Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan
kehamilan dan proses persalinan. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang
biasa disebut juga masa puerpurium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk
mengembalikan alat genetalia interna kedalam keadaan normal, dengan
tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat -
alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 6 - 8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi
ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa
kritis bagi bayi , sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir (Saifuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan selama masa nifas
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan
dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan
miksi dan defekasi, perawatan payudara (mammae) yang ditujukan terutama
untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain
– lain.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah praktek klinik kebidanan diharapkan mahasiswa mampu melakukan
perawatan dan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada ibu pada masa
nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian kepada kasus nifas fisiologis
b. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada ibu nifas fisiologis
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu nifas
fisiologis
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada ibu nifas fisiologis
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan
sebelumnya.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Manajemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti,
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan
instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal
yang telah di teliti.
c. Studi dokumentasi
Yaitu merupakan cara pengumpulan data dengan melihat data dan riwayat ibu
direkam medic.
d. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk
mendapatkan data yang objektif
e. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku,
makalah dan dari internet.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Masa Nifas
2.1.2 Tahap Masa Nifas
2.1.3 Perubahan dan Adaptasi Fisiologi pada Masa Nifas
2.1.4 Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas
2.1.5 Kebutuhan dasar Ibu pada Masa Nifas
2.1.6 Tanda bahaya Masa Nifas
2.1.7 Perencanaan dan Penatalaksanaan
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Ibu Pada Masa Nifas
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara nirmal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
(Ambarwati, 2008)
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Sulistyawati, Ari.2009:1)
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Prawirohardjo, Sarwono.2014 : 356)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
(Saleha, 2009)
2.1.2 Tahap Masa Nifas
1. Peurperium dini
Masa kepulihan yakni saat ibu diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan
2. Peurperium intermedial
Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira 6-8
minggu
3. Remote peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.
(Sulistyawati,Ari. 2009 : 5)

2.1.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Sistem Reproduksi
a. Perubahan uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi lahir.Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta sehingga
jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami
nekrosis dan lepas.
(Suheni.2009 : 77)
Involusi TFU Berat uterus
- Bayi lahir - Seinggi pusat 1000 gram
- Plasenta lahir - 2jari dibawah pusat 750 gram
- Satu minggu - Pertengahan pusat dan 500 gram
simpisis
- Dua minggu - Tidak teraba di atas 350 gram
- Enam minggu simpisis 50 gram
- Delapan minggu - Bertambah kecil 30 ram
- Sebesar normal
b. Lokia
Lokia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organism berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam, lokia memiliki bau yang amis
meskipun tidak terlalu menyengat. Berikut adalah beberapa jenis
lokia yang terdapat pada wanita masa nifas, yaitu :
 Lokia rubra/ merah
Ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua(desidua yakni selaput lendir rahim dalam keadaan
hamil), ferniks kaseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri
atas palit atau semacam noda atau sel epitel, yang menyelimuti
kulit janin), lanugo (rambut halus yang terdapat pada bayi), dan
mekonium ( yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas
getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hiau
kehitamman), selama 2 hari pasca persalinan.
 Lochia sanguinolenta :warnanya merah kuning berisi darah dan
lendir. Ini terjadi pada hari ketiga-tujuh pasca persalinan.
 Lochia serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
 Lochia alba :cairan putih yang terjadinya pada hari setelah dua
minggu.
 Lochia purulenta : ini terjadi karena infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
 Lochiotosis : lochia tidak lancar keluarnya.
c. Afterpains
Dalam dua minggu pertama sesudah bayi lahir mungkin ibu
mengalami kram atau mulas pada abdomen yang berlangsunng
sebentar, mirip sekali dengan kram waktu periode
menstruasi.Afterpains ini ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus
pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang
terkumpul didalam uterus.
d. Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.Estrogen setelah melahirkan
sangta berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan
rugae kembali.
e. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum
tidak sering dijumpai .Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,
tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstrasi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar.
f. Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang jua pada persalinan berikutnya.Robekan perineum
umumnya terjadi digaris tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melwati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkumverensia suboksiputbremagtika.
(Widyasih, Hesty.2012)
2. Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama
persalinan. Disamping itu rasa takut untuk buangair besar, sehubugan
dengan jahitan pada pirenium, jangan sampai lepas dan juga takut akan
rasa nyeri. Buang airbesar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.
Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan beraknya mungkin keras
dapat diberikan obat laksan per oral atau per rectal.bila masih juga
belumberhasil, dilakukan klysma (klisma) Enema (Ing) yang artinya
suntikan urus-urus
Hemoroid adalah masalah yang lazim terjadi setelah persalinan
dan akan menetap pada sabesar 25% jumlah wanita (brown & Lumley
1998). Pada masa pascapartum, mereka ini akan merasa tertolong dengan
penggunaan ultrasonografi atau PEME. Dapat terlihat bahwa ukuran
hemoroid berkurang sementara dan rasa nyeri yang menyertainya juga
mereda.
(Widyasih, Hesty.2012 : 80)
3. Sistem Perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu tergantung


pada
a. Keadaan status pada waktu persalinan
b. Lamanya partus kala II dilalui
c. Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan,
Disamping itu hasil pemeriksaan sistoscopik segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya odema dan hyperemia dinding
vesika urinaria akan tetapi sering terjadi extravasasi (keluarnya darah /
pembuluh darah ke badan) ke mukosa. Vesika urinaria masa nifas
mempunyai kapasitas bertambah besar dan relative tidak sensitive
terhadap tekanan cairan intrafisika.Oleh sebab itu pengembangannya
yang berlebihan terutama karena analgesic dan gangguan fungsi neural,
sementara pada vesika urinaria memang merupakan factor factor
penunjang.
Adanya urine residual dan bacteriuria pada vesica urinaria yang
mengalami cidera (ditambah dengan dilatasi pelvis renalis dan ureter,
membentuk kondisi yang optimal untuk tumbuhnya infeksi saluran
kencing.Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi kembali ke
keadaan sebelum hamil mulai dari 2 – 8 minggu setelah persalinan.
Pengaruh persalinan pada fungsi fesika urinaria postpartum yang
dipelajari menggunakan teksik urodinamik, dapat diketahui bahwa
persalinan lama dapat dihindari dan bila dilakukan kateterisasi
secepatnya dikerjakan, pada vesika urinaria yang besar, maka tidak ada
akan terjadi hipotonia vesika urinaria, meskipujn dilaporkan dari hasilo
mempelajari dengan cara tersebut diatas, bahwa analgesia epidural tidak
merupakan predisposisi hipotonia vesika urinaria postpartum.
Kira kira 40% wanita postpartum mempunyai proteinnuria
fisiologis dalam 1-2 hari.Demi pemeriksaan lab yang akurat, specimen
diambil langsung dari kateter agar tidak terkontaminasi dengan
lochea.Keadaan/kondisi fisiologis dari proteinuria dapat diasumsikan
hanya apabila tidak ada gejala dan tanda tanda UTI (ISK) atau PE.
 Distensi (peregangan) berlebihan pada vesika urinaria adalah hal
yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas vesika urinaria,
pembengkakan memar di sekitar uretra dan hilangnya sensasi
terhadap tekanan yang meninggi
a. Vesika urinaria yang penuh menggeser uterus dan menyebabkan
perdarahan postpartum distensi vesika urinaria dapat disebabkan
oleh retensi urine.
b. Pengosongan vesika urinaria yang adekuat umumnya kembali
dalam 5-7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak
dan memar.
 Laju filtrasi glomerulus (GFR) tetap meninggi selama kurang lebih 7
hari postpartum
 Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali keadaan sebelum
hari dalam 6-10 minggu setelah melahirkan
 Diaphoresis poerperalis (pembentukan jaringan ibu nifas) dan
dieresis (peningkatan pembentukan kemih) terjadi dalam 24 jam
pertama setelah melahirkan.
(Widyasih, Hesty. 2012 : 80-82)
4. Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosiakan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3 sampai 7 hari
persalinan. Jumlah leukosit selama 10-12 setelah persalinan umumnya
berkisar pada antara 25.000-30.000/mm, factor pembekuan darah akan
terjadi ekstensif setelah persalinan bersama dengan pergerakan, trauma
atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan reproduksi
tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat
pelepasan plasenta.
Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit
sangat bervariasi.Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh
status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit hari pertama
atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi dari pada saat
memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah
yang cukup banyak. Titik 2% kurang lebih sama dengan kehilangan
darah 500ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari
ke3-7 postpartum dan akan normal dalam 4-5minggu postpartum. Jumlah
kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500ml.
(Sulistyawati, Ari. 2009 : 82)
5. Sistem Endokrin
Keadaan hormone plasenta yang menurun dengan cepat, hormone
plasenta laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam postpartum,
hormone HCG menurun dengan cepat, esterogen menurun sampai
10%.Hormone pituitary menyebabkan prolaktin meningkat selama
kehamilan, wanita yang tidak laktasi prolaktin menurun sampai keadaan
sebelum hamil dapat dipengaruhi seberapa banyak ibu menyusui.
Pituary - ovarium mempengaruhi untuk seluruh wanita, menstruasi
pertama sering menurut siklus yang diasosiasikan dengan
ketidakcukupan fungsi korpus luteum. Diantara wanita laktasi, 15%
memperoleh menstruasi setelah 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Adanya perubahan dari hormone plasenta yaitu esterogen dan
progesterone yang menurun.Hormone pituitary mengakibatkan prolaktin
meningkat FSH menurun dan LH menurun. Produksi ASI mulai hari
ketiga post partum yang mempengaruhi prolaktin oksitosin. Selama
proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system
endokrin. Hormone hormone yang berperan antara lain :
 Hormone Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang diproduksi
plasenta.Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormone plasenta menyebabkan kadar gula menurun pada
masa nifas. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam
3 hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke 3 postpartum.
 Hormon Pituitary
Macam hormone pituitary yaitu hormone prolaktin, FSH, dan
LH.Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin berperan
dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan
LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
 Hipotalamik Pituitary Ovarium
Hipotalamik Pituitary Ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tudak
menyusui. Pada wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6
minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu
pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca
melahirkan dan 90% setalah 24 minggu.
 Hormone Oksitosin
Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.Selama tahap ketiga
persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan.Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu involusi uteri.
 Hormone Esterogen dan Progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormone
estrogen yang tinggi memperbesar hormone antidiuretik yang dapat
meningkatkan volume darah.Sedangkan hormone progesterone
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ni mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, dan vulva serta
vagina.
(Sulistyawati,Ari.2009 : 80 )
6. Sistem kardiovaskuler
Pada kehamilan, terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang
mencapai 50%. Toleransi kehilangan darah pada saat melahirkan
perdarahan pervaginam, normalnya 400-500cc. Sedangkan melalui
seksio cesaria kurang lebih 700-1000cc. Brakicardia( dianggap normal),
jika terjadi takicardia dapat merefleksikan adanya kesulitan atau
persalinan lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan
setelah melahirkan.
a. Komponen darah
Nilai kadar darah, seharusnya kembali ke keadaan sebelum hamil pada
akhir perode pasca persalinan. Aktivasi faktor koagulasi terkait dengan
kehamilan bisa berlanjut selama masa nifas atau puerperium. Hal ini bisa
berkaitan dengan adanya trauma, imobilisasi, atau sepsis, yang dapat
mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme pada ibu.
Lekositosis normal selama kehamilan rata-trata sekitar 12.000 per
mm 3.Selama sepuluh hingga dua belas hari pertama, setelah bayi lahir,
nilai leukosit antara 15000 dan 20000 per mm 3adalah hal umum.Kadar
hemoglobin dan hematoksit dalam dua hari pertama setelah melahirkan
agak mengalami perubahan karena adanya perubahan volume darah.
Pada umumnya, penurunan nilai 2 % dari nilai hematokrit pada saat
masuk sampai saat melahirkan mengindikasikan kehilangan darah 500ml.
(Varney,1997).
Kadar hemoglobin dan hematokrit akan kembali ke keadaan sebelum
melahirkan atau ke konsentrasi normal dalam dua sampai 6 minggu.
b. Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama
masa hamil. Segera setelah melahirkan, keadaan tersebut akan meningkat
lebih tinggi lagi selama 30 sampai 60 menit, karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero atau plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal peurperium dua
sampai 3 minggu setelah melahirkan nilai curah jantung berada pada
tingkat sebelum hamil.
c. Berkeringat banyak atau berlebihan
Berkeringat dingin merupakan suatu mekanisme tubuh untuk mereduksi
cairan yang bertahan selama kehamilan.Pengeluaran cairan berlebihan
dan sisa-sisa produk tubuh melalui kulit selama masa nifas menimbulkan
banyak keringat.Pada periode “early postpartum/ masa awal pra-nifas”,
ibu mengalami suatu keadaan berkeringat banyak (diaphoresis) pada
malam hari, jika tidak disertai demam, bukan merupakan kelainan.
d. Menggigil
Seringkali ibu mengalami menggigil segera setelah melahirkan, yang
berhubungan dengan respon persyarafan atau perubahan vasomotor.Jika
tidak diikuti dengan demam, menggigil, bukan merupakan masalah
klinis, tetapi sering kali menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu.Bidan/
perawat dapat memberikan kenyamanan pada ibu dengan
menyelimutinya dan menganjurkan ibu untuk rileks.Minuman hangat
juga dapat membantu ibu untuk mengurangi keadaan mengggigil.Dalam
masa nifas/ puerperium lanjut bila masih ditemukan dalam keadaan
menggigil dan demam mengindikasikan adanya infeksi dan memerlukan
evaluasi lebih lanjut.
(Maryuni.Anik.2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa
Nifas.Jakarta:Trans Info Media)
7. Sistem musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan
mnjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Tidak
jarang pula wanita meneluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi
kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan.
Sebagai akibat putusya serat-serat elastic kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding
abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu.Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta
otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan
latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.
(Sulistyawati,Ari.2009 : 79)
8. Perubahan tanda vital
a. Suhu badan
Dalam 1 hari (2 jam ) post partum suhu badan akan niak sedikit (37,5ºC-
38ºC) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan,
dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.Pada
hari ke3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara
menjadi bengkak an menjadi merah karena banyaknya ASI.Bila suhu
tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b. Nadi
Denut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut
nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini
menunjukkan adanya kemungkina infeksi.
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemugkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubugan dengan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan
mengikutiny, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
(Sulistyawati, Ari.2009 : 81)
2.1.4 Perubahan dan Adaptasi Psikologis Masa Nifas
1. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
a. Fase Taking-In
Fase taking ini merupakan periode ketergantungan, periode ini berlangsung
dari hari pertama sampai hari ke dua.Pada fase ini, ibu sedang fokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan
yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidak nyamanan fisik yang
dialami seorang ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.Hal
ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.Gangguan
psikologis yang mungkin dialami ibu.
a. Kekecewaan karenan tidak mendapatkan apa yang dia inginkan tentang
bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dll
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami
seorang ibu misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi langsung
untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan
cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman
karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
b. Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari.Pada fase ini ibu timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi.Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan mudah marah.Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan
ibu.Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
ibu.Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik
untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu nifas.Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi,cara
menyusui yang benar,cara merawat luka jahitan,senam nifas,memberikan
pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi,istirahat,kebersihan
diri dll.
c. Letting Go
Yaitu periode menerima tamnggung jawab akan peran barunya.Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya.Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.Ibu akan lebih
percaya diri dalam menjalani peran barunya.Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu.Ibu lebih mandiri
dalam memenuhu kebutuhan diri dan bayinya.Dukungan suami dan keluarga
masih sangat dibutuhkan ibu.Suami dan keluarga dapat membantu merawat
kebutuhan bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu
terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan
kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
2. Post Partum Blues
Biasanya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir setelah 10-
14 hari. Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah
berikan perhatian dan dukungan yang baik bagi bayinya
(Sulistyawati,Ari. 2009 :91)
2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
1. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi
produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatka tambahan zat makanan
sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI untuk aktivitas
ibu sendiri.Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata
memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandunng sekitar 600 kkal,
sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang biasanya memproduksi
kurang dari itu.
Energy yang diperlukan selama 3 bulan pertama pasca partum mencapai 500
kkal.Sedangkan protein selama ibu menyusui membutuhkan tambahan
proteinsebesar 20 gram per hari.Selain itu ibu juga dianjurkan untuk makan
makanan yang mengandung asam lemak Omega 3, minum air putih yang
banyak untuk mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuhnya.
2. Ambulasi dini
Kebijaksanaan ini dilakukan selekas dini untuk membimbing pasien keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.Ambulasi awal
dilakukan dengan melakukan gerakkan dan jalan-jalan ringan.Kegiatan ini
dilakukan secara meningkat secara berangsur-angsur frekuensi dan
intensitas aktivitasnya sampai pasien dapat melakukannya sendiri tanpa
pendampingan sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.
3. Buang air kecil dan buang air besar
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil
karena semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi..
Sedangkan pada 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air
besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin
sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.
4. Kebersihan diri
 Menjaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi.
 Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
 Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari
 Mencuci tangan dengan sabun dan air
5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas utuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga yang berkualitas untuk
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk energy menyusui bayinya nanti.
6. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri.
7. Latihan senam nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan
masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani
persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.
2.1.6 Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
11. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
(Hutahaean, Serri. 2009)
2.1.7 Perencanaan dan Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
3. Latihan fisik atau Senam
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya
b. Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap haridapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal, seperti:
 Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perutselagi
menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu kedada, tahan
satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
 Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai
dirapatkan.Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan
sampai 5 kalihitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5
kali.
 Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Padaminggu ke-
6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihansebanyak 30 kali.
4. Gizi atau Nutrisi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minumsetiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknyaselama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin
Akepada bayinya melalui ASInya.
5. Menyusui
a. Bantu dan bimbing ibu agar dapat menyusui dan bayi mendapatkan
ASI yang cukup
b. Ajarkan ibu untuk menyusui dengan posisi yang benar (karena posisi
yang salah dapat menyebabkan puting lecet dan melelahkan baik ibu
maupun bayinya)
6. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu
tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan
 Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
 Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan
sisiruntuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
 Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara
sehinggaputting susu menjadi lunak.
 Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat
menghisapseluruh ASI keluakan dengan tangan.
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
 Payudara dikeringkan.
7. Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darahmerah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalamvagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak
merasakanketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istrikapan saja ibu siap.Banyak budaya mempunyai tradisi
menunda hubungan suami istrisampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggusetelah persalinan. Keputusan tergantung
pada pasangan yangbersangkutan.
8. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahunsebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendirikapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.Namun,
petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakankeluarganyadengan
mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum
iamendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu,
metodeamenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertamakembaliuntukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara
ini adalah 2 %kehamilan.
(Maryuni, Anik.2009)
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan pada Nifas Fisiologis
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif
untuk mengkaji pasien

Riwayat

Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan Data

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Penunjang

A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/ pertanyaan
kepada ibu atau keluarga yang mendampingi ibu bersalin.
 Nama : Pengkajian nama dapat memudahkan bidan dalam
melakukan komunikasi saat memberi asuhan kepada klien.
 Usia : Mengetahui usia ibu dan dapat menentukan
kemungkinan terjadinya resti.
 Agama : Mengetahui apa yang dilarang dan dianjurkan dalam
agama klien sehingga dalam pendekatan untuk memberikan asuhan akan
lebih mudah.
 Pendidikan : Mengetahui tingkat pendidikan ibu agar memudahkan
dalam melakukan koseling dan memberikan intervesi. Menentukan status
sosial ibu dan pengetahuan ibu mengenai perawatan bayi setelah bersalin.
 Pekerjaan : Mengetahui aktivitas-aktivitas ibu sehari-hari.
 Penghasilan : Mengetahui tingkat perekonomian klien dan menentukan
persiapan mengenai pembiayaan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.
 Telepon dan alamat : Memudahkan tenaga kesehatan dalam
mengidentifikasi apakah daerah di sekitar ibu beresiko tinggi penularan
penyakit serta dengan adanya nomor telepon dapat menghubungi ibu
kembali dengan mudah.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat akan persalinan saat ini :
 Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan oleh ibu setelah bersalin.
 Lamanya mengalami gangguan tersebut.
 Keluhan yang dirasakan oleh ibu yang setelah bersalin :
1. Merasa mengigil.
2. Merasa nyeri pada perineumnya.
3. Merasa demam
Riwayat Menstruasi
 Usia manarche : Mengetahui usia awal mentruasi dari ibu.
 HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama periode
menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode (LNMP)
digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP), maka penting untuk mendapatkan tanggal perkiraan
kelahiran yang seakurat mungkin. Dan digunakan untuk mendeteksi
apakah bayi cukup bulan lahirnya atau tidak (Varney, Hellen. 2007 :
521).
 Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus Neagel :
tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3 (Prawiroharjo,
Sarwono. 2010 : 279).
 Keluhan Haid : Kemungkinan untuk dapat mendeteksi jika ada
kista atau tumor.
3) Riwayat Persalinan
 Tanggal partus, tempat partus, umur kehamilan, jenis kelamin, penolong
persalinan, penyulit, JK/BB, keadaan anak sekarang: Hal ini untuk
mengetahui riwayat proses persalinan ibu.
 Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan merupakan
hal yang kompleks dan bidan perlu meninjau setiap obat dan
menyeimbangkan alasan penggunaan obat dengan resiko yang dapat
timbul bila obat digunakan selama masa hamil (Varney, Hellen. 2007 :
527).
 Pernah di rawat/pernah di operasi : Untuk mengetahui riwayat ibu
selama sebelum atau selama kehamilan.
4) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
 Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk dikurangi karena akan
menyebabkan munculnya ketidaknyamanan yaitu kelelahan.
 Pola eliminasi
Pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah BAB/BAK
 Pola makan dan minum
Pemenuhan nutrisi pada ibu yang akan selama kehamilan dan akan
bersalin. Seperti porsi makan, makanan yang dikonsumsi apakah
memenuhi nutrisi, apakah ibu sudah cukup mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan. Apakah ibu tarak makan atau tidak. Agar ketika akan
bersalin tenaga yang akan dikeluarga bisa maksimal.
5) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana.
6) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 280)
7) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
 Kelainan bawaan
 Kanker
8) Riwayat penyakit ibu
 Penyakit yang pernah diderita
 DM, HDK, ISK
 Jantung
 Infeksi Virus Berbahaya
 Alergi obat atau makanan tertentu
 Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut
 Inkompatibilitas Rhesus
 Paparan sinar-X/Rontgen
9) Riwayat Sosial
10) Riwayat Keadaan Psikososial
Bagaimana keadaan ibu dengan keluarga dan dukungan dari mereka.
Dengan keadaan psikologis yang baik pada ibu hamil trimester II
memungkinkan dalam proses persalinan seperti rasa cemas dan takut
terhadap persalinan dapat teratasi (Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 281).

B. DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
2) Pemeriksaan fisik
 Mata : Konjungtivanya anemis/tidak, sklera ikterik/tidak,
pandangan kabur, adanya pemandangan dua atau tidak.
 Rahang, gigi, gusi normal/tidak, adanya pembesaran klenjar
thyroid/tidak.
 Dada aerola hiperpigmentasi.
 Axilla
 Sistem respirasi.
 Sistem kardio.
 Pinggang nyeri/tidak.
 Ekstremitas atas dan bawah tungkai simetris tidak, refleks patella.
3) Pemeriksaan khusus
 Abdomen
 Inspeksi (terdapat linea atau strie, bekas luka operasi)
 Palpasi (untuk melihat proses involusi uterus ibu ketika setelah
bersalin, dan menentukan TFU).
 DRA (Diastesis Rektus Abdomonis).
 Kandung Kemih (untuk mengontrol kontraksi uterus agar tetap baik,
dalam proses involusi uterus).
 Vulva Vagina (lochea berwarna apa, bau atau tidak).
 Luka jalan lahir (luka jahitan/episiotomi, bengkak/tidak, bersih/tidak,
basah/kering).
 Tanda-tanda redda (red, echimosis, edema, discharge, aproximal).
 Exstremitas.
4) Pemeriksaan Laboratorium jika dikaji.

 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data


menentukan diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa. Ada
beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan sebagai dianosa,
tetapi perlu dipertimbangkan untuk pengembangan rencana pelayanan
komprehensif. Masalah-masalah berhubungan dengan pengalaman nyata yang
ditetapkan sebagai diagnosa dan sering identifikasi bidan tertuju pada
pengalaman-pengalaman tersebut misalnya :

Menginterpetasikan Data

Diagnosa Masalah

Dalam lingkup praktik kebidanan


 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi masalah-masalah potensial atau
diagnosa lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini
penting untuk mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan guna
keamanan pelayanan. Kemudianmenentukan tindakan pencegahan dan
persiapan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan.

Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Antisipasi Masalah Potensial

Bila memungkinkan guna keamanan pelayanan. Kemudian menentukan


tindakan pencegahan dan persiapan kemungkinan terjadinya
kegawatdaruratan.

 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/


identifikasi kebutuhan segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama kunjungan
prenatal tetapi tetap berlangsung sampai ketika ia bersalin. Pengkajian untuk
mendapatkan data baru dan pemantauan kegiatan harus tetap dilakukan.
Sementara pada suatu ketika dalam situasi emergensi yang memerlukan bidan
harus bertindak segera untuk kepentingan kehidupan ibu dan bayi. Selain itu
situasi yang memerlukan tindakan segera ketika menunggu intervensi dokter
seperti prolap tali pusat. Situasi lain yang tidak emergensi tetapi mungkin
membutuhkan manajemen konsultasi dan kolaborasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.

Data Pasien Diagnosa Masalah

Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial


Tindakan Segera Tindakan konsultasi Tindakan kolaborasi
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan tahapan terdahulu
(langkah pertama, kedua, ketiga, dan keempat) untuk mengantisipasi masalah
serta diagnosa. Selain itu perlu untuk mendapatkan data yang belum diperoleh
atau tambahan informasi data dasar.

Rencana Asuhan

Penyuluhan Perujukan Klien Konseling

Dx : P.. dengan....
Perencanaan dan rasional :
a. Bina hubungan saling percaya antara petugas dan ibu.
Rasional : Kepercayaan yang diberikan ibu kepada petugas dapat
memudahkan petugas dalam pemeriksaan dan pengkajian.
b. Beritahukan hasil pemeriksaan.
Rasional : Ibu dapat mengetahui kondisinya sendiri.
c. Berikan konseling kepada ibu.
d. Rasional : Mengenai intervensi dan penatalaksanaan yang harus diberikan
kepada ibu.
e. Kolaborasi dengan dokter (SEGERA dirujuk ke RS) untuk tindak lanjut.
Rasional : Dokter berwenang dalam memberikan terapi berupa obat dan
penatalksanaan untuk menangani penanganan yang beresiko tinggi.

 Langkah ke VI (keenam): Implementasi


Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang telah
dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri
atau sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya. Dengan
model ini bidan berkolaborasi dengan dokter atau profesi lain untuk
manajemen asuhan pasien dengan komplikasi.

Penatalaksanaan Asuhan
Tanggung jawab Bidan
1. Oleh bidan
2. Kolaborasi dengan dokter Asuhan menjadi efisien
3. Oleh tenaga kesehatan
Dx :G…P..Uk.. dengan kehamilan normal
Tanggal….
Jam…
Pelaksanaan :...................................
 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan yang
telah dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya apakah
benar-benar memenuhi kebutuhan untuk dibantu.Tujuan dari evaluasi atau
penilaian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi asuhan berdasarkan analisa.

Evaluasi asuhan efektif atau tidak efektif

Penyesuaian Asuhan

Mengulang kembali proses penatalaksanaan kebidanan

1.2.1 Pendokumentasian Secara SOAP


Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP
terdiri dari empat langkah yaitu;
 S : Data Subjektif
C. DATA SUBYEKTIF
11) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/ pertanyaan
kepada ibu atau keluarga yang mendampingi ibu bersalin.
 Nama : Pengkajian nama dapat memudahkan bidan dalam
melakukan komunikasi saat memberi asuhan kepada klien.
 Usia : Mengetahui usia ibu dan dapat menentukan
kemungkinan terjadinya resti.
 Agama : Mengetahui apa yang dilarang dan dianjurkan dalam
agama klien sehingga dalam pendekatan untuk memberikan asuhan akan
lebih mudah.
 Pendidikan : Mengetahui tingkat pendidikan ibu agar memudahkan
dalam melakukan koseling dan memberikan intervesi. Menentukan status
sosial ibu dan pengetahuan ibu mengenai perawatan bayi setelah bersalin.
 Pekerjaan : Mengetahui aktivitas-aktivitas ibu sehari-hari.
 Penghasilan : Mengetahui tingkat perekonomian klien dan menentukan
persiapan mengenai pembiayaan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.
 Telepon dan alamat : Memudahkan tenaga kesehatan dalam
mengidentifikasi apakah daerah di sekitar ibu beresiko tinggi penularan
penyakit serta dengan adanya nomor telepon dapat menghubungi ibu
kembali dengan mudah.
12) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat akan persalinan saat ini :
 Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan oleh ibu setelah bersalin,
mengigil.
Riwayat Menstruasi
 Usia manarche : Mengetahui usia awal mentruasi dari ibu.
 HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama periode
menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode (LNMP)
digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP), maka penting untuk mendapatkan tanggal perkiraan
kelahiran yang seakurat mungkin. Dan digunakan untuk mendeteksi
apakah bayi cukup bulan lahirnya atau tidak (Varney, Hellen. 2007 :
521).
 Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus Neagel :
tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3 (Prawiroharjo,
Sarwono. 2010 : 279).
 Keluhan Haid : Kemungkinan untuk dapat mendeteksi jika ada
kista atau tumor.
13) Riwayat Persalinan
 Tanggal partus, tempat partus, umur kehamilan, jenis kelamin, penolong
persalinan, penyulit, JK/BB, keadaan anak sekarang: Hal ini untuk
mengetahui riwayat proses persalinan ibu.
 Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan merupakan
hal yang kompleks dan bidan perlu meninjau setiap obat dan
menyeimbangkan alasan penggunaan obat dengan resiko yang dapat
timbul bila obat digunakan selama masa hamil (Varney, Hellen. 2007 :
527).
 Pernah di rawat/pernah di operasi : Untuk mengetahui riwayat ibu
selama sebelum atau selama kehamilan.
14) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
 Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk dikurangi karena akan
menyebabkan munculnya ketidaknyamanan yaitu kelelahan.
 Pola eliminasi
Pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah BAB/BAK
 Pola makan dan minum
Pemenuhan nutrisi pada ibu yang akan selama kehamilan dan akan
bersalin. Seperti porsi makan, makanan yang dikonsumsi apakah
memenuhi nutrisi, apakah ibu sudah cukup mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan. Apakah ibu tarak makan atau tidak. Agar ketika akan
bersalin tenaga yang akan dikeluarga bisa maksimal.
15) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana.
16) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 280)
17) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
 Kelainan bawaan
 Kanker
18) Riwayat penyakit ibu
 Penyakit yang pernah diderita
 DM, HDK, ISK
 Jantung
 Infeksi Virus Berbahaya
 Alergi obat atau makanan tertentu
 Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut
 Inkompatibilitas Rhesus
 Paparan sinar-X/Rontgen
19) Riwayat Sosial
20) Riwayat Keadaan Psikososial
Bagaimana keadaan ibu dengan keluarga dan dukungan dari mereka.
Dengan keadaan psikologis yang baik pada ibu hamil trimester II
memungkinkan dalam proses persalinan seperti rasa cemas dan takut
terhadap persalinan dapat teratasi.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 281)

 O : Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur,
informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG,
USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan
akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
D. DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
2) Pemeriksaan fisik
 Mata : Konjungtivanya anemis/tidak, sklera ikterik/tidak,
pandangan kabur, adanya pemandangan dua atau tidak.
 Rahang, gigi, gusi normal/tidak, adanya pembesaran klenjar
thyroid/tidak.
 Dada aerola hiperpigmentasi.
 Axilla
 Sistem respirasi.
 Sistem kardio.
 Pinggang nyeri/tidak.
 Ekstremitas atas dan bawah tungkai simetris tidak, refleks patella.
3) Pemeriksaan khusus
 Abdomen
 Inspeksi (terdapat linea atau strie, bekas luka operasi)
 Palpasi (untuk melihat proses involusi uterus ibu ketika setelah
bersalin, dan menentukan TFU).
 DRA (Diastesis Rektus Abdomonis).
 Kandung Kemih (untuk mengontrol kontraksi uterus agar tetap baik,
dalam proses involusi uterus).
 Vulva Vagina (lochea berwarna apa, bau atau tidak).
 Luka jalan lahir (luka jahitan/episiotomi, bengkak/tidak, bersih/tidak,
basah/kering).
 Tanda-tanda redda (red, echimosis, edema, discharge, aproximal).
 Exstremitas.
4) Pemeriksaan Laboratorium jika dikaji.

 A : Analisa/Assessment
 Dalam SOAP notes untuk tahap assessment mencakup 3 langkah
manejemen kebidanan, yaitu: interpretasi data dasar, identifikasi
diagnosa/masalah potensial, dan identifikasi dan menetapkan kebutuhan
tindakan/penanganan segera. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan.
Contoh Diagnosa : Ibu P
- Masalah potensial :
- Antisipasi masalah potensial :
- Kebutuhan tindakan segera :
 P : Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment.
1.2.2 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP

Alur pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses pendokumentasian Pendokumentasian


kebidanan 7 langkah Varney

7 langkah Varney SOAP Notes


Subjektif
Data
Objektif
Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah
potensial
Menetapkan kebutuhan Assessment
segera untuk
konsultasi/kolaborasi

Merencanakan asuhan Penatalaksanaan :


yang menyeluruh 1. Konsul
Melaksanakan asuhan 2. Tes diagnisik
3. Rujukan
Mengevaluasi keefektifan 4. Pendidikan/konseling
asuhan 5. Follow up
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Taufan.,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Widyasih, Hesty. 2012. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Maryuni, Anik.2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas.Jakarta:Trans Info Media
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C.V
Andi Offset.
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta: Trans Info media
Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika
hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses
pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini,
dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas
adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah
melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah
melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1
minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Pada masa ini seorang wanita yang telah melahirkan merasakan kelegaan karena
keberhasilannya dalam bersalin, sekaligus perasaan was-was akan perubahan pada
tubuh atau bayinya. Namun demikian secara umum masyarakat tidak terlalu
memperhatikan keadaan ibu. Karena perhatian penuh biasanya dicurahkan pada bayi
yang baru lahir. Semagai anggota keluarga baru yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan perhatian. Padahal baik ibu atau bayi memerlukan perhatian yang
sama dalam perawatan pasca kelahiran.
Untuk itu, maka diperlukan deteksi dini komplikasi pada masa nifas dengan
pemeriksaan PNC (Postnatal Care). Salah satu penyebab komplikasi pada masa
nifas ialah tentang ketidaktahuan ibu atau keluarga tentang hal-hal yang perlu
dilakukan pada masa nifas. Hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya
perkembangan bayi dan kesehatan serta psikologis ibu.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu dalam melakukan pemeriksaan pada ibu nifas


dengan masalah khusus dan mampu dalam melakukan deteksi dini komplikasi pada
masa nifas dan mampu menjaring kasus ibu nifas dengan komplikasi dan
penanganannya.

5.2.2 Untuk Institusi

Diharapkan institusi tetap mempertahankan kualitas sehingga tetap mampu


mencetak lulusan yang berkualitas sehingga mampu menurunkan AKI dan AKB di
Indonesia.

5.2.3 Untuk Tenaga Kesehatan

Sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan dan memberikan


pelayanan yang tepat dan bermutu pada ibu nifas dengan masalah khusus atau resiko
tinggi.

5.2.4 Untuk Pasien dan Keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda-tanda bahaya pada


masa nifas sehingga jika terdapat tanda-tanda tersebut keluarga dapat membawa pasien
ke fasilitas kesehatan terdekat.

5.2.5 Untuk Masyarakat

Diharapkan masyarakat rutin datang ke fasilitas kesehatan untuk dilakukannya


pemeriksaan PNC sehingga dapat dideteksi secara dini masalah dan resikonya dan dapat
segera ditangani.

5.2.6 Untuk Lahan Praktek

Didapatkan dapat mempertahankan kualitas dalam bidang pelayanan masa nifas


sehingga angka kunjungan postnatal dapat naik dengan signifikan.

Anda mungkin juga menyukai