Anda di halaman 1dari 23

@AWO[AN WBNCJALDAN EBNVB[ DD EAN

JW]W AN. M R]DA 3 UAHRN, 2 KR@AN, 17 HA[D

Disusun untuk memenuhi tugas profesi ners stase keperawatan anak

Oleh:
Wawan kurniawan
30190120040

W[OC[AI ]URED W[OFB]D NB[]


]BJO@AH UDNCCD D@IR JB]BHAUAN ]ANUO KO[[OIBR]
WAEA@A[ANC
2727

JAUA WBNCANUA[
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat mengerjakan serta
menyelesaikan laporan pengkajian “ LAPORAN PENGkAJIAN DENVER II
DAN kPSP AN. G
USIA 1 TAHUN, 5 BULAN, 10 HARI”. Dalam penyusunan laporan pengkajian
ini, banyak pihak yang telah membantu dengan memberikan dorongan dan
bimbingan secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima
kasih khususnya kepada:
1. Ns. Elizabeth Ari Setyarini, S.kep., M.kes.AIFO selaku ketua STIkes
Santo Borromeus Padalarang.
2. Ns. Ferdinan S, M.kep selaku kepala program studi S-1 keperawatan STIkes
Santo Borromeus Padalarang.
3. Linda Sari Barus., M. kep., Ns. Sp. kep. An selaku dosen koordinator mata
ajar keperawatan anak
4. BM. Siti Rahayu SkP , selaku tim dosen mata ajar keperawatan anak
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan laporan pengkajian ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun guna perbaikan. Akhir kata, saya
mengucapkan terimakasih dan berharap semoga bermanfaat bagi pembaca.

Padalarang, Juni 2020

Penulis

KAK D
WBNEAHR@RAN
A. Latar Belakang
(DDST) II adalah salah satu metode
Ebnvbr Ebvb`opibnt ]mrbbninc Ubst
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, yang dibuat oleh Fran
kenburg dan J. B Dodds untuk mengetahui perkembangan motorik anak. Tes
ini dinilai lebih mudah dibanding tes perkembangan yang lain dan dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Tes ini dapat
dilakukan kapan saja dengan menggunakan alat sederhana (Tristanti Ika,
2017).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (kemenkes, 2016).
An. C berumur 1 tahun, 5 bulan, 10 hari adalah salah satu klien yang
dilakukan pemeriksaan perkembangan oleh seorang perawat anak pada
tanggal
8 Juni 2020 didapatkan hasil An. C berjenis kelamin laki-laki yang lahir
tanggal 23 November 2018, lahir prematur usia gestasi 35 minggu. An. G
sudah bisa makan sendiri tidak banyak tumpah. An. G bisa mencuci
tangan dan mengeringkannya, dan menyikat gigi sendiri walaupun kurang
bersih. An.
G. Senang mencoret-coret kertas dengan balpoint. Mencoret-coret kertas
sesukanyas seperti benang kusut. Menyusun 4 kubus mainan yang Ibunya
belikan. Memungut benda kecil mainannya dengan ibu jari dan telunjuk. An.
G bisa menagatakan dadada dan papapa. Meminta sesuatu dengan
menangis, membuat ART tidak paham keinginan An.G, Ibu Bekerja pergi
pagi
dan pulang di sore hari. An. G naik tangga sendiri walau perlu diawasi. Sudah
bisa jalan sejak usia 12 bulan. Selama pemeriksaan anak kurang patuh, tidak
tanggap saat pemeriksaan, takut pada pemeriksa perhatian kadang teralihkan.
Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang
dari 2500 gram (Saifuddin, 2009). Di Indonesia data kementrian kesehehatan
bayi prematur sebanyak 675.700 bayi. kelahiran prematur berhubungan
dengan terjadinya gangguan tumbuh kembang. Pernyataan tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariyana Rina (2018) dengan
judul “Hubungan Riwayat Prematur Dengan Tumbuh kembang Anak Usia
Satu Tahun” bahwa pertumbuhan anak usia 1 tahun sebesar 6,7% anak
mengalami gangguan pertumbuhan dan 56,7% anak mengalami suspek
gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan anak yang terjadi pada
hasil penelitian ini anak mengalami keterlambatan bahasa dimana anak belum
mampu dan belum jelas dalam menyebutkan fokalnya bahkan menyebutkan
“mama” saja belum jelas.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengangkat kasus denver II
pada anak dengan judul “LAPORAN PENGkAJIAN DENVER II DAN
kPSP AN. G USIA 1 TAHUN, 5 BULAN, 10 HARI”.
B. Rumusan Masalah
1. konsep dasar Ebnvbr Ebvb`opibnt ]mrbbninc Ubst (EE]U) II
2. konsep dasar kuesioner Pra Skrening Perkembangan (kPSP)
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai salah satu tugas profesi ners dalam stase keperawatan anak
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan tugas ini yaitu:
a. Mampu memahami konsep dasar denver II
b. Mampu memahami konsep dasar kPSP
c. Mampu melakukan pengkajian denver II pada An. G
d. Mampu menggunakan kPSP pada An. G
D. Metode Penulisan
Metode penulisan laporan kasus ini adalah study pustaka dari berbagai
sumber dan study kasus.

