PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah
penduduk yang besar, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, persebaran
penduduk yang tidak merata, struktur penduduk yang masih muda, dan kualitas
penduduk yang masih perlu ditingkatkan (BKKBN, 2016). Salah satu tujuan
strategis pelaksanaan program KB adalah untuk memperkuat pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi, sebagaimana dituangkan dalam prioritas nasional
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015-2019 yaitu untuk menurunkan
angka putus pakai alat kontrasepsi, serta untuk meningkatkan penggunaan
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang). Salah satu jenis alat kontrasepsi
yang direkomendasikan oleh rencana ini adalah IUD (Intra Uterine Device)
(BKKBN, 2016).
IUD adalah bahan sintetis inert (dengan atau tanpa elemen tambahan
untuk efek sinergis) yang dimasukkan ke dalam rahim untuk menghasilkan
efek kontrasepsi. IUD memiliki tingkat kegagalan kehamilan 0,6 - 0,8 per 199
wanita pada tahun pertama penggunaan, sangat efektif hingga 10 tahun dan
terjangkau (Putri, 2019). Efektivitas IUD dalam mencegah kehamilan berkisar
antara 98% hingga 100% (BKKBN, 2016). Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) (WHO, 2019) pada tahun 2018, penggunaan kontrasepsi modern
sedikit meningkat di seluruh dunia dari tahun 1990 (54%) menjadi (57,4%).
Pengguna alat kontrasepsi IUD terbanyak ditemukan di China (30%), Eropa
(13%), Amerika Serikat (5%) dan negara berkembang lainnya (6,7%).
Berdasarkan data Kampung KB BKKBN (BKKBN, 2020) tahun 2019 di
Indonesia jumlah peserta KB aktif sekitar 2.880.867 jiwa menunjukkan metode
kontrasepsi yang terbanyak penggunaannya adalah KB Suntik (47%), Pil
(21%), dan IUD berada diurutan ketiga sebanyak (14%), Implan (11%),
Kondom (4%), MOW (3%), serta MOP (1%) (BKKBN, 2020). Prevalensi
peserta KB aktif di Kalimantan Timur berdasarkan Kampung KB BKKBN
(BKKBN, 2020) tahun 2020 sebanyak 22.653 jiwa dengan pengguna KB
Suntik (48%), Pil (29%), IUD (9%), Implan (7%), Kondom (4%) dan MOW
(3%). Di kota Samarinda tahun 2020 jumlah pasangan usia subur sebanyak
16.098 jiwa dengan pengguna KB Suntik (44%), Pil (30%), IUD (12%),
Implan (7%), Kondom (4%), serta MOW (3%). Jumlah ini cenderung
meningkat dibandingkan pada tahun 2019 dengan jumlah peserta KB Suntik
(40%), Pil (38%), IUD (11%), Implan (5%), Kondom (3%), serta MOW (2%).
Di Samarinda, Kalimantan Timur, dengan jumlah penduduk 812.597
jiwa, menurut data tahun 2016 terdapat 138.565 Pasangan Usia Subur (PUS).
Dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB adalah 93.873 (67,75%) PUS.
Dari jumlah PUS yang bukan peserta KB (44.692 PUS), sementara hamil
3.903, ingin anak segera 13.323 PUS, ingin anak ditunda 13.406 PUS, dan
tidak ingin anak lagi sebanyak 14.108 PUS (Badan Pusat Statistik Provinsi
Kalimantan Timur. 2017).
Walaupun semua metode kontrasepsi dapat digunakan sebagai metode
KB pascasalin, namun mengingat angka drop out (DO) yang cukup tinggi
dalam penggunaan non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), maka
dalam memberikan pelayanan konseling klien diarahkan untuk memilih MKJP,
seperti implan dan AKDR. Berdasarkan laporan BKKBN Kaltim, disebutkan
bahwa penerima AKDR Pascasalin di Kalimantan Timur pada tahun 2016
berjumlah 3.317 dari 609.981 PUS (0,005%).
Pelayanan KB berkualitas tinggi jika memenuhi beberapa unsur
pelayanan, seperti ketersediaan pilihan alat kontrasepsi, informasi yang
diberikan kepada klien, kemampuan penyedia KB, dukungan dari suami, dll.
Pertimbangan tentang penggunaan alat kontrasepsi juga didasarkan pada
dukungan suaminya. Penggunaan alat kontrasepsi yang berkelanjutan untuk
kualitas pelayanan menjadikan kualitas pelayanan menjadi perhatian penting
(Saputra & Novianti, 2020). Upaya peningkatan partisipasi suami dalam
program KB akan meningkatkan dukungan suami dalam memilih metode
kontrasepsi, dan suami akan pergi bersama istri ke konselor pelayanan KB atau
tenaga kesehatan untuk memilih metode kontrasepsi yang tepat (Rukmawati,
Adrian, et al., 2019).
Mengingat rendahnya angka penerimaan AKDR Pascasalin di
Kalimantan Timur, khususnya Samarinda, maka pentingnya melakukan asuhan
komprehensif kontrasepsi MKJP IUD di Samarinda.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Keluarga Berenca
na dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan
dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori pada Keluarga Berencana mengenai
Kontrasepsi IUD.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada Keluarga Berenca
na mengenai Kontrasepsi IUD.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana pendekatan
varney yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian pada Keluarga Berencana
2) Menginterpretasikan data dasar pada Keluarga Berencana
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Kelua
rga Berencana
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Keluarga Berencan
a
5) Merancang intervensi Keluarga Berencana
6) Melakukan implementasi pada Keluarga Berencana
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Keluarga
Berencana dalam bentuk catatan SOAP.
e. Melakukan pembahasan dengan menggunakan 7 langkah Varney
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Keluhan Utama
Haid lebih banyak
Timbul bercak/flek-flek
Keram
Nyeri haid (Hartanto, 2018).
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit/ Kelainan Reproduksi :Kelainan bawaaan uterus yang
abnormal atau tumor jinak, kanker
alat genital, ukuran rongga rahim
kurang dari 5 cm, menderita
infeksi alat genital, perdarahan
vagina yang tidak diketahui
penyebabnya tidak boleh
mengunakan metode KB AKDR.
Penyakit Paru-paru :
Penyakit Saluran Pencernaan :
Penyakit Ginjal & Saluran Kencing :
Penyakit Endokrin : Diabetes mellistus tanpa
komplikasi boleh menggunakan
metode AKDR
Penyakit Saraf :
Penyakit Jiwa :
Penyakit Sistem imunologi :
Penyakit Infeksi : Sedang mengalami infeksi
alat genital (vaginitis, servisitis)
tidak boleh menggunakan alat
kontrasepsi AKDR
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid, banyaknya,
warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore.
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N B
Su Abno
o An U Pe Jn Pnl Tm Pe J B/ Lakta Pe
am H M rmali
k K ny s g pt ny K P si ny
i tas
B
7. Riwayat Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi yang perlu dikaji adalah jenis alat kntrasepsi,
lama, kapan awal pemakaian, dan pelepasan, serta komplikasi yang
terjadi selama pemakaian. Pemakaian kontrasepsi sebelumnya dapat
menjadi tolak ukur penggunaan kontrasepsi selanjutnya.
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan arah tinggi >180/110 mmHg, atau diastolik > 90 mmHg
atau sistolik > 160 mmHg tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi hormon
metode kontrasepsi non hormonal merupakan pilihan yang lebih baik (buku
panduan praktis pelayanan KB hal : MK-31). Nyeri dada hebat, batuk, napas
pendek, Nadi > 100x/menit merupakan keadaan yang perlu mendapatkan
perhatian dimana memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti
serangan jantung atau bekuan darah di dalam paru. Tekanan darah tinggi boleh
menggunakan metode KB AKDR
Antropometri : Gemuk ataupun kurus boleh mengunakan metode KB
AKDR (Fraser & Cooper, 2015).
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tidak tampak lesi, tampak bersih, tidak tampak benjolan,
distribusi rambut merata.
Wajah : Tidak tampak pucat, tampak simetris
Mata : Sklera berwarna kuning menandakan kemungkinan indikasi
adanya/penyakit hati pemilihan alat kontrasepsi non hormonal
lebih diutamakan
Hidung : Tampak simetris, tidak tampak pengeluaran/secret, tidak tampak
benjolan
Mulut : Tampak simetris, tampak lembab, tampak bersih, tidak tampak
stomatitis, lidah tampak bersih
Telinga : Tampak simetris, tidak tampak secret/serumen
Leher : Tidak tampak pembesaran pada kelenjar tiroid, getah bening, dan
vena jugularis
Dada : Nyeri dada dan paha perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih
lanjut untuk menentukan penggunaan alat kontrasepsi implant
Payudara : Penderita tumor jinak atau kanker payudara boleh menggunakan
metode AKDR
Abdomen : Tidak tampak bekas luka operasi, tidak tampak asites, tidak
tampak linea ataupun striae
Genitalia : Perdarahan vagina yang tidak diketahui sampai dapat dievaluasi
tidak boleh mengunakan metode AKDR. Tampak adanya varises
pada vagina boleh menngunakan metode AKDR
Ekstermitas : Tampak adanya varises pada tungkai boleh menngunakan metode
AKDR.
Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
Wajah : Tidak teraba oedema
Mata : Tidak teraba oedema pada konjungtiva
Hidung : Tidak teraba benjolan
Telinga : Tidak teraba benjolan
Leher : Tidak teraba oedema pada vena jugularis,
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
Payudara : Terabanya benjolan yang dapat menandakan adanya
kemungkinan akseptor menderita tumor jinak atau kanker payudara
boleh menggunakan metode AKDR
Abdomen : Tidak teraba massa/ benjolan
Genitalia : Adanya varises pada vulva boleh menggunakan metode AKDR
Ekstermitas: Teraba adanya varises pada tungkai boleh menngunakan metode
AKDR
Auskultasi
Nafas terdengar vesikuler
Tidak terdengar suara nafas tambahan
Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi
Refleks Ekstremitas atas
Refleks Bisep (+)
Refleks Trisep (+)
Refleks Ekstremitas Bawah
Patella (+)
Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik
Homan Sign (-) (Fraser & Cooper, 2015).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
HB :
PP test :
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi.
1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya
2. Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan
dilakukan
Rasional : Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap
pelaksanaan tindakan
3. Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien
Rasional : Tindakan pelayanan metode kontrasepsi dilaksanakan
sesuai kebutuhan klien. Pastikan 5 T sebelum memberikan
pelayanan kontrasepsi (tepat pasien, tepat tempat, tepat
obat, tepat dosis, tepat waktu).
4. Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi
Rasional : Memberitahukan informasi mengenai KB yang digunakan
berguna untuk mengingatkan klien. Membersihkan alat-alat
yang telah dipakai, merapikan klien, dan mencuci tangan
merupakan tindakan pencegahan infeksi yang penting
dalam setiap tindakan.
5. Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan pada kartu kunjungan klien dapat
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasangan atau
pemberian KB.
6. Keterlambatan jadwal kunjungan ulang akan mempengaruhi efektivitas
dari cara pemakaian atau penggunaan KB. Jelaskan kembali tentang
kekurangan atau kerugian serta efek samping KB yang digunakan/ingin
digunakan klien
Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta efek
samping kb dapat menjadi pertimbangan ibu dalam
menentukan kontrasepsi yang akan digunakan dan
mengingatkan kembali kepada ibu mengenai efek samping
KB, hal ini juga dapat mengurangi kecemasan pada ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2017. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Bumi Aksara.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 2017. Berita Resmi Statistik.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-
pendudukmiskin-maret-2021-turun-menjadi-10-14-persen.html
Rukmawati, S., Adrian, L. S., & Astutuik, P. (2019). Dukungan Suami dengan
Pemilihan Kontrasepsi IUD Pada Pasangan Usia Subur. Jurnal Sabhanga,
1(1), 74–82. Google Scholar
Yoga, Mutahar, R, Etrawati, F, Utama, F 2017, ‘Paritas dan Peran Serta Suami
dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi’,
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 13, No. 4,
http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/3158