Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “H” USIA 22 TAHUN AKSEPTOR BARU KB SUNTIK 1 BULAN


DI PMB HALIMAH

Disusun oleh:
Halimah (1250018043)

PRODI D III KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan ini dibuat untuk memenuhi target Asuhan Kebidanan Kompehensif
Keluarga Berencana (KB). Prodi D-III Kebidanan. Fakultas Keperawatan dan Kebidanan.
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, 25 Juni 2021

Mahasiswa

Halimah

NIM: 1250018043

Mengetahui,

Pembimbing Praktikum Pembimbing Akademik

Siska Nurul Abidah, SST.Keb.,M.Tr.Keb Lailatul Khusnul Rizki, S. ST., M. PH

NPP : 0711059202

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Paradigma baru program keluarga berencana nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi
untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Menurut Sulistyawati (2012),
program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Penentuan
jarak kehamilan salah satu cara untuk mengendalikan angka kelahiran, menentukan
berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan yang satu dengan yang lain
(Mustikawati, 2015: 16).
Berdasarkan pandangan dari World HealthOrganisation(WHO) tahun 1970 keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sundari, 2016: 9).
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan akseptor KB 3 bulan
(Depogestin). Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada
pasien secara komperehensif dan sesuai dengan standart kebidanan yang berlaku.
B. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien yang meliputi data
subjektif dan objektif secara komperehensif
2) Mahasiswa mampu menetapkan masalah dan diagnosa dari hasil pengkajian
yang telah dilakukan
3) Mahasiswa mampu melakukan tindakan dari rencana asuhan yang telah
dibuat
4) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi yang lebih, dan dapat dilakukan pada
asuhan selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Tentang KeluargaBerencana
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk mengatur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan (purwoastuti, 2015: 182), tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk mendapatkan objektif- objektif tertentu, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati,
2012:13)
Menurut Firdayanti, 2012 kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti
mencegah atau melawan dan “konsepsi” yaitu pertemuan antara sel telur yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Secara singkat Kontrasepsi adalah
upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini yang dapat bersifat sementara,
dapat pula bersifat permanen (Firdayanti, 2012: 40).
B. TujuanKontrasepsi
1. Tujuan umum
Memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKBS) (Firdayanti, 2012:41).
2. Tujuan khusus
Penurunan angka kelahiran guna mencapai tujuan. Dikategorikan dalam 3 fase untuk
mencapai pelayanan tersebut yaitu:
a. Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase menunda ini ditujukan pada
pasangan usia subur dengan istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menundakehamilannya
b. Fase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode usia istri antara 20-35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang
dan jarak antara kehamilan 2-4 tahun, ini dikenal dengan caturwarga.
c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan, dimana periode ini umur istri
diatas 30 tahun terutama 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai 2 orang anak (Firdayanti,2012:41-42).
C. Macam-Macam Kontrasepsi
Kontrasepsi diklarifikasikan kedalam beberapa jenis yaitu :
1. Metode sederhana
Metode sederhana dibagi menjadi metode sederhana dengan alat danmetode
sederhana tanpa alat, yaitu :
a. Tanpa alat :
1) KB alamiah : kalender, suhu basal lender serviks
2) Coitus intruptus (senggama terputus )
b. Dengan alat : kondom, diafragma, kap serviks, kondom wanita, spermisidaModern
2. Modern
Metode kontrasepsi dibagi menjadi :
a. Hormonal
Metode moderm hormonal terdiri atas : kontrasepsi pil, implant, dan suntikan
b. Nonhormonal : Metode modern nonhormonal adalah kontasepsi IUD
3. Kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap terdiri atas Tubktomi dan Vasektomi.
D. Kontasepsi suntik kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroxiprogesteron asetat dan 5
mg Estradiol Sipionad yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem), dan 50
mg Nerotindron Enantad dan 5 mg Estradiol Valerad yang diberikan injeksi IM
sebulan sekali (Saifuddin, 2003).
Kontrasepsi suntik kombinasi adalah jenis kontrasepsi yang terdiri dari 2
hormon yaitu progestin dan estrogen seperti hormone alami pada tubuh seorang
perempuan. Progestin yang digunakan adalah Medroxi Progesteroni Asetat (MPA)
dan estrogennya adalah Estradiol Cypionate (JNPK-KR, 2012)
1. Cara kerja kontrasepsi suntik kombinasi antara lain :
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma tidak
terganggu
c. Perubahan pada endometrium atau atrofi sehingga implantasi terganggu
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Menurut Ari Sulistyawati, 2011. Keefektifan kontasepsi suntik kombinasi
sangatb efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan
2. Keuntungan Kontasepsi suntik kombinasi menurut Saifuddin, 2006 antara lain :
a. Resiko terhadap kesehatan kecil
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
c. Tidak dilakukan pemeriksaan dalam
d. Jangka panjang
e. Efek samping sangat kecil
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
3. Efek samping kontasepsi suntik kombinasi
a. Terjadi perubahan pada pola haid seperti tidak teratur, pendarahan
bercak/spotting, atau perdarahan sampai 10 hari
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga
c. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap
1 bulan setelah suntikan
d. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsy
(fenitoin dan barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin)
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru dan otak dan kemungkinan tumor hati
f. Penambahan berat badan
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis b atau infeksi virus HIV
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
4. Indikasi kontasepsi suntik kombinasi
Menurut Saifuddin, 2006 :
a. Usia reproduksi
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui
f. Anemia
g. Nyeri haid hebat
h. Riwayat kehamilan ektopik
5. Kontraindikasi kontrasepsi suntik kombinasi
Menurut Hanafi Hartanto yaitu :
a. Hamil atau diduga hamil
b. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis)
e. Usia > 35 tahun yang merokok
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>
180/110mmHg)
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
i. Keganasan pada payudara
6. Waktu mulai menggunakan suntik kombinasi
Menurut Ari Sulistyawati waktu yang tepat untuk memulai menggunakan suntik
kombinasi adalah
a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontasepsi tambahan
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontasepsi lain
selama 7 hari
c. Bila klien tidak haid suntikan pertama diberikan setiap saat asal saja tidak dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual
7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu
7 hari
d. Bila klien pasca persalinan lebih dar i 6 bulan, menyusui, serta belum haid, maka
suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil
e. Bila persalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah mendapatkan haid maka
suntikan pertama diberikan pada siklusn haid hari 1 dan 7
f. Bila pasca persalinan > 6 bulan dan menyusui, jangan diberikan suntikan kombinasi
g. Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi bisa
diberikan
h. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan atau dalam waktu 7 hari
i. Ibu yang sedang menggunakan metode kontasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
diberikan tanpa menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan
terlebih dahulu.
j. Bila kontasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat
diberikan sesuai jadwal kontasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontasepsi lain
k. Ibu yang mengatakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menuggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid, metode kontasepsi lain
tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin mengganti
dengan suntikan kombinasi, maka suntiuka pertama diberikan hari 1-7 siklus haid.
Cabut segera AKDR.
7. Cara penggunan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intra muscular
dalam. Klien diminta dating setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari
lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan
setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak
hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari sahaja
8. Intruksi untuk klien menurut Hanafi Hartanto
a. Klien harus kembali ke dokter atau klinik mendapat suntikan kembali setiap 4
minggu
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter atau klinik untuk
memastikan hamil atau tidak
c. Jelaskan efeksamping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang harus
dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala, / nyeri
payudara serta perdarahan , informasikan kalau keluhan tersebut sering ditemukan,
dan biasanya akan hilang pada suntikan kedua atau ketiga
d. Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy, obat-
obat tersebut dapat mengganggu efektiftas kontrasepsi yang sedang digunakan
9. Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan suntikan kombinasi
a. Nyeri dada hebat atau nafas pendek. Kemungkinan ada bekuan darah di paru atau
serangan jantung
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi, atau migraine
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
tungkai
d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan
BAB III

SOAP TEORI
Konsep Asuhan Kebidanan
Metode empat pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Digunakan untuk mendokumentasikan hasil
klien dalam rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan kemajuan yaitu:

Subjektif (S)
Data atau fakta yang merupakan informasi yang termasuk biodata, mencakup
nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perjkawinan, pendidikan serta keluhan-
keluhan, diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga
kesehatan lainya. Keluhan yang dirasakan klien, riwayat keluhan, sifat keluhan,
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,
riwayat ginekologi, dan riwayatKB.
Objektif(O)
Dapat dilihat pada kartu akseptor dimana tercantum bahwa klien memakai
suntikan Depo Progestin.
a) PemeriksaanUmum
Keadaan umum (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan BB).Tekanan
darah, kelebihan dan kekurangan berat badan dapat mengganggu fungsi hormonal
tubuh sehingga sering kali mengalamiamenorhea.
b) Pemeriksaan fisik secarasistematis
Inspeksi daerah wajah perhatikan ekspresi wajah ibu, palpasi pada daerah leher
untuk memastikan tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, yang dapat menyebabkan
produksi prolaktin sehingga hormone yang bertanggung jawab pada kesuburan wanita
menjadi terganggu, akibatnya siklus menstruasi menjadi terganggu.
c) Pemeriksaan Penunjang : tes kehamilan untuk memastikan tidak terjadi
kehamilan.

Assesment(A)
Merupakan keputusan yang ditegakan dari hasil perumusan masalah yang
mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan
diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan pasien/klien.
Planning (P)
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien.
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan
tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dengan
melaksanakan yang telah direncanakan, yaitu menjelaskan tentang keuntungan,
keterbatasan, dan efek samping dari suntik depoprogestin.
Pemantauan pada akseptor KB depo progestin dilakukan setiap bulan selama 2
kali, pemeriksaan dilakukan mencakup penimbangan BB, TTV, serta keluhan yang
lain.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “H” USIA 22 TAHUN AKSEPTOR BARU KB SUNTIK 1 BULAN

DI PMB HALIMAH SURABAYA

Tanggal : 24 Juni 2021


Jam : 09.00 WIB
Tempat : PMB Halimah Surabaya

A. Subjektif (S)

1. Identitas
Nama Istri : Ny. H Nama Suami : Tn. A
Umur : 22 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Wonokromo Alamat :Wonokromo

2. Alasan Kunjungan
Ibu datang bersama dengan suami mengatakan ingin menggunakan KB karena ingin
menjarangkan kehamilan setelah persalinan 6 bulan lalu.

3. Status Perkawinan
Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama bagi ibu dan suami

4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : ± 29 hari
c. Lama : 5-6 hari
d. Volume : 3-4 pembalut/hari
e. Disminore : Kadang – kadang
f. Flour albus : Kadang – kadang
g. HPHT : 21 Juni 2021
h. Perdarahan tanpa sebab : Tidak

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan KB


Usia
Kehamilan Persalinan Nifas KB
Ana anak
k Ke Lam Tempa Saat Alko Lam
Penyulit Penolong PB/BB Penyulit Menyusui
a t ini n a
49 6
39 bulan
1 - Bidan PMB cm/3000 - √ - -
mgg
gr
6. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit diabetes melitus dan kanker payudara

7. Riwayat Kesahatan Keluarga


Ibu mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus dan kanker payudara di
keluarga ibu.

8. Pola Kebiasan Sehari – hari


a. Nutrisi : 3 x/hari dengan nasi, lauk, sayur, dan buah. Minum 8 – 9 gelas
(250ml) (susu dan air putih)
b. Aktivitas : Memasak, membersihkan rumah, menjaga toko, dan menyusui
bayinya
c. Istirahat : Tidur malam 6 – 7 jam dan tidur siang 1 jam. Bangun dimalam
hari untuk menyusui bayinya
d. Eliminasi : BAB ju1x Sehari, BAK 6 – 7 x/hari. Tanpa keluhan
e. Personal hygene : mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, ganti pakaian setiap
berkeringat, ganti celana dalam 1-2x sehari
f. Hubungan seksual : Tanpa keluhan

9. Riwayat Psikososial dan Budaya


Ibu mengatakan tidak ada adat atau budaya yang berkaitan dengan penggunaan KB pada
keluarga ibu

B. Objektif (O)
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg
:N : 80 ×/menit
:S : 36,5 °C
: RR : 20 ×/menit
BB saat ini : 50Kg

2. Pemeriksaan Fisik Khusus


Mata : sclera putih tidak ikterus, konjungitva merah muda, palpebra tidak odem
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid dan tidak ada bendungan
vena jugularis
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada benjolan abnormal
Payudara : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, dan tidak ada cairan
nanah berbau yang keluar dari putting
Abdomen : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran fundus uteri
Genetalia : tidak ada tanda chadwick, tidak ada kondilomalata dan akuminata,
terdapat darah haid
Ekstrimitas : Atas : metacarpal tidak odem
: Bawah : 1/3 pretibia dan metatarsal tidak odem

C. Analisa Data (A)


Ny.”H” Usia 22 tahun Akseptor Baru KB Suntik 1 Bulan

D. Penatalaksanaan (P)
Tanggal : 24 Juni 2021
Jam : 09.15 WIB

1. Menjelaskan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam batas normal, ibu mengerti
2. Menjelaskan pada ibu pengertian kontrasepsi, jenisnya, cara penggunaan, dan mekanisme
kerja, mulai dari KB Suntik, Pil, AKDR, dan Steril. Ibu memahami dan memutuskan
menggunakan KB suntik 1 bulan
3. Menjelaskan pada ibu syarat menggunakan KB suntik 1 bulan yaitu tidak sedang hamil,
tidak pernah mengalami perdarahan tanpa sebab, tidak menderita diabetes melitus dengan
komplikasi dan kanker payudara, dan sedang haid. Ibu mengerti dan memenuhi syarat.
4. Menjelaskan pada ibu kelebihan KB suntik 1 bulan yaitu tingkat kegagalan kurang dari
1%, , sedikit efek samping, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
premenopause, dan menurunkan kejadian penyakit jinak payudara dan radang panggul.
Ibu mengerti.
5. Menjelaskan efek samping KB Suntik 1 bulan yaitu bisa menyebabkan perdarahan tanpa
sebab/spotting, mempengaruhi produksi ASI, bisa menyebabkan gangguan haid,
peningkatan berat badan, pusing, mual, terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian dan mengurangi libido (hasrat seks), tidak dapat mencegah PMS.
Ibu mengerti
6. Memastikan kembali ibu yakin dengan keputusan menggunakan KB suntik 1 bulan dan
mempersilhkan ibu mengisi lembar informed consent, ibu menadatangani lembar
informed consent
7. Menjelaskan prosedur kerja pemasangan KB suntik bulan yaitu KB akan disuntikan pada
bagian bokong, ibu mengerti dan bersedia
Jam : 09.20 WIB
8. Menganjurkan ibu untuk berbaring dan membantu ibu memposisikan diri, ibu dalam
posisi berbaring miring kanan.
9. Menyiapkan alat untuk penyutikan KB suntik 1 bulan yaitu mengambil obat KB
memastikan etiket, kandungan, dan tanggal kadaluarsa, mengocok vial, memasukan
dalam spuit steril. Alat telah siap
Jam : 08.50 WIB
10. Melakukan penyuntikan KB suntik sesuai prosedur dibagian otot gluteus maximus yaitu
1/3 SIAS dan os koksigis yang telah di asepsis, penyuntikan dilakukan dengan baik
11. Merapikan ibu dan membereskan alat, alat sudah dibereskan
12. Memberitahu ibu bahwa KB suntik 1 bulan sudah disuntikan, ibu mengerti
13. Menjelaskan pada ibu bahwa KB suntik 1 bulan akan segera efektif dalam waktu 7 hari
dan menunda melakukan hubungan seks selama batas waktu tersebut, ibu mengerti dan
bersedia
14. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi tanggal 22 Juli 2021 atau jika ada
keluhan sewaktu – waktu, ibu bersedia
15. Memberikan kartu akseptor kepada ibu
16. Mendokumentasikan asuhan, dokumentasi terlampir dalam bentuk SOAP
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan Keluarga Berencana pada Ny.“H” P1001 Usia 22 Tahun Akseptor Suntik 1
Bulan yaitu saat dilakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa
semua dalam batas normal dan memenuhi persyaratan penggunaan KB suntik 1 bulan.

Ibu mengaku bahwa ia sudah tidak memberikan ASI kepada anaknya, sehingga Ny. “H”
memutuskan untuk menggunakan KB suntik 1 bulan karena lebih praktis dan sudah mengetahui
efek samping dari pemakaian KB suntik 1 bulan. Menurut Saifuddin suntik KB 1 bulan
mengandung 25 mg Depo Medroxiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionad yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem), dan 50 mg Nerotindron Enantad dan 5 mg
Estradiol Valerad yang diberikan injeksi IM sebulan sekali. Dengan demikian antara teori dan
kasus tidak ada kesenjangan dan dapat disimpulkan bahwa semua dalam batas normal.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktik melalui kasus Ny
“H” P1001 Usia 22 Tahun Akseptor Suntik 1 Bulan di PMB Keluarga Surabaya tanggal 24
Juni 2021, maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny “H” P1001 Usia 22 Tahun Akseptor
Suntik 1 Bulan di PMB Halimah Surabaya.
2. Telah melakukan tindakan asuhan kebidanan keluarga berencana yang telah direncanakan
pada Ny “H” dengan hasil yaitu semua tindakan dapat dilakasanakan seluruhnya dengan
baik tanpa adanya hambatan.
B. Saran
1. Bagi BPM
Diharapkan BPM (Bidan Praktik Mandiri) dapat mempertahankan pelayanan asuhan
kebidanan yang sudah baik dan diharapkan bidan dapat memberikan/melaksanakan
sesuai standar asuhan kebidanan keluarga berencana.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan Keluarga Berencana sesuai standar dapat dilakukan pada
semua pelayanan kebidanan dan diharapkan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ini
bisa sebagai bahan masukan, sebagai contoh asuhan kebidanan bagi penulis selanjutnya.
3. Bagi Pelaksana asuhan Selanjutnya.
Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
asuhan kebidanan secara baik dan benar kepada pasien. Dalam menghadapi pasien harus
lebih menguasai teori, praktik, dan program – program yang tersedia bagi setiap asuhan
yang diberikan, sehingga asuhan yang diberikan berkualitas dan memenuhi standar yang
telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Biran. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3:


Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Ayu, dkk. 2014. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan kb. Edisi 2: jakarta:
EGC.

Firdayanti. 2012. UnmeetNeed For Family Planning (Kebutuhan Keluarga


Berencana yang Tidak Terpenuhi). Makassar: Alauddin UniversityPress.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan. Jakarta.

Marfuah. 2012. KTI Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor Suntikan
Depo Progestin dan Kenaikan Berat Badan. Makassar.

Purwoastuti, Endang. dan Elisabeth Siwi, Walyani. 2015. Kesehatan Reproduksi


dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press..

Siti. Mulyani nina dan Mega Rinawati.2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medica.

Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Me


20

Anda mungkin juga menyukai