E. Sistematika Penulisan
Laporan kasus ini terdiri atas IV bab. Bab I pendahuluan tersusun atas
latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II adalah bab tinjauan pustaka yang berisi konsep dasar
denver II dan kPSP. Bab III adalah tinjauan pengkajian kasus denver II
dan kPSP. Bab IV adalah kesimpulan dan saran.

KAK DD

UDNLARAN WR]UAJA
A. konsep dasar Denver II
1. Pengertian
Ebnvbr Ebvb`opibnt ]mrbbninc Ubst (DDST) adalah sebuah metode
pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkembangan
anak usia 0-6 tahun (Nugroho, 2011).
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak (Soetjiningsih, 2014).
Ebnvbr Ebvb`opibnt ]mrbbninc Ubst (DDST) adalah suatu metode
pengkajian yang digunakan untuk melihat perkembangan anak usia 0-6 tahun
(Adriana, 2017).
2. Fungsi
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan umurnya
b. Memantau anak yang tampak sehat dari umur 0 tahun sampai dengan 6
tahun
c. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan
perkembangan
d. Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan, apakah
benar-benar ada kelainan perkembangan
e. Monitor anak dengan resiko perkembangan misalnya anak dengan
masalah perinatal.
3. Sektor perkembangan
a. Wbrsona` somia` (perilaku sosial), yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
b. Finb iotor aeaptivb (gerakan motorik halus), yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
c. @ancuacb (bahasa), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan
d. Cross iotor (gerakan
motorik kasar), yaitu aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4. Prosedur DDST
Dalam pemeriksaan DDST ada beberapa syarat yang harus digunakan
yaitu alat dan prosedur pelaksanaan.
Alat yang digunakan: benang wol merah, kismis/ manik-manik, kubus warna
merah, kuning, hijau, biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel
kecil, kertas dan pensil, lembar formulir DDST dan buku petunjuk sebagai
referansi. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap:
a. Tahap pertama dilakukan secara periodik pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun
b. Tahap ke dua dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap 1 kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
5. Teknik pemeriksaan
a. Tentukan umur anak dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1
bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun
b. Bila hasil perhitungan umur kurang dari 15 hari maka dibulatkan ke
bawah, bila sama dengan atau lebih dari 15 hari di bulatkan ke atas
c. Setelah diketahui umur anak, selanjutnya dengan menggunakan
penggaris tarik garis secara vertikal dari atas ke bawah berdasarkan umur
kronologis yang tertera di bagian atas formulir sehingga memotong kotak
tugas perkembangan pada formulir DDST
d. Lakukan penilaian pada tiap sektor, apakah LULUS (WA]]BE = P = beri
tanda √), GAGAL (FAD@ = F = tanda 0), MENOLAk ([BFR]A@ = R =
tanda M) atau anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas ( NO
OWWO[URNDUT = NO)

@ 9 @u`us/ `bwat 9 Wassbe/ W


Anak dapat melakukan item dengan baik atau ibu/ pengasuh memberi
laporan tepat dan dapat di percaya bahwa anak dapat melakukannya.
C 9 Caca` 9 Fai`/ F
Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh
memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukannya.
I 9 Ibno`aj 9 [bfusb/ [
Anak menolak melakukan test karena faktor sesaat, seperti lelah,
menangis atau mengantuk.
UaJ 9 Uaj aea Jbsbipatan 9 No Opportunity/ NO
Anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan item karena ada
hambatan. Skor ini digunakan untuk kode L/Laporan orang
tua/pengasuh anak. Misal pada anak retardasi mental/ eown syneroib.
e. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa item yang
mendapat P dan F, selanjutnya penilaian:
`bkih/ aevanmb (perkembangan anak lebih)
Termasuk kategori ini ketika anak lulus pada uji coba item yang berada di
kanan garis umur dan ketika anak menguasai kemampuan anak yang lebih
tua dari umurnya
OJ atau noria`
Termasuk kategori normal ketika anak gagal/ menolak pada item di kanan
garis umur, lulus atau gagal atau menolak pada item di garis umur terletak
diantara 25-75%.
Maution/ pbrincatan

Termasuk kategori ini ketika anak gagal/ menolak pada item dalam garis
umur yang berada diantara 75-90%.Tulis C disebelah kanan kotak.
Eb`aybe/ jbtbr`aikatan
Termasuk kategori ini bila gagal/ menolak pada item yang berada di
sebelah kiri garis umur.

6. Hasil Penilaian (Interpretasi Hasil DDST)


a. ABNORMAL
1) Bila didapatkan 2 atau > eb`ay, pada 2 sektor atau lebih
2) Bila dalam 1 sektor atau > didapatkan 2 atau > eb`ay + 1 sektor atau
> dengan 1 eb`ay dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. MERAGUkAN/ SUSPECT
1) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan/ lebih
2) Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia
3) Bila didapatkan minimal 2 maution atau minimal 1 eb`ay (pada satu
sektor)
4) Lakukan uji ulang dalam satu sampai 2 minggu untuk menghilangkan
faktor sesaat (rasa takut, keadaan sakit, kelelahan).
c. TIDAk DAPAT DITES (RNUB]UAK@B)
1) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan
2) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item sebelah kiri garis umur
3) Menolak > 1 item area 75%-90% (warna hijau).
d. NORMAL
1) Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas
2) Bila tidak ada keterlambatan/ eb`ay
3) Maksimal 1 maution
4) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrak kesehatan berikutnya.

B. konsep dasar kPSP


1. Pengertian
kuesioner Pra Skrening Perkembangan (kPSP) adalah tes pemeriksaan
perkembangan anak dengan menggunakan kuesioner (kemenkes, 2016).
2. Tujuan
Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
3. Jadwal skrining/ pemeriksaan kPSP
Jadwal rutin dilakukan setiap 3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6
bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36,
42, 48,
54, 60, 66, dan 72).
4. Cara menggunakan kPSP
a. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan
c. Setelah menentukan umur anak, pilih kPSP yang sesuai dengan umur anak
d. kPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah
bayi makan kue sendiri ?"
2) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas
yang tertulis pada kPSP.
e. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya
f. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir
g. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu
h. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

5. Interpretasi hasil kPSP


a. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
1) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pemah
atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
2) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pemah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
b. Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangannya (S)
c. Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
d. Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
e. Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak' menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
6. Intervensi:
a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik
2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak
lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
4) kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan Bina keluarga Balita (BkB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan
pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
kelompok bermain dan taman kanak-kanak
5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan kPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24 sampai 72 buIan.
b. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya dan lakukan pengobatan
4) Lakukan penilaian ulang kPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar kPSP yang sesuai dengan umur anak
5) Jika hasil kPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
c. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan
jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak
halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
KAK DDD

UDNLARAN JA]R]

Tanggal 8 Juni 2020 seorang perawat anak memeriksa perkembangan anak


laki-laki An. G yang lahir tanggal 23 November 2018, Lahir prematur usia
gestasi 35 minggu

