Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P P2002 POST PARTUM HARI KE


5 DENGAN METRITIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. NUR LAILI NISWA P17321195019
2. FRISKA PUTRI MEIRDA ADELIA P17321195021
3. SUCI RAHAYU P17321195022
4. YUSTISIA HANUM P17321195023
5. ZULIVIANI FIZA P17321195024
6. GEA BELA PRATIWI P17321195025
7. ANGGUN SHELIA P17321195026
8. MARGARETHA FAUSTINA NAES P17321195027
9. DYAH AYU SAPUTRI P17321195028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN KEDIRI
2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui
vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar
dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing – masing alat traktus
genitalis memiliki mekanisme pertahanan.
Radang atau infeksi pada alat – alat genetalia dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit akur
juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun.
Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2
jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedan ginfeksi puerperal
kuman – kuman dari uterus melalui darah dan limfe menuju parametrium, tuba,
ovarium dan rongga peritonium.
Pada asuhan kebidanan ini akan dibahas mengenai cara menangani kasus
pada ibu nifas dengan metritis atau radang miometrium yang merupakan
kelanjutan dari penyakit endometritis

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan metritis
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
metritis diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan metritis
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah pada ibu nifas
dengan metritis
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu nifas
dengan metritis
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas
dengan metritis
5. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada ibu nifas dengan
metritis
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
metritis
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan.

1.3 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Mengumpulkan data dengan Tanya jawab langsung tentang masalah yang
dialami klien
2. Observasi
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara
inspirasi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Study Dokumentasi
Memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status
klien, catatan medik dan data penunjang lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Pengambilan data dari buku-buku litaratur

1.2 Sistematika Penulisan


Penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi dalam 5 bab yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Metode Pengumpulan Data dan Teknik penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas Fisiologis

B. Konsep Dasar Metritis

C. Konsep Manajemen Kebidanan Pada ibu nifas dengan Metritis

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Data

B. Identifikasi Masalah dan Diagnona

C. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial

D. Kebutuhan Segera

E. Rencana Asuhan

F. Implementasi

G. Evaluasi

BAB IV. PEMBAHASAN


Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil.
(Herawati Mansur, 2009: 152)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono, 2008: 356)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono, 2008: 122)

B. Perubahan Fisiologi Alat-Alat Tubuh


Menurut Sarwono, 2002 : 122, pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis yaitu :
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
c. Lokasi dan pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan system tubuh lainnya.
e. Perubahan psikis

Menurut Rustam Mochtar (1998 : hal 115) pada masa ini terjadi
perubahan involusi pada alat-alat kandungan yaitu :
a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Bekas Implantasi Uri


Placenta bad mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 3 minggu menjadi
3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka-luka jalan lahir
Pada jalan lahir bila tidak di sertai dengan infeksi akan
sembuh dalam 6-7 hari.
d. Rasa sakit (After Pains).
Muntah atau mules-mules (After pains) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan
e. Lochea
Merupakan cairan secret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Beberapa macam Lochea :
1) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desi dua, verniks kaseosa, lanugo
dan mekoneum selama 2 hari post partum.
2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, hari ke 3-7 post partum.
3) Lochea Serusa : berwarna kuning, cairan tidak
berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochea Alga : cairan putih, setenlah 2 minggu.
5) Lochea purulental : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau buruk.
6) Locheostatis : Lochea yang tidak lancar keluarnya.
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong pewarna merah kehitaman. Konsistensinya lemak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,
tangan masih bias masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dari setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
g. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pervis yang merenggang
pada waktu persalinan, setelah bayi baru lahir secara berangsur-
angsur menjadi mengecil dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan- latihan dan gunnastik pasca
persalinan.

C. Tujuan Masa Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Sarwono, 2002:122)

D. Program Dan Kebijakan Teknis


Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir serta untuk mencegah, menditeksi mngenai masalah – masalah
yang terjadi.
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah pendarahan
masa nifas karena atonia
uteri
b. Menditeksi dan merawat
penyebab lain pendarahan, rujuk
bila pendarahan berlanjut.
c. Memberiakan konseling pada
ibu atau salah satu keluarga,
bagaimana mencegah pendarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu


dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi
Note : Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu BBL 2 jam
pertama post partum atau sampai
ibu dan bayinya dalam keadaan
stabil
2 6 hari setelah persalinan a. Memastikan evolusi uterus
berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu mendapat
cukup makanan, cairan dan
istirahat.
c. Memastikan adanya tanda –
tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
d. Memastikan ibu menyususi
dengan baik, dan tidak
memperlitkan tanda – tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada
ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, pada bayi, tetap hangat
dan merawat bayi sehari – hari.

3 2 minggu setelah Sama seperti diatas (6


persalinan hari setelah persalianan)
4 6 minggu setelah Menanyakan pada ibu tentang
persalinan Penyulit – Penyulit yang ia tau
bayi alami.
- Memberikan
konseliang untuk KB secara
dini.

E. PERAWATAN MASA NIFAS


Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, dimana puerperal
diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah di
jumpai sehingga terjadi adhesi antara labium merior dan labium mayora kanan
dan kiri.
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan ibu untuk malakukan
“mobilisasi dini” (early mobiliazation). Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan. (Manuaba, 1998 ; hal 193)
a. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan-kiri untuk
mencegah terjadi trombosis dan tromboembou. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 atau 5 boleh
pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Biasanya
selama persalinan wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uterus
ditekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih perih dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan katerisasi.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa
dilakukan klisma.
e. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara :
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral
dan parlodel
f. Laktasi
Untuk menghadapi laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan
telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar. Alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
2) Hipervaskularisasi pada permukaan dam bagian dalam
3) Keluar cairan susu jolung dari duktus laktiferus disebut colustrum,
berwarna kuning-putih susu. Bila bayi mulai di susui, isapah pada putting
susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektaris mengakibatkan
oksitasi dikeluarkan oleh tupofise. Sebagai efek positif adalah infolusi
uteri akan lebih sempurna. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu
kamar (romming in) atau pada tempat yang terpisah.
4) Keuntungan romming in :
- Mudah menyusukan bayi
- Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi
- Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.
g. Cuti hamil dan bersalin
Menurut undang-undang, bagi wanita bekerja berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum
bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.
h. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Bagi ibu dengan persalinan normal sebaiknya
dilakukapemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan.
i. Nasehat untuk ibu posthatal
1) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
2) Sebaiknya bayi disusui
3) Kerjakan jimnastik setelah bersalin
4) Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB
untuk menjarangkan anak.
5) Bawalah bayi untuk mendapatkan imunisasi

2.2 Konsep Dasar Metritis

A. Pengertian Metritis
Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan
terapinya seperti endometritis. (Sarwono,2009:647)
Metritis/miometritis adalah radang miometrium atau infeksi uterus setelah
persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu, keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi
panggul kronik, sumbatan tuba dan infertilitas. (Sarwono, 2008,262)
Metritis adalah radang pada lapisan dinding rahim yaitu miometrium.
Dimana terjadi infeksi uterus setelah persalinan. Penyakit ini tidak berdiri sendiri
tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti
endometritis. Bila tidak teratasi dengan baik maka berpotensi terjadi Parametritis
(infeksi sekitar rahim), Salpingitis (infeksi saluran otot), Ooforitis (infeksi indung
telur), Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung
telur. (Wikipedia,com)

B. Patofisiologi
1. Bakteriologi
Meskipun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri
biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses
persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan
tersebut, cairan ketuban dan mungkin uterus akan terkontaminasi oleh
bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob yang terbanyak adalah
Peptostreptokokus sp dan Peptokokus sp. Selain itu, juga terdapat
Bakterioides sp dan Klostridium sp. Baakteri aerob gram positif yang
sering ialah Enterokkokus dan grup B Streptokokus, sedangkan bakteri
gram negatif yang sering ialah Eserisia koli
2. Patogenesis
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat
implantasi plasenta, desidua dan miometrium yang berdekatan. Bakteri
yang berkoloni di serviks dan vagina mendapatkan akses ke cairan ketuban
pada waktu persalinan, dan pada saat pascapersalinan akan menginvasi
tempat implantasi plasenta yang saat itu biasanya merupakan sebuah luka
dengan diameter ± 4cm dengan permukaan luka yang berbenjol-
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus, daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen. Infeksi uterus
pascaoperasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain
infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta. (Sarwono, 2008 :649)

C. Etiologi
Faktor Predisposisi terjadinya Metritis menurut (Sarwono, 2008: 247)

adalah:
1. Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominam/seksio sesarea,
maka timbulnya metritis pada persalinan pervaginam relatif jarang bila
persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah
prematur yang lama, partus lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka
kejadian metritis akan meningkat sampai mendekati 6. Bila terjadi
korioamnionitis intrapartum, maka kejadian metritis akan lebih
tinggi yaitu mencapai 13%.
2. Persalinan Seksio Sesarea
Seksio sesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya metritis dan
erat kaitannya dengan status sosioekonomi penderita. Faktor risiko penting
untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban
pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin
internal. Karena adanya risiko tersebut, American College of
Obstetricians and Gynecologist menganjurkan pemberian antibiotika
profilaksis pada tindakan seksio sesarea.

D. Klasifikasi Metritis
1. Metritis Akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi post partum.
Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi
yang lebih luas. Pada wanita dengan endometrium yang meradang
(endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini
miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan daan infiltrasi
sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
2. Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometrogia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan
leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya
disebabkan oleh pertambahan jaringat ikat akibat kelamin. Bila pengobatan
terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
a. Abses pelvik
b. Peritonitis
c. Syok septic
d. Dispareunia
e. Trombosis vena yang dalam
f. Emboli pulmona
g. Infeksi pelvik yang menahun
h. Penyumbatan tuba dan infertilitas

E. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda metritis yaitu.
a. Demam menggigil
b. Nyeri di bawah perut
c. Lochia berbau dan bernanah
d. Nyeri tekan uterus
e. Perdarahan pervaginam
f. Syok
Menurut (Sarwono, 2008:649) gejala klinik Metritis adalah :
1) Demam merupakan gejala klinik terpenting untuk mendiagnosis metritis,
dan suhu tubuh berkisar melebihi 380 C - 390 C. Demam disertai
menggigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakteremia yang
bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke 3
ddertai nadi cepat
2) Penderita mengeluhkan nyeri abdomen yang pada pemeriksaan
bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek
3) Lokhia yang berbau menyengat sering menyertai timbulnya
metritis, tetapi bukan merupakan tanda pasti.
4) Pada infeksi oleh grup A β-hemolitik streptokokus sering disertai lokhia
bening yang tidak berbau.

F. Komplikasi
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
1. Abses pelvic
Pada keadaan yang sangat jarang selulitis parametrium yang terjadi akan
meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi maka harus dilakukan
drainase pus yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan
jarum berukuran besar maupun ke posterior dengan melakukan
kolpotomi yaitu tindakan pembedahan yang membawa porsio dari usus besar
melewati dinding abdomen. Selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang
adekuat.
2. Peritonitis
Peritonitis merupakan penyulit yang kadang-kadang terjadi pada penderita
pasca seksio sesaria yang mengalami metritis disertai nekrosis dan
dehisensi insisi uterus. Pada keadaan yang lebih jarang didapatkan pada
penderita yang sebelumnya mengalami seksio sesaria kemudian dilakukan
persalinan pervaginam (VBAC: Vaginal Birth After C-section). Abses pada
perametrium atau adneksa dapat pecah dan menimbulkan peritonitis
generalisata.
3. Syok septic
Syok septic atau syok endotoksik merupakan suatu gangguan menyeluruh
pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah
infeksi bakteri gram negative. Sering dijumpai pada abortus septic,
korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
4. Dispareunia
Adalah rasa sakit atau nyeri pada saat melakukan hubungan seksual.
Metritis bisa menyebabkan penderitanya merasakan ketidaknyamanan atau
nyeri saat melakukan hubungan seksual
5. Trombosis vena yang dalam
Thrombosis vena dalam adalah kondisi medis yang ditandai dengan
pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di dalam
tubuh (vena profunda) yang dapat menyumbat baik seluruh maupun sebagian
aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi darah.
Kebanyakan DVT ditemukan pada tungkai bawah, paha, atau panggul. Pada
DVT dengan gumpalan darah yang kecil, mungkin tidak bergejala. Pada
gumpalan darah yang lebih besar yang menyumbat vena dengan berat, gejala,
seperti nyeri, dan pembengkakan pada salah satu tungkai (biasanya betis)
disertai dengan daerah kulit yang hangat, biasanya timbul. DVT biasanya
terjadi ketika seseorang menjadi inaktif untuk beberapa waktu tertentupada
kasus-kasus seperti perawatan di rumah sakit dan perjalanan jarak jauh
dengan menggunakan mobil ataupun pesawat terbang. Meskipun hal ini
bukan merupakan kondisi yang berbahaya, hal ini memerlukan penanganan
dini jika gejala timbul karena gumpalan darah di dalam vena dapat lepas dan
berjalan melalui aliran darah, dimana gumpalan darah tersebut dapat
menyangkut pada pembuluh darah di dalam paru-paru. Komplikasi ini dikenal
dengan emboli paru dan dapat mengancam jiwa.
6. Emboli pulmonal
Emboli pulmonal adalah kondisi medis yang ditandai dengan pernapasan
pendek yang mendadak dan tidak dapat dijelaskan, nyeri dada, dan batuk
akibat penyumbatan salah satu pembuluh darah. Penyumbatan biasanya
disebabkan oleh gumpalan darah yang berjalan di dalam aliran darah dari
vena ke dalam paru-paru. Oleh karena itu, orang-orang dengan thrombosis
vena dalam beresiko tinggi terkenal emboli pulmonal
7. Infeksi pelvik yang menahun
Metritis yang tidak diobati akan menyebabkan terjadinya infeksi pelvic
yang menahun, yang bisa menyebabkan penderitanya meninggal apabila tidak
diobati.
8. Penyumbatan tuba dan infertilitas
Bila penderita metritis tidak mendapat penanganan secara cepat atau
tidak diobati maka akan menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba yang
akan menghalangi terjadinya prose ovulasi yang bisa menyebabkan terjadinya
infertilitas.

