Anda di halaman 1dari 92

Midwifery Care Of Project ( Continuity Of Care)

Asuhan Kebidanan pada Ny. Y Di PMB Dewi Purnama Sari Tahun 2021

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 8


Midwifery Care Project (Continuity of Care)

Nama : Dewi Purnama Sari

NPM : 1920020055

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


MAJU 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan pada Ny. Y Di PMB Dewi Purnama Sari Tahun 2021

Oleh:
NAMA : Dewi Purnama Sari
NPM : 19200200055

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan


di hadapan tim penguji.

Tanggal,........................2021

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

o
s

N
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan pada Ny. Y Di PMB Dewi Purnama Sari Tahun 2021

Oleh:
NAMA : Dewi Purnama Sari
NPM : 19200200055

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan … tahun … di hadapan tim


penguji Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

Tanggal,................................2021

Menyetujui,
KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, M.Kes. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
NIDN NIDN

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

(
N
a
m
a
D
o
s
e
n
)
N
I
D
N
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


atas perkenenan-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Lapoan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Midwifery Care Of Project
( Continuity Of Care) dengan judul “Midwifery Care Of Project ( Continuity
Of Care) Asuhan Kebidanan pada Ny.”R”Di Klinik Saadah Prawiro tahun
2020” tepat pada waktunya. Midwifery Care Of Project (Continuity Of Care)
ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Bidan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
Dalam penyusunan Midwifery Care Of Project (Continuity Of
Care) ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari institusi, tempat penelitian, keluarga dan
teman-teman terdekat lainnya. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
asukan oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
:
1. Drs. H.A.Jacub Chatib, Selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju.
2. Prof. Dr.H.M. Hafizurrachman, Mph, Selaku Pembina Yayasan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM,MKM Selaku Ketua Kepala Departement
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik &
Inovasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Ketua II Bidang Sumber Daya &
Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
6. Nur Rizky Ramdhani, SKM.,M.Epid Selaku Ketua III Bidang
Kemahasiswaan & Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
7. Hidayani, Am Keb, SKM,MKM Selaku Kepala Departement Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
8. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi Departement Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
Penulis menyadari bahwa Laporan Seminar Kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran atau masukan dari semua pihak sangat
diharapkan guna perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga tulisan ini memberikan
manfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 18 Desember 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian bayi (AKB)
merupakan indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu
Negara dan status kesehatan masyarakat. Kematian ibu merupakan
kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin, dan masa
nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan. Kematian yang berkaitan
dengan kehamilan merupakan masalah yang sampai saat ini belum dapat
diatasi. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian yang
berkaitan dengan masalah kehamilan, seperti AKI dan AKB di berbagai
belahan dunia. (1)
Menurut World Health Organization (WHO) 2018 jumlah angka
kematian ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 400 perempuan
meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak.
Pada tahun 2018 lebih dari 305 perempuan meninggal selama dan setelah
kelahiran serta persalinan. Pada tahun 2017 jumlah AKB 29 kematian
per 1000 kelahiran hidup.(2)
Jumlah kematian Ibu yang dihimpun dari pencatatan program
kesehaatan keluarga di kementrian Kesehatan pada tahun 2020
menunjukan 4627 Kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukan
peningkatan jika di bandingkan tahun 2019 sebesar 4221 kasus.
Berdasarkan penyebab, Sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 di
sebabkan oleh perdarahan sebanyak 1330 kasus, hipertensui dalam kehamilan
sebanyak 1110 kasus, dan gangguan system peredaran darah sebanyak 230
kasus. Sedangkan Angka Kematian Bayi tren nya menurun dari tahun ke
tahun, pada tahun 2020 dari 28.158 kematian balita 72% (20.266 kematian)
diantaranya terjadi pada masa neonatus, sementara 19,1% (5386 kematian)
terjadi pada usia 29-11 bulan.(3)
Di Provinsi Jawa barat jumlah kematian ibu pada tahun 2019 sebanyak
684 orang dan meningkat pada tahun 2020 menjadi 725 orang , sedangkan
angka kematian bayi pada tahun 2019 sebanyak 2851 dan pada tahun 2020
mengalami penurunan menjadi 2760 kasus. Penyebab kematian ini masih
didominasi oleh 38,41% BBLR, 28,11% asfiksia, 0,13% tetanus neonatorum

3,60% sepsis, 11,32% kelaionan bawaan dan 18,43% penyebab lainnya.(4)

Kabupaten Bogor mempunyai angka kematian ibu tertinggi di jawa barat


pada tahun 2019 sebanyak 55 orang, dan meningkat pada tahun 2020 menjadi
74 orang. Jumlah kematian Neonatal pada tahun 2019 sebanyak 94 orang dan
juml;ah kematian bayi ( 29 hari-11 bln) sebanyak 1 orang. (5)
Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengakses pelayanan Kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
Kesehatan Ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga Kesehatan terlatih di
fasilitas pelayanan Kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga
bencana termasuk KB pasca persalinan,(3)
Salah satu tujuan upaya Kesehatan anak adalah menjamin kelangsungan
hidup anak melalauiupaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi,
dan balita.Upaya Kesehatan nyang dimaksud dalam Permenkes Nomor 25
tahun 2014 dilakukan melalui pelayanan Kesehatan janin dalam kandungan,
Kesehatan bayi baru lahir, Kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah,
Kesehatan anak sekolah dan remaja serta perlindungan Kesehatan anak. (3)
Departemen Kesehatan dalam mewujudkan hal ini, salah satu upaya
terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator persalinan oleh
tenaga kesehatan dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian  Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) yaitu penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan, pendamping persalinan yang ibu inginkan, tempat persalinan
yang ibu inginkan, transportasi dan donor darah. Perencanaan
pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Ibu juga didorong
untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, pemerintah melalui Departemen
Kesehatan juga menerapkan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menerapkan ilmu yang
didapat dari pendidikan dalam memberikan Asuhan Kebidanan secara
komprehensif pada Ny. S dalam menghadapi kehamilan, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas di BPM Dewi Purnama Sari S.Tr.Keb Bogor.
1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan secara

komperehensif  sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil,


ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas dan keluarga berencana dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir nifas,dan KB secara komprehensif melalui

pendekatan manajemen kebidanan .

b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk

mengidentifikasi diagnosa masalah pada ibu hamil, bersalin, bayi

baru lahir ,nifas dan KB melalui pendekatan manajemen kebidanan.

c. Mahasiswa mampu menetapkan  kebutuhan terhadap tindakan

segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir ,nifas, dan KB

secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.

d. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil asuhan pelayanan

kebidanan dengan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa,

Penatalaksanaan).

1.2 Manfaat Penulisan

a. Penulis

Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama bangku kuliah

mengenai manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir normal dengan menggunakan asuhan kebidanan sesuai

prosedur. Serta dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk menambah


pengetahuan, wawasan dan pengalaman.

b. Institusi Pendidikan

Mengetahui perkembangan ilmu kebidanan secara nyata dilapangan, serta

dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pendidikan.

c. Lahan Praktek

Mengetahui perkembangan ilmu kebidanan secara nyata dilapangan dan sesuai

teori yang ada, serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk

lahan praktek.

d. Pasien / Klien

Untuk meningkatkan pengetahuan pasien / klien tentang kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir terutama bagi wanita usia subur (20-30 tahun) dan

betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan serta pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Pengertian atau definisi kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional (FOGI),
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester I berlangsung dalam
12 minggu, trimester II 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-
27), dan trimester III 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke-40. (9)
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).(10)
Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester : trimester I,
dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan (0-12minggu); trimester II,
dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (13-28minggu);
trimester III dari bulan tujuh sampai Sembilan bulan (29-42minggu).
(10)

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin


intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan.(11)
1) Tanda – tanda kehamilan
a. Tanda pasti kehamilan
(1) Terdengar denyut jantung janin (DJJ)
(2) Terasa gerak janin
(3) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong
kehamilan dan gambaran embrio
(4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin
(>16 minggu)
b. Tanda tidak pasti kehamilan
(1) Rahim membesar
(2) Tanda Hegar, adalah pelunakan dan dapat ditekannya
isthimus uteri.
(3) Tanda Chadwick, yaitu tanda kebiruan pada serviks, vulva
dan vagina
(4) Tanda Piscaseck, yaitu pembesaran uterus ke salah satu
arah sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran terebut
(5) Braxton Hicks, bila uterus dirangsang (distimulasi dengan
diraba) akan mudah berkontraksi
(6) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat
(7) Ballotement positif, jika dilakukan pemeriksaan palpasi
diperut ibu dengan menggoyang-goyangkan di salah satu
sisi maka akan terasa pantulan di sisi yang lain
(8) Tes Urine Kehamilan (tes HCG) positif, tes urine
dilakukan minimal satu minggu setelah teradi pembuahan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar
hoemon gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi
ambang normal mengindikasikan bahwa wanita
mengalami kehamilan.
c. Tanda dugaan hamil
(1) Amenorhea / tidak mengalami menstruasi sesuai siklus
(terlambat haid)
(2) Mual (nausea), muntah (emesis), dan hipervilasi
(3) Pusing
(4) Miksi/ Sering buang air kecil
(5) Obstipasi
(6) Hiperpigmenasi : striae, colosma, linea nigra
(7) Varises
(8) Payudara menegang
(9) Perubahan perasaan.(12)
2) Perubahan Fisiologis Kehamilan
a. Sistem Reproduksi
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat. Berat uterus itu normal lebih kurang 30
gram.Pada akhir kehamilan (40 minggu), berat uterus itu
menjadi 1.000 gram. Perubahan uterus adalah sebagai
berikut: pada minggu ke-16 dari luar, fundus uteri kira-kira
terletak diantara setengah jarak pusat ke simfisis, pada
minggu ke-20 fundus uteri terletak kira-kira dipinggir bawah
pusat, pada minggu ke-24 fundus uteri berada tepat dipinggir
atas pusat, pada minggu ke-28 fundus uteri terletak kira- kira
3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke
prosessus xifodeus, pada minggu ke-39 fundus uteri terletik
diantara setengah jarak pusat dari prosessus xifodeus,
padmingguke-36 fundus uteri terle terletak kira-kira 3 jari
dibawah prosessus xifodeus xifodeus, pada minggu ke-40
fundus uteri turun kembali dan. Hal ini disebabkan oleh
kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke
dalam rongga panggul Vagina, terjadi pembuluh darah vagina
bertambah, hingga warna selaput lendirnya membiru (tanda
Chadwick), kekenyalan (elastis). Vagina bertambah artinya
daya direnggang bertambah, sebagai persiapan persalinan . (10)

Tabel 2.1 TFU menurut pertambahan per tiga jari


Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(Minggu)
12 3jari diatas simfisis
16 Pertengahan pusat – simfisis
20 3jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)
36 3jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)

Tabel 2.2 bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan

Usia kehamilan Bentuk dan konsistensi uterus

Bulan pertama Seperti buah alpukat

2 bulan Sebesar telur bebek


3 bulan Sebesar telur angsa

4 bulan Berbentuk bulat

5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,


rahim terasa tipis, itulah sebabnya mengapa
bagian-bagian janin ini dapat dirasakan
melalui perabaan dinding perut

b. Sistem Darah

Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah


lebih banyak dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur hamil
32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25%
sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.(10)

c. Sistem pernapasan

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk


dapat memenuhi kebutuhan oksigen (O2). Disamping itu juga terjadi
desakan diafragma, karena dorongan rahim yang membesar pada umur
kehamilan 32 minggu. (10)
d. Sistem Pencernaan

Karena pengaruh estrogen pengeluaran asam lambung


meningkat, dapat menyebabkan terjadinya mual dan sakit atau pusing
kepala pada pagi hari, yang disebut morning sickness, muntah yang
disebut emesis gravidarum, sedangkan muntah yang berlebihan
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari disebut hiper emisis
progesteron juga menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat
menyebabkan obstipasi. (10)
e. Perubahan Pada Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan


hiperpigmentasi karena pengaruh melanophone stimulating hormone
lobus anterior dan pengaruh kelenjar supranelis hiperpigmentasi ini
terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, aerola papilla mamae,
pada pipi (Cloasma gravidarum). (10)
f. Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Berat Badan

Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut


tinggi badan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT)
dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh,
wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tim badan
1,57 meter. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57)2 = 20,7. Nilai IMT
mempunyai rentang sebagai berikut.
 19,8-26,6 : normal

 26< 19,8 : underweight

 26,6-29,0 : overweight

 >29,0 : obese

Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi


selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika
terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin intra-uteri (Intra-Uterin Grow
Retardation-IUGR). (12)
Tabel 2.3 Komponen Pertambahan Berat Badan Ibu Selama
Kehamilan
Komponen Jumlah (dalam kg)
Jaringan ekstrauterin 1
Janin 3 - 3,8
Cairan amnion 1
Plasenta 1 - 1,1
Payudara 0,5 - 2
Tambahan darah 2 - 2,5
Tambahan cairan jaringan 1,5 - 2,5
Tambahan jaringan lemak 2 – 2,5
Total 11,5 16

3) Perubahan psikologis kehamilan


Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan
psikologis dan emosional .Seringkali kita mendengar seorang
wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi
seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk
bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita
yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam
kehamilannya. Sebagai seorang bidan anda harus menyadari
adanya perubahan perubahan tersebut pada wanita hamil agar
dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan,
kekhawatiran ,ketakutan dan pertanyaan- pertanyaan.
a) Trimester Pertama
Segera setelah konsepsi kadar hormon progestron dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan
timbulnya mual dan muntah pada pagi hari , lemah, lelah dan
membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering
kali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan
kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Pada
trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-
tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu
diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil,
kehamilan merupakaan rahasia seorang ibu yang mungkin
diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.
b) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat,
tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih
tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang.
Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan
sebagai beban, ibu menerima kehamilannya dan mulai dapat
menggunakan energi dan pikiran nya secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan
bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dai rasa kecemasan
dan rasa tidak nyaman yang dirasakannya pada trimester
pertama dan merasakan meningkatnya libido.
c) Trimester ketiga
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu
akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bayinya
akan lahir sewaktu-waktu. Ibu seringkali merasa khawatir
atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh
dan jelek. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan
dan dukungan dari suami keluarga dan bidan.(10)
4) Tanda Bahaya Kehamilan
a) Perdarahan pervaginam
b) Sakit kepala yang hebat
c) Pengelihatan kabur
d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
e) Keluar cairan pervaginam
f) Gerakan janin tidak terasa
g) Nyeri perut yang hebat.(12)
2. Standar Asuhan Antenatal dan Ketidaknyamanan Trimester 3
Penerapan 10 T sesuai standar pada pemeriksaan Antenatal Care
meliputi :
1) Pengukuran Tinggi Badan dan penimbangan Berat Badan (T1)
Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat
ANC ini dilakukan untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko
terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul. Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali
pada saat melakukan kunjungan ANC. Ini dilakukan untuk
mengetahui faktor resiko dari kelebihan berat badan pada saat
kehamilan dapat meningkatkan resiko komplikasi selama hamil
dan saat persalinan seperti tekanan darah tinggi saat hamil
(hipertensi gestasional), (diabetes gestasional) bayi besar, dan
kelahiran cesar adapun ibu hamil dengan berat badan kurang
selama kehamilan dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur
(kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), oleh karena itu usahakan berat badan berada pada
kisaran normal selama kehamilan.
2) Pengukuran Tekanan Darah (T2)
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan
kunjungan dengan normal 120/80 mmHg. Hal ini dilakukan untuk
mendeteksi apakah tekanan darah normal atau tidak, tekanan
darah yang tinggi yang mencapai 180/100 mmHg dapat membuat
ibu mengalami keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat
bahkan sampai kejang- kejang. Sementara tekanan darah yang
rendah juga menyebabkan pusing dan lemah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali
diawal kunjungan ANC ini dilakukan untuk mengetahui status
gizi ibu hamil (skrining KEK) dengan normal 23 cm, jika didapati
kurang dari 23,5 cm cm maka perlu perhatian khusus tentang
asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang gizi maka
daya tahan tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan
mudah sakit maupun infeksi, keadaan ini tidak baik bagi
pertumbuhan janin yang dikandungnya dan juga dapat
menyebabkan anemia yang berakibat buruk pada proses
persalinan yang akan memicu terjadinya perdarahan.
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat
usia kehamilan masuk 22-24 minggu dengan menggunakan alat
ukur capiler, dan bisa juga menggunakan pita ukur, ini dilakukan
bertujuan mengetahui usia kehamilan dan tafsiran berat badan
janin dan agar terhindar dari resiko persalinan lewat waktu yang
berakibat pada gawat janin.
5) Pengukuran Persentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)
Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester
III untuk menentukan pada bagian terbawah janin kepala , atau
kepala janin belum masuk panggul berarti ada kelainan letak
panggul sempit atau ada masalah lain. Pengukuran detak jantung
janin dilakukan menggunakan stetoskop monoaural atau doppler
sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin
khususnya denyut jantung janin dalam rahim dengan detak
jantung janin yang normal nya 120x / menit dilakukan pada ibu
hamil pada akhir minggu ke 20.
6) Melakukan Skrining TT (Tetanus Toksoid) (T6)
Skrining TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu
hamil jumlah vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu
sudah mendapatkan imunisasi TT, secara idealnya WUS (Wanita
Usia Subur) mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali (long life)
mulai dari TT1 sampai TT5. Imunisasi Tetanus toksoid adalah
proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan
infeksi dengan vaksin yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum
yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
menyerang sistem saraf pusat dan melidungi ibu terhadap
kemungkinan tetanus apabila terluka. Dengan mengetahui status
imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan dapat membantu
program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit Tetanus
khususnya bagi bayi yang baru lahir. Imunisasi TT disuntikan
secara intramuscular atau sub kutan dalam dengan dosis
pemberian 0,5 ml
Tabel 2.3 Rentang Waktu Pemberian Imunisasi TT dan
Lama Perlindungannya
Imunisasi Selang waktu minimal Lama perlindungan
TT
TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhaap penyakit
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

7) Pemberian Tablet Fe (T7)


Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah
dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah terjadinya anemia atau
kurang darah selama kehamilan.Pemberian tablet besi atau Tablet
Tambah Darah (TTD) diberikan pada ibu hamil sebanyak satu tablet
(60mg) setiap hari berturu-turut selama 90 hari selama masa
kehamilan, sebaiknya memasuki bulan kelima kehamilan. TTD
mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi elemental
dan 0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk yang
mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan.
8) Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus) (T8)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal
buruk yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk
skrining/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu dilakukan
lebih lanjut berikut bentuk pemeriksaannya :
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untukmempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester
ketiga. Pemeriksaan kadar HB ini ditujukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalamkandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
Proteinuriamerupakan salah satu indikator terjadinya pre-
eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.Ibu hamil yang dicurigai
menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula
darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada
trimester ketiga terutama ada akhir trimester ketiga
e. Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan Tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu
hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes HIV pada Ibu hamil
disertai dengan konseling sebelum dan sesudah tes serta
menanda tangani informed consent
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang menderita
batuk berdahak lebih dari 2 minggu (dicurigai menderita
Tuberkulosis) sebagai upaya penapisan infeksi TB

9) Tatalaksana atau penanaganan khusus (T9)

Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas dan hasil pemeriksaan


laboratorium, atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil
harus ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga
kesehatan.Kasus- kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.

10) Temu wicara (Konseling) (T10)

Menurut Depkes (2013) Temu wicara atau konseling dilakukan


pada setiap kunjungan antenatal meliputi :

a. Kesehatan ibu hamil, dengan beristirahat yang cukup selama


kehamilanya (sekitar 9-10 jam per har) dan tidak bekerja berat.

b. Prilaku hidup bersih dan sehat, dengan menjaga kebersihan


badan selama kehamilanya misalnya mencucu tangan sebelum
makan, mandi dua kali sehari menggukakan sabun dan menjaga
personal hygiene agar tetap bersih dan terhindar dari suasana
lembab serta melakukan olah raga ringan.

c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan


persalinan dengan memberi dukungan mental serta menyiapkan
biaya persalinan dan kebutuhan bayi lainya serta transportasi
rujukan dan donor darah.(13)
Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologi antara lain
perubahan fisik, perubahan serta perubahan fisiologis. Perubahan-
perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan
ketidaknyamanan seperti sakit pada punggung, pegal-pegal pada kaki.
Perubahan fisiologis dan psikologis diperlukan guna melindungi fungsi
normal ibu dalam menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Perubahan ini menimbulkan gejala spesifik sesuai
dengan tahapan kehamilan yang terdiri dari tiga trimester. Periode yang
membutuhkan perhatian khusus adalah selama trimester III, karena masa
ini merupakan masa terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin yang
semakin meningkat. Berat badan yang meningkat drastis menyebabkan ibu
hamil merasa cepat lelah, sukar tidur, nafas pendek, kaki dan tangan
oedema. Peningkatan tinggi fundus uteri yang disertai pembesaran perut,
membuat beban tubuh lebih ke depan. Dalam upaya menyesuaikan dengan
beban tubuh yang berlebihan sehingga tulang belakang mendorong kearah
belakang, membentuk postur tubuh lordosis. Hal ini menyebabkan ibu
merasakan pegal pada pinggang, varises dan kram pada kaki.(14)
Mendekati saat melahirkan, ibu hamil akan sulit mengatur posisi tidur.
Gangguan ini dapat disebabkan karena semakin besar kehamilan sehingga
diafragma akan tertekanke atas dan mengganggu pernafasan. Pada ibu
hamil disarankan untuk tidur dengan posisi miring kiri atau posisi yang
membuat nyaman ibu hamil. Pernafasan yang tidak baik pada ibu hamil
akan berpengaruh pada berkurangnya pasokan oksigen pada otak sehingga
dapat memengaruhi kualitas tidur. Masalah lain yang umum selama
kehamilan adalah nyeri ulu hati, atau bisa disebut sebagai penyakit
gastroesophageal reflux (GERD) yakni asam lambung berbalik kembali ke
esophagus.(15)
B. PERSALINAN

1. Pengertian atau Definisi Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada


kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak leboh dari 18 jam tanpa
komplikasi baik bagi ibu maupun janin.(16)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam. (16)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.(17)
Persalinan adalah proses alamiah yang dialami perempuan, merupakan
pengeluaran hasil monsepsi yang telah mampu hidup diluar kandungan
melalui beberapa proses seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks,
serta adanya kontraksi yang berlangsung dalam waktu tertentu tanpa
adanya penyulit.(18)
2. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Terdiri dari fase laten dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan 3
cm dan fase aktif pembukaan 4 cm hingga lengkap. Lama pada
primigravida ±13 jam dan multigravida ± 7 jam.
2) Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini


biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3) Kala III

Masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran


plasenta.
4) Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama


postpartum.(16)
3. Tanda dan Gejala

Sebelum terjadinya persalinan, didahului dengan tanda-tanda sebagi


berikut
1) Kekuatan his makin sering dan teratur dengan jarak kontraksi semakin
pendek

2) Dapat terjadi pengeluaran pervaginam yaitu pengeluaran lendir atau


pengeluaran lendir bercampur darah

3) Dapat juga disertai ketuban pecah

4) Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahn serviks yaitu pelunakan


serviks, pendataran serviks, dan terjadinya pembukaan serviks. (16)

4. 60 Langkah Persalinan Menurut APN


a. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan sfringter anal membuka.
b. Menyiapkan Pertolongan persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk
pemeriksaan dalam.
6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkan kembali ke partus set/ wadah disinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik).
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik
7) Membersihan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika
mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi, langkah #9)
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(100-180 kali/menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran:
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
terlentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
 Menganjurkan asupan cairan per oral.
 Menilai DJJ setiap lima menit.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai
keinginan untuk meneran.
 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu
dengan segera.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. Menolong kelahiran Bayi Lahirnya Kepala
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus
dilakukan).
20) Memeriksan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi:
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusatnya melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
g. Lahir Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkn bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
h. Penanganan Bayi Baru Lahir
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila
bayi mengalami asfiksia, lalu lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin/i.m (lihat keterangan di bawah)
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil
tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
i. Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
32) Memberitahu pada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntik
1
oksitosin 10 unit I.M, di gluteus atau atas paha kanan ibu
3
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
j. Penegangan Tali Pusat Terkendali
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.

k. Mengeluarkan Plasenta
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit:
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M
 Menilai kandung kemih dan dilakukan keteterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik
jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu
30 menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina
dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau
steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
l. Pemijatan Uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
m. Menilai Pendarahan
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi.
n. Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan
pervaginam:
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
o. Kebersihan dan Keamanan
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
minuman dan makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
p. Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang). (9)

