FAKULTAS KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan.
Semoga makalah yang saya buat ini bias menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh
kembang dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik adalah faktor
yang berhubungan dengan gen yang berasal dari orang tua, sedangkan faktor lingkungan
meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis dan sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan pada usia dini, yaitu usia
0 – 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terdapat kelainan.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi
dan sosial. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu
pemantauan dapat dilakukan oleh masyarakat atau sekolah atau melalui kegiatan posyandu.
Program SDIDTK ( Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang ) pada
neonatus, bayi, balita dan anak usia prasekolah merupakan program pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga dan masyarakat dengan tenaga
profesional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi tumbuh kembang?
2. Bagaimana cara deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan pada anak?
3. Contoh kasus?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi dari tumbuh kembang.
2. Untuk mengetahui cara deteksi dini tumbuh kembang pada anak.
3. Untuk mengetahui contoh kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan ukuran sel secara
kuantitatif dimana sel-sel tersebut mensintesis protein baru yang nantinya akan menunjukkan
pertambahan seperti umur, tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan gigi (Anik Maryunani,
2010).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,
jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Pertumbuhan dapat diukur dengan menggunakan pengukuran BB, TB dan Lingkar
Kepala Anak (LKA). Sedangkan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Dengar, Tes Daya Lihat, Denver Development
Screening Test (DDST), Kuesioner Mental Emosional (KMME), Checklist for Autism in
Toddlers (CHAT) dan form Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
B. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BAYI, ANAK BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH
Deteksi dini tumbuh kembang adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan / masalah tumbuh kembang anak, maka
intervensi akan lebih mudah dilakukan. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Jenis-jenis deteksi dini penyimpangan :
1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak yaitu
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita.
Pengukuran Berat Badan (BB) :
o Menggunakan timbangan bayi.
o Menggunakan timbangan injak.
Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :
o Mengukur dengan posisi berbaring
Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
Petugas 1 memegang kepala bayi agar menempel pada
pembatas angka 0.
Petugas 2 tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur.
o Mengukur dengan posisi berdiri
Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
Berdiri tegak menghadap kedepan.
Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
Turunkan batas atas pengukur sampai menempel pada ubun-
ubun.
Baca angka pada batas tersebut.
Interpretasi
o Menggunakan tabel BB/TB Direktorat Gizi Masyarakat 2002 (Lihat
lampiran).
o Ukur TB/PB dan timbang BB anak.
o Lihat kolom TB/PB anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.
o Pilih kolom BB sesuai jenis kelamin anak, cari angka BB yang
terdekat dengan BB anak.
o Dari angka BB tersebut lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka Standar Deviasi (SD).
o Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi Baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi Kurang
Kurus Sekali : < -3 SD atau Gizi Buruk
Gemuk : > 2 SD atau lebih
b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
Jadwal disesuaikan dengan umur anak.
Umur 0-11 bulan pengukuran dilakukan setiap tiga bulan.
Umur 12-72 bulan pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
Cara mengukur lingkar kepala :
o Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala
yang menonjol, tarik agak kencang.
o Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
o Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak.
o Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
o Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran yang sekarang.
Interpretasi
o Bila ukuran LKA berada di dalam “jalur hijau” maka LKA normal.
o Bila LKA berada di luar “jalur hijau” maka LKA tidak normal.
o LKA tidak normal ada 2 (dua) yaitu :
Makrosefal bila berada di atas “jalur hijau”
Mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau”
Interpretasi :
Anak pra sekolah pada umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster “E” artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemriksaan ulang. Bil pada pemeriksaan selanjutnya anak tidak
dapat melihat sampai pada baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke
Rumah Sakit.
d. Denver Development Screening Test (DDST)
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, bukan tes diagnostic atau test IQ.
Jadwal dilakukan DDST :
o Tahap pertama, dilakukan pada usia 0-6 tahun.
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
o Tahap kedua
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi diagnostic yang lengkap.
Aspek yang dinilai :
o Sektor personal sosial
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
o Sektor gerakan motorik halus
Yaitu aspek yang berhubungan dengankemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-
gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
o Sektor bahasa
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
o Sektor gerakan motorik kasar
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.