G. Pencegahan
a. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada
indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari
atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya
ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b. Masa persalinan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa persalinan yaitu.
1) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
3) Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat harus
suci hama.
4) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-
baiknya dan menjaga sterilitas.
5) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan transfusi darah
c. Selama nifas
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa nifas yaitu.
1) Pencegahan infeksi selama nifas antara lain
2) Perawatan luka post partum dengan teknik aseptic
3) Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus
suci hama.
4) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
5) Membatasi tamu yang berkunjung

H. Penatalaksanaan Metritis
1. Segera transfuse bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
2. Berikan antibiotic broadspektrum dalam dosis yang tinggi
Ampicilin 2 gr IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin
5mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap
8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
3. Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
4. Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan
kuret yang lebar)
5. Bila ada pus lakukan drainese (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi
Fowler
6. Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada
evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
(Sarwono, 2008 :262)

2.3 Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney


Langkah I : Mengumpulkan Data Dasar
Data yang harus dikumpulkan pada ibu hamil, meliputi : biodata/ identitas
baik ibu maupun suami, data subjektif dan data objektif, yang terdiri atas
pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan pemeriksaan
laboratorium/penunjang lainnya. Biodata yang dikumpulkan dari ibu hamil dan
suaminya, meliputi : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat lengkap.
Langkah II : Menginterpretasikan/ Menganalisis Data
Pada langkah ini, data subjektif dan data objektif yang dikaji, dianalisis
menggunakan teori fisiologis dan teori patologis, sesuai dengan perkembangan
kehamilan berdasarkan usia kehamilan ibu pada saat diberi asuhan, termasuk
teori tentang kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil. Analisis dan interpretasi
data menghasilkan rumusan diagnosis kehamilan. Rumusan diagnosis kebidanan
pada ibu hamil disertai dengan dasar yang mencerminkan pemikiran rasional
yang mendukung munculnya diagnosis. (Mandriwati,2018)
Langkah III : Merumuskan Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman. (Surachmindari, 2013)
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Segera
Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah ini sebagai cerminan
keseimbangan dari proses manajemen kebidanan. (Muslihatun,2009) Bidan
harus dapat membuat keputusan untuk melakukan tindakan segera sesuai
kewenangannya, baik tindakan kolaborasi maupun rujukan. (Mandriwati,2018)
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah
teridentfikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. (Sulistyawati,2013)
Langkah VI : Penatalaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien
dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggungjawab untuk mengerahkan terlaksananya seluruh
perencanaan. Dalam situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter,
misalnya karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan.
(Sulistyawati, 2013)
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi
dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.

