Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KELUARGA BERENCANA PADA NY.


“I” UMUR 27 TAHUN P1A0 CALON AKSEPTOR KB IMPLANT DI
PUSKESMAS BAAMANG UNIT I SAMPIT

Oleh :

AISAH AMINI

NIM: 202108001

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


KELUARGA BERENCANA PADA Ny. “1” UMUR 27 TAHUN P1A0DENGAN
CALON AKSEPTOR KB IMPLANT DI PUSKESMAS BAAMANG UNIT 1
SAMPIT
” Di Puskesmas baamang unit 1 sampit telah disetujui oleh pembimbing penyusunan
Asuhan pada Calon Akseptor KB implant.
Hari/tanggal : kamis 28, januari 20201

Sampit , Januari 2021

Mahasiswa

Aisah Amini

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Fitri Yuniarti SST.,M.Kes Syaripahnoor, S.Tr.Keb


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Program keluarga berencana

nasional merupakan salah satu komponen pembangunan nasional terkait dengan

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, kesehatan, dan kesejahteraan

keluarga. Secara umum, tujuan keluarga berencana adalah untuk memenuhi

perintah masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas (Noviawati, 2011).

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Program keluarga berencana

nasional merupakan salah satu komponen pembangunan nasional terkait dengan

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, kesehatan, dan kesejahteraan

keluarga. Secara umum, tujuan keluarga berencana adalah untuk memenuhi

perintah masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas (Noviawati, 2009).


Peningkatan dan perluasan pelayanan kesehatan keluarga berencana (KB)

merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu

yang sedemikian tinggi akibat kehamilan. Sebagian besar wanita harus

menentukan pilihan kontrasepsi yang beraneka ragam. Ragam metode yang

ditawarkan oleh program keluarga berencana (KB) didasarkan pada banyak

faktor, misalnya kebijakan program nasional, ketersediaan fasilitas dan petugas

kesehatan, biaya, kecenderungan penyedia layanan, analisis pilihan pemakai,

lama program dan ketersediaan kontrasepsi yang diberikan secara cuma-cuma

(Brahm, 2011).

Saat ini tersedia berbagai metode atau alat kontrasepsi seperti IUD, suntik, pil,

implant, kontrasepsi mantap (kontap), dan kondom. Salah satu metode

kontrasepsi yang menjadi pilihan akseptor adalah KB Implant. Implant adalah

bentuk kontrasepsi yang efektif, hampir 100% mencegah kehamilan. Akseptor

KB Implant menunjukkan bahwa pada tahun pertama dan kedua terjadi kehamilan

sebanyak 0,2 kehamilan per 100 akseptor KB Implant. Pada tahun ke-3, angka

kehamilan pada akseptor implant adalah 0,9 per 100 wanita, pada tahun ke-4

angka kehamilan 0,5 per 100 wanita, dan pada tahun ke-5 sebanyak 1,1 per 100

wanita selama tahun pemakaian (Everett, 2010).

Menurut Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, jumlah

akseptor KB aktif sebanyak 36.306.662 peserta (74,80%). Dengan rincian

pengguna kontrasepsi Kondom1.171.509 peserta (3,23%), Pil 8.280.823 peserta

(22,81%), Suntik 17.414.144 peserta (47,96%), IUD 3.852.561 peserta (10,61%),


Implant 4.067.699 peserta (11,20%), MOW 1.285.991 peserta (3,54%) dan MOP

233.935 peserta (0,64%).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan suatu perumusan masalah

yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Akseptor Keluarga Berencana pada Ny. A

umur 26 tahun di Puskesmas Baamang Unit 1 Sampit”?.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Akseptor

Keluarga Berencana pada Ny. I umur 27 tahun di Puskesmas Baamang

Unit 1 Sampit

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. I umur 27 tahun di

Puskesmas Baamang Unit 1 Sampit.

2) Melakukan pengkajian data objektif pada Ny. I umur 27 tahun di

Puskesmas Baamang Unit 1 Sampit.

3) Melakukan Analisa data pada Ny. I umur 27 tahun di Puskesmas

Baamang Unit 1 Sampit.

4) Melakukan penatalaksanaan pada Ny. I umur 27 tahun di Puskesmas

Baamang Unit 1 Sampit

.
1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode pembelajaran bagi mahasiswa agar lebih terampil

dalam memberikan asuhan kebidanan serta sebagai tambahan bahan

refrensi di perpustakaan tentang kontrasepsi Implan Bagi Petugas

Kesehatan

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah

ada serta mutu pelayanan kesehatan yang lebih efektif.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan metode pembelajaran dan refrensi tentang

asuhan kebidanan pada akseptor keluarga berencana (KB).


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak

dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah

mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda

kehamilan (Sulistyawati, 2013).

Kontrasepsi menurut Saifuddin (2011), merupakan bagian dari

pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan

merupakan hak setiap individu sebagai makhluk sosial.

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga

kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan

sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,

2013).

2.2 Implant

2.1.1 Definisi

Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah lapisan


kulit (subkutan) pada lengan atas bagian samping dalam.
Kontrasepsi yang populer dengan nama susuk KB ini berisi
progestin yang memiliki efektivitas yang cukup tinggi 99% -
99,8% dengan angka kegagalan kurang dari 1% kegagalan
dalam setiap 100 wanita/ tahun untuk 5 tahun pertama (Yuhedi
dan Kurniawati, 2015: 83). Implan adalah alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya
terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan
di dalam kulit bagian lengan atas (Purwoastuti dan Mulyani,
2015:203).
Metode ini dikembangkan oleh The Population Council
yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952
untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi, implan
merupakan metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga
tahun hingga lima tahun (Affandi,) 2012: MK-55). Kontrasepsi
implan sangat efektif, bekerja lama dan cocok untuk hampir
semua wanita untuk menunda atau membatasi kehamilan
(Jacobstein dan Stanley, 2013) dan implan memberikan
perlindungan yang sangat efektif 3-5 tahun (Samal dan Ranjit,
2015).
2.2.2 Jenis implant

Menurut Affandi dkk (2012: MK-55), jenis- jenis alat


kontrasepsi hormonal implan dibagi atas tiga antara lain:
1) Norplan

Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total mengandung


216 mg levonorgestrel, panjang kapsul adalah 34 mm dengan
diameter 2,4 mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik yang
fleksibel dimana kedua ujungnya terdapat penyumbat sintetik yang
tidak menganggu kesehatan klien, enam kapsul yang dipasang
menurut konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas.

Gambar 2.1 Norplan, Implan 6 batang

Sumber : Affandi, (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan KB

2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang
kira- kira 40 mm dan diameter 20 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-
ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

Gambar 2.2 Implanon

Sumber : Affandi, (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan KB


3) Jadena atau Norplant II

Jadena terdiri dari 2 batang yang berisi levonorgestrel dan


memilki daya kerja 3 tahun (Yuhedi dan Kurniawati, 2015). Alat
tersebut telah dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu dan setelah
diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan
obat internasional, implan ini banyak digunakan dibanyak negara,
cara kerja jadena ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan
melepaskan secara perlahan kandungan hormon levonorgestrel.
Gambar 2.3 Implan 2 atau norplant II

Sumber : Dokumentasi pribadi

2.2.3 Mekanisme Kerja Implant

Cara kerja implan menurut Saifuddin (2010: MK-29), adalah


menekan ovulasi, menganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga sulit dilalui sperma, mengurangi transportasi sprema.
Menurut Affandi (2012: MK-58), mekanisme kerja implan
yaitu implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara
sama halnya dengan mekanisme kerja kontrasepsi yang mengandung
progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan
lendir serviks sehingga tidak bisa dilewati oleh sperma, perubahan
terjadi setelah pemasangan implan progestin menekan pengeluaran
FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofisis, levonogestrel yang
terkandung pada kapsul implan menekan lonjakan LH agar tidak
terjadi ovulasi, penggunaan progestin dalam jangka panjang dapat
menyebabkan hipotropisme pada endometrium sehingga dapat
menganggu proses implantasi.
2.2.4 Efektivitas Implant

Menurut The NSW Ministry of Health (2013), implan adalah


metode yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari
99,9% efektif. Menekan ovulasi, menganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi
transportasi sperma, lendir serviks menjadi kental (Tresnawati, 2013:
125).
2.2.5 Keuntungan

1) Daya guna tinggi

2) Perlindungan jangka Panjang

3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

5) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama

6) Tidak mengganggu ASI

7) Klien hanya kembali jika ada keluhan

8) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan

9) Mengurangi nyeri haid

10) Mengurangi jumlah darah haid

11) Mengurangi dan memperbaiki anemia

12) Melindungi terjadinya kanker endometrium


13) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara 24

14) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul

15) Menurunkan kejadian endometriosis.

2.2.6 Keterbatasan

Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

1) Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak

(spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid,

serta amenorrhea.

2) Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit Menular

Seksual, termasuk AIDS.

3) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan.

4) Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi

ini sesuai keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk

pencabutan.

2.2.7 Waktu Memulai Menggunakan Implant

Waktu memulai menggunakan implant menurut Saifudin (2010):

1) Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke – 7. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan.


2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke – 7 siklus haid,

klien jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan

metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja

diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan

seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,

insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh,

klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.

5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan

hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

6) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin

menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap

saat.

7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin

menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada

saat haid dari hari ke – 7 dan klien jangan melakukan hubungan

seksual selam 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7

hari saja. AKDR segera dicabut.


2.2.8 Prosedur pemasangan

1) Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan


implan, ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan atau
ramai di rumah sakit serta harus memilih pencahayaan yang cukup,
terbebas dari debu dan serangga, memiliki ventilasi yang baik selain
itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih
dan mengalir.

2) Peralatan untuk pemasangan harus tersedia lengkap di setiap klinik


atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta.
Yang penting, semua peralatan dan bahan harus dalam kondisi baik
(misalnya: trokar dan skapel harus tajam). Pastikan semua alat dan
bahan dalam keadaan steril atau DTT.

3) Kapsul implan-2 dikemas dalam wadah steril, tertutup baik dan tetap
steril selama tiga tahun sesuai dengan jaminan sterilitas dan masa
aktif dari produsennya, kemasannya tidak rusak dan disimpan di tempat
yang sejuk dan kering.

4) Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah sebagai


berikut (Gambar 2.4):
a. Tempat tidur.
b. Sabun untuk mencuci tangan.
c. 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril
(sudah terdapat skapel dan trokar 1 set dengan pendorong).
d. Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
e. 3 mangkok steril atau DTT 1 untuk betadine, 1 tempat air dtt dan
kasa
f. Sepasang sarung tangan steril/DTT.
g. Larutan antiseptik.
h. Anestesi lokal (lidokain 5cc).
i. Tabung suntik dan jarum suntik (5 atau 10 ml).
j. Jika ingin menandai posisi kapsul dapat digunakan bolpoin.
k. Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plester.

Gambar 2.4 Persiapan alat

a. Persiapan pemasangan
1) Langkah 1

Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga


bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat
menurunkan efektivitas antiseptik tertentu.

2) Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.

3) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan di atas kain yang telah disiapkan,
lengan atas membentuk sudut 30° terhadap bahu dan sendi
siku 90° untuk memudahkan petugas melakukan pemasangan
(Gambar 2.5).

4) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di
atas lipat siku. Tandai posisi lengan yang dengan berbentuk V
(gambar 2.5
5) Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada di dalamnya (gambar 2.5)

Gambar 2.5 Posisi lengan dan penandaan serta cara membuka kemasan
implan

Sumber : Dokumentasi pribadi


c. Tindakan sebelum pemasangan
1) Langkah 1
Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih.
2) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (Gambar 2.6).
3) Langkah 3
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik
(betadine) menggunakan kasa. Mulai mengusap dari tempat
yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan
melingkar sekitar 8-13 cm (3-5 inci) dan biarkan kering (sekitar
2 menit) sebelum memulai tindakan (Gambar 2.6).
4) Langkah 4

Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai


lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup
lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.
Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat
pemasangan dengan kain steril.
5) Langkah 5

Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat


alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat
anestesi (lidocaine 1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup
untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang dua kapsul
implan-2 (Gambar 2.6).
6) Langkah 6

Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi,


kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak
masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit (0,3 cc)
obat intrakutan, kemudian tanpa memindahkan jarum,
masukkan ke subdermal. Hal ini akan membuat kulit terangkat
dari jaringan lunak di bawahnya dan

dorong jarum menelusuri bawah kulit hingga 4 cm,


kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan anestesi pada
kedua jalur kapsul (masing- masing 1 ml) membentuk huruf V
(Gambar 2.6)

Gambar 2.6. Pemasangan sarung tangan, mengusap lengan dengan


antiseptik, melakukan anastesi lokal

Sumber : Dokumentasi pribadi


c. Pemasangan kapsul

Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah


berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
1) Langkah 1

Ingat kegunaan kedua tanda pada trokar. Trokar harus


dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2
tanda pada trokar, tanda (1) dekat pangkal menunjukkan batas
trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap
kapsul. Tanda (2) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang
harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul
(Gambar 2.7).
2) Langkah 2

Dengan trokar dimana posisi angka dan panah


menghadap keatas masukkan ujung trokar pada luka insisi
dengan posisi 45° (saat

memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 30° saat


memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan kulit saat
mendorong hingga tanda 1 (3-5 mm dari pangkal trokar).
3) Langkah 3
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat
trokar ke atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar
perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal.
Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar
dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit
selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada
tepat di bawah kulit. Jangan menyentuh trokar terutama bagian
tabung yang masuk ke bawah kulit untuk mencegah trokar
terkontaminasi pada waktu memasukkan dan menarik keluar
(Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Tanda pada trokar dan menempatkan kapsul pada lapisan
subdermal

Sumber : Dokumentasi Pribadi

1) Langkah 4
Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar
(posisi panah disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai sambil
meraba dan menahan bagian kapsul untuk memastikan bahwa
kapsul sudah keluar dari trokar dan sudah berada dalam kulit.

2) Langkah 5

Tarik trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk


ke arah luka insisi atau mendekati pangkal pendorong sampai
tanda 2 muncul di luka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong. Pangkal trokar tidak akan mencapai
pangkal pendorong karena akan tertahan di tengah karena
terhalang oleh ujung pendorong yang belum memperoleh akses
ke kapsul kedua.
3) Langkah 6

Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari


trokar ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi
semula. Untuk memastikan kapsul pertama bebas, kapsul kedua
ditempatkan setelah trokar didorong kembali mengikuti kaki V
sebelahnya hingga tanda 1, kemudian dorong pendorong
sampai kapsul keluar dari trokar.

4) Langkah 7
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk
memastikan kedua kapsul telah terpasang. Pastikan ujung dari
kedua kapsul harus cukup jauh dari luka insisi.

5) Langkah 8
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul
sudah di pastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan.
Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1
menit untuk menghentikan pendarahan. Bersihkan tempat
pemasangan dengan kassa steril.
2.2 Hasil penelitian berdasarkan jurnal ilmiah

1) Hasil penelitian berdasarkan jurnal ilmiah menurut Sri Rahayu tahun


2015 yang berjudul “HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB
IMPLAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ROWOSARI 02 KABUPATEN KENDAL”.
Latar Belakang : Salah satu kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

adalah implan. Implan dapat digunakan untuk jangka panjang 5 tahun dan

bersifat seversible. Keuntungan dari kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi,

angka ke gagalan implan , 1 per 100 wanita pertahun dalam 5 tahun

pertama, kegagalan pengguna rendah, sekali terpasang tidak perlu ada

yang diingat. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan

antara lama pemakaian KB Implant dengan keteraturan siklus mentruasi di

wilayah kerja Puskemas Rowosari 02 kabupaten Kendal. Metode: Jenis

penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Populasi semua akseptor KB Implan di Wilayah Kerja Puskesmas

Rowosari 02 Kabupaten Kendal pada bulan Mei 2015, dengan Stratified

Sampling dan analisa penelitian dengan menggunakan analisa univariat

dan bivariat dengan Uji Chi-Square. Hasil: Analisa hasil penelitian dari 33

rersponden Mayoritas responden yang menggunakan KB Implan kurang

dari 12 bulan yaitu sebanyak 20 responden (60,6%), dan minoritas

responden yang menggunakan KB Implan lebih dari 12 bulan sebanyak 13

responden (39,4%). Mayoritas responden yang siklus menstrusinya teratur

yaitu sebanyak 18 akseptorr (54,5%), dan minoritas responden yang siklus

menstruasinya tidak teratur sebanyak 15 akseptor (45,5%). Analisa bivariat

dihasilkan ada hubungan antara lama pemakaian KB Imlan dengan


keteraturan siklus menstruasi (ρ = 0,005 ≤ 0,05). Kesimpulan: Sebaiknya

masyarakat khususnya akseptor KB Implan lebih meningkatkan

pengetahuan tentang efek samping KB Implan dengan mengikuti

penyuluhan atau bertanya langsung ke petugas kesehatan. Bidan perlu

meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat khususnya akseptor KB

Implan dengan memberikan penyuluhan.

2) Hasil penelitian berdasarkan jurnal ilmiah menurut Rahmiyani Saad,


Tahun 2018 yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS BATULAPPA
KAB. PINRANG TAHUN 2018”
Dari hasil penelitian didapatkan Program Keluarga Berencana

merupakan usaha lansung yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran

menggunakan alat kontrasepsi yang lestari. Salah satu kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) adalah implant. Implan dapat digunakan untuk

jangka panjang 5 tahun dan bersifat seversible. Dan merupakan salah

satu sarana yang penting dalam upaya pengendalian kelahiran baik

untuk tujuan menunda dan menjarangkan kehamilan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu, ,

dukungan suami, sosial budaya dengan penggunaan kontasepsi Implant

di Puskesmas Batulappa Kab Pinrang. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode studi analitik dengan menggunakan

pendekatan Case Control study. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

dari 36 sampel dengan tekhnik pengumpulan sampel dengan

menggunakan accidental sampling menunjukkan bahwa hasil uji


statistic dengan menggunakan chi square diperoleh pengetahuan ibu

(P=0,03), social budaya (P=0,541), dan dukungan suami (P=0,00).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan bermakna antara

pengetahuan (P< α=0,05), dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant

di Puskesmas Batulappa , ada hubungan antara dukungan suami (P<

α=0,05) dengan penggunaan alat KontasepsiIimplant di Puskesmas

Batulappa dan tidak ada hubungan bermakna antara sosial budaya (P>

α=0,05) dengan penggunaan alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas

Batulappa, oleh karena itu perlu memberikan konseling tentang KB

pada ibu untuk mendapatkan informasi tentang KB dan mendorong

keinginan pada pengguna KB Implant sebagai alternatif bagi akseptor

yang menghendaki KB dengan metode jangka panjang.

3) Hasil penelitian berdasarkan jurnal ilmiah menurut Jenifer H. Tang


Dkk Tahun 2016 yang berjudul “ HUBUNGAN ANTARA
PENGETAHUAN DAN MINAT KONTRASEPSI IMPLAN
DENGAN PENGGUNAAN IMPLAN DI ANTARAWANITA
MALAWI PASCA MELAHIRKAN”
Dari hasil penelitian didapatkan Lebih banyak wanita memiliki

pengetahuan yang benar tentang implan kontrasepsi daripada memiliki

pengetahuan yang benar tentang IUD. Delapan puluh empat persen

kontrasepsi mengidentifikasi implan sebagai aman dan 79,8 % dengan

benar mengatakan itu lebih efektif daripada suntikan, dengan 72,9 %

menjawab kedua pertanyaan pengetahuan implan dengan benar.

Sebaliknya, 55,8% wanita dengan benar mengidentifikasi IUD sebagai


aman, 46,5 % diidentifikasi dengan benar IUD sebagai lebih efektif, dan

38,0 % menjawab kedua pertanyaan pengetahuan IUD dengan benar.

Selain itu, lebih banyak wanita yang diinginkan untuk menggunakan

tanaman implan (67,4 %) daripada yang diinginkan untuk menggunakan

IUD (19,7 %) .

Singkatnya, untuk meningkatkan penyerapan kontrasepsi jangka panjang

pada wanita postpartum, kita perlu fokus pada intervensi untuk

meningkatkan pengetahuan kontrasepsi yang benar, yang mungkin

merupakan salah satu langkah menuju peningkatan permintaan dan

akhirnya penyerapan kontrasepsi jangka panjang. Kita juga perlu

memastikan bahwa wanita yang berniat menggunakan kontrasepsi jangka

panjang dapat mengaksesnya. Strategi untuk mencegah- tambang jenis

intervensi pendidikan mana yang dapat berhasil meningkatkan

pengetahuan kontrasepsi jangka panjang , penyerapan, dan kelanjutan bagi

wanita postpartum dan memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan

kesuburan mereka.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NYI” UMUR 27 TAHUN P1A0 DENGAN AKSEPTOR
KB IMPLANT DI PUSKESMAS BAAMANG UNIT I SAMPIT

3.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh : Bidan Di : Puskesmas Baamang unit

1 sampit

Pada hari/tanggal : Kamis, 28, januari 2021 Pukul : 09.30 WIB

3.1.1 Identitas Klien

Nama Klien : Ny. I Nama Suami : TN. A

Umur : 27 th Umur : 28 th

Suku/ Bangsa : Banjar/Indo Suku/ Bangsa : Banjar/Indo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : jl. Antang Alamat : Jl. Antang

3.1.2 Alasan Kunjungan Saat Ini

Kunjungan pertama √ Kunjungan ulang

3.1.3 Keluhan utama

Ibu mengatakan ingin melakukan pelepasan dan pemasangan KB

implant karena sudah waktunya diganti.

3.1.4 Riwayat menstruasi

 Menarche : 14 tahun
 Siklus menstruasi : 28 hari (teratur)

 Lama : 7 hari

 Banyaknya darah : 2-3 kali ganti pembalut

 Konsistensi : Cair dan bergumpal

 Dysmenorhoe : Ya (sebelum menstruasi)

 Flour albus : Ya (sebelum dan sesudah menstruasi)

Warna: Putih Bau: - Gatal: -

3.1.5 Status perkawinan

 Kawin : 1 Kali

 Lama kawin : 5 tahun

3.1.6 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Nif
Kehamilan Persalinan Anak
Suami as
No. KB Ket
ke Umur Penyul Penol jenis Temp Pen pen L/P BB/P meny H/
yul yul B usui M
1. 1 38 - Bidan Spt Pkm - - P 2,800 Ya H Impla
/49 n

3.1.7 Riwayat KB

No. Jenis Tempat Waktu Alasan Efek Samping Upaya yang dilakukan Ket
kontrasepsi Pelayanan pemakaian Pemakaian
1 Implan Pkm 3 tahun Menunda -
kehamilan

3.1.8 Riwayat Kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : Tidak ada


Dari pihak siapa : Tidak ada

b. Penyakit keturunan : Tidak ada

Jenis penyakit : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

c. Penyakit lain dalam keluarga : Tidak ada

Jenis penyakit : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

3.1.9 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : Tdak ada

 Penyakit menurun : Tidak ada

 Penyakit menular : Tidak ada

3.1.10 Keadaan Psikososial dan dukungan keluarga

 Alasan ibu menjadi akseptor KB :Untuk mencegah kehamilan

 Motivasi ibu untuk menjadi akseptor berasal dari : Suami

 Dukungan dari suami : Ya

 Dukungan dari keluarga yang lain : Ya

3.1.11 Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

 Makan nasi, lauk, sayur dan buah-buahan 3 x sehari porsi 1

piring

 Minum air putih ± 6-7 gelas perhari

 Masalah yang dirasakan : Tidak ada

b. Pola Eliminasi
 BAK :

Frekuensi : 4-5 kali perhari

Warna : Kuning jernih

Bau : Amoniak

 BAB :

Frekuensi : 1-2 kali perhari

Warna : Kuning kecoklatan

Konsistensi : Lembek

 Masalah yang dirasakan : Tidak ada

c. Pola istirahat tidur

 Tidur siang ± 1-2 jam/hari

 Tidur Malam ± 6-7 jam/hari

 Masalah yang dirasakan : Tidak ada

d. Pola Aktivitas

Ibu melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga seperti

memasak, mencuci piring, menyapu, ngepel dan lain

sebagainya.

Masalah yang dirasakan : Tidak ada

e. Pola seksualitas

Sesuai kebutuhan

Masalah yang dirasakan : Tidak ada

f. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : Tidak ada


3.2 DATA OBJEKTIF

3.2.1 Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg

 Suhu : 36,2 C

 Nadi : 82x/m

 RR : 21x/m

 BB : 60 kg

 TB : 150 cm

3.2.2 Pemeriksaan Khusus

 Kepala : rambut hitam, tidak rontok, tidak ada


ketombe dan benjolan benjolan abnormal

 Muka : tidak ada oedema, dan tidak tampak pucat

 Mata : simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera


tidak ikterik

 Telinga : tidak tampak pengeluaran serumen

 Hidung : tidak tampak pengeluaran sekret dan polip

 Mulut : lembab, berwarna merah muda, tidak ada


stomatitis, tidak ada caries gigi

 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, kel.


Limfe dan kel.tyroid

 Dada : simetris
 Payudara : simetris, tidak terdapat benjolan abnormal

 Abdomen : tidak ada luka bekas operasi

 Genetalia : ibu mengatakan tidak ada kelainan

 Ekstremitas : tidak tampak oedema dan varises

3.2.3 Pemeriksaan laboratorium

Rapid tes : NR

3.2.4 Pemeriksaan penunjang yang lain

Tidak dilakukan.

3.3 ANALISA/DIAGNOSA

Ny.I umur 27 tahun P1A0 akseptor KB lama implant

3.4 PENATALAKSANAAN:

1. Melakukan pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik, TD : 120/80

mmHg, N: 82 x/m Suhu : 36,2 C, RR: 21x/m, BB: 48 kg dan ibu sedang

tidak hamil

2. Melakukan penapisan/skrining bahwa ibu telah memenuhi persyaratan

untuk dilakukan pemasangan kb implant

“ Ibu bersedia dan memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemasangan kb

implant”

3. Memberikan KIE pada ibu tentang KB implant yaitu kontrasepsi Implant

merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan dimasukkan

kebawah kulit dengan lama pemakaian 3 tahun.


 Efek samping atau keterbatasan KB implant dimana kebanyakan

pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan,

bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah

haid, serta amenorrhea (Tidak haid).

 Cara kerja KB implant yaitu :

- Lendir serviks menjadi kental

- Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

- Mengurangi transportasi sperma

- Menekan ovulasi.

 Keuntungan KB implant yaitu antara lain :

- Daya guna tinggi

- Perlindungan jangka Panjang

- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

- Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

- Tidak mengganggu dari kegiatan senggama

- Tidak mengganggu ASI

- Klien hanya kembali jika ada keluhan

- Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan

- Mengurangi nyeri haid

- Mengurangi jumlah darah haid

- Mengurangi dan memperbaiki anemia

- Melindungi terjadinya kanker endometrium


- Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara 24

- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul

“Ibu mengerti dan memahami”

4. Memberikan inform consent

“Ibu mengerti dan bersedia”

5. Menjelaskan tentang prosedur pemasangan

“Ibu mengerti dan memahami”

6. Melakukan pemasangan implant yaitu :

Persiapan alat – alat yang diperlukan :

- Kasa steril

- Kain steril yang mempunyai lubang

- Obat anestesi local

- Semprit dan jarum suntik

- Trokar no. 10

- Sepasang sarung tangan steril

- Satu set kapsul norplant (2 buah)

- Scapel yang tajam

- Bersihkan lengan yang akan di lakukan pemasangan implant dengan

cairan desinfektan

- Pasang kain steril yang mempunyai lubang/duk di lengan yang akan

dilakukan pemasangan implant

- Melakukan penyuntikan anastesi lidocaine di daerah lengan yang akan

dilakukan pemasangan
- Melakukan insisi kecil dengan menggunakan scapel yang tajam

- Setelah itu, memasukan satu set kapsul implant (2 buah) dibawah kulit

- Setelah selesai melakukan pemasangan lalu pasang perban anti air

- Pastikan klien tidak pusing dan memperbolehkan pasien pulang

“Pemasangan sudah dilakukan”

