Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “A” P20002 6 HARI POST PARTUM

DI BPM SUWARSININGSIH, A.Md.Keb

NGORO - MOJOKERTO

Disusun Oleh :

FERISKA YULIA AGUSTIN

NIM. 202110011

PROGRAM STUDI D–IV KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pascapersalinan, meliputi
perubahan organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal seperti keadaan sebelum hamil.
Masa ini dimulai setelah plasenta lahir sampai 6 minggu atau 42 hari pasca persalinan (Astuti,
2015). Masa nifas merupakan masa yang penting bagi ibu. Dimana dalam masa ini ibu
mengalami perubahan fisiologis maupun psikologis. Penting bagi ibu untuk mendapatkan
pendampingan selama melewati masa nifas guna mencegah terjadinya komplikasi pada masa
nifas. Pencegahan komplikasi masa nifas akan mengurangi angka kesakitan dan angka kematian
ibu (Astuti, 2015).
Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan
dan pasca persalinan ataupun disebabkan oleh komplikasi per 100.000 kelahiran hidup pada
masa tertentu (Depkes RI, 2016). Dari penjelasan tersebut dapat dipaparkan bahwa Angka
Kematian Ibu nifas ialah jumlah kematian ibu pada masa nifas dimana diakibatkan oleh proses
masa nifas ataupun komplikasi yang menyertai masa tersebut. Dalam data SDKI tahun 2012
menyebutkan bahwa AKI di Indonesia masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
menunjukkan penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2018, angka kematian ibu
mencapai 91,45 per 100.000 kelahiran hidup, dimana penyebab angka kematian ibu adalah pre-
eklampsia atau eklampsia sebesar 31,32% atau 163 orang, perdarahan sebesar 22,8% atau 119
orang, infeksi sebanyak 3,64% atau 19 orang dan penyebab lain sebesar 32,57% atau 170 orang.
Kabupaten Mojokerto menduduki peringkat ke 11 dari 38 kabupaten/kota yang terdapat di
provinsi jawa timur dengan jumlah AKI 113,13 per 100.000 kelahiran hidup tau 19 ibu. (Dinkes
Provinsi Jawa Timur, 2018).
Dalam upaya membantu meringankan atau menurunkan Angka Kematian Ibu, dapat
diimplementasikan dan dikembangkan lagi kunjungan serta pendekatan pada ibu nifas,
mengingat tugas seorang bidan salah satunya adalah melakukan kunjungan pada ibu nifas secara
berkesinambungan. Sehingga diharapkan dengan adanya asuhan kebidanan selama masa nifas
tersebut, dapat mencegah terjadinya penyulit selama masa nifas dan angka kematian ibu terutama
selama masa nifas dapat berkurang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas dengan postpartum normal.
1.2.2 Khusus
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan langkah-
langkah :
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu nifas.
b. Menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu nifas.
c. Menegakkan diagnosa potensial sesuai dengan prioritas pada ibu nifas.
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas sesuai dengan diagnosa.
e. Merencanakan asuhan kebidanan yang sesuai pada ibu nifas.
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang sesuai pada ibu nifas.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu nifas.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan penulis tentang asuhan kebidanan nifas guna peningkatan mutu
pelayanan kebidanan.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan program kesehatan yang mencakup kesehatan ibu
dan anak.
c. Acuan dalam memberikan asuhan kebidanan nifas selanjutnya, sehingga diharapkan
dapat memberi kontribusi penting dalam memberikan informasi positif pada
masyarakat tentang pentingnya masa nifas melalui manajemen asuhan kebidanan
komprehensif.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Dapat menerapkan secara langsung ilmu yang telah didapat dari institusi dalam
memberikan asuhan kebidanan masa nifas secara berkesinambungan.
b. Bagi lahan praktik
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan asuhan kebidanan masa
nifas secara berkesinambungan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
c. Bagi klien
Mendapatkan asuhan kebidanan masa nifas secara berkesinambungan dan berkualitas
sesuai dengan standar pelayanan asuhan kebidanan.

1.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Pada kasus ini wawancara dilakukan dengan ibu nifas, keluarga dan bidan untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan penulis.
b. Kajian dokumen
Pada studi kasus ini kajian dokumen yang digunakan berupa buku KIA, buku register
PMB dan kohort ibu.
c. Pengukuran
Pengukuran yang dapat dilakukan berdasarkan data objektif melalui pemeriksaan
pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan
antropometri.
d. Kajian pustaka
Kajian pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku yang
masih actual secara teori agar mendapatkan sumber yang benar dan akurat yang
berhubungan dengan penyusunan laporan.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Yang tediri dari : latar belakang, tujuan, manfaat, teknik pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Yang terdiri dari : Konsep dasar nifas, konsep manajemen kebidanan pada nifas

BAB III TINJAUAN KASUS


Yang terdiri dari : Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. A dengan nifas yang dilakukan
berdasarkan standar asuhan serta teori yang mendukung.

BAB IV PEMBAHASAN
Yang terdiri dari: membahas asuhan kebidanan pada Ny. A dengan nifas yang diberikan dan
membandingkan serta menghubungkan teori dengan kasus yang ada.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR NIFAS


1. Pengertian
Masa nifas (puerpurium) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebeluh
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Walyani dan Purwoastuti, 2015 : 1)
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan. (Nugroho, dkk, 2014 : 1)
2. Periode Masa Nifas
Masa nifas di bagi dalam 3 tahap yaitu,
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan secara menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa
berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahunan. (Walyani dan Purwoastuti, 2015 : 2-
3)
3. Perubahan Fisiologi
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Involusi Uterus

INVOLUS BERAT UTERUS


TFU
I

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat dengan simpisis 500 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Sebesar normal 30 gr


Sumber : Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi
2, Jakarta.

2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim percampuran antara darah dan desidua yang
mati. Pengeluaran lochea dibagi menjadi :
a) Lochea rubra
Locha Rubra : bewarna merah, berisi sel disidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan darah. Keluar pada hari ke 1- 3.
b) Lochea sanguenolenta
Lochea sanguenolenta bewarna merah kuning berisi sisa darah dan lendir yang
keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum
c) Lochea serosa
Lochea ini bewarna kuning kecokelatan. Berisi lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum. Keluar pada hari ke-7sampai hari ke-14.
d) Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14. Berwarna putih, mengandung selaput lender serviks dan
serabut jaringan yang mati. Hal yang biasanya ditemui pada seorang wanita
adalah adanya jumlah lochea yang sedikit pada saat ia berbaring dan jumlahnya
meningkat pada saat ia berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran lochea adalah kira-
kira 240-270 ml.

3) Endometrium
Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2
hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Regenerasi endometrium terjadi
selama sekitar 6 minggu.
4) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk
seperti corong. Warna serviks menjadi merah kehitaman karena penuh pembuluh
darah.
5) Vulva, Vagina dan perineum
Selama proses persalianan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan,
setelah beberapa hari kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga. Pada perineum dapat terjadi i robekan jalan lahir
secara spontan ataupun dilakukan episiotomi. (Nugroho, dkk, 2014 : 94-98)
6) Payudara
Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari
ke-3 setelah persalinan. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi. (Walyani dan Purwoastuti 2015 : 68)

b. Perubahan tanda-tanda vital


1) Suhu badan
Suhu wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 °C. Pasca melahirkan suhu tubuh dapat naik
kurang lebih 0,5 °C. Suhu normal 36,5°C sampai 37,5°C.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi menjadi lebih cepat. denyut nadi lebih dari 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic
60-80 mmHg. Pasca melahirkan tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan
tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah menjadi tinggi post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada
ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
(Nugroho, dkk, 2014 : 111-112)
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-16 jam sesudah melahirkan.
d. Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
e. Sistem Endokrin
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapat menstruasi pada
wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita melahirkan berkisar
16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak
menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca persalinan
dan 90% setelah 24 minggu. (Nugroho, dkk, 2014 : 110)
f. Sistem Muskuloskeletal
Ambulasi umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membanatu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
g. Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit.
h. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena
terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat.
i. Sistem haematologi
Hari pertama nifas darah menjadi lebih kental dan pembekuan darah meningkat. Akan
kembali pada keadaan normal seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.
Leukosit meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama persalinan dan tetap tinggi
dalam beberapa hari postpartum. (Walyani dan Purwoastuti, 2015 : 63-68)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi


a. Mobilisasi dini
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir,
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan.
b. Status gizi
Pada ibu post partum dengan status gizi baik akan mampu menghindari serangan
kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi
uterus.
c. Menyusui
Reflek isapan bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang
oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi
sehingga proses involusi uterus terjadi.
d. Usia
Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini
akan menghambat proses involusi.
e. Parietas
Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering teregang
memerlukan waktu yang lama. (Walyani dan Purwoastuti, 2015 : 73-74)
5. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
a. Fase “Taking In”
Masa ini terjadi 1-2 hari pertama setelah melahirkan. Ibu terfokus pada diri

sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang


dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan , kurang tidur,

kelelahan. Gangguan psikologis yang dialami pada masa ini adalah :

1) Kekecewaan pada bayinya


2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

b. Fase “Taking Hold”


Masa ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasai khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu
lebih sensitive sehingga mudah tersinggung.

c. Periode “Letting Go”


Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. (Nugroho, dkk, 2014 : 116-117)

6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


a. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi pada masa nifas akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses
penyembuhan setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
bayinya. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori, ibu menyusui memerlukan kalori
yang sama dengan wanita dewasa + 700 k kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 k
kalori bulan selanjutnya. Menu makan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna.
b. Kebutuhan Cairan
Minumlah cairan yang cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet
tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum. Minum kapsul Vit A
(200.000 unit).
c. Kebutuhan Ambulasi
Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi. Dilakukan
secara perlahan dan bertahap. Dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih
dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
d. Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB
1) Miksi
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah
melahirkan. Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan rangsangan
untuk berkemih dengan mengkompres vesica urinaria dengan air hangat., bila tetap
belum bisa maka dapat dilakukan kateterisasi.
2) Defekasi
Buang air besar biasa setelah sehari melahirkan. Bila sampai 3-4 hari belum buang
air besar, sebaiknya diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal.
e. Kebersihan Diri ( Personal Hygiene )
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi teratur
minimal 2 kali sehari dan mengganti pakaian. Merawat perineum dengan membersihkan
dari arah depan ke belakang. Hindari menyentuh luka episiotomi. Bersihkan vulva setiap
kali buang air kecil atau besar. Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
f. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Kurang istirahat dapat mengurangi jumlah Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi,
memperlambat proses involusi, serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya.
g. Kebutuhan Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
h. Kebutuhan Perawatan Payudara
Ibu harus menjaga payudaranya tetap bersih dan kering, serta menggunakan bra yang
menyokong payudara, apabila putting lecet oleskan kolostrum atau asi yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
i. Kebutuhan Senam Nifas
Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima,
senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut
untuk banyak bergerak, karena ambulasi dini dapat membantu rahim untuk kembali ke
bentuk semula.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015 : 103-128)

j. Rencana KB
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6 minggu),
dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya
perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan
pasangan suami istri. (Nugroho, dkk, 2014 : 142)
7. Kunjungan Masa Nifas
Tabel 2.2
Jadwal kunjungan pada ibu nifas menurut Ambarwati

Kunjunga Waktu Tujuan


n

1 6-8 jam setelah a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas


persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau
keluarga salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan pada masa
nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. Jika bidan menolong
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,
persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau kelainan pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga agar bayi tetap hangat.
3 2 minggu setelah a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,
persalinan uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan
berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeks
atau kelainan pasca persalinan.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga bayi agar tetap hangat.
4 6 minggu setelah a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
persalinan penyulit yang dialami ibu dan bayinya.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber : Ambarwati Wulandari, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta.

2.2 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NIFAS


1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Biodata/identitas pasien dan suami
2) Alasan masuk dan keluhan
3) Riwayat haid/menstruasi
4) Riwayat perkawinan
5) Riwayat obstetri (riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan nifas yang lalu), riwayat
persalinan sekarang, riwayat dan perencanaan KB.
6) Riwayat kesehatan sekarang, yang lalu dan keluarga (jantung, DM, Hepatitis,
HIV/AIDS, dll)
7) Pola kebiasaan (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola aktiftas dan istirahat,
personal hygiene)
8) Data pengetahuan, psikososial, sprirtual, budaya.
b. Data objektif
1) Tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan
2) Keadaan umum : tingkat energi, tingkat kesadaran
3) Kepala, wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adanya oedema, sklera dan konjungtiva mata, mukosa mulut,
adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
4) Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai keluhan ibu atau perubahan nyata pada tanda-
tanda vital. Pengkajian payudara meliputi pembesaran, simetris, pigmentasi, warna
kulit, keadaan aerola, dan integritasi putting, posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, apakah payudara terisi susu, kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, dan
nyeri.
5) Abdomen dan uterus
Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, kandung kemih. Untuk involusi uterus
periksa kontraksi uterus, konsistensi (keras, lunak), posisi dan tinggi fundus uteri.
6) Genitalia
Pengkajian penirium terhadap oedema, penyembuhan setiap jahitan. Pemeriksaan tipe
dan bau lochea.
7) Ekstremitas
Pemerikasaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada betis
adanya tanda human, refleks.
8) Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium, USG, rontgen.
2. Interpretasi Data
Merupakan identifikasi terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa dapat didefinisakan
masalah.
3. Diagnosis/ Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan,
bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul
dari kondisi yang ada.
4. Kebutuhan Tindakan Segera
Merumuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan
bayi, secara mandiri, kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Rencana Asuhan Kebidanan
a. Melakukan kontak bayi dan ibu.
b. Mengajari ibu untuk menyusui bayi dengan benar.
c. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap mulai dari duduk, berdiri, berjalan, dan
mandi sendiri.
d. Menganjurkan ibu untuk makan menu seimbang dan tidak tarak.
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup.
f. HE tentang perawatan perineum dan payudara
g. HE tanda bahaya masa nifas.
h. KIE tentang KB
6. Implementasi
Pelaksaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien atau
anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan
tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan. (Walyani
dan Purwoastuti, 2014 : 185-189)
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A” P20002 6 HARI POST PARTUM

DI BPM SUWARSININGSIH, A.Md.Keb

NGORO - MOJOKERTO

PENGKAJIAN

Tanggal : 08 Desember 2020 Pukul : 09.00 WIB

Data Subyektif

Nama : Ny “A” Nama Suami : Tn “M”

Umur : 28 Tahun Umur : 30 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Suku : Jawa Suku : Jawa

Alamat : Ngoro-Mojokerto Alamat : Ngoro-Mojokerto

PROLOG :

Pasien datang ke Polindes tanggal 8 Desember 2020 jam 09.00 WIB. Melahirkan anak ke dua

tanggal 2 Desember 2020 jam 10.00 WIB secara spontan di RS Dharma Husada, jenis

kelamin ♀, BB 2800 gram, PB 50 cm. Tidak ada jahitan perineum. Terapi dari dokter

Amoxicillin 3x1, Asam Mefenamat 3x1, Novabion 1x1.


S : Ibu kadang merasa mulas di perut bagian bawah. ASI keluar lancar, darah masih keluar

berwarna merah sedikit kuning, BAK lancar, BAB 1x sehari

O:

KU: baik, kesadaran : composmentis, TD: 110/70 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,7ºC, RR:

18 x/menit. Konjungtiva merah muda, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, TFU

setengah pusat sympisis teraba keras, lochea sanguenolenta (merah kekuningan),

ekstremitas atas dan bawah : oedem -/-.

A : P20002 6 hari post partum

P:

Tanggal 08-12-2020 Jam : 09.10 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik, ibu mengerti.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dialami merupakan hal yang normal, ibu

mengerti

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidak melakukan aktivitas berat, ibu

bersedia

4. HE ASI eksklusif yaitu menyusui bayi secara eksklusif dengan memberikan ASI saja

tanpa tambahan apapun selama 6 bulan, ibu bersedia

5. HE perawatan payudara seperti membersihkan payudara dengan air hangat sebelum dan

sesudah menyusui, ibu mengerti.

6. HE nutrisi pada ibu nifas dengan makan makanan bergizi seperti buah, sayur, daging dan

tidak tarak makanan, ibu bersedia.

7. HE personal hygiene seperti menjaga kebersihan alat genitalia dengan mengganti celana

dalam dan pembalut setelah BAK/BAB atau setiap 4 jam sekali, ibu mengerti.
8. HE tanda bahaya masa nifas seperti bengkak pada muka, kaki dan tangan, perdarahan

yang banyak dan berbau, sakit kepala hebat, demam, dan nyeri payudara, ibu mengerti.

9. Menganjurkan ibu untuk meminum obat dari dokter secara teratur, ibu bersedia

meminum obat yang diberikan.

10. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu yaitu tanggal 15 Desember 2020 atau jika

ada keluhan, ibu bersedia.


BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai pembahasan kasus yang diambil. Penulis membahas dengan
membandingkan antara teori dan data pengkajian yang didapatkan. Asuhan ini akan dibahas
sesuai dengan langkah manajemen kebidanan SOAP yaitu diawali dengan pengkajian data
subjektif, data objektif, menentukan diagnosa dan penatalaksanaan. Penulis mengambil kasus
tentang asuhan kebidanan pada P20002 postpartum hari ke 6 di Polindes Desa Ngoro Kabupaten
Mojokerto.

Pengkajian dilakukan dengan mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal
dari pasien, keluarga, dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri, pengumpulan
data mencakup subjektif dan objektif (Manuaba, 2010).

Berdasarkan pengkajian data subyektif diketahui bahwa Ny. A umur 28 tahun agama
Islam, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, dan suami Tn. M umur 30 tahun, agama Islam,
pendidikan SMA, pekerjaan swasta. Ibu mengatakan melahirkan anak ke-2 pada tanggal 2
Desember 2020 jam 10.00 WIB secara spontan di RS Dharma Husada, jenis kelamin ♀, BB
2800 gram, PB 50 cm. Tidak ada jahitan perineum. Menegakkan diagnosa nifas ditetapkan
dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala (Nugroho, dkk, 2014) dimana
masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan. Menurut (Ambarwati, 2010) Kunjungan masa nifas dibagi menjadi 4 kali
kunjungan yaitu 6-8 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu setelah persalinan. Kunjungan masa
nifas yang dilakukan penulis yaitu pada tanggal 08 Desember 2020 atau 6 hari setelah
melahirkan.

Dalam data ini didapatkan ibu mengeluh kadang merasa mulas di perut bagian bawah.
ASI keluar lancar, darah masih keluar berwarna merah sedikit kuning, BAK lancar, BAB 1x
sehari berdasarkan teori (Nugroho, 2014) bahwa efek oksitosin menyebabkan terjadinya
kontraksi dan retraksi otot uterus. Proses ini akan membantu mengurangi perdarahan. Menurut
(Walyani dan Purwoastuti, 2015) pola eliminasi akan kembali secara spontan dalam 8 jam dan
pola defekasi terjadi sebelum hari ke 3.
Pada pemeriksaan obyektif didapatkan data TD: 110/70 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,7ºC,
RR: 18 x/menit. Konjungtiva merah muda, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, TFU
setengah pusat sympisis teraba keras, lochea sanguenolenta (merah kekuningan), ekstremitas atas
dan bawah : oedem -/-. Hal ini sesuai dengan teori (Nugroho, 2014) suhu normal yaitu 36,5°C -
37,5°C, denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit, tekanan darah normal
manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg, frekuensi pernafasan
normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Menurut (Manuaba, 2010) involusi uteri
pada 1 minggu adalah pertengahan pusat-sympisis, Walyani dan Purwoastuti 2015) bahwa
lochea pada hari ke 3 sampai hari ke 7 adalah lochea sanguenolenta yaitu berwarna merah
kekuningan. Secara keseluruhan tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang diperoleh
dari pengkajian.

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif, maka penulis menegakkan
diagnosa Ny. A P20002 6 hari post partum. Langkah ini penulis menemukan masalah yang didapat
dari keluhan ibu yaitu merasa mulas di perut bagian bawah dan hal ini merupakan hal fisiologis
yang biasa dialami oleh ibu nifas.

Pada penatalaksanaan, penulis membuat perencanaan yang dibuat berdasarkan diagnosa


dan masalah yang telah diidentifikasi. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan,
menjelaskan mengenai keluhan yang dialami ibu, memberikan pendidikan kesehatan mengenai
ASI eksklusif, perawatan payudara, personal hygiene, nutrisi, istirahat dan tanda bahaya masa
nifas, menganjurkan untuk meminum obat dari dokter secara teratur dan menjadwalkan
kunjungan nifas berikutnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada masa nifas Ny.A maka penulis dapat mengambil
kesimpulan :
1. Pelaksanaan pengumpulan data subjektif dan obyektif pada Ny.”A” sebagian besar tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
2. Pelaksanaan analisis dan menentukan diagnosa pada Ny.“A” sesuai dengan data
subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan sehingga tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. “A” pada nifas tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Evaluasi penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada masa nifas tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan
pada ibu nifas sesuai dengan standar profesi kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan
yang terkadang timbul antara teori yang didapat dengan perkembangan ilmu terbaru.
.
5.2.2 Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat memberikan asuhan nifas yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan
secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi masa nifas.
.
5.2.3 Bagi Ibu
Hendaknya ibu lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan agar
lebih mengerti hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu, dan bayi. Serta
melaksanakan saran-saran yang telah diberikan oleh petugas dan saling berbagi informasi
dengan ibu-ibu nifas disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika


Astuti, Sri. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta : Erlangga
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2018 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2018.
Jawa Timur : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta : EGC
Nugroho, T., dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta : Nuha
Medika
Walyani, E.S dan E. Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta : PUSTAKABARUPRES

Anda mungkin juga menyukai