5. Partograf
a. Pengertian partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk
mencatat hasil observasi dan keamjuan persalinan san mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat dilakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadi partus lama. Jika digunakan secara tepat
dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,
asuhan yang diberikan selam persalinan dan kelahiran, serta
menggunakan informasi yang tercatat sehingga secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan, dan membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. Penggunaan
partograf secara rutin akan memastikan ibu dan janin telah
mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan tepat waktu.
Selain itu, dapat mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka. Pencatatan pada partograf
dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4cm. (9)
b. Cara Pengisian Partograf
1) Cara Pengisian Halaman Depan Partograf
a) Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti
pada saat memulai asuhan persalinan. Catat waktu
kedatangan dan perhatikan kemungkinan ibu datang
dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah
ketuban.
b) Keselamatan dan kenyamanan janin
(1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dengan menggunakan metode seperti yang
diuraikan pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan
catat denyut jantung janin setiap 30 menit. Kisaran
normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis
tebal angka 180 dan 100. Tetapi penolong sudah harus
waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160. Catat
dengan memberi titik pada garis yang sesuai angka lalu
hubungkan titik yang satu dengan yang lain dengan
garis yang tidak terputus.
(2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan
dalam dan nilai warna air ketuban jika selapiut
ketuban pecah. Catat temuan- temuan didalam kotak
yang sesuai dibawah jalur DJJ. Gunakan lambang-
lambang berikut:
U : Ketuban utuh (belum pecah)
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium.
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah.
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
(kering).
(3) Molase (penyusupan tulang kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keras panggul ibu. Setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai
dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang
sebagai berikut:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling tumpang
tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan.
c) Kemajuan Persalinan
(1) Pembukaan Serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam
(lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda
“X” harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk
temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang
dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan
digaris waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4
jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda bahaya
nilai dan catat, turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya
bagian terbawah atau presentasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.Kata-kata
“Turunnya Kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5,
tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan
serviks. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5
bagian, tuliskan tanda “O” dinomor 4, hubungkan
tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4
cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm
perjam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai digaris waspada. Jika pembukaan serviks
berada disebelah kanan garis bertindak, maka
tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tiba ditempat rujukan sebelum
garis bertindak terlampaui.
d) Jam dan Waktu
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf tertera kotak-kotak yang
diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu
jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase
akltif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu
aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua
kotak tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau
lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase
aktif persalinan, catat pembukaan serviks digaris
waspada, kemuadian catat waktu aktual pemeriksaan
ini dikotak waktu yang sesuia.
e) Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur
kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” disebelah
luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi
dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak
satu kali 10 menit, isi 3 kotak. Beri titik-titik di kotak yang
sesuai untuk kontraksi, 20detik. Beri garis-garis di kotak
yang sesuai untuk kontraksi diantara 20-40 detik. Isi penuh
kotak yang sesuai untuk kontraksi > 40 detik
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
(2) Obat-obatan lain dan cairan
g) Kesehatan dan kenyamanan ibu
(1) Nadi, tekanan darah dan suhu
 Nilai nadi setiap 30 menit, dan beri tanda titik.
 Nilai dan catat tekanan darah setiap 4 jam dan beri
tanda panah (↕).
 Nilai dan catat suhu ibu setiap 2 jam.
(2) Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah urine minimal tiap 2 jam. Atau
setiap ibu berkemih.
2) Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran serta tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala
I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir), itulah sebabnyaa
bagian ini disebut catatan persalinan.Dokumentasi ini sangat
penting untuk membuat keputusan klinik, terutama
pemantauan kala IV. Selain itu catatan persalinan dapat juga
digunakan untuk memantau, menilai sejauh mana telah
dilakukan asuhan persalinan.Lembar pertograf ini diisi
setelah seluruh proses persalinan selesai. Cara pengisian
lembar belakang partograf adalah:
a) Data dasar
Data dasar ini terdiri atas tanggal, nama bidan,
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan. Atau
dengan memberi tanda pada kotak yang sesuai.
b) Kala I
Kala I terdiri pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah yang dihadapi,
penatalaksanaan dan hasil penatalaksanaan.
Pertanyaan ini diisi jika terdapat masalah lainnya
dalam persalinan.
c) Kala II
Kala II terdiri atas episiotomi, pendamping
persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaaan, dan hasilnya. Beri tanda
centang (√) pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawaban “Ya”, tulis
indikasinya. Sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika
jawaban “Ya”, isi jenis tindakan yang dilakukan.
Untuk pertanyaan nomor 14 jawaban bida diisi lebih
dari 1, sedangkan untuk masalah lain hanya diisi jika
terdapat masalah lain pada kala II.
d) Kala III
Kala III terdiri atas lama kalan III, pemberian
oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, fundus,
plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit,
laserasi, atonia uteri, jumlah pendarahan, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban
pada tempat yang disediakan. Untuk nomor 25, 26, dan
28 lingkari jawaban yang sesuai.
e) Bayi baru lahir
Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan
panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi
baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, serta
penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban
pada tempat yang tersedia dan beri tanda pada kotak
yang disediakan. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37
lingkari jawaban yang sesuai, dan untuk nomor 38
jawaban bisa lebih dari satu.
f) Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi,
suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih,
dan pendarahan. Pengisian pemantauan kalan IV
dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan
setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Isi setiap kolom
sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan
mengenai masalah pada kala IV. Bagian yang
digelapkan tidak perlu diisi.(9)

C. NIFAS
1. Pengertian atau definisi nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu.(19)
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lama periode ini tidak pasti sebagian besar
menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.(20)
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula.(3)
2. Perubahan Fisik Dan Psikologis Pada Nifas
1) Perubahan Fisik Pada Masa Nifas
A. Perubahan sistem reproduksi
Alat alat genital baik interna maupun eksterna kembali
seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi Bidan
dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami
perubahan perubahan seperti
1) involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus proses dimana
uterus kembali ke kordisi sebelum hamil Proses involus
uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskema Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus mererus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi
menyebabkan serat otot atrofi.
b. Atrof jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta
c. Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri senciri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekan jaringan orot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesterone.

d. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi olot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan
mengecil seperti sebelumn hamil. Perubahan-
perubahan normal pasca uterus selama postpartum
adalah sebagai berikut:(19)

Tabel 3.2.1
Involusi uteri Tinggi fundus Berat Diameter
uteri uterus uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan 500 gram 7,5 cm


pusat dan simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu normal 60 gram 2,5 cm

2) Involusi Tempat Plasenta

Uterus pada bekas implantası plasenta merupakan luka yang


kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri Segera setelah lahir
dengan cepat luka mengecil, pada akhir minngu ke -2 hanya
hanya sebesa 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. (19)

3) Perubahan Ligamen

Setelah bayi lahir ligemen dan diagfragma pelvis fasia yang


meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan kembali
seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca
melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi ligamen
fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
(19)

4) Perubahan pada serviks

Segera setelan melahirkan, serviks menjadi lembek kendor,


terkulai, dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan
korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks
uteri berbentuk cincin Warna servis merah kehitam hitaman
karena penuh pembuluh derah. Segera setelah bayi dilahirkan,
tangan pemeriksa masih cepat dimasakan 2-3 jari dan setelah 1
minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena
hiperpalpasi dan retraksi serviks,robekan serviks dapat
sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternurn
tidak sama waktu sebelum hamil, Pada umumnya ostium
eksternurn lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-
robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggr sampingnya. (19)

5) Lochea

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengeilingi


situs plasenta akan menjadi nekrotik Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah
dan desidua inilah yang dinamakan Lokia adalah ekskresi
cairan rahim selama masa nitas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat
dari pada kordisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Total jumlah rata-rata
pengeluaran lochea sekitar 240 hingga 270 ml. Perbedaan
masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:(19)

Tabel 3.2.2 Perubahan Lochea

Lokia Waktu warna Ciri – ciri


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari
desidua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekonium dan sisa
darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah
merah bercampur lendir
Serosa 7 – 14 hari Kekuningan / Lebih sedikit darah
kecoklatan dan lebih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung
leukosit selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan
yang mati
Purulent Bernanah, berbau
busuk

6) Perubanan Pada Vulva Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva can vagina mengalami


penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Ukuran vagina
akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama Perubahan pada perineum pasca melahirkan
terjadi pada saat perineum mengalami robekan Robekan jalan
lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan
episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian,
latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.(19)

B. Perubahan sistem pencernaan

Selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,diantaranya


tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.Beberapa hal
yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain.

a. Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga


diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan
nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal.

b. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna


menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal

c. Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini


disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan
dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.(19)

C. Perubahan sistem perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormənal yaitu kadar steroid


tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu
sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Ibu post partum dianjurkan segera buang air
kecil agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa
nyaman. Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam
waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dansebaiknya
segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian
keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4jam, lakukan
kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Makakateter tetap terpasang dan
dibuka 4 jam kemudian bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka
dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa. (19)

D. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Perubahan sistem muskleton terjadi pada saat umur kehamilan


semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup:
peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran
rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post
partum sistem musculoskeletal akan berangsur-angsur pulih
kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan,
untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi
uteri.

Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan


pulih kembali dalam 6 minggu. Selama masa kehamilan, kulit
abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga
berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali
normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan
latihan post natal. Striae adalah suatu perubahan warna seperti
jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding
abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk
garis lurus yang samar. Setelah janin lahir, ligamen-ligamen,
diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
letak uterus menjadi retrofleksi. Pemisahan simpisis pubis jarang
terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas
maternal gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri
tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat
tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi.
Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan
pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap. (19)

E. Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat berubahan pada


sisterr endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses
tersebut, antara lain:

1) Hormon plasenta.

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang


diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan
cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human
placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun
paca masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap dalam 3 jam hingga hari
ke-7 post partum dan sebagai pemenuhan mamae pada hari ke-
3 post partum.

2) Hormon pituitary

Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin FSH dan LH.


Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat pda wanita
yang tidak menyusui dalam waktu 2minggu , Hormon
prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu.
3) Hipotalamik pituitary ovarium.

Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya


mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun
yang tidak menyusui. Pada wanita yang manyusui
mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan.
Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca
melahirkan dan 90% setelah 24 minggu

4) Hormon oksitosin.

Selama tahap ketiga persalinan hormon oksitosin berperan


dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi berperan dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin sehingga dapat
membantu involusi uteri.

5) Hormon estrogen dan progesteron

Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon diuretik


yang dapat menirgkatkan volume darah. Sedangkan hormon
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peringkaran pembuluh darah. Hal ini
mempengaruh saluran kemiginjal usus, dinding vena, dasar
panggui, perineum, vulva serta vagina.(19)

F. Perubahan Tanda-tanda Vital

Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain

1) Suhu tubuh
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2oC. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 05 derajat
Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat
dari kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan maupun
kelelahan kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan
akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI.

2) Nadi

Denyut nadi normal paca orang dewasa 60-80 kali per menit.
Pasca melahirkan denyut nadi dapat berkurang maupun lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit harus
waspada kemunhkinan infeksi atau perdaraan post partum

3) Tekanan darah

Pasca melahiran pada kasus normal,tekan darah biasanya tidak


berubah. perubahan tekan darah menjad lebih rerdah pasca
melahirkan dapat disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan
tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsi post partun. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi.

4) Pernapasan

Pada ibu post partur umumnya pernapasan lambat atau norrnal.


Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondsi istirahat. Keadaan pernapasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu, nadi tidak
normal pernapasan juga akan mengikutinya. (19)
G. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400


CC. Sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesar
menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume
darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam,
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesares,
nemo«onsentrasimcenderung stabil dan kembali normal setelah 4-
6 minggu. (19)

H. Perubahan Sistem Hemotologi

Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, nematokrit dan


eritrosit sangat bervarias. Hal ini disebabkan volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume derah yang berubah-ubah.
Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan dehirasi dari wanita
tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih
rendah dari titik 2 persen atau lebih tingi daripada saat memasuki
persalinar awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang
cukup banyak. Jumlah kehilargan darah selama masa persalinan
kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar
500-800 ml dan selama sisa masa nifas bekisar 500 ml. (19)

2) Perubahan Psikologis Pada Nifas

Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama kehamilan,


menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode
tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman
yang unik di alami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi tanggung jawab
ibu mulai bertambah. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa
nifas antara lain:

a) Fase Taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung


dari hari pertarna sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus
pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyarnanan yang dialami antara lain rasa
mules, nyeri pada luka jahitan kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang
baik dan asupan nutrisi Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh
ibu pada fase ini adalah:

(1) Kekecewaan pada bayinya

(2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

(3) Rasa bersa ah karena belum bisa menyusui bayinya

(4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

b) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, Ibu


merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
yang baik, dukungan dan pemberdayan penyulunan perawatan diri
dan bayinya. Tugas bidar antara lain: mengajarkan cara perawatan
bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam
nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-
lain.

Seorang ibu nifas pada fase ini akan mulai belajar umtuk
melakukan perawatan bayinya.

c) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran


barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelan melahirkan. Ibu sudah
mulai dapat menyesuaikan diri dengan keteganiungan bayinya.
Terjadi peringkaran akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa
percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya. Hal-hal yang harus
dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:

(1) Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

(2) Psikolog : Dukungan dari keluarga sar gat diperlukan

(3) Sosial : Perhatian. rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih
dan menemani saat ibu merasa kesepian

(4) Psikososial.(19)

3) Tanda bahaya masa nifas

a. Demam tinggi hingga melebihi 38oC.

b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak


disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
c. Nyeri perut hebat / rasa sakit dibagian bawah abdomen atau
punggung serta ulu hati.

d. Sakit kepala parah / terus menerus.

e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan.

f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki.

g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.

h. Puting payudara berdarah atau merekah sehingga sulit untuk


menyusui.

i. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan.

j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.

k. Tidak bisa buang air kecil selama tiga hari atau rasa sakit saat
waktu buang air kecil.(19)

3. Asuhan Kebidanan Pada Nifas

1) Kunjungan pertama, 6-8 jam setelah persalinan

a. Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila


perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluargaa


bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia
uteri.

d. Pemberian ASI awal.


e. Memberikan supervisi pada ibu bagaimana teknik melakukan
hubungan antara ibu dan BBL

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara menjaga hipotermia.

2) Kunjungan kedua, 6 hari setelah persalinan

a. Memastikan inolusi uterus berjalan normal terus berkontraksi,


fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan


abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan menyusu dengan baik dan tidak memperlihatkan


tanda-tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali


pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

3) Kunjungan ketiga 2 minggu setelah persalinan

Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

4) Kunjungan keempat 6 minggu setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau


bayinya.

b. Memberikan konseling KB secara dini.

c. Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu


atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.(19)

5) Pelayanan Keluarga Berencana


(1) Metode amenorea laktasi (MAL)

Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang


mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif artinya hanya
diberikan ASI tanpa tambahan makann atau minuman apapun
a) Keutungan

• Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan


pascapersalinan)

• Segera efektif

• Tidak mengganggu senggama

• Tidak ada efek samping secara sistemik

• Tidak perlu pengawasan medis

• Tanpa biaya

b) Keterbatasan

• Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau


ampai dengan 6 bulan

• Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatits


B dan HIV

(2) Sistem kalender atau Teknik Pantang Berkala

Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan


pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya
kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina
a) Manfaat
• Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai
kehamilan.

• Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan


kontrasepsi.

• Tidak ada efek samping sistemik.

• Murah atau tanpa biaya.

b) Keterbatasan

• Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin


pasangan untuk mengikuti instruksi.

• Pelatih/guru KBA harus mampu membantu ibu


mengenali masa suburnya

• Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari


kehamilan.

• Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (Virus


Hepatitis B) dan HIV/AIDS

• Tidak dapat digunakan pada perempuan dengan siklus


haid tidak teratur

(3) Kondom

Kondom adalah selubung / sarung karet yang terbuat dari berbagai


bahan diantaranya lateks, plastik atau bahn alami yang dipasang
pada penis saat berhubungan.
a) Manfaat

• Efektif bila digunakan dengan benar.


• Tidak mengganggu produksi ASI.

• Tidak mengganggu kesehatan klien.

• Tidak mempunyai pengaruh sistemik

• Murah dan dapat dibeli secara umum.

• Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

• Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi


lainnya harus ditunda.

• Dapat mencegah penularan IMS.

• Mencegah ejakulasi dini.

b) Keterbatasan

• Efektivitas tidak terlalu tinggi.

• Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan


kontrasepsi.

• Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan


langsung).

• Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

• Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah


dalam hal limbah.

(4) Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo


Medroksiprogesteron Asetat dan 5mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi .M. sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan
injeksi IM. sebulan sekali.
a) Keuntungan

• Risiko terhadap kesehatan kecil

• Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

• Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

• Jangka panjang.

• Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

• Mengurangi nyeri saat haid

• Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.

