Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN MATERNITAS

PIJAT OKETANI DAN OKSITOSIN UNTUK MEMPELANCAR

PRODUKSI ASI PADA PASIEN POST SC DI RUANG BOUGENVILE

RSUD dr. R . GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh :

Kelompok 15

1. Arif Wibowo 2211040003


2. Hijriati Nurfaiza 2211040157
3. Ayu Mei Nursasi 2211040175
4. Ulfah Nur Wulandari 2211040118
5. Finka Andriani 2211040129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama dan utama untuk bayi.
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif,
menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa tambahan
makanan dan minuman kecuali obat vitamin dan mineral. ASI merupakan
makanan pertama dan utama untuk bayi. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun
2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, menyatakan bahwa setiap bayi harus
mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 bulan, tanpa tambahan makanan dan minuman kecuali obat
vitamin dan mineral. Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) pada
tahun 2016 tentang cakupan ASI eksklusif di dunia hanya sebesar 36%.
Capaian tersebut masih dibawah target cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan
oleh WHO yaitu sebesar 50% (2017). Menurut data BPS tahun 2019-2021
didapatkan bahwa cakupan ASI Eksklusif di Indonesia yaitu 71,58%, Cakupan
ASI Eksklusif di Jawa Barat 76,46% dan cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten
Bandung sebesar 64,84% (BPS,2021)
Menyusui menjadi salah satu hal yang diperbincangkan sedara global saat
ini. Mengingat menyusui memiliki efek yang signifikan pada kesehatan anak,
khususnya Angka Kematian Bayi (AKB), maka promosi, proteksi dan
dukungan terhadap menyusui bayi telah menjadi salah satu prioritas utama
dalam kebijakan kesehatan masyarakat (Kitano,2019). World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa menyusui merupakan cara yang tidak
tertandingi dalam menyediakan makanan yang ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat bagi bayi.
Persentase nasional angka kejadian proses mulai menyusu kurang dari satu
jam (IMD) setelah bayi lahir pada tahun 2017 adalah 34,5 persen. Kurangnya
presentasi tersebut mengakibatkan bayi baru lahir yang seharusnya
mendapatkan ASI dini akan tertunda pemberiannya dan digantikan susu
formula sebagai gantinya. Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terbaik
untuk bayi dan ASI mengandung antibodi yang melindungi bayi dari berbagai
macam penyakit. WHO merekomendasikan agar setiap bayi baru lahir
mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. Tidak keluarnya ASI pada
hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi salah satu penyebab tidak
terwujudnya pemberian ASI eksklusif. Namun, sebagian ibu tidak memberikan
ASI eksklusif karena alasan ASInya tidak keluar atau hanya keluar sedikit
sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya.
Proses pengeluaran ASI yang terhambat bisa disebabkan oleh beberapa
masalah seperti adanya pembengkaan payudara, mastitis, bendungan ASI,
puting lecet, kelainanan bentuk puting dan bayi malas untuk menyusu. Masalah
ini banyak ditemui pasa pasien post Sectio Caesarea yang mana tidak
dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini serta keterlambatan dalam memberikan
ASI. Permasalahan mayoritas yang biasanya dialami ibu adalah tidak keluarnya
ASI pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Terlambatnya
pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya sekresi hormon prolaktin
dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI.
Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin.
Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi
pemberian ASI, Berat Bayi saat lahir usia kehamilan saat bayi lahir, usia ibu
dan paritas, stres dan penyakit akut, Inisiasi Menyusu Dini, keberadaan
perokok, konsumsi alkohol, perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi
dan status gizi. Usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada
ibu setelah melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat juga dilakukan
dengan melakukan perawatan payudara, inisiasi menyusui dini (IMD),
menyusui secara on demand, pijat oksitosin ataupun pijat oketani (WHO,2017)
Breast care adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk
memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan
melakukan pemijatan (Muliani, H.R. 2019) . Breast care adalah upaya dengan
perawatan khusus lewat pemberian rangsang terhadap otot-otot dada ibu,
dengan cara pengurutan atau massase yang diharapkan dapat memberi
rangsangan kepada kelenjar ASI agar dapat memproduksi susu tersebut. Fungsi
dari masase payudara adalah untuk menstimulasi pituitari melepaskan hormon
oksitosin yang merangsang kontraksi sel mioepitel alveoli dan berdampak pada
pengeluaran ASI (Kentjonowaty, 2018).
Berdasar pemaparan diatas penulis tertarik membahas tentang tindakan
keperawatan breast care untuk memperlancar pengeluaran ASI pada ibu post
partum.
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan
pijat oketani dan oksitasin dalam memperlancar pengeluaran ASI pada ibu post
partum.
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan ini diharapkan tindakan keperawatan pijat oketani dan
oksitasin dapat diaplikasikan di Rumah Sakit terutama oleh perawat pada klien
post partum untuk memperlancar pengeluaran ASI.
BAB II

LITERATURE REVIEW

A. JURNAL I
1. Nama Peneliti
Vania Putri Ulan Sari dan Syukrianti Syahda
2. Judul Jurnal
Pengaruh Pijat Oketani Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangkinang Kota.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain Quasi
Eksperiment. Sampel pada penelitian ini sebanyak 25 orang ibu nifas yang
ada di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Teknik pengambilan
sampel secara Purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji
statistik dependen sampel T-test (paired T-test).
4. Hasil Penelitian
Produksi ASI pada setiap ibu nifas sebelum dilakukan pemijatan memiliki
produksi ASI yang kurang. Setelah melakukan pijat oketani pada setiap
responden produksi ASI ibu nifas mengalami peningkatan yang ditandai
dengan bertambahnya volume ASI ibu setelah 5 hari dilakukan pemijatan.
Bedasarkan hasil penelitian didapatkan hasil analisis data tentang pengaruh
pijat produksi ASI pada Ibu nifas sebelum dan sesudah diberikan pijat
oketani, rata-rata pengaruh produksi ASI sebelum diberikan pijat oketani
adalah 82.40 dan nilai rata-rata sesudah diberikan pijat oketani adalah
105.20. Hasil uji statistic denganmenggunakan uji T testdiperoleh  value
sebesar 0.000 (≤ 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh
pijat oketani terhadap produksi ASI Ibu Nifas. Menurut asumsi peneliti,
terdapat pengaruh pijat oketani terhadap produksi ASI pada Ibu nifas
dikarenakan pijat oketani menyebabkan payudara menjadi lunak dan lebih
luas, sehingga kelenjar-kelenjar air susu semakin banyak dan produksi ASI
semakin banyak. Pengaruh pijat oketani ini dilihat dari semakin
bertambahnya volume ASI ibu, bayi yang lama menyusudan tenang saat
menyusu. Selain itu, menurut responden yang telah dilakukan pijat oketani,
responden merasakan nyaman pada area payudara dan sedikitpun tidak
merasakan nyeri saat dipijat. Responden juga merasakan perubahan pada
payudarannya yang menjadi lebih lunak dan lentur serta adanya
penambahan volume ASI yang responden rasakan setelah dilakukan pijat
oketani ini.
B. JURNAL II
1. Nama Peneliti
Machmudah
2. Judul Jurnal
Sukses Menyusui dengan Pijat Oketani
3. Metode Penelitian
Jurnal ini merupakan karya tulis yang mengumpulkan teori-teori dan
konsep-konsep yang berkaitan dengan pijat oketani dari segi manfaat
sampai standar prosedur pelaksanaan tindakan.
4. Hasil Penelitian
Jurnal ini menyebutkan apa itu pijat oketani, dasar pelaksanaan pijat
oketani, karakteristik pijat oketani, langkah-langkah pijat oketani, dan
dilengkapi dengan anatomi payudara

C. JURNAL III
1. Nama Peneliti
Suharti Buhari, Nurhaedar Jafar, Andi Multazam
2. Judul Jurnal
Pengaruh Pijat Oketani dan Oksitosin terhadap Produksi Air Susu Ibu pada
Ibu Post Partum Hari Pertama Sampai Hari Ketiga di Rumah Sakit TK II
Pelamonia Makassar
3. Metode Penelitian
Digunakan indikator frekuensi menyusui, frekuensi BAB dan frekuensi
BAK. Digunakan jenis penelitian quasi eksperiment dengan rancangan post
test design. Sampel sebanyak 50 ibu post partum (25 sampel untuk pijat
oketani dan 25 sampel untuk sampel pijat oksitosin), dengan teknik
purposive sampling. Data diuji dengan Mann-whitney Test.
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi pijat oketani
dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI dengan indikator frekuensi
menyusui, frekuensi BAB dan frekuensi BAK bayi meningkat. Ditemukan
bahwa intervensi ibu post partum dengan metode pijat oketani, lebih baik
dibandingkan dengan pijat oksitosin. Kesimpulan bahwa perlu dilakukan
intervensi pijat oketani dan pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi
ASI pada ibu post partum. Direkomendasikan agar semua bidan dan
perawat menguasai teknik pemijatan oketani dan oksitosin.

JBI Critical Appraisal Checklist for Quasi-Experimental Studies (non-


randomized experimental studies)

No Reference Caus Particip similar Control Measure Follow Comp Instru Statis
e and ant treatment/c group ment pre up arison ment anal
effect similiar are and post respon partis realiabi
dent ipant lity
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Suharti, B Yes Yes Yes Yes Yes Yes No Yes Ye
Nurhaedar, J
Andi M (2018)
Ulan, Vania Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Ye
putri dan
syahda
Syukriati(2021)
BAB III

PEMBAHASAN

A. RESUME
Ny. S usia 42 tahun G6P3A3 post SC MOW a/I dengan indikasi PEB
mengatakan mengeluh nyeri kepala sejak kemarin.Tekanan darah tinggi sejak
kehamilan anak kelima tahun 2017. Pada tanggal 30 September 2022 pasien
datang dari rujukan Puskesmas Serayu Larangan ke RSGT. Pasien dianjurkan
untuk bersalin dan dipindah ke ruang Bersalin. Pasien dipindah keruang IBS
untuk tindakan SC pada tanggal 02/10/2021. Pasien dipindah ke ruang
Bougenvile pukul 07.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian tanggal 2 Oktober
2022 pasien mengeluh nyeri di bagian luka post SC yang dirasakan terutama
saat bergerak. Nyeri dirasakan dengan skala 5. Nyeri dirasakan terus menerus.
Wajah pasien tampak meringis dan tidak rileks. Pasien mengatakan ASI belum
keluar. Saat dilakukan pengkajian payudara tampak tidak simetris. Pasien
mengatakan tidak bisa tidur karna tangisan bayi, pasien mengatakan tidak bisa
tidur sering terjaga tengah malam. Pasien mengatakan ini adalah persalinan ke
6. Persalinan pertama pada tahun 2007 usia kehamilan 7 bulan dengan
persalinan normal dilakukan di bidan desa. Persalinan kedua pada tahun 2008
tetapi keguguran pada usia kehamilan 3 bulan pada saat sedang BAK.
Persalinan ketiga keguguran dan terpaksa dikiret karena tidak bagus pada usia
kehamilan 2 bulan di klinik. Persalinan keempat dilakukan secara normal pada
usia kehamilan 9 bulan di bidan desa. Persalinan kelima pada tahun 2017 di
RSGT usia kehamilan 8 bulan secara normal. Persalinan keenam pada tahun
2022 dengan SC pada usia kandungan 7 bulan.
B. KORELASI ARTIKEL TERHADAP KASUS KELOLAAN
Pada kasus yang sudah disebutkan diatas salah satu diagnosa yang muncul
adalah Menyusui tidak efektif berhubungan dengan suplai ASI tidak adekuat.
Masalah ini didukung dengan batasan karakteristik yang muncul pada pasien
yakni pasien mengatakan ASI belum keluar, saat dilakukan pengkajian
payudara tampak tidak simetris dan teraba bendungan ASI. Jurnal diatas
dijadikan dasar pelaksanaan tindakan pijat oketani dengan harapan bisa
membantu memperlancar pengeluaran ASI pada ibu post partum khususnya
pada pasien kasus kelolaan yang mana merupakan pasien post partum SC
MOW. Pijat oketani menjadi intervensi yang paling tepat untuk pasien kasus
kelolaan karna pijat oketani merupakan manajemen keterampilan untuk
mengatasi masalah laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup atau ASI
kurang dan pembengkakan payudara (machmudah, 2017). Pemijatan ini efektif
dilakukan pada pasien post SC MOW yang mana masih mengalami nyeri
akibat luka operasi sehingga tidak menambah rasa ketidaknyamanan yang
dirasakan pasien. Pemijatan ini bisa dilakukan dengan posisi supinasi sehingga
bisa dilakukan pada pasien post SC MOW.
Payudara terdiri dari kelenjar susu yang ada dikelilingi kulit, jaringan ikat
dan adiposa tisu. Di posterior, kelenjar susu bersifat longgar terhubung ke fasia
dalam dari pectoralis mayor.Payudara bisa bergerak melawan pektoralis mayor
otot dan toraks. Lokasi payudara itu diikat oleh jaringan ikat ke kulit dan dada
otot. Jaringan pengikat ini mendukung elastisitas dan secara spontan
berkembang dan berkontraksi mengakomodasi fungsi fisiologis payudara.
Fasia bertindak sebagai dasar payudara. Jika dasar kehilangan elastisitasnya
karena sebab apapun, akan nampak patahan fasia pektoralis utama. Jika ASI
tidak diekskresikan dalam kondisi seperti tekanan di payudara naik, sirkulasi
darah vena akan terganggu dan pembuluh darah mamaria menjadi padat. Pada
saat yang sama areola dan puting susu menjadi indurated (mengeras). Teknik
manual Oketani membubarkan gangguan tersebut dengan pemisahan
pemisahan adhesi antara payudara secara manual dasar dan pektoral fasia
utama membantu mengembalikan fungsi payudara secara normal. Tehnik ini
disebut pembukaan kedalaman.mammae. Mekanisme dasar payudara adalah
push up dan pull ups. Idenya adalah memobilisasi payudara dari basisnya
meningkatkan vaskularitasnya dan dengan demikian bisa meningkatkan aliran
susu.
C. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Profesi Perawat
Keefektifan pijat oketani yang sudah dilaksanakan dengan
mempraktikan langsung kepada pasien kasus kelolaan dan didukung jurnal
yang sudah disebutkan diatas bisa menjadi dasar pelaksanaan pijat oketani
yang dilakukan profesi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien.
2. Mahasiswa Keperawatan
Pelaksanaan pijat oketani akan efektif jika dilakukan sesuai standar
prosedur dan dilanjut secara berkala. Mahasiswa keperawatan sebagai
generasi penerus yang akan menjalankan asuhan keperawatan nantinya
harus paham akan SOP tindakan pijat oketani yang update sehingga
harapan dilakukannya tindakan akan tercapai dengan maksimal.
Keterlibatan mahasiswa disini dengan mempraktikan SOP yang tertera
disalah satu jurnal diatas yakni pada jurnal “Sukses Menyusui dengan Pijat
Oketani”. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan bisa terus mengakses
penelitian atau temuan-temuan yang update terkait tindakan keperawatan
yang terus mengalami pembaharuan.
3. Pasien
Berdasarkan hasil dan pembahasan jurnal tersebut maka diterapkan
tindakan pijat oketani sebagai implementasi untuk diagnosa keperawatan
ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI tidak
adekuat. Tindakan pijat oketani dilakukan pada satu pasien kelolaan yakni
dilakukan pada Ny. S usia 42 tahun tahun G6P3A2 Post SC MOW dengan
indikasi PEB yang mengalami suplai ASI tidak adekuat yang
menyebabkan ASI belum keluar.
4. Ruang Nifas Bougenvil
Berdasarkan hasil dan pembahasan jurnal diatas pijat oketani dapat
di terapkan di ruang nifas bougenvil sebagai upaya meningkatkan produksi
ASI. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi ASI, payudara menjadi lebih lembut dan elastis
sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani
memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu post
partum, mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh flat nipple dan
inverted.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan tindakan pijat oketani pada pasien kasus diatas pasien
mengatakan ASI mulai keluar dan merasa lebih nyaman setelah dilakukan
breast care serta bayi tampak mulai menghisap puting. Hal ini menunjukan
keefektifan pemberian ASI sehingga bisa disimpulkan tindakan keperawatan
breast care berpengaruh pada kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post
partum.

B. SARAN
Saran kepada perawat agar dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien
dalam memperlancar produksi dan pengeluaran ASI pada ibu post partum
dengan menggunakan teknik non farmakologi seperti pijat oketani karena
teknik ini mudah dilakukan dan bisa dilakukan sendiri oleh pasien setelah
diberikan penjelasan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Jeongsug., Hye Young., Sukhee & Myeong Soo. (2018). Effects of Oketani
Breast Massage on Breast Pain, the Breast Milk pH of Mothers and The
Sucking Speed of Neonates. Journal of Korean J Women Health Nurs,
18 (2), 149-158

BPS. Persentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapatkan ASI
Eksklusif Menurut Provinsi (Persen), 2019-2021. Jakarta: BPS; 2021.

WHO. Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health


Of Infants. Geneva: WHO; 2017.

Kentjonowaty, I., Trisunuwati, P., Susilawati, T. & Surjowardjo, P. (2018).


Significant Influence of Mammae Hand Massage on Milk Yield in
Dairy Cattle. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare (Online).
4 (2); 86-89. (www.liste.org).

Kitano, N., Nomura, K., Kido, M., Murakami, K., Ohkubo, T., Ueno, M. &
Sugimoto, M. (2019). Combined Effects of Maternal Age and Parity on
Successful Initiation of Exclusive Breastfeeding. Preventive Medicine
Reports (Online), 3, 121–126. (https://doi.org/10.1016/j.pmedr).

Machmudah. (2017). “Sukses Menyusui Dengan Pijat Oketani.” Prosiding


SeminarNasional Publikasi HasilHasil Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat.

Muliani, H.R. (2019). Perbedaan Produksi ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Kombinasi Metode Massase Depan (Breast care) dan Massase Belakang
(Pijat Oksitosin) Pada Ibu Menyusui 0-3 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal. Penelitian tidak
dipublikasikan. Tegal

Nurdiana, D., Onny, S., Sumarni, S., Maharani, Y. & Yunyaty, W. (2016).
Oxytocin Massage as An Alternative in Increasing Prolaktin Hormon
Level and Lactation Process on Post-Sectio Caesarrea Women (Case
Studi in Semarang City Hospital), makalah disajikan dalam 4th Asian
Academic Society International Conference (AASIC) 2016.

Ulan, Vania Putri dan syahda Syukrianti. (2020). Pengaruh Pijat Oketani
Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangkinang Kota. Jurnal Dopler,4, (2)

Suharti, B Nurhaedar, J Andi M (2018). Perbandingan Pijat Oketani Dan


Oksitosin Terhadap Produksi Air Susu Ibu Pada Ibu Post Partum Hari
Pertama Sampai Hari Ketiga Di Rumah Sakit TK II Pelamonia
Makassar. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia

Anda mungkin juga menyukai