B. Pendokumentasian SOAP
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri
dari empat langkah yaitu;
 S : Data Subjektif
DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/ pertanyaan
kepada ibu atau keluarga yang mendampingi ibu bersalin.
 Nama : Pengkajian nama dapat memudahkan bidan dalam
melakukan komunikasi saat memberi asuhan kepada klien.
 Usia : Mengetahui usia ibu dan dapat menentukan kemungkinan
terjadinya resti.
 Agama : Mengetahui apa yang dilarang dan dianjurkan dalam
agama klien sehingga dalam pendekatan untuk memberikan asuhan
akan lebih mudah.
 Pendidikan : Mengetahui tingkat pendidikan ibu agar memudahkan
dalam melakukan koseling dan memberikan intervesi. Menentukan
status sosial ibu dan pengetahuan ibu mengenai perawatan bayi setelah
bersalin.
 Pekerjaan : Mengetahui aktivitas-aktivitas ibu sehari-hari.
 Penghasilan: Mengetahui tingkat perekonomian klien dan menentukan
persiapan mengenai pembiayaan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.
 Telepon dan alamat : Memudahkan tenaga kesehatan dalam
mengidentifikasi apakah daerah di sekitar ibu beresiko tinggi penularan
penyakit serta dengan adanya nomor telepon dapat menghubungi ibu
kembali dengan mudah.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat masa nifas nyeri luka jahitan
perineum
3) Riwayat Menstruasi
 Usia manarche : Mengetahui usia awal mentruasi dari ibu.
 HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama periode
menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode (LNMP)
digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (TP), maka penting untuk mendapatkan
tanggal perkiraan kelahiran yang seakurat mungkin. Dan digunakan
untuk mendeteksi apakah bayi cukup bulan lahirnya atau tidak (Varney,
Hellen. 2007 : 521).
 Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus Neagel
: tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3 (Prawiroharjo,
Sarwono. 2010 : 279).
 Keluhan Haid : Kemungkinan untuk dapat mendeteksi jika ada
kista atau tumor.
4) Riwayat Persalinan
 Tanggal partus, tempat partus, umur kehamilan, jenis kelamin, penolong
persalinan, penyulit, JK/BB, keadaan anak sekarang: Hal ini untuk
mengetahui riwayat proses persalinan ibu.
 Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan merupakan
hal yang kompleks dan bidan perlu meninjau setiap obat dan
menyeimbangkan alasan penggunaan obat dengan resiko yang dapat
timbul bila obat digunakan selama masa hamil (Varney, Hellen. 2007 :
527).
 Pernah di rawat/pernah di operasi : Untuk mengetahui riwayat ibu
selama sebelum atau selama kehamilan.
5) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
 Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk dikurangi karena akan
menyebabkan munculnya ketidaknyamanan yaitu kelelahan.
 Pola eliminasi
Pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah BAB/BAK
 Pola makan dan minum
Pemenuhan nutrisi pada ibu yang akan selama kehamilan dan akan
bersalin. Seperti porsi makan, makanan yang dikonsumsi apakah
memenuhi nutrisi, apakah ibu sudah cukup mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan. Apakah ibu tarak makan atau tidak. Agar ketika akan
bersalin tenaga yang akan dikeluarga bisa maksimal.
6) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir. (Prawiroharjo,
Sarwono. 2010 : 280)
8) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
 Kelainan bawaan
 Kanker
9) Riwayat penyakit ibu
 Penyakit yang pernah diderita
 DM, HDK, ISK
 Jantung
 Infeksi Virus Berbahaya
 Alergi obat atau makanan tertentu
 Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut
 Inkompatibilitas Rhesus
 Paparan sinar-X/Rontgen
10) Riwayat Sosial
11) Riwayat Keadaan Psikososial
Bagaimana keadaan ibu dengan keluarga dan dukungan dari mereka.
Dengan keadaan psikologis yang baik pada ibu hamil trimester II
memungkinkan dalam proses persalinan seperti rasa cemas dan takut
terhadap persalinan dapat teratasi. (Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 281)