• Mencegah kehamilan ektopik.

b) Kerugian

• Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,


perdarahan bercakl spoting, atau perdarahan sela sampai 10
hari.

• Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan


seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

• Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien


harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.

• Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan


dengan obat-obat epilepsy

• Penambahan berat badan.


• Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

• Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah


penghentian pemakaian

• Tidak dapat digunakan pada perempuan menyusui di


bawah 6 minggu pascapersalinan.

(5) Suntikan Progestin

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung


progestin, yaitu: Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera),
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong) dan Depo
Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Nore- tindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskuler.
a) Keuntungan

• Pencegahan kehamilan jangka panjang.

• Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak


serius terhadap penyakit

• Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

• Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

• Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan


ektopik.

• Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.


• Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

b) Keterbatasan

• Siklus haid yang memendek atau memanjang

• Perdarahan yang banyak atau sedikit,

• Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)

• Tidak haid sama sekali.

• Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan


kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

• Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan


berikut.

• Permasalahan berat badan merupakan efek samping


tersering.

• Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi


menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

• Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian


pemakaian.

(6) Pil Progestin (minipil)

Jenis kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 350


µg noretindron, kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel.
a) Keuntungan

• Sangat efektif bila digunakan secara benar.

• Tidak mengganggu hubungan seksual.

• Tidak mempengaruhi ASI


• Kesuburan cepat kembali.

• Nyaman dan mudah digunakan.

• Dapat dihentikan setiap saat.

b) Keterbatasan

• Hampir 30 - 60% mengalami gangguan haid (perdarahan


sela, spotting, amanorea).

• Peningkatan/penurunan berat badan.

• Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

• Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.

• Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100


kehamilan), tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan
perempuan yang tidak menggunakan minipil.

• Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau


jerawat.

• Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau


HIV/AIDS.

Mamoasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif
(7) Pil Kombinasi

Terdapat 3 jenis pil yaitu


• Manofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam
dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormo aktif
• Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan dua
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormo aktif

• Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormo aktif

a) Manfaat

• Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai


efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan).

• Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

• Tidak mengganggu hubungan seksual.

• Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid


berkurang (mencegah anemia),tidak terjadi nyeri haid.

• Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan


masih ingin menggunakannya untuk mencegah
kehamilan.

• Mudah dihentikan setiap saat.

• Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil


dihentikan.

• Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

b) Keterbatasan
• Mahal dan membosankan karena harus
menggunakannya setiap hari,

• Mual, terutama pada 3 bulan pertama.

• Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3


bulan pertama.

• Pusing.

• Nyeri payudara.

• Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu


kenaikan berat justru memiliki dampak positif.

• Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui


(mengurangi ASI).

• Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV,


HIV/AIDS.

(8) Kontrasepsi Impalan

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif,


tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan
antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh
The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional
yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi. Berbagai jenis kontrasepsi hormonal implan yaitu
Norplant terdiri dari 6 kaspul yang secara total bermuatan 216
mg levonorgestrel, Jadelle (norplant II), dan Implanon
a) Manfaat

• Kontrasepsi jangka panjang


• Kesuburan perempuan akan cepat pulih seperti saat
sebelum dipasang implan

b) Efek Samping

• perubahan pola haid

• Sakit kepala

• Perubahan suasana hati (gugup dan cemas)

• Perubahan berat badan (biasanya meningkat)

• mual, perubahan selera makan, payudara lembek,


bertambahnya rambut di badan atau muka dan jerawat

(9) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Terdapat beberapa jenis AKDR yaitu, AKDR CuT-380A


Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), tersedia di mana-
mana dan AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T
(schering)
a) Keuntungan

• Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi sangat efektif


0,6- 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).

• AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

• Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-


380A dan tidak perlu diganti).

• Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.


• Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

• Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu


takut untuk hamil.

• Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR


(CuT-380A).

• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

• Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah


abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

• Dapat digunakan sampai menopause (I tahun atau lebih


setelah haid terakhir).

• Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

• Membantu mencegah kehamilan ektopik.

b) Kerugian

• perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama


dan akan berkurang setelah 3 bulan).

• Haid lebih lama dan banyak perdarahan (spotting) antar


menstruası.

• Saat haid lebih sakit.

• Tidak mencegah IMS termasuk HIV/IDS.

• Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau


perempuan yang sering berganti pasangan.

(10) Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk


perempuan yang tidak ingin anak lagi prosedur bedah untuk
melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan dan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
(11) Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang


tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan
vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah
seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.(21)
D. Neonatus dan Bayi

1. Pengertian atau definisi neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usai 4 minggu (0-28 hari),
periode neonatal adalah periode yang paling rentan terhadap infeksi
karena imunitas bayi yang masih immatur dan bayi sedang
menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada
kehidupan extaruterin.(22)

Masa neonatal adalah masa mulai lahir sampai dengan 4 minggu (28
hari) sesudah kelahiran. Naonatus adalah bayi berusia 0 (baru lahir
sampai dengan 1 bulan sesudah lahir).(22)

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyusuain diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan
ekstrauteri.(23)

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia empat minggu yang
masih rentan dalam menyempurnakan berbagai penyesuaian fisiologis
dan biokimia.(24)

2. Perubahan Fisik Pada Neonatus

Periode neonatal merupakan periode paling kritis dalam fase


pertumbuhan dan perkembangan bai karena pada paeriod ini terjadi
transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar
kandungan yang merupakan perubahan drastis. Proses transisi ini
menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi,
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Proses penyesuaian
fungsional neonatus (bayi baru lahir) dari kehidupan di dalam kandungan
kekehidupan di luar kandungan disebut adaptasi fisiologis. Gangguan
pada proses adaptasi fisiologis dapat menyebabkan bayi menjadi sakit.
Oleh sebab itu, proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir
perlu diketahui oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan yang selalu
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak. Dengan
demikian, tenaga kesehatan ini dapat mencegah penyakit pada bayi. (22)

1) Sistem Pernapasan/Respirasi

Perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan adalah selama


dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat
kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Bayi harus bernapas dengan menggunakan
paru-paru. Sebelum lahir janin melakukan pematangan paru-paru,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai
untuk pertukaran gas. Perkembangan paru-paru berlangsung sejak
masa embrio, tepatnya pada usia kehamilan 24 hari. (22)

2) Perlindungan Termal (Termoregulasi)


Ketika bayi baru lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang
lebih rendah daripada suhu di dalam kandungan ibu. Agar tetap
hangat, bayi baru lahir dapat menghasilkan panas melalui gerakan
tungkai dan dengan stimulasi lemak cokelat. Namun, jika
lingkungannya terlalu dingin, bayi menjadi rentan mengalami
kehilangan panas karena mekanisme pengaturan suhu tubuhnya
belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh, bayi baru lahir dapat
mengalami hipotermia. Hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa mekanisme, yaitu
sebagai berikut.

a. Konduksi

Konduksi adalah pemindahan panas dari suatu objek ke objek


lain melalui kontak langsung. Melalui proses ini, panas dari
tubuh bayi berpindah ke objek lain yang lebih dingin yang
bersentuhan langsung dengan kulit bayi. Meja, tempat tidur, atau
timbangan yang suhunya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila
bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

b. Konveksi

Hilangnya panas melalui konveksi terjadi ketika panas dari tubuh


bayi berpindah ke udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan
panas juga terjadi jika terdapat konveksi aliran udara dari kipas
angin dan embusan udara melalui ventilasi atau pendingin
ruangan.

c. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua objek dengan suhu
berbeda tanpa saling bersentuhan. Kehilangan panas melalui
radiasi terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Contohnya adalah jika bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan
yang dingin tanpa diberi pemanas radiant warmer), bayi baru
lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang,

d. Evaporasi

Evaporasi adalah proses perpindahan panas dengan cara


mengubah cairan menjadi uap. Evaporasi merupakan jalan utama
bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi baru lahir
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti. (22)

3) Metabolisme Karbohidrat

Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan


glukosa dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem
pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi
baru lahir, glukosa darah akan turun alam waktu cepat (1 sampai 2
jam). Untuk memperbaiki penurunan kadar gula darah tersebut, dapat
dilakukan tiga cara, yaitu: melalui penggunaan ASI, melalui
penggunaan cadangan glikogen, dan melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak. (22)
4) Sistem Peredaran Darah

Pada bayi baru lahir terjadi perubahan fisiologis pada sistem


peredaran darah karena paru-paru mulai berfungsi sehingga proses
pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh berubah. Perubahan
tersebut mencakup penutupan foramen ovale pada atrium jantung
serta penutupan duktus venosus dan duktus arteriosus. Ketika tali
pusat diklem dan bayi menarik napas untuk pertama kali, sirkulasi
pada bayi mulai berubah. Pada saat tali pusat dipotong resistensi
pembuluh sistemik meningkat. Darah yang melalui duktus venosus
berkurang secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan penutupan duktus
venosus secara pasif dalam waktu 3-7 hari dan dengan segera
mengurangi aliran darah yang melalui vena kava inferior. Ekspansi
paru menurunkan tahanan vascular pulmonal sehingga meningkatkan
aliran darah ke atrium kanan. Kedua hal ini menyebabkan tekanan
atrium kanan berkurang, sedangkan tekanan atrium kiri meningkat.
Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup.
Penutupan foramen ovale dapat terjadi dalam beberapa jam sampai
beberapa bulan. Peningkatan tekanan oksigen dalam arteri dan
penurunan tahanan paru yang drastis menyebabkan duktus arteriosus
mulai menutup. (22)

5) Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan


menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan
baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum
sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir.
Kapasitas lambung masih terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru
lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
perlahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada
bayi baru lahir, saluran pencernaan mengandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini disebut
mekonium. Mekonium biasanya dikeluarkan dalam 12-24 jam
pertama dan dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan
berwarna kekuningan. Enzim dalam saluran pencernaan biasanya
sudah terdapat pada neonatus, kecuali amilase dan lipase. Amilase
baru dihasilkan oleh kelenjar saliva setelah usia 3 bulan dan oleh
pankreas setelah usia 6 bulan. Sementara itu, lipase baru dihasilkan
oleh pankreas setelah usia 6 bulan. (22)

6) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)

Sebelum lahir, plasenta merupakan sawar yang menjaga janin


bebas dari antigen dan stres imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi karena sistem kekebalan
tubuhnya belum matang. Dalam perkembangannya, sistem kekebalan
tubuh akan memberikan kekebalan alami dan kekebalan yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Contoh kekebalan alami
adalah perlindungan oleh membrane mukosa kulit, fungsi saringan
saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami
juga disediakan pada tingkat sel, yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. (22)

7) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium karena ruangan
ekstraselular yang luas. Ginjal telah berfungsi, tetapi belum sempurna
karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa. Laju
filtrasi glomerulus pada BBL hanyalah 30-50% dari laju filtrasi
glomerulus pada orang dewasa. Akibatnya, kemampuan
mengeluarkan produk limbah dari dalam darah masih kurang. Bayi
baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama, Jumlah
urine sekitar 20-30 mL/jam dan meningkat menjadi 100-2010
mL/jam pada akhir minggu pertama. Frekuensi buang air kecil
(BAK) pada bayi baru lahir berbeda-beda tergantung pada asupan
cairan. Umumnya BBL akan BAK sekali dalam 24 jam pertama, dua
kali dalam 24 jam kedua, dan tiga kali dalam 24 jam ketiga. Bayi
yang diberi susu formula mungkin BAK lebih sering, tetapi jumlah
urine pada bayi yang diberi ASI meningkat setelah 3-4 hari ketika
ASI ibu telah muncul menggantikan kolostrum. Setelah hari keempat,
BBL seharusnya sudah BAK setidaknya 6-8 kali setiap 24 jam.
Penting untuk mencatat saat BAK pertama kali. Jika terjadi anuria,
hal ini harus diperhatikan karena mungkin menandakan anomaly
kongenital dari sistem perkemihan. (22)

8) Sistem Hepatik

Hati terus membantu pembentukan darah selama kehidupan


janin hingga tingkat tertentu setelah lahir. Selama periode neonatal,
hati menghasilkan zat yang esensial untuk pembekuan darah. Hati
juga mengendalikan jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah. Segera setelah
lahir, pada hati terjadi perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen.
Enzim hati belum aktif benar pada bayi baru lahir dan umumnya baru
benar-benar aktif sekitar 3 bulan setelah kelahiran. Daya detoksifikasi
hati pada bayi baru lahir juga belum sempurna sehingga pemberian
obat-obatan harus sangat diperhatikan. Cadangan zat besi yang
disimpan selama dalam kandungan cukup memadai bagi bayi sampai
4–6 bulan pertama kehidupan ekstrauterin. (22)

9) Sistem Saraf

Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna, tetapi


sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan
ekstrauterin. Sebagian besar fungsi neurologis berupa refleks
primitif, misalnya reflex moro, refleks rooting (mencari puting susu),
refleks mengisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks
grasping (menggenggam), refleks stepping (melangkah), refleks
tonus leher, dan refleks Babinski. Sistem saraf autonom sangat
penting selama transisi karena merangsang respirasi awal, membantu
mempertahankan keseimbangan asam-basa, dan mengatur sebagian
kontrol suhu. Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah sangat
berkembang dan memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk proses perlekatan (attachment). (22)

3. Asuhan Kebidanan Pada Naeonatus

1) Menjaga Bayi agar Tetap Hangat

Langkah awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah


dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir. Lalu,
tunda memandikan bayi selama setidaknya 6 jam atau sampai bayi
stabil untuk mencegah hipotermia.
2) Membersihkan Saluran Napas
Saluran napas dibersihkan dengan cara mengisap lendir yang ada di
mulut dan hidung. Namun, hal ini hanya dilakukan jika diperlukan.
Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian skor APGAR
menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah
lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera
dibersihkan.
3) Mengeringkan Tubuh Bayi

Tubuh bayi dikeringkan dari cairan ketuban dengan menggunakan


kain atau handuk yang kering, bersih, dan halus. Mengeringkan tubuh
bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat, hal
ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.
Tubuh bayi dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan
membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2
menit sebelum tali pusat diklem. Hindari mengeringkan punggung
tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi
mencari puting ibunya yang berbau sama.
4) Memotong dan Mengikat Tali Pusat

Ketika memotong dan mengikat tali pusat, teknik aseptik dan


antiseptic harus diperhatikan. Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk
menilai skor APGAR menit kelima.
5) Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif


selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan
pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali
dapat dilakukan setelah tali pusat bayi dipotong dan diikat. Lakukan
kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam
Langkah Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir adalah sebagai
berikut.
a. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada
ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tetapi lebih
rendah dari puting.

b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.

c. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit
satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.
Jika perlu, letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari
membersihkan payudara ibu.

d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan


manajemen aktif kala 3 persalinan.

6) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik BBL bertujuan untuk mengetahui sedini


mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian
BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir
di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pengkajian fisik pada bayi baru
lahir dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pengkajian
segera setelah lahir. Tujuan pengkajian ini adalah mengkaji adaptasi
bayi baru lahir dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar
uterus, yaitu dengan melakukan penilaian APGAR. Tahap kedua
adalah pengkajian keadaan fisik bayi baru lahir. Pengkajian ini
dilakukan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau tidak
mengalami penyimpangan. Prosedur pemeriksaan fisik pada bayi
baru lahir antara lain adalah sebagai berikut.
a. Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orangtua
(informed consent)

b. Mencuci tangan dan mengeringkannya, jika perlu, gunakan


sarung tangan

c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi

d. Memeriksa secara sistematised to toe (dari kepala hingga jari


kaki)

e. Mengindentifikasi warna kulit dan aktivitas bayi

f. Mencatat miksi dan mekonium bayi

g. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut


(LP), lingkar lengan atas (LLA), dan panjang badan (PB); serta
menimbang berat badan (BB) bayi

Ciri-ciri umum bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut.


a. Berat badan: 2.500-4.000 gram

b. Panjang badan : 46-52 cm

c. Lingkar kepala : 33-35 cm

d. Lingkar dada : 30-38 cm

e. Masa kehamilan : 37-42 minggu

f. Denyut jantung : pada menit-menit pertama 180 kali/menit,


kemudian turun menjadi 120 kali/menit
g. Respirasi : pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 kali/menit,
kemudian turun menjadi 40 kali/menit

h. Kulit: berwarna kemerahan dan licin karena jaringansubkutan


cukup terbentuk dan diliputi vernikskaseosa

i. Kuku: agak panjang dan lemas

j. Genitalia:

 Perempuan : labia mayor sudah menutupi labia minor

 Laki-laki : testis sudah turun dalam skrotum

k. Refleks : refleks mengisap dan menelan, refleks moro, refleks


menggenggam sudah baik; jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro); jika
diletakkan suatu benda di telapak tangan bayi, bayi akan
menggenggam (refleks menggenggam)/grasping refleks

l. Eliminasi : eliminasi baik urine dan mekonium keluar dalam 24


jam pertama

m. Suhu : 36,5-37°C

Tabel 2.4.3.1 Nilai APGAR Score

Parameter 0 1 3

Appearence color (warna kulit) Pucat Badan merah muda, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerah-
merahan
Pulse heart (denyut jantung) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimace (reaksi terhadap rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik Batuk/bersin

Activity (tonus oto) Lumpuh Sedikit fleksi pada Gerakan aktif


ekstremitas

Respiration (usaha bernapas) Tidak ada Lemah / tidak teratus Tangisan yang
baik

7) Memberikan Identitas Diri

Bayi baru lahir di fasilitas kesehatan segera medapatkan tanda


pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi di ibunya untuk
menghindari tertukarnya bayi. Gelang pengenal tersebut berisi
identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.
Apabila fasilitas memungkinkan, dilakukan juga cap telapak kaki
pada rekam medis kelahiran. Undang-undang nomor 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak berhak
atas identitas diri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinan perlu menuliskan keterangan lahir untuk digunakan
orangtua dalam memperoleh akte kelahiran bayi.
8) Memberikan Suntikan Vitamin K1

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum


sempurna, semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, pada semua bayi baru lahir,
apalagi Bayi Berat Lahir Rendah, diberikan suntikan vitamin K1
(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada
anterolateral paha kiri. Suntikan vitamin K1 dilakukan setelah proses
IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Jika sediaan
vitamin K1, yaitu ampul, sudah dibuka, sediaan tersebut tidak boleh
disimpan untuk dipergunakan kembali.
9) Memberi Salep Mata Antibiotik pada kedua Mata

Salep mata antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya


infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.
10) Memberikan Imunisasi

Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sesuai program


pengembangan imunisasi (PPI) imunisasi ini mencakup imunisasi
hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak. Vaksin BCG diberikan
pada bayi berusia ≤ 2 bulan. Vaksin ini memberikan perlindungan
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).Imunisasi Hepatitis B pertama
(HBO) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K secara
intramuskular. Menurut PERMENKES no 12 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi,imunisasi Hepatitis B-0 diberikan umur
0-24 jam. Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi usia 0-
7 hari karena sebagian ibu hamil merupakan carrier hepatitis B,
Hampir separuh bayi dapat tertular hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus, penularan pada saat lahir hampir seluruhnya
berlanjut menjadi hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut
menjadi sirosis hati dan kanker hati primer, imunisasi hepatitis B
sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan
hepatitis B. Vaksin polio berguna untuk mencegah penyakit
poliomielitis, diberikan sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu (22)
E. GAMBARAN LAHAN PRAKTEK
1. Gambaran Umum

Bidan Praktek Mandiri Ny. Kusmiyati,S. ST. adalah suatu usaha


pelayanan jasa dibidang kesehatan, khususnya pelayanan kebidanan.
BPM ini didirikan pada bulan Mei 2005 dengan nomor ijin praktek No.
440-015-BPPTM-VIII/2011(revisi). Lokasi ± 100 m dari Jl. Raya Tajur
(arah sukasari – ciawi) sebelah kiri, tepatnya di Jl. Babadak No. 70A RT
04/04 Kelurahan Sindangrasa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.
Lokasi PMB cukup strategis karena berdekatan dengan beberapa rumah
sakit umum daerah, seperti RSUD Ciawi yang berjarak kurang lebih 2
km dari PMB, serta RS Swasta RSIA Juliana yang berjarak ± 1 km. hal
ini sangat menguntungkan karena mempermudah sistem rujukan
terhadap pasien Gawat Darurat yang perlu penanganan oleh Dokter
Spesialis. BPM Ny. Kusmitayi berada di pertengahan dari 8 kelurahan
di dua kecamatan, yakni Kecamatan Bogor Timur dan kecamatan Bogor
Selatan. Selain itu berada diantara Kelurahan wilayah Kota dan
Kabupaten Bogor. Diantaranya di sebelah utara diapit oleh Kelurahan
Katulampa (Kota Bogor) dan Kelurahan Cibanon (Kab Bogor).
Kemudian di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tajur dan
Kelurahan Cipaku. Di sebelah selatan terdapat Kelurahan Pakuan dan
Kelurahan Muarasari. Dan di sebelah timur Kelurahan Sindangsari.
Sedangkan posisi PMB sendiri berada di Kelurahan Sindangrasa.
Dengan kondisi strategis inilah Bidan Kusmiyati mendirikan PMB.
Seiring dengan berjalannya waktu, dengan dibantu oleh tenaga yang
professional di bidangnya PMB ini secara bertahap menunjukan
kemajuan yang signifikan. Dalam usaha pelayanan di bidang jasa,
perbaikan secara berkesinambungan sangat diutamakan.
2. Visi, Misi, dan Tujuan

1) Visi
Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. Kusmiyati, S. ST. adalah suatu
usaha jasa pelayanan kesehatan masyarakat di bidang kebidanan
yang aman, professional, dan unggul dalam menerapkan kualitas
pelayanan kebidanan
2) Misi

a. Menciptakan suasana pelayanan yang nyaman bagi pasien,


keluarga pasien dan tamu (pengunjung klinik).

b. Membangun hubungan saling percaya diantara seluruh elemen


yang terkait, yaitu antara mitra medis pelayanan kesehatan
dengan pasien dan keluarganya yang mendukung pola
pelayanan kesehatan yang optimal.

c. Membangun citra pelayanan BPM di masyarakat luas,


sehingga klinik mendapatkan simpati dan kepercayaan dari
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan medis di BPM.

d. Menyediakan fasilitas pelayanan yang dapat menjangkau segala


lapisan masyarakat, baik dari segi biaya, letak geografis,
ataupun dari segi budaya.

3) Tujuan

a. Membantu program pemerintah dalam menurunkan Angka


Kematian Ibu dan Bayi.

b. Terwujudnya pelayanan kebidanan yang professional, aman dan


sesuai harapan pasien.

c. Terwujudnya BPM sebagai layanan kesehatan yang mendapat


kepercayaan dari masyarakat dan mitra kerja serta menjadi
usaha yang menguntungkan sekaligus bermanfaat dan
memenuhi harapan masyarakat.

d. Memudahkan masyarakat umum di lingkungan sekitar BPM


umumnya, dan bagi keluarga pasangan usia subur serta wanita
usia subur pada khususnya, untuk mendapatkan pelayanan
kebidanan.

e. Menjadikan BPM sebagai mitra yang terpercaya bagi institusi


pendidikan, khususnya bagi Akademi Kebidanan (Akbid) yang
ada di Kota Bogor untuk dijadikan sarana media praktek bagi
mahasiswanya.

3. Kegiatan Pelayanan

Adapun beberapa pelayanan yang bisa didapatkan oleh pasien


diantaranya sebagai berikut:
a. Persalinan 24 jam

b. Pemeriksaan Kehamilan.

c. Konsultasi KIA dan KB

d. Pelayanan Imunisasi. Pemeriksaan USG oleh dokter Spesialis


Kebidanan yang dilakukan secara berkala, yakni 1 kali dalam
sebulan.

Tinjauan teori dapat diambil dari buku keilmuan dari kasus yang diambil dengan
kurun waktu 10 tahun terakhir atau minimal tahun 2011. Tinjauan teori ini juga dapat
diambil dari jurnal nasional ataupun internasional dengan kurun waktu 5 tahun
terakhir atau minimal tahun 2016.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus ini diambil dari SOAP yang sudah dikaji (SOAP dari KEHAMILAN
HINGGA KB dan masing-masing kunjungan).

BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan ini ditinjau Ketika ada kesenjangan anatara teori dan kenyataan dilapangan.
Hal ini dapat dibahas serta dikuatkan dengan teori yang dapat diambil dari Jurnal
nasional maupun internasional minimal 5 jurnal dengan kurun waktu 5 tahun terakhir
atau minimal tahun 2016. Serta dapat dikuatkan dengan teori yang diambil dari buku
imliah dengan kurun waktu 10 tahun terakhir minimaltahun 2011.

BAB V
PENUTUP
Penutup terdiri dari

1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Vancouver style.

LAMPIRAN
Lampiran berupa video dan photo-photo selama pengambilan kasus.

Anda mungkin juga menyukai