Alat/sarana yang digunakan :
o Gulungan benang wol merah
o Kismis/manik-manik
o 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru dengan ukuran 2,5cm
x 2,5 cm
o Kerincing dengan gagang yang kecil.
o Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm.
o Bel/lonceng kecil
o Bola tennis
o Pensil merah
o Boneka kecil dengan botol susu
o Cangkir plastik dengan gagang/pegangan
o Kertas kosong
Cara melakukan pemeriksaan DDST :
o Sapa orang tua/pengasuh anak
o Jelaskan maksud dan tujuan DDST
o Buat komunikasi yang baik dengan anak
o Tanyakan tanggal, bulan, tahun lahir anak dan hitung umur anak
o Tarik garis umur dari atas ke bawah dn cantumkan tanggal
pemeriksaan pada ujung atas garis umur.Siapkan alat , beri anak
mainan sesuai dengan apa yang ingin diteskan.
o Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
o Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.
Skoring :
o Passed atau lulus (P/L), bila anak dapat melakukan uji coba dengan
baik.
o Failure atau gagal (F/G), bila anak tidak dapat melakukan uji coba
dengan baik.
o Refuse atau menolak (R/M), bila anak menolak untuk melakukan uji
coba.
o No opportunity, anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
uji coba karena ada hambatan.
Interpretasi :
o Lebih (advanced)
Bila anak lewat pada uji coba yang ter;etak di kanan garis umur.
o Normal
Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di
kanan garis umur.
Bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas
perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75.
o Caution (peringatan)
Bila seorang anak menolak (R) atau gagal (F) tugas perkembangan
dimana garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.
o Delay (keterlambatan)
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) uji coba yang terletak
lengkap di sebelah kiri garis umur.
o No opportunity/tidak ada kesempatan
Bila anak tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan tugas
perkembangan tersebut.
3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
a. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Pra Sekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan
pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional
anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
Cara melakukan :
o Tanyakan setiap pertanyaan pada KMME kepada orang tua/pengasuh
anak
o Catat jawaban YA dan hitung jawaban YA
Interpretasi
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.
Intervensi
o Bila jawaban YA hanya satu, lakukan konseling kepada orang tua
dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan
o Bila jawaban YA ditemukan 2 atau lebih, rujuk ke RS yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b. Deteksi Dini Autis Pada Anak Pra Sekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur
18 bulan sampai 36 bulan.
Jadwal deteksi dini autis pada anak pra sekolah dilakukan atas indikasi atau
bila ada keluhan dari ibu/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan.
Keluhan dapat berupa :
o Keterlambatan bicara
o Gangguan komunikasi/interaksi sosial
o Perilaku yang berulang-ulang
Interpretasi
o Beri nilai pada masing-masing jawaban
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jikak keadaan tersebut selalu ditemukan pada anak
o Bila nilai total 13 atau lebih kemungkinan anak tersebut GPPH
Intervensi
o Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang
memiliki fasilitas jiwa/tumbuh kembang anak
o Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan 1 bulan lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kualitas seorang anak dipengaruhi oleh tumbuh kembang. Jika proses tumbuh
kembang berjalan dengan baik maka akan baik pula kualitas hidup anak tersebut. Proses
tumbuh kembang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
berasal dari keturunan orang tua sedangkan faktor lingkungan fisik, biologis, psikis dan sosial.
Periode umur 0-5 tahun adalah masa keemasan dalam memberikan stimulasi pada
anak agar tumbuh kembang berjalan dengan baik. Stimulasi diberikan sesuai dengan tahapan
umur.
Program Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK)
diberikan untuk mengetahui adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak. Program ini
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dan tenaga profesional.
Apabila ditemukan adanya penyimpangan tumbuh kembang diharapkan sedini mungkin dapat
segera dilakukan intervensi, sehingga penyimpangan tumbuh kembang dapat diatasi.
B. SARAN
Bidan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi dan deteksi dini
pada tumbuh kembang anak sehingga apabila ada keluhan atau temuan penyimpangan
tumbuh kembang pada anak dapat segera melakukan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, 2012. Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Resiko Gangguan
Perkembangan Anak: Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 27, No 2 (2012)
Chamidah, AN. 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak:
Journal.uny.ac.id, Vol 4, No 3 (2009)
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media