Didapatkan data sebagai berikut:


1. Personal Sosial:
An. G sudah bisa makan sendiri tidak banyak tumpah. An. G bisa
mencuci tangan dan mengeringkannya, dan menyikat gigi sendiri
walaupun kurang bersih
2. Motorik Halus:
An. G. Senang mencoret-coret kertas dengan balpoint. Mencoret-coret
kertas sesukanyas seperti benang kusut. Menyusun 4 kubus mainan yang
Ibunya belikan. Memungut benda kecil mainannya dengan ibu jari dan
telunjuk.
3. Bahasa:
An. G bisa menagatakan dadada dan papapa. Meminta sesuatu
dengan menangis, membuat ART tidak paham keinginan An.G, Ibu Bekerja
pergi pagi dan pulang di sore hari.
4. Motorik kasar:
An. G naik tangga sendiri walau perlu diawasi. Sudah bisa jalan
sejak usia 12 bulan.

Nb: Selama pemeriksaan anak kurang patuh, tidak tanggap saat


pemeriksaan, takut pada pemeriksa perhatian kadang teralihkan.
Terkait Denver II:

1. Tentukan Usia kronologis Anak dan Buat Garis Usia pada


Form Jawab:
Tanggal Pemeriksaan (TP): 08 Juni 2020
Tanggal Lahir (TL): 23 November 2018
Lahir Prematur usia gestasi 35 minggu
a. Usia kronologis anak saat pemeriksaan adalah:
Rumus: TP-TL
TP : 2020 – 06 – 08
TL : 2018 – 11 – 23
Usia : 1 – 06 –15
Jadi, usia anak pada saat pemeriksaan adalah 1 tahun, 06 bulan, 15
hari atau 18 bulan 15 hari.
b. Usia koreksi
Usia kronologis (Uk): 1 tahun, 06 bulan, 15 hari
konstanta: 40 minggu
Usia gestasi 35
minggu Rumus
Faktor1:koreksi= konstanta-Usia Gestasi
40-35= 5
5 minggu -> 1 minggu= 7 hari. 5x7= 35 hari -> 1 bulan, 5 hari
Rumus2: Usia koreksi= Usia kronologis-Faktor koreksi

Uk : 1 tahun 06 bulan 15 hari


Fk : 01 bulan 5 hari
Usia : 1 tahun 05 bulan 10 hari
Jadi, usia koreksi anak pada saat pemeriksaan adalah 1 tahun, 05
bulan, 10 hari.
2. Penilaian pada keempat aspek perkembangan
a. Personal Sosial:
An. G sudah bisa makan sendiri tidak banyak tumpah ( Wassbe/ W).
An.
G bisa mencuci tangan dan mengeringkannya ( Wassbe/ W), dan menyikat
gigi sendiri walaupun kurang bersih (Wassbe/ W).
b. Motorik Halus:
An. G. Senang mencoret-coret kertas dengan balpoint ( Wassbe/ W).
Mencoret-coret kertas sesukanyas seperti benang kusut. Menyusun 4
kubus mainan yang Ibunya belikan (Wassbe/ W). Memungut benda
kecil mainannya dengan ibu jari dan telunjuk (Wassbe/ W).
c. Bahasa:
An. G bisa mengatakan dadada dan papapa (Wassbe/ W). Meminta
sesuatu dengan menangis, membuat ART tidak paham keinginan An.G,
Ibu Bekerja pergi pagi dan pulang di sore hari.
d. Motorik kasar:
An. G naik tangga sendiri walau perlu diawasi ( Wassbe/ W). Sudah bisa
jalan sejak usia 12 bulan (Wassbe/ W).
3. Interpretasi penilaian pada keempat aspek perkembangan
a. Personal Sosial:
An. G sudah bisa makan sendiri tidak banyak tumpah (OJ atau
norial/ N). An. G bisa mencuci tangan dan mengeringkannya (OJ
atau norial/ N), dan menyikat gigi sendiri walaupun kurang bersih
(lebih/ aevanmb).
b. Motorik Halus:
An. G. Senang mencoret-coret kertas dengan balpoint ( OJ atau norial/
N). Mencoret-coret kertas sesukanyas seperti benang kusut. Menyusun 4
kubus mainan yang Ibunya belikan (OJ atau norial/ N). Memungut
benda kecil mainannya dengan ibu jari dan telunjuk (OJ atau norial/
N).
c. Bahasa:
An. G bisa mengatakan dadada dan papapa (OJ atau norial/ N).
Meminta sesuatu dengan menangis, membuat ART tidak paham
keinginan An.G, Ibu Bekerja pergi pagi dan pulang di sore hari.
d. Motorik kasar:
An. G naik tangga sendiri walau perlu diawasi (OJ atau norial/ N).
Sudah bisa jalan sejak usia 12 bulan (OJ atau norial/ N).
4. Hasil penilaian/ kesimpulan
keempat aspek perkembangan yang dinilai yaitu Personal Sosial, Motorik
Halus, Bahasa, Motorik kasar adalah Normal dimana pada penilaian tersebut
tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution (dalam kasus
tidak ada) dan lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
5. Form denver II (Terlampir)
Terkait KPSP:
1. Form kPSP (Terlampir)
2. Form pengkajian kPSP yang digunakan pada An. G adalah form umur 18
bulan, karena pada kasus anak masih berusia 1 tahun, 5 bulan, 10 hari atau
17 bulan, 10 hari dibulatkan 18 bulan. Form diisi dengan memberikan tanda
ceklist pada kolom ya/ tidak.
3. Interpretasi hasil pemeriksaan pada anak
Perkembangan anak sesuai (S) dengan tahap perkembangannya, dikarenakan
hasil pemeriksaan dengan jawaban “ya” ada 9 dan “tidak” ada 1 dengan
total skor 10.
Ubrjait Ebnvbr DD ean JW]W<
Setelah melakukan pengkajian denver II dan kPSP serta mendapat
kesimpulan hasil pemeriksaan, saya sebagai seorang perawat memberikan
pujian kepada asisten rumah tangga yang menjaga An. G sehari-hari telah
mengasuh anaknya dengan baik karena ibu bekerja pergi pagi pulang sore,
memotivasi asisten rumah tangga yang menjaga An. G untuk memberi
stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
umur dan kesiapan anak dan menjadwalkan kunjungan selanjutnya.
KAK DV
WBNRURW

A. Jbsiipu`an
keempat aspek perkembangan yang dinilai pada An. G yaitu Personal Sosial,
Motorik Halus, Bahasa, Motorik kasar didapatkan hasil adalah Normal
dimana pada penilaian tersebut tidak ada keterlambatan dan atau paling
banyak satu caution dalam kasus pun tidak ada dan hasil pengkajian kPSP
bahwa perkembangan anak sesuai (S) dengan tahap perkembangannya.
K. ]aran
1. keluarga anak
Bagi keluarga An. G untuk mendampingi agar mengetahui perkembangan
anak dan merasa aman
2. Perawat
Bagi perawat untuk selalu memberikan motivasi kepada orang tua anak
untuk memantau perkembangan anak
Eaftar Wustaja

Adriana Dian. (2017). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak Edisi 2 .

Jakarta: Salemba
kemenkes. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Anak. Jakarta
(http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/keperawatan-Anak-komprehensif.pdf)
. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Interνensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta
(http://e-
cinta.com/uploads/resource/Buku_SDIDTk_Bab_I-V.pdf)
Mariyana Rina. (2018). Hubungan Riwayat Prematur Dengan Tumbuh Kembang
Anak Usia Satu Tahun. Journal.
(https://www.researchgate.net/publication/329658371_RIWAYAT_PREM
ATUR_DENGAN_TUMBUH_kEMBANG_ANAk_USIA_SATU_TAH
UN)
Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Soetjiningsih & Ranuh. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Saifuddin. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tristanti Ika,. (2017). Metode Case Based Learning Sebagai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Tentang Denνer Deνelopment
Screening Test II. Journal. (http://lpp.uad.ac.id/wp-
content/uploads/2017/05/38.-ika-tristanti290-299.pdf)

Anda mungkin juga menyukai