Disusun Oleh:
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan ini, Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologis disahkan
pada:
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Lutfi Nuraini
15.401.20.004
Mengetahui,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator dalam
derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal, salah satunya pada saat proses persalinan
(Depkes RI,2012). Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, hal ini
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam, pada
tahun 2012, AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup atau meningkat
57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya
228/100.000 kelahiran hidup,yang dimana AKI pada tahun 2007 menurun dari
tahun 2002 yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015
AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup.
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar,2010 )
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan
anak, ketika alat- alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.
(Barbara F. weller 2012).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,2009).
a. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini
fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang
sedang meningkat.
b. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang
sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat
ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Banyak ketakutan
dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat
persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau
sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan
suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan
stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga
ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap
setiap permasalahan yang mendasarinya. Fase-fase adaptasi ibu nifas
yaitu taking in, taking hold dan letting go yang merupakan
perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali
pada keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi
sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan
bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu
yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang
dialaminya tidak bertambah berat.
b. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan
pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam
dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya
yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada
ibu mengenai cara merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat
secara berangsur- angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke
jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya
sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien
dapat terpenuhi.
DIAGNOSA POTENSIAL
1 Sindrom Sheehan
2. Diabetes inspidus
1. Sindrom Sheehan Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan sindrom
sheehan, yaitu: kegagalan laktasi, amenorhe, atrofi payudara, rontok rambut pubis
dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi, dan insufisiensi korteks adrenal.
2. Diabetes inspidus Perdarahan banyak pascapersalinan dapat mengakibatkan
diabetes inspidus tanpa disertai defisiensi hipofisis anterior. (Prof. Sulaiman
Sastrawinata, 2005: 172-173).
V. INTERVENSI
Dx : Ny............ P................. masa nifas.....jam/hari ke.............
Tujuan : ibu bisa menjalani masa nifas tanpa komplikasi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV : TD : 100/70 – 120/80 mmHg
S : 36,5- 37,5 x/menit
N : 80-100 x/menit
RR : 16-24 x/menit
TFU : sesuai dengan lama nifas
Lochea : sesuai dengan lama nifas
UC baik
Perdarahan berkurang
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga
R: dengan pendekatan terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya dan
terjalin kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan klien
2. Lakukan Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
R : mencegah infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan
3. Lakukan pemeriksaan pada ibu (TTV, konjungtiva, TFU, mamae, lochea, dan
perineum)
R : dengan melakukan pemeriksaan dapat mengetahui kondisi klien pasca
partum dan mendeteksi adanya kelainan yang menyertai masa nifas, serta
dengan memberitahu hasil pemeriksaan
4. Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan saluran
serviks
R : dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik
5. Pastikan bahwa kandung kemih kososng. Jika penuh atau dapat dipalpasi,
lakukan katerisasi menggunakan teknik aseptik
R : meberikan tekanan secar langsung pada pembuluh terbuka didinding dalam
uterus dan merangsang kandung kemih untuk berkontraksi
6. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian uterotonika dan drip oksitosin,
memberikan 0,2 mg IM (jangan diberikan jikahipertensi
R : ergometrin akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus
7. Pasang infus RL +oksitosin menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml + 20 unit. Habiskan 500 ml pertama secara cepat
R : dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus
8. Lalukan masase pada uterus searah jarum jam
R : memperkuat kontraksi uterus
9. Observasi jumlah pendarahan
R : deteksi dini adanya kehilangan cairan
10. Berikan informasi tentang perubahan-perubahan yang dialami selama masa
nifas
R : perubahan yang akan dialaminya sehingga ibu dapat beradaptasi
11. Motivasi untuk mobilisasi dini
R : dengan melakukan mobilitas dini dapat membantu involusi uterus lebih
cepat
12. Pantau intake dan output
R : dengan melakukan pemantauan intake dan output dapat mendeteksi secara
dini bila terjadi dehidrasi sehingga dapat segera dilayani
Masalah
A. Anemia
Tujuan : Anemia dapat teratasi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
Suhu 36,5 – 37,5 C
TD 110/70 – 120/20 mmHg
UC baik
Perdarahan kurang dari 500 cc
TFU sesuai masa nifas
Intervensi
1. Observasi TTV dan perhatikan keluhan pasien
R : dapat segera mendeteksi keadaan abnormal
2. Observasi TFU, kontraksi uterus dan perdarahan
R : Memastikan kontraksi uterus baik, menilai perdarahan dan memastikan
involusi uterus sesuai dengan harinya
3. Pasang infus RL
R : Mencegah terjadinya syok
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dan masase uterus
R : dengan mobilisasi dini dapat membantu involusi uterus lebih cepat dan
mempercepat kontraksi uterus
5. Lakukan pemeriksaan Lab Hb
R : dengan pemeriksaan Hb dapat diketahui pasien kurang darah atau tidak
6. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian uterotonika
R : oxsitosin IV akan dapat cepat merangsang kontraksi uterus
7. Berikan terapi Fe dan Vit C
R : untuk memperbaiki darah
B. Syok
Tujuan : syok dapat dihindari
KH : KU ibu baik
TTV dalam batas normal
TFU sesuai dengan masa nifas
Perdarahan kurang dari 500 cc
Intervensi
1. Kaji jumlah darah yang hilang, pantau tanda dan gejala syok
R : perdarahan berlebihan dan tetap dapat mengancam hidup pasien/
mengakibatkan infeksi post partum, nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh
hipoksia jaringan dan malnutrisi
2. Periksa suhu dan keadaan umum ibu
R : dengan observasi TTV, kita bisa tahu apakah ibu terkena syok atau tidak
3. Baringkan ibu miring ke kiri
R : mencegah kompresi aorta dan vena cafa inverior meningkatkan aliran balik
vena
C. Perdarahan
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
KH : KU baik
Kesadaran Compsmentis
TTV dalam batas normal
Pengeluaran pervaginam dalam batas normal
Intervensi
1. Lakukan eksplorasi pada uterus
R : untuk membersihkan selaput ketuban yang masih tertinggal di dalam uterus
2. Pasang infus RL/NS
R : pengganti cairan, memperbaiki hipovolemi
3. Masase uterus
R : untuk memeriksa bahwa uterus sudah berkontraksi dengan baik sehingga
perdarahan juga berhenti
4. Observasi perdarahan
R : untuk mengetahui jika kondisi ibu mengalami perdarahan lagi
D. Infeksi
Tujuan : infeksi dapat dihindari
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Gunakan alat-alat yang steril dalam melakukan tindakan
R : alat yang steril akan mencegah infeksi
2. Lakukan setiap asuham kebidanan sesuai dengan protap yang telah
ditentukan
R: jika dalam melakukan setiap asuhan sesuai dengan protap maka resiko
infeksi lebih kecil
Kebutuhan
A. Penaganan perdarahan
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Lakukan eksplorasi pada uterus
R : untuk membersihkan selaput ketuban yang masih tertinggal di dalam uterus
2. Pasang infus RL/NS
R : pengganti cairan, memperbaiki hipovolemi
3. Masase uterus
R : untuk memeriksa bahwa uterus sudah berkontraksi dengan baik sehingga
perdarahan juga berhenti
4. Observasi perdarahan
R : untuk mengetahui jika kondisi ibu mengalami perdarahan lagi
B. KIE tentang vulva Hygiene
Tujuan : ibu lebih mengerti bagaimana cara menjaga kebersihan alat
genetalianya
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Anjurkan ibu untuk membersihkan alat genetalianya sehabis BAB/BAK
R : dengan menyabun genetalia maka akan meminimalisir kuman dan bakteri
untuk masuk delam vagina
2. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin ganti pembalut bila diras penuh
R : dengan pembalut yang selalu bersih maka akan mencegah adanya kumaan
masuk dalam vagina
3. Anjurkan ibu untuk memakai celana dalam yang terbuat dari katun
R : celana dalam yang terbuat dari katun akan lebih menyerap keringat
sehingga tidak mudah lembab
C. KIE tentang nutrisi dan cairan
Tujuan : kebutuhan ibu akan nutrisi dan cairan terpenuhi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Anjurkan ibu untuk tidak tarak
R : jika ibu tidak tarak maka proses penyembuhan luka akan lebih cepat
2. Anjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak
R : membantu ibu mengganti cairan yang hilang kaarena persalinan
D. Dukungan mental
Tujuan : ibu merasa lebih tenang
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Beritahukan dukungan dan jelaskan keadaan ibu dan juga bayinya
R : agar ibu merasa lebih tenang
2. Dukungan dari keluarga dan suami
R : dengan dukungan suami dan keluarga, ibu akan merasa lebih tenang.
VI. IMPLEMENTASI
Langkah-langkah ini merupakan tidak lanjut dari perencanaan tapi tidak semua
perencanaan dilaksanakan.
VII. EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang
dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulaan
Dalam Laporan Pendahuluan Masa Nifas dan Menyusui, Penulis mengambil
beberapa kesimpulan, yaitu:
1) Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar,2010).
2) Pada Masa Nifas terdapat 4 kunjungan (6-8 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6
minggu post partum).
3) Perdarahan setelah melahirkan atau hemorrhagic post partum (HPP) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di
traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Efek perdarahan
banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia
saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan
adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi
kehilangan darah yang sangat banyak.
4.2 Saran
Semoga dengan penulisan Laporan Pendahuluan ini bisa digunakan dengan baik
oleh mahasiswa dan Bidan sebagai bahan edukasi dan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarsih, tri dan vivian Nanny Lia D. 2011.Asuhan Kebidanan pada ibu
Nifas.Jakarta: Salemba Medika