7. Memberikan konseling pada ibu setelah melakukan pemasangan

“Ibu mengerti dan memahami”

8. Memberikan terapi obat

R/ Amoxilin 3x1 (Anti biotik)

Asam Mefenamat 3x1 (Anti nyeri)

“Sudah diberikan”

9. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 3 hari setelah melakukan

pemasangan dan jika ada keluhan segera datang ke tenaga Kesehatan

“Ibu mengerti dan bersedia”


BAB 4
PEMBAHASAN

Pada saat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “I” umur 27 tahun

P1A0 pemasangan kb implan dan membandingkan dengan teori maka

didapatkan kesenjangan antara teori dan praktik.

Adapun identifikasi masalah disesuaikan dengan masalah yang

muncul serta intervensi yang dicantumkan secara rasional serta

implementasinya sesuai dengan masalah yang ada. Sedangkan, evaluasi

dilakukan berdasarkan tujuan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil.

Berdasarkan fakta pada Ny I usia 27 tahun dilakukan pengkajian

hasilnya adalah TD : 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, suhu 36,2 °C hasil

TTV dalam batas normal. Ny.A sudah memiliki dua anak dan ingin

menggunakan kontrasepsi jangka Panjang yaitu kontrasepsi Implant.

Menurut Anggraini & Martini (2012), Implan merupakan kontrasepsi

jenis lain yang bersifat hormonal, dan dimasukkan kebawah kulit.

Menurut Sunarsih (2011) Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi

silastik berisi hormon jenis Progesteron levebogestrol yang ditanamkan

dibawah kulit yang bekerja mengurangi transportasi sperma dan menganggu

proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

Menurut Suratum, dkk (2009) Umur yang baik untuk seorang ibu

melahirkan adalah 20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu


efektifitas tinggi, karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi,

dapat dipakai sesuai dengan jarak kehamilan yang direncanakan. Kontrasepsi

yang disarankan menurut kondisi ibu adalah IUD, suntik KB, pil KB atau

implant.

KB implant sesuai untuk ibu karena pada fase reproduksi usia ibu

masuk fase mengatur kehamilan sehingga sesuai apabila menggunakan

implant. Selain itu, berdasarkan hasil penapisan, ibu memenuhi persyaratan

untuk dilakukan pemasangan implant karena tidak ada penyakit lain seperti

hipertensi, ibu tidak memiliki riwayat hepatitis ataupun penyakit jantung, ibu

tidak anemia, ibu tidak memiliki Riwayat kanker reproduksi sehingga sesuai

menggunakan implant.
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. I

memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sudah sesuai

dengan melakukan penapisan dan telah memenuhi persyaratan untuk

dilakukan pemasangan kb implant.

5.2 Saran

 Bagi Klien

Mendapatkan suatu sumber informasi dan sebagai sumber

pengetahuan mengenai masalah keluarga berencana (KB).

Bagi Institusi kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan Pendidikan

asuhan kebidanan pada akseptor kb dengan meningkatkan

pengetahuan dan informasi mengenai masalah keluarga berencana

(KB).

 Bagi Penulis

Meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan tentang

keluarga berencana sehingga kedepannya dapat memberikan

asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan yang

berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M., dkk (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2006).
Konversi Keluarga Berencana Menurut Jenis Kontrasepsi.
Semarang : BKKBN.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2013). Profil
Kesehatan Jawa Tengah. Semarang: BKKBN.
Baziad, A. 2008. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2010. Jakarta:

Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. 2013. Profil Kesehatan


Kabupaten Boyolali Tahun 2013. Dinkes Kabupaten
Boyolali.
Hartanto, H. 2010. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Handayani, 2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Irianto, K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup.

Bandung:

Kalsum, M. 2013. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan


Usia Subur tentang Kontrasepsi IUD Di Kelurahan Aur
Kuning Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Bukittinggi
Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Mandang, dkk 2016. Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Keluarga
Berencana (KB). Bogor : In Media
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
(Edisi Revisi 2012). Jakarta: Rineka Cipta
Saifuddin, Abdul Bari. 2013. Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai