Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

PADA NY. A UMUR 23 TAHUN P1A0AH1 AKSEPTOR BARU KB IUD


DI RSUD WONOSARI

LAPORAN KASUS

Diajukan Guna Untuk Melengkapi Pesyaratan Tugas Praktik Klinik Kebidanan


Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma III Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Ananda Lestania K 201510105153

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NY. A UMUR 25 TAHUN P1A0AH1 AKSEPTOR BARU KB IUD
DI PMB SAMIDAH GUNUNG KIDUL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melengkapi Tugas Praktik Klinik Kebidanan
Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Tanggal : .................................................

Pembimbing Lapangan Mahasiswa

Dwi Ariyani, S.ST Marisca Vella Reza

Pembimbing Pendidikan

Anjarwati, S.SiT, MPH

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya
dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas
tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggungjawab,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Dan dalam paradigma baru program ini
misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi,
sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Karena keluarga
adalah salah satu diantara kelima matra kepentingan kependudukan yang sangat
mempengaruhi perwujudan pendudukberkualitas (Saifuddin, dkk. 2010).
Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah
satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap
kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan
kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga berencana bagi
kesehatan, pelayanannya harus
digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia (Saifuddin,
dkk. 2010).
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada
posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi
tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan
fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan
dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam
UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta

3
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Kusumaningrum, 2009).
Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran
serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.
Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena
pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih
kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila
dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,23 % akseptor
KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih
Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat
memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine
Devices (IUD) (BKKBN. 2005).Intra uterine device (IUD) Metode ini lebih
ditekankan karena MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan
dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan.

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Dapat melaksanakan  Asuhan Kebidanan pada Ny. A umur 23 tahun P1A0AH1
dengan akseptor baru KB IUD di RSUD Wonosari secara komprehensif.
2.      Tujuan khusus
a.       Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif
b.      Mampu membuat diagnosa atau analisa masalah
c.       Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
d.      Mampu mengevaluasi hasil
e.       Mampu mengetahui adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lahan

BAB II
TINJAUAN TEORI

4
A.    Kontrasepsi
1.      Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen
dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi (PK) juga terdapat
komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan edukasi
(KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex education), konsultasi
pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan dan
adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi
setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah
sebagai berikut:
a.       Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
b.      Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
kehamilan.
c.       Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat
d.      Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e.       Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).
2.      Macam-macam metode kontrasepsi
a.       Metode Sederhana

5
Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang
berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan
dengan menggunakan kondom (Kusumaningrum, 2009).
b.      Metode Modern/Efektif
1)      Kontrasepsi Hormonal
a)      Peroral: Pil
b)      Injeksi / suntikan
c)      Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
2)      Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
3)      Kontrasepsi Mantap
a)      Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita/MOW), penyumbatan
tuba fallopi secara mekanis.
b)      Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara
mekanis, penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Kusumaningrum, 2009).
c.       Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1)      MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW
2)      Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang
termasuk dalam MKJP (Kusumaningrum, 2009).

B.     IUD
1.      Pengertian IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik
dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai
dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam
rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur

6
dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma
(Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/ IUD) merupakan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil,
suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit
tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi
anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan
dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau
bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati,
2009).
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa
Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari
polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien
berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah
pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).

2.      Jenis- jenis AKDR


a.       Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,

7
sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB
masional adalah IUD jenis ini.
b.      Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T
yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi
dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi.
Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorhea.
c.       Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
d.      Multi load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.

3.      Efektifitas IUD


IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari
seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper
T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun .
Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama
pemakaian.

8
4.      Cara Kerja
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu:
a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b.      Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c.       Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

5.      Indikasi dan Kontra Indikasi IUD


a.       Indikasi
Yang boleh menggunakan IUD
1)      Usia reproduktif
2)      Keadaan nulipara
3)      Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4)      Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5)      Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6)      Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7)      Risiko rendah dari IMS
8)      Tidak menghendaki metoda hormonal
9)      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10)  Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11)  Perokok
12)  Gemuk ataupun kurus
b.      Kontraindikasi IUD
Yang tidak boleh menggunakan KB IUD
1)      Belum pernah melahirkan
2)      Adanya perkiraan hamil

9
3)      Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di Leher rahim, dan kanker rahim.
4)      Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5)      Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6)      Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septik
7)      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri
8)      Penyakit trofoblas yang ganas
9)      Diketahui menderita TBC pelvik
10)  Kanker alat genital
11)  Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

6.      Keuntungan dan kelemahan IUD


a.       Keuntungan dari penggunaan IUD
1)      Sangat efektif. 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
2)      IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3)      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4)      Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
6)      Meningkatkan kenyamanan seksual karena karena rasa aman terhadap risiko
kehamilan.
7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
8)      Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
10)  Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

10
b.      Kelemahan IUD
1)      Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3
bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
2)      Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
3)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan.
5)      Penyakit radang panggul terjadi sesudah peerempuan dengan IMS memakai IUD,
penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.
6)      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.
7)      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
8)      Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan)
yang terlatih.
9)      Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan).
10)  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

7.      Efek Samping Dan Komplikasi


a.       Efek samping umum terjadi:
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat
haid lebih sakit.
b.      Komplikasi lain
1)      Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan
berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

11
2)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
3)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan.
4)      Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD,
PRP dapat memicu infertilitas.
5)      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
6)      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
7)      Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat
melepas.
8)      Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan).
9)      Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah
kehamilan normal.
10)  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

8.      Waktu Penggunaaan IUD


Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
a.         Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b.        Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.         Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca
persalinan setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d.        Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
e.         Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

9.      Waktu Kontrol IUD


Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa
posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan

12
adalah:
a.       1 bulan pasca pemasangan
b.      3 bulan kemudian
c.       Setiap 6 bulan berikutnya
d.      Bila terlambat haid 1 minggu
e.       Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang
lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral. Terdapat beberapa jenis IUD, namun yang paling
sering digunakan adalah IUD dengan jenis coper-T.
IUD dapat dipasang saat sedang menstruasi atau sesaat setelah persalinan. Ada
beberapa efek samping yang ditimbulkan IUD mulai dari amenorea sampai dengan
pengeluaran cairan pervaginam yang dicurigai adanya penyakit radang panggul.

B.       Saran
1.   Institusi Pelayanan Kesehatan
a.       Supaya lebih memberikan kesempatan serta peluang bagi peserta didik untuk
menggali ilmu lebih banyak khususnya asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.

13
b. Dapat menilai serta mengevaluasi dari kekurangan peserta didik dalam laporan dan
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
c.       Diharapkan agar tenaga kesehatan dapat meningkatkan asuhan dan pemantauan
pada ibu yang menggunakan KB IUD, hal ini dikarenakan ibu yang menggunakan
KB IUD rawan mengalami masalah atau komplikasi yang bisa membahayakan
dirinya. Dengan tindakan dan pemantauan yang benar diharapkan komplikasi yang
terjadi pada ibu dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrum. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Salemba
Medika.

Imbarwati. 2009. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Trans Info Media.

Kusmarjadi. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Trans Info Media.

Humaniraya. 2009. Penduduk Indonesia, http://jurnalnet.com. Diakses ada tanggal 19 Januari


2018 pukul 05.30 WIB.

Moehqadri. 2009. Repitulasi Laporan Bulanan Pengendalian Lapangan,


http://www.waspada.com. Diakses pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 06.00 WIB
Saifuddin, dkk. 2010. Pelaksanaan KB, http://bataviase.co.id. Diakses pada tanggal 19
Januari 2018 pukul 06.30 WIB.

14
15

Anda mungkin juga menyukai