BAB 1
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu komponen terpenting yang produksi
dan kelancarannya perlu diperhatikan oleh calon ibu. ASI mengandung kolostrum
yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan
pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat
lahir melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (WHO,
pemberian ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan
beberapa faktor antara lain faktor ibu, faktor bayi, faktor psikologis, faktor tenaga
kesehatan dan faktor sosial budaya. Faktor ibu yang menjadi masalah dalam
pemberian ASI adalah pengeluaran ASI. (Gunawan, 2017). Proses laktasi terjadi
prolaktin dan oksitosin. Produksi dan sekresi ASI merupakan proses fisiologis
dari laktasi, maka faktor-faktor yang berpengaruh pada proses laktasi antara lain
posisi dan fiksasi bayi yang benar pada payudara, frekuensi dan durasi menyusui,
pengosongan pada payudara, nutrisi, keadaan ibu baik fisik maupun psikis serta
Hambatan pemberian ASI pada bayi baru lahir sering disebabkan karena ASI
yang belum keluar dan berkurangnya produksi ASI, hal ini karena kurangnya
rangsangan hormon prolaktin dan hormon oksitosin yang sangat berperan dalam
oleh perasaan stress, gelisah, kurang percaya diri, takut, cemas, nyeri terus
menit pertama setelah lahir dengan dirangsang oleh pemberian ASI sedini
akan meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak. Pemberian ASI awal
sampai bayi berumur 6 bulan dapat mengurangi 22% kematian bayi di bawah
oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI.
,pemijatan payudara ( pijat oketani) dan pemijatan pada tulang belakang sampai
tulang costae kelima dan keenam (Gunawan , 2017). Menurut Evariny (2008)
dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui salah satu
caranya dengan melakukan pijat Oksitani ( pijat oksitosin dan pijat oketani)
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher, punggung,
atau sepanjang tulang belakang sampai tulang costae kelima dan keenam. Pijat
pengeluaran ASI, selain itu juga memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Monika, 2014). Pijat oksitosin yang
dilakukan 12 jam setelah operasi caesar lebih cepat untuk mengeluarkan produksi
ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan pijat oksitosin (Nia dkk,
2017).
meningkatkan produksi ASI, membuat payudara menjadi lebih lembut dan elastis
sehingga memudahkan bayi untuk menyedot susu. Selain itu, pijat oketani juga
pemberian ASI Eksklusif di Riau mencapai 56,2 persen. Dari 20 puskesmas yang
ada dikota Pekanbaru cakupan ASI eksklusif yang paling tinggi adalah puskesmas
Melur 75,0 persen dan cakupan ASI yang terendah nomor 3 adalah wilayah
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Dince Safrina jumlah ibu
post partum dilihat pada 3 bulan terakhir (Oktober – Desember 2018) sejumlah 61
ibu post partum dan 34 ibu postpartum diantaranya terdapat ibu post partum yang
mengalami masalah dalam menyusui yaitu lambatnya proses pengeluaran asi. Dari
Pengaruh Pijat Oksitani terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Bidan
Kombinasi Pijat Oksitani terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Bidan
a) Mengetahui perbedaan rata-rata produksi ASI pada ibu post partum pada
Tahun 2019.
5
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi
terhadap produksi asi pada ibu post partum di bidan praktek mandiri dince safrina.
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini di harapkan dengan penerapan pijat
oksitani pada ibu post partum dapat mempengaruhi produksi ASI dan menambah
alternatif baru untuk menangani masalah pemberian ASI yang di alami oleh ibu
menyusui.
asi pada ibu post partum. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan febuari sampai
dengan april 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan
desain quasi experiment dengan rancangan post test only design dengan group
kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang bersalin
normal di BPM bd. Dince Safrina. Sampel pada penelitian ini adalah 20 orang ibu
post partum yang terdiri dari 10 ibu post partum yang dilakukan pijat oksitani dan
10 ibu post partum yang hanya dilakukan pijat oksitosin. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengolahan dan analisis data secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas (puerpurium ) ini dimulai sejak 2 jam setelah lahirmya plasenta
b. Post partum (puerpurium) adalah masa mulai pulih kembali, mulai dari
c. post partum (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal post
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak
lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan
eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan
mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses
7
menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang
(Hidajati, 2012).
Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru
hormon yang berfungsi untuk produksi ASI, disamping hormon lain seperti
meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh
estrogen yang tinggi, pada hari kedua dan ketiga setelah melahirkan, kadar
dominan, pada saati inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusui lebih
hipofisis, sehingga sekresi ASI lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang
pertama kali, bayi mengambil ASI yang sudah ada (Saleha, 2009).
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus),
makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui
prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan
kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada
oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang
memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang
ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya (Saleha ,2009)\
Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami
saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi,
tubuhnya, meninggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi.
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus
sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup
sehat menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI
500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari) (Polit, 2012). Ruang Lingkup manajemen
laktasi adalah periode postnatal, antara lain ASI eksklusif, teknik menyusui,
10
memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, pemenuhan gizi
terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada
6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses
menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain (Roesli, 2013):
a) Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam
1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan
tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan
pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi caesar juga dapat
melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari
kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan
ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan
bayi.
b) Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi
anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula)
Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,
c) Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu
menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi menyusui harus
senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang
kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar
menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut
bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui
dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (Roesli,
2013).
payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan
badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi
dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan
bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala
bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara
bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola
bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara
Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut (Roesli, 2013):
c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk
Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil
cukup banyak payudara kedalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus
laktiferus.
d. Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
f. Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri
pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat
dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering
dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik
Oksitosin (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let
down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin
2016).
b) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
Cara melakukan pijat oksitosin :
14
Mengatur posisi ibu duduk dengan meletakkan tangan yang dilipat di meja atau
Telusuri tulang belakang ibu yang paling menonjol tersebut, kemudian turun
sedikit kebawahnya (jarak sekitar lebih 1-2 jari). Kemudian geser kembali ke
Pijat dengan memakai ibu jari atau dengan kepalan tangan (sesuaikan dengan
keinginan).
kearah bawah sehingga mencapai batas garis pakaian dalam ibu (bra).
Pijat oketani adalah pijat payudara yang tidak memberikan rasa sakit. Pijat
oketani merupakan salah satu metode breast care yang tidak menimbulkan rasa
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan
elastis sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan
memberikan rasa lega dan nyaman secara, meningkatkan kualitas ASI, mencegah
putting lecet dan mastitis serta dapat memperbaiki /mengurangi masalah laktasi
yang disebabkan oleh puting yang rata ( flat nipple), puting yang masuk kedalam
hasil pijat oketani 80% efektif mengatasi masalaah payudara diantaranuya untuk
kelancaran ASI dan putting yang tidak menonjol (Kabir & Tasnim, 2009).
tidak adanya nyeri yang berlebihan ketika dilakukan pijatan, meskipun payudara
2. Mulai pemijatan
A
B
C
c. Gerakan pertama : Mendorong C (1) dan menarik A (1), B (2) pada posisi
ketiga jari tangan kanan dan jari kelingking tangan kiri menuju bahu kiri
d. Gerakan kedua : Mendorong C (1-2) dan menarik bagian tengahnya dari A (1-
2) dan B (1-2) dengan jari ketiga kedua tangan menuju akson kiri
17
e. Gerakan ketiga : Mendorong C (2) dan menarik A (3) dan B (1) dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kanan dan jari ketiga tangan kiri menempatkan ibu
jari di atas sendi kedua dari jempol kanan,disini mendorong dan menarik akan
disisi B dan ibu jari kiri di C tengah,ketiga dan jari kelingking pada sisi A
18
kanan sambil memutarnya dengan lembut dari pinggiran atas ketepi bawah
payudara
kiri sambil memutarnya dengan lembut dari pinggiran atas ketepi bawah payudara
i. Gerakan ketujuh : Perlahan putar payudara secara searah jarum jam dan
permukaan luar (8A), bagian bawah (8B), bagian dalam payudara (8C) dan bagian
dalam pinggiran atas payudara kanan (8D) dan bagian dalam,bagian bawah,luar
sebagai patokan untuk mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi
bayi pada hari hari pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusukan
payudara ibu akan terasa tegang, ASI yang banyak dapat merembes/menetes
keluar puting susu dengan sendirinya, ibu terlihat rileks saat menyusui, frekwensi
menyusui >8 kali sehari tanpa jadwal, perlekatan benar dan puting tidak lecet,
bayi dapat tidur setelah diberikan ASI. ASI yang kurang dapat dilihat saat
stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar (Yuliarti, 2010).
21
Medula Spinalis
Merangsang saraf
Parasimpatis
Mesensephalon
Hipotalamus
c
Oksitosin Prolaktin
Sel-sel Alveoli c
Produksi ASI
Sumber : Pollard, 2016 ; Rahayu, 2016 ; Roeli, 2013 ; Stables and Rankim, 2010
22
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
Analisa
23
3.3 Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
menggunakan post test design. Alasan peneliti memilih desain ini karena jenis
penelitian ini dilakukan post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
ASI setelah dilakukan perlakukan pada group intervensi dan kelompok kontrol.
Setelah dilakukan observasi dari 24 jam pertama sampai 3 hari postpartum untuk
mencari perbedaan pada masing masing kelompok dan di nilai pada hari ke 4 post
partum. Hasil yang didapat dari pengukuran pada kedua kelompok tersebut akan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2019
Penelitian ini akan dilakukan di Bidan Praktik Mandiri Dince Safrina Kota
Pekanbaru
25
4.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu post partum di BPM Dince
2019
4.3.2 Sampel
a. Jumlah sampel
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eklusi
26
1) Ibu postpartum yang memiliki bayi dengan kelainan pada bibir dan
observasi antara kelompok yang telah diberikan intervensi pijat oksitosin dan
kelompok yang diberikan intervensi pijat oksitosin oketani selama 3 hari post
observasi yang di isi oleh peneliti langsung melalui observasi pada ibu post
partum di hari ke 4.
berikut:
a. Editing
Pada langkah ini dilakukan pengecekan data pada lembar isian dan
b. Coding
27
Pada langkah ini, data diubah dari bentuk huruf menjadi data dalam bentuk
angka atau bilangan. Hal ini untuk mempermudah pada saat analisa dan
juga mempercepat pada saat entry data. Untuk variabel teknik oksitani
diberikan kode 1 (satu) jika tidak dilakukan dan kode 2 (dua) jika
dilakukan.
c. Entry Data
Pada langkah ini, data yang sudah diedit dan diberi koding mulai
d. Cleaning
e. Processing
Setelah semua lembar isian diyakini lengkap dan sudah di coding, maka
program SPSS
a. Univariat
ini adalah menghasilkan nilai rata- rata dari tiap variable, yaitu rata–rata
produksi ASI pada kelompok control (tidak dilakukan pijat oksitani) dan
b. Bivariat
akupresur terhadap produksi ASI ibu nifas. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji T Independent dengan taraf signifikansi 95%