Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “H” AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN


DI BPM HALIMAH

Disusun oleh:
Halimah (1250018043)

PRODI D III KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan ini dibuat untuk memenuhi target Asuhan Kebidanan


Kompehensif Keluarga Berencana (KB). Prodi D-III Kebidanan. Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, 18 Februari 2021

Mahasiswa

Halimah

NIM: 1250018043

Mengetahui,

Pembimbing Praktikum Pembimbing Akademik

Nanik Handayani, S.Kep.Ns., M. KesLailatul Khusnul Rizki, S. ST., M. PH

NPP: 9111327 NPP :1302843


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Paradigma baru program keluarga berencana nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi
untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Menurut Sulistyawati
(2012), program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
Penentuan jarak kehamilan salah satu cara untuk mengendalikan angka kelahiran,
menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan yang satu
dengan yang lain (Mustikawati, 2015: 16).
Berdasarkan pandangan dari World HealthOrganisation(WHO) tahun 1970
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Sundari, 2016: 9).
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan akseptor KB 3 bulan
(Depogestin). Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan
pada pasien secara komperehensif dan sesuai dengan standart kebidanan yang
berlaku.
B. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien yang meliputi data
subjektif dan objektif secara komperehensif
2) Mahasiswa mampu menetapkan masalah dan diagnosa dari hasil
pengkajian yang telah dilakukan
3) Mahasiswa mampu melakukan tindakan dari rencana asuhan yang telah
dibuat
4) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi yang lebih, dan dapat dilakukan
pada asuhan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Tentang KeluargaBerencana
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk mengatur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan (purwoastuti, 2015: 182), tindakan yang
membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif- objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Sulistyawati, 2012:13)

2. PengertianKontrasepsi

Menurut Firdayanti, 2012 kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti
mencegah atau melawan dan “konsepsi” yaitu pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Secara singkat Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini yang dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen (Firdayanti, 2012: 40).
3. TujuanKontrasepsi
a. Tujuan umum
Memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKBS)
(Firdayanti, 2012:41).
b. Tujuan khusus
Penurunan angka kelahiran guna mencapai tujuan. Dikategorikan dalam 3
fase untuk mencapai pelayanan tersebut yaitu:

1) Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase menunda ini


ditujukan pada pasangan usia subur dengan istri kurang dari 20
tahun dianjurkan untuk menundakehamilannya
2) ase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode usia istri antara
20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan
dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kehamilan 2-4 tahun,
ini dikenal dengan caturwarga.
3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan, dimana
periode ini umur istri diatas 30 tahun terutama 35 tahun sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak
(Firdayanti,2012:41-42).
4. Kontrasepsi
Kontrasepsi diklarifikasikan kedalam beberapa jenis yaitu :
1. Metode sederhana
Metode sederhana dibagi menjadi metode sederhana dengan alat
danmetode sederhana tanpa alat, yaitu :
a. Tanpa alat :
1) KB alamiah : kalender, suhu basal lender serviks
2) Coitus intruptus (senggama terputus )
b. Dengan alat : kondom, diafragma, kap serviks, kondom wanita,
spermisidaModern
2. Modern
Metode kontrasepsi dibagi menjadi :
a. Hormonal
Metode moderm hormonal terdiri atas : kontrasepsi pil, implant,
dan suntikan
b. Nonhormonal :
Metode modern nonhormonal adalah kontasepsi IUD
3. Kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap terdiri atas Tubktomi dan Vasektomi.
5. Kontasepsi suntik kombinasi
1. Definisi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroxiprogesteron
asetat dan 5 mg Estradiol Sipionad yang diberikan injeksi IM sebulan
sekali (cyclofem), dan 50 mg Nerotindron Enantad dan 5 mg Estradiol
Valerad yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Saifuddin, 2003).
Kontrasepsi suntik kombinasi adalah jenis kontrasepsi yang terdiri
dari 2 hormon yaitu progestin dan estrogen seperti hormone alami pada
tubuh seorang perempuan. Progestin yang digunakan adalah Medroxi
Progesteroni Asetat (MPA) dan estrogennya adalah Estradiol Cypionate
(JNPK-KR, 2012)
2. Cara Kerja
Cara kerja kontrasepsi suntik kombinasi antara lain :
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
tidak terganggu
c. Perubahan pada endometrium atau atrofi sehingga implantasi
terganggu
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3. Efektifitas
Menurut Ari Sulistyawati, 2011. Keefektifan kontasepsi suntik
kombinasi sangatb efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan
4. Keuntungan
Kontasepsi suntik kombinasi menurut Saifuddin, 2006 antara lain :
a. Resiko terhadap kesehatan kecil
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
c. Tidak dilakukan pemeriksaan dalam
d. Jangka panjang
e. Efek samping sangat kecil
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
5. Efek samping kontasepsi suntik kombinasi
a. Terjadi perubahan pada pola haid seperti tidak teratur,
pendarahan bercak/spotting, atau perdarahan sampai 10 hari
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti
ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
c. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien
harus kembali setiap 1 bulan setelah suntikan
d. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan
obat-obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau obat
tuberculosis (rifampisin)
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru dan otak dan
kemungkinan tumor hati
f. Penambahan berat badan
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis b atau infeksi virus HIV
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian
6. Indikasi kontasepsi suntik kombinasi
Menurut Saifuddin, 2006 :
a. Usia reproduksi
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui
f. Anemia
g. Nyeri haid hebat
h. Riwayat kehamilan ektopik
7. Kontraindikasi kontrasepsi suntik kombinasi
Menurut Hanafi Hartanto yaitu :
a. Hamil atau diduga hamil
b. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis)
e. Usia > 35 tahun yang merokok
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi (> 180/110mmHg)
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >
20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migraine
i. Keganasan pada payudara
8. Waktu mulai menggunakan suntik kombinasi
Menurut Ari Sulistyawati waktu yang tepat untuk memulai
menggunakan suntik kombinasi adalah
a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus
haid. Tidak diperlukan kontasepsi tambahan
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,
klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan kontasepsi lain selama 7 hari
c. Bila klien tidak haid suntikan pertama diberikan setiap saat
asal saja tidak dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual 7 hari lamanya atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa
waktu 7 hari
d. Bila klien pasca persalinan lebih dar i 6 bulan, menyusui,
serta belum haid, maka suntikan pertama dapat diberikan, asal
saja dapat dipastikan tidak hamil
e. Bila persalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah
mendapatkan haid maka suntikan pertama diberikan pada
siklusn haid hari 1 dan 7
f. Bila pasca persalinan > 6 bulan dan menyusui, jangan
diberikan suntikan kombinasi
g. Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi bisa diberikan
h. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan atau
dalam waktu 7 hari
i. Ibu yang sedang menggunakan metode kontasepsi hormonal
yang lain dan ingin menggantinya dengan kontasepsi
hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan
kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi
dapat diberikan tanpa menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu
dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
j. Bila kontasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan
ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,
maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai
jadwal kontasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontasepsi lain
k. Ibu yang mengatakan metode kontrasepsi nonhormonal dan
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan pertama dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu
tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menuggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid,
metode kontasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya
menggunakan AKDR, dan ingin mengganti dengan suntikan
kombinasi, maka suntiuka pertama diberikan hari 1-7 siklus
haid. Cabut segera AKDR.
9. Cara penggunan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intra
muscular dalam. Klien diminta dating setiap 4 minggu. Suntikan ulang
dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi
gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal
yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari sahaja
10. Intruksi untuk klien menurut Hanafi Hartanto
a. Klien harus kembali ke dokter atau klinik mendapat suntikan
kembali setiap 4 minggu
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke
dokter atau klinik untuk memastikan hamil atau tidak
c. Jelaskan efeksamping tersering yang didapat pada penyuntikan
dan apa yang harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila
klien mengeluh mual, sakit kepala, / nyeri payudara serta
perdarahan , informasikan kalau keluhan tersebut sering
ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan kedua atau
ketiga
d. Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis
atau obat epilepsy, obat-obat tersebut dapat mengganggu
efektiftas kontrasepsi yang sedang digunakan
11. Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan suntikan
kombinasi
a. Nyeri dada hebat atau nafas pendek. Kemungkinan ada bekuan
darah di paru atau serangan jantung
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan
terjadi stroke, hipertensi, atau migraine
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan
pembuluh darah pada tungkai
d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan
B. Konsep Asuhan Kebidanan
Metode empat pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Digunakan untuk mendokumentasikan hasil
klien dalam rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan kemajuan yaitu:

1. Subjektif (S)
Data atau fakta yang merupakan informasi yang termasuk biodata,
mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perjkawinan, pendidikan
serta keluhan-keluhan, diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau
dari keluarga kesehatan lainya. Keluhan yang dirasakan klien, riwayat keluhan,
sifat keluhan, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, riwayat ginekologi, dan riwayatKB.
2. Objektif(O)
Dapat dilihat pada kartu akseptor dimana tercantum bahwa klien memakai
suntikan Depo Progestin.
a) PemeriksaanUmum
Keadaan umum (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan BB).Tekanan
darah, kelebihan dan kekurangan berat badan dapat mengganggu fungsi hormonal
tubuh sehingga sering kali mengalamiamenorhea.
b) Pemeriksaan fisik secarasistematis
Inspeksi daerah wajah perhatikan ekspresi wajah ibu, palpasi pada daerah
leher untuk memastikan tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, yang dapat
menyebabkan produksi prolaktin sehingga hormone yang bertanggung jawab pada
kesuburan wanita menjadi terganggu, akibatnya siklus menstruasi menjadi
terganggu.
c) Pemeriksaan Penunjang : tes kehamilan untuk memastikan tidak terjadi
kehamilan.

3. Assesment(A)
Merupakan keputusan yang ditegakan dari hasil perumusan masalah yang
mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan
diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan pasien/klien.
4. Planning (P)
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman
klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama
dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien
dengan melaksanakan yang telah direncanakan, yaitu menjelaskan tentang
keuntungan, keterbatasan, dan efek samping dari suntik depoprogestin.
Pemantauan pada akseptor KB depo progestin dilakukan setiap bulan
selama 2 kali, pemeriksaan dilakukan mencakup penimbangan BB, TTV, serta
keluhan yang lain.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “H” AKSEPTOR KB SUNTIK KB 1 BULAN
DI BPM HALIMAH
Tanggal Pengkajian : 18 februari 2020

Waktu pengkajian : 09.00 WIB

Nama Pengkaji : Halimah

Identitas

Identitas

Nama istri : Ny H Nama suami : Tn B

Umur : 26 tahun umur : 30 tahun

Agama : islam agama : islam

Suku : jawa suku : jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Subjektis(S)

Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang/rutin untuk KB suntik 1 bulan


(kombinasi) pada 20 januari 2021. HPHT ibu 13 februari 2021. Ibu memiliki 1 anak
laki-laki berusia 1 tahun, ibu sedang tidak menyusui. Ibu sedang tidak menderita
penyakit atau riwayat perdarahan pervaginam, tumor (payudara, rahim, dan indung
telur), jadwal kunjungan ulang pada 18 februari 2021.
Objektif (O)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital:
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/menit (beraturan)
P : 24 x/menit (beraturan)

S : 36,6oC
TB :154
BB : 50
LILA : 24
Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak pucat, tidak odem
Mata : konjuntiva merah muda, sclera putih, palpebra tidak odem
Hidung : tidak ada PCH, polip, kebersihan cukup
Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Axila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : tidak ada tarikan intercostae, tidak ada benjolan abnormal
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal dan nyeri tekan
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Ektremitas Atas : tidak odem
Ektremitas bawah : tidak odem
Analisa Data (A)
Ny. H usia 26 tahun akseptor KB suntik 1 bulan clyclofem
Penatalaksaan (P)
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan (tensi, BB, nadi, pernafasan), ibu mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu efek samping suntik kb clycofem (1 bulan) yaitu adanya
perubahan pola haid, sakit kepala, kenaikan berat badan, ibu mengerti
3. Menyiapkan alat-alat dan obat : kapas alcohol, spuit, obat KB clycofem, sudah
disiapkan
4. Menyuntikkan clycofem secara IM sesuai SOP, telah dilakukan
5. Menginformasikan kepada ibu untuk datang kembali sesuai jadwal suntik 1 bulan
yaitu tanggal 16 februari 2021, ibu bersedia
6. Menulis hasil di kartu ibu, telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan Pada kasus Ny. “H” Pengumpulan


data awal dilakukan dimulai dari data subjektif dan objektif. Dari hasil pemeriksaan Ny
H tidak memiliki keluhan (normal) dan hanya ingin melakukan kontrol ulang suntik KB
1 bulan. Bidan melakukan asuhan kebidanan kepada Ny H sesuai dengan standart
kebidanan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

1. Pengumpulan data dasar dilakukan dengan melakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik pada ibu. Data subyektif dan Data objektif pada kartu
akseptor ibu, tercantum bahwa ibu memakai suntikan 1bulan.
2. Pada Ny “H” didapatkan bahwa Ny H merupakan akseptor lama KB suntik
1 bulan.
B. Saran
1. Untuk klien
a. Mengingatkan pada ibu agar memperhatikan kapan ibu harus kembali untuk
mendapatkan suntikanulang.
b. Ibu harus mengerti dan mengetahui dengan jelas apakah efek samping dari alat
kontrasepsi yangdigunakan.
2. UntukBidan
a. Bidan dalam memberikan konseling kepala akseptor KB lebih diarahkan
kepada mekanisme kerja dan efek samping yang ditimbulkan oleh alat
kontrasepsi.
b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam penerapan kasus keluarga
berencana pada umumnya dan metode kontrasepsi suntikan padakhususnya.
c. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan
kotrasepsi dan penanggulangan efek samping secara dini yang dialami oleh
akseptor.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Biran. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3:


Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Ayu, dkk. 2014. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan kb. Edisi 2: jakarta:
EGC.

Firdayanti. 2012. UnmeetNeed For Family Planning (Kebutuhan Keluarga


Berencana yang Tidak Terpenuhi). Makassar: Alauddin UniversityPress.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan. Jakarta.

Marfuah. 2012. KTI Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor Suntikan
Depo Progestin dan Kenaikan Berat Badan. Makassar.

Purwoastuti, Endang. dan Elisabeth Siwi, Walyani. 2015. Kesehatan Reproduksi


dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press..

Siti. Mulyani nina dan Mega Rinawati.2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medica.

Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medica.


19

Anda mungkin juga menyukai