 O : Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur,
informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG,
USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan
menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
2) Pemeriksaan fisik
 Mata : Konjungtivanya pucat
 Rahang, gigi, gusi normal, tidak ada pembesaran klenjar thyroid
 Dada : payudara tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
 Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar lymfe
 Sistem respirasi.
 Sistem kardio.
 Pinggang nyeri/tidak.
 Ekstremitas atas dan bawah tungkai simetris tidak, refleks patella,
tidak odema.
3) Pemeriksaan khusus
 Abdomen
 Inspeksi (terdapat linea atau strie, bekas luka operasi)
 Palpasi (untuk melihat proses involusi uterus ibu ketika setelah
bersalin, dan menentukan TFU).
1. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr
2. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatas sympisis dengan berat uterus 350 gr
3. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil
dengan barat uterus 50 gr.
 DRA (Diastesis Rektus Abdomonis).
 Kandung Kemih (untuk mengontrol kontraksi uterus agar tetap baik,
dalam proses involusi uterus).
 Vulva Vagina (lochea berwarna apa, bau atau tidak).
1. Lochia Rubra Atau Merah
Keluar pada hari ke 1 sampai ke 4 masa postpartum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah yang segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding Rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan meconium. Jika locjia tidak
berubah, hal ini menunjukkan tanda-tanda perdarahan
sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa
atau selaput plasenta.
2. Lochia Sanguinolenta atau Merah Kecoklatan
Lochia ini berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7
postpartum.
3. Lochia Serosa atau Kuning
Mengandung serum leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Lochia ini keluar pada hari ke 7 sampai hari ke
14.
4. Lochia Alba atau Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochia alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum. (Sri
Astuti.2015: 15-16)
 Luka jalan lahir (luka jahitan/episiotomi, bengkak/tidak, bersih/tidak,
basah/kering).
 Tanda-tanda redda (red, echimosis, edema, discharge, aproximal).
4) Pemeriksaan Laboratorium : leukosit meningkat (>9.000 m3), pemeriksaan
cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri

 A : Analisa/Assessment

 Dalam SOAP notes untuk tahap assessment mencakup 3 langkah


manejemen kebidanan, yaitu: interpretasi data dasar, identifikasi
diagnosa/masalah potensial, dan identifikasi dan menetapkan kebutuhan
tindakan/penanganan segera. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan.
Contoh Diagnosa : P…. A… P… A… H… post partum hari ke-…
dengan Metritis
- Masalah potensial :
- Antisipasi masalah potensial :
- Kebutuhan tindakan segera :
 P : Penatalaksanaan
1. Segera transfuse bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
2. Berikan antibiotic broadspektrum dalam dosis yang tinggi
Ampicilin 2 gr IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah
gentamisin 5mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol
500mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak
panas selama 24 jam. Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
3. Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret yang lebar)
4. Bila ada pus lakukan drainese (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam
posisi Fowler
5. Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila
pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi
subtotal. (Sarwono, 2008 :262)
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal 8 Maret 2020

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Ny. P Nama Suami : Tn. R
Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta (toko material)

Agama : Islam Agama : Islam


Alamat : Papar, kediri Alamat : Papar, Kediri

I. Keluhan Utama
Ibu datang ke Puskesmas dengan keluhan sudah dua hari panas badan dingin,
nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor seperti nanah dari vagina
dan baunya busuk. Ibu melahirkan pada tanggal 03 Maret 2020 usia kehamilan 9
bulan, ibu melahirkan di BPM ditolong oleh bidan. Waktu pembukaan sudah
lengkap bayi tidak juga lahir meskipun ibu sudah mengedan, 1 jam lebih
seperempat baru bayi dapat lahir. Setelah bayi lahir, dan di tunggu beberapa menit
ari –ari tidak lahir dan bidan mengatakan akan disuntik yang kedua kali agar ari –
ari dapat lahir, namun tidak juga lahir setelah ditunggu setengah jam, sehingga
bidan mengatakan akan mengambil ari – ari dengan cara dirogoh. Ibu dirawat di
BPM selama 1 hari. Dan tidak ada masalah selama di BPM.
II. Penyakit Riwayat Dahulu
Ibu belum pernah mengalami infeksi sebelumnya, Ibu juga tidak
mengalami pecah ketuban sebelum waktunya
III. Riwayat Natal
- Pre natal : selama hamil tidak pernah mengalami keputihan berbau
menyengat atau berwarna kuning kehijauan, tidak pernah mengalami
demam. Tidak pernah keguguran,
- Natal : melahirkan secara normal ditolong bidan, dan ari ari
dirogoh , usia kehamilan 9 bulan
- Post Natal : ibu mengalami demam
- Riwayat KB : ibu pernah menggunakan KB suntuk 1 bulan
IV. Pola kebiasaan Sehari-hari

 Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x


sehari, , ganti pembalut setiap lembab, ganti celana dalam setiap 2 kali
sehari.
 Pola Eleminasi : BAK :5x/hari,berwarna kuning dan berbau khas.
BAB : 1x/hari,konsistensi lunak
 Pola seksual
ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual
V. Riwayat Persalinan yang Lalu

N Tgl/Tahu Tempat Usia Jenis Penolong Jenis BB/PB Keadaan


O n persalinan Kehamilan Kehamilan kela anak
min
1 12-08- BPM 9 bulan Normal Bidan L 3000gr/ Hidup
2015 50cm Sehat
2. 03 – 03- BPM 9 bulan Normal Bidan L 3200gr/ Hidup
2010 50 cm Sehat

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Cukup Kesadaran :composmentis
TD : 90/60 mmHg Nadi : 102 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit Suhu :3 9,50C

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Mata : conjungtiva pucat
Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sangolenta. Keluar nanah,
perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka
Palpasi

Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan


Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut bagian bawah.
kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan
symphisis pusat)
3. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 10,4 gr %
Leukosit : 150.00 UI
Golongan darah : O
C. ANALISA DATA
P2002 post partum hari ke 5 dengan Metritis.

D. PENATALAKSANAAN
1) . Menjelaskan kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini bahwa ibu mengalami
metritis dimana terdapat infeksi dalam kandungan ibu yang membuat ibu
menjadi demam namun ibu tidak perlu khawatir karena infeksinya akan dapat
ditangani, ibu dan keluarga mengerti keadaan ibu saat ini.
2) . Melakukan observasi keadaan umum dan tanda vital
Suhu : 39,8 0C Nadi : 86 x/menit
Pernapasan :24 x/menit TD : 90 / 60 mmHg
3) .Memberikan kompres hangat untuk membantu mengurangi rasa sakit dan
menurunkan panas, ibu sudah di kompres oleh keluarga.
4) .Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan metritis.
Advis dokter :
1) Memasang infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit untuk memenuhi
kebutuhan cairan ibu yang telah hilang, ibu telah dipasang infuse di
bagian tangan sebelah kanan.
2) Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48
jam
a. Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam
b. Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
Ibu telah mendapatkan obat sesuai dengan advis dokter
5) .Memberitahu pada ibu dan keluarga untuk sedikitnya ibu minum 8 gelas/hari,
ibu telah minum air putih
6) .Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi, ibu
mau makan nasi bungkus yang dibawakan oleh keluarga
7) .Memberitahu pada ibu untukmenjaga kebersihan diri dengan mandi 2 x/hari
dan mengganti softek minimal 3 kali ganti sehari, ibu belum mandi dan
mengganti softek
8) .Mengajurkan pada ibu untuk memakai celana dalam yang longgar dari bahan
katun mencegah lembab dan infeksi, ibu memahami anjuran bidan.
9) .Menganjurkan pada ibu untuk banyak istirahat, ibu akan istirahat seperti yang
dianjurkan
10) .Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bila keadaan ibu tidak juga membaik
maka sewaktu-waktu ibu dapat dirujuk ke rumah sakit. Ibu dan suami
memahami
CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 09 Maret 2020 Post Partum Hari Ke-6

S : Data Subyektif
a. Ibu masih merasa sakit perut bagian bawah
b. Ibu mengatakan suhu tubuhnya sudah menurun
c. Ibu mengatakan cairan yang keluar masih berbau busuk
d. Ibu mengatakan nafsu makan masih kurang

O : Data Objektif
a. Suhu tubuh : 39,5 0C
b. TD : 100/60 mmHg
c. Nadi : 80 x/menit
d. Pernapasan : 20 x/menit
e. BAB : lancar 1 x/hari
f. BAK : normal, 4 – 5 x/hari
g. Palpasi : nyeri tekan perut bagian bawah terasa keras dan bulat
h. TFU : 3 jari dibawah pusat
i. Lochea : Sanguinoelenta, warna kecoklatan, masih bau busuk
j. Heating : tidak ada laserasi jalan lahir dan robekan perenium
k. ASI : sudah keluar lancar
l. Pendarahan : pendarahan 50 cc ganti softek 3 x sehari
A : Analisis Data
P2002 post partum hari ke-6 dengan metritis

P : Penatalaksanaan
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini bahwa
keadaan ibu belum juga membaik untuk itu akan dilakukan rujukan ke rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik. Ibu dan keluarga memahami
2. Mempersiapkan surat rujukan, alat dan transportasi untuk melakukan rujukan
3. Anjurkan keluarga untuk :
a. Menyiapkan perlengkapan surat – surat untuk keperluan administrasi ibu
dan pakaian
b. Menyiapkan uang
c. Menyiapkan makanan dan minuman untuk kebutuhan ibu diperjalanan
selama proses rujukan ke rumah sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN

Nifas adalah masa di setelah partus selesai sampai 6 minggu pasca salin.
Pada masa ini ada 3 hal yang patut diperhatikan oleh petugas kesehatan. Hal
tersebut adalah ppenurunan TFU (Tinggi Fundus Uteri), pengeluaran lochea dan
laktasi (menyusui). Begitu pentingnya hal tersebut untuk diobservasi karena dapat
digunakan sebagai indicator adanya kelainan atau komplikasi pada masa nifas.
Pada Ny “P” ditegakkan diagnosa dengan metritis dengan dasar pada
pengkajian dimana didapatkan adanya nyeri pada abdomen bagian bawah, adanya
lochea bernanah dan berbau menyengat selain itu disertai adanya demam. Untuk
Ibu nifas normal seharusnya lochea yang keluar sudah berupa lochea
sanguinolenta dimana lochea yang keluar berwarna merah kekuningan tapi pada
kasus ini warna lochea masih merah segar dan terdapat nanah sehingga berbau
menyengat. Dan dari pemeriksaan juga ditemukan bahwa suhu ibu tinggi yaitu
39,50C, dan menurut teori demam merupakan tanda adanya infeksi diperkuat
adanya perdarahan yang keluar dari vagina.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif ternyata didapatkan bahwa ibu
melahirkan di dukun, hal ini bisa disimpulkan bahwa ibu mungkin terkena infeksi
saat pertolongan persalinan yang tidak seril dari dukun.
Dan dilihat dari pengkajian data subyektif maupun obyektif diatas
disimpulkan bahwa ibu terkena infeksi miometrium yaitu metritis, yaitu infeksi
yang terjadi setelah persalinan dan salah satu faktornya adalah persalinan lama
Untuk penanganan yang dilakukan disini adalah sesuai advice dokter dengan
memberikan rehidrasi untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan, memberikan
antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam yaitu :
Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam ; Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam ;
Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal, selain itu bidan juga
mempersiapkan untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang mampu
menangani kasus infeksi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. “P” Post partum hari ke-6,
Dengan Metritis penulis dapat menimpulkan bahwa :
1. Pada kasus Ny. “P” bisa dikaji data subyektif dan objektif.
Data subjektifnya ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki
tanggal 03 Maret 2020. Saat pengkajian, ibu mengeluhkan demam dan
nyeri pada perut sejak 1 hari yang lalu.. Dari data obyektif diperoleh
nyeri tekan pada abndomen bagian bawah ibu dan suhu ibu tinggi 390C
2. Diagnosa : Ny. “P” P2002 Post Partum hari ke-6 Dengan Metritis
3. Rencana Asuhan yang diberikan:
a. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini bahwa
keadaan ibu belum juga membaik untuk itu akan dilakukan rujukan ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik. Ibu dan
keluarga memahami
b. Mempersiapkan surat rujukan, alat dan transportasi untuk melakukan
rujukan
c. Anjurkan keluarga untuk :
 Menyiapkan perlengkapan surat – surat untuk keperluan administrasi ibu
dan pakaian dan menyiapkan uang
 Menyiapkan makanan dan minuman untuk kebutuhan ibu diperjalanan
selama proses rujukan ke rumah sakit.
4. Melakukan rujukan ke RS
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ginekologi Bagian Obstetri dan Gynekologi, Bandung


Prawiroharjo,Sarwono,2008,Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP-SP Prawirohadjo,Sarwono, 2008,
Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta:YBP-SP
Prawiroharjo, Sarwono,2009. Ilmu Kebidanan , Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai