Anda di halaman 1dari 15

INTERVENSI KEPERAWATAN SDIDTK

PADA ANAK SEHAT

Dosen Pengampu : Ns. Ida Subardiah P. M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Brunai Dwi Agung Juniardo 205140078

2. May Tantika Sari 205140079

3. M Ghaulan Zakia 205140080

4. Dita Prameswari 205140081

5. Meilany Sasti 205140082

6. Melsa Amanda Putri 205140083

7. Dina Klarisa 205140140

8. Meishe Sendi Fatika 205140146

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

FAKULTAS KESEHATAN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan.
Semoga makalah yang saya buat ini bias menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 4 Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………...………………… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 4
A. Latar Belakang ………………………………………………...………….. 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….… 6
A. Definisi Tumbuh Kembang ………………...……………………………….6
B. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi, Anak Balita, Anak Pra Sekolah…....7
BAB III PENUTUP……………………………………………………………14
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...14
3.2 Saran……………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....15
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh
kembang dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik adalah faktor
yang berhubungan dengan gen yang berasal dari orang tua, sedangkan faktor lingkungan
meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis dan sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan pada usia dini, yaitu usia
0 – 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terdapat kelainan.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi
dan sosial. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu
pemantauan dapat dilakukan oleh masyarakat atau sekolah atau melalui kegiatan posyandu.
Program SDIDTK ( Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang ) pada
neonatus, bayi, balita dan anak usia prasekolah merupakan program pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga dan masyarakat dengan tenaga
profesional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi tumbuh kembang?
2. Bagaimana cara deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan pada anak?
3. Contoh kasus?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi dari tumbuh kembang.
2. Untuk mengetahui cara deteksi dini tumbuh kembang pada anak.
3. Untuk mengetahui contoh kasus.
BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan ukuran sel secara
kuantitatif dimana sel-sel tersebut mensintesis protein baru yang nantinya akan menunjukkan
pertambahan seperti umur, tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan gigi (Anik Maryunani,
2010).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,
jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Pertumbuhan dapat diukur dengan menggunakan pengukuran BB, TB dan Lingkar
Kepala Anak (LKA). Sedangkan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Dengar, Tes Daya Lihat, Denver Development
Screening Test (DDST), Kuesioner Mental Emosional (KMME), Checklist for Autism in
Toddlers (CHAT) dan form Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).

B. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BAYI, ANAK BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH
Deteksi dini tumbuh kembang adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan / masalah tumbuh kembang anak, maka
intervensi akan lebih mudah dilakukan. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Jenis-jenis deteksi dini penyimpangan :
1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
 Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak yaitu
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
 Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita.
 Pengukuran Berat Badan (BB) :
o Menggunakan timbangan bayi.
o Menggunakan timbangan injak.
 Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :
o Mengukur dengan posisi berbaring
 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
 Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
 Petugas 1 memegang kepala bayi agar menempel pada
pembatas angka 0.
 Petugas 2 tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
 Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur.
o Mengukur dengan posisi berdiri
 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap kedepan.
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel pada ubun-
ubun.
 Baca angka pada batas tersebut.
 Interpretasi
o Menggunakan tabel BB/TB Direktorat Gizi Masyarakat 2002 (Lihat
lampiran).
o Ukur TB/PB dan timbang BB anak.
o Lihat kolom TB/PB anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.
o Pilih kolom BB sesuai jenis kelamin anak, cari angka BB yang
terdekat dengan BB anak.
o Dari angka BB tersebut lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka Standar Deviasi (SD).
o Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi Baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi Kurang
Kurus Sekali : < -3 SD atau Gizi Buruk
Gemuk : > 2 SD atau lebih
b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
 Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
 Jadwal disesuaikan dengan umur anak.
Umur 0-11 bulan pengukuran dilakukan setiap tiga bulan.
Umur 12-72 bulan pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
 Cara mengukur lingkar kepala :
o Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala
yang menonjol, tarik agak kencang.
o Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
o Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak.
o Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
o Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran yang sekarang.
 Interpretasi
o Bila ukuran LKA berada di dalam “jalur hijau” maka LKA normal.
o Bila LKA berada di luar “jalur hijau” maka LKA tidak normal.
o LKA tidak normal ada 2 (dua) yaitu :
Makrosefal bila berada di atas “jalur hijau”
Mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau”

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


a. Pemeriksaan Perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrinning
Perkembangan (KPSP)
 Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal ataukah ada penyimpangan.
 Jadwal pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,
30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
 Alat/instrumen yang digunakan adalah :
o Formulir KPSP menurut umur. Sasaran KPSP anak umu 0-72 bulan.
o Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sis 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis,
kacang tanah, potongan biskuit berukuran 0,5-1 cm.
 Cara menggunakan KPSP :
o Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa.
o Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan.
o Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai umur anak.
o KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak.
 Perintah kepada ibu/pengasuh anak untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP.
o Jelaskan kepada orang tua/pengasuh untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
o Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan. Setiap pertanyaan
hanya ada satu jawaban, “Ya” atau “Tidak”. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
o Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
o Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
 Interpretasi hasil KPSP
o Jawaban “Ya” bila ibu/pengasuh anak menjawab anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
o Jawaban “Tidak” bila ibu/pengasuh anak menjawab anak belum
pernah atau tidak pernah melakukan atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu.
o Hitung jumlah jawaban “Ya”.
o Jika jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10 perkembangan anak sesuai
dengan perkembangannya (S).
o Jika jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8 perkembangan anak meragukan
(M).
o Jika jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang kemungkinan ada
penyimpangan (P).
o Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak”
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
 Intervensi :
o Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
 Beri pujian kepada ibu/pengasuh anak karena telah
mengasuh anak dengan baik.
 Teruskan pola asuh sesuai dengan tahap perkembangan anak.
 Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
 Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6
bulan sekali pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
o Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :
 Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak setiap saat dan sesering mungkin.
 Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalan.
 Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
 Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
 Jika hasil KPSP ulamg jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
o Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan (P), lakukan
rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
b. Tes Daya Dengar (TDD)
 Tujuan Tes Daya Dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan daya bicara anak.
 Jadwal TDD :
Bayi umur kurang dari 12 bulan setiap 3 bulan
Anak umur lebih dari 12 bulan setiap 6 bulan
 Alat/sarana yang diperlukan :
o Instrumen TDD menurut umur anak
o Gambar binatang dan manusia
o Mainan
 Cara melakukan TDD :
o Tanyakan tanggal, bulan, tahun lahir anak, hitung umur anak dalam
bulan.
o Pilih daftar pertanyaan TDD sesuai dengan umur anak.
o Pada umur anak kurang dari 24 bulan :
 Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukan dalam satu bulan terakhir.
 Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh, anak
tidak pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukannya
dalam satu bulan terakhir.
o Pada umur anak lebih dari 24 bulan atau lebih :
 Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
 Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua/pengasuh.
 Interpretasi :
o Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
 Intervensi :
o Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
o Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.
c. Tes Daya Lihat
 Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan lanjutan.
 Jadwal TDD dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia pra sekolah umur 36
sampai 72 bulan.
 Alat/sarana yang diperlukan :
o Ruangan yang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
o Dua buah kursi, satu untuk anak satu untuk pemeriksa.
o Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
o Alat penunjuk.

 Cara melakukan TDL :


o Pilih ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang cukup.
o Gantungkan poster “E” setinggi anak pada posisi duduk.
o Letakkan kursi sejauh 3 meter dan menghadap poster “E”.
o Pemeriksa memberikan kart “E” pada anak, latih anak dalam
mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri, kanan sesuai
yang ditunjuk pada poster “E”.
o Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas, kemudian tunjuk huruf “E” pada poster satu persatu
sampai pada huruf “E” terkecil yang dapat dilihat.
o Lakukan pada mata yang satunya.

 Interpretasi :
Anak pra sekolah pada umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster “E” artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
 Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemriksaan ulang. Bil pada pemeriksaan selanjutnya anak tidak
dapat melihat sampai pada baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke
Rumah Sakit.
d. Denver Development Screening Test (DDST)
 DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, bukan tes diagnostic atau test IQ.
 Jadwal dilakukan DDST :
o Tahap pertama, dilakukan pada usia 0-6 tahun.
 3-6 bulan
 9-12 bulan
 18-24 bulan
 3 tahun
 4 tahun
 5 tahun
o Tahap kedua
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi diagnostic yang lengkap.
 Aspek yang dinilai :
o Sektor personal sosial
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
o Sektor gerakan motorik halus
Yaitu aspek yang berhubungan dengankemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-
gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
o Sektor bahasa
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
o Sektor gerakan motorik kasar
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.
 Alat/sarana yang digunakan :
o Gulungan benang wol merah
o Kismis/manik-manik
o 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru dengan ukuran 2,5cm
x 2,5 cm
o Kerincing dengan gagang yang kecil.
o Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm.
o Bel/lonceng kecil
o Bola tennis
o Pensil merah
o Boneka kecil dengan botol susu
o Cangkir plastik dengan gagang/pegangan
o Kertas kosong
 Cara melakukan pemeriksaan DDST :
o Sapa orang tua/pengasuh anak
o Jelaskan maksud dan tujuan DDST
o Buat komunikasi yang baik dengan anak
o Tanyakan tanggal, bulan, tahun lahir anak dan hitung umur anak
o Tarik garis umur dari atas ke bawah dn cantumkan tanggal
pemeriksaan pada ujung atas garis umur.Siapkan alat , beri anak
mainan sesuai dengan apa yang ingin diteskan.
o Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
o Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.
 Skoring :
o Passed atau lulus (P/L), bila anak dapat melakukan uji coba dengan
baik.
o Failure atau gagal (F/G), bila anak tidak dapat melakukan uji coba
dengan baik.
o Refuse atau menolak (R/M), bila anak menolak untuk melakukan uji
coba.
o No opportunity, anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
uji coba karena ada hambatan.
 Interpretasi :
o Lebih (advanced)
Bila anak lewat pada uji coba yang ter;etak di kanan garis umur.
o Normal
Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di
kanan garis umur.
Bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas
perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75.
o Caution (peringatan)
Bila seorang anak menolak (R) atau gagal (F) tugas perkembangan
dimana garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.
o Delay (keterlambatan)
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) uji coba yang terletak
lengkap di sebelah kiri garis umur.
o No opportunity/tidak ada kesempatan
Bila anak tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan tugas
perkembangan tersebut.
3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
a. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Pra Sekolah
 Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
 Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan
pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
 Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional
anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
 Cara melakukan :
o Tanyakan setiap pertanyaan pada KMME kepada orang tua/pengasuh
anak
o Catat jawaban YA dan hitung jawaban YA
 Interpretasi
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.
 Intervensi
o Bila jawaban YA hanya satu, lakukan konseling kepada orang tua
dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan
o Bila jawaban YA ditemukan 2 atau lebih, rujuk ke RS yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b. Deteksi Dini Autis Pada Anak Pra Sekolah
 Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur
18 bulan sampai 36 bulan.
 Jadwal deteksi dini autis pada anak pra sekolah dilakukan atas indikasi atau
bila ada keluhan dari ibu/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan.
 Keluhan dapat berupa :
o Keterlambatan bicara
o Gangguan komunikasi/interaksi sosial
o Perilaku yang berulang-ulang

 Alat yang digunakan adalah Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)


CHAT ada 2 jenis pertanyaan, yaitu :
o 9 pertanyaan untuk orang tua/pengasuh
o 5 perintah bagi anak
 Cara menggunakan CHAT
o Ajukan pertanyaan yang tertulis pada CHAT
o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada
CHAT
o Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan YA atau TIDAK
 Interpretasi
o Resiko tinggi menderita autis, bila jawaban TIDAK pada pertanyaan
A5, A7, B2, B3 dan B4
o Resiko rendah menderita autis, bila jawaban TIDAK pada pertanyaan
A7 dan B4
o Kemungkinan gangguan perkembangan lain, bila jawaban TIDAK
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8-A9, B1, B5
o Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2, 3
 Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau ada kemungkinan gangguan
perkembangan, rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh
kembang anak.
c. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Pada Anak
Pra Sekolah
 Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya GPPH pada anak
umur 36 bulan ke atas.
 Jadwal deteksi dini GPPH dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
orang tua atau ada kecurigaan dari tenaga kesehatan, kader kesehatan.
 Keluhan tersebut dapat berupa :
o Anak tidak bisa duduk tenang
o Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
o Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif
 Alat yang digunakan adalah formulir GPPH (Abbreviated Conners Rating
Scale)
Formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang
tua/pengasuh anak dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeruksa.
 Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
o Ajukan pertanyaan yang tertulis pada formulir GPPH
o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan
pada formulir deteksi dini GPPH
o Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada
o Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.

 Interpretasi
o Beri nilai pada masing-masing jawaban
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jikak keadaan tersebut selalu ditemukan pada anak
o Bila nilai total 13 atau lebih kemungkinan anak tersebut GPPH
 Intervensi
o Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang
memiliki fasilitas jiwa/tumbuh kembang anak
o Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan 1 bulan lagi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kualitas seorang anak dipengaruhi oleh tumbuh kembang. Jika proses tumbuh
kembang berjalan dengan baik maka akan baik pula kualitas hidup anak tersebut. Proses
tumbuh kembang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
berasal dari keturunan orang tua sedangkan faktor lingkungan fisik, biologis, psikis dan sosial.
Periode umur 0-5 tahun adalah masa keemasan dalam memberikan stimulasi pada
anak agar tumbuh kembang berjalan dengan baik. Stimulasi diberikan sesuai dengan tahapan
umur.
Program Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK)
diberikan untuk mengetahui adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak. Program ini
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dan tenaga profesional.
Apabila ditemukan adanya penyimpangan tumbuh kembang diharapkan sedini mungkin dapat
segera dilakukan intervensi, sehingga penyimpangan tumbuh kembang dapat diatasi.

B. SARAN
Bidan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi dan deteksi dini
pada tumbuh kembang anak sehingga apabila ada keluhan atau temuan penyimpangan
tumbuh kembang pada anak dapat segera melakukan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, 2012. Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Resiko Gangguan
Perkembangan Anak: Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 27, No 2 (2012)

Chamidah, AN. 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak:
Journal.uny.ac.id, Vol 4, No 3 (2009)

Kementerian Kesehatan R.I. 2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Dasar

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media

Nugroho, Heru Santoso. 2009. Petunjuk Praktis Denver Developmental Screening


Test. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai