manfaat dancara yang kan hal yang positif
-kan digunakanklien, jika atau pengakuan
halusinasin ber-manfaat beri pujian akan mening-
ya pada klien katkan harga diri
klien
3.2 Klien 3.2.1 Diskusikan dengan
dapat klien tentang cara baru 3.2.1 Dengan
menyebut- mengontrol halusinasi yang
kan cara halusinasinya ter-kontrol oleh
baru untuk a. Menghardik, klien maka risiko
mengontrol mengusir atau tidak kekerasantidak
halusinasin memperduli kan terjadi.
ya halusinasinya
b. Bercakap-cakap 3.2.2 Pengulangan
3.2 Klien dengan orang lain jika hasil
dapat halusinasinya diskusiyang
mende muncul. dapatdilakukan
mon- c. Melakukan kegiatan klienmerupakan
strasik sehari-hari. suatu
an cara tandakonsentrasi
baru 3.2.2 Dorong klien untuk nya.
mengo menye-butkan 3.2.3. Pujian
n-trol kembali cara untuk merupakan
halusin memutuskan pengakuan yang
a- halusinasi dapat
sinya. meningkat-kan
3.2.3 Beri pujian atas upaya motivasi dan
klien harga diri klien

3.3.1 Dorong klien memilih 3.3.1 Memberi


tindakan apa yang kesempatan
akan dilakukan pada klien untuk
3.3.2 Dorong klien untuk me-mutuskan
mengikuti TAK tindakandapat
3.3.3 Berikan pujian pada me-
klien atas keberhasilan- ningkatkanharga
nya
diri
3.3.2 Memberi
kesempatan pada
klien untuk me-
mutuskan
tindakandapat
meningkat-
kanharga diri.
3.3.3 Membantu klien
me-lupakan
halusinasi-nya
dan me-
ningkatkan daya
konsen-trasi
3.3.4 Pujian meru-
pakan
pengakuan yang
dapat mening-
katkan motivasi
dan harga diri
klien

TUK 4 : 4.1 Keluarga 4.1.1 Anjurkan klien untuk 4.1.1 Keluarga dapat
Klien dapat memberi-tahu keluarga berpar-tisipasi
men-dapat membina jika mengalami dalam membantu
duku-ngan hubungan halusinasi. klien mengontrol
keluar-ga saling 4.2.1 Diskusikan dengan halusinasinya.
dalam percaya keluarga (pada saat
mengontro dengan ber-kunjung) 4.2.1 Meningkat-kan
l perawat. a. gejala halu- pengeta-huan
halusinasi- sinasi yang dialami keluarga tentang
nya 4.2 Keluara klien halusi-.
dapat me- b. Cara yang dilakukan
nyebutkan keluarga untuk membantu
pengertian, klien mengenal realita
tanda dan c. Cara merawat
gejala serta anggota keluarga
tindakan yang
untuk halusinasi:berikegiat
mengendali an,dan makan
kan bersama.
halusinasin d. Beri informasi
ya waktu folow

TUK 5: 1.1 Klien 5.1.1 Diskusikandengan 5.1.1 Meningkat-kan


Klien dan klien dan kelurga penge-tahuan
dapat keluarga tentang dosis, frekuensi klien dan ke-
memanfaa dapat dan manfaat obat. luarga serta me-
t-kan obat menye- motivasi klien
dengan butkan untuk minum
benar dosis, 5.2.1 Anjurkan pasien obat
untuk dan minta sendiri obat pada 5.2.1 Menilai
mengontro efeksam perawat dan merasakan kemampuan
l ping manfaatnya klien dalam
halusinasi- obat 5.3.1 Anjurkan klien bicara pengobatan nya
nya dengan dokter tentang sendiri.
manfaat dan efek 5.3.1 Dengan
samping obatyang mengetahui efek
1.2 Klien dirasakan samping obat
dapat 5.4.1 Diskusikan klien akan tahu
mendem akibat berhenti obat apa yang harus
ons- tanpa konsultasi dilakukan
trasikan Bantu klien mengguna kan setelahminum
penggun obat dengan prinsip 5 obat
aan obat benar 5.4.1 Program
dengan pengobatan
benar dapatber-
1.3 Klien jalansesuairenca
dapat na.
informas 5.5.1 Klien dapat
i tentang mandiri dalam peng-
efek gunaan obat dengan
samping prinsip 5 bena
obat
1.4 Klien
mema-
hami
akibat
berhenti
nya obat
tanpa
konsulta
si
1.5 Klien
dapat
menyeb
utkan
prinsip
5 benar
penggun
aan obat
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti & Iskandar (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, PT. Reflika Aditama, Bandung

Ermawati,dkk (2009) : Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa; Trans Info Media,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai